Anda di halaman 1dari 17

Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA

Oleh: Andi Syahraeni


Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar
andisyahraenihafid@gmail.com

Abstrak;

Konsep diri bagi remaja berperan agar remaja dapat menyesuaikan dengan lingkungannya,
agar mereka dapat diterima oleh lingkungannya. Remaja yang memiliki konsep diri yang
positif akan memiliki tujuan dan cita-cita yang jelas terhadap masa depannya. Juga akan
memunyai semangat hidup dan semangat juang yang tinggi. Konsep diri merupakan
evaluasi terhadap domain yang spesifik dari diri. Remaja dapat membuat evaluasi diri
terhadap berbagai domain dalam hidup akademiknya. Konsep diri terbentuk berdasarkan
persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, Ia
mulai belajar berfikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh orang lain
dalam lingkungannya. Pembentukan konsep diri antara laki-laki dan perempuan mengalami
perbedaan. Perempuan dalam pembentukan konsep diri bersumber dari keadaan fisik dan
popularitas dirinya, sedangkan konsep diri laki-laki bersumber dari agresifitas dan
kekuatan dirinya.
Kata Kunci : Konsep diri; remaja; perempuan dan laki-laki

The concept of self for adolescents plays a role so that adolescents can adjust to their
environment, so they can be accepted by their environment. Teenagers who have a positive
self-concept will have clear goals and ideals for their future. will also have the spirit of life
and high morale. The concept of self is an evaluation of a specific domain of self. Teenagers
can make a self-evaluation of various domains in their academic life. self-concept is formed
based on one's perception of other people's attitudes toward him. In a child, he begins to
learn to think and feel himself as determined by others in his environment. the formation of
self- concepts between men and women experiences differences. Women in the formation
of self- concept comes from the physical state and popularity, while the male self-concept comes
from his aggressiveness and strength.
Keywords: Self concept; teenager; woman and man

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa penuh warna dan dinamika, disertai rangkaian gejolak
emosi yang menghiasi perjalanan seorang manusia yang hendak tumbuh dewasa. Bagi
remaja, di masa inilah mereka mulai mengenal lingkungan luar. Sudah cukup masa kecil
yang hanya berada di seputar lingkup keluarga atau teman-teman saja. Para remaja akan
cenderung semakin memperluas lingkungan pergaulannya, baik berinteraksi secara
langsung ataupun dengan perantaraan teknologi seperti internet dan telepon genggam.
Pada masa remajalah

1
Pembentukan Konsep Diri Remaja...(Andi Syahraeni)

seorang manusia mulai membangun jati diri, memiliki kehendak bebas (freewill) untuk
memilih memegang teguh prinsip dan mengembangkan kapasitasnya. Di masa inipula, ia
rentan terkena pengaruh dari pergaulan dengan teman-temannya. Karena freewill yang
mereka miliki serta dorongan pergaulan yang semakin dinamis menyebabkan remaja
cenderung mudah mengikuti pengaruh lingkungan sekitarnya.. Jika lingkungan tempat
bergaul mereka itu positif, maka mereka akan semakin berkembang ke arah positif, tetapi
jika mereka terjerumus dalam lingkungan negative maka remaja juga akan trdorong
melakukan hal-hal negative.1
Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat akan tetapi memunyai
pengaruh yang besar bagi bangsa dan Negara. Dari keluargalah akan terlahir generasi penerus
yang akan menentukan nasib bangsa. Apabila keluarga dapat menjalankan fungsi dengan
baik, maka dimungkinkan tumbuh generasi yang berkualitas dan dapat diandalkan yang
akan menjadi pilar-pilar kemajuan bangsa. Sebaliknya bila keluarga tidak dapat berfungsi
dengan baik, bukan tidak mungkin akan menghasilkan generasi-generasi yang bermasalah
yang dapat menjadi beban sosial masyarakat. Keberfungsian keluarga dapat ditentukan
oleh proses-proses yang berlangsung di dalamnya. Tingkat social-ekonomi keluarga boleh
jadi memberikan sumbangan bagi keberhasilan keluarga menjalankan fungsinya, namun di
sisi lain tingkat social-ekonomi keluarga tidak menentukan keberfungsian keluarga. Sudah
banyak bukti yang menunjukkan keluarga-keluarga dengan tingkat social-ekonomi rendah
yang berhasil mengantarkan anak-anak mereka menjadi sosok-sosok yang diandalkan.
Demikian pula tidak sedikit keluarga bergelimang harta yang mengalami kemerosotan karena
anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang bermasalah.
Keluarga merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan
di dalamnya anak mendapatkan pendidikan pertama kali. Keluarga adalah lingkungan yang
paling kuat pengaruhnya dalam membesarkan anak. Oleh karena itu keluarga memiliki
peran yang penting dalam perkembangan anak, sedangkan keluarga yang kurang baik akan
berpengaruh negative pada perkembngan anak.
Keluarga yang tenteram, bahagia dan sejahtera merupakan dambaan setiap manusia.
Untuk mewujudkan keluarga sebagaimana yang didambakan merupakan usaha yang tidak
mudah, karena terbentuknya keluarga merupakan sebuah proses yang panjang dan melalui
penyesuaian yang juga tidak mudah. Mengingat keluarga terbentuk dari dua pribadi yang
berasal dari dua keluarga berbeda, memiliki latar belakang dan pengalaman hidup yang
berbeda pula. Perbedaan-perbedaan tersebut seringkali menjadi pemicu terjadinya
kesalahpahaman dan keributan antar pasangan. Bila tidak segera teratasi maka
kesalahpahaman dapat berlanjut menjadi komflik yang berkepanjangan yang bisa berakhir
pada perceraian. Akan tetapi dengan usaha yang terus menerus untuk saling memahami
dan mengerti karakteristik pasangan, maka tindakan-tindakan yang dapat memicu
keributan pasangan dapat dicegah. Kalaupun sampai terjadi keributan, perlu diupayakan
agar hal tersebut dapat dihadapi dengan cara dewasa yakni dengan mengelolanya dengan
cara konstruktif sehingga ditemukan jalan keluar yang dapat diterima bersama.
Bila kedudukan keluarga memunyai tempar primer dalam pembentukan pribadi
seorang anak, maka kehilangan keharmonisan itu memunyai pengaruh bagi perkembangan

1
Jamal Makmur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah (Yogyakarta: Bina Biru, 2012),
h. 14

2
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76

psikologi remaja, terutama bagi perkembangan seorang anak yang pada tahap itu sedang
dalam proses mencari jati dirinya. Maka ketidakharmonisan tersebut bagi anak dirasa sebagai
hal yang membingungkan sebab merasa kehilangan tempat berpijak dan pegangan hidup. 2
Broken Home dalam keluarga sangat berpengaruh negative bagi tumbuh kembang anak,
apalagi jika sang anak sudah memasuki masa remaja, masa yang sangat membutuhkan figur
serta kasih sayang dan perhatian utuh dari kedua orang tuanya. Kurangnya kasih sayang
yang diperoleh dari orang tua menyebabkan remaja terjerumus ke dalam pergaulan yang
negative., seperti meminum minuman keras, menggunakan narkoba,sex bebas bahkan
sampai ada yang drop aut dari sekolah karena melakukan pelanggaran. Dan dampak lainnya
anak menjadi pemurung, pendiam , tidak betah di rumah, menutup diri dan sebagainya.
Masalah seperti ini seringkali terjadi di sebagian besar rumah tangga yang orang
tuanya sibuk sehingga tidak sempat mengurusi dan memperhatikan anak-anaknya serta
yakin tidak ada masalah dalam perilaku mereka. Lebih-lebih pada masyarakat yang di
dalamnya tersebar kejelekan serta segala bentuk fasilitas kemaksiatan dan kesesatan yang
begitu mudah diperoleh anak-anak apalagi yang baru beranjak remaja.3
Konsep diri bagi remaja berperan agar remaja dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya, agar mereka dapat diterima oleh lingkungannya. Pendapat lain
menyebutkan bahwa konsep diri bersama dengan citra tubuh, ideal self (diri yang
diinginkan individu) dan sosial self (diri yang dipersepsi berdasarkan apa yang dipandang
masyarakat). Remaja yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki tujuan dan cita-
cita yang jelas terhadap masa depannya. Remaja yang memiliki konsep diri positif juga akan
memunyai semangat hidup dan semangat juang yang tinggi. Sebaliknya remaja yang
memiliki konsep diri negative
cenderung memberikan batasan kepada dirinya bahwa dia tidak bisa memenuhi apa yang
diinginkan lingkungan, yang pada akhirnya remaja merasa rendah diri.4

PEMBAHASAN
A. Pembentukan Konsep Diri Remaja
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri (self consep) merupakan suatu bagian yang penting umtuk dijaga
dan dikembangkan dalam menjalani kehidupan manusia. Adapun pengertian konsep
diri menurut para ahli;
a. Menurut Harlok, konsep diri diartikan sebagai persepsi, keyakinan, perasaan
atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri, kuslitas penyikapan individu
tentang dirinya sendiri dan suatu system pemaknaan individu tentang dirinya
sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya.5

2
Elvi Mu”awanah, Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 50-51
33
Husei Syahatat, Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Sukses, (Jakarta; Gema Insani, 2002), h.119
4
Syekh Khalid bin Abdul Rahman, Kitab Fikhi Mendidik anak (Jogjakarta: Diva Press, 2012), h. 422
5
Hurloc, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh
Meitasari Tjandrasa & Mukhlisa Zarkasih (Jakarta: Erlangga, 1976), h. 22
3
Pembentukan Konsep Diri Remaja...(Andi Syahraeni)

b. Menurut Darmawan, konsep diri merupakan persepsi diri sendiri tentang aspek
pisik, social dsn psikologi yang diperoleh individu melalui pengalaman dan
interaksinya dengan orang lain.6
c. Menurut Surya, Konsep diri adalah gambaran, cara pandang, keyakinan ,
pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dirinya, meliputi
kemampuan, karakter diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup dan
penampilan diri.7
d. Menurut Santrock , Konsep diri merupakan evaluasi terhadap domain yang
spesifik dari diri. Remaja dapat membuat evaluasi diri terhadap berbagai domain
dalam hidup akademiknya.8

Berbagai pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa konsep diri
adalah penilaian yang dilakukan individu itu sendiri menyangkut kondisi fisik (tubuh)
maupun kondisi psikis (social, emosi, moral dan kognitif) terhadap dirinya sendiri sehingga
akan menghasilkan sebuah penilaian yang sifatnya subjektif.

2. Komponen-komponen Konsep Diri

Konsep diri merupakan factor yang sangat penting dan menentukan dalam
komunikasi antar pribadi. Konsep diri dapat memengaruhi kemampuan berpikir
seseorang. Hurlock menyebutkan bahwa konsep diri mempunya tiga komponen
yaitu:

a. Perceptual atau physical self-concept merupakan gambaran diri seseorang yang


berkaitan dengan tampilan fisiknya, termasuk kesan atau daya tarik yang
dimilikinya bagi orang lain. Komponen ini disebut juga sebagai konsep diri fisik
(physical self-concept).
b. Conceptual atau psychological self-concept yang disebut juga sebagai konsep diri
psikis (psychological self-concept) merupakan gambaran seseorang atas dirinya,
kemampuan atau ketidakmampuan dirinya, masa depannya, serta meliputi
kualitas penyesuaian hidupnya, kejujuran, kepercayaan diri, kebebasan dan
keberanian.
c. Attitudinal adalah perasaan-perasaan seseorang terhadap dirinya, sikap
terhadap keberadaan dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap
rasa harga diri dan rasa kebanggaan.9

Burns menyatakan bahwa konsep diri meliputi empat komponen, yaitu:


kognitif (keyakinan atau pengetahuan), afektif atau emosional, evaluasi dan
kecenderungan merespon. Pandangan Burns tersebut didasari oleh pemikirannya

6
Indra Darmawan, Kiat jitu Taklukkan Psikotest (Jogjakarta, Buku Kita, 2009), h. 50
7
Hendra Surya, Percaya Diriitu Penting, Peran Orangtua dalam Menumbuhkan Percaya Diri Anak
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), h. 50
8
Santrock J.W, Life Span Development (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 56
9
Santrock, J.W. Life-Span Developmen jilid I Penerjemah, h. 56.
4
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76

yang menyatakan konsep diri sebagai organisasi dari sikap-sikap diri (self-
attitudes). Oleh karena itu, menurut Burns komponen konsep diri sama halnya
dengan komponen sikap pada umumnya. Sebagai suatu sikap, konsep diri tentu saja
mempunyai objek yang dalam hal ini adalah dirinya sendiri.10

3. Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran/pendapat seseorang tentang dirinya. Individu


tidak akan pernah sadar dan akan merasa sempurna apabila tidak ada orang yang
meniai dan menasehati. Joan Rais menyatakan bahwa, konsep diri terbentuk
berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya.
Pada seorang anak, ia mulai belajar berfikir dan merasakan dirinya seperti apa yang
telah ditentukan oleh orang lan dalam lingkungannya, misalnya orangtua, guru
ataupun teman-temannya, sehingga apabila seorang guru mengatakan secara terus-
menerus pada seorang anak muridnya bahwa ia kurang mampu, maka lama
kelamaan anak tersebut akan mempunya konsep diri semacam ini.11

Pudjijogyanti menjelaskan bahwa pembentukan konsep diri antara laki-laki


dan perempuan mengalami perbedaan. Perempuan dalam pembentukan konsep diri
bersumber dari keadaan fisik dan popularitas dirinya, sedangkan konsep diri laki-
laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya.12

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan terdahulu dapat dipahami bahwa


konsep diri terbentuk dari persepsi orang terhadap diri individu, orang-orang terdekat
di lingkungannya, seperti: saudara kandung, orangtua, teman sebaya, dan guru.
Pembentukan konsep diri ini antara laki-laki dan perempuan berbeda. Laki-laki
pembentukan konsep dirinya bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya,
sedangkan perempuan konsep dirinya terbentuk dari keadaan fisik dan popularitas
dirinya.

4. Jenis-jenis Konsep Diri

Konsep diri mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan


perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak
jelas dari seluruh perilakunya. Hurlock membagi konsep diri menjadi empat bagian,
yaitu: konsep diri dasar, konsep diri sementara, konsep diri social dan konsep diri
ideal. Berikut ini diuraikan jenis-jenis konsep diri tersebut.

10
Burns, R. B, Konsep Diri: Teori Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku Terjemahan oleh Eddy,
(Jakarta: Arcan, 1979), h. 66.
11
Singgih D Gunarsa , Psikologi Perkembangan anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),
h. 238.
12
Pudjijogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan, (Jakarta: Arcan, 1995), h. 29.

5
Pembentukan Konsep Diri Remaja...(Andi Syahraeni)

a. Konsep Diri Dasar

Konsep diri dasar meliputi persepsi mengenai penampilan, kemampuan


dan peran status dalam kehidupan, nilai-nilai, kepercayaan serta aspirasinya.
Konsep diri dasar cenderung memiliki kenyataan yang sebenarnya individu
melihat dirinya seperti keadaan sebenarnya, bukan seperti yang diinginkannya.
Keadaan ini menetap dalam dirinya walaupun tempat dan situasi yang berbeda.

b. Konsep Diri Sementara

Konsep diri sementara adalah konsep diri yang sifatnya hanya sementara
saja dijadikan patokan. Apabila tempat dan situasi berbeda, konsep-konsep ini
dapat menghilang. Konsep diri sementara ini terbentuk dari interaksi dengan
lingkungan dan besarnya dipengaruhi oleh suasana hati, emosi dan pengalaman
baru yang dilaluinya.

c. Konsep Diri Sosial

Konsep diri social timbul berdasarkan cara seseorang mempercayai


persepsi orang lain tentang dirinya, jadi tergantung kepada sikap dan perbuatan
orang lain pada dirinya. Konsep diri social diperleh melaui interaksi social
dengan orang lain.

d. Konsep Diri Ideal

Konsep diri ideal terbentuk dari persepsi dan keyakinan remaja tentang
dirinya yang diharapkan, atau yang ingin dan seharusnya dimilikinya.13

5. Aspek-Aspek Konsep Diri

Epstein, Brim, Blyth, dan Treager mengemukakan aspek-aspek Konsep diri


meliputi: aspek fisik (materi dan bentuk tubuh), aspek social, aspek emosi, aspek
moral, dan aspek kognitif.

a. Konsep diri yang menyangkut fisik


1) Konsep diri yang menyangkut materi

Mudjiran, dkk menjelaskan bahwa konsep diri yang menyangkut


materi yaitu pendapat seseorang tentang segala sesuatu yang dimilikinya
yang menyangkut harta benda maupun bentk tubuh. Individu memiliki
deskripsi yang konkrit tentang diri mereka yang didasarkan pada informasi
umum, identitas, penampilan dan pemilikan yang ada pada diri mereka.
Konsep diri

13
Hurlock, E. B, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Terjemahan oleh Med. Meitasari. Tjandrasa & Muslichah Zarkasih, h. 78.
6
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76

yang menyangkut materi adalah pendapat individu tentang harta benda atau
kemampuan finansial yang dimilikinya, yang menjadi penilaian mereka atas
dirinya sendiri.14

2) Konsep diri yang menyangkut emosi

Burns mengemukakan bahwa perubahan emosional yang mempunyai


konsekuensi terhadap perubahan filosofis juga dapat memengaruhi konsep
diri. Ekspresi emosi yang terang-terangan memberi kesan bahwa individu
tidak mampu mengendalikan emosinya sendiri.

Elide Prayitno menjelaskan bahwa positif dialami oleh individu yang


kebutuhannya terpuaskan, seperti: kebutuhan mendapatkan status atau
harga diri, sukses dan mandiri, dan filsafat hidup. Jadi, konsep diri yang
menyangkut emosi adalah pendapat seseorang tentang emosi yang
dimilikinya, meliputi emosi marah, takut, cemas, cinta, gembira, sedih, berani,
dan emosi lainnya.15

3) Konsep diri yang menyangkut moral

Konsep diri yang menyangkut moral adalah pandangan seseorang


bahwa dirinya jujur, bersih, penyayang, dan taat beragama. Selanjutnya
Burns mengungkapkan bahwa bagian moral dari konsep diri sangat penting,
karena aspek moral ini merefleksi penerimaan terhadap nilai-nilai dari
masyarakat. Konsep diri moral berkembang karena kebutuhan untuk
mendapatkan persetujuan dan menghindari penolakan dari masyarakat. Jadi,
konsep diri yang menyangkut moral adalah pendapat individu mengenai
moral yang dimilikinya dalam menjalankan kehidupan.16

4) Konsep diri yang menyangkut kognitif

Elide Prayitno menjelaskan bahwa konsep diri yang menyangkut


kognitif adalah pendapat seseorang tentang kecerdasan, baik dalam
memecahkan masalah maupun prestasi akademis. Selanjutnya Slameto
mengemukakan gaya kognitif dapat dikonsepkan sebagai sikap, pilihan atau
strategi yang secara stabil menentukan cara seseorang yang khas dalam
berpikir dan memecahkan masalah, artinya konsep diri yang menyangkut

14
Mudjiran, dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Padang: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan,
2007), h. 152.
15
Burns, Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku, Terjemahan oleh Eddy, h. 223.
16
Elide Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja, h. 122.
7
Pembentukan Konsep Diri Remaja...(Andi Syahraeni)

kognitif adalah pendapat seseorang tentang kemampuan yang dimilikinya


dalam memecahkan masalah dan mencapai prestasi akademiknya.17

Fits juga menambahkan bahwasanya aspek-aspek konsep diri adalah


sebagai berikut:

a) Diri fisik (physical self). Aspek ini menggambarkan bagaimana individu


memandang kondisi kesehatannya, badannya, dan penampilan fisiknya.
b) Dir moral etik (moral ethical self). Aspek ini menggambarkan bagaimana
individu memandang nilai-nilai moral etik yang dimilikinya, meliputi
sifat- sifat baik atau sifat-sifat jelek yang dimiliki dan penilaian dalam
hubungannya dengan Tuhan.
c) Diri social (social self). Aspek ini mencerminkan sejauh mana perasaan
mampu dan berharga dalam lingkup interaksi social dengan orang lain.
d) Diri pribadi (personal self). Aspek ini menggambarkan perasaan mampu
sebagai seorang pribadi, dan evaluasi terhadap kepribadiannya atau
hubungan pribadinya dengan orang lain.
e) Diri keluarga (family self). Aspek ini mencerminkan perasaan berarti dan
berharga dalam kapasitasnya sebagai anggota keluarga.18

Uraian di atas dapat disimpulkan dalam menjelaskan aspek-aspek


konsep diri tampak bahwa pendapat para ahli saling melengkapi meskipun
ada sedikit perbedan, sehingga dapat dikatan bahwa aspek-aspek konsep diri
mencakup diri fisik, diri social, diri psikis, diri moral, dan diri keluarga.
Konsep diri fisik adalah pendapat individu tentang harta benda atau
kemampuan finansial yang menjadi penilaian mereka sendiri.

Selanjutnya konsep diri social adalah perasaan seeorang tentang


kualitas hubungan sosialnya dengan orang lan misalnya seseorang disenangi
oleh orang-orang sekitar tempat tinggalnya. Konsep diri psikis adalah
pendapat seseorang tentang emosi yang dimilikinya. Konsep diri moral
adalah pendapat individu mengenai moral (nilai dan norma) dalam
menjalankan kehidupannya. Konsep diri keluarga adalah pandangan,
pendapat, dan perasaan berarti dan berharga dalam kapasitasnya sebagai
anggota keluarga.

6. Factor-faktor yang memengaruhi konsep diri

Konsep diri bukanlah factor yang dibawa sejak lahir, melainkan factor yang
dipelajari dan dibentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan
individu lain. Setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan-tanggapan yang
diberikan tersebut akan dijadikan cermin menilai dan memandang dirinya. Orang

17
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 160.
18
Fits, W.H, The Self Concept and Self Actualization. (New York: Monografh In The Dede Wallace
Centre, 1971), h. 101.
8
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76

yang pertama kali dikenal oleh individu adalah orangtua dan anggota yang ada
dalam keluarga. Setelah individu mampu melepaskan diri dari ketergantungannya
dengan keluarga, ia akan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas sehingga
akan membentuk suatu gambaran diri dalam individu tersebut. Terbentuknya
konsep diri seseorang berasal dari interaksinya dengan orang lain.

GH Mead mengatakan bahwa konsep diri merupakan produk social yang


dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman
psikologis. Pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap
lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya yang diterima dari orang-orang penting
di sekitarnya.19

Individu semenjak lahir dan mulai tumbuh mula-mula mengenal dirinya


dengan mengenal dahulu orang lain. Saat individu masih kecil, orang penting yang
berada di sekitar individu adalah orangtua dan saudara-saudara. Bagaimana orang
lain mengenal individu akan membentuk konsep diri, konsep diri dapat terbentuk
karena berbagai factor baik dari factor internal maupun eksternal. Factor-faktor
tersebut menjadi lebih spesifik lagi dan akan berkaitan erat sekali dengan konsep dri
yang akan dikembangkan oleh individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep
diri tersebut adalah:

a. Keadaan fisik

Keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu dalam


menumbuhkankonsep dirinya. Individu yang memiliki cacat tubuh cenderung
memiliki kelemahan-kelemahan tertentu dalam memandang keadaan dirinya,
seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga dan perasaan ganjil
karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain.

b. Kondisi keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam membentuk


konsep diri individu. Perlakuan-perlakuan yang diberikan orangtua terhadap
individu akan membekas hingga individu menjelang dewasa dan membawa
pengaruh terhadap konsep diri individu. Cooper Smith menjelaskan bahwa
kondisi keluarga yang buruk adalah tidak adanya pengertian antara orangtua
dan anak, tidak adanya keserasian hubungan antara ayah dan ibu, orang tua yang
menikahlagi, serta kurangnya sikap menerima dari orangtua terhadap
keberadaan anak.anak.sedangkan kondisi keluarga yang baik dapat ditandai
dengan adanya intregitas dan tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari
anggota keluarga. Adanya kondisi semacam itu menyebabkan anak memandang
orangtua sebagai figure yang berhasil dan menganggap orangtua dapat
dipercaya sebagai tokoh

19
Pudjijogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan, (Jakarta: Arcan, 1995), h. 12.

9
Pembentukan Konsep Diri Remaja...(Andi Syahraeni)

yang dapat mendukung dirinya dalam memecahkan seluruh persoalan hidupnya.


Jadi, kondisi keluarga yang sehat dapat membuat anak menjadi lebih tegas,,
efektif, serta percaya diri dalam mengatasi masalah kehidupan dirinya sebagai
pembentuk kepribadiannya.20

c. Reaksi orang lain terhadap individu

Dalam kehidupan sehari-hari orang akan memandang individu sesuai


dengan pola perilaku yang ditunjukkan individu itu sendiri. Harry Stack Sullivan
menjelaskan bahwa jika individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi
karena keadaan diri individu, individu akan cenderung bersikap menghormati
dan menerima diri individu. Sebaliknya, bila orang lain.21

d. Tuntutan orangtua terhadap anak

Pada umumnya orangtua selalu menuntut anak untuk menjadi individu


yang sangat diharapkan oleh mereka. Tuntutan yang dirasakan anak akan
dianggap sebagai tekanan dan hambatan jika tuntutan tersebut ternyata tidak
dapat dipenuhi oleh anak. Selain itu sikap orangtua yang berlebihan dalam
melindungi anak akan menyebabkan anak tidak dapat berkembang dan
mengakibatkan anak menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki
konsep diri yang rendah.

e. Jenis kelamin, ras, dan status social ekonomi

Konsep diri dapat dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Pudjijogyanti


memberikan pendapatnya melalui penelitian-penelitian para ahli bahwa
berbagai hasil penelitian yang dilakukan membuktikan kelompok ras minoritas
dan kelompok social ekonomi rendah cenderung mempunyai konsep diri yang
rendah dibandingkan dengan kelompok ras mayoritas dan kelompok social
ekonomi tinggi, selai itu untuk jeis kelamin terdapat perbedaan konsep diri
antara perempuan dan laki-laki. Perempuan mempunyai sumber konsep diri
yang bersumber dari keadaan fisik dan popularitas dirinya, sedangkan konsep
diri laki- laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya. Dengan kata lain,
wanita akan bersandar pada citrakewanitaannya dan laki-laki akan bersandar
pada citra kelaki-lakiannya dalam membentuk konsep dirinya masing-masing.22

f. Keberhasilan dan kegagalan

20
Pudjijogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan, h. 12.
21
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996)
22
Pudjijogyanti, Konsep Diri dalam Pendiikan, h. 29.

10
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76

Konsep diri dapat juga dipengaruhi oleh kebberhasilan atau kegagalan


yang telah dialami individu. Keberhasilan dan kegagalan mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosialnya dan ini berarti mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap konsep diri individu. Keberhasilan akan mewujudkan suatu
perasaan bangga dan puas akan hasil yang telah dicapai dan sebaliknya rasa
frustasi bila individu mengalami kegagalan.

g. Orang-orang yang dekat dengan individu

Tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri


individu. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat
dengan individu, misalnya orangtau, saudara dan orang yang tinggal satu rumah
dengan individu. Dari mereka secara perlahan-lahan individu membentuk
konsep dirinya. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan
individu menilai diri secara positif, tetapi ejekan, cemoohan, hardikan membuat
individu menilai dan memandang dirinya secara negative.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri dapat


dipengaruhi oleh berbagai factor, baik factor dari dalam individu, seperti keadaan
fisik, keadaan keluarga, persepsi orang terhadap diri individu, tuntutan orangtua
terhadap individu, orang-orang yang dekat dalam lingkungan individu, dan
persepsinya tehadap keberhasialn dan kegagalan.

7. Konsep Diri Positif dan Negatif

Konsep diri merupakan factor penting dalam berinteraksi. Hal ini disebabkan
oleh sebuah individu dalam bertingkah laku sangat dipengaruhi oleh konsep dirinya.
Kelebihan manusia dengan mahluk lainnya adalah dapat menyadari siapa dirinya,
mengobservasi diri dalam tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan
sehingga individu terhindar dari konsep diri yang negative.

Ada lima ciri konsep diri positif diantaran adalah sebagai


berikut:

a. Dia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah


b. Dia merasa setara dengan orang lain
c. Dia menerima pujian tanpa rasa malu
d. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat
e. Dia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
kepribadian yang tidak disenangnya dan berusaha mengubahnya.

Menurut Rakhmat bahwasanya ada sebelas karakteristik orang yang


memiliki konsep diri positif, yakni:

11
Pembentukan Konsep Diri Remaja...(Andi Syahraeni)

a. Meyakini betul nilai dan prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya


walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Namun ia juga merasa
dirinya cukup tanggu untuk mengubah prinsip-prinsip itu apabila pengalaman
dan bukti baru menunjukkan ia salah.
b. Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang
berlebihan atau menyesal jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.
c. Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang
terjadi waktu laud an apa yang sedang terjadi waktu sekarang.
d. Memiliki keyakinan pada kemampuan untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika
menghadapi kegagalan atau kemunduran.
e. Merasa sama dengan orang lain sebagai manusia tidak tinggi dan tidak rendah
walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang
keluarga atau skap orang lain terhadapnya.
f. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang
lain, setidaknya bagi orang yang ia pilih sebagai sahabat.
g. Dapat menerima pujian tanpa bepura-pura rendah hati dan menerima
penghargaan tanpa rasa bersalah.
h. Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
i. Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai
dorongan dan keinginan, dari perasan marah hingga cinta, dari sedih hingga
bahagia, dari kecewa yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam.
j. Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi
pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan atapun sekedar
mengisi waktu.
k. Terhadapkebutuhan orang lain, pada kebiasaan social yang telah diterima, dan
terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bias bersenang-senang dengan
mengorbankan orang lian.

Rakhmat juga menjelaskan bahwa orang yang memunyai konsep diri negative
memunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Peka terhadap kritk. Tidak tahan menerima kritikan ,mudah marah dan naik
pitam. Menganggap koreksi dari orang lain sebagai usaha menjatuhkan harga
dirinya.
b. Sangat responsive dan antusias menerima pujian. Menganggap segala hal yang
menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya.
c. Hiperkritis terhadap orang lain. Sikap ini dikembangkan sejalan dengan sikap
yang kedua, disatu pihak ia ingin selalu dipuji tapi dipihak lain ia tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau pengakuan akan kelebihan orang lain.
d. Cenderung bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam mencapai prestasi,
menganggap tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Berbagai pendapat para ahli yang telah dijelaskan di atas maka dapat dpahami bahwasanya
antara konsep diri positif dengan negative memiliki ciri yang dapat dijadikan sebagai

12
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76

pembeda di antara keduanya. Konsep diri positif dapat dilihat dari keyakinan
menyelesaikan masalah, mampu menyesuaikan diri dengan individu lainnya, mendapat
pujian yang wajar, memahami setiap individu memiliki perasaan dan mampu untuk
memperbaiki dirinya sendiri. Selanjutnya konsep diri negative dapat dilihat dari kepekaan
individu terhadap kritik yang diberikan orang lain, sangat responsive terhadap setiap kejadian
yang terjadi, hiperkritis terhadapap orang lain, cenderung merasa tidak disenangi orang lain
dan cenderung bersikap pesimis.

B. Upaya yang dilakukan dalam Membentuk Konsep Diri Remaja

Upaya dalam menangani berbagai permasalahan konsep diri yang dihadapi oleh
remaja dapat diatasi dengan berbagai cara dan metode. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan masalah tentang konsep diri adalah sebagai berikut;

1. Upaya preventif

Upaya preventif yang dilakukan untuk menhindari kesalahan dalam


pembentukan konsep diri harus dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan terarah
untuk menjaga agar permasalahan konsep diri remaja tidak akan terjadi.

Upaya preventif adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis,


terencana dan terarah. Upaya ini pada prinsipnya adalah bimbingan yang bersifat
pencegahan guna membantu para remaja sebelum mereka menghadapi kesulitan
atau persoalan yang serius.

Dengan mewujudkan kondisi positif baik di sekolah, di lingkungan tempat


tinggal atau lingkungan keluarga maupun di lingkungan pergaulan, demikian juga
memaksimalkan penggunaan waktu senggang untuk melakukan kegiatan positif.
Memanfaatkan waktu luang untuk mengisi kegiatan yang dilakukan oleh remaja
untuk meningkatkan potensi diri, baik untuk diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan..

2. Upaya Kuratif

Upaya kuratif adalah upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-


masalah konsep diri yang sedang dihadapi oleh remaja. Bimbingan ini dimaksudkan
adalah bantuan yang diberikan kepada remaja selama atau setelah
mengalamipersoalan serius. Kegiatan ini dimaksudkan agar remaja yang
bersangkutan terbebas dari kesulitan.

Pendekatan persuasive kerap dilakukan apabila dirasa ada remaja yang yang
memerlukan pembimbingan, hal ini jug berangkat dari hal-hal sederhana. Contoh
kecil, himbauan untuk selalu menjaga control diri saat melakukan debat atau terjadi
silang pendapat antara remaja dan orangtua, tujuannya agar dapat membentuk
sikap moral positif seperti kerelaan untuk mendapatkan kritikan.

13
Pembentukan Konsep Diri Remaja...(Andi Syahraeni)

Melakukan teguran atau peringatan berjenjang apabila remaja melakukan


pelanggaran, hal ini bertujuan agar menjadi peringatan bagi remaja yang telah
berulang kali melakukan pelanggaran. Selanjutnya memberikan hukuman bagi remaja
sebagai pendidikan yang berefek jera. Hukuman adalah tindakan yang paling akhit
terhadap pelanggaran yang telah dilakukan.

3. Upaya responsive

Upaya responsive adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk


membantu remaja dalam memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh
remaja saat ini. Upaya ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang
digunakan dalam melaksanakan kegiatan ini adalah konseling individual, konseling
kelompok dan konsultasi.

Upaya yang berkenaan dengan bimbingan yang bersifat responsive sejatinya


dilakukan dengan menggabungkan dua upaya sebelumnya, yaitu upaya preventif
dan upaya kuratif yang dilakukan secara tepat.strategi yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan ini adalah konseling individual, kelompok maupun berupa
upaya konsultasi

Fokus bimbingan yang bersifat responsive sejatinya berfokus pada hal-halyang


dirasa memiliki kebutuhan khusus.

4. Upaya penanganan masalah konsep diri dalam al Quran

Dalam menjalani kehidupan di dunia banyak dinamika yang dilalui oleh


manusia, termasuk salah satunya masalah. Masalah dalam kehidupan ini dating dan
pergi secara silih berganti, sehingga apabila tidak ditanganggapi dengan positif dan
penuh dengan kesabaran dan keihlasan akan membuat manusia semakin lemah dan
tidak berdaya.

Dalam menyelesaikan masalah konsep diri, al Quran sejak berabad-abad


yang lalu telah memberikan solusi yang sangat bijak. Hal ini terdapat dalam QS. At
Tahrim/66: 6

‫َ م ََل ئ غ َلظ شَداٌد َل َ ي ْعصو‬


ِ ‫َيا أَ ُّي َها ال ِذي َ ن آ َمنُوا ُقوا َ أنفُس ُ ك ْم وأَ ْه ِلي ُ ك ْم وُقوُد َ ها س وا ْل ِح عل‬
‫َن‬
‫َكة‬ ‫َجا َرة ْي‬ ‫الن ا‬ ‫نَ ارا‬
‫َها‬
‫الل ه ما أَ َم و َي ْف ما ُي ْؤ َم ُرو‬
﴾٦﴿ ‫َن‬ ‫َر ُ ه ْم َعلُو َ ن‬
Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari apai
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

14
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76
diperintahkan.

15
Pembentukan Konsep Diri Remaja...(Andi Syahraeni)

Berdasarkan ayat di atas dapat dimaknai bahwasanya salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permaslahan konsep diri adalah dengan malukukan upaya
pencegahan dan dilakukan dari memperbaiki untuk mengatasi permasalahan konsep diri
adalah dengan melakukan upaya pencegahan. Upaya pencegahan ini dilakukan mulai dari
memperbaiki diri terlebih dahulu dan selanjutnya memperbaiki keluarga {(trmasuk di
dalamnya istri dan anak). Keluarga merupakan pendidikan dasar yang diterima oleh anak
sehingga apabila anak dibesarkan oleh keluarga yang saling menghargai, menghormati dan
penuh dengan tatakrama maka anak yang terbina adalah anak yang berpeluang untuk
memiliki konsep diri positif. Sebaliknya apabila anak dibesarkan oleh keluarga yang tidak
saling menghargai maka anak akan berpeluang memiliki konsep diri negatif.

KESIMPULAN
Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat akan tetapi memunyai
pengaruh yang besar bagi bangsa dan negara. Dari keluargalah akan terlahir generasi
penerus yang akan menentukan nasib bangsa. Apabila keluarga dapat menjalankan fungsi
dengan baik, maka dimungkinkan tumbuh generasi yang berkualitas dan dapat diandalkan
yang akan menjadi pilar-pilar kemajuan bangsa
Konsep diri bagi remaja berperan agar remaja dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya, agar mereka dapat diterima oleh lingkungannya. Remaja yang memiliki
konsep diri yang positif akan memiliki tujuan dan cita-cita yang jelas terhadap masa
depannya. juga akan memunyai semangat hidup dan semangat juang yang tinggi. Konsep
diri merupakan evaluasi terhadap domain yang spesifik dari diri.

Remaja dapat membuat evaluasi diri terhadap berbagai domain dalam hidup
akademiknya. konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap
orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, ia mulai belajar berfikir dan merasakan
dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya.
pembentukan konsep diri antara laki-laki dan perempuan mengalami perbedaan.
Perempuan dalam pembentukan konsep diri bersumber dari keadaan fisik dan popularitas
dirinya, sedangkan konsep diri laki-laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Makmur. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah,Yogyakarta: Bina Biru,
2012.
Burns, R. B, Konsep Diri: Teori Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku Terjemahan oleh Eddy,
Jakarta: Arcan, 1979.
Darmawan, Indra. Kiat jitu Taklukkan Psikotest, Jogjakarta, Buku Kita, 2009.
Fits, W.H, The Self Concept and Self Actualization. New York: Monografh In The Dede Wallace
Centre, 1971.
Gunarsa, Singgih D. Psikologi Perkembangan anak dan Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

16
Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 7, Nomor 1 Mei 2020 : 61-76

Hurloc, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan


oleh Meitasari Tjandrasa & Mukhlisa Zarkasih , Jakarta: Erlangga, 1976.
Mu’awanah, Elvi. Bimbingan Konseling Islam, Yogyakarta: Teras, 2012.
Mudjiran, dkk, Perkembangan Peserta Didik, Padang: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan,
2007.
Prayitno, Elide. Psikologi Perkembangan Remaja.
Pudjijogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan, Jakarta: Arcan, 1995.
Rahman, Syekh Khalid bin Abdul, Kitab Fikhi Mendidik anak, Jogjakarta: Diva Press, 2012.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996
Santrock J.W, Life Span Development, Jakarta: Erlangga, 2003.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Surya, Hendra. Percaya Diriitu Penting, Peran Orangtua dalam Menumbuhkan Percaya Diri Anak
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007.
Syahatat, Husei. Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Sukses, Jakarta; Gema Insani, 2002.

17

Anda mungkin juga menyukai