Anda di halaman 1dari 26

Hikmah Ramadhan(4): Panduan Puasa Ramadhan

Dimuat Selasa, 5 November 2002 BAGAIMANA MENYAMBUT RAMADHAN Dr. Muhammad Hasan Abdul Baqi (Dewan Da'wah dan Tarbiyah, International Islamic Universtiy Islamabad)

Segala puji bagi Allah tuhan sekalian alam.Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad s.a.w.. Mari kita mohon kepada Allah, Dzhat Yang Maha Agung, semoga menjadikan kita termasuk orang-orang yang apabila mendapatkan rizqi bersyukur, apabila mendapatkan cobaan bersabar dan apabila melakukan dosa atau kesalahan mau meminta ampunan. Umat Islam saat ini sedang berada dalam masa yang sangat mencemaskan dan dalam perjalanan sejarahnya yang penuh onak dan duri. Tidak sedikit negara-negara Islam saat ini mengalami penderitaan yang sangat berat berupa kemiskinan, ditindas, dibantai, dijajah dlsb. Ramadhan sebentar lagi akan tiba, dan ini merupakan suatu momentum yang sangat tepat bagi kita kaum muslimin untuk menyamakan persepsi bahwa kita ini sebenarnya adalah satu tubuh, apabila salah satu organ tubuh terserang sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakit yang sama. Bulan Ramadhan juga merupakan ajang kita untuk "bertadharru', meratap kepada Allah agar segala kesusahan, kedlaliman dan diskriminasi dijauhkan dari kita. Dan semoga umat ini juga ditunjukkan jalan yang benar, yaitu jalan dimana para pejuang kebenaran diberikan kejayaan atas orang -orang pembuat kerusakan. Semoga Allah menggandeng tangan umat ini kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Tinggal beberapa hari lagi, kita kedatangan bulan Romadhan. Sudah sewajarnya kita menyambutnya dengan suka cita. Dulu para sahabat dan tabi'in senantiasa memanjatkan do'a agar di pertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. "Ya Allah sampaikan kami kepada bulan Ramadhan berikutnya". Keutamaan Ramadhan. Keutamaan ini bisa dilihat dari turunnya Al-Qur'an pada bulan Ramadhan. Ini merupakan tanda yang cukup jelas betapa mulianya bulan ini, karena Al-Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Allah berfirman "Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana diturunkan al-Qur'an di dalamnya untuk menjadi petunjuk bagi manusia, dan tanda-tanda dari petunjuk dan pembeda (dari yang benar dan batil)". Untuk itulah Allah mewajibkan kaum muslimin untuk memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya dengan melaksanakan puasa sebagai realisasi rasa syukur kita kepada Allah atas ni'mat bulan Ramadhan, "Barangsiapa menemukan bulan (Ramadhan) maka berpuasalah. Ramadhan merupakan bulan puasa, bulan mendirikan sholat, bulan memperbanyak membaca al Qur'an, bulan yang penuh rahmat, maghfiroh dan pembebasan dari api neraka, bulan dimana segala amal kebajikan dilipatgandakan dan amal keburukan dan maksiat dimaafkan, bulan segala do'a dikabulkan, dan derajatnya ditinggikan. Allah mewajibkan puasa ini agar kita bisa bertaqwa dengan sesungguhnya, sebagaimana firman Allah : " "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu melaksanakan puasa sebagaimana yang diwajibkan atas kaum sebelummu, agar kamu bertaqwa". Taqwa adalah buah yang diharapkan mampu di hasilkan oleh puasa. Buah tersebut akan menjadi bekal orang beriman dan periasai baginya agar tidak terjatuh dalam jurang kemaksyiatan. Seorang ulama sufi pernah berkata tentang pengaruh taqwa bagi kehidupan seorang muslim; Dengan bertaqwa, para kekasih Allah bisa terlindungi dari perbuatan yang tercela, dalam hatinya diliputi rasa takut kepada Allah sehingga menyebabkannya senantiasa terjaga di malam hari untuk beribadah, lebih suka menahan kesusahan dari pada mencari hiburan, rela merasakan lapar dan haus, merasa dekat dengan ajal sehingga mendorongnya untuk memperbanyak amal kebajikan. Taqwa merupakan kombinasi kebijakan dan pengetahuan, serta gabungan antara perkataan dan perbuatan. Di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah seperti yang dijelaskan Rasulullah s.a.w. : "Ketika

datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh syaithan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup , tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga ibuka hingga tidak ada satupun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru; "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan menyingkilah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi.) Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairoh RA berkata: berkata Rasulullah SAW: "Ketika telah masuk bulan Ramadhan maka dibuka pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka jahannam, dan dibeleggu semua syaithan". Dalam Riwayat Bukhari yang lain; "ketika telah tiba bulan Ramadhan maka di bukakan pinti-pintu sorga". Jadi di dalam bulan yang suci ini Allah menjauhkan semua penyebab kehancuran dan kemaksiatan, syaitan diikat dan dibelenggu, hingga tidak kuasa untuk membujuk manusia melakukan kemaksiatan yang keji dan terlarang, karena manusia sibuk melakukan ibadah, mengekang hawa nafsu mereka dengan beribadah, berdzikir dan membaca al-Qur'an. Ini sekaligus penggugah hamba beriman bahwa tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan ibadah dan taat kepada Allah ataupun melakukan maksiat karena sumber utama penyebab kemaksiatan, yaitu syetan telah dibelenggu. Ditutupnya pintu neraka mempunyai arti bahwa setiap hamba hendaknya tidak lagi melakukan perkara yang munkar dan mengekang diri dari menuruti hawa nafsunya, karena neraka sebagai tempat pembalasannya sedang ditutup. Pintu neraka ditutup semata untuk menghukum syaithan dan saat itulah selayaknya kemaksiatan berkurang dan sirna lalu digantikan dengan perbuatan mulia dan kebajikan. Sementara dibukanya pintu-pintu sorga mengisyaratkan terhamparnya kesempatan seluas-luasnya untuk meraih sorga dalam bulan Ramadhan. Iyadl berkata: ini merupakan tanda bagi para malaikat bahwa bulan yang istimewa telah tiba agar mereka menghormatinya dan menghadang syetan dari pekerjaannya mengganggu orang mu'min. Bisa juga itu mengisyaratkan banyaknya pahala dan ampunan yang diturunkan Allah agar mereka yang mengharapkannya berlomba-lomba meningkatkan amal ibadahnya dan agar mereka yang memimpikannya semakin berusaha mendapatkannya. Bisa juga maksud dibukanya pintu sorga adalah terbukanya kesempatan bagi hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketaatan, dengan terbukanya semua jalan kataatan dan tertutupnya jalan -jalan syetan. Adapun maksud terbukanya pintu-pintu langit adalah kata kiasan bagi turunnya rahmat Allah dan terbukanya tirai penutup bagi amal-amal hamba, di satu pihak karena taufiq Allah dan di lain pihak karena semua amal akan diterima Allah pada bulan tersebut. Taibi berkata : Malaikat diperintahkan memintakan rahmat kepada Allah untuk hambanya yang berpuasa dan agar mereka mendapatkan derajat yang mulia. Maka sangat beruntungl h bagi mereka a yang mau memanfaatkan kesempatan tersebut, dan mudah-mudahan menjadi salah satu dari mereka yang dimuliakan dan diselamatkan dari api neraka di bulan suci tersebut. Sesungguhnya Allah membebaskan hamba-Nya dari siksa neraka karena beberapa amal : ada yang karena mentauhidkan Allah, ada yang karena sholat dan zakat, dan pembebasan pada bulan Ramadhan adalah karena puasa dan barakah yang terkandung di dalamnya, dengan banyaknya dzikir dan taubat yang di lakukan dalam bulan suci itu. Nabi Muhammad s.a.w. telah menceritakan dari tuhannya (Allah).; "Barang siapa berpuasa di bulan suci itu dengan beriman dan mengharap pahala dari sisi Allah maka diampuni segala dosa yang telah ia lakukan" dan barang siapa menghidupkan malam lailatul qadar dengan beriman dan bertulus hati maka diampunilah dosa yang telah ia lakukan. Berpuasa disertai dengan ketulusan niyat dan ikhlas akan mengantarkan hamba mendapatkan ampunan dan mendatangkan rahmat dan keridloan dari Allah. Inilah kesempatan yang terbuka bagi orang beriman agar berlomba-lomba dalam beramal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran. Saudaraku!! jangan lewatkan kesempatan ini, apalagi sampai merugi dalam perkara ini, tidak saja kehilangan modal yang telah ada ditanganmu namun juga tidak sepeser pun keuntungan yang kau dapat, padahal di sana banyak orang -orang yang mendapatkannya. Dan pada itu berlomba-lombalah orang-orang yang berlomba (Q.S. 84:26).

Persiapan Menyambut Kedatangan Tamu Istemewa.

Saudaraku yang mulia !. Ramadhan boleh kita anggap sebagai tamu istimewa. Adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai tuan rumah untuk menyambut kedatanganya dengan suka cita dan memuliakannya. Apa saja perkara yang harus di persiapkan menjelang kedatangannya tamu tersebut? Pertama adalah dengan bertaubat nasuha, yaitu dengan menyesali perbuatan buruk yang telah kita lakukan seraya meminta ampun kepada Dzat Yang Maha Pengampun secara sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kita sambut Ramadhan dengan janji kepada Allah untuk selalu berpegang teguh dengan ajaran-ajaran agama-Nya, menyerahkan jiwa raga dan harta benta di jalan Allah. "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka bahwa untuk mereka akan mendapatkan sorga". Kedua dengan meyakinkan diri kita bahwa kemuliaan, derajat tinggi dan kejayaan yang haqiqi tidak akan tercapai kecuali dengan iman dan hanya bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah:

Janganlah kamu merasa hina diri dan bersedih hati, kamu semua adalah orang-orang yang berpangkat tinggi jika kamu adalah orang-orang yang beriman.(sungguh-sungguh). Dalam ayat yang lain: " " .ang berimanorang y-segala kemuliaan dan rasulNya dan orang,hallA kilim aynaH Apabila perasaan ini telah tertanam di dalam dada kita maka kita tidak akan dihinggapi perasaan .pesimis dan putus asa dengan rahmatnya Allah ,hina Termasuk kewajiban kita dalam menyambut tamu adalah mengetahui derajat dan pangkat tamu Di antara derajat yang dimiliki bulan Ramadhan bahwa di dalamnya terdapat malam yang .rsebutte ;di dalam bulan ini juga terlukis sejarah kemenangan umat islam ,lebih mulia dari seribu bulan taklukkanya kota Makkah oleh di ;kemenangan umat Islam dalam perang Badar terjadi pada bulan ini dibebaskanya Masjidil Aqso dari tangan yahudi setelah melalui peperangan sengit di ;kaum muslimin Semoga dengan bulan penuh .nasir Sholahuddin juga pada bulan ini-bawah komando jenderal An musuh Islam dan awal dari kemerdekaan -ebiadaban musuhberkah ini pula merupakan akhir dari k Chechnia maupun di bumi ,Kashmir ,saudara kita yang ada di Palestina-dan kemenangan saudara .Islam lainnya yang saat ini masih terjajah dan tertindas seorang hamba sangat tergantung ,uliaanbahwa untuk mencapai kehormatan dan kem ,Ketahuilah termarjinalkan ,Kalau ada seorang hamba hidupnya hina .seberapa kuat keimanannya kepada Allah Karena .tertindas itu terkadang karena kualitas keimanan mereka yang masih lemah dan kurang orang yang -orang-nya diberikan oleh Allah kepada orangkemenangan dan kekuatan itu ha :Allah berfirman .mempunyai keimanan yang kuat dan sempurna

.di akherat orang beriman di dunia dan-gnaro nad lusar arap gnolonem naka imak aynhuggnuseS ,Untuk itu .Barang siapa imanya tipis maka sedikit pula jatahnya untuk menrima pertolonga Allah baiknya untuk memperbarui -sewajarnya kita harus bisa memanfaatkan bulan Ramadhan ini sebaik .hkeimanan kita dengan berpegang teguh kepada ajaran Alla syahwat dan ,Kelalaian .sungguh dalam bertaubat dan kembali kepada Allah-bersungguh :Ketiga

pintu syaitan untuk membujuk manusia -Inilah pintu .kemarahan merupakan cobaan bagi manusia Apabila Allah .berbuat dosa dan maksiyat lalu menjerumuskannya ke jurang kehancuran ,penyesalan ,maka akan dibukakan untuknya pintu taubat ,Nya-menghendaki kebaikan atas hamba menghamba dan ,Nya-Nya dengan mendekatkan diri kepada-kesungguhan untuk kembali ke jalan .Nya-intu rahmatmemperbanyak doa dan amal kebajikan sehingga akan terbuka p ,Ini bisa terwujud melalui dua cara .lurus dan konsisten ,Jiwa dan raga yang istiqamah :Keempat :yaitu ketika suatu ,Di dalam berpuasa .Nya-melebihi cinta kepada selain .t.w.Cinta kepada Allah s -1 maka orang yang ,engan apa yang diperintahkan oleh Allahperkara yang disenangi bertentangan d berpuasa tersebut akan medahulukan cintanya kepada Allah dan menahan dirinya dari yang di .haramkan yaitu dengan melaksanakan apa yang ,Nya-Menghormati dan mentaati perintah dan larangan -2 Seorang mukmin pasti sadar bahwa mentaati .ahkan agama dan menjauhi apa yang dilarangdiperint perintah dan menjauhi larangan semata timbul dari sikap pemuliaan terhadap pemilik perintah dan sisi Allah bergantung pada Maka kualitas suatu amal di .sendiri .r.w.yaitu Allah s ,larangan tersebut mahabbah dan ,ikhlas ,seberapa jauh kadar kemurnian dan keikhlasan hati seseorang dalam beriman .dosa-dapat melebur dosa ,dengan izin Allah ,Inilah yang nantinya .cintanya kepada Allah uka hakkadiT :berkata .w.a .Rasulullah s .Anjuran untuk memperbanyak dzikir :Kelima derajatnya ,( Allah)memberitahukan pada kalian tentang amal yang paling mulia disisi Tuhan kalian ,Amal tersebut lebih mulia dibanding menginfakkan emas dan perak .tertinggi di antara amal kalian Para .(hingga kalian meninggal secara syahid ,ertempuran dengan musuh kalianlebih mulia dari p lamA :berkata .w.a .Maka Rasulullah s .ya Rasulallhoh ,itah gnanes nagneD :sahabat menjawab .tersebut adalah dzikir kepada Allah Yang Mulia :Beberapa faidah dzikir berdzikir akan memberi daya ingat yang kuat sehingga terkadang seseorang mampu Dengan.1 .melakukan pekerjaan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya tanpa dzikir meringankan ,Dengan berdzikir akan memudahkan seseorang dalam menghadapi kesulitan.2 .rjaan beratmelaksanakan peke dengan ,Nya-merupakan salah satu pertolongan Allah kepada hamba .w.a.Dzikir kepada Allah s .3 .Nya dan memudahkan perkaranya-ketaatan tersebut Allah akan membalas dengan cinta .n MalaikatAllah sangat membanggakan orang orang yang berdzikir di hadapa .4 penyakit -Berdzikir kepada Allah merupakan penyejuk hati sekaligus sebagai penyembuh penyakit.5 tidak ada yang bisa ,di dalam hati ada sesuatu yang keras ,Lupa adalah penyakit hati .hati .dengan berdzikir mencairkan dan tidak ada yang bisa menyembuhkan kecuali Orang tidak akan bersyukur kepada Allah kalau ia ia .Dzikir adalah inti dari rasa syukur seseorang .6 .Nya-tidak berdzikir kepada -as)rifah bagi mereka yang menempuh jalan rohani `Dzikir ibarat sebuah pohon yang berbuah ma .7 tidak ada jalan lain kecuali dengan ,a untuk menggapai kenikmatan buah tersebutMak .(salik .berdzikir

.Dzikir akan mengingatkan seseorang akan kerugian di hari Kiamat .8 menguatkan ruh dan menambah ,menyejukkan jiwa ,Dengan berdzikir akan menghidupkan hati .9 .(Allah)takut akan Tuhanya rasa Menjauhkan diri dari omongan yang keji dan munkar .10

Amalan-amalan yang disunatkan pada bulan Ramadhan. 1- membaca Al-Quran. Bulan Ramadhan adalah bulan al-Quran sesuai dengan sunnah Nabi s.a.w. Ibnu Abbas RA berkata; "Nabi (Muhammad SAW) adalah orang yang paling dermawan diantara manusia. Kedermawaanya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadhan, lalu Nabi membacakan al-Quran dihadapan Jibril. Pada saat itu kedermawaan Nabi melebihi angin yang berhembus." Hadist tersebut menganjurkan kepada setiap muslim agar bertadarus al-Quran, dan mengadakan ijtima`/berkumpul dalam majlis al-Quran dalam bulan Ramadhan. Membaca dan belajar al-Qur'an bisa dilakukan di dihadapan orang yang lebih mengerti atau lebih hafal al-Quran. Dianjurkan pula untuk memperbanyak membaca al-Quran di malam hari. Dalam hadist di atas, modarosah antara Nabi Muhammad saw dan Malaikat Jibril terjadi pada malam hari, karena malam tidak terganggu oleh pekerjaan-pekerjaan keseharian. Di malam hari, hati seseorang juga lebih mudah meresapi dan merenungi amalan dan ibadah yang dilakukannya. Puasa dan al-Quran mempunyai keterkaitan yang sangat dalam. Karena itu Rasulullah s.a.w memperbanyak membaca Al-Quran dalam bulan Ramadhan. Tidak ada yang melebihi al-Quran. Allah menurunkannya lain pada kitab-kitab terdahulu, di dalamnya terdapat hukum-hukum Allah yang tegas, dari al-Qur'an mengalir petunjuk-petunjuk Allah untuk manusia, tidak ada kebohongan, tidak ada penyesatan, ia memberi syafaat kepada orang yang membaca dan mengamalkannya. Rasulullah menegaskan "Barang siapa mendapatkan syafaat al-Qur'an, maka ia akan mendapatkan syafa'at di hari Kiamat", "Barangsiapa duduk demi al-Qur'an, maka ia tidak akan berdiri keculai dengan mendapatkan kelebihan dan kekurangan, yaitu kelebihan mendapatkan hidayah dan kekurangan dari kebutaan hatinya". Dengan selalu membaca al-Quran, iman seseorang akan bertambah dan terus bertambah, dan tidak akan luntur apa yang telah ia yakini, hinggga berkuranglah keraguan-keraguan yang ada dalam jiwanya. Tidak ada satu pun penyembuh hati selain al-Quran, karena sebesarbesarnya penyakit hati adalah kekafiran dan kemunafikan serta jauh dari jalan Allah. Dan tiada penawar atas penyakit-penyakit tersebut kecuali al-Quran. Alim Rabbany syaikh Ahmad bin Abdul-Ahmad as-Sarhindy berkata: "Sesungguhnya di dalam bulan ini (puasa) ada kaitan yang sangat erat dengan al-Quran, dimana pada bulan tersebut al-Quran di turunkan, di dalam bulan tersebut juga dipenuhi segala kebajikan dan berkah dari Allah s.w.t. Setiap kebajikan dan keberkahan yang diterima oleh umat manusia selama setahun penuh, tidak lain hanyalah setetes dari lautan rahmat Allah selama satu bulan ini. Maka sangat beruntunglah mereka yang menyambut dan menghidupkan bulan tersebut dengan melakukan amal soleh dan beribadah, dan merugilah mereka yang tidak meramaikan bulan tersebut dengan beribadah, yaitu mereka yang berpaling dari keberkahan dan kebaikan." Dengan demikian, Ramadhan merupakan pesta ibadah, blantika tilawah bagi ummat Islam. Ia ibarat musim semi orang-orang yang muila dam bertaqwa, hari raya bagi hamb-hamba yang shalih, diramaikan dengan mendirikan ajaran-ajaran agama, kebeningan hati dalam ibadah dan berlomba-

lomba dalam kabaikan. Seluruh ummat muslim dari segala penjuru dunia serentak berbondongbondong menyambut kedatangan bulan suci tersebut dengan menghidupkan suasana yang penuh rahmat dan barokah. Allah telah menganugerahkan rahmat dan pertolongan -Nya kepada hambanya yang beramal soleh, mereka yang tidak segan-segan melaksanakan ajaran-ajaran Allah dan selalu asyik tanpa rasa jemu dalam mengamalkan perintah-Nya. Hati mereka selalu bergantung kepada Allah dan setiap hembusan nafas mereka terarah kepada kebaikan. 2.Menahan hawa nafsu dan kesenangan duniawi. Yaitu dengan mengurangi makan ketika berbuka serta tidak berlebih-lebihan. Dalam sebuah ahdist dikatakan "Tidak ada perkara yang lebih buruk dari pada memenuhi isi perut dengan makanan secara berlebihan". Ruh puasa terletak pada memeperlemah syahwat, mengurangi keinginan dan mengekang nafsu. Dari Sahal bin Sa'ad r.a Rasulullah s.a.w. bersabda:" Sesungguhnya di surga ada salah satu pintu yang dinamakan Rayyan: masuk dari pintu tersebut ahli puasa di hari kiamat, tidak ada yang masuk dari pintu itu selain ahli puasa, lalu diserukan "Manakah para ahli puasa?", maka berdirilah para ahli puasa dan tak ada seorangpun yang masuk dari pintu itu kecuali mereka yang tergolong para ahli puasa, dan apabila mereka sudah masuk, maka pintu sorga tersebut segera ditutup, dan tak ada satu pun yang diperbolehkan masuk setelah mereka". (Bukhari Muslim). 3.Berdo'a ketika berbuka puasa. Abu Hurairah r.a berkata: bersabda Rasulullah s.a.w: Ada tiga golongan yang tidak akan ditolak do'anya, mereka itu adalah: orang puasa ketika berbuka, doa pemimpin yang adil dan doa orang yang teraniaya". Untuk itu, hendakanya kita sekalian tidak melupakan saudara-saudara kita yang menderita di Palestina, Afghanistan, Kashmir dan Chechnia dan belahan bumi laninnya dalam doa kita. Betapa banyak do'a yang ihlas dan tulus, lebih berguna dibanding ribuan anak panah. 4.Qiyamullail (Tahajjud ) Solat Tarawih hukumnya sunat menurut kesepakan para ulama juga disunatkan untuk meng khatamkan al-Qur'an selamat shalat tarawih. Hadits-hadits yang menerangkan tentang qiyamullail adalah : Sabda Rasulullah s.a.w: "Barang siapa menghidupan malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan mendapatkan ridho Allah s.w.t semata, niscaya Allah akan mengampuni dosadosanya yang telah lampau". Abu Hurairah r.a meriwayatjkan bahwa Rasulullah s.a.w. senang menghidupkan bulan Ramadhan dengan melaksanakan qiyamullail dengan tidak memaksakannya kepada para sahabat untuk melaksanakannya dan bersabda:" Barangsiapa yang melaksanakan Qiyamullail pada bulan R amadhan dengan penuh keimanan dan harapan niscaya Allah akan mengampuni dosa -dosanya yang telah lampau. Alam riwaayt lain Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah mewajibkan atasmu puasa Ramadhan dan disunatkan melakukan Qiyamullail pada bulan suci ini, barang siapa berpuasa dan melaksanakan Qiyamullail dengan penuh keimanan dan harapan maka Allah akan mengampuni dosa -dosanya yang telah lampau". Dari Abu Hurairah r.a:"Kemuliaan seorang mu'min teletak pada solatnya yang ia dirikan di tengah malam dan kehormatannya terletak pada ketidak-tergantungannnya terhadap orang lain". Dari Mughirah r.a, Rasulullah s.a.w selalu bangun tengah malam melaksanakan solat malam hingga

bengkak kedua telapak kakinya". Para ulama salaf selalu mencari kesempatan untuk menghidupkan malamnya dengan shalat dan membaca Al-Quran sehingga tersentuh jiwanya. Dan apabila membaca ayat yang menerangkan kabar gembira, hatinya terselip harapan yang menggebu-gebu seolah apa yang di janjikan itu ada di pelupuk matanya. Sebaliknya, apabila membaca ayat Al-Qur'an yang menerangkan ancaman maka hati dan kedua telinganya terasa terbius, seolah dahsyatnya suara api neraka berada di ujung telinganya, lalu mereka pun meletakkan keningnya di atas bumi sambil memohon kepada Allah agar dijauhkan dari pedihnya api neraka dan meminta pertolongan agar diberi kemenangan atas musuh -musuhnya. 5. Berlomba-lomba dalam bersedekah. Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan ifthar(berbuka) bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma sebagaimana sabda Rasulullah yang berbunyi:" Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun". (Bukhari Muslim) Anjuran untuk berlomba-lomba dalam bersedekah dan membiasakan diri untuk berderma dan semaksimal mungkin memberikan apa yang kita punya sesuai dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan Ibnu Abbas yang artinya:" Rasulullah orang yang paling dermawan terlebih ketika berjumpa denga malaikat Jibril dan malaikat Jibril selalu menemuinya setiap malam dibulan Ramadhan hingga akhir bulan itu." (HR Bukhari) Dan pada hadis yang lain disebutkan bahwasanya Rasulullah orang yang paling sempurna akhlaqnya, paling dermawan dan kedermawanannyha mencakup semua segi, di antaranya memberikan ilmu, harta, dan jiwanya kepada Allah demi menegakkan agama dan memberi petunjuk kepada hamba-Nya, membaktikan dirinya untuk ummat dalam segala aspek dan semua kedermawanannya semua hanya demi Allah. Rasulullah lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri, keluarga dan anakanaknya, beliau memberikan apa yang para raja-raja tidak mampu memebrikannya, lebih suka hidup sederhana, sehingga tidak jarang dalam sebulan atau dua bulan dapurnya tidak mengepulkan asap. Kedermawaan beliau semakin bertambah ketika masuk bulan Ramadhan, karena keutamaan waktu mengartikan kautamaan beramal di dalamnya, dan menjadikan pahala berlipat ganda di dalamnya. Membantu orang berpuasa dan orang yang menjalankan ketaatan, berhak mendapatkanpahala seperti pahala orang yg melakukannya, tanpa mengurangi sedikit pun pahalanya, karena Allah adalah Maha Dermawan terhadap hamba-Nya dengan rahmat dan maghfiroh-Nya dalam bulan Ramadhan ini. Maka sepatutnya bagi seorang hamba harus bisa membalas kebaikan-Nya dengan berderma harta dan jiwanya sehingga ia berhak mamperoleh rahmat Allah. Di antara keutamaan sodaqah adalah meredam murka Allah dan terhindar dari suu'ul khatimah, yaitu meninggal dalam keadaan sesat. Sodaqah juga mempunyai pengaruh yang sang luar biasa untuk at menolak bermacam cobaan dan malapetaka, melebur kesalahan, meredamnya sebagaimana air mematikan api, sodaqah bisa membuat hati menjadi senang dan dada terasa lapang. Untuk itulah kita dilarang bakhil. Abdurrahman bin Auf setiap kali bertawaf di Makkah selalu berkata: "Ya Allah lindungilah aku dari jiwa yang bakhil." 6. I`tikaf di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan. I`tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan merupakan penyempurna ibadah puasa. Ini karena I'tikaf artinya mengkonsentrasikan diri menghadap Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya. Hingga kecintaannya semata hanya kepada Allah, mengalahkan kecintaannya kepada selain Allah. Inilah tujuan I'tikaf di hari-hari terakhir bulan Ramadhan, hari yang paling utama selama bulan tersebut. Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan

keutamaan yang dipilih oleh Allah SWT. Diriwayatkan dari `Aisyah r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw selalu beri`tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hingga ajal menjemputnya, kemudian sunnah ini dihidupkan lagi oleh isteri-isteri Rasulullah selepas kematiannya" (Bukhari Muslim). Ini merupakan gambaran akan kesungguhan dalam beribadah dan kesiapan Rasulullah dalam menyambut Ramadhan. Dari `Aisyah r.a berkata: bahwa Rasulullah s.a.w. apabila memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malam dan membangunkan anggota keluarganya dan beliau kencangkan pakaiannya" (Bukhari Muslim). Saudaraku! Ingatlah bahwa pintu menuju kebaikan itu bermacam-macam. Oleh karena itu kita seyogyanya memasuki salah satu pintu tersebut. Ahmad Bin Hanbal menegaskan : "Tidaklah dikatakan seorang itu berilmu sebelum ilmunya mencerminkan perkataannya dan ahlaknya". Dan sebagian dari pintu kebaikan adalah berdo`a karena do`a adalah penggerak dari ibadah dan sebaik -baik do`a dan dzikir adalah yang diajarkan oleh Rasulullah saw karena beliau adalah hamba yang paling tahu akan Tuhan Yang Maha Mengabulkan do`a kita. 7. Menjauhi Larangan Agama: Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang mu`min adalah menjaga lisan dari mengguncing dalam keadaan berpuasa sebagaimana yang dipesankan Rasulullah s.a.w: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan ghibah maka tiada artinya di sisi Allah baginya berpuasa dari makan dan minum" (HR: Bukhari). Berkata Ibnu Battal: Bukan berarti kemudian ia meninggalkan puasa, tapi ini merupakan peringatan agar meninggalkan perkataan dusta dan ghibah. Adapun makna perkataan Rasul: "Tiada arti di sisi Allah s.w.t." menurut Ibnu Munir adalah: tamsil dari ditolaknya puasa yang bercampur dengan dusta. Adapun puasa yang bersih dari pekerjaan tercela tersebut, insya Allah akan tetap diterima. Ibnu Arabi berkata: Umat-umat sebelum kita cara berpuasanya hanya menahan diri dari bicara namun diperbolehkan makan dan minum, begitupun mereka tidak sanggup, sehingga Allah meringankan dengan dihapusnya setengah hari yaitu malam dan dihapusnya setengah puasa yaitu puasa dari bicara, namun mereka tetap tidak sanggup, mereka bahkan melakukan tindakan-tindakan yang diharamkan agama. Kemudian Allah meringakan lagi untuk meningkatkan derajat manusia dengan meninggalkan perkataan dusta dan munkar. Allah pun mewayuhkan kepada Rasulullah s.a.w. "Barangsiapa yang berkata dusta atau berbuat munkar maka Allah s.w.t. tidak menerima puasanya dari makanan dan minuman. Maka beruntunglah mereka yang menyibukkan diri dengan aibnya hingga tidak memikirkan aib orang lain dan beruntunglah mereka yang tinggal di rumah, sibuk dengan ibadah kepada Allah, menangisi kesalahannya di saat manusia sedang terlelap tidur. Selain itu, selayaknya kita tidak ikut campur urusan orang lain sehingga kita terseret dalam kemungkaran atau menjerumuskan orang lain dalam kemungkaran. Kalau ada orang yang mengganggu kita, hendaklah kita ingatkan bahwa kita sedang berpuasa, sebagaimana diajarkan Rasulullah saw: Apabila dihina oleh seseorang hendaklah ia ucapkan saya sedang berpuasa. Demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, mulut seorang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibanding minyak wangi misik". Maka seorang mu`min yang menguasai syahwatnya dan menahan dirinya dari makanan dan minuman yang halal, menahan dirinya dari menggauli istrinya yang halal, seyogyanya ia juga menjaga dirinya dari hal yang jelas-jelas diharamkan di luar bulan puasa. Mulut ini, dijadikan Allah swt tidak

untuk mengumpat. Mulut yang dijadikan Allah lebih harum dibanding aroma minyak misik, janganlah sengaja dikotori dengan perkataan dusta atau menghina meskipun dalam keadaan terpaksa. Hendaklah ia berkata pada dirinya: "Saya sedang berpuasa dan tidak dihalalkan bagiku berbuat hal tersebut" Oleh Karena Itu Saudaraku hendaklah engkau buat jadwal bagimu. Aturlah waktumu dan sisakan waktu buat ibadah, jangan sampai engkau kehilangan barokah serta keutamaan Ramadhan, sesungguhnya waktu Ramadahan terlalu singkat untuk meraih seluruh keutamaannya, maka persiapkanlah dirimu sekarang untuk menghadapi bulan penuh berkah, rahmah dan maghfirah ini. Tiada kata yang pantas untuk mengakhiri tulisan ini, selain firman Allah s.w.t. dalam surat Fatir ayat 32-34 "Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hambahamba Kami, lalu di antara mereka ada yang dzalim pada diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang biasa saja dan diantara mereka ada yang lebih banyak berbuat kebaikan. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. Bagi mereka surga Eden yeng mereka masuki dengan dihiasi gelanggelang emas dan mutiara dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera. Mereka berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan penerima Syukur".

MASYRU'IYAT PUASA RAMADHAN "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ). 1. Puasa Ramadhan hukumnya Fardu `Ain 2. Puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DIDALAMNYA 1. Bulan Ramadhan adalah: a. Bulan yang penuh Barakah. b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup. c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu. d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR. e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri. 2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain : a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya. b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't. c. Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah. RUKUN PUASA a. Berniat sejak malam hari b. Menahan makan, minum, koitus (Jima') dengan istri di siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib),

Wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh. YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah : a). Orang sakit yang masih ada harapan sembuh. b) Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa. Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena : a). Umurnya sangat tua dan lemah. b). Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya. c). Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya. d). Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh. e). Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA a. Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa. b. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa. c. Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin. d. Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib) HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA a. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari. b. Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh. c. Berbekam pada siang hari. d. Mencium, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari (hukumnya makruh) e. Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya. f. Disuntik di siang hari. g. Mencicipi makanan asal tidak ditelan. ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN 1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib. Sunnah berbuka adalah sbb : a. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti rutob (kurma muda), kurma dan air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat. b. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu. c. Setelah berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : "Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah."

2. Makan sahur. Adab-adab sahur : a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh. b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh. 3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an 4. Menegakkan shalat malam/shalat Tarawih dengan berjama'ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir (20 hb. sampai akhir Ramadhan). Cara shalat Tarawih adalah : a. Dengan berjama'ah. b. Salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at. c. Dibuka dengan dua raka'at yang ringan. d. Bacaan dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad. e. Membaca do'a qunut dalam shalat witir. 5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada pengampunan maka ampunilah aku. 6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir. 7. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran. Cara i'tikaf: a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i'tikaf di masjid. b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak. c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf.

Rahasia Infaq
Diakui atau tidak, kita dalam hidup sehari-hari masih selalu terserimpung dengan perasaan berat untuk menginfakkan sebagian harta kita kepada yang berhak. Kita sering tidak merasa tersentuh oleh anak-anak kecil yang memanggil-manggil dengan menjajakan koran di depan jendela mobil kita, saat kita berhenti di persimpangan jalan. Kita sering perhitungan untuk membantu tetangga yang kelaparan, para pengemis yang terdesak lapar, para fakir miskin yang tidak sanggup lagi membiayai anaknya sekolah. Untuk zakat saja yang merupakan kewajiban, kita selalu berusaha menghindar dan mencari-cari alasan. Apa yang membuat berat? Apakah harta kita akan berkurang? Apakah Infaq dan zakat memang menguras harta kekayaan kita? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini ada beberapa hal yang harus disadari: Pertama: kurangnya, kalau tidak ingin disebut tidak ada, kesadaran bahwa harta yang kita miliki itu sebenarnya milik Allah. Kita bukan pemilik yang sebenarnya. Kita hanya pembawa amanat. Suatu saat, sehebat apapun kita menjaga dan menyimpannya, kita pasti akan meninggalkannya. Kita pasti akan berpisah dengan harta kekayaan, bahkan kita akan diminta pertanggung jawaban mengenai sejauh mana kita menggunakan harta yang kita genggam. Tidak adanya kesadaran seperti ini, menyebabkan lahirnya pemahaman yang salah: bahwa harta itu itu milik kita sepenuhnya, ia adalah hasil keringart dan jerih payahnya. Akibatnya ia menjadi pelit dan kikir, padahal kalau ia pikirkan

secara mendalam, ia akan sampai kepada sebuah ajwaban, bahwa yang menentukan kaya tidaknya seseorang, bukan karena keringat dan jerih payahnya, melainkan Allah. Lihat kenyataan yang sering ada dalam kehidupan kita, banyak kita menyaksikan saudara-saudara kita bekerja keras siang dan malam, tapi ternyata rejekinya masih saja hanya cukp dimakan. Di saat yang sama kita juga menyaksikan sejumlah orang yang hanya duduk santai, bahkan tidur-tiduran,tapi Allah melimpahkan kepadanya kekayaan yang melimpah ruah. Kedua: kurang mantapnya keyakinan akan janji Allah, bahwa setiap apa yang kita infakkan akan mendapatkan ganti tujuh ratus kali lipat. Akibatnya kita selalu keberatan untuk berinfaq. Sebab kita selalu yakin bila berinfaq hartanya pasti akan berkurang, padahal janji Allah pasti dan tidak pernah diingkari. Sungguh betapa banyak bukti-bukti yang menguatkan betapa Allah melimpahkan harta orang-orang yang selalu membayar zakat dan infaq. Dalam kisah orang-orang soleh sering kita membaca bahwa mereka begitu kuat keyakinanya terhadap janji Allah tersebut, sehingga mereka tidak pernah sama sekali terbebani oleh dunia yang ada di tangan mereka. Imam Ahmad bin Hanbal, ketika diberi hadiah oleh seorang khalifah sejumlah hadiah, beliau tidak pernah berfikir bagaimana menikmati harta tersebut, malainkan beliau segera menginfakkannya kepada yang berhak. Itulah kemudian kita menyaksikan kehidupan beliau begitu berkah, dinamis dan produktif, tidak terbebani permasalahan dunia apapun. Apalagi beliau memang memilih hidup sederhana. Ketiga: kita selalu dikuasai oleh perasaan ingin dipuji, ingin dibilang bahwa kita dermawan. Kalau tidak ada yang menyaksikan atau di depan halayak, kita tidak mau bersedekah. Baru kalau kita bisa menunjukkan gengsi sosial kita mau bersedekah. Akibatnya infaq yang kita lakukan bukan atas dasar iamn, melainkan karena gengsi sosial. Dari sininya hilangnya keberkahan dalam infaq kita. Sebab Allah sangat membenci orang yang berinfaq dengan tujuan supaya dipuji orang lain. Dalam terminology agaam, sikap semacam ini dikategorikan riyak. Suatu sikap yang akan menundang dosa. Bahkan riyak disebut juga Assyirkul Asghar (syirik kecil), sebab dengan sikap tersebut ia lebih menyukai dipuji orang daripada dipuji Allah. Tegasnya ia telah mensejajarkan manusia dengan Allah. Keempat: lemahnya kesadaran bahwa setiap yang kita infaqkan akan menjadi tabungan kita di hari akhirat, yaitu kehidupan kita yang kekal kelak. Mencapai kebahagiaan dalam kehidupan ini memerlukan bekal khusus yang berkualitas. Bekal tersebut harus kita persiapkan dengan nilai nilai keihlasan sewaktu di dunia. Salah satu bekal tersebut adalah berinfaq. Tidak harus dengan harta, namun dengan apa saja yang ia miliki. Mereka yang mempunyai ilmu bisa berinfaq dengan ilmu, mereka yang punya harta bisa berinfaq dengan hartanya, begitu seterusnya. Satu hal yang perlu kita yakini bersama bahwa barang siapa yang berinfaq di jalan Allah dengan tanpa hitungan bighairi hisab maka Allah akan membalasnya dengan tanpa hitungan pula. Amiin.

I'tikaf
Pengajian Ramadhan : I'tikaf
I'tikaf dalam pengertian bahasa berarti berdiam diri yakni tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian syari'ah agama, I'tikaf berarti berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr. Dalam hal ini Ras ulullah saw. bersabda :

: .

" Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. biasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan." (Hadits ri wayat Bukhari dan Muslim)

.
" Dari Abu Hurairah R.A. ia berkata, Rasulullah SAW. biasa beri'tikaf pada tiap b ulan Ramadhan sepuluh hari, dan tatkala pada tahun beliau meninggal dunia beliau telah beri'tikaf selama dua puluh hari. (Hadist Riwayat Bukhori).

Sebagian ulama mengatakan bahwa ibadah I'tikaf hanya bisa dilakukan dengan berpuasa.
Tujuan I'tikaf. 1. Dalam rangka menghidupkan sunnah sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam rangka pencapaian ketakwaan hamba. 2. Sebagai salah satu bentuk penghormatan kita dalam meramaikan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah swt. 3. Menunggu saat -saat yang baik untuk turunnya Lailatul Qadar yang nilainya sama dengan ibadah seribu bulan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam surat 97:3. 4. Membina rasa kesadaran imaniyah kepada Allah dan tawadlu' di hadapan -Nya, sebagai mahluk Allah yang lemah. Rukun I'tikaf. I'tikaf dianggap syah apabila dilakukan di masjid dan memenuhi rukun -rukunnya sebagai berikut : 1. Niat. Niat adalah kunci segala amal hamba Allah yang betul -betul mengharap ridla dan pahala dari -Nya. 2. Berdiam di masjid. Maksudnya dengan diiringi dengan tafakkur, dzikir, berdo'a dan lain lainya. 3. Di dalam masjid. I'tikaf dianggap syah bila dilakukan di dalam masjid, yang biasa digunakan untuk sholat Jum'ah. Berdasarkan hadist Rasulullah saw.

.
"Dan tiada I'tikaf kecuali di masjid jami' (H.R. Abu Daud) 4. Islam dan suci serta akil baligh. Cara ber-I'tikaf.

"

1. Niat ber-I'tikaf karena Allah. Misalnya dengan mengucapkan : Aku berniat I'tikaf karena Allah ta'ala.

2. Berdiam diri di dalam masjid dengan memperbanyak berzikir, tafakkur, membaca do'a, bertasbih dan memperbanyak membaca Al -Qur'an. 3. Diutamakan memulai I'tikaf setelah shalat subuh, sebagaimana hadist Rasulullah saw.

" .
"Dan dari Aisyah, ia berkata bahwasannya Nabi saw. apabila hendak ber -I'tikaf beliau shalat subuh kenudian masuk ke tempat I'tikaf. (H.R. Bukhori, Muslim) 4. Menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak berguna. Dan disunnahkan memperbanyak membaca:

Ya Allah sesungguhnya Engkau Pemaaf, maka maafkanlah daku.

Waktu I'tikaf. 1. Menurut mazhab Syafi'i I'tikaf dapat dilakukan kapa n saja dan dalam waktu apa saja, dengan tanpa batasan lamanya seseorang ber -I'tikaf. Begitu seseorang masuk ke dalam masjid dan ia niat I'tikaf maka syahlah I'tikafnya. 2. I'tikaf dapat dilakukan selama satu bulan penuh, atau dua puluh hari. Yang lebih uta ma adalah selama sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan sebagaimana dijelaskan oleh hadist di atas. Hal-hal yang membatalkan I'tikaf. 1. Berbuat dosa besar. 2. Bercampur dengan istri. 3. Hilang akal karena gila atau mabuk. 4.Murtad (keluar dari agama). 5. Datang haid atau nifas dan semua yang mendatangkan hadas besar. 6. Keluar dari masjid tanpa ada keperluan yang mendesak atau uzur, karena maksud I'tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan hanya untuk ibadah. 7. Orang yang sakit dan membawa kesulitan dalam melaksanakan I'tiakf.

AL-QURAN PELITA KEHIDUPAN

Hidup manusia bagaikan lalu lintas, semua ingin selamat dan cepat sampai tujuan. Karena kepentingan mereka berlainan, maka arah yang mereka tempuh pun berlainan pula. Supaya tidak terjadi tabrakan dan kecelakaan maka diperlukanlah adanya peraturan rambu -rambu lalu lintas yang dapat mengatur lancarnya jalur lalu lintas tersebut. Demikian pula halnya dengan kehidupan manusia, semua ingin sejahtera dan selamat dunia dan akhirat, namun karena kepentingan dan intrest mereka berbeda-beda maka tampaklah dalam masyarakat tersebut propesi yang berbeda-beda pula. Supaya tidak terjadi penganiayaan seseorang atas orang lain maka diperlukanlah adanya undang-undang yang dapat mengatur lancarnya jalur kehidupan tersebut. Peraturan tersebut selanjutnya di kenal dengan sebutan agama. Yang lebih spesifiknya lagi agama yang hanya diterima di sisi Allah yang bersumberkan dari Al- Quran dan Sunnah. Selanjutnya rambu-rambu lalu lintas tadi perlu dipahami dan ditaati. Kapan harus berhenti (lampu merah), berhati-hati( lampu kuning), boleh jalan (lampu hijau) dan lain sebagainya. Demikian pula dengan Al-quran dan hadist, ia harus dipahami, dipelajari dan diamalkan ajaran-ajarannya. Umpama lampu merah yang berarti berhenti, semestinya tidak diartikan sebagai hambatan lancarnya perjalanan tapi justru harus di pahami bahwa hal tersebut adalah demi keselamatan dirinya sendiri. Demikian pula halnya dengan larangan yang ada dalam agama islam yang dalam ilmu fiqh di kenal dengan istilah haram, tidak diartikan sebagai pengekang kebebasan, namun harus disadari bahwa di balik hal tersebut ada terdapat hikmah-hikmah yang terkadang manusia sendiri tidak dapat mengungkapnya secara keseluruhan. Contoh larangan Al-quran firman Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, bahwa sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dari perbuatan syaitan maka hindarilah hal hal tersebut supaya kalian beruntung.(Al-Maidah 90) Dalam ayat selanjutnya Allah SWT menerangkan sebagian hikmah dari pelarangan tersebut, firmannya: Sesungguhnya syaitan itu menginginkan permusuhan dan kebencian diantara kalian di dalam meminum khamar dan berjudi dan melalaikan kalian dari mengingat Allah dan sholat, maka hindarilah perbuatan tersebut.(Al-Maidah91). Lampu kuning yang berarti hati-hati, di dalam Al-quran manusia juga sering diingatkan agar tidak terbuai dengan kenikmatan dunia, dari harta, wanita dan anak. Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian dari istri dan anak -anakmu itu ada yang menjadi musuh bagimu maka waspadalah kalian terhadap mereka... At-Thagabun14). ( Sesengguhnya harta dan anak adalah cobaan bagimu. At-Thagabun15 ). Hai orang-orang yang ( beriman, janganlah kalian sampai dilalaikan oleh harta dan anak-anak kalian, barang siapa yang melakukan hal tersebut maka mereka itulah orang-orang yang merugi.(Al-Munafiqun9). Lampu hijau yang berarti silahkan jalan dikenal dengan istilah mubah. Allah berfirman dalam surat Al-Jumah ayat 10: maka apabila telah di tunaikan sholat, bolehlah kalian bertebaran di muka bumi ini dan carilah dari karunia Allah. Dst. Sering timbul pertanyaan, mengapa Islam yang dikatakan sebagai agama paling baik ternyata selalu saja menjadi lambang segala kejelekan, terkebelakang, bodoh, korup, dsb. Jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas adalah karena pemeluk agama itu sendiri yang tidak berpegang teguh pada ajarannya. Misalnya Islam mengajarkan supaya memanfaatkan waktu. Firman Alllah dalam surat Al-Ashr: Demi masa... dalam surat: As-Syarh ayat 7:Maka apabila kamu telah menyelesaikan suatu pekerjaan, berpindahlah kepada pekerjaan yang lain. Namun ternyata masih banyak dari mereka yang hobbynya berleha-leha. Firman Allah: janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain dengan batil.tapi justru di negara-negara muslim lah yang menempati tingkat tertinggi korupsinya.

Bodoh, padahal Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menuntut ilmu. Firman Allah SWT dalam ayat yang pertama sekali diturunkan: Iqra!(bacalah), tapi masih banyak dari umat Islam itu sendiri yang belum mengenyam dunia pendidikan. Dari bukti-bukti di atas jelas bahwa ajaran islam itu sangat indah. Adapun kemunduran umat Islam tidak lain kecuali dikarenakan pemeluknya itu sendiri yang tidak atau belum berpegang teguh pada ajarannya dan Al-Quran hanya akan memberikan pelitanya apabila ia dipelajari, dibaca, ditadabburi dan diamalkan ajarannya.

Doa dan Tata Caranya


Dimuat Sabtu, 16 November 2002

Do'a ialah meminta kepada Allah untuk mendapatkan sesuatu atau keadaan yang dikehendaki, atau untuk menolak sesuatu atau keadaan yang tidak dikehendaki. Berdo'a adalah sunat, sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Allah berfirman :

"Dan berkatalah Tuhanmu : "Berdo'alah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan, sesungguhnya orangorang yang menyombongkan diri untuk menyembah-Ku, maka mereka akan masuk ke neraka Jahannam dengan terhina"

}:

"Sesungguhnya berdo'a itu adalah ibadah"

Tata cara Do'a.


Ada beberapa cara berdo'a, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. Di antaranya adalah : 1. Menghadap kiblat. 2. Mengangkat tangan. 3. Memulai dengan Hamdalah dan Sholawat. 4. Memulai do'a untuk dirinya sendiri. 5. Mengekspresikan do'a dengan sungguh-sungguh. 6. Yakin terkabul. 7. Tidak tergesa-gesa minta dikabulkan.

Do'a yang Cepat Terkabul

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk terkabulnya do'a. 1. Bersih lahir dan bathin. 2. Melaksanakan kewajiban dan menjauhi segala larangan. 3. Memilih waktu yang mustajab, di antaranya : a. Do'a di akhir sepertiga malam. Rasulullah bersabda : "Tuhan kami yang maha agung turun ke langit bumi setiap malam, yaitu ketika tinggal sepertiga akhir malam, sambil berfirman : "Baragng siapa berdo'a kepadaku, akan aku kabulkan, barang siapa meminta kepadaku, akan aku beri, dan barang siapa yang minta ampun akan aku ampuni".(H.R. Imam Empat) b. Do'a setelah shalat fardlu Rasulullah ditanya oleh para sahabat : "Hai Rasulullah ! do'a di waktu apakah yang paling didengar ?, Rasulullah menjawab : "Akhir tengah malam dan akhir shalat fardlu". (H.R. Turmuzi) c. Do'a antara adzan dan iqomah Dari sahabat Anas diriwayatkan bahwa Rasululah bersabda : "Tidak akan ditolak do'a diantara adzan dan iqomah". (H.R. Ashabussunan) d. Do'a disaat bersujud Rasulullah bersabda : "Saat-saat paling dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya, yaitu disaat sujud, maka banyak-banyaklah berdo'a, sungguh akan dikabulkan". ( H.R. Muslim dan Abu Daud) 4. Memilih keadaan yang mustajab, di antaranya : a. Do'a orang yang berada jauh dari tempat orang yang dido'akan b. Do'a orang tua, orang yang sedang berpergian dan orang yang teraniaya c. Do'a orang yang sedang berpuasa dan imam yang adil 5. Memilih do'a-do'a yang ma'tsur (yang datang dari Rasul), seperti :

"

"

"Ya Allah ! ya Tuhan kami ! berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, lindungilah kami dari siksaan api neraka".

Panduan Mengeluarkan Zakat Harta


Dimuat Rabu, 19 November 2002 Definisi: 1. Secara bahasa berarti : a. Pembersihan/penyucian b. Tumbuh dan berkembang

c. Pemberkahan d. Keutamaan 2. Secara terminologis: berarti pemberian sebagian dari harta yang telah ditetapkan oleh agama kepada yang berhak menerimanya. Zakat, menurut pengertian etimologis ini kadang-kadang disebut juga dengan sadaqah. Menurut AlMawardi :

Artinya : Sadaqah adalah zakat, dan zakat adalah sadaqah, nama (keduanya) berlainan, tapi maksud dan fungsinya sama. Dasar Hukum 1. Al-Quran :

...
Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'. (Q.S. Al-Baqarah : 43). 2. Al-Hadist :

.
Artinya : Islam itu didirikan atas lima ; bersaksi bahwa tiada Tuhan sekain Allah dan Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, Membayar zakat, menunaikan haji ke baitullah dan berpuasa di bulan Ramadhan. (Muttafakun alaihi). Macam-macam Zakat 1. Zakat Mal ( Harta). a. Syarat wajib zakat : 1. Muslim 2. Merdeka 3. Sampai nishab b. Syarat harta yang wajib dizakati : 1. Milik penuh 2. Harta yang dapat berkembang 3. Sampai nishab 4. Melibihi kebutuhan pokok 5. Bebas dari hutang 6. Sampai haul ( satu tahun) c. Macam-macam harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya : 1. Emas dan Perak. a. Dasar hukum

"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (Q.S. At Taubah : 34) . b. Nishab dan kadarnya 1. Emas : 85 gram 2. Perak : 595 gram 3. Uang, berpedoman pada nishab emas dan perak Adapun kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah sebanyak 2 1/2 % -nya 2. Hasil pertanian a. Dasar hukum

"Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin) ; dan janganlah kamu berlebih lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. Al-An'am : 141) b. Nishab dan kadarnya Nishabnya sebanyak 5 wasak yakni 300 sha' = 652,8 kg atau 653 kg. Kadar zakat yang harus dikeluarkan sebanyak 1/10-nya jika hasil tanaman tsb tumbuh dan berkembang tanpa disiram atau diongkoskan perawatannya k epada orang lain. Apabila pemeliharaannya menelan biaya maka kadar zakat yang harus dikeluarkan sebanyak 1/20 -nya. 3. Aset Perdagangan a. Dasar hukum :

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. (Q.S. Al-Baqarah : 267). b. Syarat-syaratnya 1. Berbentuk suatu usaha yang terikat dengan adanya jula beli 2. Ada usaha untuk memperoleh untung atau laba. c.Nishab dan kadarnya Nishabnya berpedoman pada emas (85 gr) yang dihitung dari modal + laba. Kadar zakat yang harus dikeluarkan sebanyak 2 1/2-nya. 4. Hasil yang dikeluarkan dari bumi (barang tambang) a. Dasar hukum Dasar hukumnya adalah sebagaimana dasar hukum (ayat) zakat barang perniagaan. (lihat diatas) b. Bentuk : semua hasil tambang yang berharga baik padat maupun cair. c. Nishab dan kadar barang tambang adalah berpedoman kepada nishab emas. Adapun kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah 2 1/2 %, yakni jika diperoleh dengan mencurahkan tenaga dan beaya. Dan apabila diperoleh dengan tidak menelan beaya dan banyak tenaga maka kadarnya 20% (1/5). 5. Binatang ternak. a. Unta. dengan perincian zakatnya bisa dilihat dalam kitab-kitab fiqh konvensional. b. Sapi / Kerbau : Nisab dan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah sbb. : 30 ekor : 1 ekor berumur 1 - 2 tahun. 40 ekor : 1 ekor berumur 2 - 3 tahun. 60 ekor : 2 ekor berumur 1 -2 tahun. 70 ekor : 1 ekor berumur 1 -2 tahun dan 1 ekor berumur 2 - 3 tahun. c. Kambing : Nishab dan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah sbb. : 40 sampai dengan 120 ekor : 1 ekor . 121 sampai dengan 200 ekor : 2 ekor. 201 sampai dengan 399 ekor : 3 ekor. 400 sampai dengan 499 ekor : 4 ekor. 500 sampai dengan 599 ekor : 5 ekor. Dan seterusnya. 6. Zakat Profesi. Profesi dianggap sebagai pendapatan yang wajib di-zakati. Adapun batas nisab untuk profesi adalah senilai nisab emas (85 gram) dan jumlah yang wajib dikeluarkan adalah 2 1/2 %, dengan berpedoman pada harga emas pada saat wajib mengeluarkan zakat. Cara mengeluarkan zakat profesi : 1. Apabila pendapatan bersih yang diperoleh dari profesi dalam satu waktu, telah mencapai nisab, maka waktu itu juga wajib mengeluarkan zakat. 2. Boleh juga mengeluarkan zakat profesi dengan tanpa ketentuan nisab dan tahun namun pada waktu diperoleh penerimaan. Ini pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Mu'awiyah (sahabat), Zuhri,

Hasan Basri, beberapa ulama Syiah seperti Baqir, Shadiq, dan Nasir, demikian juga pendapat Dawud al-Dzahiri 3. Apabila pendapatan bersih dari profesi, bila dijumlah dalam satu tahun mencapai nisab yang ditentukan, maka harus mengeluarkan zakat dalam hitungan per tahun. Yang dimaksud dengan pendapatan bersih adalah, pendapatanyang diperoleh setelah dikurangi beaya kebutuhan sehari-hari.

Zakat Fitrah
Dimuat Kamis, 21 November 2002
a. Dasar hukum.

: . .

Dari Ibnu Umar r.a. berkata : "Rasulullah saw.mewajibkan zakat Fitrah sejak bulan Ramadhan satu sha' kurma atau satu sha' gandum kepada hamba dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan kecil dan besar dari kaum Muslimin. (Bukhari dan Muslim). b. Hukum : Wajib ( Fardlu Ain). c. Syarat wajib zakat Fitrah : semua orang (Muslim, orang merdeka, hamba sahaya, pria, wanita, besar, kecil, tua dan muda. d. Bahan dan ukuran. Zakat Fitrah adalah dengan mengeluarkan bahan makanan pokok, seperti beras, gandum,jagung danlain sebagainya sebanyak 1 sha' (2,751 kg.).Dan boleh juga diganti dengan uang sejumlah ha bahan, jika kondisi rga penerimaan lebih membutuhkannya. e. Waktu pengeluaran. 1. Sebaiknya sebelum shalat 'Ied. 2. Boleh dikeluarkan pada awal bulan Ramadhan. 3. Apabila dikeluarkan setelah shalat 'Ied maka ia dianggap sebagai shadaqah. f. Hikmahnya : 1. Membersihkan diri orang yang berpuasa dari perbuatan yang kurang baik. 2. Memberi makan kepada fakir miskin. KLASIFIKASI PENERIMA ZAKAT. 1. Fakir. 2. Miskin. 3. Pengurus zakat ('Amil). 4. Muallaf, orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah. 5. Hamba sahaya. 6. Orang yang dililit hutang. 7. Kepentingan umum di jalan Allah. 8. Orang Ibnu Sabil ; dalam perjalanan di jalan Allah, serta mengalami kesulitan financial dalam perjalannya.

Firman Allah :

.
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zzkat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Alah, dan Allah Maha mengetahui lagi maha Bijaksana. (Q.S. At-Taubah : 60 ). HIKMAH ZAKAT. 1. Sebagai media pembersih dari segala macam kotoran dan dosa, terutama sifat kikir. 2. Sebagai jalan untuk berakhlaq mulia. 3. Sebagai tanda syukur atas nikmat Allah. 4. Sebagai penjalin cinta dan kasih sayang antara kaya dan miskin. 5. Sebagai pembersih harta dan pengembangannya. 6. Untuk mencukupi kebutuhan pokok orang-orang miskin. 7. Sebagai penyeimbang kesenjangan sosial. 8. Sebagai pembasmi profesi minta-minta dan pengemis yang dicela agama.

Daftar Kepustakaan : 1. Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir, Minhajul Muslim, Darul fikri, Cetakan kedua, Bairut, 1976. 2. Al-Qardhawi, Yusuf, Fiqhu-z-Zakat, Muassasah Arrisalah. 3. Az-Zahily, Wahbah, Al-Fiqhul Islami Wa Adil

Melacak Sejarah Ramadln & Syariat Puasa


Dimuat Jumat, 22 November 2002 Bulan Kontemplasi; Melacak Sejarah Ramadln & Syariat Puasa* Oleh: M. Luthfi Thomafi Departemen Tafsir, Universitas Al-Azhar, Mesir; Dewan Asatidz Pesantren Virtual

Salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang paling terkenal tentang rukun Islam adalah yang berbunyi : Islam didirikan atas 5 [perkara], [1] Bersyahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT dan bahwasanya Muhammad adalah utusan -Nya, [2] Mendirikan shalat, [3] Menunaikan zakat, [4] Berpuasa di bulan Ramadln, dan [5] Melaksanakan haji bagi yang mampu. Hadits tersebut sangat populer di kalangan muslim karena menjadi tiang atau dasar bagi sendi-sendi syariat Islam. Selain karena menjadi tiang, alasan kepopuleran lainnya adalah karena Nabi Muhammad SAW menjelaskan rukun-rukun itu ketika malaikat Jibrl yang menjelma menjadi seorang pemuda menanyakannya. Kata Ramadln berasal dari akar kata dasar r-m-dl, atau ra-mi-dla yang berarti panas atau panas yang menyengat. Kata itu berkembang sebagaimana biasa terjadi dalam struktur bahasa Arab dan bisa diartikan menjadi panas, atau sangat panas, atau dimaknai hampir membakar. Jika orang Arab mengatakan Qad Ramidla Yaumun, maka

itu berarti hari telah menjadi sangat panas. Ar-Ramadlu juga bisa diartikan panas yang diakibatkan sinar matahari. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Ramadln adalah salah satu nama Allah SWT. Tetapi, penulis merasa pendapat ini lemah karena tidak memiliki argumentasi literal. Demikianlah istilah bulan Ramadln diambil dari kalimat ramidla-yarmadlu, yang berarti panas atau keringnya mulut dikarenakan rasa haus. Keterangan-keterangan tentang lafadz Ramadln ini disampaikan oleh Muhammad bin Ab Bakar bin Abdul Qdir Al-Rz [w. 721 H.] dalam kamus Mukhtru-sh-Shihhh dan Muhammad bin Mukarram bin Mandzr Al-Mashr [630-711 H.], yang terkenal dengan sebutan Ibnu Mandzr, dalam karya monumentalnya, Lisnu-l-Arab. Sedangkan puasa dalam bahasa Arab disebut Shiym atau Sham keduanya samasama kata dasar dari kata kerja Sha-wa-ma, yang secara etimologis berarti menahan dan tidak bepergian dari satu tempat ke tempat lain [Al-Syaukn, 1173-1255 H., Fathu-l-Qadr]. Shiym atau Sham merupakan qiym bil amal, yang berarti beribadah tanpa bekerja. Dikatakan tanpa bekerja karena puasa itu sendiri bebas dari gerakan-gerakan [harakt], baik gerakan itu berupa: berdiri, berjalan, makan, minum dan sebagainya. Sehingga, Ibnu Durayd sebagaimana dinukil dalam Al-ls mengatakan bahwa segala sesuatu yang diam dan tidak bergerak, berarti sesuatu itu Shiym, sedang ber-puasa. Selain itu, puasa, sebagaimana penulis sebutkan di atas, berarti menahan dari sesuatu pekerjaan. Dan sesuatu itu telah ditentukan oleh syariat. Dengan begitu, dalam syariat, puasa memiliki pengertian tersendiri. Makna puasa yang menahan ini juga terlihat jelas tatkala kita menelusuri sejarah bahasa shiym atau Sham. Ibnu Mandzr, pakar sejarah bahasa Arab yang hampir tiada duanya, dalam hasil pelacakannya atas asal-muasal kata, mendefinisikan Sham sebagai hal meninggalkan makan, minum, menikah dan berbicara. Definisi ini adalah definisi paling asli dan sahih dalam sejarah bahasa Arab. Ini cocok dengan keterangan Al Quran, misalnya, pada kisah Sayyidah Maryam saat menjawab cemoohan-cemoohan orang-orang kepadanya, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini " [QS. 19:26]. Puasa yang dimaksud Sayyidah Maryam di situ adalah menahan untuk tidak bicara. Di sini, sifat menahan menjadi titik atau letak perbedaan antara puasa dengan amal ibadah yang lainnya. Apapun amal ibadah seseorang, pasti akan dapat diketahui dari sisi dhhir atau luarnya, seperti shalat, haji dan sebagainya. Tetapi, untuk puasa tidak bisa diketahui dan tidak bisa diperlihatkan dengan gerakan-gerakan dzahr atau fisik. Pantaslah jika Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa satu-satunya ibadah yang tidak bisa dicampuri riya --memperlihatkan kebaikan tertentu-- adalah puasa. Melihat keterangan-keterangan Ibnu Mandzr dan Al-Rz tersebut di atas, baik tentang makna Ramadln maupun puasa, ada indikasi bahwa seolah-olah turunnya syariat puasa, setidaknya, bersamaan waktunya dengan kelahiran bulan Ramadln. Hal tersebut bisa dibenarkan, tentunya, dikarenakan kedua kata itu memiliki relasi makna yang dekat dan saling bersentuhan, yaitu sama-sama panas atau kering yang disebabkan berpuasa. Muncul pertanyaan, sejak kapan pastinya bulan Ramadln itu ada dan sejak kapan pastinya puasa Ramadln disyariatkan, sehingga beliau berdua mengaitkan syariat ini dengan

maknanya sebagai panas, kering atau haus? Dan sejak kapan puasa diberlakukan kepada umat manusia? Bagaimana dengan puasa-puasa terdahulu yang dilakukan tidak di bulan Ramadln? Pertanyaan-pertanyaan ini akan penulis bahas dengan menelaah kembali ayat AlQuran yang menyangkut syariat untuk melakukan puasa. Ayat Al-Quran yang memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan ibadah puasa adalah surat Al-Baqarah ayat 183, yang berbunyi,Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Ayat tersebut turun tanpa sebab-sebab tertentu, sebagaimana terjadi pada kebanyakan ayat-ayat ahkm ayat yang berkenaan dengan hukum, yang turun setelah ada peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi pada Nabi SAW atau para sahabat. Pada ayat yang turun ketika Nabi Muhammad SAW di Madinah [Madan] ini telah disebutkan sebuah informasi yang menyatakan sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu. Ada dua [2] persoalan pokok pada ayat tersebut yang menjadi bahan perbedaan pendapat di antara para ulama, khususnya para mufassir. Perbedaan pertama menyangkut kalimat sebagaimana diwajibkan. Ini menjadi persoalan karena munculnya pertanyaan; apakah kesamaan berpuasa yang diwajibkan atas kaum sebelum kamu adalah puasa di bulan Ramadln, atau kesamaan itu hanya meliputi hal syariat berpuasa saja, sedangkan waktunya berada di bulan lain [?]. Pada persoalan ini, perbedaan timbul di antara dua pendapat. Yang pertama, dimotori Sad bin Jabr RA [w. 95 H.], yang cenderung memaknai hukum tasybh [penyerupaan atau penyamaan] itu hanya pada kewajiban berpuasanya saja, dan tidak meliputi berapa lama dan pada bulan apa berpuasa. Pendapat ini berdasar pada realitas sejarah dimana masyarakat Jahiliyah masih mengenali syariat tersebut, walaupun telah menjadi sejarah serta tidak dilakukan di bulan Ramadln yang sudah dikenal. Bisa jadi pendapat ini menyandarkan kepada salah satu firman Allah SWT tentang bermacam-macamnya syariat bagi masingmasing umat manusia, Untuk tiap-tiap umat diantara kamu --maksudnya: umat Nabi Muhammad SAW dan umat-umat yang sebelumnya--, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu [QS. 5:48]. Pendapat kedua lebih terfokus pemahamannya kepada lama hari berpuasa dan bulan diwajibkannya berpuasa. Lebih tepatnya, pendapat kedua ini mengarahkan perhatiannya kepada ayat selanjutnya, pada ayat 184, yang berbunyi, [yaitu] dalam beberapa hari yang tertentu [ayyman maddt]. Dengan demikian, secara global ulama kelompok ini berpendapat bahwa puasa Ramadlan sebagaimana kaum muslimin lakukan selama ini telah diwajibkan kepada umat-umat yang terdahulu. Dasar pendapat ini tentu banyaknya riwayat yang menjelaskan tentang hal itu. Antara lain sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullh bin Umar RA [w. 73 H.], sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Katsr [701-774 H.] dalam tafsirnya, bahwa Nabi SAW bersabda Puasa bulan Ramadln telah diwajibkan oleh Allah SWT atas umat sebelum kamu.

Pada pendapat yang kedua ini masih terjadi ikhtilf [perbedaan], apakah selama beberapa hari yang tertentu [ayyman maddt] berpuasa --yang diwajibkan pada kaum dahulu itu-- adalah berupa sebulan penuh dalam Ramadln atau bulan-bulan lainnya [?]. Ada dua [2] pendapat, pertama menyatakan bahwa puasa yang disyariatkan pada umat terdahulu adalah berupa puasa selama tiga [3] hari pada setiap bulan. Abdullh bin Abbs RA [w. 69 H.] mengatakan, Syariat sebelumnya adalah puasa tiga hari setiap bulan, lalu syariat ini di-nasakh dengan syariat yang baru, melalui surat Al-Baqarah ayat 185 [Tafsr Zd-l-Mashr]. Pendapat kedua mengklaim bahwa hari-hari tertentu yang dimaksud adalah bulan Ramadln itu sendiri. Jadi, pada bulan Ramadln jugalah umat-umat dahulu diwajibkan berpuasa. Al-Suday menyatakan bahwa orang-orang Nasrani sebenarnya telah memiliki syariat puasa di bulan Ramadln. Tetapi, karena mereka merasakan berat, mereka kemudian merubahnya dengan berpuasa di waktu antara musim dingin dan musim panas, serta menambah beberapa hari. Beberapa hari tambahan itu dengan perincian masing-masing sepuluh hari sebelum dan sesudah bulan yang disepakati ulama mereka. Sehingga, mereka berpuasa selama lima puluh hari. Ibnu Jarr [224-310 H.] secara lebih berani meyakini seyakin-yakinnya adanya syariat puasa di bulan Ramadlan bagi Nasrani [Tafsr al-Thabar]. Sedangkan agamawan Yahudi, yang juga memiliki syariat puasa di bulan Ramadln, menggantinya dengan puasa sehari dalam setahun. Hal itu, dalam informasi ya dimiliki ng Syihbuddn Al-ls [w. 1270 H.], penulis Tafsr Rh-l-Man, merupakan klaim mereka bahwa hari itu adalah hari tenggelamnya Firaun dan tentaranya di laut Merah. Perbedaan kedua dalam menelaah ayat syariat puasa itu adalah tentang siapa yang dimaksud dengan orang-orang sebelum kamu. Pendapat pertama mengatakan yang dimaksud adalah orang-orang ahlul kitb, yaitu mereka-mereka yang masih berpegang kepada kitab agama-agama sebelum Islam [Yahudi dan Nasrani]. Pendapat kedua menyebutkan kaum Nasrani-lah yang dimaksud ayat itu. Sedangkan pendapat yang ketiga mengatakan bahwa ayat itu memaksudkan seluruh umat-umat manusia sebelum umat Muhammad SAW. Dalam kitab Perjanjian, salah satunya di Ezra 8:21, memang diinformasikan secara indikatif adanya syariat-syariat puasa dalam Kristen, tetapi tidak secara terperinci disebutkan apa yang dimaksud dengan puasa, selama berapa lama dan diwajibkan pada bulan apa. Kemudian di sana, di tepi sungai Ahawa itu, aku memaklumkan puasa supaya kami merendahkan diri di hadapan Allah kami dan memohon kepada -Nya jalan yang aman bagi kami, bagi anak-anak kami dan segala harta benda kami. Penulis belum menemukan keterangan-keterangan lain di kitab Perjanjian yang menerangkan lebih jauh tentang puasa tersebut. Dalam konteks sejarah yang lain, syariat puasa nampaknya benar-benar menjadi syariat setiap umat. Sayyidah Aisyah RA menceritakan seperti yang diriwayatkan oleh Hisym bin Urwahbahwa orang-orang Quraisy biasa menjalankan puasa di bulan syr, walaupun sehari saja. Namun sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW, puasa dilaksanakan pada bulan Ramadln. Puasa di bulan syr masih disyariatkan tetapi berada dalam status sunnah. Masih ada riwayat lain yang menerangkan tentang syariat puasa pada umat dahulu. Al-Dlahk, dalam riwayat Ibnu Ab Htim, mengatakan bahwa puasa pertama kali

disyariatkan di zaman Nabi Nuh AS, dan masih tetap berlangsung hingga zaman nabi Muhammad SAW. Syihbuddn Al-ls [w. 1270 H.], penulis Tafsr Rh-l-Man, dengan berdasar hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdullh bin Umar itu, lebih percaya bahwa puasa Ramadln disyariatkan sejak Nabi Adam AS. Al-Zamakhsar [467-538 H.] melalui telaahnya atas asal usul bulan Ramadln juga menegaskan bahwa puasa adalah amal ibadah yang sudah lama [Ibdah Qadmah ]. Dengan melihat hadits yang diriwayatkan Abdullh bin Umar dan beberapa riwayat lain serta melihat proses turunnya syariat yang tanpa diawali sebab-sebab tertentu serta beberapa hal lain yang semuanya telah penulis singgung di atas, nampak jelas bahwa puasa pada bulan Ramadln telah disyariatkan kembali kepada manusia tidak hanya kepada umat Muhammad SAW setelah sebelumnya dibelokkan oleh umat -umat terdahulu. Ini lebih bisa diterima karena kemunculan Nabi Muhammad SAW adalah meluruskan dan memperkuat kembali syariat-syariat dari Tuhan yang sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran telah di-tahrif atau diselewengkan oleh umat-umat terdahulu. Nah, pelurusan dan penguatan syariat pada era Islam ini melahirkan dugaan dari para sar jana Barat, bahwa syariat agama Islam tidaklah murni melainkan mengadopsi dari agama -agama sebelumnya. Mengenai kata Ramadln, sebagaimana tersurat dalam hadits Nabi SAW di atas riwayat Abdullh bin Umar RA dan juga surat Al-Baqarah ayat 185, penulis merasa istilah itu mengikuti budaya Arab yang sudah mengenal tradisi ber Ramadln. Yang penulis maksudkan adalah, ketika Al-Quran atau Nabi SAW menyebut kata Ramadln, masyarakat sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Bahkan dalam konteks struktur bahasa Arab, kata ini sudah menjadi Ism ghoiri munsharif. Artinya, makna dan maksud kata itu sudah cukup terkenal dan tidak perlu lagi mengikuti kaidah -kaidah gramatikal bahasa Arab. Dengan demikian, kita bisa memastikan pula bahwa bulan Ramadln itu ada, setidaknya, sejak syariat puasa diturunkan kepada umat manusia. Karena, makna Ramadln itu sendiri adalah waktu atau keadaan atau hal dimana seseorang merasakan panas, mulut terasa kering dan tenggorokan terasa haus, yang dikarenakan sedang berpuasa. Sehingga, dengan sendirinya dan secara otomatis, bulan atau waktu dimana orang melakukan puasa disebut bulan atau waktu Ramadln, yaitu saat yang panas, kering dan haus. Telah kita ketahui bahwa syariat puasa memang sudah menjadi syariat bagi setiap umat manusia. Dan di antara sekian macam syariat, hanya ibadah puasa merupakan ibadah kontemplatif. Hal ini bisa dibenarkan, karena dalam sebuah hadits Qudsy, Allah SWT telah berfirman, Seluruh amal ibadah anak-anak keturunan Adam diperuntukkan kepada pelakunya, kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku, dan Aku mengganjar karenanya. Sehingga, dengan pernyataan Allah SWT itu, Imm al-Qurthub [627-671 H.] dalam tafsirnya mengatakan bahwa puasa merupakan [komunikasi] rahasia antara hamba dengan Tuhannya. Itulah, dan sudah selayaknya sangat bisa diterima jika Shuhuf-nya Ibrahim AS, Taurat untuk Musa AS, Injl untuk Isa AS serta Al-Quran pun turun pertama kali pada bulan Ramadln, bulan saat para pembebas sedang berkontemplasi.
Sumber bacaan :

> Al-Quran & Terjemah > Tafsr Al-Baghaw > Tahdzb al-Tahdzb > Tafsr Zd-al-Mashr

> Tafsr Al-Als

> Tafsr Al-Qurthub

> Tafsr Fath-al-Qadr > Tafsr Al-Thabar > Lisn al-Arab > Mukhtr al-Shihhah > Tafsr Al-Kasysyf > Kitab Perjanjian Lama-Baru

Hikmah Ber-I'tikaf . 1. Mendidik diri kita lebih taat dan tunduk kepada Allah. 2. Seseorang yang tinggal di masjid mudah untuk memerangi hawa nafsunya, karena masjid adalah tempat beribadah dan membersihkan jiwa. 3. Masjid merupakan madrasah ruhiyah yang sudah barang tentu selama sepuluh hari ataupun lebih hati kita akan terd idik untuk selalu suci dan bersih. 4. Tempat dan saat yang baik untuk menjemput datangnya Lailatul Qadar. 5. I'tikaf adalah salah satu cara untuk meramaikan masjid. 6. Dan ibadah ini adalah salah satu cara untuk menghormati bulan suci Ramadhan.

Anda mungkin juga menyukai