Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AGAMA DAN ETIKA


KEGIATAN KEAGAMAAN

Disusun Oleh :
Nama : ASHLAH HAFIZAH
NIM : 2220112430
Kelas : 1C

DOSEN PENGAMPU :
ALI ASMUL,M.Pd

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2023/2024

1. Tablig akbar Masjid Raya Sumatra Barat_Buya Yahya


Ribuan jemaah hadir memadati Masjid Raya Sumbar mengikuti tablig akbar bersama Buya
Yahya. Buya Yahya dalam tausiahnya menyampaikan, satu di antara ilmu yang paling
penting untuk kehidupan manusia yaitu, ilmu mengenai menata hati diri sendiri.
Maka, saat ini ilmu yang penting kita hadirkan yaitu ilmu menata hati. Karena kita sering
dihadapkan dengan permasalahan hati yang menimbulkan permusuhan atau dengki.

Nabi rindu pada umatnya yang penuh cinta. Maka hidup dengan penuh cinta dapat
membangun dunia ini, melestarikan semesta dengan sebaik-baiknya bukan dengan kebencian,
dendam, dan hasut.

Ia melanjutkan, jika ingin membangun dan menata hati perlu ada dasarnya, yaitu dasar iman
kepada Allah serta menyadari bahwa kita adalah umat Nabi Muhammad SAW.
Untuk menghadirkan rasa kasih sayang di hati manusia, yaitu dengan merenungkan bahwa di
padang mahsyar nanti manusia yang hidup dengan cinta, tanpa benci dan dendam itu
berkumpul di suatu tempat mendapatkan perlindungan oleh Allah SWT. Oleh sebab itu kita
perlu fokus mendoakan seseorang (yang telah menzalimi kita) dengan doa kebaikan

Dengan makhluk yang diciptakan atas kesempurnaan fisik lewat cara berpikir, terkadang
sering membuat ketenangan hati terabaikan.

Membuat agar hati selalu merasa tenang bukanlah perkara mudah. Namun, Buya Yahya
punya cara agar hati selalu dalam ketenangan.

Buya Yahya mengatakan setiap orang bisa mencari keindahan dunia, tetapi tidak boleh
menggantungkan nasibnya kepada dunia, melainkan semata-mata hanya kepada Allah SWT.

Kalau hati dan pikiranmu, orang boleh mencari dunia tapi tidak boleh menggantungkan
hatinya dengan dunia. Sehingga orang kalau menggantungkan hatinya, mengikat hatinya
dengan dunia, disaat tidak mendapatkannya dia gelisah, disaat mendapatkannya hilang pun
susah.

Buya Yahya juga mengatakan bahwa sesungguhnya urusan kita sebagai manusia bukan
kepada ciptaan-Nya melainkan kepada sang pencipta, Allah SWT.
"Nah ini urusan hati kita dengan siapa?, Dengan Allah SWT. Kalau hati kita memang sudah
diikat digantungkan kepada Allah SWT, apapun akan tenang," lanjut Buya Yahya.

Disaat kita sakit. Sakit hanya jasadnya, tapi kalau dia kenal Allah SWT bahwa dia tau dia
akan ada imbalan di hadapan Allah SWT. Maka rasa sakit akan menjadi reda, tidak semakin
sakit.

Dalam Al-Qur'an Suarah Ar-Rad, ada ayat yang berbunyi: “Ala bidzikrillahi tathmainnul-
qulub.” Yang artinya:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah (berdzikir), hati menjadi tenteram.”

Menurut Buya Yahya, ketenangan hati adalah dengan terus mengingat Allah SWT, dan bukan
pada sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Bukan kegembiraanmu di balik tumpukan
hartamu. Ia berharap dan mendoakan para jemaah yang hadir semoga tetap menjadi orang
yang rendah hati dan penuh cinta
● Dokumentasi :

2. Ceramah Ust.Setia Purwadi


Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita ke hadirat Allah Swt. atas
limpahan segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, terutama nikmat iman dan
nikmat Islam serta nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga kita dapat berkumpul di
majlis ini dalam rangka bersilaturrahim dan menjalin ukhuwwah Islamiyah.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tetap terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad
saw. beserta para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga hari kiamat
Disaat kita mendapatkan nikmat dan saat menghadapi musibah, Agama Islam telah
memberikan panduan dengan senantiasa memegang dua prinsip, yakni “asy-syukru indan
niam” (bersyukur ketika mendapat nikmat) dan “ash-shabru indal musibah” (bersabar saat
mendapatkan musibah). Kedua hal ini bisa menjadi tolak ukur keimanan seseorang yang akan
menjadikannya kuat dan sabar dalam menjalani kehidupan yang telah Allah tetapkan.
Begitu banyak nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita sehingga kita tidak bisa untuk
menghitungnya satu persatu. Hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala:‫َو ِإْن َتُع ُّد وا‬
‫ِنْع َم َة ِهَّللا اَل ُتْح ُصوَهاۗ ِإَّن َهَّللا َلَغ ُف وٌر َر ِح يٌم‬Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS An-Nahl:18).
Dari nikmat hidup, sarana prasarana penunjang, sampai nikmat yang terbesar yaitu nikmat
Iman dan Islam. Dan kalaulah kita hitung nikmat Allah niscaya kita takkan mampu
menghitungya.

Hal itu karena nikmat Allah sangatlah banyak, sebagaimana Allah berfirman :

‫َو ِإْن َتُع ُّد وا ِنْع َم َة ِهَّللا اَل ُتْح ُصوَها ِإَّن َهَّللا َلَغ ُفوٌر َر ِح يٌم‬

artinya dan jikalau kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu takkan dapat
menghitungnya.”

Hadirin yang berbahagia.


Untuk mendorong para hamba-Nya untuk selalu bersyukur, Allah menjanjikan akan
menambah dengan tambahan yang berlipat ganda dan sebaliknya Allah akan memberikan
adzab yang pedih bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah SWT.
Janji Allah ini dapat kita baca pada firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang
berbunyi:

‫َو ِإْذ َتَأَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِئْن َشَكْر ُتْم ألِزيَد َّنُك ْم َو َلِئْن َكَفْر ُتْم ِإَّن َع َذ اِبي َلَش ِد يٌد‬

“Sungguh bila kamu bersyukur atas nikmat-Ku akan Aku tambah nikmat-Ku kepadamu
namun apabila kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya adzab-Ku amat pedih”

Dengan demikian, jika kita dapat mengamalkan firman Allah tersebut, Allah pasti akan
melipatgandakan nikmat-Nya dan menjauhkan adzab-Nya.

Demikian yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat dan dapat kita amalkan
dalam kehidupan. Amin Yaa Robbal ‘Alamin..

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.


● Dokumentasi:

3. 5 Pilar Qur’anic Parenting ( Syamsul R Apriansah )


Dalam webinar pak syamsul R Apriansyah, beliau menjelaskan bahwa pola asuh
anak perspektif Al-Qur’an dapat disebut sebagai Quranic perenting yaitu sebuah konsep
tentang pola asuh dan pola pendidikan terhadap anak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan
oleh al-Quran. Nilai-nilai tersebut dapat digali dari, pertama, ayat-ayat yang secara tegas
menjelaskan tentang bagaimana mestinya orangtua mendidik anak, misalnya, Q.S. al-
Baqarah: 233 dan al-Nisa’: 9. Kedua, dari kisah-kisah Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
bagaimana para Nabi dan orang-orang saleh mendidik anak-anak mereka.
Hal ini mengingat bahwa anak sesungguhnya merupakan harapan keluarga dan
bangsa yang sangat berharga bagi suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada
sejauh mana bangsa tersebut mempersiapkan generasi mereka. Sebab generasi anak-anak
merekalah yang akan menjadi penerus cita-cita perjuangan bagi para orangtua. Ini tentu
menuntut adanya perhatian yang serius dari para orangtua dan pendidik dalam mendidik
mereka.
Bagaimana orangtua mesti memahami potensi, bakat dan minat anak dengan baik
melalui dialog di tengah-tengah bermain, dan makan bersama, tentu menjadi sangat berarti
bagi tumbuhkembang sang anak. Orangtua mestinya juga menghargai hak-haknya dan
mengajarkan tentang apa yang menjadi kewajiban mereka. Itulah mengapa al-Quran
berpesan kepada para orangtua, agar jangan sampai meninggalkan anak-anak dalam keadaan
lemah, sembari berpesan agar dapat berkomunikasi yang baik dengan mereka, sebagaimana
al-Quran menegaskan:
Hendaklah mereka takut kepada Allah jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang
mereka, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Karena itu, hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang baik. (Q.S. al-Nisâ [4]: 9)

terkait dengan ayat di atas Q.S. al-Nisâ [4]: 9), yang menarik untuk kita cermati
adalah bahwa ujung dari ayat tersebut adalah perintah kepada para orangtua agar “bertakwa
dan mengucapkan perkataan yang baik”. Itu memberi isyarat bahwa salah satu hal yang
penting dalam proses parenting (pola asuh dan pendidikan anak) adalah soal keteladanan
bertakwa dan pola komunikasi yang baik.
Karena itu, beliau berkata dengan Al Quran akhlak serta aqidah anak bisa terjaga
dengan baik. Ia meyakini, anak-anak yang sejak dini dikenalkan dengan Al Quran akan
menjadi sumber daya manusia (SDM) yang hebat.
Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai