Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Hari Raya Idul Fitri 1434 H

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Gorontalo.


PESAN DAN KEMENANGAN RAMADHAN
(Refleksi Untuk Mencapai Muttaqin)
Oleh : Tim Kanwil Kementerian Agama Provinsi Gorontalo

Di hari yang fitri ini, tak ada yang lebih indah untuk kita lafadzkan selain untaian puja dan puji syukur kehadirat
Allah Swt. Tuhan Maha Bijaksana yang menganugerahi kita nikmat iman, Islam, dan ihsan. Dengan ketiga
nikmat itulah, kita memiliki kekuatan untuk menunaikan ibadah puasa sebulan penuh. Selanjutnya mari kita
haturkan shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad Saw. Nabi terakhir yang istikamah menyadarkan manusia.

Jama’ah Ied. Rahimakumullah


Hari ini bilangan bulan Syawwal mulai menapaki harinya menjumpai kita dalam suasana fitrah,
setelah ijtima' akhir Ramadhan kemarin berlalu meninggalkan kita dengan sejumlah kenangan,
mulai dari kenangan suasana semarak sahur hingga kenangan suasana sibuk menghadapi saat-saat
akan berbuka, dan gembira ketika berhadapan dengan sajian buka puasa, kenangan meramaikan
masjid dengan shalat taraweh dan tadarus al-Quran, kenangan mengunjungi pasar dan pusat
perbelanjaan. Itu semua telah kita lalui bersama bulan Ramadhan, walau sebenarnya masih banyak
yang tidak sesuai dengan kehendak Ramadhan tersebut. Sungguh Ramadhan senantiasa menghendaki
sahur dan buka puasa kita secukupnya, namun sering kita lakukan sahur karena takut kelaparan dan
berbuka dengan sikap balas dendam. Ramadhan menghendaki kita untuk membakar kecintaan
terhadap dunia, namun yang sering hiasi hari-hari kita selama Ramadhan justru sikap yang lebih
condong mencintai dunia. Ramadhan menghendaki persatuan dan persaudaraan antar sesama umat
manusia menjadi kuat dan kokoh, namun yang terjadi justru perbedaan yang menyolok karena
adanya perbedaan golongan, kelompok, status kedudukan yang dibanggakan, serta paham yang
harus dipertahankan. Ramadhan menghendaki iman kita utuh bahkan bertambah, namun pada
kenyataannya justru malah kebanyakan orang diantara kita, imannya menjadi goyah dan bahkan
berkurang, sehingga hinaan manusia lebih ditakuti dari pada murka Allah Swt.
Jema’ah Ied Rahimakumullah
Sungguh Allah tidak melihat lezat dan banyaknya makanan sahurmu, Allah tidak menghendaki
keserakahanmu diwaktu berbuka, Allah tidak menilai amalanmu yang sia-sia, Allah tidak rela bulan
suci Ramadhan-Nya dikotori oleh rekayasa pikiranmu dan perbuatan maksiatmu. Sesungguhnya Allah
Swt. menilai puasa kita hanya dengan iman, yaitu keyakinan akan keberadaan-Nya dan kepatuhan
terhadap ibadah yang menjadi risalah Rasul-Nya Muhammad Saw. Oleh karena itu Allah memanggil
kita dengan sapaan yang penuh kasih sayang “Wahai orang-orang yang beriman” kepada kaum yang
melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, dengan satu tujuan untuk menjadi orang-orang yang
bertaqwa, yaitu orang-orang yang mampu melakukan perbuatan yang baik sesuai aturan-Nya, sekaligus
mampu memerangi kemungkaran terhadap diri dan lingkungannya.
Sidang Jema'ah Ied. Rahimakumullah
Apapun yang terbetik di hati kita, yang ada didalam benak pikiran kita saat ini, tetap kita harus
memiliki satu pengakuan bahwa hari ini adalah hari kemenangan bagi orang-orang yang diliputi
rasa menang karena dengan susah payah telah berjuang melawan hawa nafsu, sekaligus sebagai
hari perenungan untuk mengakui kesalahan dan tobat serta memohon ampunan-Nya karena telah
kalah oleh godaan dunia dan hawa nafsu.
Setidaknya ada tiga bentuk kemenangan yang diperoleh umat Islam yang tekun melaksanakan puasa
Ramadhan, Pertama, kemenangan spiritual, yaitu kemenangan jiwa. Dengan puasa Ramadhan, jiwa
kita akan senantiasa bersih dan suci dari berbagai penyakit syirik, sombong, hasad, dengki, dan berbagai
penyakit hati lainnya, karena puasa Ramadhan telah melatih kita untuk senantiasa menahan diri dari
segala hal yang merusak jiwa kita.
‫َﺎﻫﺎﱠَﺳ دْ َﻦﻣ َ بَﺎﺧ ْ َﺪَﻗ و َﺎﻫﺎﱠَﻛ ز ْ َﻦﻣَ َﺢ ْﻠـَﻓ أ ْ َﺪﻗ‬
“Sungguh telah menang dan beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi
orang yang mengotorinya” (Q.S. Asy-Syams: 9-10)
Jiwa yang menang adalah jiwa yang selalu berupaya untuk membentengi diri dari berbagai bentuk
penyimpangan dan penodaan terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, dan itu adalah
hakikat taqwa sesungguhnya yang ingin dicapai melalui ibadah puasa Ramadhan.
‫اُ ُﻢْﻜَﻴَﻠﻋ َ ِﺐُﺘﻛ ْاُﻮـَﻨﻣآَ ْﻦِﻳﺬﱠﻟا َﺎﻬﱡـﻳآ َﺎﻳْن ُﻮ ﱠﻘـَﺘـﺗْ ُﻢﻜﱠَﻠَﻌ ﻟْ ُﻢِﻜْﻠَﺒـﻗ ْ ِﻦﻣَ ْﻦِﻳﺬﱠﻟا َﻰ َﻠﻋ َ ِﺐُﺘﻛ َﺎَﻤﻛُ مَﺎﻴﱢﺼﻟ‬
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian untuk berpuasa sebagaimana yang telah
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, semoga kalian menjadi orang yang bertaqwa” (Q.S.
Al-Baqarah: 183).
Apabila sifat taqwa itu sudah tumbuh subur dalam jiwa seseorang maka ia akan selalu rela dan
senang hati untuk menerima dan melaksanakan aturan Allah Swt. Apapun konsekuensi yang akan
dihadapinya, meskipun mengorbankan sesuatu yang paling dia cintai, karena cintanya kepada Allah
dan Rosulnya. Jika itu berhasil ia lakukan maka saat itu ia sedang merayakan puncak kemenangan
spritualnya. Semangat ketaqwaan seperti itulah yang diciptakan oleh ibadah puasa, karena dengan
berpuasa seseorang dituntut untuk selalu dalam suasana jiwa yang dekat kepada Allah Swt,
sebagaimana ia dituntut untuk menghargai waktu agar bias meraih sekecil apapun peluang
ibadah, serta menghindari sekecil apapun peluang dosa yang akan bisa mengurangi atau merusak
nilai-nilai puasa. Bahkan dari hal yang mubah sekalipun akan ditinggalkan jika tidak mendatangkan
manfaat. Oleh karena itulah Rasulullah membahasakan bahwa “puasa adalah perisai bagi pelakunya.”
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Ada satu karakter jiwa yang ingin dibina oleh Ramadhan yaitu, jujur atau amanah. Ibadah puasa
adalah ujian bagi kejujuran kita, tidak ada yang mengetahui kepastian orang yang berpuasa selain
Allah Swt, berbeda dengan ibadah yang lain seperti shalat, haji, zakat dan lain sebagainya. Kejujuran
adalah satu kekuatan yang terdapat dalam jiwa yang membuat pemiliknya mampu melakukan tugas-
tugas besar yang diembankan kepadanya. Dengan kejujuran, berbagai persoalan dalam hidup dapat
diselesaikan, sebaliknya tanpa kejujuran berbagai problematika kehidupan akan selalu bermunculan.
Oleh karena itu menghiasi diri dengan sifat jujur adalah satu tuntutan yang dibebankan kepada
seluruh elemen masyarakat; pemimpin, pejabat, hakim, politikus, pengusaha, jurnalis, kaum
akademisi, rakyat dan lain sebagainya.
Sidang Jema'ah Ied. Rahimakumullah
Kedua, kemenangan emosional. Ibadah Ramadhan akan membimbing umat Islam menuju kemenangan
emosional. Emosi adalah sifat perilaku dan kondisi perasaan yang terdapat dalam diri seseorang. Ia
bisa berupa rasa ingin marah, rasa takut, rasa cinta atau keinginan yang kuat untuk mencintai dan
membenci, rasa cemas, rasa minder dan lain sebagainya. Emosi yang menang adalah emosi terkendali,
yang dalam istilah agama disebut sabar. Jika kita perhatikan teori tentang kecerdasan emosi yang
dijelaskan oleh ahli psikologi, ternyata konsep kecerdasan emosi ini berbanding sama dengan konsep
kesabaran dalam Islam. Sabar dalam Islam bukanlah satu kelemahan, tetapi justru merupakan
satu kekuatan. Al-Quran menjelaskan bahwa satu orang yang sabar mampu mengalahkan sepuluh
lawan dalam pertempuran, atau setidaknya mereka mampu menghadapi lawan sebanyak dua kali
jumlah mereka (QS al-Anfal : 65-66). Ketika seseorang bersabar dan dapat menahan amarahnya
dalam menghadapi satu perkara yang ia hadapi, maka dia bukanlah orang yang lemah, akan
tetapi justru dia adalah orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Dalam sebuah
ungkapannya Rasulullah Saw. bersabda : “orang yang kuat bukanlah orang yang selalu menang
dalam berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan diri saat dia marah” (HR.
Imam al-Bukhari). Keterkaitan antara puasa dengan membangun kecerdasan emosional telah
Rasulullah abadikan dalam pernyataan haditsnya :“apabila seseorang sedang berpuasa lalu ada yang
menghinanya atau mengajaknya untuk berkelahi maka hendaklah ia mengatakan: saya sedang
berpuasa” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Ini membuktikan bahwa earh hubungan antara puasa Ramadhan dengan emosi kita, karena
seseorang yang sedang berpuasa akan dapat menahan emosinya, sehingga dia tidak berani
membalas hinaan itu dengan perbuatan yang sama.
,‫ﷲّ ﻻإ ﮫـﻟإ ﻻ‬
Sidang Jema'ah Ied. Rahimakumullah
Ketiga, kemenangan intelektual. Ibadah Ramadhan akan melahirkan sosok-sosok pribadi muslim yang
menang secara intelektual. Kemenangan intelektual ditandai dengan kecerdasannya dalam
memahami realita yang selalu dapat memberikan keseimbangan pada diri dan pemikiran.
Satu hal yang harus kita pahami bahwa terminology kecerdasan intelektual dalam Islam tidak sama
dengan teori kecerdasan yang dipahami oleh banyak orang. Selama ini orang yang mengukur
kecerdasan lewat pencapaian angka-angka dalam batas tertentu. Sehingga seorang anak dikatakan
cerdas apabila nilai rata-ratanya di sekolah sembilan atau sepuluh. Seorang mahasiswa dianggap
cerdas ketika ia sudah mampu menghapal banyak diktat perkuliahannya lalu menghasil nilai Indeks
Prestasi tertinggi, begitu seterusnya. Sementara didalam Islam kesuksesan dan kecerdasan diukur
secara proporsional antara kualitas dan kuantitas. Kecerdasan ada pada mereka yang
menempatkan ilmu di hati - bukan sekedar di lidah dan retorika saat berdiskusi tanpa disertai
dengan aksi. Rasulullah Saw. bersabda:
ِ‫(ْت َﻮْﻤﻟاَ ْﺪَﻌ ـﺑ َﺎِﻤﻟَ ِﻞ َﻤَﻋ وُ َﻪ ْﺴَﻔـﻧَ نَاد ْ َﻦﻣ ُ ﺲﱢَﻴْﻜَﻟا)يﺬﻣﺮﺘﻟا ﻩاور‬
“Orang yang berakal (cerdas secara intelektual) adalah orang memperbudak dirinya sendiri dan selalu
berbuat untuk kepentingan akhirat”. (HR. at-Tirmizi)
Dengan demikian seoarang anak dianggap cerdas bukan semata-mata karena ia telah meraih angka 9
atau 10, akan tetapi diukur sejauhmana pelajaran–pelajaran itu berpengaruh positif dalam
kehidupannya. Seorang dianggap cerdas bukan sekedarsudah mengetahui bahwa 1 kg itu sama
dengan 10 ons, akan tetapi dianggap cerdas ketika pengetahuan itu diterapkannya disaat ia menjadi
seorang pedagang. Sistem pendidikan seperti inilah yang diterapkan Rasulullah Saw. dalam mendidik
para sahabatnya, sehingga beliau memutuskan untuk mengutus Mush’ab bin ‘Umair menjadi duta
dakwah ke Madinah, padahal saat itu ia bukan orang yang paling banyak hapalan Qurannya.
Kecerdasan intelektual dalam perspektif Islam ditandai dengan adanya sikap seseorang yang selalu bisa
membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Selalu mempertimbangkan antara manfaat
dan mudhorat dan selalu mengerti akan hak dan kewajiban. Kecerdasan seperti inilah yang selalu
dibina oleh ibadah di bulan Ramadhan bagi setiap peribadi muslim. Karenanya puasa selalu
menuntut kita untuk selalu hati-hati dalam bertindak, bersikap dan berucap, agar tidak menodai
nilai-nilai puasa yang sedang dikerjakan. Kalau tidak bisa maka seseorang tidak akan mendapatkan
apa- apa dari puasanya selain menahan lapar dan haus saja. Inilah pesan dan kemenangan besar yang
diharapkan dapat diraih secara nyata dalam setiap pribadi muslim melalui pelaksanaan ibadah
puasa. Sebagai seorang muslim yang setiap tahun melaksanakan ibadah ramadhan harus senantiasa
menginstropeksi dirinya di setiap penghujung hari Ramadhan, agar ia tahu apakah ia hari ini
benar-benar berbahagia untuk dirinya, atau untuk orang lain. Intropeksi itu menjadi penting untuk
dilakukan agar Ramadhan tidak sebatas rutinitas tahunan.
, ‫ﺮﺒﻛأ ﷲو ﷲّ ﻻإ ﮫـﻟإ ﻻ‬
Sidang Jema'ah Ied. Rahimakumullah
Hari ini adalah hari dimana Ramadhan menyatakan dirinya pergi meninggalkan kita semua dan pasti
akan kembali untuk datang mengajak kita beribadah yang sepuas-puasnya dalam mencapai
keridhaan Allah di dalam menapaki kehidupan dunia ini. Sungguh ia pergi dan pasti akan datang lagi
namun kita semua tidak tau pasti apakah kedatangnya akan berjumpa dengan kita. Mungkin masih
berbekas dalam hati dan ingatan kita, ketika orang-orang yang kita cintai, yang kita kasihi masih
berada disekeliling kita. Saat ini, mereka tidak lagi bersama kita. Sungguh kekesalan hati seolah
tak berujung, penyesalan terasa tak ada gunanya. Hari ini adalah hari dimana masjid-masjid mulai
sepi dari suara azan lima waktu, sepi pengunjung yang dating berjama’ah, sepi dari suara
lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an, sepi dari keliaran anak-anak yang belajar shalat dan puasa, sepi dari
kunjungan ibu-ibu yang mengaji tadarrus, sepi dari orang-orang yang ihlas mengisi celengan dana
pemeliharaan masjid. Hari ini adalah hari dimana iblis-iblis memasang spanduk selamat datang
kepada kita, mengajak kita untuk bergabung bersamanya dalam merekayasa kehidupan dunia ini
dengan kemaksiatan, keserakahan, kebohongan, penipuan, pemalsuan, penindasan, penyalah-
gunaan wewenang dan perlakuan sewenang-wenang terhadap kaum yang lemah. Hari ini adalah hari
dimana kita mengukur nilai keimanan kita kepada Allah beserta ketundukan kita untuk melakukan
segala syari’at-Nya, meneguhkan keyakinan kita untuk menyata-laksanakan nilai taqwa yang telah
menjadi kewajiban kita sebagai makhluk yang hanya menumpang di bumi Allah ini.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sungguh masih banyak lagi yang seharusnya kita pertanyakan pada diri kita, dan ternyata betapa
banyaknya dosa-dosa yang telah menutupi jasad ini, sehingga diri kita hanya sepantasnya di siksa
di dalam kubur dan di bakar di neraka.
Wahai ummat yang saat ini hadir mendengar khutbah, sungguh telah banyak dosa yang kita
pelihara, sungguh banyak kesalahan yang telah kita banggakan, dan sungguh masih banyak lagi
dosa dan kesalahan yang mungkin telah kita rencanakan dan menanti seluruh indra kita untuk
melakukannya. Marilah kita terus bertanya dan senantiasa mengingat kesalahan dan dosa, karena
dengan demikian berarti kita mendekatkan diri pada tobat - dan tobat sungguh mendekatkan kita pada
kasih sayang Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Pengasih, sehingga betapapun
banyaknya kesalahan kita, sungguh masih lebih banyak kasih sayang-Nya, dan betapapun besarnya
dosa kita, sungguh masih lebih besar ampunan-Nya, selama kita mau menyadari arti kehidupan
ini - dan mau merubah cara hidup kita sesuai dengan tuntunan-Nya.
Sungguh masih ada amalan Rasulullah yang patut dijadikan amalan dalam memelihara taqwa kita
dari pengaruh iblis yang terkutuk. Kalau saja puasa kita rasakan dapat mencegah kita berbuat
maksiat, maka maukah kita berpuasa di luar bulan Ramadhan, sebagai benteng pertahanan dari
pengaruh godaan syetan ?.
Kaum Muslimin Jama’ah Ied Rahimakumullah
Semoga kita semua Allah jadikan sebagai orang-orang yang senantiasa memelihara diri dengan
mengingat akan segala dosa dan kesalahan kita, dan semoga Allah memberkahi niat kita untuk
menjadi orang-orang yang senantiasa bertobat atas dosa dan kesalahan tersebut, Amin yaa Rabbal
'alamin.
Akhirnya, marilah kita berdo’a - bermunajad kepada-Nya. Dia Allah yang telah menciptakan kita
semua, Dia Allah tempat kita memohon ampunan, dan Dilah Allah tempat kita akan kembali nanti.
Yaa Allah, bukalah pintu tobat bagi kami agar kami senantiasa memohon ampunan atas segala
dosa dan kesalahan kami, jika seandainya pantas bagi kami maka panjangkanlah usia kami, hingga
kami dapat bertemu dengan bulan Ramadhan-Mu yang penuh rahmat, berkah dan ampunan-Mu. Yaa
Allah, sucikanlah hati untuk melepas kepergian bulan suci, walau sungguh banyak amalan kami
yang masih kotor, bahkan menjijikkan - izinkanlah kami menyambut datangnya bulan kemenangan,
walau kami sebenarnya tak pastas bersamanya karena kegagalan yang kami sengajakan untuk
meraihnya. Ya Allah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Sertakan kami bersama orang-
orang yang berbuat baik, dan masukkanlah kami kedalam golongan orang-orang yang "mukhlishina
lahuddin", yaitu orang-orang yang senantiasa mengikhlaskan ketaatan hanya kepada-Mu. Jadikanlah
kami semua orang-orang yang bertaqwa.
َ‫ْﻦِﯿِﻨﻣْ ُﺆْﻤﻟاَ و تَﺎــــِﻤْﻠُﺴْﻤﻟاَ و َ ﻦْـِﯿِﻤْﻠُﺴْﻤِﻠﻟ ْ ِﺮﻔْ ﻏا ﱠﻢُـﮭﱠﻠَﻟا‬
‫تَﺎــِﻨﻣْ ُﺆْﻤﻟاَ و ٌ ْﺐِﯾَﺮﻗ ٌ ْﻊ ِﯿَﻤﺳ َ ﻚـﱠِﻧا تاَ ﻮْ َﻣ ْﻷاَ و ْ ُﻢْﮭِﻨﻣ ُ ءَﺎﯿْ َﺣ َﻷأ‬
‫تاَ ﻮْ ﻋﱠﺪﻟا ٌ ْﺐﯿِ ُﺠﻣ‬.
َ‫ْﻦِﯾﺮِ ﺳﺎَ ْﺨﻟا َ ِﻦﻣِ ةَ ﺮ‬
‫رﺎـﱠﻨـﻟا َ بَاَﺬﻋ َﺎِﻨﻗَ وً َﺔ َﻨﺴَ ﺣِ‬
‫ﻢُـﻜــْـِﻨﻣَ و ﺎﱠِﻨﻣُ ﷲ َ ﻞﱠﺒَـَﻘ ـﺗ ‪ُ ْ .‬ﻢﻜـَـﻣَﺎﯿِ ﺻَ و َﺎَﻨﻣَﺎﯿِ ﺻْ‬
‫‪ْ .‬ﻦِﯿﻤــَـَﺎﻟﻌـــْـﻟاَ‬
‫ﮫــﺗﺎﻛﺮﺑو ﮫـﻠﻟا ﺔﻤـﺣرو ﻢﻜﯿـﻠﻋ مﻼـﺴﻟا‬
‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬
‫َر ا ِى ﺬﱠﻟاِ ﷲِ ُ ﺪَْﻤ ﳊَا َﻰ َﻠﻋُ َﻩ ِﺮْﻬُﻈِﻴﻟ ﱢَْﻖ ﳊا ِ ْﻦِﻳَد و َى ُْﺪ ﳍِﺎﺑُ َﻪ ْﻟُﻮَﺳ ر َ َﻞ ﺳْ‬
‫ْن ُﻮِﻛْﺮُﺸْﻤﻟاَ ِﻩَﺮﻛ ْ َﻮَﻟو ِﻪ ـﱢُﻠﻛِ ْﻦﻳﱢْﺪﻟاِ ‪َ ُ.‬ﻩ ْﺪَﺣ و ﷲا ﱠِﻻاَ ﻪـِﻟاَ ﻻ ْ َن اُ َﺪْﻬ َﺷ اَ‬
‫‪ُ .‬ﻪ ْﻟُﻮَﺳ َر وُ ُﻩْﺪَﺒﻋ ًاﺪﱠَُﻤﳏ ﱠَن اُ َﺪْﻬ َﺷَاو ُ َﻪ ﻟ َ ْﻚِﻳَﺮﺷَ ﻻُ‬
‫و ﱢَﻞ ﺻ ﱠُﻢﻬﻠﱠَﻟاِ ءَﺎِﻴْﺒﻧْﻵا َِ ﰎَﺎﺧ ٍ ﺪﱠَُﻤﳏ َﺎِﻧﺪﱢَﻴﺳ َﻰ َﻠﻋ ْ ِك َﺮَﺑ و ْ ﻢﱢَﻠﺳَ‬
‫ﲔَﻠْﺳ ُﺮْﻤﻟَاو ‪ْ ُ,‬ﺪَﻌ ـﺑﺎﱠَﻣ ا ‪ .‬ﷲاَ دَﺎِﺒﻋَﺎَﻴـﻓْ َ‬
‫ﲔَْﻌ ﲨَاِ ِﻪﺑَﺎْﺤَﺻ َاوِ ِﻪ َﻟا َﻰ َﻠَﻋ وَ ْ ِ‬
‫ِ‬
‫ْن ُﻮِﻤْﻠُﺴﻣْ ُﻢـْﺘَﻧ َأو ﱠِﻻإ ﱠُﻦْﺗَُﻮﲤَ َﻻوِ ِﻪﺗﺎَـُﻘـﺗ ﱠَﻖﺣ ﷲا ْاُﻮ ﱠﻘـِﺗإ ‪ .‬ﱠَن أ اُﻮَﻤْﻠﻋَاوَ‬
‫ﱃَﺎَﻌ ـﺗ َ لَﺎَﻘـﻓ ًْﺎﳝَِﺪﻗ ِ ﻪﱢِﻴَﺒﻧ َﻰ َﻠﻋ ﻰﱠ َﻠﺻ َ ﱃَﺎَﻌ ـﺗ ﷲا ‪َ َ:‬ﻼَﻣ وَ ﷲا ﱠِنإَ‬
‫ﻟا َﻰ َﻠﻋ َ ْن ﱡﻮَﻠُﺼﻳ ُ َﻪ ﺘَـِﻜﺋ ﱢِ ﱮﱠﻨ ‪ ِ,‬ﻪْـَﻴَﻠﻋ ا ﱡﻮَﻠﺻ اُﻮَﻨﻣآ َ ْﻦِﻳﺬﱠﻟا َﺎﻬـﱡَﻳ أَﺎﻳْ‬
‫‪ً .‬ﺎْﻤِﻴْﻠَﺴﺗ اُﻮﻤﱢَﻠَﺳ و‬
‫تَﺎِﻨْﻣ ُﺆْﻤﻟَاو َ ْ ﲔِِﻨْﻣ ُﺆْﻤﻟَاو ِ تَﺎِﻤْﻠُﺴْﻤﻟَاو َ ْ ﲔِِﻤْﻠُﺴْﻤِﻠﻟ ْ ِﺮْﻔ ﻏا ﱠُﻢﻬﻠﱠَﻟاِ‬
‫‪.‬تَﺎـﺟَْﺎﳊاَ ﻲِ ﺿﺎَـﻗَﺎَﻳ و ِ تَاْﻮَﻣ ْﻷَاوْ ُﻢْﻬـِﻨﻣِ ءَﺎﻴْ َﺣ ﻷأِ‬
‫‪.‬ﻧا ﱠُﻢﻬﻠﱠَﻟاَ ْ ﲔِِﻤْﻠُﺴْﻤﻟا َ َل َﺬﺧ ْ َﻦﻣ ْ ُلْﺬﺧَاوَ ْﻦﻳﱢﺪﻟا َ َﺮَﺼﻧ ْ َﻦﻣ ْ ُﺮﺼْ‬
‫ﱠَﺮَﺷ و َ ْﻦِﻳِﺮﻛَﺎْﻤﻟا َ َﺮَﻜَﻣ و َ ْ ﲔِِﻤﺎﻟـﱠﻈﻟا ﱠَﺮﺷ ﺎـﱠَﻨﻋ ْ ِف ْﺮﺻَاو َﺎِﻨْﻔ ﻛا ﱠُﻢﻬﻠﱠَﻟا‬
‫‪ْ.‬ﻦﻳﱢﺪﻟَاو َﺎـْﻴ ﱡﻧﺪﻟا ِ ِﺐﺋَﺎَﺼﻣِ‬
‫ﲔِِﻤﺎﻟﱠﻈـﻟا ِ ْم َﻮْﻘ ﻟا َ ِﻦﻣ َﺎﻨَﱢﳒﺎَـ ﱠﻨـَﺑ ر ‪َ.‬ـ ﱠﻨـَﺑ ر ِ ﰱﱠو ً َﺔ َﻨَﺴﺣ ﺎَـْﻴـ ﱡﻧﺪﻟا ِ ﰱﺎَـِﻨﺗآ ﺎْ َ‬

‫‪.‬رﺎــﱠﻨﻟا َ بَاَﺬﻋ ﺎَـِﻨ ﱠﻗوً َﻪ َﻨَﺴﺣِ َةﺮِ ﺧْﻵاِ‬


‫ﻪـﱠﻠﻟا َ دَﺎِﺒﻋ ‪ َ ,‬ﰉُْﺮْﻘ ﻟا ِىذ ِ ءَﺎْﺘـِﻳَإو َ نَﺎﺴْ ﺣﻹَاو ِ لْ َﺪْﻌ ِﺎﻟﺑ ُ ُﺮْﻣ َﺄﻳ ﷲا ﱠِنإ‬
‫‪َ .‬ﺮْﻜُﻨْﻤﻟا َ وِ ءَﺎﺸْ َﺤْﻔ ﻟاِ َﻦﻋ َﻰ ْﻬـَﻨـَﻳ و ‪ ُ,‬رَﺎﺒْ َﻛ أِ ﷲاُ ْﺮِﻛَﺬَﻟوِ‬

Anda mungkin juga menyukai