TESIS
OLEH:
NORA FEBRIYANA
NIM. 1910246946
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
pesat hal ini sangat berdampak pada pencari kerja, pekerja, dan kualifikasi tenaga
kerja. Persaingan kualitas sumber daya manusia semakin ketat di segala sektor
kehidupan. Melalui program pendidikan, salah satu upaya yang dijalankan untuk
membentuk sumber daya manusia sebagai tenaga kerja professional yaitu dengan
formal.
dunia kerja (Urip & Kuat, 2021). Diharapkan setelah lulus dari pendidikan
sekolah menengah kejuruan siswa memiliki kesiapan kerja yang baik dapat
merespon atau menjawab dengan cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi
yang dihadapi (Riwayati & Santoso, 2022). Kesiapan kerja yaitu kemampuan
dunia kerja, kemampuan tersebut dapat berupa pengetahuan dan keahlian serta
Harapan dengan memiliki kesiapan kerja yang baik siswa nantinya bisa
2
kerja dari siswa kelas XII program keahlian akuntansi. Menunjukan siswa kelas
menyatakan bahwa mereka siap untuk bekerja setelah lulus, 2% masih ragu-ragu,
24% menyatakan siswa akan melanjutkan ke perguruan tinggi dan 9% siswa ingin
Siswa kelas XII keahlian akuntansi menyatakan memiliki kesiapan kerja hanya
ditinjau dari keinginan mereka untuk siap bekerja dan semangat belajar dari
menyatakan bahwa 60% siswa siap untuk bekerja, 15% siswa akan melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, 5% siswa masih ragu-ragu dan 20% siswa ingin
Siswa kelas XII keahlian akuntansi menyatakan memiliki kesiapan kerja hanya
ditinjau dari keinginan mereka untuk siap bekerja dan semangat belajar dari
siswa sebagian besar menyatakan siap bekerja akan tetapi dikenyataannya banyak
lulusan yang masih belum bekerja, data penelurusan lulusan yang diperoleh dari
3
Tabel 1.1 Data Penelusuran Lulusan Siswa Jurusan Akuntansi Tahun 2021
SMKN Pekanbaru
Melanjutkan
Bekerja Ke Perguruan Wirausaha Belum
Jumlah
No Nama Sekolah Tinggi Diketahui
Data dari Tabel 1.1 menunjukan lulusan SMKN 1 Pekanbaru dan SMKN 6
Pekanbaru hanya sebagian saja yang sudah bekerja. Selain bekerja lulusan juga
ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, dalam data yang diperoleh juga
terdapat lulusan yang kuliah dan juga terdapat lulusan yang berwirausaha
kesenjangan dimana para siswa mereka menyatakan bahwa mereka siap bekerja
yang paling tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lain. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), jumlah tingkat pengangguran pada Februari 2022 sebanyak
lainnya seperti SMA 8,35%, kemudian disusul D-IV, S1, S2, S,3 sebesar 6,7%
Hal ini menunjukkan salah satu bukti bahwa belum semua lulusan SMK
secara nasional lulusan SMK yang bisa langsung memasuki dunia kerja sekitar
4
80-85% sedang selama ini yang terserap baru 61%.
SMK Negeri 1 & SMK Negeri 6 Pekanbaru yaitu salah satu SMK yang
ada di Kota Pekanbaru. Berikut yaitu nilai rata-rata praktik kerja industri siswa
kelas XII program keahlian akuntansi tahun ajaran 2022-2023. Hal ini dapat
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata praktik kerja industri yang
dicapai oleh siswa yaitu dengan nilai rata-rata di atas 80,00 dengan predikat baik.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa rata-rata sudah bisa mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan dengan nilai KKM 75,00. Tetapi ketika kita mengetahui bahwa
lulusan SMK masih banyak yang menganggur, masih belum sesuai harapan,
apakah kompetensi yang dicapai pada saat praktik kerja industri cukup untuk
industri bisa menjadi acuan bahwa siswa telah siap bekerja dengan memiliki
kesiapan kerja yang baik dan mampu membawa dirinya masuk ke dunia kerja
serta memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja, atau terdapat faktor
lain yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kesiapan kerja yaitu kecerdasan emosional yang berasal dari dalam
5
diri siswa sebesar 80% dari pada kecerdasan intelektual hanya 20% (Sabilah et
al., 2021).
perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola emosi dengan baik
dalam diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Ardiansyah, 2022).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Fitriani et al., 2021) ada pengaruh
diri sendiri maupun orang lain agar bisa terjalin komunikasi dan kerja sama yang
baik antar siswa tersebut. Selain itu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja
yaitu pengalaman praktik kerja (Urip & Kuat, 2021). Praktik kerja industri
berperan penting dalam memberikan bekal bagi lulusan SMK untuk beradaptasi
dengan lingkukan kerja (Nagari et al., 2020). Teori tersebut sesuai dengan
pendidikan SMK yang bertujuan agar siswa SMK memiliki kesiapan kerja setelah
mereka yang lulus dalam praktik kerja industri akan memiliki peluang sebagai
simultan, praktik kerja industri, bimbingan karir, dan informasi dunia kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja siswa. sebesar 46,6%.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh (Liyasari & Suryani, 2022),
6
penelitian menunjukan praktik kerja industri berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesiapan kerja sebesar 4,49%. Membangun kesiapan kerja bagi siswa
soft skill yang dimiliki siswa SMK menjadi salah satu penyebab tingginya
jumlah pengangguran lulusan SMK. Soft skill memiliki peran penting dalam
dengan penelitian (Fatimah, 2022), terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
interpersonal soft skill dan intrapersonal soft skill siswa SMK terhadap kesiapan
kerja yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel interpersonal soft skill
sebesar 0,039 dan variabel soft skill intrapersonal sebesar 0,026 yang lebih kecil
dari 0,05.
(Afriadi et al., 2018). Self-eficacy dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa
7
melaksanakan tugas atau mencapai hasil yang diharapkan (Setiawan & Suryono,
2022).
dengan penelitian (Syofyan, 2021) terdapat hubungan positif sebesar 35,7% antara
semakin tinggi pula kesiapan kerja siswa yang sedang menempuh pendidikan.
paling tinggi, namun ternyata kenyataannya berbeda. Realisasi tujuan SMK untuk
terwujud karena masih banyaknya alumni SMK yang belum terserap ke dunia
kerja.
yang kurang termanfaatkan dengan baik. Soft skill keterampilan siswa masih
temuan tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan dengan judul
8
1.2 Rumusan Masalah
3. Apakah soft skill berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMKN Kota
Pekanbaru ?
Pekanbaru ?
5. Apakah kecerdasan emosional, praktik kerja industri, soft skill, dan self-
3. Untuk menganalisis pengaruh soft skill terhadap kesiapan kerja siswa SMKN
Kota Pekanbaru.
9
4. Untuk menganalisis pengaruh self-efficacy terhadap kesiapan kerja siswa
soft skill, dan self-efficacy terhadap kesiapan kerja siswa SMKN Kota
Pekanbaru.
praktik kerja industri, soft skill, dan self-efficacy terhadap kesiapan kerja.
Penelitian ini ditinjau dari manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
b. Penelitian ini juga memberikan masukan bagi PEMKOT setempat dalam hal
c. Penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi siswa untuk lebih
10
d. Penelitian ini juga menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan
siswa.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Terminologi kesiapan kerja dibentuk dari dua kata yaitu kesiapan dan kata
kerja. Kata atau istilah kesiapan dapat diartikan sebagai suatu kondisi psikologis
perbuatan yang dilakukan individu baik secara mental maupun fisik. Kesiapan
yaitu kesiapan untuk merespon atau bereaksi (Diani, Treska & Sumiati, 2018).
kesiapan kerja secara lebih jauh mengandung arti tidak sekedar siap kerja
dapat berupa pengetahuan dan keahlian serta perilaku dan sikap yang baik
12
dengan perubahan peran dan tempat dalam organisasi yang sama (Riwayati &
2018). Kesiapan kerja merupakan tolak ukur bahwa lulusan memiliki sikap dan
atribut yang mengarahkan mereka untuk siap bekerja dan berhasil di dunia kerja
yang diperlukan pada setiap pekerjaan. Bukan hanya untuk mendapatkan suatu
didapatkan (Syandianingrum & Wahjudi, 2021). Kesiapan kerja bagi lulusan yaitu
membuat kondisi dimana seseorang merasa siap, mampu memilih dan diterima
(Riwayati & Santoso, 2022). Praktik kerja industri (Prakerin) akan memberikan
pengalaman kerja nyata di dunia kerja kepada siswa SMK dan membekali siswa
tugas atau pekerjaan dan hal lainnya sebagai reaksi dari adanya respon yang
13
kerja kesediaan siswa untuk dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu yang
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama dengan orang lain.
teknologi.
keahlian.
nilai dan sikap (Lestari et al., 2019). Indikator kesiapan kerja meliputi motivasi
kritis, bertanggung jawab, mampu beradaptasi, dan memiliki ambisi untuk maju.
14
Indikator kesiapan kerja (Riwayati & Santoso, 2022), kondisi fisik,
logis dan objektif, kemampuan bekerja sama dengan orang lain, sikap tanggung
alat ukur pada penelitian ini kesiapan kerja mengacu pada teori yang indikator
kesiapan kerjanya Riwayati dan Santoso (2022) yaitu: kondisi fisik, mental,
fisik temporer (lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain) dan yang permanen (cacat
motif dan tujuan disini kebutuhan yang disadari dan yang tidak disadari.
berbuat melalui motif dan tujuan yang dimiliki. Keterampilan, pengetahuan dan
pengertian lain yang telah dipelajari akan manambah kesiapan untuk melakukan
dikemukakan tersebut dapat melengkapi pendapat ahli yang lain sehingga dapat
mencakup lebih banyak poin dalam melihat kesiapan kerja siswa SMK.
Wiyono, 2022):
15
perkembangan, sedangkan perkembangan ini berhubungan dengan fungis-
stabil, disini anak sudah mulai berfikir dahulu sebab-akibat yang mungkin
kerja yang sempurna, dapat mengendalikan waktu dengan baik, dan mampu
16
b. Flexibility (mudah menyesuaikan), tercermin dengan kemampuan individu
dari atasan maupun rekan kerja, dan handal dalam mengajukan bantuan,
pujian atau kritikan, serta kemampuan individu untuk segan dan berteman
atas kompetensi diri yang dimiliki, keyakinan atas kemampuan diri yang
dimiliki, toleransi, kepercayaan dan rasa percaya diri yang ada dalam diri.
f. Health and safety (kesehatan dan keselamatan), merupakan individu yang siap
peraturan ketenagakerjaan.
Aspek kesiapan kerja selanjutnya terdiri atas (Muspawi & Lestari, 2020):
17
a. Keterampilan, dalam hal ini mencakup kompetensi yang diperlukan untuk
dalam bidangnya maka dari itu dasar sebagai siswa patut memiliki wawasan
yang luas.
c. Pemahaman, yaitu kecakapan siswa untuk fasih dalam suatu hal, yang dapat
waktu yang baik, siswa yang selalu berpikir kritis atas segala hal, cakap dalam
aspek dari kesiapan kerja siswa yang sudah memiliki kesiapan dalam bekerja
yang bertanggung jawab dan percaya diri terhadap hasil kerjanya, fleksibel dalam
18
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja diantaranya
sebagai berikut faktor kesiapan kerja terbagi menjadi dua, yaitu faktor individu
penampilan, sedangkan faktor sosial yaitu bimbingan dari orang tua, kondisi
teman sebaya, keadaan masyarakat sekitar dan lain-lain (Riwayati & Santoso,
2022), begitu juga kesiapan kerja dipengaruhi beberapa faktor, antara lain yaitu
kecerdasan.
mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri, serta
mengelola emosi baik diri sendiri juga terhadap orang lain (Ardiansyah, 2022).
lain, mengatasi tantangan yang ada, hingga meredam konflik yang timbul ini
menyiratkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan
Sehingga dalam dunia kerja tidak selamanya kita bekerja sendiri dalam
menyelesaikan pekerjaan, kita dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tim dan
menghadapi banyak karakter orang agar hasil kerja diperoleh dengan sangat
19
kerja dalam menghadapi kenyataan dan tantangan permasalahan kerja sehingga
di masa depan.
motivasi dan harapan memasuki dunia kerja (Urip & Kuat, 2021). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesiapan kerja yaitu pengalaman praktik (N. A. Puspitasari &
Bahtiar, 2022). Praktik kerja industri berperan penting dalam memberikan bekal
bagi lulusan SMK untuk beradaptasi dengan lingkukan kerja (Nagari et al., 2020).
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh (Liyasari & Suryani, 2022),
yang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tingkah laku dalam bekerja,
dengan pengalaman praktik kerja industri, siswa menjadi lebih terlatih untuk
disiplin, mampu beradaptasi, bekerja sama dengan orang lain dan menjunjung
diantaranya (Riyanti & Kasyadi, 2021), faktor-faktor yang bersumber pada diri
20
aspirasi, pengetahuan sekolah atau pendidikan sambung, pengetahuan tentang
Terdapat pengaruh positif soft skill siswa SMK terhadap kesiapan kerja
(Fatimah, 2022). Soft skill dapat dipahami keterampilan interpersonal dan sosial,
termasuk perilaku dan sikap, yang mempengaruhi cara berinteraksi, dengan orang
lain dan kesuksesan karier mereka (O’shea et al., 2022). Soft skill dapat
waktu yang baik, setiap individu dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu tanpa
mengesampingkan kualitas. Jika siswa memiliki ide, inovasi, kritik, saran atau
dibutuhkan dan kemampuan yang paling dicari di dunia kerja saat ini dan sangat
persaingan bisnis dan industri (Afriadi et al., 2018). Self-eficacy keyakinan siswa
dalam melaksanakan tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu
kesiapan kerja, sehingga semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi pula
21
Self-efficacy bertumpu pada keyakinan seseorang. Seseorang dengan self-
internal dan faktor eksternal (Khotimah, Iim & Wiyono, 2022). Faktor internal
antara lain seperti, nilai-nilai kehidupan (value), taraf intelegensi, bakat khusus,
daerah, status sosial ekonomi keluarga., pengaruh dari seluruh anggota keluarga
itu ada faktor internal dan eksternal, kecerdasan emosional, praktik kerja industri,
soft skill, self-efficacy, bakat, minat, motivasi, sikap, kepribadian, nilai, hobi,
sebaya, kondisi ekonomi keluarga, dan lainnya, yang menjadi faktor sangat
secara positif, bisa berkomunikasi secara efektif, berempati dengan orang lain,
tinggi akan mencapai kesiapan kerja yang tinggi pula. Selain itu faktor yang
sangat mempengaruhi kesiapan kerja yaitu pengalaman praktik kerja. Faktor yang
22
sangat mempengaruhi kesiapan kerja lainnya ada soft skill, dapat meningkatkan
setiap siswa dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, siswa memiliki ide,
inovasi, kritik, saran mereka dapat mengemonikasikannya dengan baik. Soft skill
sangat dibutuhkan sangat berguna untuk kesiapan kerja siswa. Selanjutnya self-
meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mengadapi persaingan bisnis dan
industri.
Ciri-ciri siswa yang mempunyai kesiapan kerja yaitu siswa yang memiliki
Kesiapan kerja yaitu sikap yang patut dimiliki siswa seraya dalam
menemui dunia kerja. Timbulnya kesiapan kerja pada siswa ditandai dengan
adanya pertimbangan hal hal berikut ini (Riyanti & Kasyadi, 2021):
a. Mempunyai pertimbangan yang logis dan objektif. Kecukupan usia siswa akan
23
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama dengan orang
kolaborasi dengan rekan di dunia kerja, dalam hal ini siswa patut
bertindak. Menilai disini berlaku untuk kekeliruan atas diri sendiri dan orang
Kesiapan kerja yaitu kondisi seseorang yang sudah siap berdasarkan tingkat
tanggapan dengan cara tertentu dalam suatu situasi tertentu. Selain itu juga
merupakan kondisi yang serasi antara kematangan fisik, mental serta pengalaman
24
siswa sehingga siswa mampu melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah laku
Kecerdasan emosi terdiri atas dua kata, yaitu kecerdasan dan emosi.
dengan hal yang lain sebagai bentuk adaptasi dan penyelesaian masalah atau
interaksi yang sangat rumit di antara faktor subyektif dan objektif yang diturunkan
dari sistem saraf atau hormonal dari manusia (Mukaroh & Nani, 2021).
mengelola, dan mengendalikan perasaan dan emosi seseorang dan orang lain
dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus
25
Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya itu saja, pandangan baru
emosi dan lain-lain yang harus dikembangkan juga, kecerdasan yang dimaksud
yang menjadi pusat prinsip untuk mampu memberikan rasa aman, pedoman,
semangat dan ketekunan serta kemampuan memotivasi diri sendiri (Diputra &
sendiri dan orang lain serta membina hubungan baik dengan orang lain dalam
kehidupan pribadi dan sosial (Riwayati & Santoso, 2022). Kecerdasan emosional
emosinya sendiri, serta kemampuan untuk memahami emosi orang lain (empati),
serta kemampuan dalam bekerja sama (Rokhim & Prakoso, 2022). Dengan
mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-
perasaan orang lain dengan efektif. Ada lima dimensi atau komponen kecerdasan
26
keterampilan sosial (social skills). Terdapat empat dimensi kecerdasan emosional
memahami dan respon pada perasaan orang lain sewaktu memahami jaringan
menangani konflik.
diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain,
yaitu mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri sendiri, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang
27
Indikator kecerdasan emosional yaitu: keuletan, optimisme, motivasi diri,
lima indikator yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan
dikemukakan oleh beberapa ahli, maka pada penelitian ini indikator yang
mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri sendiri, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang
lain.yaitu mampu mengenali emosi yang sedang dirasakan diri sendiri, mampu
bahwa kecerdasan emosional memiliki lima aspek penting yaitu pengenal diri (self
Mengenali emosi diri yaitu kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu
b. Pengendalian emosi
28
Pengendalian emosi yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap
dengan pas, hal ini dapat terjadi jika memiliki kecakapan-kecakapan dalam
mengenali emosi.
e. Keterampilan sosial
orang banyak atau masyarakat mampu memahami serta bertindak bijaksana dalam
tersebut meliputi:
29
berusaha dan mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidupnya,
menyadari perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat berempati pada orang
lain, dapat mengendalikan mood atau perasaan negatif, memiliki konsep diri
yang positif, mudah menjalin persahabatan dengan orang lain, mahir dalam
tujuan hidup dan cita-cita yang tidak jelas, mudah putus asa, kurang peka
terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, tidak dapat mengendalikan
perasaan dan mood yang negatif, mudah terpengaruh oleh perasaan negatif,
memiliki konsep diri yang negatif, tidak mampu menjalin persahabatan yang
baik dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dan
(Asikin, 2017):
baru.
30
h. Memiliki sikap dan sifat perfeksionis serta teliti.
diri sendiri.
sebuah masalah yang membuat frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
pada dunia usaha dan dunia industri (DUDI) relevan dengan bidang kompetensi
terkait yang bekerja sama dengan sekolah, hal ini untuk mendorong tercapainya
Prakerin yang juga disebut on the job training (OJT), dimaknai sebagai
model pelatihan guna memberi kecakapan yang penting guna pekerjaan tertentu
31
sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi pekerjaan (M. Puspitasari & Patrikha,
sebagai akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya,
mencapai suatu tingkat keahlian profesi tertentu (N. A. Puspitasari & Bahtiar,
2022).
Secara garis besar, pengalaman terbagi terjadi dua, yaitu: (a). Pengalaman
karena adanya partisipasi langsung dan berbuat; (b). Pengalaman pengganti yang
diperoleh melalui observasi langsung melalui gambar, symbol, grafis dan kata-
kata (Riyanti & Kasyadi, 2021). Pengalaman melalui praktik kerja industri
industri tersebut terlibat langsung secara fisik dan psikologis untuk melakukan
tindakan yang telah ditentukan baik secara rencana sampai pelaksanaan. Program
32
yang diadakan bagi SMK untuk proses pembelajaran melalui kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja yang bersifat wajib diikuti oleh siswa SMK dalam jangka
dan menguasai baik secara pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada profesi
tertentu dengan baik. Praktik kerja industri kegiatan pendidikan pelatihan dan
pembelajaran bagi siswa SMK yang dilakukan di dunia usaha atau dunia industri
Indikator praktik kerja industri (Pujianto & Arief, 2017) yaitu: (a)
mempelajari kecakapan dasar, (e) familiar dengan dasar proses kerja dan alat
Indikator praktik kerja industri (Khadifa et al., 2018) yaitu: (a) Relevance,
kesesuaian materi dan bidang siswa dengan keahlian yang dimiliki saat
praktik, dan evaluasi (Riwayati & Santoso, 2022). Indikator praktik kerja industri
praktik kerja industri (prakerin) yang digunakan antara lain: (a) Pengalaman
33
praktis dan kerja produktif, (b) Keterkaitan pekerjaan dengan yang dilakukan di
sekolah, (c) Familiar dengan dasar serta proses kerja dan alat kerja, (d)
jawab dan sikap yang berhubungan dengan keahlian peserta didik serta
beberapa para ahli, maka pada penelitian ini indikator yang akan digunakan yaitu
program yang ada di SMK. Oleh karena itu praktik kerja industri yaitu program
bersama antara SMK dan industri yang dilaksanakan pada dunia usaha atau dunia
lain: (a) Pengalaman praktis dan kerja produktif, (b) Keterkaitan pekerjaan dengan
yang dilakukan di sekolah, (c) Familiar dengan dasar serta proses kerja dan alat
kerja.
dengan praktik yang diperoleh selama pelaksanaan prakerin dalam dunia usaha
Nomor 50 tahun 2020, pasal 3 tentang praktik kerja lapangan menjelaskan bahwa
34
a. Membentuk dan mengembangkan perilaku dan karakteristik dan kebiasaan
memperoleh pengalaman bekerja secara langsung dalam dunia usaha atau dunia
kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang
2021):
35
c. Siswa memiliki kesempatan dan kesempatan untuk memecahkan berbagai
manfaat bagi siswa untuk memperoleh pengalaman dalam dunia kerja dan
bermaksud untuk menciptakan ilmu, keahlian, dan etos kerja yang selaras dengan
wawasan dunia kerja kepada siswa, yang diperoleh melalui tenaga ahli yang
kesiapan kerja siswa dalam memperoleh pekerjaan. Dan manfaat praktik kerja
industri ketika mengikuti praktik kerja industri, siswa dapat melatih untuk
dunia kerja (praktik kerja industri), dapat mengenal dan menghayati lingkungan
kerja, yang pada akhirnya siswa siap bekerja di dunia kerja. dunia usaha dan dunia
36
sebuah solusi bersama orang lain didalam sebuah bidang pekerjaan dan menurut
Klaus, soft skill merupakan suatu hal kepribadian, sosial, komunikasi dalam
cakupan dari kesadaran diri dalam berfikir kritis, pemecahan masalah, mengambil
resiko serta memanajemen waktu dalam pengendalian diri integritas, rasa percaya
diri, empati, berinisiatif, dan bersikap, layak dipercaya, sifat berhati-hati, serta
2022).
2021).
yang harus dimiliki siswa atau diperlukan untuk mencapai kesuksesan baik itu
37
a. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal skill).
c. Kepemimpinan (leadership).
Indikator soft skill yaitu integritas, komunikasi lisan salah satu unsur
penting dalam hampir setiap pekerjaan, sopan santun dalam bertutur kata dan
masyarakat, pendidikan (Ratuela et al., 2022). Indikator soft skill yang dilatih
terdiri atas 6 aspek yaitu percaya diri, inisiatif, kreatifitas dan inovasi,
indikator Fatimah (2022), soft skill yaitu komunikasi lisan, sopan santun,
untuk melihat soft skill siswa. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa
38
Prinsip merupakan sesuatu hal yang hakiki dan alami. Karena sifatnya
memberikan dampak bagi pelakunya Prinsip bersifat tetap walaupun situasi dan
kondisi berubah. Dengan demikian prinsip, seperti juga nilai-nilai, menjadi pokok
dasar berpikir dan bertindak. Soft skill memiliki beberapa prinsip yaitu, (Teguh,
2012):
Manfaat Soft skill sangat penting dalam keberhasilan karir karena banyak
demikian kemampuan dalam berinteraksi dan berelasi yaitu hal penting dalam
dunia kerja. Soft skill dapat membuat seseorang mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mengelola stres kerja, bekerja sama dalam tim dan mendorong relasi
yang baik dengan rekan kerja, atasan, hingga pihak eksternal lainnya (Sandroto,
2021).
hakiki mendorong soft skill dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang baik sehingga
memberikan kebaikan bagi para siswa. Siswa dengan soft skill yang baik,
cenderung memiliki tingkat retensi lebih tinggi di tempat kerja dari pada yang
hanya mengandalkan hard skill saja. Keterampilan interpersonal yang baik juga
39
b.5 Self-Efficacy
yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Ratuela et al., 2022)
Seseorang yang mempunyai keyakinan diri yang tinggi cenderung akan bersikap
optimis untuk meraih suatu tujuan yang ingin dicapai (Syandianingrum &
Self-efficacy yaitu keyakinan penuh pada diri sendiri, optimisme dan harapan
untuk memecahkan masalah tanpa merasa putus asa. Ketika seorang individu
(Damayantie & Kustini, 2022). Self-efficacy merupakan bagian yang penting dari
40
kemampuan yang dimiliki dapat menyelesaikan tugas masalah yang dihadapi
(N. A. Puspitasari & Bahtiar, 2022). Sehingga saat siswa memiliki self-efficacy
yang tinggi maka akan berpengaruh terhadap level kesiapan mental yang ada
dalam diri siswa akan semakin kuat. Self-efficacy memiliki beberapa peran, yaitu
(Oktariani, 2018):
kerjanya nantinya. Saat siswa memiliki self-efficacy yang tinggi maka individu
2. Indikator Self-Efficacy
Indikator self-efficacy terdiri dari tiga indikator (Irma, 2018), yaitu level
a. Level atau magnitude, yang terdiri dari empat indikator antara lain: Perilaku
41
baik tugas yang mudah maupun yang sulit, kemampuan dalam
mengerjakan tugas.
b. Strengh atau kekuatan, yang terdiri dari indikator sebagi berikut: ketekunan
konsistensi diri.
dalam bekerja.
sesuatu (mastery experience), modeling sosial, persuasi sosial, kondisi fisik dan
beberapa ahli, maka pada penelitian ini indikator yang akan digunakan adalah
mengacu indikator yang dikemukakan Irma (2018), yaitu level atau magnitude,
42
strength dan generality, yaitu 1) Level atau magnitude, yang terdiri dari empat
kemampuan dalam menyelesaikan tugas baik tugas yang mudah maupun yang
sulit, kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang paling sulit, dan berusaha
maksimal dalam mengerjakan tugas. 2) Strengh atau kekuatan, yang terdiri dari
yang dapat dibagi menjadi beberapa indikator, antara lain: kemampuan dalam
3. Dimensi Self-Efficacy
dia miliki, membuat dia tidak pantang menyerah ketika menghadapi permasalahan
melakukan tindakan yang baik atau buruk, melakukan apa yang benar atau
salah, dan/atau melakukan apa yang diminta dari seseorang (Tyas et al., 2022).
43
Berdasarkan penjelasan dimensi self-efficacy pengetahuan dan pengalaman
keyakinan siswa terhadap diri yang tinggi, akan mampu untuk mendorong
kesiapan siswa dalam bersaing di dunia industri maupun dunia usaha, karena dia
percaya dengan kemampuan yang telah dimiliki dia mampu untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang akan datang, serta akan membuatnya mampu untuk
4. Aspek-Aspek Self-Efficacy
Aspek self-efficacy yaitu tingkat kesulitan tugas, bidang tugas dan tingkat
seseorang dapat dilihat dari aspek-aspek self-efficacy. Ada tiga aspek dalam self-
efficacy yaitu Level, Strength, dan Generality yaitu (Khadifa et al., 2018).
a. Level
Aspek ini berkaitan dengan kesulitan tugas, apabila tugas - tugas yang
b. Strength
44
memiliki self-efficacy yang kuat tekun dalam meningkatkan usahanya meskipun
c. Generality
Aspek ini berhubungan luas dengan bidang tugas atau tingkah laku.
kepercayaan diri dalam situasi tidak menentu mengandung kekaburan dan penuh
yang muncul, keyakinan akan kemampuan mencapai target yang telah ditetapkan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sapriadi et al., 2019) teknik analisis data
menggunakan metode analisis jalur. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kerja
Penelitian lain yang berkaitan yang dilakukan oleh (Riwayati & Santoso,
jalur dan uji Sobel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik kerja industri
45
(Prakerin), kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesiapan kerja, baik secara langsung maupun melalui motivasi kerja. Berdasarkan
kerja siswa.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Nagari et al., 2020), hasil dari
penelitian ini pengaruh praktik kerja jurusan akuntansi terhadap kesiapan calon
kerja. Penelitian yang dilakukan oleh (Urip & Kuat, 2021), hasil penelitian
siswa SMK dan diketahui bahwa magang dapat memberikan kontribusi terhadap
kerja SMK dan diperoleh bahwa SMK bimbingan dapat memberikan kontribusi
terhadap kesiapan kerja siswa SMK dan diketahui bahwa motivasi berprestasi
motivasi berprestasi terhadap kesiapan kerja siswa SMK artinya secara bersama-
sama kontribusi seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat, sisanya oleh
variabel dan faktor lain diluar penelitian ini yang tidak dijelaskan oleh peneliti.
analisis data menunjukkan bahwa (1) soft skill berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesiapan kerja. (3) Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
46
terhadap kesiapan kerja. (4) Aktivitas organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesiapan kerja. Oleh karena itu, kesiapan kerja siswa dapat
ditingkatkan dengan menggunakan soft skill, efisiensi diri, motivasi, dan aktivitas
organisasi.
dengan pekerjaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja yaitu
kecerdasan emosional, praktik kerja industri, soft skill, dan self-efficacy sebagai
berikut:
positif kecerdasan emosional terhadap kesiapan kerja. Seorang yang mau terus
kerja memiliki pengaruh yang signifikan dan positif, kesiapan kerja akan
tetapi dalam dimensi mengelolah emosi mendapatkan hasil paling rendah oleh
karna itu dapat ditingkatkan lagi dengan mengatur emosi dan perasaan diri serta
dapat menunjukkan emosi dan perasaan dengan tepat sesuai dengan kondisi yang
47
tantangan, ketidakpastian, dan konflik di dunia kerja. Sehingga, dapat dipahami
praktik kerja industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja.
kesiapan kerja siswa, keberhasilan tersebut dapat berupa pengalaman yang akan
mempengaruhi pola pikir, sikap, dan ringkah laku dalam bekerja, dengan
pengalaman praktik kerja industri siswa menjadi lebih terlatih untuk berani
mampu beradaptasi, bekerja sama dengan orang lain dan menjunjung sikap yang
benar.
antara praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa. Siswa diharapkan
melaksanakan praktik kerja industri maksimal dan siswa lebih siap memasuki
dunia kerja. Siswa diharapkan mampu bekerja sama dan berani menerima
pelaksanan praktik kerja industri dengan dunia industri. Sehingga, dapat dipahami
bahwa siswa dengan praktik kerja industri yang baik akan membuat kesiapan
48
3. Pengaruh Soft Skill Terhadap Kesiapan Kerja
ditimbulkan bersifat positif yang berarti bahwa semakin tinggi soft skill yang
berhubungan dengan orang lain, tentu soft skill mempengaruhi kesiapan kerja,
dimana pada saat siswa akan berinteraksi dengan banyak orang dan menemui
persiapan siswa dalam menghadapi dunia kerja tentunya dengan membekali siswa
semakin tinggi pula kesiapan kerja siswa. Menurut Prisrilia & Widawati (2021)
49
kesiapan kerja seseorang sehingga tingkat kesiapannya akan mempengaruhi
persaingan industri.
Berdasarkan uraian ini terdapat kaitan yang sangat erat dimana keempat
variabel tersebut saling keterkaitan, semakin matang kesiapan kerja siswa. Maka
praktik kerja industri, memiliki soft skill, dan self-efficacy diharapkan memiliki
kesiapan kerja yang baik. Garis besar penelitian ini yaitu melihat pengaruh
kecerdasan emosional, praktik kerja industri, soft skill, dan self-efficacy terhadap
Self-Efficacy (X4)
50
b.8 Hipotesis Penelitian
Kota Pekanbaru.
H2. Praktik kerja industri berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMKN
Kota Pekanbaru.
H3. Soft skill berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMKN Kota
Pekanbaru.
Pekanbaru.
H5. Kecerdasan emosional, praktik kerja industri, soft skill, dan self-efficacy
51
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat yaitu
kesiapan kerja dan 4 variabel bebas yaitu meliputi kecerdasan emosional, praktik
kerja industri, soft skill dan self efficacy. Untuk menjelaskan masing-masing
variabel, pada bagian ini disajikan deskripsi variabel yang berupa nilai maksimal,
nilai minimal, mean, standar deviasi, tabel distribusi frekuensi dan deskripsi
Berdasarkan Tabel 4.1 deskripsi variabel penelitian ini sebagian besar rata-
rata skor siswa menjawab pada angket kesiapan kerja sebesar 66,8 disini
52
motif dan tujuan, kesiapan keterampilan dan pengetahuan lebih mendominasi dari
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa secara umum indikator variabel
kesiapan kerja siswa berada pada kategorikan siap pada indikator kesiapan
kebutuhan, motif dan tujuan, maka artinya siswa ingin bekerja agar dapat
mencukupi kebutuhannya setelah lulus SMK dengan ingin mencari pekerjaan dan
tidak bergantung kepada orang tua, dengan rata-rata skor tertinggi yaitu 3,56.
SMK sebagai salah satu lembaga yang mempersiapkan tenaga kerja dituntut untuk
memiliki kesiapan diri dapat langsung bekerja tanpa harus membutuhkan waktu
yang lama. Harapan dengan memiliki kesiapan kerja siswa nantinya bisa dengan
53
Berdasarkan hasil jawaban responden masing-masing indikator kesiapan
kerja maka akan didapatkan hasil rata-rata skor secara keseluruhan dapat dilihat
dikategorikan dalam 4 kategori untuk kesiapan kerja yaitu (SS) Sangat Siap, (S)
Siap, (CS) Cukup Siap, (KS) Kurang Siap. Distribusi frekuensi data kesiapan
SMKN Kota Pekanbaru memiliki tingkat kesiapan kerja pada kategori siap yaitu
sebanyak 66 siswa atau 44.9% kesiapan kerja dalam hal ini kesiapan kondisi fisik,
mental, dan emosional, dalam hal kesiapan kebutuhan, motif, tujuan, kesiapan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh siswa SMK yang notabene
dididik untuk menjadi lulusan yang siap bekerja. Oleh karena itu kesiapan kerja
wajib dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini berarti siswa di SMKN Kota Pekanbaru
54
Tabel 4.4 Deskripsi Frekuensi Kecerdasan Emosional Berdasarkan Indikator
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Mengenali emosi diri
147 2,25 4,00 3,2347 0,40356
sendiri
Mengelola emosi diri
147 2,25 4,00 3,2857 0,38818
sendiri
Memotivasi diri sendiri 147 2,50 4,00 3,3980 0,41251
Mengenali emosi orang lain 147 2,50 4,00 3,3929 0,39148
Membina hubungan baik
147 2,50 4,00 3,3810 0,38523
dengan orang lain
Valid N (listwise) 147
Sumber: Olahan Data SPSS, 2022
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa secara umum indikator variabel
kecerdasan emosional tinggi pada memotivasi diri sendiri sebesar rata-rata 3,3980,
siswa memiliki motivasi diri sendiri untuk lebih giat ketika gagal tidak mudah
lain, mengatasi tantangan yang ada, hingga meredam konflik yang timbul ini
menyiratkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan
Sehingga dalam dunia kerja tidak selamanya kita bekerja sendiri dalam
menyelesaikan pekerjaan, kita dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tim dan
menghadapi banyak karakter orang agar hasil kerja diperoleh dengan sangat
55
kerja dalam menghadapi kenyataan dan tantangan permasalahan kerja sehingga
tinggi sebanyak 82 siswa atau 55.7%. Hal ini berarti peserta didik di SMKN Kota
Pekanbaru memiliki kecerdasan emosional pada kategori tinggi yang mana pada
mengenali emosi diri, mengelola emosi diri sendiri, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, membina hubungan baik dengan orang lain yang
mana kemampuan tersebut sangat dibutuhkan di dunia kerja, karena dalam bekerja
seseorang banyak berinteraksi dengan orang lain nantiknya, seperti atasan, rekan
56
Keterkaitan pekerjaan
dengan yang dilakukan di 147 2,60 4,00 3,3755 0,35570
sekolah
Familiar dengan dasar
serta proses kerja dan alat 147 2,80 4,00 3,4354 0,33978
kerja
Valid N (listwise) 147
Sumber: Data Olahan SPSS, 2022
kerja industri rata-rata yang tinggi yaitu aspek pengalaman praktik dan kerja
produktif dengan skor mencapai rata-rata sebesar 3,4884. Praktik kerja industri
berperan penting dalam memberikan bekal bagi lulusan SMK untuk beradaptasi
melalui observasi secara langsung di dunia kerja. Praktik kerja industri kegiatan
pendidikan pelatihan dan pembelajaran bagi siswa SMK yang dilakukan di dunia
usaha atau dunia industri yang berkaitan dengan kompetensi siswa sesuai bidang
yang digelutinya.
yang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tingkah laku dalam bekerja,
dengan pengalaman praktik kerja industri, siswa menjadi lebih terlatih untuk
disiplin, mampu beradaptasi, bekerja sama dengan orang lain dan menjunjung
sikap kerja yang benar. Oleh karena itu dilakukan penlitian untuk melihat
pengaruh praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa SMKN Kota
Pekanbaru. Data praktik kerja industri didapat dari kuesioner tentang pemahaman
57
siswa SMKN Kota Pekanbaru mengenai pemahaman praktik kerja industri.
SMKN Kota Pekanbaru memiliki tingkat praktik kerja industri pada kategori
tinggi sebanyak 69 siswa atau 47%. Hal ini berarti peserta didik di SMKN Kota
Pekanbaru memiliki praktik kerja industri pada kategori tinggi, siswa memiliki
pengalaman praktik kerja, siswa familiar dengan dasar serta proses kerja dan alat
kerja, pengalaman praktik kerja industri ini memberikan keuntungan pada pihak
sekolah dan siswa itu sendiri karena keahlian yang tidak diajarkan disekolah akan
didapat didunia kerja melalui praktik kerja industri ini. Maka semakin tinggi
praktik kerja industri membuat siswa siap dalam memasuki dunia kerja.
58
c. Soft Skill (X3)
Deskripsi frekuensi soft skill berdasarkan indikator pada Tabel 5.8 sebagai
berikut:
rata-rata sopan santun yang paling tinggi dibanding yang lainnya sebesar 3,4473,
soft skill sangat penting dalam keberhasilan karir karena banyak pekerjaan yang
kemampuan dalam berinteraksi dan berelasi yaitu hal penting dalam dunia kerja.
Soft skill dapat membuat seseorang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan,
mengelola stres kerja, bekerja sama dalam tim dan mendorong relasi yang baik
tentu soft skill mempengaruhi kesiapan kerja, dimana pada saat siswa akan
keterampilan atau soft skill. Selanjutnya distribusi soft skill dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
59
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Soft Skill
Soft Skill
Valid Cumulative
Interval Frequency Percent Percent Percent
Valid Sangat Tinggi 3,8-4,0 37 25.3 25.3 100.0
Tinggi 3,5-3,7 87 59 59 74.7
Sedang 3,2-3,4 19 13 13 15.7
Rendah 2,9-3,1 4 2.7 2.7 2.7
Total 147 100.0 100.0
Sumber: Olahan Data SPSS, 2022
SMKN Kota Pekanbaru memiliki tingkat soft skill pada kategori tinggi sebanyak
87 siswa atau 59%. Hal ini berarti peserta didik di SMKN Kota Pekanbaru
memiliki soft skill pada kategori tinggi. Siswa memiliki komunikasi lisan, sopan
santun, partisipasi, kejujuran, kreativitas dan tanggung jawab yang baik untuk
memiliki soft skill yang tinggi. Soft skill ini sendiri memiliki manfaat untuk diri
sendiri dan juga orang-orang disekitarnya. Sehingga semakin siswa memiliki soft
skill yang tinggi maka kesiapan kerja siswa juga akan baik.
sebagai berikut:
efficacy rata-rata skor tinggi yaitu aspek generality dengan skor mencapai rata-
60
rata sebesar 3,3946, self-eficacy dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa
untuk melihat pengaruh self- efficacy terhadap kesiapan kerja siswa SMKN Kota
Kota Pekanbaru memiliki tingkat self- efficacy pada kategori sangat tinggi
sebanyak 62 siswa atau 42%. Hal ini berarti peserta didik di SMKN Kota
61
Pekanbaru memiliki self- efficacy pada kategori sangat tinggi. Siswa yang
memilki rasa keyakinan dalam kemampuan diri dalam mencapai tujuan, siswa
selalu berusaha mendapatkan hasil meksimal setiap tugas ada rasa keyakinan tidak
suka menunda pekerjaan, siswa dapat menyelesaikan permasalahan apapun itu, ini
sangat penting untuk kesiapan kerja siswa, memiliki self-efficacy ini siswa akan
dengan baik mengatur dirinya untuk terus belajar, peserta didik di SMKN Kota
Pekanbaru memiliki self- efficacy pada aspek level (berkaitan dengan kesulitan
A. Uji Normalitas
disekitar nilai rata-rata yang normal. Data tersebut akan diuji normalitasnya
dengan Uji Kolmogorov Smirnov (K-S) melalui bantuan program SPSS 22.
Pengambilan keputusan dalam uji ini adalah jika nilai signifikansi > 0,05, maka
data tersebut berdistribusi normal. Dan sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05,
maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada penelitian
ini dilakukan pada nilai residualnya, karena teknik analisis yang digunakan adalah
regresi berganda. Untuk lebih jelasnya, hasilnya uji normalitas dapat dilihat pada
62
Differences Positive 0,034
Negative -,047
Test Statistic 0,047
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data Olahan SPSS, 2022
Dari Tabel 4.12 hasil uji normalitas dengan N = 147 dapat diketahui
bahwa nilai Asymp.Sig adalah sebesar 0,200. Hal tersebut menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 atau
B. Uji Linieritas
terhadap variabel terikat apakah berhubungan linier atau tidak. Uji linieritas yang
dalam penelitian ini menggunaan uji F dengan bantuan SPSS. Data dinyatakan
berhubungan linier jika nilai signifikan pada Linierity < 0,05. Apabila nilai
signifikan pada Linierity > dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa hubungan
variabel bebas terhadap variabel terikat tidak linier. Hasil uji linieritas ditunjukan
63
Sumber: Data Olahan SPSS, 2022
Tabel 4.13 diperoleh Sig dan Linearity sebesar 0,00 <0,05 (toleransi 5%)
ini berarti kecerdasan emosional dengan kesiapan kerja memiliki hubungan yang
linier.
Dari Tabel 4.14 diperoleh Sig dan Linearity sebesar 0,00<0,05 (toleransi
5%) ini berarti praktik kerja industri dengan kesiapan kerja siswa memiliki
Dari Tabel 4.15 diperoleh Sig dan Linearity sebesar 0,00<0,05 (toleransi
5%) ini berarti soft skill dengan kesiapan kerja siswa memiliki hubungan yang
linier.
64
Tabel 5.16 Uji Linieritas X4 Ke Y
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Kesiapan Between (Combined) 7899,435 35 225,698 34,671 0,000
Kerja * Groups Linearity 7575,323 1 7575,323 1163,707 0,000
Self Deviation from
324,112 34 9,533 1,464 0,072
Efficacy Linearity
Within Groups 722,571 111 6,510
Total 8622,007 146
Sumber: Data Olahan SPSS, 2022
Dari Tabel 4.16 diperoleh Sig dan Linearity sebesar 0,00<0,05 (toleransi
5%) ini berarti self-efficacy dengan kesiapan kerja siswa memiliki hubungan yang
linier.
C. Uji Heteroskedastisitas
uji Glejser melalui program SPSS. Jika signifikansi (sig. > 0,05) berarti tidak ada
terjadinya heterokedastisitas pada variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
4.17.
65
Sumber: Data Olahan SPSS, 2022
emosional (X1) nilai signifikansinya sebesar 0,723 yang berarti lebih besar dari
0,05 atau 0,723 > 0,05. Selanjutnya pada variabel praktik kerja industri (X 2)
diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0,848 yang berarti lebih besar dari 0,05
yang atau 0,848 > 0,05. Selanjutnya pada variabel soft skill (X3) diperoleh nilai
signifikansinya sebesar 0,998 yang berarti lebih besar dari 0,05 yang atau 0,998 >
sebesar 0,516 yang berarti lebih besar dari 0,05 yang atau 0,516 > 0,05. Dari
D. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui ada atau
ini dapat di lihat dari nilai Variance Inflatio Factor (VIF) dan nilai toleransi.
66
Informasi berdasarkan 4.18, dapat di ketahui bahwa nilai VIF (Variance
Inflatio Factor) adalah 3,184, 2,604, 3,083, dan 4,783. Jika dibandingkan, maka
nilai VIF lebih kecil dari 10 atau < 10. Selain itu pada nilai tolerance, maka
diketahui bahwa nilai tolerance pada keempat adalah 0,314, 0,384, 0,324, dan
0,209 lebih besar dari 0,10 atau > 0,10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
1. Uji F
Pekanbaru.
dilakukan dengan menggunakan rumus regresi berganda dan uji F dengan hasil
Tabel 4.19 hasil pengujian diketahui bahwa nilai F- hitung sebesar 340,153
dengan F-tabel = 2.43 (F tabel didapat dari F (k ; n-k) = F (2 ; 145) = 2.43). Hal ini
67
menunjukkan nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel atau 340,153 > 2.43 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05, dari proses pengambilan keputusan uji
industri, soft skill, dan self-efficacy akan membuat siswa semakin memiliki
kesiapan kerja yang baik. Siswa memiliki kesiapan kondisi fisik, mental dan
emosional yang bagus, baik juga kesiapan keterampilan dan pengatahuan yang
2. Uji t
mengetahui signifikansi pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat secara
parsial. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Uji t hasil perhitungan ini
Hasil penelitian kecerdasan emosional, praktik kerja indutri, soft skill, self-
efficacy dan kesiapan kerja disajikan dalam Tabel 4.20 sebagai berikut:
Tabel 4.20 Kecerdasan Emosional, Praktik Kerja Industri, Soft Skill, Self Efficacy
dan Kesiapan Kerja
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 17,774 1,959 8,963 0,000
68
Kecerdasan 2,621 0,010
0,109 0,040 0,125
Emosional
Praktik Kerja 2,977 0,003
0,147 0,048 0,127
Industri
Soft Skill 0,155 0,043 0,161 3,391 0,001
kesiapan kerja dapat dilihat pada berdasarkan Tabel 4.20 bantuan perhitungan dari
(0,05 ; 145) = 1.65543. Berdasarkan pengambilan keputusan bahwa jika nilai Sig.
< nilai probabilitas atau 0,000 < 0,05 dan nilai t- hitung > t-tabel atau 2,621 >
pengaruh yang signifikan terhadap tinggi rendahnya kesiapan kerja siswa. Hal ini
membuat siswa semakin memiliki kesiapan kerja yang baik begitupun sebaliknya.
69
Pada penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah:
kesiapan kerja dapat dilihat pada Tabel 4.20 bantuan perhitungan dari program
SPSS 22, maka diketahui bahwa variabel praktik kerja industri (X 2) memiliki nilai
adalah jumlah responden, sehingga hasilnya yaitu t-tabel = t (α ; n-k) = t (0,05 ; 145)
= 1,65543. Berdasarkan pengambilan keputusan bahwa jika nilai Sig. < nilai
probabilitas atau 0,000 < 0,05 dan nilai t-hitung > t-tabel atau 2,977 > 1,65543,
maka dapat disimpulkan bahwa H2 diterima yang berarti praktik kerja industri
bahwa secara parsial variabel praktik kerja industri memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap tinggi rendahnya kesiapan kerja siswa. Hal ini mengandung
implikasi bahwa semakin tinggi praktik kerja industri siswa akan membuat siswa
Pekanbaru.
70
Adapun hasil perhitungan uji t variabel Soft Skill terhadap kesiapan kerja
dapat dilihat pada berdasarkan Tabel 4.20 bantuan perhitungan dari program
SPSS 22, maka diketahui bahwa variabel Soft Skill (X3) memiliki nilai t-hitung
1,65543. Berdasarkan pengambilan keputusan bahwa jika nilai Sig. < nilai
probabilitas atau 0,000 < 0,05 dan nilai t- hitung > t-tabel atau 3,391 > 1.65543, maka
terhadap kesiapan kerja siswa SMKN Kota Pekanbaru. Hal ini mengandung
implikasi bahwa semakin tinggi soft skill siswa membuat siswa semakin memiliki
Kota Pekanbaru.
kerja dapat dilihat pada berdasarkan Tabel 4.20 bantuan perhitungan dari program
SPSS, maka diketahui bahwa variabel self-efficacy (X4) memiliki nilai t-hitung
1.65543. Berdasarkan pengambilan keputusan bahwa jika nilai Sig. < nilai
probabilitas atau 0,000 < 0,05 dan nilai t- hitung > t-tabel atau 10,987 > 1.65543,
71
terhadap kesiapan kerja siswa SMKN Kota Pekanbaru. Hal ini mengundang
implikasi bahwa semakin tinggi self-efficacy siswa akan membuat siswa semakin
emosional (X1), praktik kerja industri (X2), soft skill (X3), self-efifcacy (X4), dan
kesiapan kerja (Y) dengan memperhatikan angka yang berada pada coefficients
Beta yaitu:
maka akan terjadi kenaikan satuan nilai kesiapan kerja (Y) sebesar 0,109
dengan asumsi bahwa variabel yang lain digunakan adalah tetap, semakin
tinggi kecerdasan emosional siswa maka kesiapan kerja juga baik. Sehingga
72
3. Nilai koefisien regresi variabel praktik kerja industri (X 2) sebesar 0.147
praktik kerja industri memiliki hubungan searah dengan kesiapan kerja (Y).
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan nilai praktik kerja industri
maka akan terjadi kenaikan satuan nilai Kesiapan Kerja (Y) sebesar 0,147
dengan asumsi bahwa variabel yang lain digunakan adalah tetap. Sehingga
praktik kerja industri berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMKN Kota
Pekanbaru. Hal ini mengandung implikasi bahwa semakin tinggi praktik kerja
industri yang dimiliki siswa maka siswa memiliki kesiapan kerja yang
4. Nilai koefisien regresi variabel soft skill (X3) sebesar 0,155 bertanda positif,
ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel soft skill memiliki
hubungan searah dengan kesiapan kerja (Y). Hal ini menunjukkan bahwa
dengan penambahan nilai soft skill maka akan terjadi kenaikan satuan nilai
kesiapan kerja (Y) sebesar 0,155 dengan asumsi bahwa variabel yang lain
kerja siswa SMKN Kota Pekanbaru. Artinya hal ini mengandung implikasi
bahwa semakin tinggi soft skill yang dimiliki siswa maka siswa memiliki
memiliki hubungan searah dengan kesiapan kerja (Y). Hal ini menunjukkan
satuan nilai kesiapan kerja (Y) sebesar 0,727 dengan asumsi bahwa variabel
73
yang lain digunakan adalah tetap. Sehingga self-efficacy berpengaruh terhadap
pengaruh yang signifikan terhadap tinggi rendahnya kesiapan kerja siswa, hal
siswa maka membuat siswa memiliki kesiapan kerja yang baik, begitupun
skill, dan self-efficacy terhadap kesiapan kerja besarnya nilai kontribusi R Square
industri, soft skill, self-efficacy terhadap variabel kesiapan kerja yaitu sebesar
90,5%. Sedangkan sisanya 9,5% kesiapan kerja dikontribusi oleh variabel lain
74
5.2 Pembahasan
praktik kerja industri, soft skill, dan self-efficacy terhadap kesiapan kerja siswa
SMKN Kota Pekanbaru. Penelitian ini terdapat 5 rumusan masalah yang perlu
dijawab melalui penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan hasil penelitian ini
Kota Pekanbaru
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan ini
kesiapan kerja siswa SMKN Kota Pekanbaru. Artinya bahwa semakin tinggi
kerja yang baik. Hal ini dikarenakan siswa diharapkan memiliki kemampuan
untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri,
Pekanbaru.
mengenali, mengelola perasaan diri sendiri maupun orang lain agar bisa terjalin
75
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Fitriani,
pengaruh yang signifikan dan positif, kesiapan kerja akan meningkat dan
dimensi mengelolah emosi mendapatkan hasil paling rendah oleh karna itu dapat
Kota Pekanbaru
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan ini
kesiapan kerja siswa SMKN Kota Pekanbaru. Artinya bahwa semakin tinggi
praktik kerja industri siswa akan membuat siswa semakin memiliki kesiapan kerja
yang baik begitupun sebaliknya. Pengalaman praktik kerja dan kerja produktif
76
Setiap siswa sekolah menengah kejuruan harus mengikuti praktik kerja
yang dapat digunakan dalam mengukur kesiapan kerja mereka. Selain itu program
prakerin ini juga dilakukan untuk mendapatkan sertifikat keahlian dari bidang
keahlian tertentu sesuai dengan apa yang telah di tempuh di sekolah. Praktik kerja
industri ini juga sangat bermanfaat untuk siswa dalam melatih hard skill dan juga
soft skill mereka, untuk menjadi modal dalam membentuk kesiapan kerja para
siswa. Banyak hal yang dapat dipelajari dari adanya praktik lapangan ini. Siswa
industri antara lain: (a) Pengalaman praktis dan kerja produktif, (b) Keterkaitan
pekerjaan dengan yang dilakukan di sekolah, (c) Familiar dengan dasar serta
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang relevan yaitu yang
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara praktik kerja industri dan
berpengalaman dalam praktik kerja industri maka akan memiliki kesiapan kerja.
Dengan begitu semakin meningkat nilai praktik kerja industri maka kesiapan kerja
akan semakin tinggi. Penelitian ini mendukung bahwa variabel praktik kerja
praktik kerja industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja.
77
kesiapan kerja siswa, keberhasilan tersebut dapat berupa pengalaman yang akan
mempengaruhi pola pikir, sikap, dan ringkah laku dalam bekerja, dengan
pengalaman praktik kerja industri siswa menjadi lebih terlatih untuk berani
mampu beradaptasi, bekerja sama dengan orang lain dan menjunjung sikap yang
benar.
antara praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa. Siswa diharapkan
melaksanakan praktik kerja industri maksimal dan siswa lebih siap memasuki
dunia kerja. Siswa diharapkan mampu bekerja sama dan berani menerima
bahwa siswa dengan praktik kerja industri yang baik akan membuat kesiapan
Pekanbaru
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan ini
kerja siswa SMKN Kota Pekanbaru. Artinya bahwa semakin tinggi soft skill yang
dimiliki siswa membuat siswa memiliki kesiapan kerja yang baik begitupun
sebaliknya. Soft skill yang harus dimiliki siswa dalam komunikasi lisan, sopan
78
adanya penguasaan soft skill sendiri siswa dapat meningkatkan kualitas diri dalam
memiliki kemampuan berinteraksi dan dapat menyesuaikan diri dengan orang lain
yang dapat menjadi kunci kesuksesan saat akan memasuki dunia kerja dan
menjadi pertimbangan oleh para pengusaha dalam mencari tenaga kerja. Soft skill
dalam indikator sopan santun termasuk kategori tinggi yang dimiliki siswa SMKN
Kota Pekanbaru.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Angin, dkk (2022) diketahui
bahwa soft skill berpengaruh positif dengan kesiapan kerja siswa. Semakin tinggi
soft skill siswa maka semakin siap mereka untuk memasuki dunia kerja, begitu
pula sebaliknya. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang juga dilakukan
Novia, dkk (2017) dimana hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara soft skill dengan kesiapan kerja yang mengindikasikan
bahwa semakin tinggi soft skill dalam diri individu maka semakin siap individu
untuk bekerja. Sejalan dengan tuntutan dunia kerja akan penguasaan sejumlah
kompetensi dalam dunia kerja maka kesiapan kerja siswa yang akan menjadi
calon pekerja menjadi penting. Karena dengan kesiapan kerja yang memadai
79
keberhasilan seseorang. Menurut Lie & Darmasetiawan (2017) soft skill
ditimbulkan bersifat positif yang berarti bahwa semakin tinggi soft skill yang
dimiliki maka akan semakin tinggi pula tingkat kesiapan kerja. Selanjutnya soft
skill merupakan kecakapan yang melekat pada seseorang berupa kemampuan non
teknis, soft skill keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain,
tentu soft skill mempengaruhi kesiapan kerja, dimana pada saat siswa akan
Pekanbaru
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan ini
kerja siswa SMKN Kota Pekanbaru. Artinya bahwa semakin tinggi self-efficacy
yang dimiliki siswa membuat siswa memiliki kesiapan kerja yang baik, begitupun
indikator yang paling tinggi generalty siswa percaya diri untuk terus mampu
menyikapi masalah apapun dengan cara yang baik dan positif dan dalam
kesiapan kerja siswa, karena dengan adanya self-efficacy dalam diri siswa dapat
80
meningkat keyakinan pada diri sendiri untuk menetapkan tujuan apa yang akan
dipilih dan manfaatnya bagi siswa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa self-
serta mengenal kelebihan dan kelemahan yang dimiliki sehingga individu tersebut
yang dimiliki.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Yudi dan
positif yang signifikan antara self-efficacy dalam diri individu maka semakin siap
semakin tinggi pula kesiapan kerja siswa. Menurut Prisrilia & Widawati (2021)
81
dirinya. Self-efficacy dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam menghadapi
persaingan industri.
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan ini
soft skill, dan self-efficacy berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMKN
Kota Pekanbaru. Pengaruh paling besar dari ke empat variabel terhadap kesiapan
kerja yaitu self-efficacy selanjutnya soft skill, praktik kerja industri dan terakhir
memiliki kepercayaan diri yang tinggi merupakan satu bekal kesiapan mental
siswa untuk mengatasi tantangan baru, meyakini diri sendiri dalam situasi sulit,
mengkhawatirkan kegagalan.
Oleh karena itu, untuk dapat mendorong kesiapan kerja siswa dapat
industri yang tinggi, adanya soft skill yang memadai dan self-efficacy siswa yang
baik. Adanya penerapan praktik kerja industri ini mampu melatih siswa untuk
melakukan kerja sama dengan tim untuk mencapai target yang telah di
tentukannya dan skill inilah yang mampu mengasah dan menentukan apakah
siswa sudah siap untuk bekerja. Kemudian adanya penerapan soft skill akan
dicerminkan melalui perilaku siswa yang memiliki kepribadian yang baik dan
benar sesuai dengan yang dunia kerja butuhkan. Selanjutnya adanya penerapan
82
self-efficacy dapat dilihat dari seberapa tinggi keyakinan diri siswa dalam
menentukan apa yang tebaik bagi dirinya serta mengetahui manfaat atas pilihan
emosional dan berpengaruh positif (Sabilah et sl., 2021), selanjutnya praktik kerja
industri berpengaruh positif terhadap kesiapan kerja siswa (Purnama el al., 2018),
soft skill juga berpengaruh positif terhadap kesiapan kerja siswa (Fatimah, 2022),
2021). Maka dari itu siswa diharapkan memiliki kecerdasan emosional, praktik
kerja, soft skill dan self-efficacy yang tinggi agar memiliki kesiapan kerja yang
baik pula.
83