Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat


mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Salah satunya
Pendidikan Agama Kristen yang bertujuan untuk meningkatkan potensi
spritual dalam membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia yang mencakup etika, budi pekerti, dan bermoral yang akan
diterapkan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang
Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka
mewujudkan model PAK yang bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai
kristiani dalam kehidupan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar memberikan ruang
yang sama kepada setiap peserta didik dengan keunikan yang berbeda
untuk mengembangkan pemahaman iman kristiani sesuai dengan
pemahaman, tingkat kemampuan serta daya kreativitas masing-masing.
Oleh karena itu guru harus merencanakan kegiatan pengajarannya
secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana
tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum
secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan khususnya
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK).

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh


bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan agama Kristen di sekolah
dasar. Permasalahan tersebut bukan hanya pada peserta didik, tetapi
juga pada tenaga kependidikan, sarana-dan prasarana, kurikulum, dan
faktor pendukung pendidikan lainnya. Peningkatan kualitas pendidikan
tersebut merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas keimanan siswa. Menyadari pentingnya proses
peningkatan kualitas pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Kristen.
Maka pemerintah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui
berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara
lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,
perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar,
serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.

1
Hal tersebut dilakukan untuk mencapai standar nasional
pendidikan sebagaimana telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan, yaitu Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yakni: (1) standar isi, (2) standar proses, (3)
standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan,
(7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian. Standar nasional
pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas, pada hakekatnya menjadi
arah dan tujuan penyelenggaraan pendidikan. Dengan kata lain, standar
nasional pendidikan harus menjadi acuan sekaligus kriteria dalam
menetapkan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.

Salah satu standar yang dinilai berkaitan langsung dengan mutu


Pendidikan pada setiap Satuan Pendidikan adalah standar isi. Dengan
standar isi yang baik maka akan berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan yang akan mendorong terjadinya transformasi dalam
kehidupan peserta didik, terutama dalam menanamkan nilai-nilai iman
kristiani sehingga mutu pendidikan menjadi lebih baik.

B. RUANG LINGKUP BAHASAN

Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas dalam laporan


mengenai standar isi pada SMA Kristen YAPENDIK Banjarmasin
meliputi :
1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan muatan kurikulum yang akan
diterapkan oleh SMA Kristen YAPENDIK Banjarmasin.
2. Beban belajar bagi peserta didik pada SMA Kristen YAPENDIK
Banjarmasin. .
3. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada SMA
Kristen YAPENDIK Banjarmasin.

2
BAB II
LAPORAN HASIL STUDI LAPANGAN

A. PENGERTIAN

Secara garis besar pengertian standar isi adalah ruang lingkup


materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Menurut Permendikbud
Nomor 64 Tahun 2013, standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan
berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik
satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat
kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan
peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan
kompetensi yang berjenjang.

Secara umum, Standar Isi mencakup sasaran (goal) yang


mencakup segala sesuatu yang terdiri dari berbagai aspek yang akan
dicapai dan menjadi pengalaman belajar peserta didik. Hal ini sejalan
dengan pendapat Urdan dalam Ku dan Soulier (2009: 651) bahwa “goals
are generally defined as performance objectives, or what learners want to
achieve”. Artinya, tujuan digambarkan secara umum sebagai sasaran
hasil atau hal yang ingin dicapai siswa. Selain sasaran, Kriedl (2010: 227)
menambahkan bahwa “curriculum purposes typically include the goals,
aims, and objectives an educational program”. Artinya tujuan kurikulum
pada dasarnya terdiri dari sasaran, tujuan dan program pendidikan yang
objektif, sedangkan pengertian Kurikulum merupakan seperangkat/sistem
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman untuk aktivitas belajar mengajar,
artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen
yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai
tujuan.

3
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau
acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas,
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman
dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri,
kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

B. GAMBARAN DILAPANGAN

SMA Kristen di Yayasan Pendidikan Kristen GKE (YAPENDIK


GKE) Banjarmasin berdiri pada tahun 1987 merupakan sekolah tertua
yang ada di Kalimantan Selatan yang berbentuk yayasan. Alumni sekolah
ini telah banyak menghasilkan pemimpin / pejabat di negeri ini. Pada saat
ini SMA Kristen YAPENDIK memiliki 24 orang guru yang terdiri dari 3
orang guru beragama muslim dan sisanya guru beragama Kristen.
Memiliki status 2 orang PNS dan sisanya masih berstatus Guru Tidak
Tetap (GTT). Jumlah siswa disekolah ini berjumlah 60 orang. Hampir 50%
siswa berasal dari Kalimantan Tengah demikian pula guru - guru
disekolah ini berasal dari berbagai suku seperti jawa, batak, dan dayak.
Walaupun sekolah ini berbentuk yayasan Kristen milik GKE namun
sekolah ini memiliki pandangan nasionalisme karena baik guru maupun
siswa berasal dari suku dan agama yang berbeda – beda.
1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan SMA Kristen SMA Kristen
YAPENDIK Banjarmasin
Kurikulum yang dikembangkan oleh SMA Kristen di Yayasan
Pendidikan Kristen GKE (YAPENDIK GKE) Banjarmasin yaitu masih
menggunakan kurikulum KTSP. Sebelumnya sekolah ini menerapkan
kurikulum 2013 namun mereka menemukan kesulitan dalam
pelaksanaan nya karena begitu rumit selain itu dari segi penilaian
harus per siswa membuat waktu tersita sehingga proses belajar
mengajar menjadi terbengkalai, guru menjadi lebih fokus mengurus
administrasi di bandingkan mengurus siswa. Menurut Ibu Siti Ajizah
guru biologi di SMA Kristen YAPENDIK, KTSP lebih mudah diterapkan
karena sudah berlangsung lama sehingga guru lebih menguasai dan
hapal metode setiap materi yang diberikan. Muatan kurikulum sekolah

4
ini terdiri dari mata pelajaran umum dan muatan lokal yang terdiri dari
pelajaran bahasa Jerman dan praktek cara menenun batik sasirangan
khas Kalimantan Selatan. Kegiatan pengembangan diri yang di
lakukan sekolah ini yaitu kegiatan pramuka, silat, tari – tarian daerah,
olahraga basket dan paduan suara. Selain itu diadakan ibadah
bersama baik guru maupun siswa dengan memanggil pendeta sebagai
pemimpin ibadah. Guru di SMA Kristen ini diwajibkan membuat silabus
dan RPP sebagai bahan mengajar dengan berpegang pada buku
pelajaran yang ada dan sebagai bahan pendukung sebagian bahan
ajar di ambil dari internet. Dari segi IPTEK media pendukung sekolah
ini menggunakan LCD walaupun tidak diterapkan setiap hari karena
tidak semua guru dapat menggunakannya alat tersebut. Demikian
halnya dengan sarana prasarana pendukung lainnya seperti bangunan
sekolah, ruang kelas, papan tulis maupun kursi meja untuk siswa
masih usang dan perlu perbaikan namun dana BOS yang diperoleh
tidak tercukupi untuk dilakukan pembaharuan. Dari tenaga pendidik
dalam hal ini yaitu guru yang mengajar disekolah ini sudah sesuai
dengan kompetensinya khususnya Guru Agama Kristen di sekolah ini
memiliki latar belakang pendidikan jurusan agama Kristen bahkan
hingga sampai strata 2 (S2).

2. Beban belajar bagi peserta didik pada SMA Kristen di Yayasan


Pendidikan Kristen GKE (YAPENDIK GKE) Banjarmasin.
Berdasarkan informasi yang didapat, alokasi waktu pada pelajaran
agama Kristen adalah 2 x 45 menit setiap kali pertemuan. Standar
KKM yang terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen
adalah 75 (tujuh puluh lima). Perlu diketahui bahwa Siswa SMA
Kristen tahun ini telah tuntas dalam pelajaran PAK maupun pelajaran
lain sehingga tidak ada siswa yang ketinggalan kelas ataupun tidak
lulus.

3. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada


SMA Kristen di Yayasan Pendidikan Kristen GKE (YAPENDIK
GKE) Banjarmasin
Bagi SMA kristen YAPENDIK Banjarmasin, kelender pendidikan
sangat dibutuhkan sebagai acuan guru dalam menyusun minggu
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.

5
C. GAMBARAN YANG DIINGINKAN
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam standar isi yaitu :
1. Melaksanakan KTSP dengan 8 dokumen muatan kurikulum
yang terdiri dari:
a mata pelajaran;
b muatan lokal;
c kegiatan pengembangan diri;
d pengaturan beban belajar;
e ketuntasan belajar;
f kenaikan kelas dan kelulusan;
g pendidikan kecakapan hidup.
h pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

2. Tujuh prinsip pengembangan KTSP adalah:


a. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan siswa dan lingkungannya;
b. beragam dan terpadu;
c. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
d. relevan dengan kebutuhan kehidupan;
e. menyeluruh dan berkesinambungan;
f. belajar sepanjang hayat; dan
g. seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

3. Tujuh prinsip pelaksanaan kurikulum:


a. dokumen pelaksanaan pengembangan diri untuk layanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan
untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan
menyenangkan;
b. dokumen yang memuat kegiatan ke-5 pilar pembelajaran,
contoh: ibadah/siraman rohani, PMR, pramuka, dan
sebagainya;
c. dokumen program perbaikan dan pengayaan untuk
perbaikan layanan pembelajaran;
d. dokumen tambahan jam pembelajaran untuk prinsip
pengayaan layanan pembelajaran;
e. dokumen pembelajaran di alam untuk prinsip
mendayagunakan kondisi alam;
f. dokumen kegiatan sosial dan budaya untuk prinsip

6
mendayagunakan kondisi sosial budaya; dan

g. dokumen KTSP yang memuat komponen kompetensi mata


pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri berupa :
1) dokumen program pengembangan diri berupa kegiatan
ekstrakurikuler seperti: kepramukaan, kepemimpinan,
Palang Merah Remaja (PMR), Lomba Karya Ilmiah
Remaja (LKIR), pentas seni, olahraga dan lain-lain.
2) dokumen program pengembangan diri berupa kegiatan
layanan konseling yang meliputi: konseling belajar;
konseling pribadi; konseling sosial; dan konseling karir.
4. Kesesuaian standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
dengan indikator-indikatornya, untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal.
5. Tatap muka adalah kegiatan pembelajaran berupa proses I
nteraksi antara siswa dengan guru :

a. kesesuaian alokasi waktu satu jam pembelajaran tatap muka


selama 45 menit;
b. jumlah jam pembelajaran per minggu minimal 32 jam; dan
c. jumlah minggu efektif per tahun minimal 34 minggu.
6. Silabus disusun setiap guru mata pelajaran.
7. Dokumen penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada
KTSP yang disusun oleh sekolah. Unsur yang harus diperhatikan
dalam menentukan KKM adalah:
a. karakteristik siswa, dimaknai dengan tingkat perkembangan
siswa baik psikologis, sosial, maupun latar belakang
lingkungannya;
b. karakteristik mata pelajaran, dimaknai dengan tingkat
kesulitan masing-masing indikator SK, KD untuk setiap mata
pelajaran;
c. kondisi satuan pendidikan dimaknai dengan kelengkapan
sarana dan prasarana serta kualitas SDM.
8. Minimal ada 4 jadwal kegiatan pada kalender akademik antara
lain: awal tahun pelajaran; minggu efektif belajar; waktu
pembelajaran efektif; dan hari libur. Kalender akademik sekolah
disusun berdasarkan standar isi dengan memperhatikan
ketentuan dari pemerintah/ pemerintah daerah untuk
mengetahui waktu ulangan, kegiatan ekstrakurikuler,
pembagian rapor, rapat dengan komite sekolah.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Hal – hal yang akan dibahas dalam laporan di SMA Kristen YAPENDIK
Banjarmasin yaitu meliputi :.
1. SMA Kristen YAPENDIK telah melaksanakan KTSP dengan 7 dokumen
muatan kurikulum yang terdiri dari : mata pelajaran; muatan lokal;
kegiatan pengembangan diri; pengaturan beban belajar; ketuntasan
belajar; kenaikan kelas dan kelulusan; pendidikan kecakapan hidup,
namun 1 dokumen yaitu pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
masih belum terdapat di SMA Kristen YAPANDIK Bamjarmasin.
2. SMA Kristen YAPENDIK telah menerapkan tujuh prinsip pengembangan
KTSP yaitu:
a) Telah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan siswa dan lingkungannya;
b) Prinsip KTSP yang dikembangkan beragam dan terpadu;
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni; dilihat dari media pembelajaran yang menggunakan LCD
walaupun masih dalam tahap penyesuaian dan dilihat juga dari
kegiatan ekstrakulikulernya.
d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan;
e) Menyeluruh dan berkesinambungan;
f) Belajar sepanjang hayat; dan
g) Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.
3. SMA Kristen YAPENDIK telah menerapkan prinsip pelaksanaan kurikulum
antara lain : dokumen pelaksanaan pengembangan diri untuk layanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan diri siswa secara bebas, dinamis, dan menyenangkan;
terdapat pula dokumen yang memuat kegiatan ke-5 pilar pembelajaran,
seperti : ibadah/siraman rohani, pramuka. Dokumen KTSP pun telah
memuat komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal yaitu:
pelajaran bahasa Jerman dan praktek cara menenun batik sasirangan
khas Kalimantan Selatan. dan pengembangan diri berupa silat, tari –
tarian daerah, olahraga basket dan paduan suara. Namun tidak terdapat
layanan kegiatan konseling.
4. Terdapat kesesuaian standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) dengan indikator-indikatornya, untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal.

8
5. Pada SMA Kristen YAPENDIK Banjarmasin terdapat kesesuaian alokasi
waktu satu jam pembelajaran tatap muka selama 45 menit; dengan
jumlah jam pembelajaran per minggu minimal 32 jam; dan jumlah minggu
efektif per tahun minimal 34 minggu.
6. Setiap guru mata pelajaran khususnya mata pelajaran Agama Kristen di
SMA Kristen YAPENDIK Banjarmasin diharuskan menyusun silabus dan
RPP sehingga tenaga pendidik disekolah tersebut sudah melaksanakan
tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru.
7. Dokumen penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada KTSP
yang disusun oleh sekolah SMA Kristen YAPENDIK Banjarmasin telah
memperhatikan unsur – unsur yang ada. Sehingga tidak terdapat siswa
yang tidak naik maupun tidak lulus. Namun, masih ada satu kendala
yang perlu diperhatikan yaitu mengenai kurang mendukungnya sarana
dan prasarana yang ada di SMA Kristen YAPENDIK hal tersebut
dikarenakan kurangnya perhatian dari Yayasan itu sendiri maupun dari
pihak pemerintah.
8. SMA Kristen YAPENDIK memiliki jadwal kegiatan pada kalender
akademik antara lain: minggu efektif belajar; waktu pembelajaran efektif;
dan hari libur. Kalender akademik sekolah disusun berdasarkan standar
isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah.

9
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan dalam
proses standar isi pada SMA Kristen YAPENDIK adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kurikulum KTSP tercapai dengan baik, terdapat muatan
kurikulum yaitu kegiatan pengembangan diri / ekstrakulikuler untuk
meningkatkan kualitas dan kreatifitas siswa.
2. Ketuntasan belajar, kenaikan / kelulusan kelas dan KKM di SMA Kristen
YAPENDIK telah sesuai dengan harapan.
3. SMA Kristen YAPENDIK menggunakan kalender pendidikan sebagai dasar
panduan dalam proses belajar mengajar.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut :
1. SMA Kristen YAPENDIK kedepannya agar lebih siap dalam menerapkan
kurikulum 2013 yang telah ditentukan oleh pemerintah.
2. YAPENDIK GKE Banjarmasin hendaknya memperhatikan dan mengangkat
guru tetap pada SMA Kristen YAPENDIK Banjarmasin agar pendidikan
dapat terlaksana dengan maksimal.
3. YAPENDIK GKE Banjarmasin agar lebih memperhatikan sarana prasarana
pendukung sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan
baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan, Eureka. “Pengertian Standar Isi dan Standar”. 13 Mei 2015.


http://www.eurekapendidikan.com/2015/05/13pengertian-standar-isi-dan-standar.html

Hilalku. “Laporan Tahunan Pengawas”. 03 Maret 2011.


Htpp://hilalku.blogspot.co.id/2011/03/03laporan-tahunan-pengawas.html

10

Anda mungkin juga menyukai