Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Idul Fitri: Momentum Perkuat Trilogi Ukhuwah

Selasa 4 Juni 2019 23:30 WIB Ilustrasi BAGIKAN: Khutbah I

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Pagi hari ini kita bersama-sama telah diberikan kenikmatan merayakan Idul Fitri oleh Allah SWT
dengan mengumandangkan takbir penuh kebahagiaan, setelah melampaui perjuangan pelatihan
fisik dan mental, berpuasa selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan. Semoga segala
keistimewaan-keistimewaan seperti rahmat dan maghfirah (ampunan) dari Allah, serta itqun
minannar (pembebasan dari api neraka), dalam bulan Ramadhan, kita dapat meraihnya dengan
baik. Sejak hari pertama Ramadhan, kita menahan lapar, haus dan segala hawa nafsu, melatih
kesabaran demi meraih insan yang bertakwa, yakni kualitas kemanusiaan yang tertinggi di hadapan
Allah SWT.

ۚ
ۚ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha-Mengetahui.”

Bulan suci Ramadhan yang baru saja berlalu dapat dimaknai : Pertama, secara bahasa, Ramadhan
berarti “syiddatul harri” yang artinya “sangat panas”. Di bulan Ramadhan memang cenderung
cuacanya sangat panas, hati kita pun seringkali cenderung panas, ingin lepas dari perintah-perintah
Allah SWT namun hanya karena keimanan dan ketakwaan kita semata, mampu bersabar melewati
seluruh ujian yang dihadapi di bulan suci Ramadhan. Oleh karenanya, para ulama memaknai bulan
Ramadhan dengan “tahriqudz dzunub” yakni membakar dosa-dosa. Orang-orang beriman yang
berpuasa di bulan Ramadhan, berjuang keras melaksanakan ibadah dan amal shaleh sebanyak-
banyaknya : shalat lima waktu tepat waktu dengan berjamaah, shalat-shalat sunnah ditunaikan,
shalat tarawih dan tahajud ditegakkan, selalu husnudh-dhan terhadap tetangga dan handai taulan
serta antar sesama, sangat bahagia membantu dan memudahkan kesulitan orang lain,
menginfakkan hartanya untuk kemakmuran masjid dan kebahagiaan anak yatim piatu serta faqir
miskin. Semuanya dilaksanakan penuh suka cita demi untuk membakar dosa-dosa yang dimilikinya
akibat perbuatan-perbuatannya di masa-masa yang lalu. Perbuatan ibadah dan amal shaleh sekecil
apapun, insya Allah akan menghadirkan ampunan Allah SWT. Terlebih di bulan suci Ramadhan,
semua ibadah dan amal shaleh akan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT. Apalagi, ibadah dan
amal shaleh itu disertai dengan penuh keikhlasan dan berharap hanya kepada Allah SWT agar
melimpahkan rahmat dan maghfirah-Nya sehingga semua dosa-dosa kita diampuni Allah SWT dan
akhirnya kita kembali suci sesuai fitrah kemanusiaan kita menurut Allah SWT.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an Surat Hud ayat 114.

ۚ
“Sesungguhnya perbuatan baik orang yang beriman dapat menghilangkan keburukan.”

Sebagai orang yang beriman, kita harus meyakini segala apa yang difirmankan Allah SWT dalam Al-
qur’an dan sudah seyogyanya kita senantiasa berprasangka baik dan berharap hanya kepada Allah
SWT. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah SWT menyatakan dalam sebuah hadits qudsi:

“Aku sangat tergantung kepada prasangka hamba-KU, jika berprasangka baik, maka Aku berikan
kebaikan. Bila berprasangka buruk, maka Aku berikan keburukan”.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Kedua, Ramadhan dimaknai juga sebagai “Syahrusshobri” atau bulan kesabaran, bulan yang penuh
proses pendidikan bagi hamba Allah yang beriman. Mengapa disebut demikian ? karena di bulan
Ramadhan orang beriman dituntut untuk melatih diri agar lebih mampu bersabar dalam
menghadapi segala masalah kehidupan, baik yang vertikal maupun yang horizontal.

Paling tidak ada 3 ( tiga) sabar yang harus diterapkan seorang mukmin dalam ikhtiarnya mencapai
ketaqwaan yang sempurna :

“Kesabaran ada 3 macamnya, sabar ketika berbuat ketaatan, sabar ketika meninggalkan
kemaksiatan, dan sabar di dalam menjalani ketentuan Allah SWT yang tidak disenangi hawa
nafsu."

Pertama, sabar dalam taat kepada Allah SWT, sabar dalam menunaikan seluruh perintah-perintah
Allah SWT. Sejak memasuki masa aqil baligh, kita sudah berupaya melaksanakan segala perintah
Allah SWT sebagai perwujudan nyata atas pengakuan kita menjadi pemeluk agama Islam, agama
yang diridloi Allah SWT. Namun dalam proses perjalanannya, kerap tergoda oleh bisikan-bisikan
Setan yang membelokkan hati agar kita meninggalkan perintah-perintah Allah SWT. Sehingga
seringkali kita tidak mampu beribadah dan beramal shaleh secara konsisten, istiqomah dan
mudawwamah. Awal Ramadhan menggebu-gebu semangat shalat tarawih, seminggu kemudian tak
lagi bertarawih. Hari ini rajin shalat berjamaah, besok hari malas shalat. Kemarin rajin berinfaq dan
shodaqoh setelah Idul Fitri kembali pelit. Hari ini masih saling tersenyum dan memaafkan, esok hari
tak lagi saling menyapa bahkan saling mencaci. Itu semua tanda-tanda tidak sabar dalam
menunaikan perintah-perintah Allah SWT. Disinilah seorang mukmin membutuhkan kesabaran yang
kokoh untuk tetap di jalan Allah SWT, menjalankan perintah-perintah Allah dengan fokus,
konsisten, istiqomah dan mudawwamah.

Kedua, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, Sabar dalam menghindari seluruh larangan-
larangan Allah SWT. Bila diharamkan makan, minum dan melakukan hubungan suami-istri di siang
hari dalam bulan Ramadhan, maka bersabarlah. Bila diharamkan atas kamu minuman khamr dan
judi, maka tinggalkanlah dengan sungguh-sungguh dan jangan coba-coba menawar ingin mencicipi
walau sekali. Bila dilarang untuk mencaci maki orang lain, maka jaga dan tahanlah lisanmu dari
kata-kata caci maki dan semacamnya. Semua itu membutuhkan kesabaran yang tinggi untuk
konsisten, istiqamah dan mudawwamah dalam meninggalkan seluruh larangan-larangan Allah SWT.
Dan bila kita satu saat lalai dan tak lagi sabar menjaga diri dari larangan Allah SWT, maka segeralah
beristighfar agar Allah SWT memberi ampunan dan kekuatan sabar kepada kita.

Ketiga, sabar di dalam menjalani ketentuan Allah SWT yang tidak disenangi hawa nafsu. Sabar
menerima qadha dan qadar dari Allah SWT dengan ikhlas. Bulan Ramadhan merupakan bulan
pelatihan dan pendidikan bagi seorang mukmin agar sabar menerima ketentuan Qodho dan Qadar
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Kesabaran dalam hal ini akan melahirkan sikap qona’ah yang
sangat baik bagi peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, serta sangat
bermanfaat bagi terwujudnya kehidupan yang tenang, damai, harmonis dan bahagia.

Ketiga hal ini terdapat didalam ibadah di bulan Ramadhan kemarin, terutama saat kita berpuasa,
Karena didalam puasa ada kesabaran ketika melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan sabar
dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT dari segala bentuk syahwat keinginan atas
orang yang tengah berpuasa.

Serta kesabaran atas segala sesuatu yang akan didapatkan oleh orang yang berpuasa dari perihnya
lapar,haus,lemahnya jiwa dan badan.

"Maka Ramadhan adalah bulan kesabaran dan sabar pahalanya adalah surga."

Bahkan Allah SWT memuji hamba-hambanya yang sabar dan memberikan kepadanya predikat
hamba yang bertaqwa sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 177.

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Ketiga, bulan Ramadhan biasa juga dimaknai sebagai “Syahrul Jihad” atau bulan berjihad melawan
hawa nafsu yang bersarang dalam diri setiap manusia. Jihad melawan hawa nafsu ini yang disebut
Rasulullah SAW saat usai perang badar, sebagai Jihad yang paling besar, Jihad Akbar. Hawa nafsu
adalah nafsu yang cenderung mengajak manusia kepada kebathilan dan keburukan. Hawa nafsu
menjadi sasaran empuk bisikan setan dan menjadi lapangan bermain-main bagi Setan
menumbuhkan dan mengembangkan kebathilan dan keburukan dalam ruang imajinasi manusia.
Sehingga manusia sangat cerdas dalam merancang tipu muslihat dan kejahatan yang merusak
kemaslahatan kehidupan umat manusia.

Dalam ruang imajinasi manusia juga, setan bersemangat mendorong kecerdasan manusia membuat
dan menyebarkan hoaks dan fitnah demi kerusakan kehidupan manusia yang sudah harmonis dan
tenteram. Bahkan hoaks dan fitnah dengan atas nama agama. Setan mampu menyamarkan batas
kebaikan dan kebathilan bagi orang beriman yang sudah dikuasai hawa nafsunya oleh Setan.
Dengan berpuasa, terutama di bulan Ramadhan, seorang mukmin akan terlatih mengendalikan
hawa nafsunya dan menutupinya dengan kesabaran dan kecerdasan Ilahiyah sehingga mampu
menepis dan menangkis dengan kuat segala bisikan Setan yang menggoda hawa nafsu dan ruang
imajinasinya untuk berbuat bathil.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah, Jelaslah bahwa bulan
Ramadhan dan ibadah puasa yang dijalani selama bulan suci itu akan mengantarkan hamba-hamba
Allah yang tawakkal dan ikhlas menunaikannya mencapai tingkatan Muttaqin, orang yang
bertaqwa, yakni posisi yang paling mulia di hadapan Allah SWT karena Allah menilai kemuliaan
seorang hamba itu hanya aspek ketaqwaan semata, bukan yang lain-lain.

Momentum hari raya Idul fitri adalah moment kemenangan bagi hamba-hamba Allah yang
bertakwa, kemenangan kita yaitu sebagai hamba yang mampu meraih tingkatan Muttaqin sehingga
akan memberi warna kebaikan kepada kehidupan di masa-masa yang akan datang. Orang
bertakwa senantiasa menunjukkan sikap dan prilaku yang memberi rasa aman kepada sesamanya.
Seimbang dalam hablum minallah (hubungan dengan Allah SWT) dan hablumminnas (hubungan
antar manusia).Di antara ciri-ciri sikap takwa adalah menjaga hubungan baik sesama manusia,
karena syariat memerintahkan menjalin hablum minallah wa hablum minannas. Tentu sebaliknya
adalah sikap aneh, manakala muslimin berbuat onar dan meresahkan orang lain.

Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 112:

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari
Allah dan mereka diliputi kerendahan.”
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa penyebab ditimpakannya kehinaan dan kemurkaan kepada
manusia lantaran manusia tidak menjaga dan memelihara hubungan dengan Allah dan tidak
menjaga hubungan dengan sesama manusia. Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua
bentuk hubungan harmonis yang akan membawa kemuliaan dan keselamatan manusia di sisi Allah
SWT, yaitu:

1. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah (ubudiyah)
atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah.
2. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud
amaliyah sosial yang dikenal dengan hablum minannaas Hablum minallah bermakna menjaga
hubungan dengan Allah dengan selalu melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya, sementara hablum minannas bermakna menjaga hubungan dengan sesama manusia
dengan senantiasa menjaga hubungan baik, menjaga tali silaturrahim, memiliki kepedulian sosial,
tepa selera, tenggang rasa, saling menghormati.

Kedua hal ini merupakan dua mata uang yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Tidaklah
dikatakan orang baik yang menjaga hubungan dengan Allah namun mengabaikan hubungan dengan
orang lain, begitu juga sebaliknya. Menjaga hubungan dengan Allah sejalan dengan menjaga
hubungan dengan sesama manusia, bersungguh-sunguh menegakkan ibadah kepada Allah harus
dibarengi dengan kesungguhan menanam benih-benih kebaikan terhadap sesama.

Dengan demikian, ketakwaan seorang Muslim dibangun di atas kerangka hubungan dengan Allah
melalui perjanjian yang diatur dalam Syari'at-Nya berkenaan dengan kewajiban menunaikan hak-
hak Allah Ta'ala dan juga kerangka hubungan dengan sesama manusia melalui kewajiban
menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun yang nonmuslim.
Manifestasi dari ketaqwaan kepada Allah dalam bentuk hablumminannas itu diungkapkan dalam
Alquran antara lain dalam Surat Ali Imran ayat 133-134.

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

ۚ ۚ ۚ ۚ
Yaitu orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang
berbuat kebaikan.

Perwujudan dari makna hablum minannas seorang hamba muslim adalah senantiasa menjaga
ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama
anak bangsa) dan ukhuwan insaniyah (persaudaraan sesama manusia). Oleh karenanya dengan
momentum hari raya Idul Fitri 1440 H hari ini marilah kita ingkatkan Ukhuwah Islamiyah dengan
menjalin silaturahim sesama kita, menghindari fitnah dan perpecahan serta saling memaafkan
diantara kita.

Dengan momentum Idul Fitri marilah bersama-sama kita wujudkan stabilitas keamanan,
perdamaian dan situasi yang kondusif dengan mengedepankan ukhuwah wathaniyah
(persaudaraan sesama anak bangsa) yang saling bersaudara satu sama lain daripada menonjolkan
perbedaan sifat kontra produktif. Kita hindari dan kita tangkal aksi-aksi provokasi dan kekerasan
dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab agar selalu tercipta rasa aman dan damai dalam
kehidupan berbangsa kita. Jangan sampai umat Islam di Indonesia terpancing untuk melakukan
aksi-aksi inkonstitusional baik langsung dan tidak langsung. Tindakan inkonstitusional bertentangan
dengan ajaran Islam dan dapat mengarahkan kepada tindakan bughat yang bertentangan dengan
Syariat Islam.
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Demikianlah khutbah Idul Fitri tahun 1440 H, semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah
Ramadan kita. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita sehingga tugas-
tugas yang telah diamanahkan kepada kita, dan kita dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Amin ya rabbal 'alamain.

Ya Allah yang maha pengasih dan penyayang, kami semua adalah hamba-hambamu yang rapuh,
maka kuatkanlah kami.Tak ada yang bisa menguatkan kami kecuali hanya Engkau Ya Allah. Ya
Allah yang maha berkuasa, jadikanlah kami hamba-hambamu orang yang selalu yakin atas rahmat-
Mu, berikanlah keyakinan yang tangguh pada hati kami. Tak ada keyakinan sejati kecuali dari-Mu ya
Allah.

Ya Allah yang maha memberi petunjuk, jangan jadikan kami hamba-hambamu yang tersesat dari
jalan lurus yang Engkau kehendaki, berilah hidayah kepada kami. Tak ada yang dapat memberi
petunjuk kepada kami kecuali hanya Engkau ya Allah.

Ya Allah yang maha pengampun, jangan jadikan kami hamba-hambamu yang tenggelam dalam
lautan kemaksiatan dan kedurhakaan kepada-Mu, ampunilah kami. Tak ada yang dapat
mengampuni kami kecuali hanya Engkau Ya Allah.

Ya Allah yang maha pengasih, apabila kami pernah menyakiti hati orang tua kami, di pagi ini, kami
bersimpuh kepada-Mu Ya Allah, ampuni kami, ampuni dosa kedua orang tua kami, ampuni dosa
guru-guru kami, ampuni dosa-dosa istri/suami kami, ampuni dosa-dosa saudara kami, ampuni dosa
tetangga kami, ampuni dosa putra-putri kami, sesungguhnya hanya engkaulah yang maha
Pengampun dosa-dosa kami. Jadikan kami dan mereka semua termasuk hamba-Mu yang kembali
fitrah, termasuk orang-orang yang beruntung. Amin ya rabbal 'alamin.

Khutbah II

Anda mungkin juga menyukai