Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN SELF

EFFICACY TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA DI


SMKS SULTAN ISKANDAR MUDA

RISET PRIBADI

Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Kuantitatif

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Melda Susanti Sihite
231804041
Kelas A

MAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................................
BAB 2.........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................6
2.1 Minat Berwirausaha .....................................................................................................6
2.2 Self Efficacy.................................................................................................................7
2.3 Pendidikan Kewirausahaan...........................................................................................8
2.4 Hipotesis Penelitian......................................................................................................9
BAB 3...........................................................................................................................................
METODE PENELITIAN...................................................................................................
3.1 Identifikasi Variabel Penelitian..................................................................................10
3.2 Sampel dan Populasi.....................................................................................................9
3.3 Alat Ukur......................................................................................................................9
3.4 Analisa Data..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan sebuah negara dapat terlihat dari jumlah pengangguran dan kemiskinan yang
ada dimasyarakat tersebut. Tingkat pengangguran masyarakat dinilai menjadi salah satu indikator
negara tersebut maju atau tidak. Negara dianggap maju jika sebagian besar masyarakatnya
memiliki pekerjaan yang baik. Pengangguran adalah salah satu masalah sosial dan ekonomi yang
signifikan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Tingginya tingkat pengangguran, terutama di
kalangan pemuda, dapat mengakibatkan konsekuensi negatif yang mencakup kemiskinan,
ketidakstabilan sosial, dan ketidaksetaraan ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2022, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia berdasarkan tingkat Pendidikan
adalah sebagai berikut :

Tingkat Pengangguran Terbuka


Tingkat Pendidikan 2 Berdasarkan Tingkat Pendidikan
2020 2021 2022
Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 3.61 3.61 3.59
SMP 6.46 6.45 5.95
SMA umum 9.86 9.09 8.57
SMA Kejuruan 13.55 11.13 9.42
Diploma I/II/III 8.08 5.87 4.59
Universitas 7.35 5.98 4.80
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Source Url : https://www.bps.go.id/indicator/6/1179/1/tingkat-pengangguran-terbuka-
berdasarkan-tingkat-pendidikan.html

Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran berdasarkan tingkat
Pendidikan masih sangat tinggi dan tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ke
tahun. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami dan mengatasi masalah pengangguran,
terutama melalui pendekatan pendidikan vokasi.
Di Indonesia, sistem pendidikan vokasi telah menjadi pusat perhatian pemerintah dan
masyarakat dalam upaya mengurangi tingkat pengangguran. Pendidikan vokasi diharapkan dapat
memberikan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga lulusan dapat
lebih mudah memasuki dunia kerja atau bahkan menciptakan usaha mereka sendiri. Pendidikan
vokasi memiliki peran kunci dalam mendukung visi pembangunan nasional dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
2016).
Pendidikan vokasi dapat membantu menciptakan tenaga kerja yang terampil,
meningkatkan daya saing ekonomi, mengurangi pengangguran, dan memberikan warga negara
dengan keterampilan yang relevan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan dan
menginvestasikan pendidikan vokasi dalam upaya mencapai kemajuan negara. Pendidikan
vokasi dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi dengan mendukung perkembangan
kewirausahaan di kalangan warga negara (Global Entrepreneurship Monitor, 2021). Pendidikan
vokasi memiliki sejarah yang kaya dan memainkan peran kritis dalam mempersiapkan siswa
untuk karier yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan praktis (Bloom & Sherer, 2008).
Dalam penelitian ini, pendidikan vokasi yang menjadi fokus adalah Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). SMK adalah lembaga pendidikan menengah yang memiliki peran penting
dalam mempersiapkan siswa dengan keterampilan dan pengetahuan praktis yang relevan dengan
kebutuhan dunia kerja. Tujuannya adalah memberikan pendidikan vokasi yang kuat, sehingga
siswa dapat memasuki dunia kerja dengan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri
atau bahkan menjadi wirausaha yang mandiri. Oleh sebab itu dibutuhkan mutu lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan yang tinggi untuk menembus pasar industri atau memberikan keterampilan
agar mereka secara mandiri bukan sebagai pekerja melainkan sebagai pembuat kerja atau
wirausaha (Vindi, 2021)
SMK memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari lembaga
pendidikan lainnya. Salah satu karakteristik yang menonjol adalah pendekatan pembelajaran
berbasis proyek dan praktik yang mendekatkan siswa pada situasi nyata yang mereka akan temui
dalam karier mereka. Ini membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan praktis yang
dapat mereka terapkan secara langsung. SMK juga memiliki peran dalam memotivasi siswa
untuk menjadi wirausaha. Ini dilakukan melalui kurikulum yang mencakup kewirausahaan,
memungkinkan siswa untuk memahami dasar-dasar berwirausaha, mengembangkan ide bisnis,
dan belajar tentang manajemen usaha.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMKS Sultan Iskandar Muda,
terdapat Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan kepada siswa kelas XI dan XII, baik jurusan
Akuntansi dan Keuangan Lembaga dan jurusan Desain Komunikasi Visual. Pembelajaran yang
dilakukan lebih banyak mengenai praktik dalam menghasilkan produk atau jasa yang memiliki
nilai jual di Masyarakat. Selain dipelajari dalam kurikulum intrakurikuler, Pendidikan
kewirausahaan juga dipelajari dalam ekstrakurikuler, dengan harapan semakin banyaknya lulusan
yang memiliki keterampilan untuk berwirausaha dan membuka lapangan pekerjaan untuk
mengurangi pengangguran.
Berdasarkan data hasil Tracer Study, lulusan SMKS Sultan Iskandar Muda yang
berwirausaha setelah lulus dari SMK adalah sebagai berikut :
DATA BMW "BEKERJA, MELANJUTKAN, BERWIRAUSAHA"
SMKS SULTAN ISKANDAR MUDA

MELANJUTKAN
N ANGKATA BEKERJ MELANJUTKAN BERWIRAUSAH TOTAL
SAMBIL
O N TAHUN A KE Perguruan Tinggi A LULUSAN
BEKERJA
1 2022 / 2023 97 10 11 8 126

2 2021 / 2022 18 21 70 3 112

3 2020 / 2021 33 23 40 5 101

4 2019 / 2020 13 23 13 6 55

5 2018 / 2019 49 25 9 1 84
TOTAL 210 102 143 23 478
Sumber : Bimbingan Konseling SMKS Sultan Iskandar Muda
Setiap tahun, persentase lulusan yang berwirausaha mengalami kenaikan, namun belum seperti
yang diharapkan. Target Kepala SMKS Sultan Iskandar Muda ingin menghasilkan lulusan SMK
yang berwirausaha setidaknya mencapai angka 40% setiap tahunnya.
Berbagai alasan yang melatarbelakangi lulusan tersebut adalah keterbatasan modal,
ketidakpercayaan diri, takut mengambil resiko, belum memiliki pengalaman yang cukup, dan
lain-lain. Sementara, yang menjadi modal penting seorang wirausaha adalah kemampuan,
kemauan, tekad yang kuat, kerja keras, serta mampu menganalisis adanya kesempatan dan
peluang (Suryana, 2013). Teori tentang pendidikan yang dikemukakan oleh Alma (2013: 7),
menurutnya keberanian membentuk wirausaha didorong oleh lembaga pendidikan atau sekolah,
sekolah yang memberikan mata pelajaran kewirausahaan yang praktis dan menarik dapat
menumbuhkan minat mahasiswa untuk berwirausaha. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan siswa SMKS Sultan Iskandar Muda.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul ''Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Self Efficacy
terhadap Minat Berwirausaha siswa di SMKS Sultan Iskandar Muda Medan'' .

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada pengaruh pendidikan kewirausahaan dan tingkat self-efficacy terhadap minat
berwirausaha siswa di SMKS Sultan Iskandar Muda ?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Pendidikan kewirausahaan dan tingkta self
efficacy terhadap minat berwirausaha siswa di SMKS Sultan Iskandar Muda.

1.4 Manfaat Penelitian


Untuk Guru:
Peningkatan Pengajaran : Guru dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memperbaiki
metode pengajaran dan kurikulum pendidikan kewirausahaan mereka. Mereka dapat memahami
faktor-faktor yang memengaruhi minat berwirausaha siswa dan mengadaptasi pendekatan
mereka sesuai.

Untuk Siswa:
Peningkatan Self-Efficacy : Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat self-efficacy. Siswa dapat memahami lebih baik diri mereka sendiri dan
potensi mereka dalam berbagai konteks.

Untuk Peneliti Selanjutnya:


Dasar Penelitian Lanjutan: Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan
dalam bidang pendidikan kewirausahaan dan psikologi. Peneliti selanjutnya dapat membangun
pada temuan ini untuk menggali lebih dalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi minat
berwirausaha dan self-efficacy siswa.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minat Berwirausaha
Menurut Fuadi (2009), “Minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan
untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras
untuk belajar dari kegagalan”. Menurut Suryana (2006:18) “minat wirausaha adalah
kecenderungan hati dalam diri seseorang untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian
mengorganisir, mengatur, menanggung resiko dan mengembangkan usaha yang diciptakannya”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, minat berwirausaha adalah kecenderungan hati atau
keinginan seseorang untuk menciptakan usaha, mengorganisir, mengatur, menanggung risiko,
dan mengembangkan usaha tersebut. Minat berwirausaha juga mencakup ketertarikan, kesediaan
untuk bekerja keras, dan kemauan keras untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa merasa takut
terhadap risiko yang mungkin terjadi, serta kemauan keras untuk belajar dari kegagalan. Dengan
kata lain, minat berwirausaha adalah dorongan atau hasrat untuk menjadi seorang pengusaha
yang aktif dan siap menghadapi tantangan dalam berbisnis.
Untuk menumbuhkan minat berwirausaha dipengaruhi oleh factor dari dalam diri sendiri
maupun factor dari luar diri individu. Untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi minat
seseorang untuk berwirausaha dapat menggunakan Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of
Planned Behavior). Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Icek Ajzen pada tahun 1991 dan
telah menjadi dasar untuk banyak penelitian di bidang kewirausahaan.
Teori ini mengemukakan bahwa niat individu untuk berwirausaha adalah prediktor utama
dari perilaku berwirausaha. Niat ini dipengaruhi oleh tiga faktor: persepsi terhadap keuntungan
dan kerugian berwirausaha (persepsi kendali perilaku), norma sosial yang ada dalam lingkungan,
dan persepsi terhadap kemampuan untuk menjalankan bisnis.
Pertama, sikap terhadap berwirausaha memainkan peran kunci dalam teori ini. Ini
mencakup sejauh mana seseorang memiliki pandangan positif atau negatif terhadap
berwirausaha. Seseorang yang memiliki sikap positif terhadap berwirausaha cenderung lebih
tertarik untuk terlibat dalam aktivitas wirausaha.
Kedua, norma subjektif adalah faktor sosial yang memengaruhi minat berwirausaha
seseorang. Ini merujuk pada persepsi individu tentang norma-norma sosial yang ada dalam
lingkungannya terkait dengan berwirausaha. Jika seseorang merasa bahwa teman-teman,
keluarga, atau masyarakat mendukung wirausaha, mereka lebih cenderung untuk memiliki minat
dalam berwirausaha.
Terakhir, kendali perilaku merujuk pada sejauh mana seseorang merasa memiliki kendali
atas kemampuan mereka untuk berwirausaha. Ini mencakup faktor-faktor seperti pengetahuan,
keterampilan, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memulai dan menjalankan bisnis.
Semakin seseorang merasa mampu mengatasi hambatan dan mengelola bisnis mereka, semakin
besar minat mereka untuk berwirausaha.
2.2 Self Efficacy
Menurut Ormrod (2008:20) self efficacy adalah penilaian seseorang tentang
kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Laura (2010:152) self efficacy adalah keyakinan seseorang sehingga dapat
menguasai suatu situasi dan menghasilkan berbagai hasil yang bernilai positif dan bermanfaat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, self efficacy adalah penilaian atau keyakinan individu
terhadap kemampuannya untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu,
yang mencakup keyakinan bahwa mereka dapat menguasai situasi tersebut dan menghasilkan
hasil yang positif dan bermanfaat. Dengan kata lain, self efficacy menggambarkan sejauh mana
individu merasa yakin dan mampu untuk berhasil dalam suatu tindakan atau situasi.
Dalam konteks berwirausaha, self efficacy berperan penting dalam membentuk niat dan
perilaku individu. Individu yang memiliki tingkat self efficacy yang tinggi cenderung merasa
lebih percaya diri dalam mengatasi tantangan yang muncul dalam dunia wirausaha. Keyakinan
diri ini mempengaruhi sikap mereka terhadap berwirausaha dan meningkatkan kemungkinan
mereka untuk merencanakan dan mengimplementasikan tindakan berwirausaha.
Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior) dan konsep self efficacy
memiliki hubungan erat dalam memahami perilaku individu dalam berbagai konteks, termasuk
dalam konteks kewirausahaan. Dalam teori Perilaku Yang Direncanakan, self efficacy
memainkan peran penting sebagai elemen dari "kendali perilaku." Self efficacy merujuk pada
keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk berhasil dalam menjalankan tindakan yang
direncanakan.
Self efficacy juga berinteraksi dengan dua elemen kunci lainnya dalam teori Perilaku
Yang Direncanakan, yaitu sikap dan norma subjektif. Sikap merujuk pada evaluasi individu
terhadap berwirausaha, dan self efficacy dapat memengaruhi sikap seseorang terhadap
berwirausaha. Individu yang merasa percaya diri dalam kemampuannya untuk berwirausaha
cenderung memiliki sikap yang lebih positif terhadap aktivitas tersebut. Selain itu, norma
subjektif mencerminkan persepsi individu tentang pandangan orang-orang di sekitarnya terhadap
berwirausaha. Self efficacy juga memengaruhi norma subjektif, karena individu yang merasa
yakin dalam kemampuannya dapat mempengaruhi persepsi orang lain di sekitarnya, yang pada
gilirannya dapat memengaruhi minat dan dukungan dari kelompok sosial mereka.
Dalam praktiknya, pengembangan self efficacy dapat menjadi fokus dalam merancang
program pelatihan dan intervensi untuk meningkatkan minat dan partisipasi dalam berwirausaha.
Memperkuat keyakinan diri individu dalam kemampuannya untuk berwirausaha melalui
dukungan, pendidikan, dan pelatihan dapat membantu mengatasi hambatan psikologis yang
sering kali menjadi penghambat bagi calon wirausahawan. Dengan demikian, pemahaman yang
lebih mendalam tentang hubungan antara teori Perilaku Yang Direncanakan dan self efficacy
dapat membantu dalam mempromosikan kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuannya akan membuat
seseorang lebih gigih dan bertekad untuk mencapai kesuksesan. Sebaliknya, seseorang yang
tidak yakin akan kemampuan yang dimiliki akan menjadi penghambat bagi dirinya sendiri untuk
menggapai cita-cita yang diinginkan. Self efficacy dapat mempengaruhi pola pikir, perasaan,
ambisi, serta tingkah laku setiap individu (Zulkosky, 2009). Oleh karena itu self efficacy adalah
faktor penting dari dalam diri untuk menstimulus kesiapan dalam berwirausaha

2.3 Pendidikan Kewirausahaan


Pendidikan kewirausahaan adalah bidang pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan bagi individu yang tertarik
untuk menjadi wirausahawan atau terlibat dalam kegiatan bisnis. Pendidikan Kewirausahaan
adalah tempat belajar dan mengenalkan kepada siswa mengenai pengetahuan atau ilmu
kewirausahaan baik secara teori maupun praktik.
Di Lembaga Pendidikan, khususnya di SMK siswa dapat belajar pendidikan
kewirausahaan dengan adanya mata pelajaran Produk Kreatif Kewirausahaan. Dari mata
pelajaran tersebut siswa dibekali ilmu secara kognitif, afektif, dan psikomotor agar termotivasi
dan siap secara mandiri untuk menjadi seorang wirausaha. Seorang wirausaha tidak akan berhasil
jika tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan, tetapi tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan, maka akan sulit berkembang dan berhasil. Sebaliknya, memiliki
pengetahuan dan kemampuan, tetapi tidak disertai dengan kemauan, maka tidak akan terwujud
menjadi wirausahawan, Suryana (2013:80).
Menurut Theory of Planned Behavior (TPB) keputusan berwirausaha dipengaruhi oleh
salah satu faktor internal yaitu pembelajaran. Pengetahuan kewirausahaan bisa didapat melalui
pembelajaran, baik pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Pendidikan kewirausahaan
dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu perilaku, dalam hal ini perilaku
berwirausaha karena dengan adanya pendidikan kewirausahaan pengetahuan, keterampilam dan
pengalaman orang lain dapat ditransfer kepada siswa sebagai bekal dalam berwirausaha di masa
depan, sehingga dengan dukungan yang diberikan dalam pendidikan kewirausahaan akan
menjadi dorongan untuk siswa meningkatkan minat berwirausaha.
Pendidikan kewirausahaan yang baik maka seseorang akan mendapatkan pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai entrepreneur yang bermanfaat kelak jika menjalankan sebuah
usaha. Menurut Rusdiana (2018) pendidikan berwawasan kewirausahaan adalah pendidikan yang
menerapkan prinsip-prinsip dan metodelogi kearah pembentukan kecakapan hidup (life skill)
pada peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.
Hubungan antara pendidikan kewirausahaan di SMK dan minat berwirausaha sangat
kuat. Melalui pendidikan kewirausahaan, siswa dapat terkena konsep-konsep dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk berwirausaha. Mereka belajar bagaimana merencanakan bisnis,
mengidentifikasi peluang pasar, mengelola keuangan, dan mengembangkan strategi pemasaran.
Ini tidak hanya membekali mereka dengan pengetahuan praktis, tetapi juga membantu mereka
memahami kompleksitas dan tantangan yang terlibat dalam berwirausaha.
Selain itu, pendidikan kewirausahaan di SMK dapat memicu minat berwirausaha pada
siswa. Dengan mendapatkan paparan langsung terhadap konsep-konsep dan keterampilan
berwirausaha, siswa memiliki kesempatan untuk menguji apakah wirausaha adalah jalur karier
yang sesuai untuk mereka. Ini membantu mereka mengembangkan minat dan niat untuk
berwirausaha di masa depan. Selain itu, peluang magang atau proyek bisnis yang nyata dalam
lingkungan sekolah juga dapat menjadi pengalaman berharga yang memberikan pandangan yang
lebih mendalam tentang dunia berwirausaha.
Dengan demikian, pendidikan kewirausahaan di SMK dapat berperan sebagai "incubator"
untuk minat dan niat berwirausaha. Ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami
dan mengembangkan keterampilan berwirausaha, yang pada gilirannya dapat memotivasi mereka
untuk mengejar karier sebagai wirausahawan. Pendidikan kewirausahaan di SMK dapat
memainkan peran penting dalam membantu siswa mengembangkan potensi mereka dan
mendukung pertumbuhan sektor wirausaha di masa depan.

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : ‘Ada pengaruh positif antara Pendidikan kewirausahaan
dan self efficacy terhadap minat berwirausaha siswa di SMKS Sultan Iskandar Muda’’.

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data numerik yang diperoleh dari
perilaku-perilaku yang dapat diobservasi (observable behavior) dari sampel, dan terhadap data
tersebut selanjutnya dilakukan analisis secara numerik (Purwanto, 2020).
Untuk dapat menguji hipotesis dan teori yang telah dipaparkan diatas maka, terlebih
dahulu dilakukan identifikasi variabel-variabel yang ada pada penelitian ini. Variabel-variabel
yang terlibat adalah:
1. Variabel bebas X1 (independent variable) : Pendidikan Kewirausahaan
2. Variabel bebas X2 (independent variable) : Self Efficacy
3. Variabel terikat Y (dependent variable) : Minat Berwirausaha

3.2 Sampel dan Populasi


Penelitian ini dilaksanakan di SMKS Sultan Iskandar Muda, yang berlokasi di Jl.
Sunggal, Gg. Bakul, Lingkungan XI – Medan sunggal. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI dan XII jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga dan Desain Komunikasi
Visual tahun ajaran 2023/2024 yang berjumlah 300 siswa. Sampel pada penelitian ini sebanyak
150 siswa yang diambil dengan menggunakan rumus slovin dengan teknik pengambilan sampel
proportional cluster random sampling.

3.3 Alat Ukur


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner/angket. Adapun kuesioner
yang disusun adalah jenis kuesioner tertutup dan bentuknya adalah rating scale (skala bertingkat)
dengan lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),Kurang Setuju (KS), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) untuk mengukur variabel pendidikan kewirausahaan
(X1 ), self efficacy (X2) dan minat berwirausaha (Y).

3.4 Analisa Data


Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif presentase, uji asumsi
klasik, analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis dengan menggunakan uji simultan (uji f),
uji parsial (uji t), koefisien determinasi simultan (R2 ) dan koefisien determinasi parsial (r2 ). Uji
asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinieritas dan uji
heteroskesdastisitas, analisis selanjutnya didukung dengan analisis deskriptif presentase
menggunakan skala pengukuran yang sudah ditentukan.
Analisis data soal uji coba dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas
dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS 21. Kriteria pengujiannya menggunakan
tingkat signifikansi 5%. Apabila dari perhitungan masing-masing butir menghasilkan nilai
signifikansi Cronbach Alpha. Instrumen dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach
alpha >0.70 (Nunnally dalam Ghozali, 2011).

Anda mungkin juga menyukai