Anda di halaman 1dari 3

"TAK ADA YANG SAMA"

Projek ini adalah pengalaman pribadi saya sendiri. Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses
kerja seni dua lagu yang segera akan tayang di Youtube dan platform digital lainnya. Tulisan ini adalah sebuah
pengantar dari saya, supaya penikmat lebih menghayati pesan-pesan yang akan saya sampaikan, dan merupakan
wujud terimakasih saya kepada pihak-pihak yang telah membantu.

Dua lagu ini adalah interpretasi saya atas pepatah umum yang nyata terjadi di kehidupan sosial "First love daughter
is her father". Ya ..., Sebagaimana yang telah diketahui sebagian penikmat sastra gawai khususnya aplikasi virtual
Facebook, saya adalah putri pertama sang sastrawan gawai, pujangga bohemian penerus madzhab Umbu Landu
Paranggi--siapa lagi kalau bukan May Lana Sumarna.

Saya adalah anak perempuan May Lana Sumarna dari perempuan yang dipujanya di dua bukunya; "Riak Renjana"
dan "Seputih Arang". Soal buku "Riak Renjana", yang lebih viral, karena penulisnya menuliskan seluruh isi bukunya
di akun facebooknya sehingga bukunya sendiri tidak laku dijual--lebih baik baca facebooknya secara gratis.
Mungkin Ayah saya terlalu mencintai sastra hingga tak sampai hati menjualnya, atau mungkin ia telah tak waras.

Kisah kami sendiri, sebagai putri dan bapak, tak berjalan mulus sebagaimana kisah cintanya dengan Ibu saya.
Semenjak saya berumur 1 tahun, kami tidak diizinkan bertemu sama sekali oleh Kakek saya. Saya hanya mengenal
Ayah saya sejak umur 6 tahun dari surat yang ditulis Ibu saya yang hidup di biara gereja, setiap hari ulang tahun
saya. Surat-surat tersebut sampai hari ini masih tersimpan rapi dan nantinya akan kami lampirkan di novel yang
akan saya tulis nantinya.

Saya yang sangat rindu sosok seorang Bapak, tiap kali melihat pemandangan keluarga harmonis teman-teman
sekolah, merasa sangat terpukul, kecewa, marah, dan dendam pada Tuhan. Kenapa begitu sulitnya saya menemui
Bapak saya sendiri? Atas dorongan inilah saya mulai mencari Ayah saya. Alhamdulillah, di usia saya 12 tahun, pada
tahun 2017, saya menemukan akun IG Bapak saya ini, dan kami mulai berkomunikasi.

Tahun 2018 Ayah nekat ke sekolah saya, SMP Tarakanita Magelang, dan akhirnya kami bertemu untuk kali pertama.
Sungguh perasaan syukur tak terkira-kira ketika saya menyadari bahwa selama ini saya punya Ayah. Ayah
menasihati saya agar sabar dan terus berdoa, karena untuk terlalu sering bertemu masih tak mungkin karena Kakek
terus memantau keseharian saya.

Paska meninggalnya Ibu saya, Anastasia Agnes Aliya, 2 bulan kemudian Kakek saya menyusul. Momen itulah, di
satu sisi ada kesedihan yang mendalam atas wafatnya dua orang terdekat dalam hidup saya tersebut, di sisi lain juga
ada kegembiraan karena dengan ini saya menjadi lebih intens bertemu dengan Ayah.

Sampai pada awal 2023 kemarin, kami sepakat membuat projek lagu yang menggambarkan kecamuk perasaan anak
dan bapak yang dipisah bertahun-tahun lamanya. Kedua lagu ini kami tulis bersama.

Lagu yang pertama kami beri judul "Awan Berarak". Lagu ini adalah reinterpretasi perjalanan awan-awan yang
tadinya terpisah kemudian berkumpul menjadi satu membentuk strulus jingga yang memesona. Chord awal yang
membangun suasana Ayah yang menulisnya, kemudian saya menyempurnakannya. Lagu ini full instrumental, tak
ada lirik sama sekali. Kami berharap pendengarnya menangkap kesedihan dan luka-luka yang kami pendam
bertahun-tahun lamanya. Dan Alhamdulillah, semua score string sectionnya saya sendiri yang menggubahnya.

Lagu kedua, memiliki lirik yang dalam dan bergenre liris naratif. Nada dan lirik saya dan Ayah menulis bersama,
saling membantu dan melengkapi, sampai lahirlah lagu "Tak Ada yang Sama". Atas permintaan arranger orchestra
kami, Pak Guntur Nur Puspito, saya akan menuliskan interpretasi lagu itu menurut penulisnya sendiri. Begini kurang
lebih:

"Waktu yang terlewati, tinggalkan semua rasa

Begitu berarti ....

Kucoba menghindar, namun tak ada tempat


Yang tak mengingatkanku ..., Pada dirimu ..."

Sekilas dari lirik awal seperti gambaran sepasang kekasih yang sedang LDR atau terpisah. Hahaha, padahal ini
adalah gambaran seorang ayah dan putri yang terpaksa dipisah. Begitu berartinya perasaan itu, sampai tak ada
tempat yang bisa melupakan antara anak dan Bapak. Di mana-mana tergambar suasana harmonisnya sebuah
keluarga.

"Mata sulit terpejam ..., Permainan menunggu ...

Jantung berdegup kencang ..., Permainan menunggu ..."

Begitulah keadaan anak yang terpisah dari bapaknya. Dia akan tak bisa tidur di malam hari, dan terus terbayang di
siang hari. Menunggu, dan terus menunggu waktu bisa bersama dengan keluarganya.

"Tak pernah ada ..., rasa yang sama ....

Walau terus mencari tak mungkin tergantikan ....

Tak pernah ada ...., Rasa yang sama ....

Walau terus menjauh, tak mungkin terlupakan"

Meski terus mencari sesosok bapak yang lain, tak mungkin tergantikan Ayah di hatiku. Meskipun jarak kami terus
menjauh, tak mungkin terlupakan cinta seorang anak perempuan pada Bapaknya.

"Waktu ..., Tak henti.. permainkan aku ...

Hari terua berlalu, ini semakin seru, dan kau tetap di benakku

Kupertahankan langkahku, dalam setiap luka ...

Tak terbersit 'tuk mengalah, walau mungkin 'kan kecewa"

Waktu terus berjalan, aku semakin dewasa namun Ayah tak kunjung datang. Tapi aku terus sabar menunggu, aku
bertahan dalam keputusan bahwa "Cinta pertamaku adalah ayah". Tak peduli akan kecewa nantinya bahwa ayahku
seorang bajingan, tak akan kecewa jika Bapakku tak seperti yang kuharapkan.

"Jangan hilang tak kembali

Jangan hilang tak kembali ..."

Alhamdulillah hari ini kami telah berkumpul kembali. Berjanjilah, Ayah, jangan hilang lagi dari hidupku, jadilah
tempatku bersandar. Jadilah Ayah nomor satu di dunia ini.

"Kembalilah... Seperti saat, kau memintaku.. untuk pulang

Kembalilah ... Seperti saat, kau memintaku... Untuk terjaga"

Terakhir, terimakasih saya haturkan pada teman-teman ISI jurusan orchestra angkatan 2021, yang telah membantu
banyak dalam proses terbuatnya dua lagu ini. Khususnya juga pada Pak Guntur Nur Puspito, yang telah membantu
dalam arransemen. Pada Blass Studio, yang telah mempersilakan Ayah saya mixing-mastering lagu ini berbulan-
bulan lamanya secara gratis. Dan kepada Nama Production, yang telah membantu proses shooting video-visualnya.

Nantikan karya kami di channel Nama Production guys!!

Agnesia Maria Wulandari


Agustus 2023

Anda mungkin juga menyukai