Sejak zaman dahulu telah diketahui beberapa bijih mineral atau batuan warna metalik bersifat
menarik partikel besi. Mineral atau batuan itu disebut magnetik atau batuan bermuatan. Thales,
seorang filosof Yunani yang hidup pada abad VI SM, adalah orang pertama yang menaruh
perhatian pada sifat biji besi. Akan tetapi, kemungkinan sebelum itu pun telah banyak diketahui.
Setelah masa Thales, batuan bermuatan itu sering disebut dalam tulisan kuno. Batu bermuatan itu
dinamai magnet, kata magnet berasal dari kata magnesia yang berarti sebuah wilayah di Asia
kecil, tempat ditemukannya banyak endapan magnetik. Kisah lain memberikan keterangan aneh
tentang asal kata magnet. Menurut kisah ini, pada sutu hari seorang penggembala bernama
Magnes sedang menjaga binatang gembalanya di lereng gunung Ida di Asia kecil. Ia melihat
ujung besi tongkatnya tertarik ke tanah. Magnes menggali tempat sekitar tertariknya ujung
tongkat besinya dan menemukan tongkat itu ditarik oleh batu bermuatan yang banyak terdapat di
tempat itu. Selanjutnya, batu bermuatan itu dinamakan magnet untuk menghormati penggembala
yang menemukannya. Para Ilmuwan menjelaskan bahwa kisah itu bermula jauh sesudah magnet
lazim dipergunakan.
Didasarkan pada penemuan Faraday “Perubahan Fluks magnetik dapat menimbulkan medan
listrik” dan arus pergeseran yang sudah dihipotesakan Maxwell sebelumnya, maka Maxwell
mengajukan suatu hipotesa baru : “Jika perubahan fluks magnet dapat menimbulkan medan
listrik maka perubahan Fluks listrik juga harus dapat menimbulkan medan magnet” .Hipotesa ini
dikenal dengan sifat simetri medan listrik dengan medan magnet. Maxwell mengemukakan
bahwa laju perubahan medan listrik sangat mempengaruhi besar magnet yang dibangkitkan dan
sebaliknya. Akan dibangkitkan suatu medan magnet jika terjadi perubahan medan listrik.
Perubahan medan listrik ini akan menghasilkan medan magnet yang berubah-ubah terhadap
waktu dan demikian seterusnya terjadi proses berantai pembentukan medan magnet dan medan
listrik yang merambat ke segala arah. Kemudian, Maxwell mengemukakan pula bahwa
perubahan medan listrik dan medan magnet akan menghasilkan suatu gelombang medan listrik
dan gelombang medan magnet yang dapat menyebar dan merambat dalam ruang disebut sebagai
gelombang elektro magnetik. Pembuktiannya dengan dua batang konduktor dihubugkan dengan
sebuah baterai melalui sebuah saklar. Setelah saklar ditutup, batang atas segera bermuatan positif
dan batang bawah bermuatan negative serta garis medan listrik segera terbentuk selama muatan
mengalir maka arus listrik juga mengalir dengan arah sesuai dengan anak panah. Akibatnya,
suatu medan magnet (B) akan di hasilkan dengan arah tegak lurus bidang kertas. Kata magnet
berasal dari bahasa Yunani yaitu magnes atau magnetis lithos yang berarti batu dari magnesia.
Magnet merupakan benda yang dapat menarik benda-benda lain di sekitarnya seperti besi, baja,
dan kobalt. Sifat kemagnetan suatu bahan ditentukan oleh spin elektron dan gerak elektron
mengelilingi inti. Spin elektron membentuk momen magnetik yang merupakan magnet-magnet
kecil (magnet elementer). Spin elektron tersebut berpasangan dan tidak menimbulkan sifat
kemagnetan, karena arah spinnya berlawanan sehingga saling meniadakan. Spin elektron yang
tidak berpasangan bersifat sebagai magnet kecil. Sebuah magnet merupakan gabungan dari spin
elektron (magnet-magnet kecil) yang arah spin (utara-selatan)-nya sama.
Teori Kemagnetan
Untuk menjelaskan tentang magnet, Weber telah mengemukakan teorinya yang disebut dengan
hipotesis Weber yang isinya sebagai berikut :
1. Bahan magnetik terdiri atas atom-atom magnetik yang disebut magnet elementer. Setiap
magnet memiliki kutub utara dan kutub selatan. Ketka magnet dipotong, maka potongan-
potongan tersebut akan menjadi magnet baru yang juga mempunyai kutub utara dan kutub
selatan. Jika pemotongan terus dilakukan hingga sekecil-kecilnya, maka akan terbentuk atom
magnet. Atom magnet tersebut pun akan memiliki kutub utara dan kutub selatan.
2. Pada bahan yang belum menjadi magnet, maka magnet elementernya belum tersusun dengan
teratur. Sehingga kutub utara sebuah magnet elementer terhubung dengan kutub selatan pada
magnet elementer yang lain. Dengan demikian, magnet-magnet elementer pada bahan tersebut
terangkai seperti lingkaran.
3. Pada bahan yang sudah menjadi magnet, magnet elementer sudah tersusun dalam barisan yang
teratur dengan pola lurus. Kutub utara bertemu dengan kutub selatan dengan berurutan.
4. Magnet elementer besi mudah diarahkan sehingga besi lebih mudah dijadikan magnet. Akan
tetapi sifat kemagnetan besi mudah hilang. Sedangkan magnet elemeter baja sangat sukar
diarahkan, akan tetapi ketika sudah bisa diarahkan, sifat kemagnetannya akan bertahan lama.