LOGISTIK
Disusun Oleh:
Indri Ferdiani Suarna, S.Pd., M.M
Revi Sesario, S.Hut., M.M
Khasanah, S.Pd., M.Kom., M.Pd
Ir. Sutresna Juhara, M.Sc., IPM
Abdul Munim, S.E., M.M
Dr. Rosye Rosaria Zaena, SE., MS.i., Ak., CA.,
CPRM., CVPA
Aep Saefullah, S.HI., M.M
Bekti Setiadi, S.E., M.M
Dr. Sutangsa, S.Pd., MAP
Muhammad Junaid Kamaruddin, S.M., M.M
Penerbit Yayasan
Cendikia Mulia Mandiri
MANAJEMEN LOGISTIK
Penulis:
Indri Ferdiani Suarna, S.Pd., M.M
Revi Sesario, S.Hut., M.M
Khasanah, S.Pd., M.Kom., M.Pd
Ir. Sutresna Juhara, M.Sc., IPM
Abdul Munim, S.E., M.M
Dr. Rosye Rosaria Zaena, SE., MS.i., Ak., CA., CPRM., CVPA
Aep Saefullah, S.HI., M.M
Bekti Setiadi, S.E., M.M
Dr. Sutangsa, S.Pd., MAP
Muhammad Junaid Kamaruddin, S.M., M.M
Penerbit:
Yayasan Cendikia Mulia Mandiri
Redaksi:
Perumahan Cipta No.1
Kota Batam, 29444
Email: cendikiamuliamandiri@gmail.com
ISBN: 978-623-90016-3-6
IKAPI: 011/Kepri/2022
Terbit. 03 Desember 2022
Ukuran:
viii hal + 203 hal;
14,8cm x 21cm
Penulis
iv
DAFTAR ISI
vi
7.6. Beban Unit (Unit Load) ....................................... 132
7.7. Proses Logistik ....................................................... 133
BAB VIII. PERENCANAAN LOGISTIK...........................139
8.1. Pengertian Perencanaan Logistik ................... 139
8.2. Unsur-unsur Perencanaan Logistik ............... 142
8.3. Tipe Perencanaan Logistik ................................ 146
8.4. Tahapan Perencanaan Logistik ....................... 155
BAB IX. BULLWIP EFFECT .............................................161
9.1. Bullwip Effect .......................................................... 161
9.2. Identifikasi Penyebab Bullwhip Effect ......... 166
9.3. Pengukuran Bullwhip Effect ............................. 167
9.4. Aggregasi Data ........................................................ 169
9.5. ........... Metode Pengurangan Pengaruh Bullwhip
Effect ........................................................................... 171
9.6. Memahami Sebab-sebab Spesifik Bullwhip
Effect yang berbeda .............................................. 173
BAB X. MANAJEMEN OPERASIONAL PADA LOGISTIK
................................................................................................175
10.1. Manajemen Operasional Pada Logistik ... 175
10.1.1. Customer value ............................................. 176
10.1.2. Perencanaan Operasional Logistik dan
Control Sistem ............................................... 181
10.2. Mengelola Inventory ....................................... 186
10.3. Logistik dan Planning & Control ................ 194
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................201
vii
viii
BAB I.
PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen Logistik | 1
fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian
(staffing), perngarahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling) (Handoko, 1999: 8).
Johnson, sebagaimana dikutip oleh Pidarta
mengemukakan bahwa manajemen adalah proses
mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak
berhubungan menjadi sistem total untuk
menyelesaikan suatu tujuan. (Abdul Choliq, 2011: 2).
Stoner sebagaimana dikutip oleh Handoko,
menyebutkan bahwa “manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
(Abdul Choliq, 2011: 3).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa manajemen adalah serangkaian kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,
mengendalikan dan mengembangkan segala upaya
dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.
2 | Manajemen Logistik
1.2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Definisi manajemen memberikan tekanan terhadap
kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan atau
sasaran dengan mengatur karyawan dan
mengalokasikan sumber-sumber material dan finansial.
Bagaimana manajer mengoptimasi pemanfaatan
sumber-sumber, memadukan menjadi satu dan
mengkonversi hingga menjadi output, maka manajer
harus melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber dan
koordinasi pelaksanaan tugas-tugas untuk mencapai
tujuan.
Sebagaimana disebutkan oleh Daft, manajemen
mempunyai empat fungsi, yakni perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian
(controlling). Dari fungsi dasar manajemen tersebut,
kemudian dilakukan tindak lanjut setelah diketahui
bahwa yang telah ditetapkan “tercapai” atau “belum
tercapai” (Abdul Choliq, 2011: 36).
Menurut G.R. Terry, fungsi-fungsi manajemen
adalah Planning, Organizing, Actuating, Controlling.
Sedangkan menurut John F. Mee fungsi manajemen
diantaranya adalah Planning, Organizing, Motivating
dan Controlling. Berbeda lagi dengan pendapat Henry
Manajemen Logistik | 3
Fayol ada lima fungsi manajemen, diantaranya
Planning, Organizing, Commanding, Coordinating,
Controlling, dan masih banyak lagi pendapat pakar-
pakar manajemen yang lain tentang fungsi-fungsi
manajemen. Dari fungsi-fungsi manajemen tersebut
pada dasarnya memiliki kesamaan yang harus
dilaksanakan oleh setiap manajer secara berurutan
supaya proses manajemen itu diterapkan secara baik
(Hasibuan, 2005: 3-4). Persamaan tersebut tampak
pada beberapa fungsi manajemen dakwah sebagai
berikut:
a) Perencanaan
Menurut G.R. Terry, Planning atau
perencanaan adalah tindakan memilih dan
menghubungkan fakta dan membuat serta
menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang
akan datang dalam hal memvisualisasikan serta
merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan
yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang
diinginkan. (Purwanto, 2006: 45).
Sebelum manajer dapat mengorganisasikan,
mengarahkan atau mengawasi, mereka harus
membuat rencana-rencana yang memberikan
tujuan dan arah organisasi. Dalam perencanaan,
manajer memutuskan “apa yang harus dilakukan,
4 | Manajemen Logistik
kapan melakukannya, bagaimana melakukannya,
dan siapa yang melakukannya.” Jadi, perencanaan
adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan,
kapan, bagaimana dan oleh siapa (Handoko, 1999:
79).
b) Pengorganisasian
Setelah para manajer menetapkan tujuan-
tujuan dan menyusun rencana-rencana atau
program-program untuk mencapainya, maka
mereka perlu merancang dan mengembangkan
suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan
berbagai program tersebut secara sukses.
Pengorganisasian (organizing) adalah 1)
penentuan sumber daya-sumber daya dan
kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi, 2) perancangan dan
pengembangan suatu organisasi kelompok kerja
yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah
tujuan, 3) penugasan tanggung jawab tertentu dan
kemudian, 4) pendelegasian wewenang yang
diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini
menciptakan struktur formal dimana pekerjaan
Manajemen Logistik | 5
ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan (Handoko,
1999: 24).
G.R. Terry berpendapat bahwa
pengorganisasian adalah: “Tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang
efektif antara orang-orang sehingga mereka dapat
bekerja sama secara efisien dan dengan demikian
memperoleh kepuasan pribadi dalam hal
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau
sasaran tertentu (Hasibuan, 2001: 23).”
c) Penggerakkan
Setelah rencana ditetapkan, begitu pula
setelah kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian tujuan itu dibagi-bagikan, maka
tindakan berikutnya dari pimpinan adalah
menggerakkan mereka untuk segera melaksanakan
kegiatan-kegiatan itu, sehingga apa yang menjadi
tujuan benar-benar tercapai (Shaleh, 1977: 101).
Penggerakan adalah membuat semua anggota
organisasi mau bekerja sama dan bekerja secara
ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan
sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian (Purwanto, 2006: 58).
d) Pengawasan
6 | Manajemen Logistik
Fungsi keempat dari seorang pemimpin adalah
pengawasan. Fungsi ini merupakan fungsi
pimpinan yang berhubungan dengan usaha
menyelamatkan jalannya kegiatan atau perusahaan
kearah pulau cita-cita yakni kepada tujuan yang
telah direncanakan (Manullang, 1982: 171).
Menurut G.R. Terry, pengawasan dapat
dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan
dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan,
sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana atau
selaras dengan standar (Purwanto, 2006: 67).
Tujuan utama dari pengawasan ialah
mengusahakan agar apa yang direncanakan
menjadi kenyataan. Oleh karenanya agar sistem
pengawasan itu benar-benar efektif artinya dapat
merealisasi tujuannya, maka suatu sistem
pengawasan setidak-tidaknya harus dapat dengan
segera melaporkan adanya penyimpangan-
penyimpangan dari rencana (Manullang, 1982:
174).
Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan
harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria-kriteria
utama adalah bahwa sistem seharusnya 1)
Manajemen Logistik | 7
mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, 2) tepat
waktu, 3) dengan biaya yang efektif, 4) tepat
akurat, dan 5) dapat diterima oleh yang
bersangkutan. Semakin dipenuhinya kriteria-
kriteria tersebut semakin efektif sistem
pengawasan (Handoko, 1999: 373).
8 | Manajemen Logistik
BAB II.
MANAJEMEN LOGISTIK
10 | Manajemen Logistik
2.1. Sistem Manajemen Logistik
Menurut Gitosudarmo (2000) manajemen logistik
bisa terwujud apabila ada suatu sistem. Sistem
manajemen logistik ini diharapkan mampu
mengkoordinir kegiatan logistik secara terpadu di
dalam perusahaan. Manajemen kegiatan logistik
biasanya diarahkan dan diawasi dari berbagai kegiatan
dalam bagian yang ada dalam perusahaan. Bila terjadi
keracunan hak, wewenang dan tanggung jawab akan
mengakibatkan terjadinya pemborosan yang sering
menghambat tercapainya tujuan logistik itu sendiri.
Konsep logistik terpadu akan memberikan logika
yang utuh guna penentuan rencana kegiatan logistik
dalam suatu struktur industri dalam kerangka saluran
yang bekerja sama secara terpadu. Sistem ini
memberikan kedalaman kegiatan terhadap segala usaha
terpadu guna pencapaian logistik yang telah dibuat dan
ditentukan sebelumnya. Tujuan logistik dari sistem
logistik berbeda-beda tujuannya, misalnya tujuan biaya
serendah mungkin atau tujuan penyimpanan barang
yang awet atau sebagainya maka perlu desain suatu
sistem logistik disesuaikan dengan tujuan yang
ditentukan sehingga sistem tersebut akan mampu
memberikan hasil yang dikehendaki.
Manajemen Logistik | 11
Keyakinan bahwa prestasi sistem terpadu akan
memberikan suatu harapan tentang hasil akhir yang
lebih baik daripada kegiatan yang kurang terkoordinir
atau kegiatan yang terpisah-pisah, hal ini merupakan
titik pusat perhatian konsep logistic terpadu. Menurut
Donald J. Bowersox (1995) konsep logistic terpadu
terdiri dari operasi logistic dan koordinasi logistik.
Operasi logistik adalah mengenaik manajemen
pemindahan (movement) dan penyimpanan material
dan produk jadi perusahaan. Jadi, operasi logistik itu
dapat dipandang sebagai berawal dari pengangkutan
pertama material atau komponen-komponen dari
sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan
produk yang dibuat atau diolah itu kepada langganan
atau konsumen. Operasi logistik dapat dibagi kedalam 3
kategori yaitu manajemen distribusi fisik, manajemen
material, transfer persediaan barang di dalam
perusahaan.
Koordinasi logistik menurut Donald J. Bowersox
(1995) adalah mengenai identifikasi kebutuhan
pergerakan dan penetapan rencana untuk memadukan
seluruh operasi logistik. Koordinasi dibutuhkan untuk
memantapkan dan mempertahankan kontinuitas
operasi. Koordinasi dapat dibagi dalam 4 bidang
manajerial yaitu peramalan (forecasting) pasar produk,
12 | Manajemen Logistik
pengelolaan pesanan, perencanaan operasi dan
procurement atau perencanaan kebutuhan material.
Dari teori diatas dapat disimpulkan sistem manajemen
logistik adalah sistem untuk mengkoordinir jaringan
operasi logistik agar dapat berjalan dengan baik.
Manajemen Logistik | 13
harus diubah bentuknya secara fisik guna
menunjang transaksi.
4) Penyebaran adalah kegiatan penempatan produk
yang disesuaikan dengan jenis klasifikasi pada
tempat tertentu yang tepat, waktu yang tepat.
Penyebaran ini biasanya merupakan tahap akhir
dari kegiatan logistik dan juga berkaitan dengan
pelayanan terhadap pengguna produk akhir.
5) Pembiayaan adalah anggaran keungan yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan guna melaksanakan
kegiatan logistik. Pembiayaan yang disiapkan harus
merupakan biaya yang benar-benar bisa digunakan
dalam kegiatan logistik. Biaya logistik diusahakan
seefisien mungkin sehingga perusahaan akan bisa
mendapat kepemimpinan biaya logistik.
6) Komunikasi adalah penyampaian ide, konsep,
gagasan, informasi ke arah hasil akhir yang
diharapkan. Komunikasi juga digunakan di antara
saluran transaksi dengan saluran logistik dalam hal
serupa, kuantitas, lokasi dan waktu. Komunikasi
terus berlangsung selama produk, barang
ditransfer, disesuaikan dan disimpan dalam
menghadapi perubahan transaksi di masa
mendatang jadi faktor-faktor logistik adalah
kegiatan yang mempengaruhi sistem logistik.
14 | Manajemen Logistik
Sangat penting bagi perusahaan untuk mengawasi
setiap faktor logistik agar kegiatan logistik bisa
berjalan dengan baik.
Manajemen Logistik | 15
mana material suku cadang, barang jadi diangkut.
Guna tujuan perencanaan yang baik fasilitas
tersebut meliputi pabrik, gudang, toko-toko
pengecer jika umum maka fasilitas dari spesialis
dianggap merupakan hal yang penting. Seleksi
terhadap alternative lokasi yang unggul dapat
memberikan banyak keuntungan yang kompetitif,
karena efisiensi logistik dapat dicapai dengan baik.
Peranan pemilihan jaringan fasilitas yang
sebaik mungkin itu tidaklah berlebihan walaupun
pemindahan (relocation) semua fasilitas pada satu
waktu tidaklah masuk akal untuk suatu
perusahaan, namun terdapat ruang gerak yang luas
bagi perusahaan dalam memilih lokasi dan desain
fasilitas selama jangka waktu tertentu.
2) Transportasi
Dalam suatu jaringan fasilitas, transportasi
merupakan suatu mata rantai penghubung. Hampir
setiap perusahaan dari ukuran apa saja
mempunyai manajer lalu lintas yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan program
transportasinya. Pada umumnya perusahaan
mempunyai 3 alternatif untuk menetapkan
kemampuan transportasinya. Pertama armada
peralatan swasta dibeli atau disewa. Kedua,
16 | Manajemen Logistik
kontrak khusus dapat diatur dengan spesialis
transport untuk mendapatkan kontrak jasa
pengangkutan. Ketiga bentuk transport ini dikenal
sebagai private (swasta), contract (kontrak) dan
common carriage (angkutan umum). Jika dilihat
dari sistem logistik terdapat 3 faktor yang
memegang peranan dalam menentukan
kemampuan pelayanan transportasi.
Ketiga faktor tersebut menurut Bowersox
(1995) adalah biaya, kecepatan, dan konsistensi.
Biaya transportasi terdiri dari pembayaran
sesungguhnya untuk pengangkutan diantara 2
tempat, plus ongkos yang berkaitan dengan
pemilikan persediaan dalam perjalanan. Sistem
logistik hendaklah dirancang untuk
meminimumkan biaya transport dalam
hubungannya dengan seluruh biaya sistem.
Kecepatan pelayanan transport adalah waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pengangkutan diantara 2 lokasi. Kecepatan dan
biaya berkaitan dalam 2 hal. Pertama, spesialis
transport yang mampu memberikan pelayanan
yang lebih cepat akan membebankan tarif yang
lebih tinggi. Kedua, lebih cepat pelayanan makin
Manajemen Logistik | 17
pendek waktu meterial dan produk itu berada
dalam perjalanan.
Konsistensi pelayanan transport menunjukkan
prestasi waktu yang teratur dari sejumlah
pengangkutan diantara 2 lokasi, jika kemampuan
transport tidak konsisten maka haruslah diadakan
penjagaan terhadap jumlah persediaan yang aman
dalam sistem itu untuk perlindungan terhadap
kemacetan pelayanan. Konsistensi transport itu
mempengaruhi baik komitmen persediaan penjual
dan pembeli maupun resiko yang dipikulnya.
Dalam merancang suatu sistem logistik
hendaklah dimantapkan suatu keseimbangan yang
teliti antara biaya transportasi itu dengan mutu
pelayanannya dalam beberapa hal adalah lebih
baik pengangkutan yang lambat dengan biaya yang
murah. Mendapatkan keseimbangan transportasi
yang tepat merupakan salah satu tujuan utama dari
analisa sistem logistik. Ada 3 aspek yang harus
diperhatikan dalam transportasi yaitu pertama,
seleksi fasilitas menetapkan suatu struktur atau
jaringan yang membatasi ruang lingkup alternatif
transport dan menentukan sifat dari usaha
pengangkutan yang hendak diselesaikan. Kedua,
biaya pengangkutan fisik itu menyangkut lebih
18 | Manajemen Logistik
daripada ongkos pengangkutan saja antara 2
lokasi.
Ketiga, seluruh usaha mengintegrasikan
kemampuan transport kedalam suatu sistem
terpadu mungkin akan sia-sia jika pelayanan tidak
teratur dan tidak konsisten.
3) Persediaan
Kebutuhan akan transport di antara berbagai
fasilitas itu didasarkan atas kebijaksanaan
persediaan yang dilaksanakan oleh suatu
perusahaan. Secara teoritis, suatu perusahaan
dapat saja mengadakan persediaan setiap barang
yang ada dalam persediaannya pada setiap fasilitas
dalam jumlah yang sama. Akan tetapi, jarang
perusahaan yang akan melaksanakan program
persediaan yang semewah itu, karena total
biayanya sangat tinggi sekali. Tujuan dari integrasi
persediaan dalam sistem logistik adalah untuk
mempertahankan jumlah item yang serendah
mungkin yang sesuai dengan sasaran pelayanan
konsumen.
Program logistik hendaklah diadakan dengan
tujuan mengingatkan sesedikit mungkin aktivitas
pada pengadaan persediaan. Terdapat 4 faktor
yang mempengaruhi persediaan menurut
Manajemen Logistik | 19
Bowersox (1995) yaitu mutu nasabah, mutu
produk, integrasi transport dan kegiatan saingan.
4) Komunikasi
Komunikasi adalah kegiatan yang seringkali
diabaikan dalam sistem logistik. Dijaman lampau
mengabaikan ini disebabkan oleh kurangnya
peralatan pengolah data dan peralatan
penyampaian data yang dapat menangani arus
informasi yang diperlukan. Kurangnya komunikasi
ini tentu berpengaruh terhadap prestasi logistik
perusahaan. Kekurangan dalam mutu informasi
dapat menimbulkan banyak sekali masalah.
Kekurangan tersebut digolongkan menjadi 2
kategori besar. Pertama, informasi yang diterima
mungkin tidak betul dalam penilaian trend dan
peristiwa. Oleh karena itu banyak sekali arus
logistik itu merupakan antisipasi bagi transaksi di
masa depan, maka penilaian yang tidak akurat
dapat menyebabkan kekurangan persediaan atau
komitmen yang berlebihan. Kedua, informasi
mungkin kurang akurat dalam hal kebutuhan suatu
konsumen tertentu. Suatu perusahaan yang
mengolah suatu pesanan yang tidak betul akan
menanggung semua biaya tanpa memperoleh hasil
penjualan. Biaya ini seringkali ditambah dengan
20 | Manajemen Logistik
biaya barang yang dikembalikan dan jika
kemungkinan penjualan masih ada, maka
perusahaan harus berusaha lagi menyediakan
barang yang tepat bagi konsumen.
Semakin efisien desain sistem logistik suatu
perusahaan, maka semakin peka ia terhadap
gangguan-gangguan arus informasi. Informasi yang
tidak betul dapat menimbulkan gangguan pada
prestasi sistem dan keterlambatan dalam arus
komunikasi dapat memperbesar permasalahan itu
sehingga menyebabkan serangkaian kegoncangan
dalam sistem tersebut karena koreksi yang
berlebihan atau koreksi yang kurang. Mutu dan
informs yang tepat waktu merupakan faktor
penentu yang utama dalam kestabilan sistem.
5) Pengelolaan dan penyimpanan
Pengelolaan dan penyimpanan juga
merupakan bagian yang integral dalam sistem
logistik, tetapi tidak cocok dengan skema
struktural dan komponen-komponen yang lain.
Pengelolaan dan penyimpanan menembus sistem
ini dan langsung berhubungan dengan semua
aspek operasi. Menyangkut arus persediaan
melalui dan di antara fasilitas-fasilitas dengan arus
tersebut yang hanya bergerak untuk menanggapi
Manajemen Logistik | 21
kebutuhan akan suatu produk atau material. Dalam
arti luas, pengelolaan dan penyimpanan ini
meliputi pergerakan (movement), pengepakan dan
pengemasan Bowersox (1995).
Pengelolaan ini menimbulkan banyak sekali
biaya logistik dilihat dari pengeluaran untuk
operasi juga pengeluaran untuk modal. Semakin
sedikit kalinya produk ditangani dalam
keseluruhan proses itu maka semakin terbatas dan
makin efisien arus total fisiknya. Apabila di
integrasikan secara efektif kedalam operasi logistik
suatu perusahaan, maka pengelolaan dan
penyimpanan ini dapat mengurangi masalah yang
berkaitan dengan kecepatan dan kemudahan
pengangkutan barang melalui sistem tersebut.
Kekuatan utama logistik terletak pada
pengembangan teknik dan konsep untuk
penanganan komponen-komponen berdasarkan
suatu basis yang terpadu. Teknologi sistem
memberikan kerangka untuk menilai alternatif-
alternatif desain logistik atas basis total biaya.
Didalam konteks yang strategis focus dan pusat diri
logistik adalah komitmen pada persediaan. Produk
dan material dipandang sebagaimana mestinya
yaitu sebagai kombinasi dari kegunaan bentuk,
22 | Manajemen Logistik
waktu dan pemilikan. Persediaan tidak banyak
gunanya sebelum bentuknya ditempatkan pada
waktu yang tepat pada lokasi dimana ia
memberikan kesempatan untuk menikmati
pemilikan.
Apabila suatu perusahaan tidak konsisten
memenuhi kebutuhan waktu dan tempat maka ia
secara efisien tidak dapat dicapai, maka laba
pengembalian invests terancam. Sebelum
kegunaan waktu dan tempat dicapai, maka sedikit
sekali nilai yang ditambahkan dalam proses logistik
dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur
logistik adalah kegiatan yang membentuk sistem
logistik di dalam perusahaan. Semua unsur
tersebut harus dijalankan dengan baik untuk bisa
menerapkan sistem logistik yang baik pada
perusahaan.
Manajemen Logistik | 23
kebijaksanaan, masalah yang kritis adalah menentukan
tahapan prestasi yang dikehendaki dan menetapkan
biaya yang berhubungan dengan operasi logistik.
Menurut Bowersox (1995) perencanaan sokongan
logistik menyangkut 2 pertimbangan kebijaksanaan
yaitu prestasi pelayanan dan total pengeluaran biaya
yang memberikan hasil tercapainya pengembalian yang
dikehendaki atas investasi atau sasaran-sasaran
tertentu lainnya dari perusahaan. Keseimbangan ini
adalah kebijaksanaan logistik yang selanjutnya akan
memberikan mandat manajerial untuk menuntun
desain sistem.
1) Prestasi logistik
Hampir setiap level pelayanan logistik dapat
dicapai apabila perusahaan mau membayar
harganya, pada akhirnya prestasi logistik itu adalah
masalah prioritas dan biaya. Apabila suatu barang
tidak tersedia pada waktu dibutuhkan oleh pabrik,
maka pabrik tersebut mungkin terpaksa ditutup
dengan akibat kerugian biaya dan kemungkinan
kerugian penjualan. Prioritas yang diberikan
kepada prestasi ini dalam situasi tersebut biasanya
tinggi.
Prestasi logistik diukur dengan penyediaan
(avaibility), kemampuan (capability), dan kualitas
24 | Manajemen Logistik
(quality). Avaibility adalah menyangkut
kemampuan perusahaan untuk secara konsisten
memenuhi kebutuhan material atau produk, jadi
avaibility menyangkut ke persediaan. Umumnya,
makin rendah frekuensi pengeluaran stok yang
direncanakan, maka makin besar investasi dalam
rata-rata persediaan.
Capability prestasi logistik adalah menyangkut
jarak waktu antara penerimaan satu pesanan
dengan pengantaran barangnya. Capability ini
menyangkut kecepatan pengantaran dan
konsistennya dalam waktu tertentu. Suatu
perusahaan penerima dari suatu sistem logistik
lebih menghargai konsistensi daripada kecepatan
pelayanan. Mutu (quality) prestasi adalah
menyangkut seberapa jauh baiknya tugas logistik
secara keseluruhan dilaksanakan. Kualitas dapat
dilihat dari besarnya kerusakan, item-item yang
betul serta pemecahan masalah yang tidak terduga.
Tidak ada gunanya pengantaran yang cepat
dan konsisten jika mutu tidak terjaga. Hal tersebut
dapat mengecewakan konsumen karena kualitas
barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang
diharapkan konsumen. Standar prestasi hendaklah
ditetapkan secara selektif. Sebagian produk lebih
Manajemen Logistik | 25
kritis daripada produk lainnya karena pentingnya
bagi pembeli dan arena profitability atau tingkat
keuntungannya. Prestasi yang rendah atau
dibawah standar karena kebijakan yang tidak tepat
dapat menimbulkan masalah yang besar bagi
perusahaan.
2) Biaya logistik
Sistem logistik hendaklah dipandang sebagai
pusat biaya. Sifat dari avaibility yang tinggi,
capability yang cepat dan konsisten dan quality
yang tinggi itu ada hubungannya masing-masing
dengan biaya. Semakin tinggi masing-masing aspek
ini dari total prestasi, makin tinggi masing-masing
aspek ini, maka semakin besar biaya logistiknya
Bowersox (1995). Masalah perencanaan yang
penting timbul dari fakta bahwa biaya logistik dan
peningkatan prestasi itu mempunyai suatu
hubungan yang tidak proposional.
3) Keseimbangan sistem logistik
Biasanya perusahaan akan mendapatkan
bahwa hubungan yang terbaik antara prestasi
logistik dengan biaya itu adalah hubungan yang
berimbang antara prestasi yang layak dengan
pengeluaran biaya yang realistis Bowersox (1995).
Jarang sekali total biaya yang terendah itu atau
26 | Manajemen Logistik
prestasi pelayanan yang tinggi itu merupakan
sasaran logistik yang terbaik. Kemajuan-kemajuan
penting telah dicapai dalam perkembangan alat-
alat pembantu bagi manajemen dalam mengukur
imbalan biaya prestasi.
Suatu kebijakan yang sehat hanya dapat
dirumuskan apabila ada kemungkinan untuk
menaksir pengeluaran-pengeluaran untuk tingkat-
tingkat alternatif dari prestasi perusahaan
tersebut, begitu pula tingkat-tingkat alternatif dari
prestasi perusahaan tidak akan ada artinya apabila
tidak dilihat dari sudut kebutuhan pemasaran dan
manufacturing. Membuat penetapan missi logistik
adalah tugas perumusan dan perencanaan
kebijakan, jadi prestasi logistik adalah hasil yang
ingin dicapai perusahaan saat menerapkan sistem
logistik.
Manajemen Logistik | 27
28 | Manajemen Logistik
BAB III.
PENGERTIAN DAN PERAN MANAJEMEN
LOGISTIK
Manajemen Logistik | 29
dari titik awal hingga ke titik konsumen, dan bahkan
dalam beberapa kasus sampai ke titik disposal. Berikut
adalah beberapa pendapat para ahli berkenaan dengan
definisi logistik.
1) Pendapat Donald Bowersox (2002)
Logistik merupakan proses pengelolaan yang
strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan
barang dari suplier kepada perusahaan dan kepada
pelanggan. Ciri utama kegiatan logistik adalah
keterpaduan berbagai dimensi dan tuntutan terhadap
pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage)
yang strategis.
2) Kallock (1998)
Logistik merupakan hubungan yang sederhana
antara faktor-faktor yang saling bebas, yaitu pembuatan
(yang terdiri dari penjadwalan utama, penjadwalan
produksi, pengaturan material dan produksi);
pengiriman (yang berhubungan dengan perancangan
lokasi, pemindahan material, pengangkutan dan
penyaluran barang jadi); serta penjadwalan (berkaitan
dengan peramalan, pelayanan pelanggan, pelayanan
pesanan, dan pengiriman).
3) Ratliff & Nulty (1997)
The process of planning, implementing & controlling
the efficient, cost-effective flow & storage of raw
30 | Manajemen Logistik
materials, in-process inventory, finish goods & related
information from point of origin to point of consumption
for the purpose of conforming to customer needs. The
collection of activities associated with acquiring, moving,
storing & delivering supply chain commodities.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan
bahwa manajemen logistik merupakan proses
perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari
proses-proses kegiatan logistik mulai dari pengadaan,
penyimpanan, dan pendistribusian guna memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Agar anda lebih memahami tentang logistik,
perhatikanlah ilustrasi sederhana tentang kegiatan
logistik dalam keluarga berikut ini.
Di sebuah desa hiduplah keluarga kecil petani yang
terdiri dari sepasang suami istri yang belum
mempunyai anak. Keluarga petani ini memiliki sebidang
sawah yang ditanami padi serta palawija yang hasilnya
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari dan sisanya dijual kepada pedagang yang
datang ke desa tersebut. Dalam mengelola sawah itu,
secara tradisional sang suami setiap pagi berangkat ke
sawah dan mengolah sawahnya sampai sore. Di sinilah
muncul masalah logistik sederhana, yaitu bagaimana
Manajemen Logistik | 31
suami petani tersebut memperoleh makanan serta
minumannya di sawah saat bekerja disiang hari nanti.
Masalah logistik tersebut, secara tradisional telah
dipecahkan oleh sang istri dengan mempersiapkan nasi
dan lauk-pauk untuk sang suami. Begitulah masalah
logistik secara tradisional muncul dan dapat
dipecahkan secara efektif dan efisien, yaitu dengan
terpenuhinya kebutuhan logistik secara tepat jumlah,
tepat mutu dan tepat waktu.
Organisasi perusahaan dalam praktik sehari-hari
tidak hanya mentitikberatkan pada masalah
adiministrasi/manajemen saja, akan tetapi juga
mengurus kegiatan pengelolaan dan penyimpanan
bahan baku, suku cadang, barang jadi dari para
pemasok di antara fasilitas perusahaan.
Kegiatan pengelolaan dan penyimpanan ini
merupakan kegiatan logistik. Kegiatan ini bertujuan
agar beraneka macam material tersedia dalam jumlah
yang tepat pada saat dibutuhkan, dalam keadaan siap
pakai ke lokasi yang ditunjuk, dengan total biaya yang
terkecil. Melalui proses logistik semua material berjalan
ke bagian manufaktur yang lebih luas dan rumit.
Dengan kata lain, kegiatan logistik akan berjalan
efektif dan efisien apabila memenuhi empat syarat,
yaitu tepat jumlah, tepat mutu, tepat ongkos, dan tepat
32 | Manajemen Logistik
waktu. Hal ini tentunya perlu ketrampilan manajerial
untuk mendesain suatu sistem dalam mengawasi,
mengendalikan arus, dan penyimpanan material suku
cadang, barang jadi secara strategis sehingga dapat
diperoleh manfaat maksimum bagi
organisasi/perusahaan. Manajemen yang diperlukan
tersebut adalah manajemen logistik.
Manajemen Logistik | 33
1. Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan diterapkannya berbagai
pengelolaan barang dan jasa dengan jasa
komputer.
2. Iklim perekonomian masyarakat yang semakin
menunjukkan tingkat persaingan dalam kualitas
pelayanan.
34 | Manajemen Logistik
untuk kebutuhan pemerintah daerah, tetapi juga
mempunyai peranan penting dalam kehidupan
masyarakat, seperti pemberian pelayanan prima
kepada seluruh masyarakat. Hal ini dikarenakan
aktivitas manajemen logistik sangat menyangkut
kehidupan sehari-hari yang bergubungan dengan
pelaksanaan tugas pemerintah yang bersifat
eksternal, yaitu pemberian pelayanan kepada
masyarakat. Untuk mendukung manajemen logistik
ini, diperlukan suatu rantai aliran barang yang
memungkinkan pemberian pelayanan dari
pemerintah ke masyarakat dapat berjalan lancar.
Manajemen Logistik | 35
dan di mana produk tersebut dibutuhkan.
Sekarang, coba anda cermati gambar tentang
pertukaran di antara bauran pemasaran dan
logistik berikut.
36 | Manajemen Logistik
menghasilkan pelayanan tingkat tinggi dengan
biaya total operasional logistik yang rendah.
Produk yang diterima konsumen sebagai
hasil pembelanjaan dapat juga membuat hilangnya
daya tarik konsumen akibat kualitas, harga, dan
layanan yang kurang sesuai. Oleh karena itu,
manajemen perlu memahami hubungan antara
logistik dan aktivitas pemasaran. Harga
merupakan sejumlah uang yang dibayarkan
konsumen untuk produk dan jasa yang ditawarkan.
Hal ini terkait juga pada biaya pengiriman yang
merupakan biaya akibat logistik, sedangkan
promosi suatu produk atau jasa mencakup iklan
dan personal selling yang menuntut perhatian cara
menggunakan dana agar lebih efektif sehingga
pelayanan memiliki nilai tambah pada konsumen
atau konsumen mengetahui bahwa nilai tambah
yang tersedia melalui pelayanan logistik adalah
superior.
Tempat merupakan kunci dari bauran
pemasaran di mana logistik terlibat langsung.
Tempat mendukung suatu tingkat pelayanan
konsumen yang disediakan oleh organisasi, hal ini
bisa terjadi apabila pengiriman barang tepat
waktu. Pelayanan konsumen ini merupakan hasil
Manajemen Logistik | 37
keluaran logistik. Di sisi lain, saat organisasi
memiliki seluruh elemen bauran pemasaran
dengan baik maka kepuasan konsumen dapat
terjadi.
38 | Manajemen Logistik
Hasilnya akan menjadi suatu standar hidup yang
rendah dan atau basis pajak yang kecil. Dengan
demikian, dengan peningkatan efisiensi operasi
logistik, logistik memberikan kontribusi yang
penting terhadap ekonomi secara keseluruhan.
Kedua, logistik mendukung pergerakan dan
aliran dari sejumlah transaksi ekonomi, seperti
penjualan dari sejumlah barang dan jasa. Untuk
memahami peran ini dari perspektif sistem,
anggaplah bahwa jika barang-barang itu tidak tiba
tepat waktu, konsumen tidak dapat membelinya.
Jika barang-barang tidak tiba di tempat yang tepat
atau dalam kondisi yang tepat, tidak akan terjadi
penjualan. Dengan demikian, seluruh aktivitas
ekonomi yang melalui rantai pasokan akan merugi.
Ketiga, logistik menambah nilai dengan
menciptakan kegunaan (utilitas) waktu dan
tempat. Dari pemahaman ekonomi, utilitas
mewakili nilai atau kegunaan di mana barang atau
jasa dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan.
Terdapat empat tipe utilitas, yaitu utilitas bentuk,
kepemilikan, waktu dan tempat. Dua tipe terakhir,
yaitu utilitas waktu dan tempat secara erat
didukung oleh logistik. Utilitas bentuk adalah nilai
tambah terhadap produk atau jasa karena
Manajemen Logistik | 39
konsumen mampu mengambil kepemilikan aktual.
Hal ini dimungkinkan oleh pengatur kredit,
pinjaman, dan yang lainnya. Sebagai contoh, pada
saat general motors acceptance corporation
memperpanjang pinjaman untuk pembelian mobil
prospektif maka utilitas kepemilikan menjadi
mungkin. Utilitas bentuk dan kepemilikan tidak
secara spesifik berhubungan dengan logistik, juga
tidak akan mungkin terwujud tanpa membawa
barang-barang yang sesuai yang dibutuhkan untuk
konsumsi atau produksi ke tempat yang tepat pada
waktu yang tepat dan dalam kondisi yang tepat
pada biaya yang tepat. Utilitas waktu adalah suatu
nilai tambah dengan memiliki barang pada saat
dibutuhkan. Hal ini dapat terjadi di dalam suatu
organisasi, di mana seluruh material dan suku
cadang dibutuhkan untuk produksi. Seperti logistik
pengiriman tepung dari pabrik penggilingan ke
fasilitas produksi sehingga produk roti yang terjadi
dapat sesuai jadwal, tersedia di pasar, di mana
konsumen dapat memiliki barang pada saat
dibutuhkan. Hal ini secara erat berhubungan
dengan utilitas tempat, dalam arti memiliki barang
atau jasa pada saat dibutuhkan. Utilitas tempat dan
40 | Manajemen Logistik
waktu perlu didukung logistik secara langsung
sehingga konsumen terpuaskan.
Keempat, dalam perdagangan internasional
pemerintah ikut memerankan kebijakan maupun
pengawasan perdagangan tersebut karena
merupakan perluasan kegiatan ekonomi.
42 | Manajemen Logistik
perencanaannya membawa barang fisik ke suatu
tempat pelanggan sebagai tujuan.
2. Peramalan permintaan (demand forecasting)
merupakan penentuan sejumlah produk dan
layanan-layanan yang dibutuhkan pelanggan dalam
point-point akan datang. Kegiatan ini merupakan
kegiatan perencanaan.
3. Komunikasi dalam logistik merupakan kegiatan
logistik yang berkomunikasi baik antar proses-
proses logistik maupun komunikasi dengan
pelanggan, pengambilan keputusan. Komunikasi
dapat dikatakan sebagai penyampaian informasi
yang penting untuk mendukung kesuksesan proses.
4. Penangan material (material handling), berkaitan
dengan semua aspek pergerakan atau aliran
material, persediaan dalam proses, dan barang jadi
dalam pabrik atau gudang.
5. Pemrosesan pesanan (order processing)
merupakan pemrosesan pesanan dari konsumen.
Siklus pesanan ini merupakan kunci hubungan
konsumen dengan organisasi. Organisasi saat ini
telah berubah dalam meningkatkan metode
pesanan, yaitu dengan electronic data interchange
(EDI) dan electronic funds transfer (EPT) untuk
mempercepat proses tersebut.
Manajemen Logistik | 43
6. Pengemasan (packaging), fungsinya sebagai
perlindungan barang dari kerusakan serta sebagai
bentuk sisi advertising dan promosi.
7. Dukungan layanan dan komponen-komponen
(Parts and Service Support) merupakan pelayanan
penuh untuk kepuasan pelanggan di mana setelah
penjualan, suatu organisasi/perusahaan
memberikan layanan-layanan berupa servis atau
penyediaan komponen-komponen dari produk
yang disediakannya. Hal ini, meliputi pengiriman
suku cadang, menyediakan stok suku cadang,
menarik produk cacat, karena apabila suatu
produksi berhenti karena ketiadaan suku cadang
akan mengakibatkan keluarnya biaya yang tidak
sedikit.
8. Penentuan lokasi gudang dan pabrik (plant and
warehouse site selection), penentuan lokasi gudang
berkenaan dengan pencapaian tingkat layanan
pelanggan.
9. Persediaan (inventory management), persediaan
barang guna memenuhi tingkat pelayanan tertentu,
meliputi faktor-faktor biaya, umur barang, biaya
gudang.
10. Lintas dan transportasi, pengelolaan pergerakan
produk dan penentuan metode pengiriman,
44 | Manajemen Logistik
memilih jalur secara spesifik, mengikuti aturan-
aturan di berbagai lokasi, dan mengetahui
kebutuhan pengiriman domestik dan internasional.
11. Pengadaan (procurement) merupakan pengadaan,
pembelian material dari luar organisasi atau dari
pemasok. Aktivitas ini, meliputi pembelian,
manajemen pasokan, evaluasi pemasok, negosiasi,
jadwal pengiriman.
12. Pengembalian barang merupakan penanganan
pengembalian barang dari pelanggan di mana
kondisi barang tersebut rusak atau tidak sesuai
sebagaimana mestinya.
13. Pergudangan dan penyimpanan (warehousing &
storage), pengelolaan tempat yang dibutuhkan
untuk menyimpan atau merawat persediaan.
14. Logistik reverse (Reverse Logistics) merupakan
kegiatan logistik dalam pemindahan material yang
tidak terpakai dalam suatu proses produksi,
distribusi atau pengemasan, termasuk
pengangkutan ke lokasi pembuangan atau
pendaurulangan. Hal ini di Eropa memiliki regulasi
yang ketat. Contoh lain adalah logistik sampah.
Setelah kegiatan-kegiatan di atas terlaksana
dengan baik, pada akhirnya suatu keputusan yang tepat
harus diputuskan. Dalam memutuskan suatu hal,
Manajemen Logistik | 45
diperlukan aspek-aspek yang harus menjadi bahan
pertimbangan para pengambil keputusan di bidang
logistik sebagai berikut.
46 | Manajemen Logistik
Ketrampilan yang dibutuhkan:
Manajemen Logistik | 47
48 | Manajemen Logistik
BAB IV.
MANAJEMEN RANTAI PASOK
Manajemen Logistik | 49
4.2. Pengertian Supply Chain Management (SCM)
Istilah Supply Chain Management pertama kali
dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982.
Kalau Supply Chain adalah jaringan fisiknya, yakni
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok
bahan baku, memproduksi barang, maupun
mengirimkannya ke pemakai akhir, Supply Chain
Management (SCM) adalah metode, alat atau
pendekatan pengelolaannya (Pujawan, 2005).
The Council of Logistics Management memberikan
definisi Supply Chain Management (SCM) berikut
(Pujawan, 2005):
Supply Chain Management is the systematic,
strategic coordination of the traditional business
functions within a practicular company and across
businesses within the supply chain for the purpose of
improving the long-term performance of individual
company and the supply chain as whole.
Menurut Siagian (2005), Supply Chain Management
(SCM) menegaskan interaksi antar fungsi pemasaran,
produksi pada suatu perusahaan. Memanfaatkan
kesempatan untuk meningkatkan pelayanan dan
penurunan biaya dapat dilakukan melalui koordinasi
dan kerjasama antara pengadaan bahan baku dan
pendistribusiannya.
50 | Manajemen Logistik
Ruslim (2013) mengungkapkan bahwa Supply
Chain Management (SCM) adalah proses penyatuan
bisnis dari pengguna akhir melalui para penyalur asli
yang menyediakan produk, jasa pelayanan dan
informasi untuk menambah nilai pelanggan.
Menurut Render dan Heizer (2004), Supply Chain
Management (SCM) merupakan kegiatan pengelolaan
kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan
mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut
menjadi barang dalam proses dan barang jadi dan
mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui
sistem distribusi.
Jadi, Supply Chain Management (SCM) tidak hanya
berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan,
melainkan juga urusan eksternal perusahaan yang
menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan
lainnya. Dalam supply chain kolaborasi antar
perusahaan sangat diperlukan, karena pada intinya
perusahaan ingin memuaskan konsumen akhir yang
sama, mereka harus bekerja sama untuk membuat
produk yang murah, tepat waktu dan dengan kualitas
yang bagus. Hanya dengan kerjasama antar elemen-
elemen pada supply chain tujuan tersebut dapat dicapai.
Manajemen Logistik | 51
4.3. Fungsi Supply Chain Management (SCM)
Ada dua fungsi Supply Chain Management (SCM),
yaitu (Nugrahanti dkk, 2014):
1. Supply Chain Management (SCM) secara fisik
mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan
menghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi
pertama ini berkaitan dengan ongkos-ongkos fisik,
yaitu ongkos material, ongkos penyimpanan,
ongkos produksi, ongkos transportasi dan
sebagainya.
2. Supply Chain Management (SCM) sebagai mediasi
pasar, yakni memastikan bahwa apa yang disuplai
oleh Supply Chain mencerminkan aspirasi
pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi
kedua ini berkaitan dengan biaya-biaya akibat
tidak terpenuhinya aspirasi konsumen oleh produk
yang disediakan oleh sebuah rantai Supply Chain.
Ongkos-ongkos ini berupa ongkos markdown, yakni
penurunan harga produk yang tidak laku.
52 | Manajemen Logistik
menjamin tersedianya barang untuk konsumen. Fungsi
logistik menekankan pada masalah persediaan, dalam
perkembangan selanjutnya berubah menjadi Supply
Chain Management (SCM) atau dalam bahasa indonesia
dikenal sebagai manajemen rantai pasokan.
Konsep Supply Chain Management (SCM) lebih
menekankan pada bagaimana perusahaan memenuhi
permintaan konsumen tidak hanya sekedar
menyediakan barang. Supply Chain Management (SCM)
merupakan proses penciptaan nilai tambah persediaan,
aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi
merupakan bagian terpenting dalam pengelolaan rantai
pasokan karena dengan adanya informasi maka pihak
pemasok dapat menjamin tersedianya bahan baku tepat
waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih cepat
dengan kuantitas yang tepat sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara
keseluruhan (Anatan, 2014).
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 aliran yang
harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang
mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream).
Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir
dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi
yang bisa terjadi dari hilir ke hulu ataupun sebaliknya.
Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di
Manajemen Logistik | 53
masing-masing divisi sering dibutuhkan oleh distributor
maupun oleh instansi. Informasi tentang ketersediaan
kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga
sering dibutuhkan oleh instansi. Informasi tentang
status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh
instansi yang mengirim maupun yang menerima.
54 | Manajemen Logistik
2. Prinsip jejaring, semua elemen berada dalam
hubungan kerja yang selaras.
3. Prinsip ujung ke ujung, proses operasional
mencakup elemen pemasok yang paling hulu
sampai ke konsumen yang paling hilir.
4. Prinsip saling tergantung, setiap elemen dalam
Supply Chain Management (SCM) menyadari bahwa
untuk mencapai tujuan bersama dan meningkatkan
daya saing, diperlukan kerjasama yang saling
menguntungkan.
5. Prinsip komunikasi, data yang akurat memberikan
informasi tepat untuk memperlancar aliran barang.
6. Prinsip kemitraan, pemasok, manufaktur,
distributor dan pelanggan bekerja sama saling
membagi dan mengkomunikasikan informasi,
mempunyai tujuan yang sama, saling percaya dan
mengutamakan kualitas dan waktu.
7. Prinsip dukungan, mendapat dukungan penuh dari
manajemen dan fungsi operasional perusahaan
dalam proses perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan dan pengendalian.
Manajemen Logistik | 55
4.6. Tujuan dan Manfaat Supply Chain Management
(SCM)
Aplikasi manajemen rantai pasokan pada dasarnya
memiliki tiga tujuan utama, yaitu penurunan biaya (cost
reduction), penurunan modal (capital reduction) dan
perbaikan pelayanan (service improvement) (Alif, 2015).
Berdasarkan definisi Supply Chain Management,
mempunyai tujuan Supply Chain Management
menyangkut pertimbangan mengenai lokasi di setiap
fasilitas yang memiliki dampak terhadap aktifitas dan
biaya dalam rangka memproduksi produk yang
diinginkan pelanggan dari supplier dari pabrik hingga
disimpan digudang dan pendistribusiannya ke sentra
penjualan. Mencapi efisiensi aktivitas dan biaya seluruh
sistem, total biaya sistem dari transportasi hingga
distribusi persediaan bahan baku, proses kerja dan
barang jadi (Nugrahanti, 2014). Selain itu, tujuan Supply
Chain Management dapat diuraikan sebagai berikut
(Paoki, 2016):
1. Penyerahan atau pengiriman produk secara tepat
waktu demi memuaskan konsumen.
2. Mengurangi biaya.
3. Meningkatkan segala hasil dari seluruh supply
chain (bukan hanya satu perusahaan).
4. Mengurangi waktu.
56 | Manajemen Logistik
5. Memuaskan kegiatan perencanaan dan distribusi.
Secara umum penerapan konsep Supply Chain
Management (SCM) dalam perusahaan akan
memberikan manfaat sebagai berikut (Widyarto, 2012):
1. Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna
produk merupakan target utama dari aktivitas
proses produksi setiap produk yang dihasilkan
perusahaan. Konsumen atau pengguna yang
dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen
dalam jangka waktu yang panjang. Untuk
menjadikan konsumen bertahan dalam jangka
waktu yang lama, maka terlebih dahulu konsumen
harus puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak
konsumen dan menjadi mitra perusahaan berarti
akan meningkatkan pendapatan perusahaan,
sehingga produk-produk yang dihasilkan
perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena
diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk
dari perusahaan kepada konsumen dapat
mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan aset semakin tinggi. Aset terutama
faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil
Manajemen Logistik | 57
baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.
Tenaga manusia akan mampu memberdayakan
penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang
dituntut dalam pelaksanaan Supply Chain
Management (SCM).
5. Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya
jumlah konsumen, maka akan meningkatkan laba
perusahaan.
Kelima manfaat yang sudah dijelaskan di atas
merupakan manfaat tidak langsung dari penerapan
Supply Chain Management (SCM). Secara umum,
manfaat langsung dari penerapan Supply Chain
Management (SCM) bagi perusahaan adalah sebagai
berikut (Widyart0, 2012):
1. Supply Chain Management (SCM) secara fisik dapat
mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan
mengantarkannya kepada konsumen akhir.
Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan
operasi dalam sebuah perusahaan. Dalam fungsi ini
dilakukan penggunaan dari seluruh sumber daya
yang dimiliki dalam sebuah proses transformasi
yang terkendali, untuk memberikan nilai pada
produk yang dihasilkan sesuai dengan
kebijaksanaan perusahaan dan
58 | Manajemen Logistik
mendistribusikannya kepada konsumen yang
diinginkan.
2. Supply Chain Management (SCM) berfungsi sebagai
mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok
oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi
pelanggan atau konsumen akhir. Dalam hal ini
fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui
pelaksanaan Supply Chain Management (SCM),
pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan
karakteristik yang diminati konsumen. Selanjutnya
fungsi ini harus mampu mengidentifikasi seluruh
atribut produk yang diharapkan konsumen
tersebut dan mengkomunikasikan kepada
perancang produk. Apabila seleksi rancangan
produk sudah dilakukan dan dilakukan pengujian
maka produk dapat diproduksi.
Manajemen Logistik | 59
pada tahun 1994 oleh A. T. Kearny seperti terlihat pada
gambar 4.1.
Suppliers Customers
Suppliers’ Customers
Company
Supplier End Users
60 | Manajemen Logistik
Strategi ini didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan
dan aksi strategis di sepanjang supply chain yang
menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan
pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang
ada dalam supply chain.
Penerapan strategi supply chain mengarah pada
perencanaan jangka panjang untuk menciptakan
produk yang murah, berkualitas, tepat waktu,
bervariasi dan mendukung rantai pasokan untuk
mencapai tujuan-tujuan strategis yang telah ditetapkan.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut perusahaan
harus memiliki kemampuan untuk beroperasi secara
efisien menciptakan produk yang memiliki kualitas
tinggi, respon cepat terhadap kebutuhan konsumen,
fleksibel dan inovatif dalam merespon perubahan yang
terjadi.
Chopra dan Meindl (2004) mengemukakan dua
strategi dalam supply chain yaitu:
1. Lean Supply Chain (Efficient Supply Chain)
Efficient supply chain menitikberatkan pada upaya
memenuhi permintaan konsumen pada harga terendah
dengan cara meminimumkan biaya total dan menekan
ongkos-ongkos fisik disepanjang rantai pasokan.
Ongkos-ongkos fisik tersebut bisa meliputi ongkos
material, ongkos produksi dan ongkos penyimpanan.
Manajemen Logistik | 61
Untuk menjamin keberhasilan implementasi strategi
efficient supply chain memerlukan koordinasi yang baik
antar relasi dalam sebuah rantai pasokan, baik dengan
mengurangi dampak variabelitas dalam ketidakpastian
permintaan maupun penyediaan.
2. Agile Supply Chain (Responsive Supply Chain)
Responsive supply chain memiliki prinsip yang
berbeda dengan efficient supply chain karena responsive
supply chain justru mendukung perlunya persediaan
dalam mengantisipasi permintaan yang tidak pasti dan
mengantisipasi adanya fluktuasi dalam persediaan
pemasok. Strategi ini menitikberatkan pada
kemampuan rantai pasokan untuk merespon
kebutuhan pasar yang cepat berubah. Untuk mencapai
kesuksesan strategi responsive supply chain
memerlukan distributor yang handal, seleksi pemasok
dan distributor harus mendasarkan pada kecepatan dan
fleksibilitas.
62 | Manajemen Logistik
manajemen rantai pasokan yang terkait dengan fungsi-
fungsi utama rantai pasokan (Siahaya, 2013).
Area cakupan dalam manajemen rantai pasokan
dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
64 | Manajemen Logistik
a. Ketidakpastian permintaan, berupa arah pemasok
yang berupa ketidakpastian pada lead time
pengiriman, harga bahan baku atau komponen.
b. Ketidakpastian kualitas serta kuantitas material
yang dikirim.
c. Ketidakpastian internal.
Manajemen Logistik | 65
66 | Manajemen Logistik
BAB V.
MANAJEMEN LOGISTIK DAN
MANAJEMEN RANTAI PASOK
Manajemen Logistik | 67
Gambar 5.1. Kecenderungan Perkembangan
Logistik
68 | Manajemen Logistik
masalah yang lebih luas terbentang sangat panjang
sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai
konsumen dan merupakan mata rantai penyediaan
barang.
Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu
sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi
dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga
merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai
organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai
tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang
tersebut.
Pada awalnya manajemen rantai pasokan (supply
chain) merupakan sebuah strategi perusahaan dalam
meningkatkan pelayanan tanpa harus menimbulkan
peningkatan biaya atau disebut sebagai kegiatan ECR
(Efficient Consumer Response). ECR adalah strategi yang
bertujuan untuk mengurangi biaya yang harus
dikeluarkan pada jalur distribusi dan membuat semakin
tanggap terhadap permintaan konsumen. Semua itu
melibatkan usaha kerja sama di antara mitra dagang
untuk meningkatkan arus barang, informasi yang
melalui jalur rantai pasokan (supply chain), mulai dari
bahan mentah sampai ke pabrik lalu didistribusikan ke
retail sampai akhirnya ke tangan konsumen.
Manajemen Logistik | 69
Persaingan di masa mendatang tidak lagi
merupakan persaingan antar perusahaan saja, tetapi
antar supply chain. Artinya hanya supply chain yang
dapat memberikan nilai maksimal bagi pelanggannya
yang akan unggul. Oleh karena itu, kemampuan
mengelola seluruh rangkaian rantai bisnis (supply
chain) dewasa ini menjadi semakin penting.
Manajemen supply chain adalah pola pikir yang
melihat bisnis sebagai rangkaian terpadu dari proses-
proses bisnis mulai dari konsumen akhir sampai ke
sumber pasokan yang paling depan. Manajemen supply
chain tidak otomatis tercapai melalui penguasaan atau
kepemilikan atas seluruh supply chain. Manajemen
supply chain juga bukan sekedar sebagai penanganan
masalah logistik.
Istilah supply chain dan supply chain management
sudah menjadi hal yang umum kita jumpai di berbagai
media baik majalah manajemen, buletin, koran, buku
ataupun dalam diskusi-diskusi. Supply chain
management merupakan suatu disiplin ilmu yang relatif
baru. Cooper bahkan menyebut istilah supply chain
management baru muncul di awal tahun 90-an dan
istilah ini diperkenalkan oleh para konsultan
manajemen. Saat ini supply chain management
merupakan suatu topik yang hangat, menarik untuk
70 | Manajemen Logistik
didiskusikan bahkan mengundang daya tarik yang luar
biasa baik dari kalangan akademis maupun praktisi.
Suppply chain dapat didefinisikan sebagai
sekumpulan aktivitas (dalam bentuk entitas/fasilitas)
yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi
barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam
sampai produk jadi pada konsumen akhir.
Berdasarkan definisi tersebut maka suatu supply
chain terdiri dari perusahaan yang mengangkat bahan
baku dari bumi/alam, perusahaan yang
mentransformasikan bahan baku menjadi bahan
setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan
pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor
dan retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen
akhir. Dengan demikian, supply chain juga banyak
diasosiasikan sebagai suatu jaringan value added
activities.
Contoh barang mobil, berbagai macam aktivitas
dan perusahaan terlibat dalam pembuatan sebuah
mobil sampai pada konsumen akhir. Dari perakitan
sampai aliran barang kekonsumen, mobil-mobil
didistribusikan melalui dealer sampai mobil-mobil ini
ada di showroom untuk akhirnya sampai ke pemakai.
Pada rantai jaringan inipun juga terlibat jaringan after
sales services yang siap melayani konsumen mulai dari
Manajemen Logistik | 71
perawatan dilengkapi dengan supply komponen
pengganti.
Perusahaan bisa menjadi bagian lebih dari satu
supply chain sekaligus Supermarket, seperti Carrefour
misalnya, pada saat yang sama ia menjadi ujung paling
bawah (downstream) dari supply chain untuk banyak
produk sekaligus. Posisi perusahaan dalam berbagai
supply chain di mana ia beroperasi pun bisa berlainan.
Perusahaan ban Goodyear misalnya, ia menjadi
pemasok untuk pabrik perakitan mobil ketika kita
pandang ia sebagai bagian dari supply chain produk
mobil. Pada saat yang sama ia juga menjadi
manufacturer akhir yang memasok ban langsung ke
distributor dan retailer untuk pasar pengguna mobil
yang membutuhkan penggantian ban. Di industri
elektronika, perusahaan, seperti Motorola bisa menjadi
supplier bagi AT & T pada supply chain produk tertentu,
di lain produk Motorola bisa menjadi customer dari AT
& T.
Sekarang ini, supply chain tidak hanya melibatkan
aliran barang dari hulu ke hilir, tetapi juga melibatkan
aliran barang sebaliknya, yaitu dari konsumen kembali
ke manufacturer atau yang disebut dengan reverse
supply chain. Aktivitas-aktivitas reverse supply chain,
72 | Manajemen Logistik
meliputi pengembalian produk cacat, servis, dan
perawatan ataupun aktivitas daur ulang.
Sangat penting untuk dicatat bahwa dalam suatu
supply chain terdapat tiga macam aliran utama, yaitu
aliran produk, uang, dan informasi. Pengelolaan dan
sinkronisasi ketiga aliran inilah yang menjadi roh dan
jiwa dari supply chain management.
Konsep supply chain merupakan konsep baru
dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat
logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing
organisasi/perusahaan dan pemecahannya
dititikberatkan pada intern masing-masing
organisasi/perusahaan. Dalam konsep supply chain ini,
masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas
terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar
sampai barang jadi yang dipakai konsumen yang
merupakan mata rantai penyediaan barang.
Sekarang, coba anda cermati definisi supply chain
menurut David Simpchi dalam Indrajit (2000:5-6)
sebagai berikut.
Supply chain management is a set of approaches
utilized to efficiently integrate suppliers,
manufacturers, warehouses, and stores, so that
merchandise is produced and distributed at the right
quantities, to the right locations at the right time, in
Manajemen Logistik | 73
order to minimize system wide costs while satisfying
service level requirement.
Supply chain adalah sebuah sistem yang mencakup
proses produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi,
dan penjualan produk dalam rangka memenuhi
permintaan akan produk tersebut sampai penyampaian
produk tersebut kepada konsumen.
Tujuan dari supply chain adalah untuk memastikan
bahwa produk berada pada tempat dan waktu yang
tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa
menciptakan stok yang berlebihan atau kekurangan
serta untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan
secara keseluruhan. Supply chain yang terintegrasi akan
meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh
rantai suplai tersebut.
Untuk memenuhi stok barang yang tersedia untuk
retailer, manufaktur harus menentukan jumlah produk
yang diproduksi pada waktu tertentu. Dengan
demikian, berarti manufaktur harus
meramalkan/membuat perkiraan jumlah penjualan.
Dalam hal ini yang terbaik dilakukan adalah bersama-
sama dengan retailer menggunakan suatu tolak ukur,
seperti misalnya CPFR (Collaborativer Planning
Forecasting and Replenishment). Ramalan ini digunakan
untuk memperkirakan jumlah dan jenis bahan mentah
74 | Manajemen Logistik
yang harus dibeli, pengapalan, dan waktu pengiriman
untuk bahan mentah tersebut dan waktu yang
dibutuhkan untuk proses di manufaktur. Kemudian
barang yang sudah jadi disimpan di dalam gudang
sampai diorder oleh distributor. Sebagai contoh:
Seorang distributor membeli lima pallet masing-
masing berisi 200 karton juice merk “ABC”. Setiap
karton berisi 24 kaleng juice, kemudian distributor
membongkar pallet menjadi bagian karton-karton yang
terpisah dan mengirim 334 karton ke retailer A dan 558
karton ke retailer B dan 108 sisanya disimpan sebagai
stok persediaan. Retailer membongkar karton tersebut
menjadi 24 bagian masing-masing item yang akan di
display untuk dijual. Persediaan yang tidak muat di rak
penjualan kemudian disimpan di ruang penyimpanan
stok untuk dijual pada waktu yang akan datang.
Lima prinsip dasar yang menjadi bagian penting
pada manajemen supply chain adalah sebagai berikut.
1. Planning/perencanaan.
2. Sourcing/sumber barang.
3. Manufacturing.
4. Pengiriman.
5. Pengembalian.
Manajemen supply chain adalah sebuah proses
pengelolaan di mana produk diciptakan dan
Manajemen Logistik | 75
disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural.
Sebuah supply chain (rantai suplai) merujuk kepada
jaringan yang rumit dari hubungan di mana organisasi
mempertahankan dengan rekan bisnisnya untuk
mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan
kepada konsumen.
Manajemen supply chain adalah koordinasi dari
bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan
yang berpartisipasi.
1. Arus material melibatkan arus produk fisik dari
pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama
baiknya dengan arus balik dari retur produk,
layanan, daur ulang, dan pembuangan.
2. Arus informasi, meliputi ramalan permintaan,
transmisi pesanan dan laporan status pesanan.
3. Arus keuangan, meliputi informasi kartu kredit,
syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam
penetapan kepemilikan dan pengiriman.
Menurut Turban, Rainer, dan Porter terdapat 3
macam komponen supply chain yaitu sebagai berikut.
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain, meliputi
aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan
para penyalurnya (yang mana dapat manufaktur,
assembler atau kedua-duanya) dan koneksi kepada para
76 | Manajemen Logistik
penyalur (para penyalur second-tier). Hubungan para
penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata,
semua jalur dari asal material (contohnya bijih
tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream
supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Internal Supply Chain Management
Bagian dari internal supply chain, meliputi semua
proses in house yang digunakan dalam
mentransformasikan masukan dari para penyalur ke
dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari
waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam
internal supply chain, perhatian yang utama adalah
manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian
persediaan.
3. Downstream Supply Chain Segment
Downstream (arah muara) supply chain, meliputi
semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk
kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply
chain, perhatian diarahkan pada distribusi,
pergudangan, transportasi, dan afte sales service.
Dalam manajemen supply chain perusahaan
mendapatkan pasokan barang cenderung memilih
apakah membuat barang atau membeli barang.
Perusahaan mencoba untuk mengurangi beban kerja
mereka dengan memesan barang yang dibutuhkan dari
Manajemen Logistik | 77
perusahaan lain. Pengambilan keputusan mengenai
apakah perusahaan akan membuat atau membeli
barang sangat bergantung kepada kemampuan pegawai
dan kondisi fisik. Apabila kondisi memang kekurangan
maka perusahaan akan memilih untuk membeli.
Secara sepintas dapat dijelaskan persamaan dan
perbedaan antara manajemen logistik dan manajemen
supply chain sebagaimana dikemukakan Indrajit (2002:
27-28) bahwa keduanya mempunyai persamaan
sebagai berikut.
1. Keduanya menyangkut pengelolaan arus barang
atau jasa.
2. Keduanya menyangkut pengelolaan mengenai
pembelian, pergerakan, penyimpanan,
pengangkutan, administrasi, dan penyaluran
barang.
3. Keduanya menyangkut usaha untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan barang.
Sedangkan perbedaan antara manajemen logistik
dan manajemen supply dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
78 | Manajemen Logistik
Manajemen logistik dianggap sebagai suatu proses
yang sangat penting karena dengan pengelolaan yang
efektif dan efisien akan menjadi salah satu sumber
keunggulan kompetitif yang dapat diciptakan oleh
perusahaan. Namun, dalam implementasi konsep
logistik terdapat kendala, yaitu organisasi, berupa
struktur organisasi dan tata kerja yang kaku dan
menghalangi konsep manajemen logistik terpadu.
Konsep ini dimengerti sebagai arus barang dan
informasi antar berbagai sumber dan pengguna yang
dikoordinasikan dan dikendalikan sebagai suatu sistem.
Logika dari konsep ini adlaah merangkaikan setiap
langkah dari proses di mana barang dan produk
bergerak mendekati pelanggan, yaitu dengan prinsip
optimalisasi. Dengan kata lain, tujuannya adalah
memaksimalkan layanan pelanggan dan sekaligus
meminimalkan biaya serta mengurangi aset yang
terdapat dalam saluran logistik. Dalam organisasi,
keadaan ini akan menimbulkan permaslahan sehingga
inovasi logistik tidak kompetitif dan berkembang
dengan baik.
Dasar-dasar kesuksesan dalam kompetisi,
khususnya dalam manajemen logistik terdapat suatu
model sederhana yang cukup rasional, yaitu apa yang
dinamakan sebagai “the triangular linkage of the
Manajemen Logistik | 79
company” atau “the Three C’s”, yaitu customers,
competition dan company dengan hubungan
keterkaitan di antara ketiganya, seperti terlihat pada
gambar berikut ini.
Manajemen Logistik | 81
productivity advantage dapat anda lihat pada gambar
berikut ini.
82 | Manajemen Logistik
mengusahakan dan berhasil mencapai dua puncak
kesempurnaan, yaitu cost leadership dan service
leadership.
Manajemen Logistik | 83
terlibat dalam pengelolaan aliran informasi dan produk
tersebut. Terlepas dari sukses dan gagalnya suatu
perusahaan, konsep SCM harus dipahami oleh para
pelaku bisnis terutama yang menangani alirat
material/produk dan informasi terlepas dari posisi
relatifnya terhadap konsumer akhir.
84 | Manajemen Logistik
manufaktur bisa memiliki ratusan bahkan ribuan
pemasok. Produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah
industri mungkin didistribusikan oleh beberapa pusat
distribusi yang melayani ratusan bahkan ribuan
wholesaler dan ritel, pedagang kecil. Setiap channel
dalam supply chain akan memiliki aktivitas-aktivitas
yang saling mendukung. Secara keseluruhan aktivitas-
aktivitas tersebut, meliputi perancangan produk,
peramaian kebutuhan, pengadaan material, produksi,
pengendalian persediaan, distribusi/transportasi,
penyimpanan/pergudangan, dukungan pelayanan
kepada pelanggan, proses pembayaran. Pada tingkatan
yang lebih strategis ada aktivitas-aktivitas, seperti
pemilihan pemasok, penentuan lokasi pabrik, gudang,
pusat distribusi.
Tiap bagian berusaha membuat ukuran-ukuran
tersendiri dalam menentukan kesuksesan
pekerjaannya. Demikian juga hubungan antar channel
dalam supply chain. Hubungan antara pemasok dengan
perusahaan yang disuplainya juga hanya terbatas pada
transaksi jual beli. Pola-pola negosiasi benar-benar
mementingkan pihak-pihak secara individual, dan
bukan mengacu pada kinerja keseluruhan pihak yang
menjadi pembentuk sebuah supply chain secara holistik.
Pemasok berkeinginan untuk memindahkan atau
Manajemen Logistik | 85
menjual produknya secepat dan sebanyak mungkin
dengan harga yang tinggi, sementara perusahaan yang
disuplainya menginginkan harga yang murah dan
pengiriman yang cepat. Pola hubungan, seperti ini
dinamakan adversarial. Lingkungan bisnis senantiasa
berubah dan perubahan tersebut semakin lama
semakin cepat. Akselerasi perubahan ini disebabkan
berkembangnya secara cepat faktor-faktor penting
antara lain sebagai berikut.
1. Konsumen yang semakin kritis, membutuhkan
produk atau jasa yang semakin berkualitas dengan
harga murah dan bisa diperoleh dengan mudah dan
cepat.
2. Infrastruktur telekomunikasi, informasi,
transportasi, dan perbankan yang semakin canggih
sehingga memungkinkan berkembangnya model-
model baru dalam manajemen aliran
material/produk. Munculnya internet misalnya,
memungkinkan terjadinya transaksi-transaksi
elektronik yang dikenal dengan nama Electronic
Commerce (E-Commerce). Praktik E-Commerce
dapat dilakukan karena informasi-informasi
tersedia dan mudah diakses lewat internet,
pembayaran bisa dilakukan secara aman dan cepat
dengan menggunakan jasa pihak ketiga.
86 | Manajemen Logistik
3. Kesadaran akan pentingnya aspek sosial dan
lingkungan. Kalangan bisnis semakin ditekan untuk
memperhatikan aspek-aspek sosial dan
lingkungan, baik atas instruksi pemerintah maupun
atas kesadaran kalangan bisnis sendiri bahwa
bisnisnya tergantung pada konsumen yang
semakin tahu akan pentingnya aspek lingkungan
dalam hidup mereka. Industri manufaktur dewasa
ini telah banyak yang memasukkan konsep-konsep
keramahan pada lingkungan mulai dari proses
perancangan produknya, proses produksi, sampai
pada proses distribusinya.
Ketiga faktor di atas, ditambah dengan adanya
globalisasi dan perubahan peta ekonomi dunia ke arah
meningkatnya kemampuan ekonomi negara-negara
dunia ketiga, telah menciptakan banyak paradigma baru
dalam dunia bisnis. Salah satu paradigma penting
adalah meningkatnya persaingan antar produk maupun
jasa di pasaran. Hanya produk atau jasa yang aspiratif
terhadap kepentingan konsumen yang pada akhirnya
akan bisa bertahan. Perusahaan-perusahaan ini
ternyata tidak bisa dilepaskan dari dukungan berbagai
pusat ilmu pengetahuan, seperti perguruan tinggi,
lembaga-lembaga riset.
Manajemen Logistik | 87
Dengan praktik tradisional bisnis yang tidak
compatible lagi dan persaingan yang semakin ketat
akibat perubahan-perubahan lingkungan bisnis,
memaksa pelaku-pelaku, baik sektor industri maupun
jasa untuk memikirikan cara-cara baru dalam
memenangkan persaingan. Supply Chain Management
muncul sebagai jawaban atas kebutuhan pelayanan
yang cepat, berkualitas dan murah.
Supply Chain Management pada hakikatnya adalah
sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan aliran material/produk, baik yang ada
dalam satu organisasi maupun antar-organisasi. Aliran
material/produk dalam satu organisasi, misalkan
sebuah industri manufaktur adalah sesuatu yang
kompleks. Penanganannya membutuhkan campur
tangan semua pihak, bukan hanya mereka-mereka yang
dilalui langsung oleh aliran material/produk secara
fisik, tetapi juga bagian-bagian lain, seperti bagian
perancangan produk, pemasaran, akuntansi. Pada
praktik tradisional, bagian-bagian tersebut saling
terpisah, bekerja dengan ukuran-ukuran sendiri.
Pada Supply Chain Management, semua bagian
harus bekerja sama membentuk sebuah tim yang
disebut dengan cross functional team. Salah satu
implementasi dari cross functional team adalah pada
88 | Manajemen Logistik
perancangan produk. Bagian pemasaran, produksi,
perencanaan proses, pengadaan material, duduk
bersama untuk membahas berbagai aspek dari
rancangan produk tersebut sehingga akhirnya keluar
produk baru yang benar-benar mencerminkan selera
konsumen dan bisa diproduksi dengan cepat dan
mudah. Konsep ini dikenal dengan istilah Concurrent
Engineering. Sinkronisasi aktivitas-aktivitas bukan
hanya perlu pada bagian-bagian internal organisasi.
Persaingan, dalam konteks Supply Chain
Management adalah persaingan antar rantai, bukan
antar-individu perusahaan. Kelemahan praktik
tradisional yang bersifat adversial adalah terfokusnya
aktivitas maupun ukuran keberhasilan pada bagian-
bagian kecil dari supply chain yang seringkali justru
kontradiktif dengan tujuan akhir untuk meningkatkan
pelayanan kepada konsumen akhir atau pelanggan.
Ada dua fungsi Supply Chain Management, yaitu
sebagai berikut.
1. Supply Chain Management secara fisik
mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan
menghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi
pertama ini berkaitan dengan ongkos-ongkos fisik,
yaitu ongkos material, ongkos penyimpanan,
ongkos produksi, ongkos transportasi.
Manajemen Logistik | 89
2. Supply Chain Management sebagai mediasi pasar,
yakni memastikan bahwa apa yang disuplai oleh
rantai supply chain lain mencerminkan aspirasi
pelanggan atau pemakai akhir tersebut.
Fungsi kedua ini berkaitan dengan biaya-biaya
survei pasar, perancangan produk, serta biaya-biaya
akibat tidak terpenuhinya aspirasi konsumen oleh
produk yang disediakan oleh sebuah rantai supply
chain. Ongkos-ongkos ini bisa berupa ongkos
markdown, yakni penurunan harga produk yang tidak
laku dijual dengan harga normal atau ongkos
kekurangan supply yang dinamakan dengan stock out
cost. Prinsip-prinsip Supply Chain Management adalah
menciptakan sinkronisasi aktivitas yang beragam
dengan menggunakan pendekatan holistik, tidak
ubahnya, seperti mensinkronkan alat musik dalam
sebuah konser di mana alat yang bunyinya berbeda-
beda bisa dimainkan bersama sehingga terdengar
merdu. Prinsip utama yang harus dipegang dalam
sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah supply chain
adalah untuk menciptakan resultan yang lebih besar,
bukan hanya bagi tiap anggota rantai, tetapi bagi
keseluruhan sistem. Kesuksesan implementasi prinsip
ini biasanya membutuhkan perubahan-perubahan pada
tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya,
90 | Manajemen Logistik
kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan
manajemen mendefinisikan langkah-langkah yang
harus ditempuh dalam menggiring komponen-
komponen supply chain yang kompleks ke arah yang
sama.
Anderson, Britt, dan Favre (1997) memberikan 7
prinsip dalam SCM yang diperuntukkan bagi manajer
dalam merumuskan keputusan strategis, yaitu sebagai
berikut.
1. Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya.
2. Sesuaikan jaringan logistik untuk melayani
kebutuhan pelanggan yang berbeda.
3. Dengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut
sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan
(demand planning) sehingga bisa menghasilkan
ramalan yang konsisten dan alokasi sumber daya
yang optimal.
4. Diferensiasi produk pada titik yang lebih dekat
dengan konsumen dan percepat konversinya di
sepanjang rantai supply chain.
5. Kelola sumber-sumber suplai secara strategis
untuk mengurangi ongkos kepemilikan dari
material maupun jasa.
6. Kembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan
rantai supply chain yang mendukung pengambilan
Manajemen Logistik | 91
keputusan berhierarki serta berikan gambaran
yang jelas dari aliran produk, jasa maupun
informasi.
7. Adopsi pengukuran kinerja untuk sebuah supply
chain secara keseluruhan dengan maksud untuk
meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir.
Strategi yang paling mendasar dari sebuah supply
chain management berkaitan dengan perancangan
konfigurasi fisik maupun manajemennya.
Lee dan Billington (1992) mendeskripsikan 14
faktor yang dapat menjadi penyebab kegagalan
pengelolaan sebuah supply chain dan harus
diperhatikan dalam SCM, yaitu sebagai berikut.
1. Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan
dengan baik, setiap channel menggunakan ukuran
sendiri-sendiri, dan tidak ada perhatian untuk
membuat joint metrics yang mengukur kinerja
rantai secara keseluruhan.
2. Customer service tidak didefinisikan dengan jelas,
dan tidak ada pengukuran terhadap kelambatan
respons dalam pelayanan tidak ada pengukuran
terhadap backorder profile.
3. Status data pengiriman yang tidak akurat dan
sering terlambat.
4. Sistem informasi tidak efisien.
92 | Manajemen Logistik
5. Dampak ketidakpastian diabaikan.
6. Kebijakan inventori terlalu sederhana, faktor-
faktor ketidakpastian tidak diperhitungkan dalam
pembuatan kebijakan-kebijakan tersebut, kadang-
kadang terlalu statis.
7. Diskriminasi terhadap internal customer.
Prioritasnya rendah, service levelnya tidak terukur,
sistem insentifnya tidak erat.
8. Koordinasi antar-aktivitas suplai, produksi, dan
pengiriman tidak bagus.
9. Analisis metode-metode pengiriman tidak lengkap,
tidak ada pertimbangan efek persediaan dan waktu
respons.
10. Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak tepat.
11. Ada kendala komunikasi antar-organisasi.
12. Perancangan produk maupun proses tidak
memperhitungkan konsep supply chain.
13. Perancangan dan operasional supply chain dibuat
secara terpisah.
14. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya
pada operasi internal saja, tidak bisa membedakan
antara pelayanan terhadap immediate customers
dengan end custom.
Manajemen Logistik | 93
94 | Manajemen Logistik
BAB VI.
KONSEP LOGISTIK DAN DISTRIBUSI
96 | Manajemen Logistik
Perusahan sebaiknya dilayani dengan mengabaikan
potensi penghematan ini dalam kemasan karena biaya
penyimpanan dan transportasi tambahan berarti total
biaya meningkat.
Contoh sederhana sub-optimisasi ini menekankan
pentingnya memahami keterkaitan berbagai elemen
logistik. Tindakan yang lebih positif adalah mengukur
dan menginterpretasikan hal ini dan hubungan timbal
balik lainnya menggunakan pendekatan terencana
untuk mengidentifikasi dan menentukan kompensasi
biaya. Pendekatan ini akan bermanfaat bagi sistem
logistik secara keseluruhan. Pertukaran ini dapat
menimbulkan biaya tambahan dalam satu fungsi, tetapi
akan memberikan penghematan biaya yang lebih besar
pada fungsi lainnya. Pencapaian keseluruhan akan
menjadi keuntungan bersih untuk sistem.
Jadi analisis trade-off ini merupakan bagian
penting dari perencanaan logistik. Empat tingkat trade-
off yang berbeda dapat diidentifikasi:
a. Dalam komponen logistik: Mengacu pada offset
yang terjadi dalam fungsi tunggal (misalnya
penyimpanan). Contohnya adalah keputusan untuk
menggunakan lokasi penyimpanan acak
dibandingkan dengan lokasi penyimpanan tetap di
gudang. Yang pertama menyediakan pemanfaatan
Manajemen Logistik | 97
penyimpanan yang lebih baik, tetapi lebih sulit
untuk dipilih; Yang kedua lebih mudah untuk
dipilih, tetapi tidak memberikan pemanfaatan
penyimpanan yang baik.
b. Antar komponen logistik: Ini adalah kompensasi
yang terjadi antara berbagai elemen logistik. Untuk
membalikkan contoh pengemasan sebelumnya,
perusahaan dapat meningkatkan kekuatan
pengemasan dan oleh karena itu biaya
pengemasan, tetapi mencapai penghematan yang
lebih besar melalui perbaikan dalam penyimpanan
dan penyimpanan produk (yaitu susun balok
daripada persyaratan untuk susun).
Tabel 6.1. Potensi Trade-off Dalam Logistik
98 | Manajemen Logistik
c. Diantara Fungsi Perusahaan: Ada beberapa area
antarmuka antara fungsi perusahaan di mana
kompensasi dapat dilakukan. Ini diilustrasikan
pada Gambar 2.1, yang mencantumkan beberapa
kemungkinan pertukaran dan menunjukkan
bagaimana berbagai fungsi perusahaan dapat
terpengaruh. Contohnya adalah pertukaran antara
mengoptimalkan waktu produksi dan biaya
penyimpanan terkait dengan penyimpanan produk
jadi. Jangka waktu produksi yang panjang
menghasilkan biaya unit yang lebih rendah (dan
dengan demikian produksi yang lebih ekonomis),
tetapi berarti bahwa lebih banyak produk harus
disimpan untuk periode yang lebih lama (yang
kurang ekonomis untuk penyimpanan).
d. Antara perusahaan dan organisasi eksternal:
Mungkin ada peluang untuk pertukaran antara dua
Manajemen Logistik | 99
perusahaan yang terkait langsung satu sama lain.
Sebagai contoh, perubahan dalam produk pabrikan
yang dikirim langsung ke toko pengecer untuk
pengiriman melalui jaringan depot distribusi
pengecer dapat mengarah pada solusi yang
umumnya lebih murah untuk kedua perusahaan.
Trailer
Wholesales
Factory
Distributor
[ ( )]
Dimana: [ ( )]
[ ( )]
[ ( )]
Keterangan:
σ : Standart Deviasi
µ : Rata-rata
Din : Total Permintaan
168 | Manajemen Logistik
Dout : Total Persediaan
ω : Koefisien variabilitas
C : Koefisien variasi
D(t,t + T) adalah permintaan selama interval waktu
(t,t + T)
Outlet l+1,1
Din l+1,1
Demand from other Supply Chain
b. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya yang terkait dengan
menempatkan pesanan untuk suatu barang dan
menerimanya ke dalam sistem persediaan. Ini terdiri
dari komponen-komponen berikut (Mahadevan, 2015):
c. Biaya kekurangan
Biaya yang dikeluarkan oleh suatu organisasi
ketika tidak dapat memenuhi permintaan, situasi yang
disebut sebagai kehabisan persediaan, disebut biaya
kekurangan. Dua skenario dapat dimungkinkan jika
terjadi kehabisan persediaan:
Permintaan mungkin dipesan kembali: Mari kita
kembali ke contoh penjual sayur. Seorang pelanggan
tiba di outlet ritel untuk membeli sebuah produk
tertentu. Sayangnya, vendor telah kehabisan stok item
itu. Ada kemungkinan bahwa pelanggan mungkin
bersedia untuk menunggu dan meminta vendor untuk
memasok yang sama di kemudian hari. Dalam hal ini,
penjual harus (a) melakukan pemesanan baru dan
C. Mengelola Lokasi
Diskusi dampak lokasi pada tingkat inventory juga
memiliki implikasi manajerial yang penting untuk
manajemen inventory. Telah ada upaya besar di banyak
perusahaan untuk mengurangi jumlah gudang dan
pusat distribusi di jaringan logistik mereka. Faktor
utama di balik upaya ini adalah pengurangan
substansial dalam inventory yang memungkinkan
konsolidasi fasilistas ini. Pengecer berantai seperti
Walmart dan Target menggunakan pusat distribusi
untuk mengisi ulang persediaan toko individu.