Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN

Kelompok IIIB . AGRIBISNISB . 2020. Laporan Praktikum Pertanian Organik.


(Asisten: Rini Gusnita Rahman).

Praktikum Pertanian Organik dengan materi acara 1 yaitu pembuatan EM


(Effective Microorganism) dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Maret – 21 Maret
2019 di Green House Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,
Semarang yang bertujuan untuk mempelajari teknik serta bahan yang digunakan
dalam proses pembuatan dan pembiakan EM. Materi acara 2 yaitu teknik
pembuatan kompos aerob bertujuan untuk mempelajari teknik serta bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan kompos aerob. Materi acara 3 yaitu budidaya
tanaman sawi bertujuan untuk mengetahui bagaimana budidaya tanaman sawi
yang baik dan benar dengan penggunaan pupuk organik.
Materi yang digunakan dalam acara pembuatan EM terdiri dari alat dan
bahan. Alat yang digunakan yaitu panci, kompor, blender, ember, pengaduk,
saringan, botol, dan kamera. Bahan yang digunakan yaitu susu murni 1,5 liter,
usus ayam 1,5 kg, terasi 1 kg, gula pasir 2 kg, bekatul 6 kg, nanas sudah
dihaluskan 1,5 kg, air 15 liter. Metode pembuatan EM yaitu terasi, bekatul, nanas
yang sudah dihaluskan, gula pasir dan air dimasukkan ke panci, dimasak hingga
mendidih, dinginkan, tambahkan susu, usus ayam, diaduk, tutup hingga 5 jam.
Pembiakkan EM dilakukan dengan air dipanaskan, ditambah bekatul, terasi, dan
gula, lalu diaduk dan dinginkan hingga satu pekan. Hari 3-7 dilakukan
pengadukan selama 10 menit. Setelah 1 pekan adonan disaring dan disimpan
dalam botol. Metode pembuatan kompos aerob dilakukan ditempat terbuka
dengan bantuan oksigen dan menggunakan material bahan organik yang
ditambahkan yang berasal dari hijauan leguminosa, jerami, gedebog pisang dan
kotoran unggas. Material organik mempunyai perbandingan unsur karbon dan
nitrogen kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan besar pH sekitar 6-8.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme yang dibantu dengan bantuan
udara. Suhu pengomposan optimal berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban
sebesar 30-40%. Metode budidaya tanaman sawi meliputi pengolahan lahan,
pemilihan benih, penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan atau perawatan,
dan pemanenan. Pengolahan lahan dengan membuat bedengan lebar 2-3 meter
dan panjang disesuaikan dengan ukuran lahan. Penyemaian tanaman dengan
penyiraman air terlebih dahulu pada lahan kemudian ditaburi benih dan ditutup
lagi dengan tanah. Penanaman dilakukan setelah bibit sawi mempunyai 4-5 helai
daun dan ditanam 2–3 bibit per bedengan kemudian diberi tambahan pupuk hayati
dan air. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara terus menerus seperti
penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyiangan. Pemanenan setelah
sawi berumur 21–30 hari dengan melihat warna, bentuk dan ukuran tanaman sawi.
Hasil praktikum acara pembuatan EM yaitu warnanya coklat kekuningan
dan memiliki bau asam yang khas. Acara teknik pembuatan kompos aerob
dikatakan berhasil jika secara visual kompos dicirikan dengan warna yang cokelat
kehitaman menyerupai tanah, bertekstur remah, serta kompos tersebut tidak
menimbulkan bau busuk. Standar SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kualitas
kompos yang baik adalah dengan bahan organik 27-58%, Nitrogen 0,40%,
Phosfor (P2O5) 0,10%, Kalium (K2O) 0,20%, C/N-Rasio 10-20 dan Karbon 9,80-
32%. Acara budidaya tanaman sawi diukur menggunakan kurva sigmoid yang
menunjukan bahwa tanaman tersebut mengalami pertumbuhan baik mencakup
fase adaptasi (lag), fase logaritmik (log), fase linear dan fase penuaan. Hama dan
penyakit yang dapat menyerang tanaman sawi ialah kumbang daun, lalat
penggorok, kutu putih, siput, dan penyakit busuk lunak Erwinia carotofora.

Kata kunci : Budidaya sawi, effective microorganisme, kompos, pertanian


organik

Anda mungkin juga menyukai