Anda di halaman 1dari 3

RESENSI BUKU

SERIBU WAJAH AYAH

Diajukan untuk tugas Observasi di Taman Ismail Marzuki

Oleh :
Dimas Aryandi Alfarezza
2210310021
Semester 2 C

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANGERANG RAYA

2023
Review : Seribu Wajah Ayah
Judul Buku : Seribu Wajah Ayah
Penulis : Nurun Ala
Penerbit : PT Grasindo
Tahun terbit : Diterbitkan pertama kali oleh penerbit PT Grasindo Anggota ikapi, Jakarta, maret
2020
Jumlah halaman : 126 Halaman
Isbn : 978-602-052-267-8
Synopsis : Malam ini, kamu dipaksa untuk menengok ke belakang sampai lehermu pegal.
Kamu dipaksa untuk berkejar-kejaran dengan waktu untuk kembali memunguti
potongan masa lalu. Beragam ekspresi wajah ayahmu seketika hadir membayang:
bahagia, sedih, bangga, marah, murung, kecewa, dan aneka ekspresi lain yang kamu
terlalu lugu untuk mendefinisikannya.

Meskipun begitu, kamu yakin betul, masih banyak wajah yang ia sembunyikan
di hadapanmu. Juga, yang tak benar-benar kamu perhatikan karena kamu terlalu asyik
dan sibuk dengan duniamu.

Ada sesal di sana, tentang ketulusan yang kamu campakkan. Tentang rindu yang
dibawa pergi. Tentang budi yang tak sempat-dan memang tak akan pernah-terbalas.
Seribu wajah ayah sekalipun yang kamu kenang dan ratapi malam ini, tak 'kan pernah
mengembalikannya.

Di dalam buku ini ada kutipan yang terbayang-bayang di kepala “Ada senyum
mekar dibawah matanya yang begitu lelah.”

Kamu tahu nggak, bagaimana rasanya menangis di waktu malam tanpa


mengeluarkan suara sampai kepala sakit? Kalau kamu pernah merasakannya, maka
seperti itu juga kondisi saya saat ini, tentunya setelah membaca buku ini.

Saya pikir, buku yang tidak cukup 200 halaman ini, tidak memberikan efek apa-apa.
Tapi, baru baca di halaman pertama, nggak usah ditanya, nangisnya saling kejar-kejaran
bersama dengan otak.
Sambil baca buku ini, saya yakin, saya TIDAK MENYESAL untuk kembali
pulang ke rumah setelah selesai kegiatan saya. Saya malah ingin berterima kasih kepada
sahabat saya yang waktu itu menasihati saya untuk tidak selalu pesimis setiap
melakukan sesuatu.

Saya juga mau terima kasih ke penulis buku ini, karena sudah membuat saya
cepat sadar. Bahkan buku ini sudah masuk list baca sejak bulan lalu, tapi rasa malas
memang masih menyelimuti. Mau berterima kasih juga sama penerbitnya, telah
memilih naskah ini lalu diterbitkan. Karena semua isinya, benar-benar memberikan
pelajaran untuk semua anak di muka bumi ini.

Sepertinya saya tidak perlu menilai apa-apa, hanya saja, saya ingin semua anak
membaca buku ini. Mau itu berbentuk fisik atau digital, agar tidak ada penyesalan di
akhir hidupnya.

"Pulang. Pulanglah ke rumah. Karena sebaik-baiknya tempat ternyaman adalah


pulang ke rumah."

Anda mungkin juga menyukai