TUGAS AKHIR
disusun oleh:
YULIUS HANSTYAKA PUDYANTARA
NIM : 065214060
A FINAL PROJECT
by:
YULIUS HANSTYAKA PUDYANTARA
Student Number: 065214060
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
YULIUS HANSTYAKA PUDYANTARA
NIM : 065214060
Pembimbing I Pembimbing II
iii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
NIM : 065214060
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
saya tulis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
dan tidak memuat hasil karya atau bagian karya orang lain, kecuali
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
vi
Kupersembahkan tugas akhir ini kepada :
vii
MOTTO
If you want to stay, so you’ll be stay. If you want to move, you’ll be moved.
And if you want to start, you’ll find your way.
Don’t tell them how to do it, but show them how to do that and don’t tell
anything. If you tell them, they know your lips. But if you show them, they’re do
by them self.
(Maria Montessori)
viii
INTISARI
ix
ABSTRACT
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-Nya
304”.
Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa ada
begitu banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan sehingga
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
1. Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., Dekan Fakultas
Akhir.
Tugas Akhir.
xi
8. Segenap Karyawan Badan Teknologi Tenaga Nuklir (BATAN)
Yogyakarta.
Dharma
11. Damar, Adi, Lia, Agung, Andri, Maria, Era dan semua saudara-
saudariku.
12. Oscar, Iwan, Aries, Ruly, Yoga, Rinto, Rudy, Adji dan semua teman
baikku.
13. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penulisan naskah
tugas akhir ini karena keterbatasan dan pengetahuan. Untuk itu penulis mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun guna lebih sempurnanya tugas akhir
ini. Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
Penulis
xii
DAFTAR ISI
INTISARI ........................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
xiii
2.2.1. Baja Tahan Karat Martensit (Martensitic Stainless Steel) ..... 9
Corrosion ................................................................................ 30
xiv
2.5. Uranium Nitrat (UO2(NO3)2) ............................................................. 31
xv
4.4. Proses Instalasi Pipa Reaktor SAMOP .............................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbandingan sifat mekanik berbagai jenis stainless steel. .......... 13
Tabel 2.2. Unsur kimia pada baja tahan karat 304, 304L dan 304H. ............. 26
Tabel 2.4. Sifat fisik dan listrik stainless steel AISI 304 pada kondisi
annealed. ....................................................................................... 27
Tabel 2.5. Laju korosi pada baja tahan karat 304 terhadap nitric acid. ......... 28
Tabel 3.3. Straight and Spiral Longitudinal Weld Joint Quality Factor Ej. ... 38
Tabel 3.5a. Allowable Stresses in Tension for Metals, SE, KSI. ..................... 39
Tabel 3.5b. Allowable Stresses in Tension for Metals, SE, KSI (lanjutan) ...... 40
Tabel 3.7. Tapping and Clearance Drills for Number Machine Screws ....... 42
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.7. Skema proses kimia yang terjadi saat pitting corrosion
Gambar 2.11. Ilustrasi terjadinya korosi antara dua logam yang berbeda
xviii
Gambar 3.1. Dimensi sambungan pipa (pipe fittings) .................................. 43
Gambar 4.2. Berbagai macam sambungan pipa (fitting) stainless steel 304 52
xix
BAB I
PENDAHULUAN
salah satu teknologi yang sedang dikembangkan oleh Badan Tenaga Nuklir
Indonesia.
instalasi perpipaan. Baik pipa untuk saluran air hingga pipa-pipa boiler
instalasi perpipaan. Dalam hal ini reaktor SAMOP juga merupakan salah satu
1
Tugas Akhir 2
umur pemakaian, dan laju korosi terhadap ketebalan minimum pada pipa
reaktor SAMOP dengan bahan Stainless Steel 304 atau 304H dengan
(dudukan) reaktor SAMOP tersebut. Dalam hal ini, penulis hanya akan
berikut :
inchi.
minimum dan umur pipa dengan pengaruh suhu, tekanan dan laju
berikut.
Tugas Akhir 4
Venting
Tangki
Penampung UN
Dari unit
pemasok
UN
Venting
Sumber
Teras Neutrron
SAMOP (GN)
Venting
Tangki tunda
Sump (Kontainer) UN
Ekstraktor
Unit Rekondisioning UN
Mo-99
DASAR TEORI
Baja tahan karat, sering juga disebut stainless steels (SS), secara
emas (Au), platina (Pt) dan paladium (Pd) yang hampir tidak mengalami
keefektifan unsur paduan seperti Cr dan Ni, serta merupakan baja yang tidak
dari baja tersebut. Lapisan ini terjadi karena oksidasi baja tahan karat
(protective layer) yang berkarakter kuat, tidak mudah pecah dan tidak
karat terhadap korosi. Apabila baja tahan karat berada pada keadaan dimana
protective layer tidak dapat terbentuk lagi, maka korosi akan terjadi. Korosi
atau sering disebut karat merupakan salah satu cacat penggunaan baja
karena berbagai pengaruh seperti udara, cairan yang bersifat asam atau basa,
1
Sumber: www.estainlesssteel.com
5
Tugas Akhir 6
gas-gas proses (gas buang ruang bakar atau reaksi kimia lainnya), logam
salah satu cara mencegah terjadinya karat. Tetapi pada baja tahan karat
apabila terjadi cacat pada permukaan baja tersebut, maka lapisan chromium
oksida akan menutup atau melapisi kembali cacat pada permukaan baja
antara lain dari ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik, dan biaya produksi.
dilakukan, hal tersebut dilakukan dengan tujuan memperbaiki sifat fisis baja
tahan karat.
digolongkan menjadi baja tahan karat austenit, baja tahan karat ferit, baja
tahan karat martensit dan baja tahan karat tipe pengerasan presipitasi.
dibedakan menjadi baja tahan karat dengan kadar cukup 4 - 6% Cr, baja
tahan karat dengan kadar 0.1 - 0.2% C dan 13% Cr, baja Cr dengan 0.45% C
dan 13% Cr, baja Cr-Ni yang dikeraskan dengan 0.07 – 0.12% C, 18% Cr
dan 9 - 13% Ni. Hubungan antara baja dan kandungan kromium-nya dapat
korosi yang lebih cepat, hal ini disebabkan karena presipitasi karbida Cr
Ni ekuivalen dapat dilihat pada diagram Schaefler atau diagram struktur dari
sebagai berikut:
oleh karena itu baja sulit terkena korosi akibat udara, tetapi masih
dan sebagainya.
Tugas Akhir 10
titanium (Ti) dan niobium (Nb). Unsur sulfur (S) ditambahkan untuk
mempunyai sifat ulet dan mampu bentuk yang baik, namun kekuatan
atau krevis pada air larutan yang netral dengan sedikit ion klor.
akan tetap berfasa austenit bila unsur nikel dalam paduan diganti
Fasa austenitic tidak akan berubah saat perlakuan panas anil yang
Umumnya jenis baja ini dapat tetap menjaga sifat austenit pada
7% nikel (Ni). Tipe 3xx mengandung unsur nikel yang tinggi dan
(Mn), tembaga (Cu), silikon (Si), aluminium (Al), titanium (Ti) dan
seimbang tiap fasa saat kondisi anil. Paduan utama material adalah
sifat tahan korosi. Ketahanan korosi baja tahan karat dupleks hampir
sama dengan baja tahan karat austenit. Kelebihan baja tahan karat
dupleks yaitu nilai tegangan tarik dan luluh tinggi dan ketahanan
korosi retak tegang lebih baik dari pada baja tahan karat austenit.
(Sumber: gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com)
Tugas Akhir 13
Steel)
www.tasteel.com)
Perbandingan sifat mekanik dari masing masing baja tahan karat dan
hubungan dari berbagai jenis baja tahan karat dapat dilihat pada Tabel 2.1
Sumber: www.tasteel.com
Tugas Akhir 14
ketahanan korosinya, tetapi pemilihan baja tahan karat yang tepat mesti
Beberapa cacat korosi yang umum terjadi pada baja tahan karat
sebagian protective layer pada baja tahan karat sehingga baja secara
merata akan berkurang atau aus (Gambar 2.5). Korosi ini umumnya
terjadi disebabkan oleh cairan atau larutan asam kuat maupun alkali
karat tetapi semakin membesar pada bagian dalam baja tahan karat
(Gambar 2.6).
Tugas Akhir 16
yang cukup tinggi (misal NaCl atau garam di air laut). Pada
(Mo) dan nitrogen (N) yang tinggi cenderung lebih tahan terhadap
sangat kecil, sehingga sulit untuk diatasi dan dicegah terutama pada
masalah yang sangat serius yaitu ketika lubang kecil terbentuk, maka
lubang ini akan cenderung terus berkembang (lebih besar dan dalam)
meskipun kondisi baja tahan karat tersebut sangat tertutup atau tidak
seperti UR 6B. Baja tahan karat 304 memiliki komposisi: < 0.015%
memiliki komposisi: < 0.030% C, 17.5% Cr, 13.5% Ni, 2.6% Mo.
< 0.020% C, 20% Cr, 25% Ni, 4.3% Mo, dan 0.13% N. Dengan
baja tahan karat adalah: 304 = 18, 316L = 26, dan UR B6 = 37.
yang terlemah.
Gambar 2.7. Skema proses kimia yang terjadi saat pitting corrosion
menyerang dan terus merusak logam Stainless Steel.
Sumber: www.tasteel.com
kondisi oksidasi terhadap krom (Cr) pada baja tahan karat sangat
rendah atau bahkan tidak ada sama sekali (miskin oksigen). Sering
lapisan metal, celah antara mur/baut dsb. Praktis korosi ini terjadi di
(working stress) pada baja akan bertambah besar. Korosi jenis ini
cocok untuk lingkungan dengan sifat korosif ini, karena baja tahan
karat austenit mengandung kadar nikel (Ni) relatif tinggi. Baja tahan
karat grade 316 tidak lebih tahan secara siknifikan dibanding grade
304. Tetapi baja tahan karat dupleks lebih tahan daripada grade 304
karat super dupleks akan lebih tahan lagi terhadap retakan korsi
tegangan. Pada baja tahan karat austenit korosi jenis ini biasanya
permukaan logam.
Tugas Akhir 21
batas butir yang terjadi pada suhu 500-900°C terutama pada suhu
kromium pada daerah tengah butir. Sehingga daerah ini akan dengan
tahan karat dengan kadar karbon (C) < 2% relative tahan terhadap
korosi ini.
indeks “L” -low carbon steel- (misal 316L atau 304L). Baja tahan
karat dengan kadar karbon tinggi juga akan tahan terhadap korosi
jenis ini asalkan digunakan pada temperatur tinggi pula (misal 304H,
314/Sirius 314).
larutan.
Gambar 2.11. Ilustrasi terjadinya korosi antara dua logam yang berbeda
jenis keaktifannya (logam A dan B).
Sumber: www.tasteel.com
Tugas Akhir 24
produksi makanan.
(Sumber: www.tasteel.com)
Salah satu jenis baja tahan karat adalah AISI 304 (lihat stainless
steel grades lampiran 1). Baja ini mempunyai struktur face centered cubic
(fcc). Merupakan baja dengan kandungan 18% Cr dan 8% Ni, atau lebih
spesifiknya mengandung unsur kimia Fe, < 0.08% C, 17.5-20% Cr, 8-11%
Ni, < 2% Mn, < 1% Si, < 0.045% P, dan < 0.03% S, yang termasuk pada
jenis baja tahan karat austenit. Merupakan baja yang paling umum dikenal
dan paling sering digunakan. Baja tahan karat 304 mempunyai ketahanan
Tugas Akhir 25
6. Penampilannya bagus
7. Mudah dibersihkan
Baja tahan karat 304 merupakan baja standar dengan kadar karbon
yang rendah, mudah dicari dan digunakan serta merupakan baja tahan karat
yang murah. Jenis baja tahan karat 304 ada beberapa macam yaitu
304 (S30400), 304L (S30403), 304H (S30409). Baja tahan karat 304L pada
yang menyebakan korosi antar butir pada proses pengerjaannya. Baja tahan
sekitar 800°C.
Tugas Akhir 26
Komposisi paduan serta persentase berat yang ada pada baja tahan
karat 304, 304L dan 304H dapat dilihat pada tabel unsur kimia (Tabel 2.2)
Tabel 2.2. Unsur kimia pada baja tahan karat 304, 304L dan 304H.
Percentage by Weight Maximum Unless
Element Range is Specified
304 304L 304H
Carbon 0,08 0,030 0,04-0,01
Manganese 2,00 2,00 2,00
Phosphorus 0,045 0,045 0,045
Sulfur 0,030 0,030 0,030
Silicon 0,75 0,75 0,75
18,00 18,00 18,00
Chromium
20,00 20,00 20,00
8,0 8,0 8,0
Nickel
10,50 12,00 10,50
Nitrogen 0,10 0,10 0,10
Sumber: www.sandmeyer.com
Dari kandungan unsur kimia baja tahan karat 304 tersebut, diperoleh
sifat mekanik dari baja tahan karat 304 seperti pada Tabel 2.3. Pada kondisi
annealed, baja tahan karat 304 memiliki sifat fisik dan listrik seperti yang
Sumber: www.gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com
Tugas Akhir 27
Tabel 2.4. Sifat fisik dan listrik stainless steel AISI 304 pada kondisi
annealed.
Thermal ekspansi Thermal konduktivitas Spesific heat Resistivitas
(10-6/ºC) (W/m-K) (J/kg-K) (10-9W-m)
17,2 16,2 500 720
Sumber: www.gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com
2.4.1. Ketahanan Baja Tahan Karat 304 Terhadap Korosi Merata (Uniform
Corrosion)
Data ketahanan korosi untuk baja tahan karat 304 terhadap nitric
acid dapat dilihat pada Tabel 2.5. (Untuk pengaruh korosi pada baja
tahan karat 304 terhadap larutan asam dapat dilihat pada lampiran 2)
lingkungan.
dengan kandungan C yang tinggi pada baja tahan karat 304. Hal ini
Tugas Akhir 28
Tabel 2.5. Laju korosi pada baja tahan karat 304 terhadap nitric
acid.
Sumber: www.sandmeyer.com
2.4.2. Ketahanan Baja Tahan Karat 304 Terhadap Korosi Antar Butir
(Intergranular Corrosion)
terkena panas dari pengelasan, baik pada bagian yang di las maupun
hal ini baja dengan kandungan C yang rendah, yaitu baja 304L, lebih
Sumber: www.sandmeyer.com
Sumber: www.sandmeyer.com
Corrosion
Baja tahan karat 304 sangat bagus digunakan pada air segar
seperti baja tahan karat 316. Baja 304 tidak dianjurkan untuk
(Sumber: www.sandmeyer.com)
Untuk menghitung laju korosi pada baja tahan karat secara umum
tabel periodik pada lampiran 5) dengan nomor atom 92, beracun karena
radioaktif alami, serta merupakan logam berat yang dapat digunakan sebagai
Unsur kimia atau sering disebut unsur, merupakan zat kimia yang
tidak dapat dipecah lagi menjadi zat yang lebih kecil, atau tidak dapat
dirubah menjadi zat kimia lain dengan menggunakan metode kimia biasa.
Unsur mempunyai partikel terkecil yang disebut atom, yang terdiri dari inti
atom (nucleus) yaitu terdiri atas sejumlah proton dan netron, dan dikelilingi
Hal yang membedakan unsur satu dengan yang lain adalah jumlah
proton yang ada dalam sebuah inti atom tersebut, yang dikenal sebagai
nomor atom. Tetapi atom-atom pada unsur yang sama tersebut dapat
memiliki jumlah neutron yang berbeda, yang dikenal dengan sebutan isotop.
Massa rata-rata atom suatu unsur pada alam adalah massa atom. Karena
massa elektron sangat kecil dan massa neutron hampir sama dengan massa
proton, maka masa atom biasanya dinyatakan dengan jumlah proton dan
neutron pada inti atom, pada isotop yang memiliki kelimpahan terbanyak di
isotop.
usia bumi (4500 juta tahun). Dari hal tersebut, U-238 dianggap
yang ada pada batu dan pasir. Meskipun demikian U-238 mampu
Inti atom dari U-235 terdiri dari 92 proton dan 143 netron
(92 + 143 = 235). Ketika inti atom U-235 menangkap netron yang
PERANCANGAN
suhu 50°C, dengan tekanan 1 atm (14,7 psi/0,103 MPa), laju korosi
34
Tugas Akhir 35
Sumber: www.amipipe.com
(Reference ANSI Standard B 36.10)
digunakan persamaan:
dengan :
Eq = Ec Ej Es .................................................................. (3.2)
diasumsikan 0,4.
dimana:
d = Diameter dalam
dimana:
dimana:
dimana :
Tabel 3.3. Straight and Spiral Longitudinal Weld Joint Quality Factor Ej
Tabel 3.5b. Allowable Stresses in Tension for Metals, SE, KSI (lanjutan)
Tabel 3.7. Tapping and Clearance Drills for Number Machine Screws
Screw Size Tapping Drills Clearance Drills
Drill Equivalents Close Fit Free Fit
Nom.
Threads Size
Number Series Dia. Drill Dec. Drill Dec.
/Inch (65-75% (decimal) (mm)
(in) Size Equiv. Size Equiv.
thread)
000 120 0.0340 71 0.0260 0.6604 65 0.0350 62 0.0380
00 90 0.0470 65 0.0350 0.8890 3/64" 0.0469 55 0.0520
0 80 NF 0.0600 3/64" 0.0469 1.1913 52 0.0635 50 0.0700
56 NS 54 0.0550 1.3970
1 64 NC 0.0730 53 0.0595 1.5113 48 0.0760 46 0.0810
72 NF 53 0.0595 1.5113
56 NC 50 0.0700 1.7780
2 0.0860 43 0.0890 41 0.0960
64 NF 50 0.0700 1.7780
48 NC 47 0.0785 1.9939
3 0.0990 37 0.1040 35 0.1100
56 NF 45 0.0820 2.0828
36 NS 44 0.0860 2.1844
4 40 NC 0.1120 43 0.0890 2.2606 32 0.1160 30 0.1285
48 NF 42 0.0935 2.3749
40 NC 38 0.1015 2.5781
5 0.1250 30 0.1285 29 0.1360
44 NF 37 0.1040 2.6416
32 NC 36 0.1065 2.7051
6 36 NS 0.1380 34 0.1110 2.8194 27 0.1440 25 0.1495
40 NF 33 0.1130 2.8702
32 NC 29 0.1360 3.4544
8 36 NF 0.1640 29 0.1360 3.4544 18 0.1695 16 0.1770
40 NS 28 0.1405 3.5687
24 NC 25 0.1495 3.7973
10 30 NS 0.1900 22 0.1570 3.9878 9 0.1960 7 0.2010
32 NF 21 0.1590 4.0386
24 NC 16 0.1770 4.4958
12 28 NF 0.2160 14 0.1820 4.6228 2 0.2210 1 0.2280
32 NEF 13 0.1850 4.6990
20 NS 10 0.1935 4.9149
14 0.2420 D 0.2460 F 0.2570
24 NS 7 0.2010 5.1054
Note : Thread Series
National Coarse (NC)
National Fine (NF)
National Extra Fine (NEF)
National Special (NS)
Sumber: academic.evergreen.edu
Tugas Akhir 43
baik sambungan siku (elbow), tee dan silang (cross), dapat dilihat
dan ukuran (dimensi) sebagai berikut (untuk lebih jelasnya dapat dilhat pada
4 5 7 3
8 9 10
Keterangan gambar :
3. Tabung tunda
4. Flens (flange)
6. Katup (valves)
7. Sambungan T (tee)
10. Pompa
BAHAN PIPA
SS 304
PERHITUNGAN
PENGERJAAN
INSTALASI
(Tabung dan Pipa)
Kebocoran
PENGUJIAN
PENGAMBILAN DATA
EVALUASI
KESIMPULAN
304 dengan ukuran nominal pipa 3/8 inchi, dengan lama pemakaian
0,1 mm/thn, beroperasi pada suhu 50°C dan dengan tekanan 1 atm
(14,7 psi).
T = 50°C = 122°F
46
Tugas Akhir 47
t =
, ,
=
, , ,
,
=
,
,
=
,
tm = t+A
= 0,0004 + 0,02
Nt =
,
=
. %
d = Do – 2 tm
= 0,675 – 0,0408
t =
, ,
=
, , ,
,
=
,
,
=
,
tm = t+A
= 0,0004 + 0,04
Nt =
,
=
. %
d = Do – 2 tm
= 0,675 – 0,0808
dapat dilihat pada tabel 3.1, maka dipakai pipa stainless steel dengan
P =
, ,
=
, , ,
,
=
,
ukuran nominal 3/8 inchi adalah 0,675 inchi, tebal dinding pipa yang
digunakan adalah 0,049 inchi untuk pemakaian 5 tahun (Nt (sch 5)) dan
0,065 inchi untuk pemakaian 10 tahun (Nt (sch 10)), serta untuk
drills 19/32” atau 0,5938 inchi (lihat tabel 3.6). Maka diperoleh
= ½ × (0,675 – 0,5938)
= ½ × 0,0812
aman karena:
Tebal pipa yang digunakan – tebal pipa pada daerah ulir > 0
masih aman.
Sehingga:
= 1,0625 – 0,690
dan dudukan reaktor SAMOP dibuat. Pengerjaan tabung dan pipa reaktor
1. Pipa
G
Gambar 1. Pipa stainnless steel 3304
4.1
2. S
Sambungan
n Pipa.
S
Sambungan
n pipa yan
ng dipakai adalah sam
mbungan silang
s
(
(cross), sikku (elbow)), Te (teee) dan saambungan lurus
(
(coupling). Untuk sam
mbungan piipa semua bahan dibeeli di
p
pasaran denngan bahan stainless stteel 304. U
Untuk sambu
ungan
s
silang denggan ukuran 3/8 dibuat dengan di las mengun
nakan
s
sambungan tee dan sambungan
s lurus, karrena sambu
ungan
s
silang dengaan ukuran teersebut tidaak tersedia.
3. K
Katup (valvve)
K
Katup yangg digunakan
n adalah katuup bola (baall valve) deengan
b
bahan stainlless steel 30
04 dan ukurran 3/8 inchhi dibeli.
4. F
Flens (flangge)
F
Flens dibuuat dengan bahan staainless steeel 304 deengan
p
pengerjaan b
bubut, bor dan
d ulir.
4.2.2. Alat
1. Jangka sorong
2. Pemotong pipa
3. Kikir
4. Pemegang pipa
5. Penjepit
6. Penggaris
7. Pembuat ulir
8. Gergaji
1. Pemotongan Pipa
dan dim
mensi sepertii pada gamb
bar berikut.
mennggunakan sistem
s ulir (threaded).. Sistem inii digunakann karena tek
kanan
yang dibuat dari besi siku apolo dan besi siku padat yang banyak dijual di
pipa.
4.4.1. Perpipaan
nominal pipa (Nt) sebesar 0,0233 inchi untuk pemakaian 5 tahun dan
(berdasarkan tabel dimensi pipa, tabel 3.1), maka dipakai tebal pipa
pemakaian 10 tahun.
agar bisa dibuat ulir adalah 160 mm. Oleh karena pipa tidak bisa
1. Flow Meter
2. Pressure Gauge
3. Reducer Pipe
4. Expantion
instalasi seperti:
2. Kunci Pas
flens
3. Kunci Pipa
2
Lukiyanto. YB, 1999, Panduan Praktikum Prestasi Mesin, USD, Yogyakarta
Tugas Akhir 62
4.5.1. Persiapan
mendekati).
3. Kompresor.
membuka katup 1.
4.5.3. Pengujian
bersamaan.
dibuka.
12. Mencatat tekanan pada saat air mengalir dari teras SAMOP
ke tangki tunda.
13. Mencatat waktu dan angka flow meter setelah semua air
gasket tape pipe pada ulir sambungan dan pada saat pemasangan
dan pada suhu kamar (27°C). Pada saat proses pengujian, didapat
5.1. Kesimpulan
Steel 304 dengan nominal pipa 3/8 inchi, dan lama pemakaian
304 dengan nominal pipa 3/8 inchi, yaitu sebesar 0,049 inchi atau
pipa-pipa makin tinggi atau besar, maka tebal pipa (t), tebal dinding
pipa minimum (tm) dan tebal nominal pipa (Nt) semakin tinggi.
5.2. Saran
Pada tugas akhir ini tidak dilakukan pengujian laju korosi terhadap
66
Tugas Akhir 67
sambungan pipa terutama sambungan pipa dengan ulir, untuk itu perlu
dapat diperoleh hasil uji korosi pada sambungan pipa terutama pada
5.3. Penutup
Perpipaan Reaktor SAMOP dengan Bahan Stainless Steel 304 ini penulis
reaktor.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Materials. 1999, G1 Practice for Preparing,
Cleaning, and Evaluating Corrosion Test Specimens, ASTM Standards
Vol.03.02, ASTM Society
American Society for Testing and Materials. 1999, B 117 Practice for Operating
Salt Spray (Fog) Apparatus, ASTM Standards Vol.03.02, ASTM Society
Bryson. James, 1999, Corrosion of Carbon Steels, ASM Handbook Vol.13, ASM
International
Setiyo Utomo. Rois, 2007, Laju Korosi Stainless Steel 304 Yang Telah
Mengalami Pengelasan Dalam Larutan H2SO4 pH 1, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta
Surdia. Tata, & Saito. Shinroku, 1984, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya
Paramita, Jakarta
Werenfridus Baur. Yuris, 2007, Laju Korosi Stainless Steel 304 Dalam Larutan
H2SO4 pH 1, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2005/25/infomengenal-
singkat-apa-itu-stainless-steel.html (Sabtu, 26 Januari 2008)
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2006/7/artikelmakalah-
ilmiah-ku-korosi-material-baja-karbon-dan-stainless-steel.html (Sabtu, 26
Januari 2008)
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2006/11/artikelperingkat-
ketahanan-logamterhadap-korosi.html (Sabtu, 26 Januari 2008)
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2007/4/infodaftar-
pengujian-korosi-standar-astm-secara-umum.html (Sabtu, 26 Januari 2008)
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2007/12/info-mengenal-
singkat-apa-itu-stainless.html (Senin, 28 Januari 2008)
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2007/15/sekilasapakah-
makna-dari-korosi-secara-umum.html (Sabtu, 26 Januari 2008)
(Sumber: en.wikipedia.org)
LAMPIRAN 2
Uji korosi untuk stainless steel 304 seperti yang telah dilakukan oleh
saudara Yuris Werenfridus Baur dan Rois Setiyo Utomo, yaitu menguji laju
korosi pada stainless steel 304 dalam larutan asam (H2SO4), dengan derajat
keasaman (pH) 1, pada suhu 70oC selama 6 jam dan dilanjutkan pada suhu 29oC
selama 18 jam secara periodik, dengan perlakuan tanpa pengelasan serta setelah
mengalami pengelasan TIG, di Laboratorium Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Pengujian stainless steel 304 tanpa pengelasan dilakukan pada dua bahan
yang sama ketebalannya yaitu 3 mm, tetapi berbeda beratnya. Berat benda uji 1
adalah 8,576 gram dan berat benda uji 2 adalah 14,543 gam. Dari hasil uji korosi
tersebut, didapat hasil seperti pada tabel berikut:
Tabel data hasil uji korosi Stainless Steel 304 tanpa pengelasan dan dengan
pengelasan TIG dalam larutan asam (H2SO4) dengan pH 1.
Berat spesimen (gram)
No. Minggu ke- Tanpa Las Dengan Las
Benda I Benda II TIG
1 I 8,576 14,543 36,235
2 II 8,576 14,543 36,231
3 III 8,576 14,543 36,229
4 IV 8,576 14,543 36,227
5 V 8,576 14,543 36,225
6 VI 8,576 14,543 36,224
7 VII 8,576 14,543 36,223
8 VIII 8,576 14,543 36,222
9 IX 8,576 14,543 36,222
10 X 8,576 14,543 36,222
11 XI 8,576 14,543 36,222
12 XII 8,576 14,543 36,222
Sumber: Werenfridus Baur. Yuris, Laju Korosi Stainless Steel 304 Dalam Larutan H2SO4
pH 1, 2007 dan
Setiyo Utomo. Rois, Laju Korosi Stainless Steel 304 Yang Telah Mengalami Pengelasan
Dalam Larutan H2SO4 pH 1, 2007
Sumber: Werenfridus Baur. Yuris, Laju Korosi Stainless Steel 304 Dalam Larutan
H2SO4 pH 1, 2007
2. Dengan Pengelasan
Data yang diperoleh dari hasil pengujian stainless steel 304 dengan
pengelasan, menunjukkan bahwa berat spesimen sampai minggu ke-12
mengalami perubahan berat sehingga spesimen juga mengalami perubahan
ukuran. Sehingga diperoleh laju korosi seperti pada tabel berikut.
laju korosi
No. Minggu ke- gram/jam gram/hari
1 I 0,00004167 0,001
2 II 0,00002381 0,0005714
3 III 0,00001191 0,0002857
4 IV 0,00001191 0,0002857
5 V 0,00001191 0,0002857
6 VI 0,00000595 0,0001429
7 VII 0,00000595 0,0001429
8 VIII 0,00000595 0,0001429
9 IX 0 0
10 X 0 0
11 XI 0 0
12 XII 0 0
Sumber: Setiyo Utomo. Rois, Laju Korosi Stainless Steel 304 Yang Telah Mengalami
Pengelasan Dalam Larutan H2SO4 pH 1, 2007
Suumber: Setiyoo Utomo. Roiss, Laju Korosii Stainless Steel 304 Yang T
Telah Mengala
ami
Pengelassan Dalam Larrutan H2SO4 pH p 1, 2007
S
Sumber: Setiyyo Utomo. Roiis, Laju Korossi Stainless Steeel 304 Yang Telah Mengallami
Pengelasan Dalam La arutan H2SO4 pH 1, 2007
LAMPIRAN 3
The following charts provide a simple way to convert data between the most
common corrosion units in usage, i.e. corrosion current (mA cm-2) , mass loss
(g m-2 day-1) and penetration rates (mm y-1 or mpy) for all metals or for steel
where:
mpy = milli-inch per year
n = number of electrons freed by the corrosion reaction
M = atomic mass
d = density
Note: you should read the Table from left to right, i.e.:
1 mA cm-2 = (3.28 M/nd) mm y-1 = (129 M/nd) mpy = (8.95 M/n) g m-2 day-1
For example, if the metal is steel or iron (Fe), n =2, M = 55.85 g and d = 7.88 g
cm-3 and the Table of conversion becomes:
Note: you should read the Table from left to right, i.e.:
1 mA cm-2 = 11.6 mm y-1 = 456 mpy = 249 g m-2 day-1
(Sumber: www.corrosion-doctors.org)
LAMPIRAN 4
Tabel Periodik
Sumber : en.wikipedia.org
LAMPIRAN 6