Nim : 1905531074
UAS :Teknik Manajemen Perawatan Mesin (B)
1)
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi dua cara:
Bentuk-bentuk Perawatan
• Perawatan Korektif adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat diterima. Dalam
perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan
atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.
• Pemeliharaan Terjadwal adalah tugas apa pun yang diberikan tenggat waktu dan ditugaskan
ke teknisi. Ini bisa berupa tugas berulang yang dilakukan secara berkala atau tugas satu kali.
Pemeliharaan terjadwal meliputi inspeksi, penyesuaian, servis rutin, dan penghentian terencana.
Pemeliharaan terjadwal adalah tindakan memutuskan kapan tugas pemeliharaan yang direncanakan
harus diselesaikan dan siapa yang harus menyelesaikannya. Sementara pemeliharaan terencana
menetapkan suatu proses, pemeliharaan terjadwal adalah bagian dari proses itu. Ketika masalah atau
tugas diidentifikasi, dapat diberikan tenggat waktu untuk penyelesaian dan ditugaskan ke teknisi. Ini
adalah ketika menjadi pemeliharaan terjadwal.
• Condition-Based Maintenance (CBM) adalah strategi perawatan yang memantau kondisi
aktual suatu aset untuk memutuskan perawatan apa yang perlu dilakukan. CBM menyatakan bahwa
pemeliharaan hanya boleh dilakukan ketika indikator tertentu
menunjukkan tanda-tanda penurunan kinerja atau kegagalan yang akan datang. Memeriksa mesin
untuk indikator ini dapat mencakup pengukuran non-invasif, inspeksi visual, data kinerja, dan
pengujian terjadwal. Data kondisi kemudian dapat dikumpulkan pada interval tertentu, atau terus
menerus (seperti yang dilakukan ketika mesin memiliki sensor internal). Pemeliharaan berbasis
kondisi dapat diterapkan pada aset kritis misi dan non-misi kritis. Pemeliharaan berbasis kondisi
dilakukan hanya setelah penurunan kondisi peralatan telah diamati.
• Unplanned Maintenance merupakan tugas pemeliharaan yang terjadi secara tidak terduga.
Hal ini terjadi ketika tidak ada strategi formal untuk menangani perbaikan, penggantian, atau inspeksi
sebelum dibutuhkan. Unplanned maintenance biasanya merupakan hasil dari kegagalan peralatan
yang tidak diantisipasi.
2)
Kurva Bath-Up (Kurva Bak Mandi) biasa digunakan sebagai suatu peluang suatu sistem/produk bekerja
sesuai dengan fungsi pada suatu percobaan atau tetap berfungsi hingga suatu rentang waktu tertentu.
Kurva dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Masa awal dari suatu komponen atau sistem (Early stage) ditandai dengan tingginya
kegagalan yang berangsur-angsur turun seiring dengan bertambahnya waktu. Periode ini pada
umunya terjadi pada alat-alat yang baru diproduksi oleh pabrik, yang pada awalnyamemiliki
suatu tingkat kerusakan tertentu (tidak nol). Laju kegagalan awal disebabkan oleh material
maupun kesalahan pembuatan alat dan komponen.
Masa berguna (expected normal life atau mid-life time), laju kegagalan komponen atausystem
cenderung konstan. Kerusakan yang terjadi pada periode ini tidak dapat diramalkan
sebelumnya atau berupa kerusakan mendadak (diluar kebisaaan).
Masa aus (wearout region atau end of life) ditandai dengan laju kegagalan yang cenderung
naik seiring dengan bertambahnya waktu.
Karena dengan adanya pemeliharaan yang baik dan sesuai jadwal, maka kemungkinan
rusaknya komponen dapat dicegah sebelum terjadi (preventive maintenance) dan dengan
penggantian sebagian komponen saat pemeliharaan akan menambah umur kompnen
sehingga dapat normal life dapat lebih panjang dan realibilitas komponen juga meningkat.
3)
Proses AC bekerja:
4) Manfaat utama dari pemeliharaan preventif turun ke keandalan. Saat Anda menjaga setiap aset
dalam kondisi baik, kecil kemungkinannya untuk rusak, dan pada akhirnya Anda memiliki lebih sedikit
down time selama masa pakai aset. Mengurangi down time menghasilkan profit bagi perusahaan.
Keandalan peralatan dan sistem meningkat secara keseluruhan sehingga aset dan lini produksi terus
berjalan tanpa gangguan. Selain itu, pemeliharaan preventif dapat mengurangi jumlah kerusakan tak
terduga dan permintaan pemeliharaan darurat. Hal ini juga dapat mengurangi jumlah uang yang
dihabiskan untuk pembelian, pengiriman, dan pengelolaan suku cadang dalam semalam atau terburu-
buru, yang dapat menjadi mahal seiring waktu.
a. Tidak dapat diprediksi. Karena sebagian besar kegagalan aset tidak dapat diprediksi, sulit
untuk mengantisipasi kapan tenaga kerja dan suku cadang akan dibutuhkan untuk perbaikan.
b. Tidak konsisten. Sifat kegagalan yang terputus-putus berarti perencanaan staf dan sumber
daya yang efisien bisa jadi sulit.
c. Mahal. Semua biaya yang terkait dengan strategi ini perlu dipertimbangkan saat diterapkan.
Biaya ini termasuk biaya produksi dan biaya kerusakan, selain suku cadang langsung dan biaya
tenaga kerja yang terkait dengan pelaksanaan pemeliharaan.
d. Biaya inventaris. Tim pemeliharaan perlu menyimpan suku cadang dalam inventaris, untuk
mengakomodasi kegagalan yang terputus-putus.