Anda di halaman 1dari 4

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur
kepadaAllah swt yang telah memberi karunia kesehatan dan umur panjang sehingga kita
bisamenikmati manisnya ibadah di bulan Ramadhan dan bisa merayakan hari raya Idul
Fitritahun ini. Tidak semua orang bisa menikmati anugerah ini karena sudah dipanggil
terlebihdahulu ke haribaan-Nya. Oleh karenanya, wajib bagi kita untuk
mengucapkanAlhamdulillahirabbil alamin, mudah-mudahan kita senantiasa diberi kesehatan
dan umarpanjang untuk terus bisa menjalankan misi utama kita di dunia yakni beribadah
kepadaAllah swt.
Allah swt berfi rman dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:

Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Selain syukur, kita juga wajib untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allahswt
dengan menguatkan komitmen menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ketakwaan ini sudah semestinya terus menguat pada diri kita karena menjadi muaraatau
tujuan utama dari diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan. Hal ini sudahditegaskan dalam
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 183:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimanadiwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Seiring bulan suci Ramadhan terlewati, kita tidak boleh dengan serta merta
melupakannyaseolah tiada kebaikan yang membekas dalam diri kita. Kita harus melakukan
muhasabahatau introspeksi diri terhadap semua proses yang telah kita lewati selama
Ramadhan. Sebagai bulan penuh dengan keberkahan dan memotivasi kita untuk beribadah
lebih, kitaharus bertanya kepada diri sendiri: Sudahkah kita maksimal dalam beribadah di
bulanRamadhan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas? Selanjutnya, apakah kita
bisameningkatkan, atau minimal mempertahankan semangat kita beribadah di bulan-
bulansetelah Ramadhan?
Pertanyaan ini sangat penting sebagai upaya mengingat kekurangan-kekurangan pada
masalalu untuk diperbaiki pada masa yang akan datang. Allah sudah memerintahkan kita
untuk senantiasa melakukan upaya introspeksi diri dalam proes perjalanan hidup kita
dengansebuah fi rman-Nya:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklahsetiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamukerjakan.” (Al-Ḥasyr :18)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dengan spirit yang dibawa oleh ayat ini, sudah semestinya kita tidak mengendurkansemangat
kita dalam beribadah dari sisi kuantitas maupun kualitas. Terlebih memasukibulan Syawal
yang menjadi tonggak pertama perjuangan untuk mempertahankan danmeningkatkan
semangat beribadah pasca-Ramadhan. Hal ini pun tergambar dari maknakata Syawwal itu
sendiri. Dari segi bahasa, kata “Syawal” ( )ُ berasal dari kata “Syala”( )َ yang memiliki arti
“irtafaá” ( )َ yakni meningkatkan. Makna ini seharusnyamenjadi inspirasi kita untuk tetap
mempertahankan grafi k kualitas dan kuantitas ibadahpasca-Ramadhan.
Peningkatan amal ibadah ini juga tidak harus dilakukan dengan kuantitas yang
dipaksakansecara tiba-tiba. Namun akan lebih baik jika ibadah dilakukan dengan istiqamah
dan rutinwalaupun dalam kuantitas yang sedikit. Istiqamah dalam ibadah ini telah diingatkan
olehRasulullah saw dalam haditsnya:

Artinya: “Sebaik-baik perbuatan menurut Allah adalah yang dirutinkan meskipun sedikit”(HR
al-Bukhari dan Muslim).
Bulan Syawal menjadi momentum tepat untuk menjaga diri dari predikat dan status yangtelah
kita raih setelah berjuang di bulan Ramadhan. Selain predikat ketakwaan yang telahdijanjikan
Allah bagi orang-orang beriman yang benar-benar menjalankan ibadah puasadengan baik,
kesucian diri seperti bayi yang terlahir kembali ke dunia, juga akan diraihorang yang berpuasa.
Hal ini sudah ditegaskan oleh Nabi Muhammad dalam sabdanya:

Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dilandasi oleh iman danintrospeksi
diri, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni oleh Allah SWT.” (HR. Bukhari Muslim).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Alangkah mulianya dua status yang didapat seseorang setelah berpuasa di bulan Ramadhan.
Alangkah sayangnya jika status ini tidak dipertahankan dengan baik dan disia-siakan
begitusaja. Sangatlah rugi bagi kita yang tidak bisa mempertahankan ketakwaan dan
kesucianpasca-Ramadhan ini. Ketakwaan sendiri merupakan status yang paling mulia
yangdisematkan kepada hamba-Nya di sisi-Nya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-
Hujurat Ayat 13:
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisiAllah
adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagiMahateliti.”.
Selain menjaga ketakwaan, kesucian diri juga harus dipertahankan, jangan sampai
dikotorikembali oleh perbuatan-perbuatan maksiat yang akan menjauhkan diri dari Allah swt.
Allah menggolongkan orang-orang yang mampu menjaga kesucian diri sebagai orang
yangberuntung dan sebaliknya menyebut orang-orang yang mengotori kesucian diri
sebagaiorang yang merugi. Ditegaskan dalam Al-Qur’an:

Artinya: “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugiorang
yang mengotorinya.” (As-Syams: 9-10).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari paparan materi khutbah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa semangat ibadah di bulan
Ramadhan harus terus kita pertahankan dan lanjutkan di bulan-bulan selanjutnya. Terlebih
dengan status ketakwaan dan kesucian yang telah menjadi bagian dari hasil puasa, harus
dipertahankan agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi.

Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orangyang
beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang
merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orangyang dilaknat
(celaka).” (HR Al-Hakim).
Ya Allah... berikan kami kekuatan untuk terus dapat menjalankan ibadah kami
dengansemangat karena-Mu. Berikanlah kami kesucian hati dalam mengemban dan
melaksanakantugas beribadah kepada-Mu. Berilah kami keistiqamahan dalam beribadah
untuk meraihridha-Mu. Amin.

Anda mungkin juga menyukai