Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA PENATAAN KAMPUNG NELAYAN MENJADI

KAMPUNG WISATA PENDIDIKAN

2.1 Tinjauan Umum Kawasan Minapolitan.

2.1.1. Pengertian Kawasan Minapolitan.

Kawasan adalah suatu wilayah yang mempunyai fungsi dan atau aspek/

pengamatan fungsional tertentu. Dengan demikian, Batasan suatu kawasan

tidak ditentukan oleh batasan adminitrasi (desa/kelurahan,kecamatan,

kabupaten/kota dan seterusnya) tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan

economic of scale dan economic of scope.

Secara bahasa, Minapolitan berasal dari kata "mina" (perikanan) dan

"politan" (poli (multy) dan -tan (kegiatan)) yang dapat diartikan sebagai kluster

kegiatan perikanan yang multi kegiatan produksi, pengolahan, dan pemasaran

dalam sistem agribisnis terpadu di suatu wilayah atau lintas wilayah perikanan

dengan kelengkapan sarana prasarana serta pelayanan seperti diperkotaan

(kelembagaan, sistem pemodalan, transportasi dll). Lengkapnya minapolitan

adalah kluster perikanan yang tumbuh dan berkembang seiring berjalannya

sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik dan

menghela kegiatan pembangunan wilayah perikanan diwilayah tersebut atau

sekitarnya.

Adapun secara makna, ada beberapa definisi minapolitan, yaitu :


1. Kawasan perdesaan yang disiapkan mempunyai kelengkapan sarana dan

prasarana dan pelayanan perkotaan (infrastruktur termasuk transportasi

dan energi). Dengan dukungan simtem pemodalan yang tepat guna.

2. Kawasan yang dikembangkan melalui pembentukan titik tumbuh suatu

kluster kegiatan perikanan dengan sistem agribisnis berkelanjutan yang

meliputi produksi, pengolahan dan pemasaran, sampai jasa lingkungan

sebagai sistem kemitraan didalam satu wilayah.

3. Kawasan terintegrasi sebagai kluster kegiatan perikanan dimana

masyarakatnya tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan

kelembagaan usaha yang didukung sumber daya manusia berkualitas

melalui pendidikan yang maju.

Secara ringkas minapolitan dapat didefenisikan sebagai suatu konsep

pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan

pendekatan dan sistem manajemen kawasan berdasarkan prinsip-prinsip

integrasi , efesiensi, kualitas dan akselerasian tinggi. Sementara itu, kawasan

minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang

terdiri dari sentra-sentra produksi kelautan dan perikan yang terdiri dari

sentra-sentra produksi dan perdagangan jasa, pemukiman, dan kegiatan

lainnyqa yang saling terkait.

Konsep minapolitan didasarkan pada 3 azas, yaitu :

 Demokratisasi ekonomi kelautan dan prikanan pro rakyat.

 Pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi negara

secara terbatas (limited state intervebtion).


 Penguatan daerah dengan prinsip ; daerah kuat-bangsa dan negara kuat.

2.2.2 Kriteria dan Persyaratan Kawasan Minapolitan.

A. Kriteria kawasan minapolitan

Kriteria dan persyaratan kawasan minapolitan yang akan dikembangkan,

disesuaikan dengan kondisi geofrafis dan potensi yang dimiliki oleh masing-

masing kawsan yang akan dikembangkan. Kriteria umum pemgembagan

kawasan minapolitan harus memenuhi kriteria dibawah ini, yaitu :

 penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan

potensi yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib

memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup serta mencegah

kerusakannya.

 Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya

dengan indikasi gegrafis dilarang dialih fungsikan.

 Kegiatan perikanan skala besar, baik yang mnggunakan lahan luas

ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian

amdal sesuai dengan ketentuan perundang yang berlaku.

 Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar

mungkin tenaga kerja setempat.

 Pemanfaatan dan pengolahan lahan yang harus dilakukan berdasarkan

kesesuaian lahan dan RTRW.

 Sedangkan kriteria khusus pengembangan kawasan perikanan

budidaya antara lain adalah.:


 Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan

daerah.

 Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong

kegiatan ekonomi sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun

dikawsan sekitarnya.

 Memiliki keterkaitan kedepan (daerah pemasaran produk-produk yang

dihasilkan) maupun kebelakang (suplai kebutuhan saran produksi)

dengan beberapa daerah pendukung.

 Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alam sehingga

dapat di manfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan

kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi seluruh

masyarakat.

 memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 Ha.

B. Ciri-ciri kawasan minapolitan

kawasan minapolitan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Sebagian besar masyarakat di kawasan minapolitan memperoleh

pendapatan dari kegiatan yang berkaitan dengan agribisnis perikanan.

 Sebagian besar kegiatan di kawasan minapolitan didominasi oleh

kegiatan agribisnis perikanan.

 Hubungan antar kota dan daerah-daerah sekitar (hinterland) adalah

hubungan timbal balik yang harmonis dan saling membutuhkan,

dimana kawasan hinterland perikanan mengembangkan produk primer

dan produk olahan skala rumah tangga, sebaliknya pusat kawasan


menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung pengembangan usaha

budidaya, penangkapan dan usaha-usaha lain yang berkaitan.

 Kehidupan masyarakat dikawasan minapolitan mirip dengan suasana

kota karena keadaan prasarana dan sarana yang ada dikawasan

minapolitan tidak jauh berbeda dengan dikota.

C. Persyaratan kawasan minapolitan

Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi kawsan minapolitan jika

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Memiliki sumberdaya lahan/perairan yang sesuai untuk

pengembangan komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau telah

mempunyai pasar (komoditas unggulan), serta beerpotensi atau telah

berkembang diversifikasi usaha komoditas unggulannya.

Pemgembangan kawasan tersebut tidak hanya menyangkut kegiatan

perikanan saja, kegiatan pengolahan hasil perikanan sampai dengan

pemasaran hasil perikanan serta kegiatan penunjang.

 Memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai

untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis

tersebut adalah :

o Pasar, (pasar hasil-hasil perikanan, pasar sarana dan prasarana,

maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasar lelang, cold

storagge dan processing hasil perikanan sebelum dipasarkan).

o Lembaga keuangan (perbankan maun non perbankan).

o Memiliki lembaga perikanan (kelompok,UPP).


o Balai benih ikan.

o penyuluhan dan bimbingan teknologi.

 Memiliki sarana dan prasarana penunjang yang memadai seperti jalan,

listrik, air bersih, dan lain-lain.

 Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang

memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi,

perpustakaan dan lain-lain.

 Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam,

sosial budaya maupunh kota terjamin.

2.3. Tinjauan Pemukiman

2.3.1. Pengertian Pemukiman.

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih

dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,

serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau

kawasan perdesaan.(UU no.1 tahun 2011, tentang pemukiman dan perumahan).

Menurut Daxiadis bahwa permukiman adalah penataan kawasan yang

dibuat oleh manusia dan tujuannya adalah untuk berusaha hidup secara lebih

mudah dan lebih baik (terutama pada masa kanak- kanak) memberi rasa

bahagia dan rasa aman (seperti diisyaratkan oleh Aristoteles) dengan

mengandung kesimpulan untuk membangun manusia seutuhnya, sementara

Batubara merumuskan bahwa permukiman adalah suatu kawasan perumahan

yang ditata secara fungsional, ekonomi dan fisik tata ruang yang dilengkapi

dengan prasarana lingkungan, sarana umum dan fasilitas sosial sebagai satu
kesatuan yang utuh dengan membudidayakan sumber daya dan dana,

mengelolah lingkungan yang ada untuk mendukung kelangsungan perikatan

mutu kehidupan manusia, memberikan rasa aman, tentram dan nikmat, nyaman

dan sejahtera dalam keserasian dan keseimbangan agar berfungsi sebagai

wadah yang dapat melayani kehidupan, keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara.

Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman

berasal dari kata housing dalam bahasa inggris yang artinya adalah perumahan

dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan

kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana

lingkungannya. Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati,

yaitu houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan

tentang pemukiman atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di

dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang

bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Dengan demikian

perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan

dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi. Dari

beberapa pengertian mengenai permukiman tersebut di atas, maka permukiman

pada dasarnya dapat terbagi ke dalam lima unsur, yaitu: alam (tanah, air, udara,

hewan dan tetumbuhan), lindungan (shells), jejaring (networks), manusia dan

masyarakat. Alam merupakan unsur dasar. Di dalam itulah diciptakan

lindungan (rumah dan gedung lainnya) sebagai tempat manusia tinggal serta

berbagai kegiatan lain dan jejaring (jalan, jaringan utilitas) yang memfasilitasi
hubungan antar sesama maupun antar unsur yang satu dengan yang lainnya.

Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa permukiman adalah

paduan antar unsur manusia dengan masyarakatnya, alam dan unsur buatan.

Ada pula yang menganggap bahwa tatanan permukiman terbentuk tidak

lain adalah produk pengaturan atau kemampuan institusi. Pandangan Marx juga

juga digunakan untuk menelaah terbentuknya susunan permukiman. Menurut

pandangan ini pola permukiman adalah produk perjuangan kelas, hasil

kemenangan atau kekalahan kelas buruh atas perjuangannya melawan para

kapitalis. Bagian lain pandangan Marx yang juga digunakan untuk

menerangkan permukiman, adalah proses manipulasi yang dilakukan para

kapitalis dalam membuat nilai guna menjadi nilai tukar.

Permukiman terbentuk dari kesatuan isi dan wadahnya. Kesatuan antara

manusia sebagai penghuni (isi) dengan lingkungan hunian (wadah). Dalam

pengaturan permukiman dibutuhkan berbagai pengkajian, tidak hanya terhadap

faktor-faktor fisik alami saja, akan tetapi juga harus memperhitungkan karakter

manusianya serta kearifan lokal yang berlaku sebagai kehidupan yang utama.

Karena esensi permukiman meliputi manusia serta wadahnya (tempat) maka

perlu memahami dengan baik hubungan antara elemen – elemen permukiman

itu sendiri.

2.3. Tinjauan Kampung Nelayan

2.3.1. Pengertian kampung Nelayan.

Menurut ST. Khadija arti kata Nelayan terbagi dalam dua pengertian

nelayan yaitu :
1. Nelayan Sebagai Subyek/Orang; merupakan sekelompok masyarakat

manusia yang memiliki kemampuan serta sumber kehidupan disekitar

pesisir pantai.

2. Nelayan sebagai predikat/pekerjaan; suatu sumber penghasilan

masyarakat yang berkaitan erat dengan sektor perikanan dan perairan

(laut dan sungai).

Permukiman nelayan adalah merupakan lingkungan tempat tinggal dengan

sarana dan prasarana dasar yang sebagian besar penduduknya merupakan

masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan memiliki akses dan

keterikatan erat antara penduduk permukiman nelayan dengan kawasan

perairan sebagai tempat mereka mencari nafkah, meskipun demikian sebagian

dari mereka masih terikat dengan daratan.

Secara umum permukiman nelayan dapat digambarkan sebagai suatu

permukiman yang sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat yang

memiliki pekerjaan sebagai nelayan. Sedangkan pekerjaan nelayan itu sendiri

adalah pekerjaan yang memiliki ciri utama adalah mencari ikan di perairan.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik

Indonesia Nomor 15/Permen/M/2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan Nelayan, perumahan kawasan

nelayan untuk selanjutnya disebut kawasan nelayan adalah perumahan kawasan

khusus untuk menunjang kegiatan fungsi kelautan dan perikanan.


Pada perkembangannya kampung-kampung nelayan berkembang semakin

padat dan tidak tertib karena pertumbuhan penduduk alami dan urbanisasi.

Kriteria fisik lingkungan kawasan permukiman nelayan sebagai berikut:

(Depertemen Pekerjaan Umum).

1. Tidak berada pada daerah rawan bencana

2. Tidak berada pada wilayah sempadan pantai dan sungai

3. Kelerengan : 0 – 25 %

4. Orientasi horizontal garis pantai : > 600

5. Kemiringan dasar pantai : terjal – sedang

6. Kemiringan dataran pantai : bergelombang – berbukit

7. Tekstur dasar perairan pantai : kerikil – pasir

8. Kekuatan tanah daratan pantai : tinggi

9. Tinggi ombak signifikan : kecil

10. Fluktuasi pasang surut dan arus laut : kecil

11. Tidak berada pada kawasan lindung

12. Tidak terletak pada kawasan budidaya penyangga, seperti kawasan

mangrove.

Kawasan permukiman nelayan ini dilengkapi dengan prasarana dan sarana

yang memadai untuk kelangsungan hidup dan penghidupan para keluarga

nelayan. Kawasan permukiman nelayan merupakan merupakan bagian dari

sistem permukiman perkotaan atau perdesaan yang mempunyai akses terhadap


kegiatan perkotaan/perdesaan lainnya yang dihubungkan dengan jaringan

transportasi.

Pendapat lain disampaikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Bidang

Cipta karya tentang karakteristik permukiman nelayan adalah :

1. Merupakan Permukiman yang terdiri atas satuan-satuan perumahan

yang memiliki berbagai sarana dan prasarana yang mendukung

kehidupan dan penghidupan penghuninya.

2. Berdekatan atau berbatasan langsung dengan perairan, dan memiliki

akses yang tinggi terhadap kawasan perairan.

3. 60% dari jumlah penduduk merupakan nelayan, dan pekerjaan lainnya

yang terkait dengan pengolahan dan penjualan ikan.

4. Memiliki berbagai sarana yang mendukung kehidupan dan

penghidupan penduduknya sebagai nelayan, khususnya dikaitkan

dengan kegiatan-kegiatan eksplorasi ikan dan pengolahan ikan.

Kawasan permukiman nelayan tersusun atas satuan-satuan lingkungan

perumahan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan yang

sesuai dengan besaran satuan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Kawasan perumahan nelayan haruslah mempunyai ataupun memenuhi

prinsip-prinsip layak huni yaitu memenuhi persyaratan teknis, persyaratan

administrasi, maupun persyaratan lingkungan. Dari berbagai parameter tentang

permukiman dan karakteristik nelayan dapat dirumuskan bahwa permukiman

nelayan merupakan suatu lingkungan masyarakat dengan sarana dan prasarana


yang mendukung, dimana masyarakat tersebut mempunyai keterikatan dengan

sumber mata pencaharian mereka sebagai nelayan.

2.3.2. Karakteristik Kehidupan Masyarakat Nelayan.

A. Kehidupan Masyarakat Nelayan Ditinjau Dari Aspek Sosial

Hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat nelayan

adalah akibat interaksi dengan lingkungannya. Adapun ciri sosial masyarakat

nelayan sebagai berikut:

 Sikap kekerabatan atau kekeluargaan yang sangat erat.

 Sikap gotong royong/paguyuban yang tinggi.

Kedua sikap telah banyak mewarnai kehidupan masyarakat nelayan yang

pada umumnya masih bersifat tradisional. Lahirnya sikap ini sebagai akibat

dari aktivitas nelayan yang sering meninggalkan keluarganya dalam kurun

yang waktu cukup lama, sehingga timbul rasa keterkaitan serta keakraban yang

tinggi antara keluarga-keluarga yang ditinggalkan untuk saling tolong

menolong.

Hal ini dapat tercermin pada pola permukimannya yang mengelompok

dengan jarak yang saling berdekatan, sikap gotong royong yang tampak pada

saat pembuatan rumah, memperbaiki jala ikan, memperbaiki perahu, dan alat

tangkap serta pada upacara adat, ketika akan melakukan penangkapan ikan

yang juga dilakukan secara gotong royong di laut yang dipimpin oleh seorang

punggawa.
B. Kehidupan Masyarakat Nelayan Ditinjau Dari Aspek Budaya.

Beberapa hal yang telah membudaya dalam masyarakat nelayan adalah

kecenderungan hidup lebih dari satu keluarga dalam satu rumah atau mereka

cenderung untuk menampung keluarga serta kerabat mereka dalam waktu yang

cukup lama, hal ini menyebabkan sering dijumpai jumlah anggota keluarga

dalam satu rumah melebihi kapasitas daya tampung, sehingga ruang gerak

menjadi sempit dan terbatas. Dan dampaknya itu pula, mereka cenderung untuk

memperluas rumah tanpa terencana.

Adapun adat kebiasaan yang turun temurun telah berlangsung pada

masyarakat nelayan adalah seringnya mengadakan pesta syukuran atau

selamatan, misalnya pada waktu peluncuran perahu baru ketika akan

melakukan pemberangkatan, dan saat berakhirnya musim melaut agar pada

musim berikutnya mendapatkan hasil yang lebih banyak dan lain-lain.

Masyarakat nelayan pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang

rendah, menyebabkan kurangnya pengetahuan mereka sehingga menghambat

kemajuan nelayan sendiri, antara lain sulitnya bagi pemerintah untuk memberi

bantuan dalam bentuk penyuluhan maupun modernisasi peralatan

(Mubyarto;1985). Hal ini juga berpengaruh dalam lingkungan

permukimannya, karena rendahnya pengetahuan akan pentingnya rumah sehat

yang mengakibatkan mereka menganggapnya sebagai suatu kebutuhan.


C. Kehidupan Masyarakat Nelayan Ditinjau Dari Aspek Ekonomi.

Usaha perikanan banyak tergantung pada keadaan alam, sehingga pendapatan

nelayan tidak dapat ditentukan. Tingkat penghasilan nelayan umumnya dibagi atas

dua:

 Penghasilan bersih yang diperoleh selama melaut jika seorang “sawi”

maka besar pendapatannya sesuai dengan kesepakatan.

 Penghasilan sampingan yaitu penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan

tambahan, baik pekerjaan itu didapat ketika jadi buruh, bertani dan

berdagang maupun pekerjaan atau kerajinan dalam mengelola hasil laut

lainnya.

Diamati kondisi ekonomi ketiga kelompok tersebut diatas, maka sepintas

lalu dapat dikemukakan bahwa umumnya taraf hidup kehidupan masyarakat

nelayan terutama yang menangkap ikan secara tradisional, termasuk paling

rendah, sedangkan masyarakat pantai yang bergerak dibidang

petempaian/tambak menempati taraf hidup yang lebih baik. Sedangkan untuk

yang teratas diduduki oleh masyarakat/pedagang . Desa nelayan umumnya

terletak dipesisir pantai, maka penduduk desa tersebut sebagian besar

mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Melihat bahwa mereka berada

pada daerah pesisir sehingga akan bertambah secara berkelompok-kelompok

mengikuti pola lingkungan karena adanya faktor laut sebagai faktor

pendukung, sehingga penduduk setempat mempunyai tata cara kehidupan yang

bersifat tradisional dengan kehidupan yang spesifik pula.


D. Perkembangan Kota dan Dampaknya Terhadap Penyediaan Prasarana

Wilayah.

Wilayah merupakan tempat tinggal dan tempat bekerja bagi sebagian

penduduk dunia, merupakan tempat yang dapat memberikan peluang atau

harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi sekelompok orang

dan merupakan tempat yang menarik penduduk dari waktu ke waktu . Dengan

berbagai daya tarik yang dimiliki suatu kawasan, menjadikan sebagai tempat

yang menarik untuk dihuni oleh masyarakat. Pada suatu wilayah yang akan

menyebabkan wilayah tersebut semakin tumbuh dan berkembang serta

meningkatkan perekonomiannya.

Perkembangan kota yang merupakan bagian dari pembangunan yang

dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya bukan hanya merupakan kemauan

dari pemerintah sendiri, tetapi juga terjadi akibat dari perkembangan penduduk

dan semakin banyaknya kebutuhan dari masyarakat kota itu sendiri. Tingkat

pertumbuhan penduduk yang tinggi dan terbatasnya ruang yang tersedia

terutama bagi Kota-Kota pusat pengembangan wilayah dapat menimbulkan

persoalan-persoalan diantaranya adalah sebagai berikut:

 Kebutuhan ruang bagi pengembangan sarana dan prasarana kota untuk

memenuhi kebutuhan penduduknya dan segala tuntutannya pada masa

yang akan datang tidak dapat terpenuhi,


 Ekspansi kegiatan perkotaan di wilayah pinggiran yang tidak sesuai

dengan pola kebijaksanaan pengembangan kota telah menimbulkan pola

peruntukan lahan yang tidak teratur,

 Menurunnya kualitas lingkungan kehidupan perkotaan akibat menurunnya

tingkat pelayanan yang ditinjau dari segi rasio antara jumlah sarana dan

prasarana yang ada dengan jumlah penduduk.

Perkembangan dan pertumbuhan wilayah juga meningkatkan kebutuhan

akan sarana dan prasarana wilayah. Peningkatan tersebut diikuti dengan

tuntutan akan pelayanan yang lebih baik dari prasarana kota yang sudah ada.

Perkembangan kota dan segala aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan

prasarana pendukung yang lebih lengkap bagi kehidupan penduduk kota seperti

air bersih.

Unsur ini merupakan konsekuensi dari suatu kota atau merupakan

karakteristik dasar sebagai fungsi sebuah wilayah. Perkembangan penduduk

yang tidak disertai dengan pengembangan dan pembangunan prasarana wilayah

yang baru membuat prasarana wilayah yang ada tidak dapat melayani lagi

kebutuhan penduduk yang semakin besar. Akibatnya adalah

terjadi undersupply dalam pemenuhan kebutuhan penduduk. Besarnya jumlah

penduduk yang tidak terlayani oleh prasarana wilayah akan membuat semakin

besarnya beban yang ditanggung oleh wilayah tersebut .

Agar prasarana wilayah dapat melayani penduduk yang semakin

berkembang, maka perlu dilakukan perhitungan antara tingkat kebutuhan


masyarakat dengan tingkat ketersediaan prasarana wilayah sesuai dengan

jumlah penduduk yang ada. Perhitungan tingkat kebutuhan masyarakat

terhadap ketersediaan prasarana wilayah pada masa yang akan datang, didapat

berdasarkan hasil proyeksi dari jumlah penduduk.

Demikian halnya yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi

penduduk pada suatu wilayah. Pada beberapa negara berkembang seperti

Indonesia, terjadi kesenjangan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi

penduduk kotanya. Perkembangan kota akibat dari meningkatnya

perekonomian dan pembangunan serta ekonomi sosial masyarakatnya

menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan prasarana kota seperti sistem

jaringan air bersih.

Meningkatnya perekonomian dan pembangunan suatu kota dapat dilihat

dari tingkat pendapatan penduduknya serta berkembangnya wilayah perkotaan

tersebut. Perkembangan pembangunan jaringan air bersih yang baru, yang

tidak dapat mengiringi laju perkembangan penduduk yang ada menyebabkan

terjadinya kesenjangan kebutuhan akan air bersih sehingga terjadi penurunan

cakupan pelayanan. Tuntutan penduduk perkotaan akan kualitas dan kuantitas

yang memadai serta kontinuitas aliran yang merupakan bagian dari operasional

dan pelayanan air bersih juga turut mewarnai berbagai permasalahan yang

dihadapi dalam pembangunan sistem penyediaan air bersih.

Dalam pembangunan sistem penyediaan air bersih guna pengembangan

kota, aspek fisik wilayah seperti topografi, sumber air baku dan perubahan tata
guna lahan merupakan aspek yang sangat penting. Tata guna lahan atau tanah,

sangat terkait dengan sumber-sumber air baku dan lingkungan bagi pemenuhan

kebutuhan akan air bersih perkotaan.

2.3.3. Ketersediaan Infrastruktur Permukiman Nelayan

Infrastruktur adalah Fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau

dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam

penyediaan air bersih, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan

pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.

Menurut Grigg, Infrastruktur merujuk pada sistem phisik yang

menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung

dan fasilitas public yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.

Infrastruktur fisik dan sosial adalah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan

dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan

ekonomi sektor publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang

diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Istilah ini

umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung

jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa jalan, air bersih,

bandara, kanal, waduk, tanggul, pengolahan limbah, listrik, telekomunikasi,

pelabuhan secara fungsional. Infrastruktur selain fasilitasi akan tetapi dapat

pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran


produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan

transportai pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk distribusi

ke pasar hingga sampai kepada masyarakat.

Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa infrastruktur adalah bangunan

atau fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-instalasi yang

dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Infrastruktur merupakan aset fisik yang

dirancang dalam sistem, sehingga mampu memberikan pelayanan prima

kepada masyarakat.

Secara lebih spesifik oleh American Publik Work Association infrastruktur

didefinisikan sebagai fasilitas–fasilitas phisik yang dikembangkan atau

dibutuhkan oleh agen-agen publik atau fungsi-fungsi pemerintahan dalam

penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-

pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomis sosial .

Menurut Grigg sistem infrastruktur dapat didefiniskan sebagai fasilitas-

fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi

yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan ekonomi

masyarakat.

Definisi Teknik juga memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem

infrastruktur dan menyatakan bahwa infrastruktur adalah asset yang dirancang

dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting.


Dari definisi infrastruktur yang dikemukakan oleh Grigg, infrastrukttur

dibagi ke dalam 13 kategori. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1

berikut ini:

Tabel 2.1 Depskripsi Pengertian Infrastruktur

Terkait
No Deskripsi
SD Air
Sistem penyediaan air : waduk, ü
1 penampungan air, transmisi dan distribusi,
fasilitas pengolahan air (treatment plant)
Sistem pengolahan air limbah pengumpul, ü
2
pengolahan, pembuangan, daur ulang
3 Fasilitas pengolahan limbah (padat)
Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan ü
4
irigasi
5 Fasilitas lintas air dan navigasi ü
Fasilitas transportasi: jalan, rel, Bandar
6
udara
7 Sistem transit public
Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi ü
8
(bila sumber PLTA)
9 Fasilitas gas alam
10 Gedung public: sekolah, rumah sakit
11 Fasilitas perumahan public
Taman kota sebagai daerah resapan, te,pat ü
12
bermain termasuk stadion
13 Komunikasi

Sumber: Robert dan Roestam, 2010.

Anda mungkin juga menyukai