Anda di halaman 1dari 38

TANDA TANDA DAN PENANGANANYA NEONATUS BAYI DAN BALITA

Sesak nafas

Napas berbunyi belum tentu pertanda sesak napas pada bayi

Untuk bayi yang baru lahir, normal jika sesekali dia mengeluarkan bunyi ketika
bernapas. Hal ini bukan berarti ia sedang mengalami sesak napas, jadi tidak perlu
Anda khawatirkan.
Paru-paru dan hidung bayi masih beradaptasi dengan lingkungan baru yang berbeda
dengan di dalam rahim.Organ pernapasannya tersebut harus mulai terbiasa dengan
lingkungan yang kering dan menghirup udara. Napas bayi berbunyi yang terlihat
mirip seperti sesak napas pada bayi ini kemungkinan akan terjadi selama beberapa
minggu dan tidak perlu dirisaukan.

Namun, ada juga napas bayi berbunyi yang menandakan jika si kecil sedang terserang
penyakit tertentu. Berikut beberapa jenis napas bayi berbunyi dan penyebabnya.
Dengan ini, Anda bisa mengetahui apakah bunyi napas pada si kecil berbahaya atau
tidak.Mengi (napas berbunyi seperti siulan lirih atau ngik ngik)Napas bayi berbunyi
seperti ini disebabkan oleh penyumbatan kecil di lubang pernapasan, bisa karena
saluran napas yang menyempit.

Suara siulan juga dapat menjadi tanda mengi, yang disebabkan adanya sumbatan pada
saluran napas bawah hingga membuat suara bersiul ketika bayi mengeluarkan napas.
Mengi bisa merupakan gejala yang biasa ditemukan pada asma atau infeksi saluran
napas bawah. Hal ini bisa menyebabkan sesak napas pada bayi.Suara melengking dan
bernada tinggi, alias stridor atau laringomalasia

Suara ini biasanya terdengar saat bayi menarik napas. Napas bayi berbunyi ini
disebabkan kondisi saluran napas bayi yang lebih sempit dan lebih lunak. Kondisi ini
biasanya tidak berbahaya dan bisa hilang ketika si kecil berusia dua tahun.Bersuara
serak ketika menangis dan batuk Napas bayi berbunyi yang satu ini diakibatkan oleh
penyumbatan lendir pada laring. Hal ini bisa menjadi gejala croup, yaitu infeksi pada
laring, trakea, dan tabung bronkial.
Pneumonia
Napas si kecil yang cepat dan sesak, biasanya diakibatkan oleh pneumonia yang
diawali dengan adanya cairan dalam saluran udara terkecil atau alveoli. Pneumonia
membuat napas si kecil tersengal-sengal dan cepat, batuk terus-menerus, dan
mengeluarkan suara serak ketika didengarkan dengan stetoskop. Penyebab sesak
napas pada bayi ini perlu Anda khawatirkan

GANGGUAN PERNAPASAN PADA ANAK

Penyakit Pernapasan pada Anak, Kenali Jenis dan Cara Mengatasinya


Cara sederhana meringankan gejala sesak napas pada anak
Pada sebagian besar kasus gejala sesak napas ringan pada anak, kondisi ini bisa
ditangani di rumah.
Perbaiki posisi duduk Jika anak Anda mulai mengalami tanda awal gangguan napas,
segera atur posisi berbaringnya. Akan lebih mudah bagi anak Anda untuk bernapas
sambil duduk daripada berbaring. Pastikan kualitas udara sekitar
Anda dapat meringankan gejala sesak napas dan membuat anak lebih lebih nyaman
dengan membawa mereka ke area dengan udara sejuk. Selain itu, Anda juga bisa
menyediakan alat humidifier untuk memfilter udara di dalam ruangan.

Alat hirup
Bagi anak Anda yang menderita asma, dapat menggunakan obat melalui nebulizer
atau berupa inhaler yang dapat digunakan sewaktu-waktu di rumah.
Jenis alat yang dihirup ini bisa membantu melancarkan pernapasan.

Obat topikal
Obat topikal dengan bahan yang aman untuk bayi dapat membantu melegakan hidung
tersumbat akibat gejala flu atau sesak napas anak.
Pastikan terdapat bahan seperti minyak atsiri atau ekstrak chamomile yang aman
untuk anak. Anda bisa mencoba Transpulmin yang punya kelebihan ini.
Transpulmin merupakan produk topikal dengan bahan aman yang sudah
direkomendasikan lebih dari 30 tahun oleh ahli, dan juga dipercaya ibu-ibu Indonesia.
Cepat pergi ke dokter spesialis anak atau ke UGD jika si kecil mengalami ini
Seperti disebutkan di atas, napas bayi berbunyi memang normal terjadi. Namun,
segera hubungi dokter spesialis anak atau pergi ke Unit Gawat Darurat jika napas
berbunyi disertai dengan tanda di bawah ini.

* Bernapas lebih dari 60 atau 70 kali dalam semenit.


* Bayi mendengus terus-menerus, cuping hidung bayi melebar, dan kesulitan di setiap
nafas. Ini berarti dia berusaha membuka jalan napas yang tersumbat.
* Bayi mengeluarkan suara serak bernada tinggi dan batuk berat.
* Retraksi, ketika otot-otot di dada dan leher anak tampak naik turun lebih hebat dari
biasanya pada saat bayi bernapas. Dada dapat terlihat cekung.
* Napasnya terhenti selama lebih dari 10 detik.
* Bibir si kecil tampak kebiruan. Ini berarti darah dalam tubuhnya tidak mendapat
cukup oksigen dari paru-paru.
* Tidak nafsu makan.
* Terlihat lesu.
* Mengalami demam.

Jika Anda bingung apakah napas bayi berbunyi yang dialami oleh si kecil bisa
menyebabkan sesak napas pada bayi atau tidak, dianjurkan untuk segera berkonsultasi
dengan dokter ahli untuk mendapatkan
Bayi Baru Lahir Terkena Hipotermia, Bagaimana Cara Mengatasinya?
Bayi Baru Lahir Terkena Hipotermia, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Seperti halnya suhu tubuh orang dewasa, suhu tubuh bayi juga berfluktuasi
berdasarkan pada hal-hal seperti cuaca, aktivitas, dan bahkan pengukuran suhu.
Secara umum, suhu bayi seharusnya berada di antara 97,7 ° F (36,5 ° C) dan 99,5 ° F
(37,5 ° C) ketika diukur dengan termometer oral.
Jika suhu tubuh bayi berada di bawah 97,7 ° F (36,5 ° C), mereka bisa jadi mengalami
hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah. Hipotermia pada bayi bisa berbahaya, dan
meskipun jarang dapat menyebabkan kematian.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Apa saja gejala yang ditunjukkan?
Tanda-tanda Hipotermia Pada Bayi
Foto: Bayi Baru Lahir Terkena Hipotermia, Bagaimana Cara Mengatasinya 1.jpg
Foto: humanosphere.org
ADVERTISEMENT

Dalam laman FirstCry Parenting disebutkan bahwa berikut ini merupakan gejala-
gejala hipotermia yang terjadi pada bayi:
Gejala hipotermia ringan
* Tubuh bayi dingin ketika disentuh.
* Tampak lemah.
* Kulit bayi tampak kemerahan.
* Menyusu dengan buruk.
* Pusing dan menggigil.
* Hipoksia.
Gejala hipotermia sedang
* Kesulitan mengoceh atau mengeluarkan suara.
* Mengalami kesulitan bergerak.
* Menggigil berlebihan dan tidak terkontrol.

Gejala hipotermia berat


* Pupil melebar.
* Kehilangan kesadaran.
* Aktivitas bayi menurun secara signifikan.
* Detak jantung bayi di bawah 60.
* Kehilangan berat badan.
* Denyut nadi menjadi samar dan terkadang sulit dideteksi.
* EKG bayi mungkin tidak normal.
Apa yang Menyebabkan Bayi Mengalami Hipotermia?
Foto: Bayi Baru Lahir Terkena Hipotermia, Bagaimana Cara Mengatasinya 2.jpg
Foto: nescientist.com
Penyebab hipotermia pada bayi cukup beragam. Bayi yang lahir prematur atau lahir
dengan berat badan rendah cenderung paling berisiko mengalami hipotermia,
dibandingkan bayi yang lahir dengan kondisi normal.
Selain itu, lingkungan tempat tinggal bayi setelah dilahirkan yang cenderung dingin
juga memiliki peran besar terhadap rendahnya suhu tubuh bayi.
Hipoglikemia atau rendahnya kadar glukosa dalam darah juga dapat menyebabkan
bayi mengalami hipotermia. Sementara penyebab yang terakhir adalah infeksi.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Mengalami Hipotermia?

Foto: Bayi Baru Lahir Terkena Hipotermia, Bagaimana Cara Mengatasinya 3.jpg
Foto: healthline.com
Jika suhu tubuh bayi sangat rendah atau mengalami hipotermia, situs kesehatan
Healthline menyarankan agar Moms melakukan beberapa tindakan berikut ini:
1. Memakaikan pakaian hangat atau pakaian berlapis.
2. Menghangatkan tubuh bayi dengan suhu tubuh Moms melalui skin to skin contact.
3. Membedong bayi.
4. Membawa bayi ke ruangan dengan suhu yang lebih hangat.
Jika langkah-langkah di atas masih belum dapat menaikkan suhu tubuh bayi,
dianjurkan untuk segera mencari bantuan medis darurat atau menghubungi dokter.
Baca Juga: Manfaat Tes Glukosa Pada Bayi Baru Lahir
Terapkan Pencegahan Sebelum Bayi Mengalami Hipotermia

Foto: Bayi Baru Lahir Terkena Hipotermia, Bagaimana Cara Mengatasinya 4.jpg
Foto: raisingchildren.net.au
Cara terbaik untuk mencegah hipotermia pada bayi, terutama ketika cuaca sedang
dingin adalah dengan menerapkan beberapa tindakan berikut ini:
1. Pastikan bayi selalu memakai pakaian kering dan hangat. Jika perlu pakaikan topi.
2. Pastikan bahan pakaian menyerap keringat untuk menghindari keringat berlebih
selama bayi beraktivitas.
3. Pakaikan lapisan pakaian dalam yang longgar.
4. Seluruh tubuh bayi sebisa mungkin harus tetap kering sepanjang hari.
“Jika berada di luar rumah, bawalah alat penyelamat (dari hipotermia) yang mencakup
selimut dan mantel tebal,” kata Thomas Waters, MD, dokter bagian layanan darurat,
seperti dikutip dari Health Cleveland Clinic.
Bayi kehilangan panas tubuh lebih cepat daripada orang dewasa. Perawaran dini saat
bayi mengalami hipotermia dapat mengurangi risiko komplikasi serius.
Selalu hubungi dokter jika Moms mencurigai ada sesuatu yang salah dengan kondisi
Si Kecil.

Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi atau lebih dari 38,50C.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kegagalan pada sistem yang mengatur
pendinginan suhu tubuh. Akibatnya, muncul keluhan mulai dari kram otot, gangguan
otak, hingga gangguan sistem saraf.
Suhu tubuh yang normal berada pada rentang 36–37,50C. Hipertermia didefinisikan
sebagai peningkatan suhu tubuh lebih dari 38,50C yang disebabkan oleh kegagalan
pada sistem pengatur suhu tubuh.

Pada kondisi yang berat, hipertermia dapat menyebabkan heatstroke. Heatstroke


merupakan kondisi darurat medis karena bisa menyebabkan kerusakan permanen di
otak dan organ lainnya.
Hipertermia berbeda dengan demam. Demam merupakan bagian dari mekanisme
sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi oleh kuman, seperti virus atau bakteri.
Demam biasanya sembuh apabila infeksi sudah teratasi. Selain itu, obat penurun
demam tidak efektif untuk mengatasi hipertermia.
Penyebab Hipertermia
Hipertermia paling sering disebabkan oleh paparan suhu panas yang berlebihan dari
luar tubuh. Kondisi tersebut menyebabkan sistem pengaturan suhu tubuh tidak bisa
menjaga suhu agar tetap normal. Akibatnya, suhu tubuh bisa naik drastis mencapai
lebih dari 38,50C.
Peningkatan suhu tubuh bisa terjadi karena faktor-faktor berikut:
* Peningkatan suhu yang ada di lingkungan
* Peningkatan produksi panas dari dalam tubuh, misalnya akibat aktivitas berlebihan,
krisis tiroid, atau efek keracunan obat, seperti obat antikolinegik, obat MDMA
(methylenedioxymethamphetamine), dan obat simpatomimetik
* Tubuh tidak mampu untuk membuang panas, misalnya karena tubuh tidak bisa
memproduksi keringat (anhidrosis)
Faktor risiko hipertermia
Hipertermia berisiko terjadi pada orang dengan faktor-faktor tertentu, seperti:
* Berusia di bawah 4 tahun atau di atas 65 tahun
* Melakukan aktivitas berat di luar rumah dan terpapar sinar matahari atau panas yang
berlebihan dalam jangka waktu yang lama
* Mengalami dehidrasi
* Mengenakan pakaian ketat di cuaca yang panas
* Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat diuretik, stimulan, obat penenang,
obat antihipertensi, dan obat jantung
* Menderita penyakit tertentu yang menghambat pengeluaran keringat, seperti cystic
fibrosis
* Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
* Mengalami gangguan elektrolit
* Menderita gangguan medis tertentu, seperti hipertensi, penyakit tiroid, penyakit
jantung, dan diabetes insipidus
* Memiliki berat badan berlebih, obesitas, atau berat badan terlalu kurus
Gejala Hipertermia
Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada penderita hipertermia adalah:
* Suhu tubuh lebih dari 38,50C
* Rasa gerah, haus, dan lelah
* Pusing
* Lemah
* Mual
* Sakit kepala
Selain keluhan di atas, penderita hipertermia bisa mengalami gejala lain sesuai jenis
hipertermia yang dialami. Berikut ini adalah jenis-jenis hipertermia dan gejala yang
menandainya:
1. Heat stress
Jenis hipertermia ini muncul ketika proses pengaturan suhu tubuh mulai terganggu.
Hal ini umumnya terjadi saat keringat tidak bisa keluar karena mengenakan pakaian
terlalu ketat atau bekerja di tempat yang terlalu panas. Gejala heat stress dapat berupa
pusing, lemas, haus, mual, dan sakit kepala.
2. Heat fatigue
Heat fatigue bisa terjadi ketika seseorang terlalu lama berada di tempat yang panas.
Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami lemas, haus, rasa tidak nyaman,
hilang konsentrasi, bahkan kehilangan koordinasi tubuh.
3. Heat syncope
Kondisi ini terjadi akibat memaksakan diri tetap berada di lingkungan yang panas
sehingga aliran darah ke otak berkurang. Akibatnya, muncul gejala, seperti pusing,
mata berkunang-kunang, hingga pingsan.
4. Heat cramps
Heat cramps bisa terjadi akibat berolahraga dengan intensitas berat atau bekerja di
tempat yang panas. Gejala heat cramps dapat berupa kejang otot yang disertai nyeri
atau kram di otot betis, paha, bahu, lengan, dan perut.
5. Heat edema
Hipertermia jenis ini ditandai dengan pembengkakan di tangan, kaki, dan tumit, akibat
penumpukan cairan. Heat edema terjadi akibat terlalu lama duduk atau berdiri di
tempat yang panas sehingga memicu gangguan elektrolit.
6. Heat rash
Berada di tempat yang panas dan lembab dalam waktu yang lama bisa memicu iritasi
kulit. Jenis hipertermia ini ditandai dengan munculnya ruam-ruam merah di kulit
leher, dada bagian atas, lipatan siku, dan bawah payudara.
7. Heat exhaustion
Heat exhaustion terjadi ketika sistem pengatur suhu tubuh tidak bisa menjaga
keseimbangan suhu agar tetap normal. Kondisi ini terjadi akibat tubuh kehilangan air
dan garam dalam jumlah besar yang keluar dalam bentuk keringat berlebih.
Gejala heat exhaustion dapat berupa sakit kepala, pusing, mual, lemas, kehausan,
peningkatan suhu tubuh, keringat berlebih, produksi urine berkurang, detak jantung
meningkat, hingga sulit menggerakkan anggota tubuh. Bila tidak segera ditangani,
kondisi ini dapat berkembang menjadi heatstroke.
8. Heatstroke
Heatstroke merupakan jenis hipertemia yang paling parah. Kondisi ini harus segera
ditangani karena bisa menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian. Heatstroke
dapat ditandai dengan gejala berikut:
* Suhu tubuh yang meningkat dengan cepat sampai di atas 400C
* Kulit terasa panas, kering, atau muncul keringat berlebih
* Kejang
* Penurunan kesadaran yang ditandai dengan linglung dan bicara tidak jelas
Kapan harus ke dokter
Hipertermia ringan bisa ditangani dengan pertolongan pertama, seperti beristirahat,
berteduh, serta minum air putih atau larutan elektrolit. Namun, jika gejala hipertermia
tidak kunjung hilang atau makin memburuk, segera periksakan diri ke dokter untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.
Sedangkan hipertermia berat, seperti heat exhaustion dan heatstroke, harus cepat
ditangani. Oleh karena itu, bila Anda melihat keluarga atau teman yang mengalami
gejala-gejala heat exhaustion atau heatstroke, segera bawa ke IGD rumah sakit
terdekat agar mendapatkan pertolongan.
Segera cari pertolongan medis atau bawa pasien ke IGD bila mengalami gejala
berupa:
* Perubahan perilaku, seperti linglung, gelisah, dan cepat marah
* Gangguan koordinasi
* Kulit berwarna kemerahan
* Tidak berkeringat walau suhu tubuh sedang tinggi
* Denyut nadi terlalu lemah atau terlalu cepat
Diagnosis Hipertermia
Untuk mendiagnosis hipertermia, dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan
aktivitas yang baru saja dilakukan oleh pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan mengukur suhu pasien untuk memastikan apakah pasien
mengalami hipertermia atau tidak.
Dokter juga akan memastikan apakah pasien memiliki faktor atau kondisi yang
meningkatkan risiko terjadinya hipertemia, seperti menggunakan obat-obatan atau
menderita penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, ginjal, atau tirotoksikosis.
Pengobatan Hipertermia
Penanganan pada pasien hipertermia dapat dibagi menjadi pertolongan pertama dan
pertolongan di rumah sakit. Berikut ini adalah penjelasannya:
Pertolongan pertama
Pertolongan pertama saat mengalami hipertermia dengan gejala ringan hingga sedang
adalah dengan menstabilkan suhu tubuh. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
adalah:
* Beristirahat dari aktivitas yang sedang dilakukan, bila perlu sambil berbaring
* Berteduh agar terhindar dari paparan sinar matahari secara langsung, bila perlu di
ruangan yang sejuk dan memiliki aliran udara yang baik
* Minum air putih atau minuman elektrolit, tetapi hindari mengonsumsi minuman
terlalu dingin karena dapat menyebabkan kram perut
* Mengompres kepala, leher, muka, dan bagian tubuh yang mengalami kram
menggunakan kompres dingin
* Melonggarkan pakaian yang ketat, termasuk kaus kaki dan sepatu
Selama melakukan pertolongan pertama, usahakan untuk tetap memantau suhu tubuh
menggunakan termometer. Jika suhu tubuh tidak kunjung turun setelah mendapatkan
pertolongan atau gejala hipertermia tidak kunjung reda, segera cari pertolongan
medis.
Pertolongan di rumah sakit
Jika hipertermia yang diderita tergolong berat, pasien akan dirawat di rumah sakit.
Dokter akan memberikan pengobatan untuk mengatasi hipertemia dan mencegah
komplikasi akibat hipertermia.
Pengobatan yang diberikan oleh dokter bisa berupa infus yang telah didinginkan atau
pemberian obat dantrolene, kemudian mengatasi penyakit yang menyebabkan
hipertermia.
Komplikasi Hipertermia
Suhu tubuh yang naik akibat hipertermia dapat menyebabkan komplikasi berikut:
* Kerusakan sel-sel otot (rhabdomyolisis)
* Gagal ginjal
* Perdarahan
* Koma
* Kematian
Pencegahan Hipertermia
Ada beberapa upaya sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
hipertermia, yaitu:
* Hindari melakukan aktivitas fisik yang berat di cuaca panas dan lembab.
* Penuhi kebutuhan cairan tubuh dengan memperbanyak minum air putih atau
minuman isotonik, terutama ketika berolahraga.
* Jangan meninggalkan anak-anak di tempat yang tertutup tanpa sirkulasi yang baik,
misalnya di dalam mobil.
* Tetaplah berada di ruangan berventilasi baik, serta gunakan kipas atau AC saat
cuaca terlalu panas.
* Tingkatkan durasi secara bertahap bila harus bekerja atau berolahraga di cuaca yang
panas.
* Kenakan pakaian yang longgar dan berwarna cerah apabila berada di luar ruangan
saat cuaca panas.
* Kenakan topi dan tabir surya yang dapat melindungi kulit dari sengatan sinar
matahari

•Kulit Bayi kering,biru,pucat memar


Pahami Cara Merawat Kulit Kering pada Bayi
facebook twitter share to email line chat whatsapp
Masalah kulit kering tak hanya dialami oleh orang dewasa, bayi pun rentan
mengalaminya. Kulit kering pada bayi dapat terjadi karena kulitnya cenderung lebih
sensitif dan mudah mengalami iritasi. Oleh karena itu, diperlukan perawatan yang
tepat untuk mengatasinya.

Kulit kering pada bayi bisa disebabkan oleh udara dingin dan kering, paparan sinar
matahari, atau paparan klorin pada air di kolam renang. Selain itu, kebiasaan mandi
terlalu lama, terlalu banyak menggunakan sabun, atau alergi terhadap produk
perawatan kulit tertentu juga bisa menyebabkan iritasi dan kulit kering pada bayi.

Pahami Cara Merawat Kulit Kering pada Bayi - Alodokter

Cara Merawat dan Mengatasi Kulit Kering Pada Si Kecil


Bunda tidak perlu khawatir, sebab ada sejumlah cara merawat dan mengatasi masalah
kulit kering pada bayi. Berikut ini adalah hal-hal yang bisa Bunda lakukan di rumah
agar kulit bayi kembali lembap dan sehat:

Persingkat waktu mandi bayi


Mandi terlalu lama dapat menghilangkan kelembapan kulit dan menyebabkan kulit
kering pada bayi. Oleh karena itu, cobalah persingkat waktu memandikan Si Kecil
hanya 5–10 menit saja dan gunakan air hangat yang tidak terlalu panas untuk
membasuhnya.

Perhatikan pula produk sabun mandi bayi yang Bunda gunakan. Sebaiknya, pilihlah
produk sabun mandi khusus bayi yang tidak mengandung parfum atau pewangi dan
ditujukan untuk kulit sensitif.
Gunakan pelembap secara rutin
Untuk merawat dan mengatasi masalah kulit kering pada bayi, Bunda perlu rutin
mengoleskan pelembap ke kulit Si Kecil setidaknya 2–3 kali sehari, yaitu setelah
mandi pagi dan sore serta sebelum tidur. Pastikan pula pelembap yang digunakan
bebas parfum, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada kulit Si Kecil.
Untuk menghindari kulit kering akibat paparan klorin pada air kolam renang, pastikan
Si Kecil segera mandi setelah berenang dan gunakan pelembap setelahnya.

Selain menggunakan pelembap dan membatasi waktu mandi, Bunda bisa melakukan
beberapa hal lainnya untuk menjaga kelembapan kulit Si Kecil, seperti:

Jaga suhu ruangan di kamar Si Kecil agar tetap sejuk dan lembap
Cukupi kebutuhan asupan cairan Si Kecil, baik dengan ASI atau susu formula
Cuci pakaian bayi dengan detergen berbahan lembut dan bebas parfum atau pewangi
Hindari mengenakan pakaian ketat dan berbahan kasar, seperti wol, serta kenakan
pakaian berbahan katun yang nyaman di kulit
Lindungi kulit Si Kecil dari paparan sinar matahari atau udara dingin dengan pakaian
tertutup dan sarung tangan
Gejala Alergi pada Kulit Sensitif Bayi
Terkadang, saat menggunakan produk perawatan kulit yang baru, kulit bayi
kemungkinan mengalami alergi. Jika kulit bayi mengalami ruam, gatal, serta kulit
mengelupas dan kering, segera hentikan pemakaian produk tersebut.

Untuk menguji produk baru, Bunda bisa mengoleskan produk pada pergelangan
tangan atau lengan Si Kecil. Perhatikan jika ada gejala kemerahan atau iritasi yang
muncul dalam waktu 24–48 jam. Bila dalam waktu tersebut atau setelah pemakaian
produk muncul reaksi alergi pada kulit Si Kecil, segera hentikan penggunaannya.

Kulit kering pada bayi yang disertai bercak merah dan gatal menunjukkan adanya
kemungkinan bayi mengalami eksim atau dermatitis atopik. Eksim ringan bisa diatasi
dengan rajin mengoleskan pelembap.

Namun, jika kulit kering pada bayi disertai kemerahan, gatal dan pembengkakan tidak
kunjung sembuh meski sudah menggunakan pelembap, segera periksakan ia ke
dokter. Dengan begitu, Si Kecil dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan
sesuai penyebab kulit keringnya.

Telapak tangan dan telapak kaki bayi yang terlihat biru, teraba dingin dan selalu basah
atau berkeringat biasanya merupakan hal yang normal terjadi pada bayi di bawah 3
bulan. Bayi dilahirkan dengan sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah yang
belum berkembang dengan sempurna, oleh karena itu tubuhnya lebih mengutamakan
untuk memberikan suplai darah ke organ-organ yang penting seperti otak, jantung,
ginjal, dan saluran cernanya. Hal ini menyebabkan suplai darah ke kaki dan tangan
sedikit berkurang, sehingga kaki dan tangan bayi seringkali terlihat kebiruan, serta
teraba dingin dan basah. Hal ini akan membaik dengan sendirinya seiring
bertambahnya usia bayi dan semakin maturnya sistem sirkulasi dan peredaran
darahnya.

Bila anda merasa kuatir kaki yang dingin pada bayi anda adalah hal yang tidak
normal, anda dapat mencoba melihat dan meraba bagian perut dan punggung bayi.
Bila perut dan punggungnya masih terlihat kemerahan dan teraba hangat, maka
kemungkinan besar bayi anda baik-baik saja. Anda juga dapat melihat wajah dan bibir
bayi anda, bila wajah dan bibir bayi anda kemerahan, tidak tampak biru atau pucat,
maka kemungkian besar bayi anda baik-baik saja. Anda juga dapat memperhatikan
perilaku bayi anda, bila bayi anda tampak tenang, tidak rewel, aktif dan ceria seperti
biasa, maka kemungkinan tidak ada hal lain yang terjadi pada bayi anda. Anda juga
bisa mencoba mengukur suhu tubuh bayi anda dengan termometer. Suhu tubuh
normal bayi berkisar antara 36,5 hingga 37,4 derajat celcius. Bila suhu tubuh dalam
rentang tersebut, maka kemungkinan besar bayi anda sehat-sehat saja.

Beberapa hal yang bisa anda lakukan:

Jangan membungkus bayi anda dengan selimut terlalu tebal karena bisa menyebabkan
bayi mengalami kepanasan yang dapat membahayakan bayi
Atur suhu ruangan agar tetap hangat untuk bayi anda
Bungkus kakinya dengan kaos kaki dan kepalanya dengan topi untuk mengurangi
keluarnya panas dari tubuh bayi anda

Sebaiknya anda segera membawa bayi anda ke dokter bila anda menemukan gejala-
gejala berikut ini:

Terdapat kebiruan di bagian tubuh lainnya terutama di wajah dan bibir


Bayi mengalami demam lebih dari 38 derajat celcius
Bayi sangat rewel, tidak bisa ditenangkan, atau justru menjadi sangat lemas dan tidur
terus menerus
Ubun-ubunnya teraba menonjol atau mencekung
Terdapat sesak nafas pada bayi
Terdapat kaku leher
Bayi tidak mau minum atau menyusu
Terjadi muntah-muntah pada bayi
Pucat
biasanya menandakan anemia, yakni suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)
lebih rendah dari normal. Anemia pada bayi bisa terjadi karena banyak faktor, seperti
kekurangan nutrisi (terutama asam folat, zat besi, dan vitamin B12), inkompatibilitas
golongan darah ibu dan bayi, pemecahan sel darah merah berlebihan (anemia
hemolitik), infeksi, perdarahan (seperti karena disentri), kekurangan enzim tertentu,
kelainan sel darah merah, kanker darah, dan sebagainya. Anemia ini semestinya
dikonfirmasi langsung dengan pemeriksaan dokter. Biasanya, dokter akan terlebih
dulu melakukan pemeriksaan darah atau tes penunjang lain guna mengidentifikasi
penyebab anemianya.

Namun, di samping anemia, banyak lagi faktor lain yang bisa menyebabkan bayi
pucat, contohnya karena kulit yang terlalu putih, kurang asupan nutrisi, gangguan
jantung, aspirasi benda asing ke saluran napas, infeksi, dehidrasi, hipoglikemia,
hipoxemia, alergi, dan sebagainya.

Agar lebih obyektif, coba Anda periksakan langsung bayi Anda ke dokter atau dokter
anak terdekat. Dengan begitu, dokter tentu bisa menentukan, apakah kondisi bayi
Anda masih wajar, ataukah berkaitan dengan suatu penyakit yang memerlukan
tatalaksana lebih lanjut.

Saat ini, jangan dulu panik. Anda cukup berfokus memberi bayi Anda ASI yang cukup
sesuai kebutuhannya. Mengingat usianya yang telah menginjak 6 bulan, Anda bisa
juga mulai mengenalkan variasi menu MPASI pada bayi agar kebutuhan gizinya
terpenuhi dengan baik.
•Hisapan bayi lemah,rewel,muntah,mengantuk

Pada bayi dengan refleks hisap yang lemah dan dengan riwayat laringomalasia,
pemberian nutrisi pada bayi perlu dilakukan secara hati-hati. Pada prinsipnya,
tatalaksana yang dilaksanakan perlu menjamin tercukupinya nutrisi untuk bayi,
melindungi saluran pernapasan bayi, menunjang bayi dalam menelan nutrisi,
menjamin stimulasi oral yang optimal, meningkatkan kualitas hidup bayi dan
keluarga, serta membantu keluarga untuk mempertimbangkan stategi terapi lainnya.

Tatalaksana yang dilakukan juga perlu disesuaikan dengan penyebab dari kondisi
yang dialami oleh bayi Anda, seperti pertimbangan untuk tindakan operasi apabila
derajat laringomalasia sudah sangat mengganggu fungsi menelan dan makan anak.
Selain itu, anjuran yang

dapat dilakukan juga berupa pemberian alat suplementasi makan seperti dengan OGT,
NGT, ataugastronomytube, mengatur posisi anak agar tidak cenderung miring ke
salah satu sisi, mengatur kekentalan susu/nutrisi lain yang diberikan misalnya dengan
menambahkan bahan pengental, dan memberikan nutrisi secara perlahan dengan
modifikasi volume, suhu, dan waktu atau laju pemberian nutrisi tersebut secara
perlahan.
Pada dasarnya pemberian nutrisi pada bayi yang memiliki kondisi medis seperti ini
bukanlah hal yang mudah, akan tetapi dapat membaik seiring dengan tumbuh
kembang bayi yang juga sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anatomi
organ pencernaan dan pernapasannya, termasuk pada laring. Oleh karena itu,
dibutuhkan kerja sama baik dari dokter spesialis anak, dokter rehabilitasi medis atau
fisioterapis, untuk mengevaluasi kondisi bayi dari berbagai aspek dan memberikan
tatalaksana yang sesuai dengan kondisi bayi. Lakukan kontrol secara rutin dan berkala
dan diskusikanlah hal ini dengan tim dokter yang merawat bayi Anda.

Bayi rewel dapat dipicu oleh berbagai alasan, seperti mengantuk, lapar, ruam, tidak
nyaman dan sebagainya. Periode rewel ini sering kali terjadi pada sore atau malam
hari.

Kondisi rewelnya bayi tentu membuat para orang tua cemas, apalagi jika si Kecil tak
kunjung tenang setelah mencoba beberapa cara. Namun sebenarnya, kondisi bayi
yang rewel hampir dialami oleh semua bayi, terutama yang baru lahir.

Nah, untuk itulah jika Sahabat MIKA merupakan orang tua atau calon orang tua,
sebaiknya mengetahui apa saja penyebab bayi rewel serta bagaimana cara
menenangkannya.

Baca juga: Gejala Asma pada Anak, Pengobatan dan Tanda Bahayanya

Penyebab Bayi Rewel


Berbagai hal bisa memicu bayi menjadi rewel, menangis, dan gelisah. Berikut ini
sejumlah kemungkinan yang menjadi penyebab bayi rewel:

Lapar
Penyebab paling umum yang menyebabkan bayi rewel adalah kelaparan. Ciri bayi
rewel karena lapar adalah dengan melihat tanda-tanda lapar seperti menggerakkan
tangan ke mulut atau menampar bibir.

Sahabat MIKA sebaiknya melakukan jadwal rutin makan atau waktu menyusui agar
bayi tidak kelaparan. Biasanya, periode pemberian makan ini adalah 2 hingga 2 1/2
jam dari awal satu kali menyusui ke yang berikutnya.

Kelelahan
Bayi yang lelah bisa menjadi bayi yang sangat rewel. Jika dia menggosok matanya
atau Sahabat MIKA mengetahui rutinitas tidurnya tidak sesuai jadwal, maka segeralah
istirahatkan dan ajak ia tidur.

Buat si Kecil merasa nyaman dengan mengayun-ayunkan atau mengajaknya jalan-


jalan. Terkadang gerakan, getaran, dan sedikit kebisingan latar akan membantu ia
menjadi rileks dan tertidur.

Bayi Kolik
Pada bayi yang berusia 0-5 bulan, maka ada kemungkinan ia menjadi rewel karena
kolik infantil. Kondisi ini ditandai dengan periode menangis yang lama serta sulit
untuk ditenangkan.

Biasanya, kolik infantil dapat terdiagnosis ketika bayi mengalami episode menangis
selama 3 jam atau lebih dalam sehari untuk jangka waktu yang lama. Terkadang, kolik
bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi beberapa orang percaya kolik juga bisa menjadi
indikasi alergi susu yang bisa menyebabkan sakit perut kronis.

Tanda-tanda kolik infantil meliputi:

Wajah merah, tambal sulam


Teriakan bernada tinggi
Kekakuan tubuh
Perut kembung
Ruam Popok
Jika Sahabat MIKA merasa kesulitan menenangkan bayi yang rewel, maka cobalah
untuk memeriksa popoknya. Sebab bisa jadi si Kecil mengalami ruam popok.

Ketika terjadi ruam popok maka kulit bayi akan meradang. Hal ini terjadi karena
popok jarang diganti sehingga dapat menciptakan gesekan antara kulit sensitif, popok
dan kotoran.

Untuk bayi yang mengalami ruam popok kronis meskipun sering mengganti popok,
alergi terhadap lateks atau bahan popok harus dipertimbangkan. Untungnya, ada
popok yang tersedia untuk anak-anak yang mengalami alergi terhadap bahan yang
ditemukan di sebagian besar popok.

Sedang Tidak Nyaman


Rasa tidak nyaman menjadi penyebab bayi rewel dan susah tidur. Ketika bayi tidak
nyaman, maka akan membuatnya menjadi lebih rewel dan mudah menangis
dibandingkan biasanya.

Ketidaknyaman ini disebabkan oleh popok yang sudah penuh sehingga sebaiknya
segera diganti. Selain itu, suhu ruangan yang terlalu panas atau dingin juga membuat
si Kecil menjadi tidak nyaman alhasil menjadi menangis.

Maka dari itulah, sebaiknya Anda mengganti popoknya secara berkala serta menjaga
suasana hati agar tidak rewel.

Sariawan
Sariawan mulut terjadi ketika infeksi jamur hadir di dalam mulut, dan merupakan
penyebab umum bayi rewel. Sariawan terjadi ketika akumulasi jamur candida
menumpuk di dalam dan sekitar mulut.

Kemudian, sariawan dapat menyebabkan masalah saat makan dan mengganggu


rutinitas sehari-hari lainnya. Selain bayi yang menjadi rewel, sariawan pada si Kecil
juga memiliki gejala berikut:

Bercak putih di dalam mulut


Kulit pecah-pecah di sekitar mulut
Ketidaknyamanan saat menyusui
Sakit perut
Jika si Kecil mengalami sakit perut atau ketidaknyamanan, kemungkinan besar
mereka akan menangis lebih dari biasanya. Sakit perut pada bayi dapat disebabkan
oleh berbagai faktor dan tidak boleh diabaikan.

Beberapa penyebab umum sakit perut pada bayi adalah:

Gas
Sensitivitas makanan
Refluks asam
Menahan diri dari menangis
Kalau si Kecil merasa gangguan pencernaan sehingga membuat bayi tidak nyaman
dan rewel. Untuk mengatasinya, Sahabat MIKA dapat menggendong bayi Anda di
lengan dengan tubuh bersandar di sisi kiri. Kemudian gosok punggungnya dengan
lembut.

Tumbuh Gigi
Masa tumbuh gigi bisa menjadi penyebab bayi rewel. Jika Sahabat MIKA
memperhatikan bahwa dia ingin mengunyah semuanya, atau jika dia menolak makan
makanan yang dia sukai, maka hal-hal ini bisa menjadi indikasi tumbuh gigi.

Bayi yang rewel disebabkan karena gigi geraham merasa tidak nyaman, karena gigi
tidak tajam seperti gigi seri, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk
menembus gusi.

Sensitivitas Terhadap Makanan


Kondisi ini menjadi penyebab bayi rewel saat menyusu. Walaupun ini jarang terjadi,
tetapi bayi Anda mungkin rewel karena ketidaknyamanan dari sensitivitas makanan.

Jika penyebabnya adalah sensitivitas makanan, maka ibu maupun bayi sebaiknya
untuk mengurangi atau menghindari untuk mengonsumsi:

Kafein
Produk susu
Makanan yang kemungkinan dapat menyebabkan gas (kubis, bawang, kacang-
kacangan)
Bagi ibu yang sedang menyusui, sebaiknya segera berbicara dengan dokter terlebih
dahulu sebelum mencoba diet eliminasi, karena ini dapat menimbulkan risiko
kesehatan tertentu.

Menderita Penyakit
Terakhir, bayi rewel mungkin karena rasa sakit tertentu. Ukur suhu bayi Anda
menggunakan termometer. Jika bayi Anda sering gumoh atau sering muntah, bisa jadi
ia mengalami GERD (gastroesophageal reflux).

Bicarakan dengan dokter tentang tanda-tanda penyakit lain yang harus dicari, seperti:

Bayi rewel atau menangis kuat tanpa alasan


Kaki ditarik ke atas perut, tinju mengepal
Perut kram kentut-kentut
Ruam
Drainase telinga
Diare atau muntah lebih dari biasanya
Darah dalam muntah atau kotoran
Kulit atau mata kuning
Cara Mengatasi Bayi Rewel
Mengatasi bayi rewel memang tidak selalu mudah. Sebagai orang tua, sebaiknya
Anda tidak terpancing emosi dan meningkatkan kesabaran untuk mengatasi si Kecil
yang rewel.

Jika Anda sudah merasa tenang, maka bisa melakukan cara menenangkan bayi rewel
berikut ini:

Bedong Bayi
Bedong dapat meniru sensasi rahim sehingga akan membuat bayi lebih tenang ketika
ia dibalut erat dalam bedong. Sahabat MIKA dapat memakai selimut besar dan tipis
untuk membuat bayi merasa nyaman.

Jangan membedongnya terlalu kuat dan ketat karena hanya akan membuatnya merasa
sesak. Cara ini ampuh untuk mengatasi bayi rewel karena dingin karena akan
mendapatkan sensasi hangat seperti dipeluk.

Lakukan Kontak dengan Bayi


Cara untuk membantu bayi Anda merasa lebih aman dan terlindungi adalah dengan
selalu berada di dekat si Kecil. Sahabat MIKA bisa menggendongnya, mengayunkan
supaya ia tertidur, maupun memeluknya.

Selain itu, cobalah untuk memegang bayi di lengan Anda. Letakkan tubuhnya di sisi
kiri untuk membantu pencernaan atau perut untuk menopang. Selanjutnya, gosok
punggungnya dengan lembut.

Jika bayi tidur, ingatlah untuk selalu membaringkannya di tempat tidurnya dalam
posisi terlentang.

Nyalakan Suara yang Menenangkan


Cara berikutnya yaitu dengan menyalakan bunyi-bunyi tertentu yang menenangkan.
Pada bayi baru lahir, Sahabat MIKA bisa memanfaatkan suara white noise, dengungan
kipas angin, atau rekaman detak jantung untuk membuatnya tenang.

Suara-suara ini mengingatkan bayi saat berada di dalam rahim sehingga akan
membuatnya menjadi lebih tenang.
Lakukan juga gerakan menenangkan seperti mengayun-ayunkannya untuk lebih
mengingatkan bayi akan gerakan yang mereka rasakan di dalam kandungan.

Usap Punggungnya dengan Lembut


Memijat dan mengusap tubuh bayi dengan lembut merupakan cara lain yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kerewelannya. Mengusap punggung bayi dapat
merangsang otak dan saraf bayi.

Hal ini bisa membuatnya menjadi lebih nyaman dan tenang. Pijatan bayi juga baik
untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Lakukan pijatan dengan lembut.
Manfaatkan minyak telon yang aman untuk kulit bayi untuk memberikan sensasi
hangat dan membuat tidurnya menjadi lebih tenang.

Jangan Memberikan Porsi Makan Berlebihan


Pada bayi yang sudah dalam tahap MPASI, sebaiknya Sahabat MIKA menghindarinya
memberi makan bayi Anda secara berlebihan. Hal ini dapat membuatnya tidak
nyaman.

Cobalah untuk menunggu setidaknya 2 hingga 2, 5 jam dari awal satu kali menyusui
ke yang berikutnya.

Kapan sebaiknya bayi dibawa ke dokter?


Jika Sahabat MIKA merasa kerewelan bayi tidak normal, tidak ada salahnya untuk
memeriksakan bayi ke dokter untuk menyingkirkan penyakit apa pun.

Selain itu rewel yang tak berhenti, Anda bisa membawa si Kecil ke dokter jika bayi
mengalami tanda-tanda berikut:

Perubahan nafsu makan dan menolak menyusu beberapa kali berturut-turut


Perubahan perilaku, seperti terlihat sangat mengantuk atau sulit dibangunkan, tampak
lemas atau menangis lebih dari biasanya dan sangat sulit untuk dihibur.
Area pusar atau penis bayi tiba-tiba menjadi merah atau mulai mengeluarkan cairan
atau berdarah.
Si Kecil berusia 3 hingga 6 bulan dan demam tinggi dengan suhu mencapai 38,9 C
atau lebih.
Demam berlangsung lebih dari tiga hari
Pilek, batuk, atau diare
Muntah dengan kuat setelah disusui atau bayi tidak dapat menahan cairan selama
delapan jam.
Dehidrasi
Sembelit
Ruam
Apabila si Kecil rewel dengan disertai tanda-tanda tersebut sebaiknya jangan ragu
untuk menghubungi Dokter Spesialis Anak, ya!
Membedakan Muntah pada Bayi yang Normal dan Abnormal
Muntah pada bayi bisa termasuk sebagai reaksi normal, namun hal ini bisa pula
menjadi pertanda bahwa bayi bunda mengalami kondisi serius.

Muntah yang Normal


Merupakan hal biasa bagi bayi mengalami muntah, Proses minum susu, yaitu setelah
si kecil menelan susu, susu akan melewati bagian belakang mulut, turun ke
kerongkongan, dan diteruskan ke lambung. Diantara kerongkongan dan lambung,
terdapat cicin otot. Cincin ini menjadi pintu masuk susu ke lambung. Setelah susu
masuk ke lambung, cincin akan menutup.

Namun jika cincin tidak menutup dengan sempurna, susu bisa kembali lagi ke
kerongkongan, lalu terjadilah gumoh. Dalam ilmu medis disebut refluks.

Di usia yang masih beberapa minggu, bayi rentan mengalami refluks karena ukuran
lambungnya masih kecil. Di usia ini juga cincin otot belum bisa bekerja dengan
smepurna. Biasanya, cincin akan tumbuh kuat saat bayi berusia sekitar 4-5 bulan.
Pada masa ini dia mungkin sudah berhenti mengalami gumoh.

Selain hal diatas, si kecil juga bisa muntah ketika dia menangis atau batuk-batuk
secara berlebihan. Kemungkinan bunda akan sering melihat si kecil muntah karena ini
pada tahun-tahun pertamanya.

Muntah yang Abnormal

Muntah pada bayi yang tidak normal bisa berhubungan dnegan kondisi kesehatan si
kecil berikut beberapa penyebabnya :

Keracunan makanan
Infeksi virus atau bakteri
Infeksi saluran pernafasan
Infeksi telinga
Pneumonia
Radang usus buntu
Stenosis pilorus (cincin otot antara lambung dan usus terlalu tebal sehingga menutup
dan makan tidak dapat lewat)
Meningitis
Tanda-tanda bahwa bayi bunda mengalami muntah abnormal, antara lain:

Muntahan bayi berwarna hijau. Kondisi ini bisa menjadi pertanda bayi bunda
mengalami gangguan pada ususnya
Dia terlihat sangat kesakitan
Muntah yang diiringi pembengkakan perut
Muntah lbih dari seklail detelah mengalami cedera. Hal ini kemungkinan bisa menjadi
pertanda gegar otak
Terdapat darah pada muntahannya. Jika hanya sedikit, bunda tidak perlu khawatir
karena itu normal terjadi. namun jika banyak atau terus menerus ada darah, bawa ke
dokter
Munta
h secara hebat dan terusmenerus
Muntah yang diiringi menguningnya kulit dan mata bayi. Kondisi ini bisa menjadi
tanda bahwa bayi bunda mengalami jaundice atau sakit kuning.
Cara Mengatasi Muntah pada Bayi

Untuk mengatasi muntah yang normal, bunda tidak perlu membawanya ke dokter atau
memberikan obat-obat khusus. Cukup berikan dia cairan agar terhindar dari dehidrasi.
jadi bunda tidak perlu khawatir berlebihan karena muntah yang normal biasanya tidak
akan berdampak kepada kondisi kesehatan si kecil.

Dua tips di bawah ini bisa bunda coba untuk meminimalisasi usia si kecil ketika
minum susu,

Usai minum susu jangan langsung membaringkannya ditempat tidur bayi. Lebih baik
bunda menggendongnya dengan posisi tubuk si kecil tegak. Gendong dia sekitar
setengah jam setelah menyusu agar cairan bisa turun dengan sempurna.
Tipa setelah mengonsumsi apapun, biasakan untuk menyendawakan bayi bunda.
Untuk mengatasi muntah yang abnormal, bunda bisa membawanya ke dokter guna
mendapat penanganan lebih lanjut.

Namun sebagai langkah awal, bunda bisa memberikannya cukup cairan, namun
hindari memberikannya jus buah. Terkadang jus buah bsa memperparah keadaan,
terutama jika bayi bunda mengalami diare. Dehidrasi juga bisa dicegah dengan
memberikan cairan elektrolit atau oralit. Tapi pemberian oralit pada bayi harus
mendapat persetujuan dari dokter terlebih dahulu

selain itu bunda juga bisa menidurkannya jika mengalami muntah dalam perjalanan.
Tidur kemungkinan bisa membantu menenangkan bayi sekaligus menghilangkan
keinginan bayi untuk muntah.

Berikan kembali asupan setelah si kecil berhenti muntah atau ketika kondisi perutnya
terlihat sudah membaik. Meski begitu, berikan asupan sedikit demi sedikit. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai muntah pada bayi yang normal dan abnormal. Bunda
bisa mengonsultasikannya dengan dokter.
Bagaimana cara membedakan tanda bayi mengantuk dengan tidak ?
Bayi tidak dapat mengungkapkan apa yang dia rasakan, apakah bayi lapar, apakah bayi
kepanasan, apakah popok basah, apakah bayi tidak nyaman dengan lingkungan sekitar. Bayi
hanya bisa berkomunikasi dengan orang lain melalui tangisan dan beberapa tanda yang ia
lakukan termasuk saat mengantuk.

Beberapa tanda bayi mengantuk antara lain :

Bayi mengusap mata dan telinga berulang kali.


Mengisap jari-jari mungilnya.
Terus menguap.
Tampak gelisah dan menjadi lebih rewel.
Melengkungkan badan.
Cenderung diam, tidak mau diajak bermain.
Mata yang mulai layu.
Menggepal tangan di dekat pipi.
Bagaimana cara membuat bayi tidur dengan nyaman dan tidak rewel ?
Bayi baru lahir tidur sekitar 16-17 jam sehari dimana waktu tidur siang sekitar 8 jam sedangkan
tidur malam 8 hingga 9 jam. Beberapa cara membuat bayi tidur dengan nyaman dan tidak rewel
antara lain :

Pastikan suhu ruangan pas untuk bayi yaitu sekitar 21 hingga 22 derajat celcius.
Melakukan pijat bayi agar bayi merasa rileks.
Gunakan baju yang nyaman.
Pastikan kamar dan kasur bayi bersih, tidak ada barang yang membahayakan terutama benda
kecil dan benda yang dapat menutup jalan nafas bayi.
Gunakan lampu tidur.
Jika bayi tidak tidur dengan nyenyak, selalu terbangun dan rewel, bawa bayi ke dokter anak agar
dicari tahu apakah ada masalah pada bayi Anda.
PENANGANAN INFEKSI ATAU SEPSIS
TANDA-TANDA Suhu tubuh panas atau disebut hipotermia, sesak napas, merintih,
menangis lemah atau tidak ada tangis, susah minum, fontanel cembung, serta tali
pusat memerah.
KATEGORI Sepsis Infeksi Lokal
PENILAIAN Tanda-tanda tersebut di atas disertai:
1. Kadang-kadang kejang
2. Tali pusat merah atau kotor atau bau
3. Kulit ikterik Biasanya hanya ditemukan:
1. Panas
2. Tali pusat merah atau kotor atau bau
3. Nanah di telinga
4. Bisul atau pustule di kulit
v PENANGANAN
PUSKESMAS 1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat (tidak hipotermia)
2. ASI tetap diberikan atau diberi air gula
3. Injeksi antibiotika 1 kali
4. Rujuk ke rumah sakit
5. Diberi injeksi antibiotika
6. Dilanjutkan dengan antibiotika oral
7. Nasehat perawatan infeksi
8. Kontrol kembali dalam 2 hari 9.
RUMAH SAKIT 1. Sama seperti di atas
2. Diberi antibiotika ampisilin + gentamisin i.v.
3. Bila perlu diberikan oksigen
4. Infus untuk mencegah dehidrasi
ASI tetap diberikan

Pencegahan dan pengobatan


Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonates. Tanpa
pengobatan yang memadai, gangguan ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. Oleh karena itu tindakan pencegahan memiliki arti penting karena dapat
mencegah terjadinya kesakitan dan kematian. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah:
a) Pada masa antenatal
Perawatn antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisai,
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin,
rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b) Pada masa intranatal
Perawtan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, dalam arti persalinan
diperlukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal
mungkin dilakukan (bila bemar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin
yang baik selama proses persalinan. Melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan
dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
c) Sesudah masa postnatal
Perawatan sesudah pesalinan meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih,
setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilicus secara steril.
Tindakan invasive harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik.
Mengindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan
larutan desinfektan sebelum dan sesudah memgang setiap bayi. Pemantauan keadaan
bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang baik dan benar.

E. Infeksi Tali Pusat


Tali pusat biasanya puput 1 minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam 15 hari.
Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang bisa dengan cepat
menyebabkan sepsis. Pengenalan serta pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat
penting dengan tujuan untuk mencegah sepsis. Faktor-faktor yang mengakibatkan
terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a) Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal kehidupan
hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan. Biasanya
Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran
cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat maka sebaiknya
tali pusat untuk tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering
dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam
bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat
dan memperlambat proses pengeringan tali pusat. Dan masih banyak faktor penyebab
lain yang dapat memperbesar peluang terjadinya infeksi pada tali pusat seperti
penolong persalinan yang kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang
digunakan pada saat menolong persalinan serta khususnya pada saat pemotongan tali
pusat. Dalam penanganan, biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya
infeksi (Danuatmadja, 2003).
b) Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau pula yang dibantu oleh tenaga non medis.
Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini terjadi saat pertolongan persalinan
oleh dukun pandai, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang
tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik.
c) Faktor tradisi
Untuk perawatan tali pusat juga tidak terlepas dari masih adanya tradisi yang
berlaku di sebagian masyarakat contohnyaa dengan memberikan berbagai ramuan-
ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan
lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi
abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena
justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya
tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi,
pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika tidak
ditangani biasa menyebabkan meninggal dunia (Mieke,2006). Masalahnya yaitu tali
pusat merah dan bengkak, mengeluarkan nanah atau berbau busuk (terinfeksi).

Penanganan Infeksi tali pusat local atau terbatas


1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptic (missal klorheksidin atau
iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih.
2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptic (missal gential
violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) 8 kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada
tali pusat. Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
3. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati
seperti sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.

Penanganan Infeksi tali pusat atau meluas


1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan
sensitivitas.
2. Beri kloksasilin per oral sesuai selama 5 hari.
3. Jika terdapat pustula atau lekuk kulit
4. Cari tanda-tanda sepsis.
5. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk tali pusat local atau terbatas.

F. Tetanus Neonatorum

Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonates (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin yang menyerang sistem saraf pusat.
Spora kuman tersebut masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya,
yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi lahir
maupun pada saat perawatannya sebelum puput. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6
hari. Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, maka biasanya penyakit lebih parah
dan angka kematiannya tinggi.
Angka kematian kasus (case Fatality Rate atau CFR) yaitu sangat tinggi. Pada kasus
tetanus neonatorum yang tidak dirawat, angkanya mendekati 100%, terutama yang
memiliki masa inkubasi kurang dari 7 hari. Angka kematian kasus tetanus neonatorum
yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan angka kisaran 10,8-55%.

Faktor resiko untuk terjadinya tetanus neonatorum:


1. Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
2. Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat “3 bersih”.
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Kekebalan terhadap tetanus hanya bisa diperoleh melalui imunisasi TT. Sembuh dari
penyakit tetanus bukan berarti seseorang/bayi selanjutnya kebal terhadap tetanus.
Toksin tetanus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit tetanus, tidak
cukup untuk merangsang tubuh penderita dalam membentuk zat anti (anti bodi)
terhadap tetanus. Itulah sebabnya seorang/bayi penderita tetanus mesti menerima
imunisasi TT pada waktu diagnosis dan/atau setelah sembuh.
TT akan merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai perannan
penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi
TT dalam tubuhnya maka akan membentuk antibody tetanus. Masuk dan menyebar
melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mnecegah terjadinya
tetanus neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan sebanyak 2 kali (2 dosis). Jarak pemberian TT
pertama dan kedua, serta jarak antara TT ke 2 dengan saat kelahiran, sangat
menetukan kadar antibody ttanus dalam darah bayi. Semakin lama interval anatara TT
pertama dan kedua, serta antara TT ke 2 dengan kelahiran bayi maka kadar antibody
tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang
mempertinggi respon imuonologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyebrangkan
antibody tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
Imunisasi TT pada kehamilan sedini mungkin akan memberikan cukup waktu anatara
dosis pertama dan dosis kedua, seta anatar dosis kedua dengan kelahiran. Interval
imunisasi TT dosis pertama dengan dosis kedua minimla 4 minggu.
TT adalah anti gen yang sangat aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi
janin jika ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan
imunisasi TT tidk didapatkan perebedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan
mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.

Gejala klinik tetanus neonaturum anatara lain sebagai berikut :


1. Bayi yang semula yang dapat menetek menjadi tidak menetek karena kejang
otot rahang dan faring (tenggorok).
2. Mulut bayi mencucu sepert mulut ikan.
3. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara, dan sentuhan.
4. Kadang-kadang disertai dengan sesak napas dan wajah bayi membiru.
5. Sering timbul komplikasi terutama bronckhopneumonia, asfiksia dan sianosis
akibat obstruksi jakan napas oleh lendir/secret, dan sepsis.

TANDA-TANDA
Tiba-tiba bayi demam atau panas, mendadak bayi tidak mau/ tidak bisa menetek
(mulut tertutup atau trismus), mulut mencucu seperti ikan, mudah sekali kejang
(misalnya kalau dipegang, kena sinar, atau kaget-kaget), disertai sianosis, kuduk
menjadi kaku, posisi punggung melengkung, kepala mendongak ke atas (atau
opistotonus)
KATEGORI Tetanus neonatorum sedang Tetanus neonatorum berat
PENILAIAN
1. Umur bayi
2. Frekuensi kejang
3. Bentuk kejang
1. Posisi badan
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda infeksi
>7 hari
Kadang-kadang
- Mulut mencucu
- Trismus
- Kejang rangsang (+)
- Opistotonus kadang-kadang
- Masih sadar
- Tali pusat kotorLubang telinga bersih/kotor
0-7 hari

Sering
- Mulut mencucu

- Trismus terus menerus


- Kejang rangsang (+)
- Selau opistotonus
- Masih sadar
- Tali pusat kotor
- Lubang telinga bersih/kotor
PENANGANAN
PUSKESMAS 1. Bersihkan jalan napas
2. Masukkan sendok atau spatel dibungkus kain untuk menekan lidah
3. Beri oksigen
4. Atasi kejang dengan
- Diazepam 0,5 mg/kg/i.m atau supositoria
- Apabila masih kejang ulangi tiap 30 menit
- Ditambah luminal 30 mg/i.m sampai kejang berhenti
5. Infus glucose 10% sebanyak 80 ml/kg/hari
6. Antibiotika 1 kali (Penisilin Prokain 50.000 kg/hari/i.m)
7. Bersihkan tali pusat
8. Rujuk ke rumah sakit
RUMAH SAKIT 1. Umur lebih dari 24 jam ditambah bikarbonas natrikus 1,5 % (4:1)
2. Dosis anti kejang i.v.dengan dosis rumat
3. Diazepam 8-10 mg/kg i.v. di ganti tiap 6 jam
4. ATS 10.000 U/hari i.m.
5. Ampisilin 100 mg/kg i.v. atau prokain penisilin 50.000 U/kg i.m. selama 3 hari
6. Ruang perwatan tenang

Perawatan Lanjut Bayi Tetanus


1. Rawat bayi di ruang tenang dan gelap untuk menguragi rangsangan yang tidak
perlu, tetapi harus yakin bahwa bayi tidak terlantar.
2. Lanjutkan pemberian cairan IV dengan dosis rumatan.
3. Pasang pipa lambung bila belum terpasang dan beri asi peras diantara peiode
spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari dan dinaikkan secara
perlahan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan dalam
dua hari.
4. Nilai kemampuan minum dua kali sehari dan anjurkan untuk menyusu ASI
secepatnya begitu terlihat bayi siap untuk menghisap.
5. Jelaskan kepada ibu bahwa angka kematian tetanus neonatorum masih sangat
tinggi (50% atau lebih), tetapi kalau bayi bisa bertahan hidup tidak akan mempunyai
dampak penyakitnya dimasa datang.
6. Bila sudah tidak terjadi spasme selama dua hari, bayi minum baik dan tidak ada
lagi masalah yang memerlukan perawatan dirumah sakit, maka bayi dapat
dipulangkan.

G. Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi


Berikan perawatan rutin bayi baru lahir :
1. Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi sudah stabil,
gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk membersihkan darah dan
cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran ) dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit.
Tunda memandikan bayi kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau sebelum usia
gestasi 37 minggu ) hingga minimal hari kedua kehidupan.
2. Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok bayi,
atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air
hangat bersabun, kemudian keringkan area tersebut secara cermat.
3. Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang benar untuk
meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan puting.

Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi
baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih
belum sempurna.

Kewaspadaan pencegahan infeksi


Disarankan bagi ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi harus mempunyai
kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dapat
dibangun melalui hal-hal berikut :
1. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menulatkan infeksi
2. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol sebelum dan /
atau sesudah merawat bayi
3. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan
4. Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan
akan terjadikontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya
5. Bersihkan dan jika perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang - barang yang
telah digunakan sebelum daur ulang
6. Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin
7. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi
dengan diare yang terinfeksi di dalam ruangan khusus
Cara pencegahan infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan perncegahan infeksi
1. Cuci tangan dengan sabun dan air atau untuk lebih efektif gunakan cairan
pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi,
sesudah melepas sarung tangan, dan sesudah memegang instrumen atau baran kotor
2. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tngan sebelum
dan sesduah memegang bayi
3. Basahi ke 2 dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air
mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara atau dikeringkan dengan kertas
bersih/handuk pribadi
4. Membersihkan tangan dengan cairan alkohol uang dibuat dari 2ml gliserin dan
100ml alkohol 60%. Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari dengan
cairan pembersih tangan dan basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering
5. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi
6. Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangab bertelanjang kaki
7. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut
a) Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan dibawah kulit atau darah
(gunakan sarung tangan steril atau sarung tangan DTT)
b) Memegang atau kontak dengan membran mukosa atau cairan tubuh (wajib
gunakan sarung tangan bersih )
c) Memegang atau kontak dengan barang yang terkontaminasi serta akan
membersihkan atau membuang kotoran (wajib gunakan sarung tangan tebal dari
bahan karet atau lateks)
8. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai
ulang
a) Dekontaminasi dengan merendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
b) Cuci dan bilas
c) Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu di rebus atau dikukus
d) Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali
e) Jangan menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas, atau berlubang

Perawatan umum
1. Gunakan sarung tangan dan celemek saat memegang BBL sampai dengan
memandikan bayi minimal 6 jam, dan tidak perlu memakai masker atau gaun
penutup dalam perawatan BBL
2. Bersihkam darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang direndam
dalam air hangat kemudian keringkan
3. Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau
setiap diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndam air hangat atau air
sabun lali keringkan dengan hati-hati
4. Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.

Faktor penyebab bayi sembelit atau konstipasi

Penyebab bayi tidak BAB 3 hari bisa beragam dan harus anda perhatikan dengan
seksama perkembangan pencernaannya.

Faktor susu
Tidak akan menjumpai masalah jika bayi hanya memakan ASI saja dalam tubuhnya.
Sebab ASI merupakan makanan sekaligus minuman yang paling baik untuk tubuh
bayi itu sendiri. ASI yang di miliki oleh ibu memiliki nutrisi da gizi yang paling
sempurna. Makanan ini sangat mudah di cerna oleh tubuh. Di dalamnya terdapat
beberapa bakteri baik. Bakteri ini berguna untuk membantu melembutkan, sehingga
tinja yang ada di perut akan lebih mudah keluar.

Jika bayi hanya mengkonsumsi ASI, maka masih dalam tahap lumrah kalau tidak bisa
mengeluarkan fases dalam kurun waktu 3 sampai 5 hari. Di nilai dari kualitas
makanannya, ASI sangat mudah di cerna dan mudah di serap oleh tubuh pula. Maka
kotoran yang keluar nantinya juga sedikit saja. Di dalam ASI juga terdapat hormon
motilin yang sangat membantu proses pencernaan.

Sayangnya ibu tidak bisa 100% memberikan air susunya pada bayi. Maka mereka
akan di sandingkan dengan makanan pendamping lainnya. Seperti susu formula. Nah
dari sinilah akan muncul masalah baru. Sebab kandungan protein dan lemak pada
susu formula belum seimbang. Selain itu pada susu formula terdapat kandungan
kalsium dan fosfor yang tinggi. ini menyebabkan cairan yang ada di dalam tinja
terserap pada dinding usus. Sehingga menjadi keras dan susah untuk di keluarkan.

Sistem pencernaan yang belum baik


Makanan pendamping yang di berikan pada bayi biasnaya bervariasi. Bisa berupa
susu formula atau bisa saja bubur serta nasi tim. Padahal pada usia usia seperti itu,
perkembangan sistem pencernaan bayi masih belum sempurna. Akhirnya penyerapan
yang dilakukan juga belum baik. Seperti makanan padat masih belum bisa di
lunakkan. Apalagi makanan padat akan membuat lama ususnya mencerna makanan
tersebut. Sehingga keluarnya juga cenderung lama. untuk itu perlu di imbangi dengan
makanan yang mengandung serat tinggi.

Kurang cairan dalam tubuh


Masalah bayi dehidrasi sudah menjadi masalah umum. Jika masalah ini tetap di
biarkan berlarut larut, akan menyebabkan kematian. Dehidrasi atau kurang cairan
dalam tubuh bisa di sebabkan karena bayi yang di berikan makanan melalui susu
botol hanya terbatas pada ukuran botol tersebut saja. Sehingga kita tidak bisa
menjangkau, seberapa banyak cairan yang di perlukan. Apalagi jika sudah di campuri
dengan makanan padat. Mereka cenderung membutuhkan lebih banyak cairan.

Adanya luka
Bayi yang mengejan terlalu keras bisa menyebabkan anusnya terluka. Karena fases
yang keras di paksa untuk keluar. Sehingga terjadilah gesekan antara anus dengan
tinja keras, yang mana menyebabkan luka. Jika tinja tidak segera di keluarkan, maka
kondisi tinja akan semakin keras pula.

Efek dari bayi yang mengalami sembelit atau konstipasi atau tidak bisa BAB

Bayi yang tidak bisa BAB atau buang air besar akan merasa tidak nyaman. Mereka
akan lebih sensitif dari biasanya. Sebab mereka menahan sakit yang ada di dalam
perutnya. Kemudian bayi juga cenderung malas untuk melakuakn sesuatu. Biasanya
mereka cenderung diam, malas bergerak, serta malas beraktivitas.

Selain itu, bayi juga akan mengalami gangguan kolik. Gangguan ini membuat bayi
menjadi lebih susah untuk makan. Mereka telalu tersakiti dengan perut yang tidak
bisa mengeluarkan fases dari dalam anusnya.

Bayi juga sangat mudah untuk menangis, rewel, dan suka ngambek. Bahkan bagian
anusnya akan ruah memerah karena terlalu sering untuk mengejan demi
mengeluarkan fases. Perut bayi juga kembung, membesar dan hanya berisi angin saja.
Karena tidak bisa mengeluarkan makanan dari dalam perutnya. Akhirnya mereka akan
lebih mudah mutah. Jika anda melihat dari fluktuasi pertambahan berat badan,
biasanya cenderung tidak naik. Sebab bayi tidak memasukkan sedikit makanan ke
dalam tubuhnya.

Cara mengatasi sembelit atau konstipasi

Perhatikan susu formula yang hendak anda berikan pada bayi. Lihat takaran
pengencerannya, agar konsentrasi antara susu dan air pas. Sehingga tidak kental serta
tidak pula cair. Hal ini sangat erat hubungannya dengan masalah pencernaan bayi
nantinya
Jika anda ragu untuk memilih susu formula yang ada, bisa meminta rekomendasi dari
dokter. Biasanya akan di sesuaikan dengan kondisi bayi anda. dokter anak cenderung
lebih paham masalah pencernaan pada bayi anda, sehingga di sesuaikan dengan
komposisi yang ringan.
Bisa di bantu dengan mengoleskan minyak telon di sekitar anus bayi. Hal ini di
percaya bisa membantu untuk melindungi anus bayi dari luka
Bisa di bantu dengan pijatan pijatan lembut pada perut bayi. Di mulai dari pusar
sampai arah luar. Kemudian di bantu dengan gerakan melingkar yang searah dengan
jarum jam. Untuk lebih mudah bisa menggunakan minyak telon bayi agar lebih licin.
Posisikan bayi dalam keadaan telentang. Angkat kakinya dan di gerakkan seperti
dalam gerakan sedang mengayuh sepeda. Ini bisa bekerja untuk pergerakan otot otot

perut bayi. Sehingga bisa membantu bayi untuk melakukan BAB. Faktor

penyebab bayi sembelit atau konstipasi

Penyebab bayi tidak BAB 3 hari bisa beragam dan harus anda

perhatikan dengan seksama perkembangan pencernaannya.

 Faktor susu
Tidak akan menjumpai masalah jika bayi hanya memakan ASI saja

dalam tubuhnya. Sebab ASI merupakan makanan sekaligus

minuman yang paling baik untuk tubuh bayi itu sendiri. ASI yang di

miliki oleh ibu memiliki nutrisi da gizi yang paling sempurna.

Makanan ini sangat mudah di cerna oleh tubuh. Di dalamnya

terdapat beberapa bakteri baik. Bakteri ini berguna untuk membantu

melembutkan, sehingga tinja yang ada di perut akan lebih mudah

keluar.

Jika bayi hanya mengkonsumsi ASI, maka masih dalam tahap

lumrah kalau tidak bisa mengeluarkan fases dalam kurun waktu 3

sampai 5 hari. Di nilai dari kualitas makanannya, ASI sangat mudah

di cerna dan mudah di serap oleh tubuh pula. Maka kotoran yang

keluar nantinya juga sedikit saja. Di dalam ASI juga terdapat

hormon motilin yang sangat membantu proses pencernaan.

Sayangnya ibu tidak bisa 100% memberikan air susunya pada bayi.

Maka mereka akan di sandingkan dengan makanan pendamping

lainnya. Seperti susu formula. Nah dari sinilah akan muncul masalah

baru. Sebab kandungan protein dan lemak pada susu formula belum

seimbang. Selain itu pada susu formula terdapat kandungan kalsium

dan fosfor yang tinggi. ini menyebabkan cairan yang ada di dalam
tinja terserap pada dinding usus. Sehingga menjadi keras dan susah

untuk di keluarkan.

 Sistem pencernaan yang belum baik

Makanan pendamping yang di berikan pada bayi biasnaya bervariasi.

Bisa berupa susu formula atau bisa saja bubur serta nasi tim. Padahal

pada usia usia seperti itu, perkembangan sistem pencernaan bayi

masih belum sempurna. Akhirnya penyerapan yang dilakukan juga

belum baik. Seperti makanan padat masih belum bisa di lunakkan.

Apalagi makanan padat akan membuat lama ususnya mencerna

makanan tersebut. Sehingga keluarnya juga cenderung lama. untuk

itu perlu di imbangi dengan makanan yang mengandung serat tinggi.

 Kurang cairan dalam tubuh

Masalah bayi dehidrasi sudah menjadi masalah umum. Jika masalah

ini tetap di biarkan berlarut larut, akan menyebabkan kematian.

Dehidrasi atau kurang cairan dalam tubuh bisa di sebabkan karena

bayi yang di berikan makanan melalui susu botol hanya terbatas

pada ukuran botol tersebut saja. Sehingga kita tidak bisa

menjangkau, seberapa banyak cairan yang di perlukan. Apalagi jika

sudah di campuri dengan makanan padat. Mereka cenderung

membutuhkan lebih banyak cairan.


 Adanya luka

Bayi yang mengejan terlalu keras bisa menyebabkan anusnya

terluka. Karena fases yang keras di paksa untuk keluar. Sehingga

terjadilah gesekan antara anus dengan tinja keras, yang mana

menyebabkan luka. Jika tinja tidak segera di keluarkan, maka

kondisi tinja akan semakin keras pula.

Efek dari bayi yang mengalami sembelit atau konstipasi atau

tidak bisa BAB

Bayi yang tidak bisa BAB atau buang air besar akan merasa tidak

nyaman. Mereka akan lebih sensitif dari biasanya. Sebab mereka

menahan sakit yang ada di dalam perutnya. Kemudian bayi juga

cenderung malas untuk melakuakn sesuatu. Biasanya mereka

cenderung diam, malas bergerak, serta malas beraktivitas.

Selain itu, bayi juga akan mengalami gangguan kolik. Gangguan ini

membuat bayi menjadi lebih susah untuk makan. Mereka telalu

tersakiti dengan perut yang tidak bisa mengeluarkan fases dari dalam

anusnya.

Bayi juga sangat mudah untuk menangis, rewel, dan suka ngambek.

Bahkan bagian anusnya akan ruah memerah karena terlalu sering


untuk mengejan demi mengeluarkan fases. Perut bayi juga kembung,

membesar dan hanya berisi angin saja. Karena tidak bisa

mengeluarkan makanan dari dalam perutnya. Akhirnya mereka akan

lebih mudah mutah. Jika anda melihat dari fluktuasi pertambahan

berat badan, biasanya cenderung tidak naik. Sebab bayi tidak

memasukkan sedikit makanan ke dalam tubuhnya.

Cara mengatasi sembelit atau konstipasi

1. Perhatikan susu formula yang hendak anda berikan pada bayi.

Lihat takaran pengencerannya, agar konsentrasi antara susu

dan air pas. Sehingga tidak kental serta tidak pula cair. Hal ini

sangat erat hubungannya dengan masalah pencernaan bayi

nantinya

2. Jika anda ragu untuk memilih susu formula yang ada, bisa

meminta rekomendasi dari dokter. Biasanya akan di sesuaikan

dengan kondisi bayi anda. dokter anak cenderung lebih paham

masalah pencernaan pada bayi anda, sehingga di sesuaikan

dengan komposisi yang ringan.

3. Bisa di bantu dengan mengoleskan minyak telon di sekitar

anus bayi. Hal ini di percaya bisa membantu untuk melindungi

anus bayi dari luka


4. Bisa di bantu dengan pijatan pijatan lembut pada perut bayi.

Di mulai dari pusar sampai arah luar. Kemudian di bantu

dengan gerakan melingkar yang searah dengan jarum jam.

Untuk lebih mudah bisa menggunakan minyak telon bayi agar

lebih licin.

5. Posisikan bayi dalam keadaan telentang. Angkat kakinya dan

di gerakkan seperti dalam gerakan sedang mengayuh sepeda.

Ini bisa bekerja untuk pergerakan otot otot perut bayi.

Sehingga bisa membantu bayi untuk melakukan BAB.

"C:\Users\USER\Documents\TANDA TANDA 5-6.docx""C:\Users\USER\


Documents\TANDA TANDA 5-6.docx""C:\Users\USER\Documents\TANDA
TANDA 5-6.docx"

Anda mungkin juga menyukai