Anda di halaman 1dari 3

Ujian Akhir Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023

Program Studi Magister Manajemen PPs. Unwar

Mata Kuliah : Manajemen Operasional


Dosen : Dr. Ni Luh Anik Puspa Ningsih, SE.,MM
Peserta : I Gst Ngr A Yudisth Surya Danajaya
NIM : 2232125095

“Quality Management Pada BPR Sedana Yasa”

Manajemen Kualitas merupakan bagian integral dari manajemen operasional dalam setiap organisasi, termasuk BPR
Sedana Yasa. BPR Sedana Yasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk dan layanan yang mereka
berikan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan serta mematuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
Berikut adalah beberapa praktek umum dalam Manajemen Operasional Kualitas di BPR Sedana Yasa:
Pertama, mereka menerapkan pengendalian kualitas terhadap produk dan layanan yang mereka berikan. Hal ini
melibatkan pemantauan dan pengawasan yang ketat terhadap setiap tahap proses operasional, mulai dari persiapan
dokumen kredit hingga penanganan keluhan pelanggan. Sistem pengendalian kualitas ini dirancang untuk
mengurangi kesalahan dan cacat serta memastikan konsistensi dan keunggulan kualitas dalam semua aspek
operasional.
Kedua, BPR Sedana Yasa menetapkan standar kualitas yang jelas dan terukur untuk semua aspek operasional.
Standar ini mencakup berbagai elemen seperti kecepatan pelayanan, akurasi data, keandalan sistem, dan kepuasan
pelanggan. Standar kualitas ini menjadi acuan bagi seluruh karyawan BPR Sedana Yasa dalam menjalankan tugas-
tugas mereka dan mencapai tujuan organisasi.
Ketiga, BPR Sedana Yasa melaksanakan pelatihan dan pengembangan karyawan secara berkala. Mereka menyadari
bahwa kualitas produk dan layanan yang baik hanya dapat dicapai melalui karyawan yang kompeten dan terampil.
Pelatihan ini meliputi peningkatan keterampilan operasional, pemahaman terhadap standar kualitas, penggunaan alat
dan teknik Manajemen Kualitas, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya kualitas dalam semua aspek
pekerjaan mereka.
Selain itu, BPR Sedana Yasa secara rutin melakukan pengukuran dan pemantauan kinerja operasional mereka untuk
mengevaluasi efektivitas sistem manajemen kualitas. Pengukuran ini meliputi parameter kinerja seperti tingkat
kepuasan pelanggan, tingkat kegagalan proses, ketepatan waktu, dan tingkat keberhasilan penanganan keluhan
pelanggan. Data yang terkumpul dari pengukuran ini digunakan untuk menganalisis kinerja, mengidentifikasi area
perbaikan, dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan.
Terakhir, BPR Sedana Yasa menerapkan pendekatan perbaikan berkelanjutan dalam Manajemen Operasional
Kualitas mereka. Mereka mendorong karyawan untuk memberikan masukan, saran, dan inisiatif perbaikan.
Masukan yang diterima dievaluasi dan jika memungkinkan, diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas produk
dan layanan. Selain itu, BPR Sedana Yasa juga melakukan tinjauan rutin terhadap proses operasional mereka untuk
mengidentifikasi peluang perbaikan dan mengoptimalkan efisiensi.
Meskipun proses dan aktivitas dalam Manajemen Operasional Kualitas pada BPR Sedana Yasa memberikan
manfaat yang signifikan, terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan.
Pertama, implementasi sistem Manajemen Kualitas yang ketat dapat menyebabkan biaya yang cukup tinggi dan
kompleksitas operasional yang meningkat. Biaya yang diperlukan untuk pelatihan, sertifikasi, pengukuran kinerja,
dan peningkatan infrastruktur dapat menjadi beban finansial bagi organisasi. Selain itu, kompleksitas dalam
memantau dan mengendalikan setiap tahap proses dapat mengakibatkan birokrasi yang berlebihan dan menghambat
fleksibilitas organisasi.
Kelemahan kedua adalah resistensi terhadap perubahan. Pengenalan sistem Manajemen Kualitas yang baru dan
perubahan dalam proses operasional seringkali menghadapi resistensi dari karyawan. Beberapa karyawan mungkin
merasa tidak nyaman dengan perubahan yang diperlukan atau merasa terbebani dengan tuntutan baru dalam hal
pemantauan kualitas dan pelaporan. Resistensi terhadap perubahan ini dapat menghambat kelancaran implementasi
dan keberlanjutan sistem Manajemen Kualitas.
Selanjutnya, kelemahan lainnya adalah kurangnya keterlibatan karyawan. Keterlibatan dan partisipasi karyawan
yang rendah dapat menjadi hambatan dalam menerapkan Manajemen Operasional Kualitas yang efektif. Jika
karyawan tidak merasa memiliki tanggung jawab dan kepentingan pribadi terhadap kualitas produk dan layanan,
implementasi dan pemeliharaan sistem Manajemen Kualitas dapat menjadi sulit. Karyawan yang tidak terlibat
mungkin kurang termotivasi untuk memenuhi standar kualitas dan mungkin kurang berkontribusi dalam usaha
perbaikan berkelanjutan.
Terakhir, kelemahan lainnya adalah terlalu fokus pada angka dan metrik. Meskipun pengukuran kinerja dan metrik
penting dalam Manajemen Operasional Kualitas, terlalu terpaku pada angka dan metrik dapat mengabaikan aspek
kualitatif yang tidak terukur dengan mudah. Keberhasilan dalam mencapai standar kualitas tidak hanya bergantung
pada data dan angka, tetapi juga melibatkan aspek seperti kepuasan pelanggan, keberlanjutan operasional, dan
inovasi. Terlalu fokus pada angka dapat menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap kebutuhan dan preferensi
pelanggan serta aspek non-metrik yang dapat mempengaruhi kualitas keseluruhan.
Dalam menghadapi kelemahan-kelemahan tersebut, BPR Sedana Yasa perlu mempertimbangkan strategi yang tepat
untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan efektivitas Manajemen Operasional Kualitas mereka. Hal
ini termasuk mengkomunikasikan manfaat perubahan kepada karyawan, melibatkan mereka dalam proses
pengambilan keputusan, mendorong partisipasi aktif, dan membangun budaya yang mendukung peningkatan
kualitas secara berkelanjutan.

berdasarkan POV (point of view), Dari sudut pandang saya, berikut adalah beberapa rekomendasi perbaikan yang
dapat diimplementasikan pada proses/aktivitas Manajemen Operasional Kualitas di BPR Sedana Yasa:

1. Komunikasi dan Pelibatan Karyawan: Penting untuk meningkatkan komunikasi dan pelibatan karyawan
dalam semua tahapan proses Manajemen Operasional Kualitas. Melibatkan karyawan secara aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sistem kualitas akan meningkatkan keterlibatan mereka dan
memastikan pemahaman yang lebih baik tentang tujuan dan manfaat perubahan yang dilakukan.

2. Pelatihan dan Pendidikan Kontinu: Menyediakan pelatihan dan pendidikan kontinu kepada karyawan
tentang konsep dan praktik Manajemen Kualitas akan meningkatkan pemahaman mereka. Ini juga dapat
membantu mengatasi resistensi terhadap perubahan dengan memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang pentingnya kualitas dan bagaimana setiap individu dapat berkontribusi untuk mencapai tujuan
tersebut.

3. Penggunaan Teknologi dan Alat Bantu: Menerapkan teknologi dan alat bantu yang relevan dapat
membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses Manajemen Operasional Kualitas. Misalnya,
penggunaan perangkat lunak untuk memantau dan melacak kinerja operasional, melakukan analisis data,
dan memfasilitasi kolaborasi antar tim dapat membantu mengidentifikasi potensi perbaikan dan mengambil
tindakan yang tepat dengan lebih cepat.

4. Penekanan pada Kepuasan Pelanggan: Memperkuat fokus pada kepuasan pelanggan sebagai ukuran utama
keberhasilan Manajemen Operasional Kualitas. Melakukan survei kepuasan pelanggan secara rutin,
memperhatikan umpan balik pelanggan, dan mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan pengalaman
pelanggan akan membantu memastikan bahwa semua upaya dan perbaikan yang dilakukan sejalan dengan
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.

5. Budaya Perbaikan Berkelanjutan: Membangun budaya perbaikan berkelanjutan di seluruh organisasi


adalah kunci dalam mencapai keunggulan kualitas. Mendorong karyawan untuk memberikan masukan, ide,
dan inisiatif perbaikan, serta memperkuat praktik pembelajaran dari kesalahan dan pengalaman, akan
memperkuat upaya organisasi dalam menghadirkan kualitas yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai