Anda di halaman 1dari 132

Terjemahan Kitab Negara Krethabumi

Karya Pangeran Wangsakerta Cirebon


tahun 1670
NASKAH
NAGARA KRETABHUMI

DWITYA SARGA
(Buku kesatu / Jilid Satu)

Alih aksara dan bahasa :


Oleh:
T. D. SUDJANA

Cirebon, 23 Oktober 1987

Pustaka Nagara Kretabhumi.


Semoga tiada aral melintang. Ini Sargah Pertama Nagara Kretabhumi,
Pustaka Kerajaan Carbon serta para raja di pulau Jawa.
Ini naskah, adalah (menggambarkan ?) Kerajaan lama yang besar.
Karenalah sesuai faktanya. Peri kehidupan masyarakat luas dahulu kala.
Ini tidak begitu saja (tidak saja?) tentang kerajaan Carbon tetapi (juga)
seluruh pulau Jawa serta Nusantara, dan juga ya ini naskah, diantaranya
keinginan (menuangkan ? mengungkapkan ?) intisari pemikiran, petunjuk
sepanjang hidupku, adapun tujuan pertama saya, yaitu ini naskah menjadi
(sumber) pengetahuan (bagi) masyarakat umum semuanya, semoga
demikian.
Terlebih dahulu mengha-turkan puja-puji saya kepada Susuhunan Jati.
Manusia utama yang agung terunggul. Keagungannya abadi hakikat
awal(nya). Sempurnalah ya Sang Pemimpin di pulau Jawa, setelah
Susuhunan (02) Ampel wafat. Saya sebagai anak cucu Susuhunan Ja-ti,
senantiasa tak henti-henti (melaksanakan) kewajibanku, yakni mengikuti
jejaknya.
Ketahuilah olehmu, Beliau dikenal (sebagai) Susuhunan Jati yang jaya di
seluruh Jawa barat raja yang berkuasa juga guru besar agama Islam.
Karenanya Beliau yang wafat di Gunung Sembung, senantiasa dipuja oleh
saya anak cucunya, serta semua sanak keluarga Carbon dan penduduk di
seluruh pulau Jawa.
Dengan itu semoga tiada aral melintang. Tuhan yang Esa hamba berserah
diri, berikanlah hamba hidup sejahtera, hidup berlimpah di dunia berikut
juga anak cucunya Susuhunan Carbon, Susuhunan Mataram, Sultan
Banten, Sultan Demak, Pajang, para ratu di seluruh Jawa barat.
Karenanya sayanglah engkau kepada sesama manusia serta berbagai
mahluk hidup. Janganlah engkau saling mem- (03) bunuh, bertentangan,
hidup tamak, berbuat dusta serta berbuat nista. Janganlah engkau minum
minuman yang memabukkan, atau yang menciptakan jalan kematianmu,
sopan santunlah engkau, janganlah engkau menjadi wiramati
(wiramantri?). Dan menyerang lagi perkataan yang telah menghina,
menyalahkan diri sendiri ke dalam kematian (?), meskipun musuh yang
salah maafkanlah dan berilah pertolongan padanya. Janganlah ia terus-
menerus melakukan perbuatannya itu. Agama Islam dan Qur’an itu
pengetahuan untuk seluruh umat manusia di seluruh dunia, dua kalimat
Syahadat harus kau genggam erat dan pakailah (laksanakanlah) ia.
Senantiasalah engkau berdoa kepada Tuhan yang Esa. Demikianlah pesan
Susuhunan Jati kepada semua anak cucunya.
Semoga tiada aral melintang.
Inilah tulisanku, ini kisah agung naskah Nagarakre-tabhumi.
Karenanyalah naskah ini senantiasa menjadi pemimpin dan pemberi
petunjuk yang membahas berbagai kronologis serta kehidupan
masyarakat di masa lampau. Juga sebagai uraian perihal tata negara.
Berdiri dan sirnanya sejumlah kerajaan dan sebagainya.
Oleh karena itu hendaknya tak ada perselisihan dalam mengartikan
cuplikan-cuplikan (kisah) dalam naskah ini. Oleh aku membuka jalan
cerita sesungguhnya (?) mendalami pengetahuan tentang riwayat yang
telah lalu (?).
Dengan besarnya keinginan, serta itu dengan pertolongan Tuhan yang
Penguasa awal, harapan serta cita-citanya akhirnya terlaksana.
Adapun, dahulu pulau Jawa, menurut kisah para pertapa jaman dulu (?),
adalah sebuah pulau tua yang besar (?), hingga diantara pulau-pulau di
Nusantara. Beginilah Cendikiawan berbagai (disiplin ilmu) pengetahuan
(mengetahui segala hal ?), sempurnalah kisahnya, serta pula
sesungguhnya pulau Jawa, buminya (05) makmur sejahtera. Laksana
surga di bumi. Karena berbagai dewa dipuja semuanya ada di sini.
Ini pertama awal mula cerita, kejadiannya beberapa ribu tahun lampau di
pulau Jawa, di sini telah didiami oleh penduduk. Di sana kelompok
mereka pergi berpencar, sebab mereka datang ke pulau Jawa, tak datang
menyatu yakni bertahap-tahapan. Hingga beberapa puluh tahun antaranya.
Itu penduduk di masa lampau, memakai kulit kayu dan bercawat. Adapun
negeri asal usul-nya dari sebelah timur Bharata Warsa, yakni sekitar timur
utaranya Sanghyang Hujung, yaitu tempat tinggalnya negeri Syangka dan
negeri Yawana.
Beliau menaiki perahu kayu rakit siang malam mengikuti alur sungai ke
selatan menuju lautan. Kemudian berhenti di beberapa pulau, dan
diantaranya, datanglah (06) mereka di pulau Jawa. Sebab tempat tinggal
mereka senantiasa kekeringan yakni lantaran pada masa lalu di sana
terjadi gempa bumi, kemarau panjang.
Banyak mereka tak makan dan hidup di hutan makan daun buah kayu-
kayu (ranting-ranting ?) pepohonan (?), buah-buahan satwa liar dan
sebagai-nya. Karenanya mereka senantiasa menuju mencari tanah subur di
pulau Jawa, sesampainya di sini menetap kemudian, mereka hidup akrab
seperti keluarga, anak cucu sanak saudara masing-masing membuat
rumah, kemudian menjadi dukuh. Persahabatan antar kelompok erat sebab
telah tercapai, dan tujuan mereka nyata-nyata landhyamanuhara (?) hidup
di bumi yang subur.
Sebagai kain mereka lelaki perempuan yaitu kulit kayu.
Adapun lama sebelum mereka datang di sini telah ada (07) pribumi.
Banyak diantara mereka menikah dengan gadis pribumi kemudian
beranak cucu. Ada yang melakukan penyerbuan berkelahi kemudian
matilah ia. Ada yang lari ke hutan ada (yang tetap) tinggal (di situ),
bersahabat dengan orang baru, namun meskipun demikian ia tak melihat
(mempedulikan ?), belumlah banyak sesungguhnya kelompok orang baru
itu, sementara mereka orang baru begitu cakap akan banyak hal. Semakin
lama mereka hidup berdekatan (?) menjadi satu yaitu menyebabkan saling
menikah menjadi keluarga, seterusnya demikian kisahnya, mempunyai
akhirnya (?) yaitu pemujaan roh, demikian pula adat sopan santundan
diterapkan (dilaksanakan) terus-menerus seperti di tanah airnya dahulu.
Bersama-samalah mereka, di sebuah pedukuhan (yang) lapang, lantas
mereka merundingkan (sirābhawarasa), melaksanakan (mengangkat ?)
yang pertama yakni orang berusia (paling) tua, (08) menjadi pimpinan
(pasukan ?) masyarakat seluruh pedukuhan itu, dan sebagainya atau
pimpinan sejumlah penduduk di situ serta wilayah sekitarnya.
Ia senantiasa dipuja sebagai raja wilayah, pemimpin upacara pembersihan
dosa, memimpin peleburan dosa semua orang, menghukum yang
bersalah, berbuat jahat (terhadap) orang (lain) segala tindak tanduknya
tanpa belas kasihan dan tak patut, musuh masyarakat di wilayah itu.
Penghulu itu adalah ia yang terunggul tabiatnya. Pada kala itu sang
Penghulu yakni Sang Datu sebutannya lagi seperti Maharaja resi
kewenangannya. Sebagian kehidupan sejumlah penduduk ada yang hidup
di hutan, mereka digambarkan (?) hidup di hutan lereng pegunungan, ada
yang mengikuti tepi sungai (dan laut ?). Peralatan mereka yakni batu,
kayu, tulang dibuat beliung, kapak, senjata panah, tatah, sarasantana (?),
parang serta berbagai senjata tajam, juga perhiasan (09) asesoris mereka
dari tulang, batu serta kayu-kayu.
Adapun kehidupan masyarakat, kian hari makanannya seperti di tanah
airnya di masa silam, mulai membuat rumah sejak mereka dahulu itu (?),
bermacam satwa hasil perburuan, berbagai buah-buahan, akar-akaran,
dedaunan buah pepohonan, buah umbi-umbian, gulai-gulaian berbagai
bunga (?), dan sebagainya, hasil dari bertani mereka. Kemudian berbagai
hewan laut hasil dari laut dan sungai.
Sedangkan sang kepala, pimpinan masyarakat memiliki berbagai
pengetahuan, mantra, selalu bertapa, melakukan ritual harian,
menghindarkan penduduknya dari pengaruh mantra-mantra,
mangarsirwada (?), pendeta pemimpin upacara pemberkatan pernikahan,
membuat upacara pemujaan kala mentari terbenam karena itu ritual
sehari-hari, gumöprayang lagi (?), sifatnya terpuji sopan santun dan lemah
lembut.
Sang kse- (10) pa (yang lirih ?) ialah sang Kepala, Sang Datu siang
malam senantiasa berharap penduduknya selalu tentram sejahtera juga
desa tempat tinggal (mereka), makmur, sejahtera di dunia.
Semakin lama kelompok mereka pergi terpisah, tersebar di pulau-pulau,
masing-masing mereka mencari kehidupan (yang) layak dengan keluarga
mereka, mencari tanah (yang) subur. Semenjak pernikahan mereka
dengan gadis pribumi, karenanya mereka tak bertentangan, mereka
merapat menjadi satu, mereka kemudian bersaudara. Oleh karena itu
tujuan mereka terlaksana, tak mendapat kesulitan pada saat itu tempat
(pemukiman ?) masyarakat makmur sejahtera menjadi ramai keberadaan
upacara pemujaan, menjual di pulau-pulau (? Upakraya wikraya = usaha
perdagangan antar pulau ?). Besar kecil perahu ke pulau Jawa.
Adapun pemujaan masyarakat kala itu, banyak yang disembah, sebab
macam pemujaan mengikuti sekehendak mereka, de- (11) ngan mengucap
yakni mantra pemujaan roh. Mereka melakukan (itu) ditujukan kepada
(roh) nenek moyang, dengan mantra pemujaan (?), lengkap dan
perbendaharaan ilmu pengetahuan (?) juga upacara pemujaan sehari-hari
dengan bermacam suguhan. Maksud dan tujuan mereka agar terkabul cita-
citanya. Ada………… terhindar dari perilaku nista. Ada………………
mengharapkan memperoleh hasil dari pekerjaannya, menang bila
berperang. Ada……………. bahkan sengaja melakukan penyiksaan
(guna) membuka pintu masuk agar pada kelahiran berikutnya (?) sejahtera
(?). Ada….. lelakon bertujuan akhir (?) supaya hidup bahagia dan
sejahtera, berlimpah harta benda. Ada………… lelaki mengharap istri.
Ada………. perempuan supaya bersuami. Ada………. mengharap
mampu jaya (dalam) berdagang (?). Ada…………. mengharap menangi
penyerangan musuhnya, serta mengalahkannya (? membunuhnya ?).
Ada………. yang supaya panjang umurnya, dan tak ada mara bahaya
yang datang. Ada yang berharap subur pertaniannya dan banyak hasilnya,
dan bermacam-macam lagi keinginan mereka.
Sedangkan je- (12) nis pemujaan mereka yakni, ada memuja api, memuja
gunung, memuja roh, memuja laut, memuja batu, memuja pohon besar,
memuja pepohonan, memuja darah, memuja sungai, memuja matahari,
memuja bulan, memuja bintang. Ada yang memuja roh nenek moyang di
atas puncak gunung yang tinggi, karena gunung itu nenek moyang yaitu
seolah-olah nenek moyang dari gunung seluruh dunia.
Ada yang memuja pohon beringin serta mathĕb (?) memuja pohon dalam
kedukaan beberapa orang mengadakan upacara harian pemujaan roh
nenek moyang, dengan berharap terbebas dari segala dosa, sehat dalam
menjalani kehidupan mereka, serta menghindarkan dari kematian besar
(kiamat ? pĕrlaya ?) dan menghindarkan dari marabahaya. Serta tiada aral
melintang baik dalam kehidupan perkawinan mereka, dan kesempurnaan
hidup sehat sejahtera.
Ia memiliki burung (?) jika duduk di prapayĕng (?) terus menerus atau
melakukan kecurangan kepada sesama manu- (13) sia, karenanya semua
berharap kematiannya (?) dan mendapat anak cucunya yang amat berbudi.
Ada juga beberapa keluarga mengasingkan diri ke hutan belantara dengan
tidak membawa benda apapun (?) dan hidup di hutan. Awal-awal tujuan
(?) mencari sumber makanan (?). Kemudian tinggal di sana ya berburu
satwa, lalu ini kulit satwa dijadikan pakaiannya.
Sedangkan daging satwa dibuatlah makanannya termasuk juga pakaian
mereka dengan kulit kayu. Ada yang pakaian mereka dari kulit hewan
diberi lukisan mengikuti keinginan mereka.
Sedangkan cula (tanduk? gigi?) serta tulang menjadi perhiasan pria dan
wanita seperti perempuan (?). Juga itu cula dan tulang dibuat bermacam-
macam benda, semakin lama pendatang baru semakin banyak. Saat itu
orang pribumi tersisih, terlunta-lunta pergi kesana kemari di hutan-hutan
bagai anjing liar (?). Sekonyong-konyong menjadi berkurang (?), ka- (14)
rena para pendatang, selalu memberikan kesusahan kedua kalinya
menduduki tempat tinggal mereka, ketiga kalinya Sang pribumi
senantiasa terhina, nyaris seper-ti meminta-minta (kepada) para pendatang
baru menjadikan Sang pribumi di bawah pengaruh orang besar dirinya
serta berpindah-pindah tempat (karena) ketakutannya.
Lantaran banyak yang tinggal di luar (?), ditangkap dan dibunuh mereka
(para) pribumi terus-menerus kalah karena kebodohan (mereka), selain
(itu dalam) berbagai hal mereka terbelakang. Sedangkan para pendatang
baru memiliki berbagai pengetahuan yakni membuat senjata dari besi,
seperti emas perak, intan berlian, kendaraan, membuat sendiri senjata dari
besi dengan pengetahuan ilmu persenjataan mereka, ilmu tentang panah-
memanah membuat berbagai obat, membuat perahu, mereka menanam
padi untuk makan sehari-hari, memiliki pengetahuan tentang perbintangan
(nujum? Astrologi?), membuat senjata tajam dari besi, membuat pakaian
dan perhiasan dan nekara sangat indah, sebab diberi bermacam lu- (15)
kisan terukir itu digunakan, membuat wayang dengan kulit diukir,
membuat rumah besar untuk istri serta sanak saudara lelaki dan
perempuan, membuat api dan batu pemantik, besi, kemudian membuat
tetabuhan serta menari, membuat peraturan adat sopan santun (etika) di
dukuh, desa, daerah dan peraturan tentang pajak(?), mereka menguasai
pengetahuan tentang gerhana, gempa bumi, pengetahuan tentang ukuran
jarak, makanan lezat (kuliner?), pengetahuan tentang hari, berbagai benda
(? tumbuhan? botani?), musim hujan, musim kering, ilmu kelautan,
pengetahuan pada bermacam satwa, pengetahuan pada bumi (geologi?),
gunung (vulkanologi?), pengetahuan pada bahasa kemudian pada gulai-
gulaian kegemaran masyarakat dan sebagainya.
Sang sesepuh (?) pendatang baru dari negeri Yawana serta negeri
Syangka yakni sebelah ti-(16) mur dari negeri Bharata, sangat teliti dan
bijaksana tentang bermacam pengetahuan (?). Sedangkan mereka pribumi
membuat peralatan dengan batu, kayu dan tulang pakaian mereka
menggunakan kulit kayu. Menurut cendikiawan kedatangan orang dari
negeri Yawana dan negeri Syangka, antara seribu enam ratus tahun,
sebelum awal pertama tahun Saka. Jadi kurang lebih telah tiga ribu dua
ratus yang lampau dari tahun sekarang.
Adapun kedatangan yang kedua kalinya yakni antara tiga ratus tahun
sebelum awal tahun Saka. Kedatangan yang kedua kalinya tersebar ke
pulau-pulau di seluruh Nusantara. Demikianlah seperti yang telah
dituturkan tentang ekspedisi itu. Lantas pendatang baru pergi berpencar,
di wilayah-wilayah yang ada di bumi Nusantara. Bermacam pengetahuan
yang mereka kuasai, lebih dari mereka yang datang lebih dahulu dari
mereka.
Adapun asal usul tempat (17) tinggal mereka ini negeri Syangka, negeri
Yawana, Campa, tanah Sanghyang Ujung. Demikianlah menurut
cendikiawan dari negeri Bharata, yang terhormat (? pemimpin
penyusunan?) naskah bab Nusantara disebutkan jika penduduk asli pulau
Jawa yang awal-awal menetap di sini, membuat perkakas senjata tajam
dari batu, namun masih kasar buatannya. Lalu orang pendatang baru yang
pertama, membuat perkakas senjata tajam dari batu, tentulah lebih indah
buatannya, serta pandai (?) dalam berbagai hal.
Kemudian orang pendatang baru yang kedua, membuat perkakas senjata
tajam dari besi, emas, perak sebagainya dan mereka lebih pandai (?)
dalam berbagai hal.
Sebab itu mereka kemudian masuk ke desa-desa, wilayah seakan pulau
Jawa dan (18) pulau-pulau di Nusantara itu milik mereka semua. Siapa
pun yang belum tunduk kemudian mereka kalahkan (? bunuh?). Jika
hendak berperang dan melawan, segera membunuhnya, dan tujuannya tak
berhasil serta olehnya menjadi terhina (budak?) pada penghambaan
kepada orang yang berkuasa. Demikianlah seratus tahun tahapan pertama
tahun Saka (?), tanah pulau Jawa banyak kedatangan pendatang baru dari
utara, yakni sebelah selatan negeri Cina.
Kemudian pada tahun pertama Saka (1 S/78 M), datanglah mereka orang
dari barat yaitu dari negeri Singha, negeri Salihwana, negeri Benggala di
bumi negeri Bharata mereka datang ke pulau Jawa mengendarai perahu.
Mereka awalnya datang di sini yaitu di Jawa timur kemudian di Jawa
barat, maka dari (19) itu, upakri ………………….. penduduk di sana (? ri
kanang?) ……… memakai peralatan …………… gon (?) bermacam
perhiasan (lĕngkara?) s (?), yaitu permata ka………………….. ta,
mutiara, kristal …………………… masakan yang lezat, bermacam
tempat tinggal dan rumah u……………..n (?) sebagainya. Adapun wa (?)
……………….. kwan nira (kedatangan mereka ?) dari sini, yaitu …….
lai-gulaian bermacam benda hasil bumi, seperti gangan (?) padi dan
sebagainya. Diantara mereka lalu banyak bermukim di sini, menjadi
penduduk Jawa barat dan Jawa timur juga di pulau-pulau di bumi
Nusantara yakni Dwipantara namanya lagi.
Banyak mereka beristri dengan gadis di sini, kemudian beranak cucu,
karena mereka telah paham jika pulau Jawa ini, subur ta- (20) nahnya,
subur tetumbuhannya, menjadikan di sini penduduk di pulau Jawa pandai
berbagai pengetahuan, hormat-menghormati, tiada halangan dengan
pendatang baru dan mereka diperlakukan sebagai tamu menyayangi
kepada sesama manusia serta bergandengan tangan dengan sepatutnya,
erat dalam persahabatan, sedangkan keadaan di pulau Jawa makmur
sejahtera, oleh mereka pulau-pulau di Dwipantara, pulau Jawa sungguh-
sungguh seperti surga di muka bumi. Demikian mereka semakin (?)
merasakan bahagia hidupnya. Karenanyalah mereka selamanya tinggal di
sini.
Beberapa tahun kemudian datanglah mereka orang dari daerah
Langkasuka, Wilayah Saimiwang dan tanah Hujung Mendini ke Jawa
barat dan Sumatera. Dengan menaiki perahu. Kemudian mereka tinggal di
situ, sebab mereka menikah dengan perempuan (21) penduduk asli.
Selanjutnya sa… (?) n (tan? datan?) pulang ke negaranya. Di saat itu
mereka masing-masing membuat rumah besar, untuk sanak saudara lelaki
perempuan dan istrinya. Semua tiang (?) rumah berasal dari potung (?
Bambu petung ?), atap dibuat dari daun dan rumput (ilalang ?). Dan
dibuatnya beberapa kaki rumah, yaitu rumah panggung namanya, di situ
sebuah (setiap?) rumah mereka berdekatan berjajar, berhimpitan
kandangnya. Di bawah rumah dibuat kandangnya hewan peliharaan milik
mereka. Mereka berkumpul sama-sama bekerja jika membuat rumah,
berkumpullah sang tukang kayu, pandai besi.
Adapun pendatang dari negeri Bharata, juga menyebarkan agamanya
kepada penduduk di desa-desa. Mereka mengajarkan agama mereka,
kepada Tuhan pujaannya, yaitu seperti, Iswara (22) Dewa pantarang (?),
Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa, bergelar Trimutiswara, juga
banyak dewa sesembahan Sang Nambaka. Oleh karenanya tak ada
halangan dalam menyebarkan agama mereka, oleh karena itu mereka
mendapat dukungan.
Bukankah penduduk di sini, sejak dahulu kala senantiasa menyembah roh
(nenek moyang), menyembah api, menyembah bulan, menyembah
matahari, dan sebagai-nya. Sang ksepa (? Sesepuh? intisari?) bermacam
menyembah (roh) nenek moyang. Karenanya mereka membuat muslihat
(?), jika pemujaannya tak dihalangi oleh pendatang dari negeri Bharata.
Semata nama sesembahannya kemudian dirubah, sebab mengikuti (dan)
disamakan apa yang berlaku di masyarakat. Jalan yang demikian tak sulit
mereka mempelajarinya.
Karenanya pemujaan mereka yakni memuja api, asalnya itu sama dengan
pemujaan kepada Dewa Api atau Sanghyang Agni namanya lagi.
Menyembah matahari, sama dengan memuja Dewa (23) matahari,
Sanghyang Surya namanya lagi, dan bermacam lagi. Sedangkan pemujaan
pada (roh) nenek moyang yang besar dan berkuasa yakni disamakan
dengan memuja Hyang Wisnu, Hyang Siwa dan Hyang Brahma. Oleh
sebab itu tiada berapa lama antaranya, banyaklah penduduk setempat
memeluk agama baru itu, di saat yang berbarengan banyaklah para
pendatangberistri dengan anak dari penghulu di desa. Kemudian anaknya
menggantikan kedudukan bapak tuanya (kakek). Begitulah desa-desa
yang ada di pulau Jawa, kian lama para pendatang baru menguasai desa
dan penduduk dan harta bendanya juga. Dan oleh karenanya penduduk
setempat sudah tiada dipandang (dianggap remeh?). Disebabkan Sang
penghulu desa telah melaksanakan tugas menjadi penguasa.
Itu putra dari pendatang baru, yakni cucunya Sang penghulu, maka
seluruh tanah itu, semua itu adalah miliknya, meskipun (24) demikian
kesejahteraan di desa selalu baik, dan pendapatan semakin banyak (?).
Sebab pulau Jawa itu bumi yang subur, termasuk juga pulau-pulau di
Dwipantara.
Karenanya pada delapan puluh di tahun Saka, hingga tiga ratus dua puluh
di tahun Saka (80-320 S/158-398 M), tentu saja banyaklah perahu dari
negeri Bharata, negeri Cina, Benggali, banyak diantara mereka
yangmenetap di sini. Diantara mereka datang dari negeri India (bagian)
selatan ada yang membawa anak istri dan sanak keluarganya, kemudian
menetap ada yang di Jawa barat, ada yang menetap di Jawa timur dan
pulau-pulau lain kedatangan mereka mengendarai perahu besar, beberapa
orang resi Sekte Wisnu datang di sini, lalu mengajarkan agamanya kepada
penghulu penduduk setempat, berkeliling di desa-desa kemudian menetap
di situ, seperti itu di (25) Jawa barat. Adapun resi Sekte Siwa pergi
menuju Jawa timur menyebarkan agama mereka pada penghulu penduduk
setempat di sana, itulah (!) awal pertama tahun Saka, di sini telah banyak
orang negeri Bharata datang ke pulau Jawa dan pulau-pulau di bumi
Nusantara.
Oleh karena Dwipantara terkenal bumi yang subur mereka ada yang
berdagang, ada yang mengajarkan aturan suci, ada yang menghindari dari
bahaya (yang dapat) membinasakan, seperti yang terjadi negaranya, dan
karena hal itu (?) besarnya pengungsian (?) ke pulau-pulau di bumi
Nusantara.
Karena mereka semua berharap kesejahteraan hidup dengan anak istrinya.
Terutama pendatang banyaklah mereka dari dinasti Salankayana, dan
dinasti Pallawa di bumi negeri Bharata dua dinasti inilah, paling banyak
yang datang ke sini, dengan mengendarai beberapa (26) puluh perahu
besar kecil, sebabnya kedua kerajaan dinasti Salankayana dan dinasti
Pallawa, telah dikalahkan oleh raja Maurya Samudra Gupta namanya
dalam pertempuran sangat berkuasanya Sang Gupta di bumi negeri
Bharata.
Tingkah lakunya tak baik, tiada belas kasih bengis terhadap musuhnya.
Karenanya beserta keluarga dan beberapa orang petinggi dan rakyat dari
kedua dinasti yang kalah mengungsi mencari menghindari kematian.
Adapun saat pertempuran pada dua ratus tujuh puluh tujuh , di tahun Saka
(277 S/355 M).
kendatipun kerajaan mereka telah dikalahkan tetapi kerajaan tak sirna dari
muka bumi, hanya saja yang kalah menjadi jajahan kekuasaan si
pemenang. Sementara penduduk di negeri Pallawa dan negeri
Salankayana, di tempat tinggal mereka sangatlah menderita dan banyak
yang meninggal, karena beban (27) kesengsaraan, ya senantiasa didapat,
itu perbedaan yang dibawa mengabdi (?) yakni Sang Gupta Nrepa (Raja
Gupta) telah banyak membunuh penduduk yang tiada berdosa. Si
pemenang perang mengalahkan menjajah terhadap penduduk yang kalah
perang telah banyak bala tentara dan petinggi yakni dari tentara yang
rendah, menengah, utama gugur saat berperang. Banyak merampok kota
yang dikalahkan. Sedangkan sang raja yang dijajah negaranya mengungsi
mengasingkan diri ke hutan belantara beserta anak istrinya, dengan
pengiringnya, dan pejabat tingginya, pengawal dan pasukan bersenjata
(pasukan pemanah?).
Kala itu Maharaja Maurya bergelar penobatan Samudra Ghupta besar
wibawanya raja yang berkuasa di kotanya di tanah Bharata. Adapun
dinasti Salankayana yang rajanya bergelar peno- (28) batan Sang
Wisnughopa, yang kedua kerajaannya, dijajah oleh raja Samudra ghupta.
Ia kalah saat berperang, pada dua ratus enam puluh tujuh di tahun Saka
(267 S/345 M).
Selanjutnya anak cucunya dan sanak saudara serta keluarga Sang Raja
Hastiwarman menyebar ke beberapa negara, sendiri sesuai keinginan
mereka. Sebab mereka berharap hidup dan meneruskan kebanggaan
sebagai bangsawan sebagaimana dinasti mereka semula di masa lampau.
Demikian juga ia Sang raja Wisnughopa dari dinasti Pallawa. Tetapi
Dinasti Warman selanjutnya banyak yang menjadi raja yaitu di Nusantara
dan banyak juga di lain negara.
Diantaranya Dinasti Warman yang ada di Jawa barat yakni Sang
Dewawarman menjadi raja pesisir ia menjaga gerbang laut barat
bukankah banyak perahu dari barat ke timur berhenti sementara, lantas
perahu itu memberi persembahan pada sang raja. Banyak (29) pesisir
dijaga oleh pengikutnya yakni di pesisir Jawa barat, Pulau Api dan pesisir
Swarnabumi selatan ada perompak mengendarai perahu hendak merebut
kekuasaannya lalu memeranginya, tetapi bajak laut itu dikalahkan dan
terbunuh olehnya Sang Dewawarman saat bertempur. Sirnalah ia Sang
perompak beserta semua pengikutnya.
Sang Dewawarman adalah yang hebat luar biasa raja maha berani mahir
dalam berperang. Adapun Sang Dewawarman dari Dinasti Pallawa datang
ke Jawa barat pertama sebenarnya dengan tujuan yaitu, usaha niaga dan
jasa, ia senantiasa datang kemari, pulangnya membawa gulai-gulaian ke
negaranya.
Di sini telah bersahabat dengan penduduk pesisir Jawa barat, Nusa Api
dan Sumatera bagian selatan, lalu menjadi ratu kecil di pesisir Jawa barat,
sebab keda- (30) tangannya di sini membawa pengikutnya dan anak
istrinya. Para pengiring itu dengan membawa bermacam senjata. Sebagai
utusan raja Pallawa Sang Wisnughopa di negeri Bharata.
Adapun Dinasti Pallawa yakni disebut juga Dinasti Warman. Beberapa
tahun silam, mereka telah pergi menuju Sanghyang Hujung, lalu Negeri
Sopala, negeri Yawana, lalu negeri Syangka, serta negeri Abasid dengan
tujuan persahabatan dan perniagaan dan jasa.
Adapun Sang Wisnughopa keluarganya yang menjadi raja di negaranya.
Di kala negaranya kalah perang. Oleh karena itu ia dengan pengiring serta
anak istrinya pergi menuju Jawa barat lantas tinggal di sini. Ia juga ikut
berkumpul menyerang musuh, tetapi tak beroleh kemenangan ia Sang
Ghupta, wilayahnya dijajah oleh (musuh)nya. Oleh karena itu mereka
yang terkalahkan ma- (31) sing-masing berupaya mengungsi mencari
hidup di negeri lain. Sejak itu seketikalah ia menjadi ratu pesisir.
Pada dua ratus tujuh puluh di tahun Saka (270 S/348 M) Sang Maharesi
sempurna (ilmunya) dari negara Salankayana dengan kelompok biksu (?)
sebagai pengikutnya, dengan bala tentara juga ikut serta penduduk laki-
laki dan perempuan, banyak yang ikut lari, mengungsi ke pulau di sebelah
selatan, sebab musuh senantiasa berupaya menangkapnya.
Banyak penduduk jika sayampratar sandeha buddhi mwang kepwa (?),
sebab takut dihukum mati, atau dibunuh. Karenanya ia Sang Ghupta
mempunyai sifat yang amat bengis dan senang berperang. Pada suatu
waktu adalah kascid (?) karena kesalahan kecil ya dianggap menjadi yang
kembali ingin menyerang kerajaan (?). Orang itu dihukum mati, awalnya
dipotong badannya la- (32) lu kepalanya dipukul hingga hancur lebur, dan
badannya dipisah-pisah diberikan pada satwa liar, yakni harimau, anjing
hutan, dan singa senanglah diberi makan daging manusia, tena kalena (?)
penduduk berduka (?) dan tiada daya, semata-mata berdoa kepada Tuhan
asal dari segala kuasa.
Ada pasukan sang penguasa dengan memaksa menyetubuhi gadis pribumi
tanpa dinikahi. Ia Sang penguasa sama saja tidak berbudi sampai-sampai
ada yang pekerjaannya menjadi penyamun. Selanjutnya terkisahkan Sang
Maharesi mumpuni dengan kelompok biksunya (pergi) menuju Jawa barat
dengan mengendarai beberapa puluh perahu bukankah ia beserta beberapa
ratus abdinya, kedatangannya oleh orang pribumi disambut gembira.
Sebab Sang Maha Resi adalah guru be- (33) sar agama dan orang yang
unggul, bertindak bijaksana di kelompoknya dan orang penting dari
sekian banyak resi. Serta pula pada saat itu derajatnya tinggi seperti raja,
termasuk juga ya keluarga dari Sang Hastiwarman raja Calankayana di
negeri Bharata. Kemudian mereka menetap di Jawa barat dibuatnya desa
di dekat sungai. Karena dia (berkekuatan magis?) menjadi harapan oleh
penghulu desa-desa sekitarnya, lalu berdirilah kerajaan di situ, dengan
diberi nama Tarumanagara. Desa itu dijadikan ibukota bernama
Jayasinghapura.
Selanjutnya dikisahkan, ia Sang Raja Dewawarman, beranak beberapa
orang, seorang diantaranya perempuan sempurna kecantikan wajahnya,
seperti bulan purnama, lantas anak Sang Dewawarman diperistri olehnya
Sang Raja dhiraja Ghuru yakni Sang Maharsi Jaya Singhawarman
namanya yang lain, ya- (34) itu raja Tarumanagara serta guru besar.
Adapun anaknya sang Dewawarman yang lelaki tinggal di Bakulapura.
Beliau bergelar Sang Aswawarman, (setelah) beberapa lama ia di sana,
lantas Sang Aswawarman beristri dengan anak Sang Kudungga yakni
Sang Penghulu desa bumiputra di sana.
Anak Sang Dewawarman lainnya, ada yang tinggal di Swarnabhumi,
selanjutnya beranak cucu di sana dan menurunkan raja-raja Swarnabhumi
kemudian. Ada yang keluarganya yang menetap di bumi Yawana dan
Hujung Mendini. Ada putranya Sang Dewawarman yang menggantikan
ayahandanya. Bahkan setelah Sang Dewawarman mangkat, wilayahnya
mengabdi kepada Kerajaan Tarumanagara.
Setelah lama Taruma menjadi negara, semakin besar wibawa kerajaan di
Jawa barat, demikian (35) juga Sang Aswawarman menjadi raja ya besar
wibawanya di Bakulapura. Demikian juga anak cucu Sang Dewawarman
kelak menjadi raja besar wibawanya di Swarnabhumi. Ia cikal bakal yang
menurunkan penguasa yang ada di Swanabhumi, sebab cucunya Sang
Dewawarman beristri dengan anaknya Sang Penghulu di sana. Demikian
pula, kelak diantaranya Adityawarman terhitung anak cucunya Sang
Dewawarman, adapun istrinya Sang Dewawarman itu, putri Sang
brahmana Calankayana di tanah Bharata. Sang Dewawarman disebut
Sang Raja (di) barat, sedangkan kerajaannya bernama Rajapura di tepi
laut.
Pada saat itu keadaan penduduk di situ makmur sejahtera. Aturan suci
senantiasa dipuja dan dipelihara serta dijalankan dengan baik oleh
mereka. Diantara penduduk ada yang memuja Hyang Wisnu tak seberapa.
Ada yang memuja Hyang Siwa, ada yang memuja Hyang Saiwasuta yakni
Hyang Ghanesa, ada yang memuja Siwa dan Wisnu, meskipun demikian
Hyang Ghanesa ini banyak kelompok (mejadi) abdinya.
Sedangkan pekerjaannya penduduk diantaranya berburu, berniaga dan
jasa, mencari ikan di tengah lautan dan tepi pantai, memelihara satwa dan
menanam buah-buahan serta lainnya. Sang Raja membuatlah Candi serta
persemayaman Siwa Mahadewa bermahkota bulan sabit (?) dan Hyang
Ghanesa putra Siwa juga Hyang Wisnu, untuk mereka wasnawa (pemuja
Wisnu).
Sebab mereka semuanya penduduk sama-sama menginginkan hidup sehat
senantiasa, karenanya mereka semua berusaha, hendaknya meminta
dijauhkan dari kesukaran, dan marabahaya. Tersebutlah, beberapa
lamanya desa Ta- (37) ruma menjadi negara, antara sepuluh tahun Sang
Maharesi Sempurna yakni Jaya Singhawarman senantiasa negaranya
menjadi sebuah kerajaan, kemudian terkenal dengan nama Tarumanagara,
lantas ia menjadi Sang Raja Diraja. Guru yang berkuasa di kerajaan itu.
Setelah ia menjadi Raja Diraja Ghuru di kerajaan Taruma, lamanya
sekitar dua puluh empat tahun, Beliau mangkat pada tiga ratus empat di
tahun Saka (304 S/382 M).
Selanjutnya digantikan oleh putranya Sang Dharmawarman dan gelar
penobatan Sang Raja Resi Dharmawarman, demikian ia namai, sebab ia
berkuasa (atas) peraturan keprabuan Tarumanagara, juga sebagai
pemimpin semua pemuka agama di situ. Kendati demikian penduduk
yang ada di desa-desa Tarumanagara banyaklahyang memuja (roh) nenek
moyang yakni pemuja- (38) an (dengan) memanggil nenek moyang.
Sebab mereka mengikuti apa yang berlaku di awal-awal, ia Sang Rajarsi
senantiasa berupaya mengajarkan agamanya kepada sang pemimpin desa
dan penduduk seluruh Tarumanagara. Oleh karena itu ia Sang Rajarsi
mendatangkan brahmana-brahmana dari negeri Bharata. Kendati
demikian tidak seluruhnya, penduduk menganut agamanya sang
brahmana.
Banyaklah mereka penduduk memuja (roh) nenek moyang. Karenanya
dalam aga-ma mereka kedudukan pribumi menjadi empat jenis yaitu,
awal mula pertama Sang Brahmana, kedua Sang Ksatriya, ketiga Sang
Warsya, dan keempat Sang Sudra. Demikianlah manusia itu berbeda-beda
antara orang rendah menengah utama.
Oleh sebab itu penduduk kaum rendah, alangkah teguh menggenggam
pada agamanya Sang Rajarsi. Ia menjadi raja Tarumanagara ha- (39) nya
tiga belas tahun. Beliau disebut oleh anak cucunya Sang Lumah (yang
bersemayam ?) di Candi di tepi sungai Candrabhaga. Sedangkan Raja
Diraja Ghuru disebut Sang Lumah di Candi di tepi sungai Ghomati.
Setelah itu Raja rsi digantikan oleh putranya Sang Purnawarman
namanya. Beliau menjadi raja, terlihat di tiga belas, Sukla Paksa, Cetra
masa, tiga ratus tujuh belas di tahun Saka (317 S/24 Maret (?) 395 M).
Selama menguasai kerajaan Tarumanagara, Beliau telah memerangi raja
tetangga seluruh Jawa barat yang tak tunduk, Sang Purnawarman selalu
menang kala berperang. Semua desa-desa yang ada di Jawa barat dikuasai
olehnya. Beliau manusia perkasa, mahir berbagai pengetahuan, jaya
dalam peperangan sebagai raja yang perkasa, ya disebut harimaunya
Taruma- (40) nagara.
Karenanya lama-kelamaan Beliau menjadi raja yang besar pengaruhnya di
bumi Jawa barat Sri maharaja Purnawarman laksana cahaya mentari
raksasa yang melindungi (?) dan kerajaan Tarumanagara pada saat itu
adalah sangat besar pengaruhnya di bumi pulau Jawa. Dan demikian deras
seperti hujan raja tetangga yang mengabdi kepada Tarumanagara, masing-
masing datang ke ibukota dengan membawa pengikutnya bersenjata
lengkap, ada pun itu raja ada di bawah (kekuasaan)nya, masing-masing
memberikan hadiah kepada Sang Maharaja Purnawarman dan mereka
semua memuja menghaturkan puja-puji raja bawahan kepada Maharaja
Purnawarman, dalam beberapa hari semua raja dan bala tentaranya,
lengkap membawa serta berbagai peralatan tempur. Berkumpul di tempat
suci dimana ketertiban ditegakkan oleh Sang Maharaja Purnawarman
yang telah duduk di singgasana emas.
Pada saat itu termasuk juga raja (41) di bawah kekuasaan Sang
Purnawarman telah duduk di balairung demikian juga semua petinggi
kerajaan, tanda, raja wilayah, para panglima perang dari raja bawahan,
panglima angkatan laut, para jaksa negara, brahmana resi, pendeta,
pujangga besar (cendikiawan) dan semua sanak keluarganya Sang
Maharaja Tarumanagara hingga leluhur (tetua) datang di situ.
Utusan-utusan dari negara yang bersahabat dengan Tarumanagara, sudah
duduk berjajar Sang Permaisuri dan ibunda Sang Purnawarman telah
hadir di situ. Tampak bala tentara berdiri berjajar menjaga pintu
membawa berbagai peralatan tempur, pintu dalam dijaga dua orang
prajurit, setiap pintu dijaga kuat-kuat oleh bala tentara.
Adipati-adipati dan Bupati yang memimpin daerah sudah hadir di
balairung, di situ amatlah hebat terlihat Sang Maharaja Purnawar- (42)
man dan Sang Permaisuri di atas singgasana, seolah-olah Sang Maharaja
Tarumanagara dan permaisuri adalah titisan Sang Bhatara Wisnu dan
Sang Dewi Laksmi. Beliau terbukti sebagai Sang Purnawarman yang jaya
di segenap tanah Jawa barat yang berkuasa Maharaja Tarumanagara.
Tampaklah Sang Purnawarman bercahaya badannya sangatlah berkilauan
sebab tersulut oleh busananya intan berlian, emas dan kristal, laksana
Bhatara Wisnu turun dari swargaloka dan di bumi (menjelma) sebagai
Sang Purnawarman raja yang sangat berwibawa dan sangat perkasa,
mahir dalam berperang, dan mengalahkan berbagai musuhnya. Semuanya
memberi upeti telah dihaturkan kepada Sang Maharaja dari semua raja
wilayah yang di bawah pengaruh dan diatur oleh Tarumanagara. Oleh
karena itu kerajaan mengadakan festival.
Se- (43) muanya (menyediakan) perlengkapan upacara air (?) dan
bermacam hidangan lezat. Di situ tampaklah bermacam hidangan
wesalehya madhupānādi (?) merasakan kenikmatannya. Dalam festival
tampak sangat meriah. Penyebabnya yang dibuat hadiah yakni ada bunyi
gamelan serta beberapa orang penari cantik, juga pembantu wanita
(dayang ?) kerajaan yang sangatlah mangapuhanaken (?) semua lelaki
dengan dorongan nafsu. Beberapa pemimpin Tarumanagara semuanya
ada di situ diantaranya, Perdana menteri, Panglima angkatan laut
Panglima perang yakni Panglima besar, pemimpin wilayah bupati,
pemimpin para pendeta, beberapa menteri muda, serta amat banyak
pimpinan (raja) wilayah (singgah ke) perbatasan, dan beberapa kerabat
beliau Sang Maharaja Tarumanagara, juga bangsawan negara dan banyak
lagi lainnya.
Kala (44) itu alun-alun istana dipenuhi oleh perkemahan beberapa raja
yang di bawah pengaruh Sang Purnawarman para raja itu lengkap beserta
pengiringnya lengkap dengan pengawal dan dayangnya. Kedatangannya
Sang raja ada yang naik gajah ada yang naik kereta, naik perahu, ada yang
naik kuda, dan berjalan kaki. Adapun semua raja yang hadir menghadap
kepada Sang Purnawarman datang ke ibukota Tarumanagara dengan
membawa hadiah (upeti ?) itu tahun, pada sebelas Sukla paksa, yakni
bulan Cetra. Pada tiga belas hingga lima belas Sukla paksa, yakni bulan
Cetra, berkumpul bertatap muka Dan berpesta pora.
Sang Purnawarman sesudah dilantik menja- (45) di raja menggantikan
ayahandanya lantas ibukota Tarumanagara dialihkan ke sebelah utara. Di
situ Sang Purnawarman membuat tulisan di atas batu banyaknya tiga buah
sebagai tanda kepahlawanannya Sang Purnawarman lalu ia bersemayam
di istana baru dengan Sang permaisuri dan semua pengiringnya. Pada saat
itu Sang Raja Resi yakni ayahanda Sang Purnawarman telah meninggal
(?). Walaupun demikian tahta kerajaan telah di kuasakan kepada
Purnawarman lalu menjadi raja.
Karenanya masuk (?)lah beliau kedalam pertapaan, karena ia telah sampai
pada makrifat. Dua tahun kemudian Raja resi wafat, Raja resi disebut
Sang Lumah di candrabhaga, di saat itu pula putra Sang Raja resi kelak
nanti-nantinya membuat tulisan di atas tugu batu, dengan membuatlah
tempat suci Raja resi beserta perangkat upacaranya, demikian juga di tepi
sungai Ghomati sebagai (46) tanda peringatan bagi Sang manusia unggul
yang wafat di tepi sungai itu. Tampaklah sangat unggul ayahnya (?) Sang
Brahmana yang memiliki mantra yang berkekuatan magis bentuknya dari
kejauhan tampaklah seperti padang yang damai. Juga ia Sang Taruma
Nrepa (raja Taruma) membuat kurban api, melakukan upacara pemujaan
saat terbenam matahari, di tepian sungai Candrabaga dengan diiringi
seluruh pendeta, menteri, raja wilayah, raja bawahan, semua pemimpin
bala tentara, keluarga dengan pengiringnya dan banyak juga penduduk,
datang di situ mereka semua memuja-muji pada kemashuran
kepahlawanannya (?).
Sang Raja resi Brahmana yang memiliki mantra yang berkekuatan gaib
yang telah wafat, juga bapak tua Sang Raja Diraja Guru yaitu Sang
Lumah di Ghomati. Sebab ini seperti apa yang dilakukan, sejak dulu kala
di tempat asal-usul mereka yakni negeri Bharata. Adapun Sang permaisuri
Purnawarman putri dari raja bawahannya. Itu (47) permaisuri wanita yang
sempurna kecantikannya bagai sinaran bulan empat belas paruh terang.
Sedangkan istri lainnya adalah dari Swarnabhumi, putri dari Raja di sana.
Ada juga istrinya dari Bhakulapura, dan Jawa timur semuanya putri raja.
Serta ada pula beberapa istri Sang Purnawarman tak beranak, dari Sang
permaisuri beranaklah beberapa orang lelaki dan perempuan. Didapatkan
putra mahkota, yang kelak menggantikan ayahandanya termashur dengan
nama Sang Wisnuwarman raja muda Tarumanagara.
Sangatlah mencintainya Sri Maharaja Purnawarman putranya adik Sang
Wisnuwarman, adiknya perempuan sempurna kecantikannya diperistri
oleh raja Swarnabhumi. Kelak Sri Jayanasa raja besar di Swarnabhumi
anak cucunya, diantaranya sejumlah Dinasti Warman di pulau Jawa, Sang
Purnawarman adalah manusia utama diantara dinasti itu.
(48) Beliau raja yang sangat besar wibawanya, tindakan sangat berani dan
perkasa. Ia banyak mempraktekan ilmu pemerintahan. Beliau
memperkokoh kedaton baru, yang dibuat setelah ia menjadi raja
Tarumanagara, yakni sebelah barat dari kedaton ayahandanya. Beliau
memperkokoh kebesaran wilayahnya seluruh Jawa barat. Dengan
kerajaan Cina bersahabat sebab ia sahabat yang sejajar.
Sang Maharaja Purnawarman penyembah Bhatara Wisnu. Juga ada yang
menyembah Bhatara Sangkara (Sywa), menyembah Brahma dan lainnya
lagi. Meskipun demikian penduduk pribumi, banyaklah mereka yang
memuja (roh) nenek moyang, perilaku sejak dulu asal mula dan apa yang
berlaku dahulu (?). Jugaada yang memuja Sang Buddha tetapi tak
seberapa.
Pada saat itu Tarumanagara adalah bumi yang tentram di pulau Jawa. Ini
permulaan penduduk rendah menengah utama lelaki perempuan
semuanya, (49) penduduk sangat bahagia hidup di bumi Tarumanagara,
demikian juga pendatang baru dari pulau-pulau sekitar Nusantara dan
negeri seberang lainnya.
Pada tahun ketiga setelah ia menjadi raja Sang Purnawaraman membuat
perusahaan pemberhentian perahu. Pelabuhan itu ada di tepi lautan. Kian
hari semakin banyak perahu datang beberapa buah, dari berbagai negara.
Pelabuhan itu selesai dibuat, yakni selesai tujuh paruh terang Margasira
hingga empat belas paruh gelap bulan Dhasya (jyesta) (19 Desember-13
Juni ?).
Adiknya Sang Purnawarman yakni terkenal dengan nama Sang
Cakrawarman menjadi Panglima angkatan perang. Sedangkan sanak
keluarganya yakni, adik ayahandanya yang terkenal dengan nama Sang
Nagawarman menjadi Panglima angkatan laut. Ia senantiasa pergi ke
seberang sebagai utusan Sang Purnawarman Maharaja Tarumanagara.
Dengan tujuan (50) menciptakan persahabatan, sudahlah dia pergi ke
Sanghyang Hujung, sudah ke negeri Sangka, sudahlah ia ke negeri
Yawana, sudahlah ia ke Campay (?) di negeri Bharata, sudahlah ia datang
ke negeri Sopala, sudahlah ia pergi ke Bhakulapura, negeri Cina, sudah ke
Swarnabhumi, dan banyak lagi berbagai pulau-pulau. Karena dia adalah
Sang pemimpin kerajaan Taruma.
Ia Sang Nagawarman mahir berperang, sudah besar kepahlawanannya
kepada negara Sang Nagawarman dengan beberapa orang tanda, serta
petinggi kerajaan, jaksa sebagai utusan Tarumanagara pergi ke negeri
Cina dengan membawa barang-barang hasil bumi, yang biasa dihasilkan
penduduk setempat, gulai-gulaian dan hasil berburu serta banyak lagi.
Semuanya diberikan kepada Maharaja Cina. Karena kerajaan Cina
bersahabat dengan kerajaan Tarumanagara.
Lalu Sang Maharaja Cina mem- (51) berikanlah kepada sang utusan
Tarumanagara, pakaian dan perhiasan serba indah, emas, perak, intan dan
berbagai benda lainnya lagi, juga saling balas-membalas surat pada saat
itu. Pada dua belas paruh gelap bulan Jesta tiga ratus lima puluh tujuh, di
tahun Saka (357 S/435 M 9 Juni ?). Setahun kemudian pergi ke
Sanghyang Hujung, lima bulan kemudian pergi ke Swarnabhumi.
Lalu digantikan kisahnya segera, dan dalam kisahnya, dia raja pribumi
Bhakulapura, sang Kudungga namanya, sang Kudungga anaknya sang
Attwangga, sang Attwangga anaknya sang Mitroga, dinasti mereka itu
telah beberapa puluh keturunannya menetap ada di sini, menjadi
pemimpin penduduk pribumi beberapa ratus tahun silam asal-usul dinasti
ini dari negeri Bharata. Nenek moyang mereka sang Pusyamitra yakni
manusia unggul jaya dalam peperangan adalah nenek moyang dinasti
Sung- (52) ga di Maghada di bumi Bharata. Kemudian sejak dinasti ini di
bawah perintah oleh dinasti Kusana.
Sejak itu anak istri dan sanak keluarga dinasti Sungga tersebar di
beberapa negara, ada yang ke utara, ke selatan, ke timur, ke barat, salah
satu anak istri dari dinasti ini dan sanak keluarga serta pengawalnya tiba
di sebuah pulau yang kemudian Bhakulapura namanya. Kute mandala
namanya lagi, kemudian putri sang Kudungga diperistri oleh
Aswawarman putranya sang Dewawarman dari Jawa barat, ia sang
Dewawarman ini keturunan yang ke delapan.
Adapun sang Dewawarman pertama menjadi ratu Jawa barat dahulu pada
lima puluh dua, di tahun Saka (52 S/130 M). Beliau juga berasal dari
bumi Bharata. Beberapa anak cucunya sang Dewawarman pertama
menjadi raja Jawa ba- (53) rat bersahabat dengan kerajaan Cina saling
mengasihi, saling memberi hadiah benda-benda hasil negeri (?) masing-
masing, saling berkirim surat sang putra, serta saling berniaga berbagai
barang dan lainnya lagi.
Adalah satu kerajaan di bumi Bharata tak suka melihat persahabatan yang
erat dan menjadikan kerajaan Jawa barat negara makmur sejahtera. Oleh
karenanya kerajaan Jawa barat diserang oleh kerajaan dari negeri Bharata,
lalu kalahlah itu kerajaan Jawa barat, meskipun demikian anak cucunya
yang juga senama yakni sang Sewawarman menjadi ratu di situ, karena ia
sang musuh tidak menjajah dan menduduki ia sang kalah, sekembalinya
menyerang lalu pulang ke negaranya.
Adalah sang Dewawarman yang senama (bergelar sama) dengan sang
Dewarman yang awal itu mengganti- (54) kan kakandanya yang wafat
tanpa anak, karenanya adiknya sang Dewawarman yang menetap dibumi
Bharata, diperintahkan menjadi raja di bumi Jawa barat, ia sang
Dewawarman telah lama bersahabat dengan raja Bakulapura sang
Kudungga namanya.
Karenanya anak sang Dewawarman yang terkenal dengan sebutan sang
Aswawarman sejak kanak-kanak oleh sang Kudungga dianggap anak
kandungnya yakni menjadi anak angkat, selanjutnya sampai menjadi
putra mahkota, Beliau menjadi menantu oleh sang Kudungga raja
Bhakulapura. Karena juga tempat asal usul dari ayahandanya, yaitu sang
permaisuri Dewawarman adalah keluarganya sang Kudungga.
Kemudian sang Aswawarman diangkat menjadi raja (?), lalu dinobatkan
menjadi raja di Bhakulapura, menggantikan sang Kudungga telah mang-
(55) kat. Selanjutnya pernikahannya sang Aswawarman dengan anak sang
Kudungga, beranaklah ia tiga orang, salah satu diantaranya sang
Mulawarman, karenanya sang Kudungga tak disebut bagian dari dinasti
(?), karenanya, anak perempuannya maka oleh sebab itu sang
Aswawarman sebagai asal mula dinasti (?).
Sedangkan kakak istri sang Aswawarman menjadi istri Rajadhiraja Guru
yakni Jayasinghawarman namanya lagi, raja Tarumanagara di bumi Jawa
barat, karena kekerabatan antara anak cucunya sang Rajadhiraja Guru
dengan anak cucunya sang Aswawarman senantiasa mengikat
persaudaraan (?). Kedua kerajaan itu masing-masing bersahabat dengan
kerajaan Cina.
mereka masing-masing mengutus duta persahabatan-nya ke kerajaan
Cina, demikian juga u-(56) tusan kerajaan Cina pergi ke Tarumanagara
dan negara Bhakula. Sejak dahulu hingga saat ini (?), banyaklah kerajaan
di pulau-pulau di Dwipantara saling bersahabat antara raja kerajaan
tetangga. Ada yang sama kedudukannya, ada yang kerajaannya, ada yang
besar kekuasaannya, ada yang saling berselisih diantaranya.
Ramailah perahu, di lautan kepulauan, dari berbagai negara, dengan
memusatkan perhatian mereka yaitu, berniaga dan usaha jasa berbagai
barang, diantara raja yang ada di Nusantara pada saat itu. Sang
Purnawarman yakni raja Tarumanagara inilah (?) yang sangat besar
wibawanya.
Tak ada satupun panah yang mampu menembus tubuhnya sang
Purnawarman karena ia sang Purnawarman senantiasa memakai baju sakti
dari besi seluruh tubuhnya, dari kepala hingga kaki, serta menaiki gajah
Erawata namanya (57) karenanya ia disebut orang sakti.
Di waktu lampau awal berdirinya Tarumanagara semata-mata hanya
kerajaan kecil di bumi Jawa barat semakin lama menjadi negara besar
lebih dari dua belas raja wilayah, yang mengabdi kepada kerajaan
Taruma. Semua musuhnya digenggam erat oleh Purnawarman itu pakaian
menjadi andalannya (?), siapapun yang sengaja (merintangi), akibatnya
mereka terbunuh.
Sang Purnawarman adalah orang besar, ia orang yang mengusahakan
kemakmuran bagi negerinya. Adapun sang Purnawarman bersemayam di
istana Kotaraja Sundhapura yang ada di tepian sungai Ghomati, di sana
tampak berkibaran di atas istana bendera simbol kerajaan Taruma yakni
teratai di atas kepala gajah Erawata gambar benderanya tanda raja
dedaunan dari emas keme- (58) rahan bentuknya.
Sedangkan bendera bergambar naga sebagai bendera tanda dari angkatan
laut Tarumanagara, tampak berkibaran di atas kapal perang yang ada di
tepian pantai, di situ tampak banyak yang berlabuh, sedangkan bendera
lainnya yaitu bendera bergambar singha, bendera bergambar harimau,
bendera bergambar babi hutan, bendera bergambar kuda, bendera
bergambar srigala, bendera bergambar ular, bendera bergambar kucing
liar, bendera bergambar garuda, bendera bergambar beruang, bendera
bergambar kerbau, bendera bergambar ikan, bendera bergambar kambing
?), bendera bergambar kijang, bendera bergambar sapi, bendera
bergambar angsa (?), bendera bergambar kera, dan banyak lagi lainnya.
Semuanya itu benderanya raja wilayah yang mengabdi pada
Tarumanagara.
Adapun kerajaan Indraprastha yaitu kerajaan bagian barat yang
benderanya bergambarsinga. Di kerajaan Indraprastha ada sungai, Gangga
namanya, di muara su- (59) ngai Suba namanya, menurut Pustaka
Pararatwan Sundhabhumi, kerajaan Indraprastha kelak disebut Carbon
Girang kemudian, itu wilayahnya.
Sedangkan benderanya bala tentara Tarumanagara masing-masing
berbagai bentuk (alat) perang (?). Selama ia menguasai Tarumanagara,
sang Purnawarman telah menyelesaikan karya besar yakni memperkokoh
sepanjang tepian sungai, memperbesar sungai itu, serta pula
memperdalam beberapa sungai di seluruh Jawa barat, pekerjaan ini yaitu
dibuat oleh penduduk dari berbagai daerah di Tarumanagara, mereka
kerja bakti kepada rajanya.
Beberapa ribu penduduk lelaki perempuan semuanya berbondong-
bondong pergi menuju sungai itu. Ada yang tua ada yang muda, berasal
dari penduduk rendah menengah utama juga bala (60) tentara, yang
menjadi pekerja (? menjadi istri ?), awal mula pekerjaan (? menjadi istri?)
itu di sungai Gangga. Karena sungai itu menjadi selaras dengan aturan
sucinya masyarakat setempat seluruh Jawa barat setiap tahun.
Banyaklah orang mandi di sungai Gangga dapat menghilangkan dosa (?)
dalam ritual sucinya (?) seumur hidup. Ini sebagaimana di negeri Bharata
yaitu mengikuti persis tingkah laku di negeri asal (leluhur)nya sang
Purnawarman. Adapun pekerjaan itu memperkokoh dan membuat bagus
sepanjang tepian sungai awadasa (? sembilan belas? dua puluh?) paruh
gelap bulan Margasira sampai lima belas paruh terang, bulan Posya pada
tiga ratus tiga puluh dua, di tahun Saka (332 S/410 M).
Lantas sang Purnawarman membuat upacara persembahan kepada
Brahmana-brahmana dan kapwajti (?). Persembahan itu dari sang (61)
Maharaja, rinciannya masing-masing yakni lima ratus sapi pakaian kuda
dua puluh, gajah seekor diberikan kepada raja wilayah ini dan berbagai
hidangan lezat. Pekerjaan itu dibuat oleh beberapa ribu penduduk lelaki
perempuan dari berbagai daerah, mereka yang telah menyelesaikan
pekerjaan semuanya diberilah persembahan itu. Karenanya senang hati
mereka.
Lantas dua tahun kemudian pekerjaaan yang memperkokoh dan membuat
bagus di tepian sungai Cupu, sungai di Cupunagara. Sungai itu airnya
mengalir hingga ke kedaton kerajaan ini pekerjaan dibuat pada empat
paruh terang bulan Srawana sampai tiga belas paruh gelap, bulan Srawana
tiga ratus tiga puluh empat di tahun Saka (334 S/412 M). Kemudian Sang
(62) Purnawarman membuat upacara persembahan kepada brahmana-
brahmana dan kapwajti (?) di situ dan memberi sapi empat ratus pakaian
dan bermacam makanan lezat.
Semua penduduk laki perempuan, yang telah merampungkan pekerjaan
itu diberi hadiah dari Sang Maharaja. Karenanya orang tani senanglah
hatinya, demikian juga mereka para pedagang dengan menaiki perahu dari
muara menuju desa-desa (yang) ada (di) tepian sungai.
Demikian juga, pada sepuluh (?sebelas?) paruh gelap, bulan Kartika
hingga empat belas paruh terang, bulam Margasira, tiga ratus tiga puluh
lima di tahun Saka (335 S/413 M) yakni, memperbaiki dan memperkokoh
sepanjang tepian sungai Sarasah atau sungai Manukrawa namanya lagi.
Pada saat itu Sang Maharaja sedang sa- (63) kit karenanya Sang
Purnawarman mengutus kepada sang perdana menteri dan beberapa orang
petinggi kerajaan. Panglima angkatan laut, Sang Tanda (pejabat bea
cukai), Sang Juru Sang Jaksa serta lengkap pengiringnya datang (dengan)
menaiki perahu, bukankah mereka mewakili Sang Maharaja membuat
upacara persembahan kepada brahmana-brahmana dan kapwajti (?).
Persembahan itu rinciannya satu persatu, sapi empat ratus kerbau delapan
puluh, pakaian brahmana, sebuah bendera simbol Tarumanagara, kuda
sepuluh, sebuah patung Hyang Wisnu, bahan makanan lezat (?). Semua
penduduk yang ikut merampungkan pekerjaan juga mendapat hadiah,
mereka para petani senang hatinya, sebab tegal miliknya tanahnya subur,
karenanya i- (64) tu tegal teraliri dari sungai itu, oleh karenanya di kala
musim kemarau, tidak kekeringan. Pada saat itu jika ada penyamun dan
bajak mereka dihukum mati, banyak penduduk susah hidupnya termasuk
juga banyak berduka lara.
Karena adanya empat macam kasta diantara penduduk seluruh bumi Jawa
barat, banyaklah penduduk memeluk dan menyembah Wisnu,
menyembah Sangkara dan me-
nyembah pitta (Brahma) sebagaimana kebiasaan sejak dulu.mengikuti
sama persis leluhurnya mereka brahmana dan kapwajti (?) senantiasa
memohon doa (memberi doa ? mendoakan kepada Sang Maharaja dan
permaisuri termasuk juga sanak keluarganya.
Sedangkan penyembah budha tak seberapa telah dijadikan aturan adat
(yang berlaku) di kerajaan Taruma pada saat itu yawed (?) telah
menyelesaikan sementara (?) pada suatu pe- (65) kerjaan besar, itu
brahmana-brahmana semuanya telah menerima anugerah dan Sang
brahmana memberikan berkat kepada Sang Maharaja yang diperuntukkan
ini bertujuan terhindar dari sihir ilmu hitam, dan hendaknya penduduk
memiliki simpanan bahan pangan yang melimpah.
Setelah itu Sang Purnawarman memperbaiki dan memperkokoh
sepanjang tepian sungai Ghomati sungai Candrabhaga. Adapun sungai
Candrabhaga beberapa puluh tahun yang lampau, oleh Sang Rajadhiraja
Guru yakni bapak tuanya Sang Purnawarman telah membuat bagus dan
memperkuat sepanjang tepian sungai itu, ini dikerjakan untuk kedua
kalinya.
Saat itu sungai Ghomati dan sungai Candrabhoga oleh Sang
Purnawarman itu pekerjaan dimulai pada delapan paruh gelap bulan
Phalguna, hingga selesai pembuatan itu (66) pada tiga belas paruh terang
tiga ratus tiga puluh sembilan di tahun Saka (339 S/417 S).
Adapun pekerjaan di sungai Ghomati dibuat oleh beberapa ribu penduduk
lelaki perempuan dari berbagai daerah semuanya masing-masing
membawa perkakas tajam, kapak, beliung, golok, dan lainnya lagi,
mereka kerja bakti kepada Sang Maharaja, tampaklah mereka, di siang
(dan) malam bekerja membentuk barisan tak terkendalikan (tanpa
diperintah ?) di tepi sungai, terentang (bagai) garis lurus tak terputus agar
hendaknya tak terhalang, selanjutnya Sang Purnawarman mengadakan
kurban sempurna serta (peresmian ?) pemberian persembahan kepada
brahmana-brahmana yaitu sapi seribu, pakaian dan berbagai makanan-
makanan yang lezat. Sedangkan mereka raja wilayah, a- (67) da yang
diberi persembahan kerbau, ada yang diberi persembahan emas, perak,
ada yang diberi persembahan kuda, dan lainnya lagi.
Lalu Sang brahmana memberikan berkat kepada Sang Purnawarman, di
situ Sang Maharaja membuat tulisan di batu, demikian juga ada di daerah
lain, Sang Purnawarman senantiasa membuat tulisan merah di batu, lalu
patung dirinya telapak kakinya, telapak kaki kendaraannya yakni gajah
Sang Erawata, bendera simbol kerajaan Tarumanagara, kemashuran
kepahlawanannya dan lagi, semuanya itu tersurat di batu ada di sepanjang
tepian sungai, di beberapa daerah.
Adiknya perempuan Haranawarmandewi namanya, diperistri oleh orang
kaya raya dari ne- (68) geri Bharata, yang memiliki berpuluh perahu
besar. Kemudian adiknya lelaki beberapa orang, masing-masing ada yang
menjadi duta (besar) di kerajaan Cina, duta (besar) di Swarnabhumi,
negeri Syangka, ada yang menjadi petinggi kerajaan, ada yang menjadi
panglima angkatan laut, ada yang menjadi Jaksa.
Sedangkan putranya yang tertua menjadi putra mahkota yakni raja muda
ia bergelar Sang Wisnuwarman, selanjutnya pada tiga paruh gelap, bulan
Yesta hingga dua belas, paruh terang, bulan Asadha, tiga ratus empat
puluh satu, di tahun Saka (341 S/429 M). Sang Purnawarman
memperbaiki dan memperkokoh sepanjang tepian sungai, juga
memperdalam sungai itu, sungai (69) Taruma nama sungai itu.
Sangatlah besarnya sungai i kiri (? di sebelah kiri ?) kerajaan Taruma di
bumi Jawa barat. Setelah rampung pekerjaan itu, Sang Purnawarman
mengadakan kurban (yang) sempurna dengan upacara pemberian berkat
kepada brahmana-brahmana, yaitu sapi delapan ratus pakaian dan
berbagai makanan-makanan lezat bahkan dua puluh kerbau dan lainnya
lagi. Lalu semua brahmana memberi berkat kepada Maharaja
Tarumanagara.
Setelah menjadi Maharaja lamanya tiga puluh sembilan tahun, beliau
wafat di usianya enam puluh dua ya disebut Sang Lumah (yang wafat) di
sungai Taruma. Setelah Sang Purnawarman wafat, kemudian Sang putra
raja tertu- (70) a yakni Sang Wisnuwarman namanya, meneruskan
ayahandanya menjadi raja Tarumanagara di bumi Jawa barat. Adapun
yang mencapai putra mahkota, baik tingkah lakunya, dan apa yang
menjadi perkataannya tak kurang istimewa, serupa ayaahandanya, beliau
berani tindakannya perkasa raja paling utama, bagai di medan
pertempuran saat berperang.
Beliau Sang Wisnu yang mahir berperang. Sang Wisnu dinobatkan
menjadi raja Tarumanagara, di kala sempurna-sempurnanya di empat
belas, paruh terang, bulan Posya, tiga ratus lima puluh enam di tahun
Saka (356 S/434 M). Tena kalena (?) Sang Maharaja Wisnuwarman
mengadakan pesta besar sayampratar (?) selama tiga hari tiga malam.
Istana kerajaan dihiasi dengan berbagai bunga yang harum.
Semua raja bawahan dari kerajaan kecil tanah Jawa barat ada di situ,
beberapa utusan dari negara sahabat, pemimpin bawahan raja, yakni Sang
perdana menteri, beberapa petinggi kerajaan Tarumanagara ada di situ,
lalu Sang brahmana, sang pendeta, kapwajti (?), Panglima angkatan laut,
sang pemimpin angkatan perang beberapa pemimpin pasukan wilayah,
lalu istri raja, dan banyak lainnya lagi.
Dan mereka semua dijamu dan menyantap berbagai makanan lezat. Sebab
berbagai hidangan dan wesaleh yamadhupanadi (?) ada di situ termasuk
juga, membuat acara pes-ta besar ada gending dan penari berparas cantik.
Melihat penarinya cantik, semua lelaki mabuk asmara bersa-maan dengan
itu berbagai makanan dan wesalehya (72) madhupānādi (?) dihantarkan
oleh pembantu (dayang) istana dengan rupa yang cantik. Sangatlah
meriah pesta itu. Lalu mereka semua mendoakan kepada Sang Maharaja
Tarumanagara.
Lalu pada dua paruh terang, bulan Magha tiga ratus lima puluhtujuh di
tahun Saka (357 S/435 M). Maharaja Tarumanagara mengutus dutanya di
negeri Cina, negeri Bharata, negeri Syangka, negeri Campa, negeri
Yawana, Swarnabhumi, Bakulapura, negeri Singa, negeri Dhamma dan
semuanya negara sahabat. Juga semuanya raja yang ada di Dwipantara.
Adapun kedatangan para utusan diperintahkan untuk memberi tahu jika
Maharaja Wisnuwarman menjadi raja di Tarumanagara menggantikan
Sang Purnawarman termasuk juga persahabatan yang telah berlangsung
(73) tak putus janganlah kita bercerai berai, sudah sepatutnyalah kita
mempererat saling mengasihi, saling bergandengan tangan janganlah
saling bergandengan, dan saling mangada rahi (? Bertatap muka?) dan
cinta kepada negara tetangganya.
Tiga tahun kemudian setelah ia Sang Wisnuwarman menjadi raja
Tarumanagara, ada peristiwa gempa bumi, namun kecil dan ti-dak lama,
setahun kemudia ada kejadian gerhana bulan, te-tapi tak lama kemudian
selesai. Kedua kejadian itu, oleh Sang Maharaja sebagai pertanda bahaya.
Agar selamat dan terhindar dari marabahaya terhadap negaranya
Maharaja mengikuti nasehat sang Brahmana Siddhimantra (? nama? yang
memiliki mantra gaib?) berjalanlah Maharaja mengikuti aliran sungai
Gangga, yang ada di wila- (74) layah Indraprahasta.
Dua bulan kemudian Sang Wisnuwarman di kala sedang tidur bermimpi
melihat harimau tua (? dewasa?), celeng/babi hutan, garuda, beruang dan
beberapa ekor satwa lainnya lagi, semuanya hewan liar, semua hendak
menyerang Sang Maharaja yang menaiki gajah muda (? unta?). Sang
Maharaja nyaris jatuh ke tanah tetapi sang gajah muda (? unta ?) maniwa
(?) dan menghindarkan dari marabahaya.
Tiba-tiba datanglah brahmana menaiki Sang Gajah Erawata, lalu
menyerang semua hewan buas yang maju, matilah mereka menjadi
bangkai. Tetapi sang garuda bermuka jahat tak dapat ditundukkan, sebab
bolak-balik ke angkasa. Kemudian sang garuda terus menerus
membuntuti Sang Raja berupaya seluruh daya menyeranag putra Sang
Purnawarman.
Di kala sang garuda dan hewan buas hingga (75) sekian lama berkelahi,
lantas Sang Erawata kemudian melawan, saat bersamaansang brahmana
naik (? terbang? melompat?) menyerang sang garuda kalah oleh Sang
Raja, jatuhlah ia lantas mati. Karena mimpi itu, Sang Wisnuwarman
gelisah batinnya.
Oleh karenanya sejumlah inundesa (?) serta petuah sang brhamana
pendeta dikedepankan dan dilaksanakan. Tiga hari kemudian Sang
Wisnuwarman dengan pengiringnya juga brahmana-brahmana, kapwajti
(?) berangkat ke arah timur, ke Kerajaan Indraprahasta. Di sini Sang
Maharaja disambut gembira oleh Raja Indraprahasta yakni Sang
Wiryabanyu namanya.
Di kala pagi merambang saat mentari belum ada di atas Kedaton
Indraprahasta Sri Raja bersama-sama Sang Wiryabanyu dengan sang
brahmana, kapwajti serta peng- (76) ikutnya telah berada di tepian sungai
Gangga, Sri Raja dan Sang Wiryabanyu, sang brahmana, kapwajti serta
petinggi kerajaan dan bebrapa orang raja bawahan Sang Tanda, Sang
Juru, sang raja wilayah, semuanya lantas mandi di pemandian di tepi
Sungai Gangga, sepanjang tepian sungai di jaga oleh bala tentara
membawa berbagai senjata bersiaga lengkap, yakni tom-bak, gada, panah
(dan) pedang, cis, belati (keris?) dan sebagainya lagi.
Tampak dari kejauhan pasukan itu semua sama-sama menggenggam
senjata dan baju zirah. Setelah Sri Raja yang besar berjalan menuju
pertapaan lalu menyembah kepada tempat suci (kuil? Candi?) Bhatara
Wisnu dan Bahtara Sangkara (Siwa) yang ada di situ.
Setahun kemudian setelah Sang Wisnuwarman mandi di sungai Gangga,
adalah suatu (77) peristiwa di dalam Kedaton yaitu di kala Sri Raja dan
permaisuri sedang tidur, di malam hari ada orang bersembunyi
(menyusup?) lalu berjalan menuju peraduan Sri Baginda, dengan
memmembawa pedang aiksana (?) dan belati (keris ?). Lamtas orang itu,
angayati (?) pedangnya pada Sang Raja.
Di kala ia membunuh Sang Raja, jemarinya gemetaran, berkeringat
tangannya, merosot pelahan pedang itu ke bawah, Sri Baginda kaget
bangun juga Sang permaisuri. Orang itu kemudian ditangkap dan diikat
dengan tali, Sang Raja murkalah akhirnya bala tentara semuanya da-tang
ke situ.
Ada pun karenanya Sang Marabahaya tangan jemarinya gemetar
berkeringat (ketika) melakukannya Sang Marabahaya telah la- (78) ma tak
berhubungan dengan istrinya serta ya ketagihan berhubungan dengan
banyak wanita. Di situ ia melihat Sang Permaisuri tak memakai busana
tak terbalut pakaian satupun. Karena melihat Sang Permaisuri tidur tak
memakai pakaian jadi ia ingin menggauli. Karenanya apa yang
diperbuatnya tanpa hasil.
Disebutkan (?) itu permaisuri, sangatlah mengagumkan rupa Beliau, tiada
duanya, di pulau Jawa. Beliau adalah adik perempuan raja Bhakulapura.
Sang permaisuri yakni Suklawarman Dewi namanya. Bercahaya indah
istimewa wajah Beliau, dia wanita sempurna kecantikannya, bagai
bidadari turun ke bumi, siapa (pun) melihat Sang Ayu tertariklah senang
hatinya.
Se- (79) dangkan sang suami yakni Sang Wisnuwarman adalah raja yang
sangat baik perilakunya serta lembut dan saleh. Beliau amat pandai
bermain sejenis permainan catur, berbeda perilaku ayahandanya, sangat
pemarah, galak menakutkan dan sukalah ia berperang dengan musuhnya.
Beberapa orang istri Sang Purnawarman dahulu, semua istrinya masing-
masing berputra. Dari permaisuri Sang Purnawarman beranak ia Sang
Wisnuwarman. Raja yang senantiasa memiliki, belas kasih dan cinta
kepada sesama manusia.
Kemudian hari baru pagi di kala matahari ada di atas kedaton, pada saat
itu, di empat belas paruh gelap, bulan Asuji, tiga ratus lima puluh
sembilan, di tahun Saka (359 S/437 M). Sang Maharaja Wisnuwarman
duduk di tengah balairung, beberapa orang petingi kerajaan, Sang Jaksa,
Sang brahmana, Sang (80) tanda, Sang juru saat itu mereka sedang
berbincang-bincang (mengenai) perintah menghadap oleh Sang Maharaja.
Itu bheda sangke (?) Sri Baginda Wisnuwarman menghadapkan sang
pembunuh yang tanpa hasil, tangan kakinya diikat tali dan dijaga oleh
pasukan pengawal raja. Kemudian berkat Sri Baginda kepada sang
pembunuh, “apa sebabnya kamu mau membunuhku, dan siapa yang
menyuruhmu demikian?” Sang pembunuh tak mampu bicara, sebab ia
sedang menangisi perbuatan rendahnya, tampaklah bercucuran air
matanya. Kemudian sang salah jatuh menyembah, terdengar tangisnya.
Sesudah itu Sri Baginda berkata lagi kepada sang salah, “begitu banyak
dan luaslah kehehdakmu (?), aku ingin berkata kepadamu. hai kamu,
betul-betul sangat hina perbuatan dan ulahmu. Ada tinggal kebaikan
keberhasilan (?) sesuai tingkah laku yang baik dan (81) tingkah lakumu,
tak ada perbedaan itu seperti hewan liar, lebih besar dosamu dari dosa
sang bajak.”
Menangislah sang salah disebabkan rasa malunya, sedangkan air matanya
senantiasa merembes. Kemudian Sri Baginda berkata lagi kepada sang
salah, “jika kamu menyebutkan nama orang yang menyuruhmu
membunuhku aku berjanji menghindarkanmu dan kamu diberi hadiah
istimewa dariku, seberapa gembira hatiku, jika kata-kataku dituruti
olehmu. Tetapi jika membantah dan tak patuhi keinginanku, kamu
dihukum mati.” Mendengarkan perkataanya Sri Baginda, angde (?) badan
sang terdakwa lantas dingin dan gemetaran.
Tertutupi sang kalah lalu melihat manatyatham (?) an (? yan=jika ?) di-a
ingin membunuh Sri Maharaja Wisnuwarman itu, adalah di- (82) suruh
oleh wilayah sahabat (?) Sang Cakrawarman namanya, yakni sanak
keluargaga Sang Wisnuwarman raja Taruma. Adapun Sang Cakrawarman
adiknya Sang Purnawarman, semenjak kakaknya meninggal Sang
Cakrawarman ingin menjadi raja di Tarumanagara.
Anak buah Sang Cakrawarman yaitu tiada lain pemimpin pasukan
Tarumanagara yakni Sang Dhewaraja namanya, lalu pemimpin pasukan
pengawal raja yakni Sang Hastabahu namanya, lantas wakil panglima
angkatan laut yakni sang Kudasindu namanya, lalu sang juru kedaton
yakni sang Bhayatala namanya, serta banyak lagi pengikutnya kelompok
bala tentara Tarumanagara.
Mendengar ucapan sang salah demikian, Sang Maharaja Wisnuwarman
terkejutlah ia, demikian juga semua petinggi kerajaan dan (83) semua
yang hadir dalam diskusi di balairung. Pada saat itu Sang Cakrawarman
tak datang di balairung. Beliau dan semua pengikutnya la-ri
menyembunyikan diri ke hutan, bagai ayam hutan kemudian, tiada berapa
lama (?) berjalan ke timur hingga di tepian sungai Taruma.
Sang Cakrawarman bersama-sama pengikutnya maningkes-ningkes
hangas (?) di kerajaan Cepu, di sungai Cupunagara wilayahnya. Dia raja
Cupu yakni sang Satyaguna namanya tak mau melindunginya. Dan
mereka disuruh pergi dari Cupunagara. Karena sang raja Cupu dikuasai
oleh Maharaja Taruma. Sang Cakrawarman terdiamlah batinnya disuruh
segera pergi, tak boleh tinggal di kota besar kerajaan Cupu.
Meskipun telah sekian lama (84) telah mengadakan perjanjian dan
persahabatan antara Sang Cakrawarman dengan raja Cupu, juga tidak
ingin memberi sarana. Selanjutnya Sang Cakrawarman beserta
pengikutny pergi ke timur terlunta-lunta kian jauh mengasingkan diri ke
hutan-hutan di pegunungan, semuanya telah singgah di pengembaraan
lalu terusir di tengah hutan besar. Menetap di sana sementara.
Sebab mereka semua berharap hidup damai sejahtera, karenanya mereka
ingin bersembunyi tinggal di hutan. Di saat yang bersamaan sejumlah
raja, yang ada di seluruh tatar Jawa barat olehnya Sri Maharaja
Wisnuwarman majnān (?) membunuh Sang Cakrawarman beserta
pengikutnya. Diupayakannya (?) mereka semua raja-raja di tanah Jawa
barat masing-masing mencari jejaknya Sang Cakrawar- (85) man beserta
pengikutnya.
Tak lama antaranya raja Indraprahasta tahulah jejaknya Sang
Cakrawarman yang sedang bersembunyi di wilayah hutan sebelah
selatannya kerajaan Indraprahasta. Karenanya sang raja Indraprahasta
memerintahkan pergi ke hutan musuh. Semuanya bala tentara kerajaan
Indraprahasta memakai zirah dan semua menggenggam berbagai senjata.
Tampaklah mereka, ada yang naik gajah ada yang mengendarai kereta dan
juga banyak pasukan pedati, banyak yang menyertainya. Sang
Cakrawarman sekarang memiliki banyak bala tentara.
Bala tentara itu , diperoleh dari desa-desa. Karenanya tidak takut dengan
bala tentaranya kerajaan Indraprahasta. Tampaklah sepasukan besar
berangkatlah ke selatan (86) beriringan membawa senjat lengkap semua
perbendaharaan termasuk juga nasi beserta lauknya, air minum dan
berbagai makanan lezat, ada di dalam kendaraan.
Berjalan di depan prajurit yang membawa bendera kerajaan Indraprahasta,
yaitu bendera bergambar singa tampak berkibaran dari kejauhan. Adapun
semua bala tentara oleh sang pemimpin pasukan yakni sang panglima
Rababelawa namanya, menaiki gajah sang Dhungkul namanya. Itu gajah
hadiah dari sang Maharaja Bhanggala di waktu lainnya. Sedangkan sang
panglima pasukan pedati ya sang Bhonggolbumi namannya. Beliau
kepala penduduk desa Sindang Jero.
Selama perjalanan bala tentara menyusup ke hutan besar dan hutan di
gunung yang ada di wilayah selatan lantas ke barat kemudian berhenti
sebentar se- (87) bab senja telah tiba di situ ande (?) semua satwa liar lari
ketakutan. Pada malam hari tampaklah gelap hutan belantara, hanya
terdengar suaranya katak satwa liar dari kejauhan suaranya anjing hutan
melolong suaranya monyet. Ada juga suaranya harimau, dan suaranya
hantu (?) mengikik. Kemudian di ambang fajar ketika matahari telah
nampak di timur. Semua senapati bala tentara bersiap kemungkinan itu.
Saat itu (ada) kesepakatan yakni mengendap mendekati memukul dan
menyerang bertubi-tubi sang musuh. Tak lama antaranya sepasukan besar
berangkat serempak mendatangi dan memerangi musuh. Karena
daerahnya sang musuh tak jauh dari situ. Bala tentara kerajaan
Indraprahasta yang dipim- (88) pin oleh sang panglima perang, senapati
perang sang Ragabelawa, menggelandang ini seperti babi hutan maju.
Sedangkan bala tentara sang salah dipimpin oleh senapati sang
Dhewaraja, sang Kudasindu, sang Hastabahu dan sang Bhagutala,
menyongsong musuh yang datang menyerang itu, menyeranglah bala
tentara yang menyerbu, berhadap-hadapanlah yang bertempur, tampak
bala tentara menikam, menusuk dengan saling menikam ada yang
bergumul, saling menendang saling meninju. Kemudian api dilemparkan
dengan Cakra (? dipanah?) ke rumah terbakar kemudian, sang api
berkobar di seluruh rumah yang ada di desa baru itu terbakar, karena
besarnya api jika aghāsa (?) tak putus-putus. Bala tentara- (89) nya
Cakrawarman menjadi pergi ke sana kemari (tercerai berai), ada yang
saling menyerbu kepada mereka yang pergi, ada yang saling bergumul
saling pukul keduanya mati, ada yang terpeleset (?). Peperangan semakin
berdekatan ada yang berlari membuntuti musuhnya.
Di medan peperangan terlihat kegemparan, serbu menyerbu, saling
menusuk ramailah peperangan itu, antara keduanya yang berperang, ada
yang dipenuhi darah, terluka dan mati. Banyaklah bangkai yang ada di
medan peperangan, ramai suara senjata dan pasukan dengan kemarahan
besar mereka. Ada yang menjerit-jerit karena merana kesakitan,
sedangkan darahnya menyembur(?). Saat itu medan peperangan telah
berubah menjadi lautan darah dan la- (90) utan bangkai. Pada akhirnya
angkatan perang kerajaan Indraprahasta memperoleh kemenangan dalam
peperangan.
Ada pun bala tentara Sang Cakrawarman kalahlah mereka, banyak yang
mati, beberapa puluh orang sisanya yang mati dan terluka. Sedangkan dia
Sang Cakrawarman dengan sejumlah panglima bala tentaranya tewas di
saat pertempuran yang tersisa dari yang mati semuanya ditangkap lantas
dibawa ke kota besar Tarumanagara.
Di sana semuanya yang bersalaha dihukum mati. Setelah itu, semuanya
Sang Panglima dan bala tentara memndapat hadiah kemenangan perang.
Demikian juga dia Raja Indraprahasta, yakni Sang Wirya Banyu, diberi
anugerah emas, perak, intan dengan senyatanya (?). La- (91) in oleh
karena itu (?) Sang Wisnuwarman beristri dengan putri raja Indraprahasta,
yakni Suklawati Dewi namanya.
Dari Permaisuri Sang Wisnuwarman tak beranak sebab Sang Permaisuri
wafat di kala muda usia karena sakit perut nonjok (Maagh akut?) Oleh
karena itu istrinya Suklawati Dewi dijadikan Permaisuri, dari istri ini
Sang Wisnuwarman berputra beberapa orang, lelaki dan perempuan.
Salah satu putra tertua yakni Sang Indrawarman namanya. Kelak Sang
Indrawarman menggantikan ayahandanya.
Selanjutnya hentikanlah ceritanya dahulu lalu digantikan dengan Sang
Ksepa lamanya menjadi Maharaja Taumanagara, se- (92) mua para ratu
Tarumanagara.
Ini awal mula cerita garis besar yang tak ada (? tak lain?) dalam para ratu
Tarumanagara, pertama awal mula menjadi negara Taruma di bumi Jawa
barat di pulau Jawa. Sang Jayasinghawarman namanya menjadi raja
dhiraja ghuru, di Kerajaan Tarumanagara, lamanya menjadi raja yaitu
enam puluh tahun.
Beliau beristri dengan putri Sang Dewawarman yakni Dewi Minawati
namanya. Sang Dewi Minawati mempunyai adik lelaki yakni Sang
Aswawarman namanya, beristri dengan putri kepala penduduk di
Bhakulapura yakni Sang Kudungga namanya. Dari istri ini Sang
Aswawarman beranak beberapa orang, salah satu diantaranya yaitu Sang
Maharaja Mulawarman namanya.
(93) Jaya Singhawarman yakni sang wafat di sungai Ghomati, beranak
beberapa orang, salah satu diantaranya yakni Sang Dharmawarman
disebut juga sang wafat di Candrabaga, menjadi raja Tarumanagara,
lamanya tiga belas tahun. Sebutannya yaitu Raja Resi namanya.
Kemudian Raja Resi beranak beberapa orang lelaki dan perempuan
beberapa orang diantaranya yakni, Sang Purnawarman namanya, menjadi
Maharaja Tarumanagara lamanya tiga puluh sembilan tahun, adiknya
lelaki yakni Sang Cakrawarman namanya, menjadi petinggi kerajaan di
Tarumanagara, adik perempuannya yakni Dewi Hariwarman namanya.
Setelahnya lantas Sang Purnawarman beranak beberapa orang, beberapa
orang diantaranya yaitu Sang Wisnuwarman mengganti- (94) kan
ayahandanya menjadi Maharaja Tarumanagara, lamanya yakni dua puluh
satu tahun. Selanjutnya dari permaisuri pertama Sang Wisnuwarman tak
beranak dari permaisuri kedua yaitu Dewi Suklawati namanya, putri Sang
Raja Indraprahasta.
Kerajaan itu kelak di kemudian hari disebut Carbon Ghirang wilayahnya,
itu beranak beberapa orang, dua orang diantaranya yakni Sang
Indrawarman namanya, menjadi Maharaja Tarumanagara lamanya enam
puluh tahun, kedua Sang Widalawarman namanya menjadi panglima
perang. Adiknya Sang Wisnuwarman yakni Sang Kharabawarman
namanya, menjadi petinggi kerajaan di Tarumanagara.
Setelah itu Sang Indrawarman beranak pinak beberapa orang, tiga o- (95)
rang diantaranya yakni pertama Sang Candrawarman namanya, yang
menggantikan ayahandanya menjadi Maharaja Tarumanagara, lamanya
dua puluh tahun, kedua perempuan yakni Dewi Komalasari namanya,
ketiga Sang Brahmana Resi Santawarman namanya.
Lalu Sang Candrawarman beranak pinak beberapa orang, tiga orang
diantaranya yakni pertama Sang Suryawarman namanya, menggantikan
ayahandanya menjadi Maharaja Tarumanagara, lamanya dua puluh enam
tahun, kedua Sang Mahisawarman namanya, menjadi petinggi kerajaan,
ketiga Sang Matsyawarman namanya, menjadi panglima angkatan laut,
ketiga yakni Dhewi Bhayusari namanya.
Setelah itu Sang Suryawarman beranaklah pinak beberapa orang, ti- (96)
ga orang diantaranya yakni, Sang Kretawarman namanya, Beliau
menggantikan ayahandanya menjadi Maharaja Tarumanagara, lamanya
lima puluh tujuh tahun. Karena Sang Kretawarman tak beranak karenanya
tahta kerajaan digantikan oleh adiknya yakni Brahmana Resi Sang
Sudhawarman namanya, menjadi Maharaja Tarumanagara, lamanya
sebelas tahun, adiknya lagi yang perempuan yakni Dewi Tirtha Kancana
namanya diperistri oleh Sang Maharsi Ghuru Manikmaya namanya.
Selanjutnya Sang Sudhawarman beranak pinak beberapa orang, dua orang
diantaranya yakni Dhewi Mahasari diperistri oleh raja Cupunagara yakni
Sang Nagajaya namanya. Kemudian dia Sang Nagaja- (97) ya
menggantikan Sang Sudhawarman menjadi Maharaja Tarumanagara. Di
kala lima ratus enam puluh dua, di tahun Saka (562 S/640 M) mengutus
dutanya ke negeri Cina dan beberapa buah negara yang telah bersahabat
dengan Tarumanagara.
Raja Cupunagara Sang Nagajaya memberi tahu jika raja Cupunagara,
sekarang menjadi Maharaja Tarumanagara dengan menyandang gelar
Sang Nagajayawarman ia menjadi Maharaja Tarumanagara lamanya dua
puluh enam tahun.
Adapun adiknya Sang Dhewi Mayasari yakni Sang Astuwarman menjadi
pendeta di Tarumanagara. Lalu dalam perkawinannya Dhewi Mayasari
dengan Sang Nagajayawarman beranak pinak beberapa orang, salah
seorang dian- (98) taranya yaitu, Sang Linggawarman namanya.
Menggantikan ayahandanya menjadi Maharaja Tarumanagara, lamanya
hanya tiga tahun.
Kemudian yakni Sang Maharaja Tarusbawa, yang kemudian kerajaan itu
namanya diganti olehnya dengan nama kerajaan Sunda. Sang Maharaja
Tarusbawa, pada lima ratus sembilan puluh empat di tahun Saka (594
S/672 M) ia bersahabat dengan kerajaan Sriwijaya di bumi Swarnadwipa.
Adapun putri Sang Linggawarman itu diperistri oleh Maharaja Tarusbawa
yakni Dhewi Minawati namanya. Adapun Sang Suryawarman menjadi
Maharaja Tarumanagara yakni, pada empat ratus lima puluh tujuh di
tahun Sa- (99) ka (457 S/535 M).
Beberapa hari kemudian Sang Suryawarman mengutus duta-duta
Tarumanagara ke beberapa negara sahabat diantaranya ke negeri Cina,
negeri Campa, negeri Syangka, negeri Jawana, Bhakulapura, negeri
Bhanggala, negeri Bharata, dan beberapa negara lainnya.
Tujuannya duta kerajaan, adalah pertama yakni mengabarkan jika raja
Tarumanagara sudah diganti oleh Sang Pangeran yaitu Sang
Suryawarman. Karena Sang Candrawarman telah mangkat, pada sembilan
paruh gelap, bulan Phalguna, empat ratus lima puluh tujuh, di tahun Saka
(457 S/535 M).
Duta itu masing-masing diantaranya yakni, petinggi agama kerajaan Sang
Santawarman yaitu sanak-saudara Sang Maharaja Suryawarman yang
menjadi duta ke beberapa naga(ra) yang ada di sebelah barat da- (100) ri
Sanghyang Hujung, lalu menteri muda Sang Mahasawarman sebagai duta
ke beberapa negara yang ada di sebelah timur Sanghyang Hujung.
Adapun Sang Mahisawarman yakni adiknya Sang Maharaja
Suryawarman. Sedangkan utusan ke beberapa negara yang ada di
Dwipantara yakni Sang Panglima Hasta Prakosa namanya, dan senapati di
medan perang Sang Lindhu Pertiwi salah satu gelarnya.
Pada saat itu adalah dua orang Brahmana dan seorang pujangga, turut
serta dengannya Sang Santawarman duta yang ke barat tujuannya Sang
Brahmana dan pujangga yakni ke negeri Phalawa di bumi Bharata.
Sedangkan raja Cupunagara, Sang Jaksa, Sang Bhik-su sarwāstiwāda
pemuja budha, ikut serta bersama-sama sang duta Mahiswarman menuju
nege-(101) ri Cina. Adapun Sang permaisurinya Sang Kertawarman dari
keluarga raja Salankayana, tetapi tak beranak. Sedangkan Maharaja
Sundhawarman permaisurinya, adalah keluarga raja Phalawa Sang
Mahendrawarman. Di kala usia muda sang Suddhawarman telah menetap
di Khan chi, negeri Phalawa di bumi Bharata.
Cucu Maharaja Suddhawarman yakni Sang Linggawarman setelah
dinobatkan menjadi Maharaja Tarumanagara, pada lima paruh gelap,
bulan Caitra, lima ratus delapan puluh delapan, di tahun Saka (588 S/666
M), Beliau mengutus duta ke negeri Cina dan beberapa negara yang
bersahabat dengan Tarumanagara termasuk juga beberapa lěksa (?)
sebelum ia meninggal, mengutus duta ke beberapa negara, diantaranya
negeri Jawa- (102) na, negeri Cina, negeri Bharata, yakni kerajaan
Phalawa dan negara yang ada di pulau-pulau di bumi Nusantara. Di kala
Sang Kertawarman mengutus duta ke negeri Cina, pada empat ratus
delapan puluh tujuh di tahun Saka (487 S/565 M), perahunya sang duta
Tarumanagara, dihadang oleh perahu sang bajak ada di tengah negara
Cina, kemudian berperanglah keduanya, ramailah yang berperang,
mendesak saling membunuh antara bala tentara Tarumanagara dengan
sang bajak.
Saat itu datanglah kapal perangnya negeri Cina, terus ikut menyerang
sang bajak dan menyelamatkan perahu sang duta Taruma. Pada akhirnya
sejumlah bajak kalah, semua mereka terbunuh, mereka yang tertangkap
juga dibunuh. Setelah itu semu- (103) a bangkai sang bajak dijadikan satu
ditumpuk di perahunya, lalu menghancurkan (?) dan tinunwan (?) oleh
bala tentara Cina. Selanjutnya perahu negeri Cina dan perahu
Tarumanagara, pergi menuju negeri Cina.
Lalu persahabatan kerajaan Ci-na dengan Tarumanagara telah lama
bergandengan tangan tak terlepas. Demikian juga dengan negara-negara
yang ada di Nusantara kerajaan Cina tak menjajah. Sebaliknyalah
bersahabat yang telah terjadi beberapa ratus tahun yang silam. Termasuk
juga beberapa negara lainnya lagi, yaitu negara Bharata, negara Syangka,
negara Yawana, negara Campa, negara Kamboja, negara Ghandi, Mahasi,
Hujung Mendini, negara Sophala, negara Singha dan ne- (104) gara-
negara yang ada di seluruh Dhwipantara.
Berganti cerita lagi. Adapun Sang Resi Ghuru Manikmaya namanya.
Beliau datang dari Jawa timur tetapi negeri asal usulnya negeri Bharata
dari dinasti Salankayana, beberapa negeri diantaranya negeri Ghandi,
Mahasi, Sanghyang Hujung, Swarnabhumi, pulau Bali telah lebih dulu
disinggahinya.
Sang penyebar kemakmuran (?) Sang Resi Ghuru beristri Dhewi Tirtha
Kancana namanya, putrinya Sang Maharaja Suryawarman atau adik
istrinya Sang Kertawarman. Karenanya Sang Resi Ghuru, diberi anugerah
daerah yaitu Khendan namanya, dan lengkap dengan abdinya, pasukan
bersenjata.
Ia diangkat ratu di wilayah Khendan, sebagai (105) Raja Resi, Sang
Maharaja memberikanlah seluruh perabot yang wajib dimiliki raja,
termasuk juga sejumlah pakaian hiasan dandanan atribut raja dan
permaisuri, dan petinggi kerajaan, berbagai benda dan bermacam
makanan lezat, seluruh raja wilayah yakni di seluruh kerajaan di bumi
Jawa barat diundang dengan surat oleh Sang Maharaja Tarumanagara,
jika Rajarsi Khendan janganlah ia dimusuhi sebab Sang Rajarsi Khendan
adalah menantuku. Lindungilah (ia) oleh kalian semua, serta Sang Rajarsi
Ghuru Khendan selaku brahmana yang memiliki mantra gaib nan
sempurna dan, Beliau telah memakmurkan pada aturan suci. Siapa yang
menolak Rajarsi Ghuru Kendan kuhukum mati (106) dan kerajaannya
kubebaskan dari pajak kemudian. Dalam perkawinannya putri
Tarumanagara Dhewi Tirtha Kancana dengan Sang Resi Ghuru
Manikmaya ratu di Khen dan berputra beberapa orang, lelaki dan
perempuan, salah satu diantaranya yakni Raja putra Suraliman namanya,
hingga dua puluh tahun lamanya ia remaja, kian tampak rupawan
badannya, dan pandai berperang. Karenanya ia dijadikan panglima di
medan perang, lantas menjadi Panglima bala tentara Tarumanagara.
Setelah ayahandanya yakni Sang Rajarsi Ghuru Khendan wafat, Sang
Panglima Suraliman diangkat ratu di Khendan meneruskan a- (107)
yahandanya, pada saat itu, pada dua belas, paruh gelap, bulan Asuji,
empat ratus sembilan puluh di tahun Saka (490S/568 M).
Sang Suraliman di kala berperang ia senantiasa mengalahkan musuh,
karena ia adalah pahlawan yang hebat mahir berperang Raja Khendan.
Dalam perkawinannya dengan putri Bhakulapura anak cucu dari dinasti
Kudungga di masa silam (?), Sang Suraliman berputra dua orang, lelaki
dan perempuan, diantaranya masing-masing, anak tertua yakni Sang
Khandihawan atau Sang Rajarsi Dewaraja atau Sang Layuwatang
namanya lagi.
Sedangkan kedua adiknya Sang Khandiyawati namanya, gadis yang
sempurna kecantikannya, sa- (108) ngat cantik wajahnya. Sri Dewi
Khandiyawati lantas berjodoh dengan orang kaya raya dari Swarnabhumi,
dan ia menetap di tanah negara suaminya, Sang Suraliman menjadi ratu
Khendan lamanya dua puluh sembilan tahun.
Setelah meninggal, anaknya Sang Khandihawan yang tinggal di Medang
Jati, menggantikan ayahnya. Tetapi Sang Khandihawan menjadi ratu di
Medang Jati. Lamanya lima belas tahun. Adapun Sang Khandihawan di
kala menjadi ratu wilayah, dengan nama penobatan Sang Bharata Wisnu,
di Medangghana negaranya atau Medangjati namanya lagi sang
Khandihawan beranaklah (109) ia beberapa orang lelaki, salah satu
diantaranya yakni Sang Wretikandayun. Beliau menggantikan ayahnya
menjadi ratu, tetapi ia menjadi ratu di Ghaluh wilayahnya, kemudian
menjadi Rajarsi di Menir Mandala. Sang Wretikandayun dinobatkan
menjadi ratu di Ghaluh, pada empat belas, paruh terang, bulan Setra, lima
ratus tiga puluh empat di tahun Saka (534 S/612 M).
Ini awal pertama kali berdirinya kerajaan Ghaluh di Jawa barat di pulau
Jawa. Sang Wretikandayun menjadi ratu di Ghaluh lamanya sembilan
puluh tahun, Beliau beristri dengan putrinya Sang Makandriya, yaitu Nay
Manah Asih menja- (110) di permaisuri di kedaton Ghaluh. Dalam
perkawinannya dengan Nay Manah Asih itu, Sang Wretikandayun
beranaklah ia lelaki tiga orang, diantaranya masing-masing yakni, anak
tertua rahyang Sempakwaja namanya, menjadi Resi Ghuru, menetap di
Ghalunggung. Anak penengah Rahyang Khidul namanya, menjadi Resi
Ghuru di wilayah Dhenuh, dan anak bungsu yakni Rahyang Mandiminyak
namanya, menjadi ratu di Ghaluh, menggantikan ayahandanya.
Rahyang Mandiminyak tidak suka melihat kakaknya Sang Sempakwaja
berjodoh dengan Pwahaci Rababu. Karenanya Sang Mandiminyak
sangatlah tergila-gila dan sangat (111) berhasrat(?) pada Sang Ayu. Sebab
Pwahaci Rababu wanita yang sangat sempurna kecantikan wajah Beliau.
Itu wajah terunggul demikian tanpa tandingan, tampaklah tumbuhnya
bersinaran tersulut (?) oleh busananya yang bertaburkan baiduri (?), bagai
bidadari turun dari surga tinggal di bumi Ghaluh. Kemudian pada suatu
waktu Sang Mandiminyak mengadakan pesta pora di Kedaton Ghaluh. Di
malam purnama empat belas paruhterang purnama sempurna.
Itu pesta pora tampak penuh sesak (dan) meriah. Pada saat itu Sang
Mandiminyak adalah Sang Pangeran (putra Mahkota), sebagai wakil raja
serta memegang beberapa petinggi negara. Adapun semua terpikat (?)
Sang Pangeran, senantiasa mentaati(nya). Karenanya pesta pora itu dia
Sang Mandiminyak oleh ayah- (112) nya diberi ijin.
Selanjutnya terkisahkan dalam pesta pora di Kedaton Ghaluh. Oleh
karenanya Sang Pengundang pesta yakni Sang Wretikandayun Raja
Ghaluh Pakwan. Oleh karena itu semuanya datang ke Keraton. Sang
Rama tak tahu ulah anaknya yakni Sang Mandiminyak dan lagi semua
tindak tanduk puteranya yang tak patut. Datang di situ beberapa ratu
wilayah, menteri, panglima, sang juru, nangganan (?) serta keluarganya.
Rahyang sempakwaja tak datang sebab ia sedang sakit, hanya istrinya
Pwahaci Rarabu hadirlah di Kedaton Ghaluh. Di kala sementara (? saat itu
?), tak terucapkan meriahnya, dan terdengarlah bunyinya gending dibuat
(sebagai ?) hadiah dan mengiringi penari yang mahir. (113) Semua yang
hadir dijamu dengan berbagai hidangan-hidangan lezat.
Pada malam hari Sang Mandiminyak datang ke peraduan Pwahaci
Rababu. Awalmya Sang Ayu malu-malu (?), di kala pertama diraih lengan
tangan kanan dan dipaksa suruh berbaring, hatinya berdenyut sebab wajah
dan tubuhnya Sang Ayu senantiasa inarekan (? Pinarekan=didekati ?) oleh
Sang Mandiminyak tak dihalangi (?) lantas keduanya tak memakai
pakaian kemudian bersama-sama serta sesaat menangis sebab merasakan
nikmatnya bermesraan itu. Sebab Beliau telah terpuaskan dan batinnya
mendambakannya, hingga di pagi hari kemudian keduanya berdandan
karenanya Pwahaci Rababu tinggal di Kedaton Ghaluh lamanya empat
hari (114) empat malam. Adapun ia Pwahaci Rababu, dalam
perkawinannya dengan Sang Sempakwaja, beranak pinak lelaki dua orang
diantaranya masing-masing yakni Sang Dhemunawan namanya dan Sang
Purbasora namanya.
Sebab berulang-ulang mereka berbuat demikian, oleh karenanya ketahuan
oleh suaminya, setelah ia terlihat hamil. Karenanya suaminya tak mau
menggauli istrinya yang telah tidak takut (?) dan tidak patut. Akhirnya
lahirlah putra lelaki, Sang Sena namanya. Kemudian anak haram itu
diserahkan kepada Sang Mandiminyak, Beliau tak memperhitungkan (?)
sebab (? Bukankah ?) anak itu putra kandungnya.
Sedangkan Sempakwaja terbukti mencintai istrinya karenaya tak
menghukum apa yang telah (115) dilakukan istrinya, dan kembali menjadi
satu. Kemudian Sang Mandiminyak beristri dengan putri Raja Medang di
bumi Mataram kuno di Jawa tengah. Dalam pernikahannya, beranaklah
beberapa orang, salah satu diantaranya, yakni Nay Dewi Sannaha Raja
Putri (?), kelak ia dijodohkan dengan Sang Sena Raja Putra, Sang Prabu
Bhratasenawa namanya lagi.
Dalam pernikahannya beranaklah lelaki, Sang Jamri, Sanjaya, Prabhu
Harisdarma namanya lagi. Sang Mandiminyak lamanya menjadi ratu
Ghaluh, cuma tajuh tahun. Sang Mandiminyak lamanya menjadi Petinggi
Kerajaan Ghaluh Pakwan kala kekuasaan ayahnya.
Berganti kisah- (116) nya lagi. Adapun kerajaan-kerajaan seluruh pulau
Jawa itu banyak, di kala Kerajaan Tarumanagara berdiri di Jawa barat. Di
sana ada beberapa buah Kerajaan demikian juga di tengah pulau Jawa
serta Jawa timur dengan beberapa pulau sebelah timurnya lagi ada
kerajaan.
Setelah Sang Maharaja Linggawarman wafat, anak tertuanya perempuan,
Dhewi Minawati namanya. Beliau diajdikan istri oleh Sang Terusbawa
namanya. Dengan demikian ia Sang Putri Raja bersama-sama suaminya
berkuasa di Kerajaan Taru-ma. Oleh Sang Terusbawa nama Kerajaan
Taruma diganti dengan nama Sunda. Karena awalnya pada masa silam
dari wilayah Sunda di tepi laut (117) di bumi Bharata barat. Banyaklah di
pulau Jawa bernama sama dengan nama yang ada di negeri Bharata.
Sebab banyaknya pemimpin, brahmana, leluhurnya raja-raja di sana,
tanah kelahirannya dari negeri Bharata, serta ia Sang Terusbawa
diperintahkan dengan hormat menjadi raja, yakni lantaran ia beristri putri
Raja Tarumanagara.
Meskipun demikan kebesaran kemashuran Kerajaan Taruma sekarang
(saat itu) tak seberapa, ditatalah (?) nama kerajaan itu diganti pada
sembilan paruh terang, bulan Yestha, lima ratus sembilan puluh satu di
tahun Saka (591 S/669 M) Sang Maharaja Terusbawa, mengutus duta
Tarumanagara mendatangi beberapa (118) kerajaan di Nusantara dan
kerajaan-kerajaan yang ada di negeri Bharata, negeri Cina, Campa,
Kamboja, Sanghyang Hujung, negeri Ghaudi, dan banyak lagi lainnya,
setahun kemudian, raja Ghaluh Pakwan yakni Sang Wretikandayun
mengutus dutanya, ke kota besar Tarumanagara, mengabarkan jika
Ghaluh Pakwan tak mau lagi mengabdi kepada kerajaan sebelah barat
yakni Tarumanagara.
Ada pun pesannya Sang Raja Ghaluh di dalam surat demikian, “Sejak saat
ini, saya beserta sejumlah kerajaan yang ada di sebelah timur sungai
Taruma tidak lagi di bawah Taruma jadi, tak merasa menganggap ratu
kepadamu, semata-mata hanya bersaudara dari satu leluhur (dengan)ku,
ini tidak memutuskan dan lebih baik kita memperkuat persahabatan (?).
Dengan demikian daerah-daerah yang masuk sebelah barat sungai Ta-
(119) ruma, adalah daerah kekuasaanmusedangkan daerah-daerah yang
masuk sebelah timur sungai Taruma, adalah daerah kekuasaanku. Dan
saya tak lagi memberi upeti kepadamu.
Terus, janganlah bala tentaramu diperintah menyerang Ghaluh Pakwan
yang demikian itu tak alan berhasil, yakni lantaran kerajaan Ghaluh
memiliki angkatan perang yang besar, sekitar tiga kali lipat jumlahnya
bala tentaramu.
Sertalah, banyaklah kerajaan di tengah-tengah pulau Jawa dan Jawa timur
melindungiku. Ini (kini) engkau telah mengetahui semuanya. Kita
menjalin persaudaraan, sama-sama mengharapkan negaranya makmur
sejahtera, dijauhkan marabahaya. Tuhan yang berkuasa di atas segala
kuasa karenalah menganugerahkan kepada siapa yang melakukan tindak
tanduk perbuatan, dan dengan tak ada kedengkian di hati (120) kepada
sesama manusia (?).
Saya tahu, engkau orang yang luhur, mendahulukan pada tujuan yang
baik ini. Walaupun tak ada kemarahan, meskipun demikian aku meminta
maaf, tamat.” Demikianlah pesan Sang Raja Ghaluh dalam suratnya.
Akhirnya pada beberapa hari kemudian, keinginannya raja Ghaluh
Pakwan direstui oleh raja Tarumanagara sejak saat itu, di bumi Jawa barat
berdiri dua kerajaan besar diantaranya masing-masing yakni, pertama
kerajaan Sunda, wilayahnya dari sepanjang tepian laut barat ke timur
hingga di sungai Taruma yang kemudian disebut sungai Citarum,
pemegang kerajaan Sunda yakni Maharaja Tarusbawa namanya. Di sini
banyak kerajaan kecil berdiri mengabdi kepada kerajaan Sunda.
Kedua yakni kerajaan Ghaluh Pa- (121) kwan wilayahnya dari sungai
Citarum ke timur hingga di sungai perbatasan di tengah pulau Jawa,
sungai itu kemudian disebut Cipamali (sungai pembagi), pemegang
kerajaan Ghaluh Pakwan Sang Prabhu Wretikandayun namanya.
Di sini banyak kerajaan kecil berdiri mengabdi kepada kerajaan Ghaluh
Pakwan. Sang Tarusbawa menjadi raja Sunda lamanya lima puluh empat
tahun, pada lima ratus sembilan puluh satu, di tahun Saka sampai enam
ratus empat puluh lima, di tahun Saka (591-645 S/679-723 M). Kelak
sejak enam ratus empat puluh lima, di tahun Saka sampai enam ratus lima
puluh empat di tahun Saka (645-654 S/723-732 M), kerajaan Sunda
dengan kerajaan Ghaluh Pakwan di bumi Jawa barat keduanya dikuasai
oleh Sanjaya dengan gelar Sang Maha- (122) raja Harisdarma, lamanya
menjadi raja di bumi Jawa barat hanya sembilan tahun, tamat.
Ini sargah pertama, Pustaka Nagara Kretabhumi, selesai ditulis sebelas
paruh terang, bulan Phalguna, seribu enam ratus empat belas di tahun
Saka (1614 S/22 Februari ? 1692 M), mengikuti berbagai disiplin ilmu,
pustaka negeri milik kerajaan Carbon disatukan (?) namanya yakni ditulis
dalam Pustaka Nagara Kretabhumi, sargah lainnya.
Setelah ini, kemudian akan menulis lagi Pustaka Nagara Kretabhumi,
sargah kedua, lalu sargah ketiga dan sargah keempat. Dan aku telah
diijinkan (?) oleh kakanda Sultan Sepuh dan Sultan Anom mentaati
pesannya. Sengaja aku membuat pelengkapnya Pustaka Nagara
Kretabhumi, jika kelak ram- (123) pung ditulis semua Pustaka empat
sargah.
Maksud (dan) tujuannya itu , amat sangat diharapkan dan diinginkan
hatiku. Dengan demikian, semua Pustaka Nagara Kretabhumi ada lima
buah, yang diberi nama Panca Pustaka, oleh Sultan Sepuh Carbon dan
Sultan Anom juga aku dengan semua penulis dan pemberi kisah
(narasumber) penyempurnaan dalam penyusunan Pustaka ini yakni Aku.
Pangeran Wangsakerta Panembahan Carbon, Raksanagara, Purbanagara,
Anggadiraksa, Anggadiprana, Anggaraksa, Singanagara, serta Nayapati.
Inilah yang mengerjakan (?).
Adapun pelengkap Pustaka Kretabhumi, berisi gambaran, kerajaan-
kerajaan di masa lampau serta nege- (124) ri bawahannya, tahun
berdirinya beberapa kerajaan di pulau Jawa serta Dwipantara dan
meninggal (dan) berputranya, aturan suci yang dianutnya, juga
membicarakan dinasti asal-usulnya raja-raja, hubungan kekerabatannya
sejumlah kerajaan, diantaranya Tarumanagara, Sriwijaya, Kheling,
Medhang di bumi Mataram, kerajaan Sunda, Ghaluh, Indraprahasta,
kerajaan-kerajaan yang ada di negeri Bharata, Sanghyang Hujung, Jawa
timur dan sejumlah kerajaan yang ada di Nusantara, seperti gambaran
pembangunan negeri Carbon, Wilwatikta, Demak, Singhasari dan lainnya
lagi.
Adapun Pustaka pelengkap itu, bernama Rājyawarnana i bhumi Nusantara
(kisah kerajaan di bumi Nusantara), yaitu pelengkap Pustaka Nagara
Kretabhumi, selesai sudah.

NASKAH
NAGARA KRETABHUMI

DWITYA SARGA
( Buku kedua / Jilid kedua )

Alih aksara dan bahasa :


Oleh :
T. D. SUDJANA

Cirebon, 23 Oktober 1987


( 1 ) Semoga Tuhan memberkati kita.
Inilah buku kedua dari Naskah Negara Kertabhumi, dipergunakan sebagai buku
pelajaran atau pedoman bagi kita perihal para Raja Parahyangan beserta
keturunannya.Diharapkan hasil penelitian naskah kejayaan kerajaan di bumi
sunda Jawa Barat, merupakan hasilkarya yang dapat dipertanggung jawabkan
semua di dalamnya ada manfaatnya. Ini merupakan hasil permulaan karya besar
Negara Kertabhumi inti sari naskah penelitian kerajaan di bumi Parahyangan,
Kesultanan Cirebon dan lain-lainnya, oleh karenanya di dalam garapannya pada
akhirnya lama-kelamaan karya ini menjadi berhasil dan sempurna.
Tepatlah apabila kita panjatkan puja dan puji kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, semoga tak ada aral melintang dan tersurat didalam tulisanku.Ini
merupakan buku Keraton Cirebon, Negara Kertabhumi namanya. Seluruh isinya
berpegang dari berbagai perpustakaan milik Kesultanan Cirebon di samping
demi patuhnya kepada tugas yang dibebankan kepadaku sebagai keturunan
Dahyang

( 2 ) Susuhunan jati, raja pendita agung ialah sang waliyullah pulau Jawa, ulama
besar penyiar Islam di seluruh bumi Sunda.Terutama dengan penyempurnaan
yang telah aku lakukan, meskipun sedikit banyak akan dapat di ketahui keadaan
dan kejayaan kerajaan Cirebon dan para raja Parahyangan tatkala
itu.Demikianlah,tampak apa yang di riwayatkan dalam halaman permulaan
seorang raja besar wibawa tatkala jaman pemerintahan raja di bumi
Parahyangan Jawa Barat, dengan gelar sang Prabu Maharaja Lingga Buwana
Wisesa, sang mokteng bubat namannya yang lain.Raja ini dan seluruh para ratu
di bumi sunda Jawa Barat adalah para kerabat familinya dari Sri Sanjaya
Maharaja pulau jawa yang bersemayam dan berkuasa di Medang Bumi
Mataram.Diriwayatkan di sini sang Prabu Maharaja Sunda Galuh, dahulu
tatkala selama 7 tahun menjabat Dipati di keraton Surawisesa tatkala pada
zaman pemerintahan

( 3 ) cicitnya sang mokteng kidding (yang wafat di kidding ), lalu sepuluh tahun
lamanya menjadi mahamenteri di kerajaan Surawisesa tatkala masih
pemerintahan ayahandanya.Setelah itu ia menjadi Prabu Maharaja Sunda Galuh
selama 7 tahun, dengan demikian sudah 24 tahun mengalami tugas-tugas
kepemimpinan di kerajaan, meskipun demikian barulah ia di percaya (terpakai)
menjadi maharaja memerintah secara mandiri baru selama 7 tahun saja.Adapun
ia menjadi maharaja pada tanggal 14 “paro terang” bulan palguna tahun 1272
Saka (1350/1351 Masehi).Sang prabu di karunia anak gadis, sang Retna Citra
Resmi namannya.Seorang gadis yang sangat cantik rupa elok bagaikan bidadari
turun dari surga, kelihatannya benar-benar gadis amat pilihan, siapapun laki-laki
yang memergokinnya tidak akan kuat melihatnnya (runtuhlah iman).
Kecantikannya itu

( 4 ) mirip dengan ibundanya, yaitu Nyi Ratna Lisning namannya, juga elok
rupawan wajahnya bagaikan bulan purnama tanggal 14-nya.Oleh karena itu
sangatlah kasih sayangnya sang prabu maharaja kepada anak gadisnnya, ialah
kepada Retna Citra Resmi.Diriwayatkan pada tanggal 13 “paro peteng”
Badramasa tahun 1279 Saka( 1357/1358 Masehi) sang Prabu Maharaja wafat di
Bubat di wilayah kerajaan Majapahit.Semula sang prabu berkehendak
menikahkan anaknnya ini dengan mahaprabu Majapahit Sri Rajasanagara
namanya.Datanglah pada saatnya pada angannya sang prabu maharaja Sunda
sudah mantap hatinya untuk membuat (melaksanakan) suatu perkawinan yang
bahagia bagi puterinya di Majapahit, demikianlah mulanya kehendak sang
mahaprabu Majapahit.Sampai di sana puteri raja Sunda itu di jadikan
persembahan upeti kepada Bre Prabu Majapahit, oleh karena itu tentu saja sang
prabu maharaja Sunda menolak tidak akan memberikan sang putrinya dengan
cara begitu, semuanya mengerti bahwa penghinaan terhadap orang-

(5) orang Sunda ialah ulah sang Patih Mada.


Duta Sunda dengan Patih Mada sama-sama mengucapkan kata-kata dan sikap
yang tidak baik, akhirnya timbul pertengkaran mulut dilanjutkan dengan
kemarahan sang Patih Mada tiada terbendung, oleh karena itu baltentara
Majapahit disiap siagakan oleh Patih Mada untuk siap tempur. Semua secara
serentak mengenakan busana perang dan lengkap dengan segala
senjatanya.Terlihat ada yang naik gajah, kuda dan berbentuk pasukan berbaris
dan naik kereta. Sang prabu tertegun dengan muka tertunduk, mulanya bimbang
dan ragu hatinya sebab tidak akan kuat apabila melawan pasukan perang
Majapahit yang sudah tentu jumlahnya begitu banyak. Akan tetapi biarpun mati
demi nama baik ia rela, selanjutnya sang prabu maharaja menggabungkan diri
dengan keadaan yangsebenarnya, lalu mengumpulkan tenaga dan pikiran dan
berani menghadapi apa yang bakal terjadi. Sang prabu dengan para pengikutnya
tidak mau dihina dan bertekuk lutut kepada prabu Majapahit.

( 6 ) Kemudian datanglah balatentara Majapahit yang dipimpin oleh sang patih


Mada yang berkelakuan jahat, menyerang raja Sunda dan para pengiringnya
yang berjumlah hanya puluhan saja. Orang-orang sunda itu menghadapinya
bersama, sehingga pertempuran itu berlangsung sengit, namun akhirnya semua
orang Sunda yang ada di situ dibunuh tanpa sisa oleh tentara dan patih Mada.
Kemudian melihat keadaan demikian sang Retna Citra Resmi bunuh diri. Para
pembesar kerajaan Sunda yang gugur di Bubat itu diperinci namanya ialah
Tumenggung Larang Agung, Menteri Sohan, Menteri Gempong Lotong, Ki
Panji Melong Sakti, Ki Penghulu Sura, Menteri Saya, Ki Rangga Kaweni,
Menteri Usus ialah pengawal pribadi dang prabu Sunda, lalu Senapatih
Sutrajali, Menteri Siring, Ki Jagatpaya, Ki Wirayuda

( 7 ) Ki Nahkoda Braja, Ki Nahkoda Bule, Ki Juru Astra ( ahli penembak ). Ki


Sebrang Keling, Ki Supit Kelingking, sang prabu dan puteri raja dengan seluruh
dayang pengasuhnya. Tetapi walaupun demikian tanah Sunda tidak dijajah oleh
kerajaan Majapahit, oleh karena kehendaknya ingin menjajah Jawa Barat tidak
kesampaian. Dari sebab itulah bersedih hati dan sakit hati orang-orang sunda,
para raja wilayah dari seluruh desa juga turut berduka cita, dari peristiwanya
sejak itu sang prabu maharaja Sunda ialah “sang prabu mokteng bubat” ( sang
prabu yang gugur di bubat ) ialah julukan namanya yang terkenal. Sedang Bre
Majapahit prabu Rajasanagara, Prabu Hayam Wuruk namnya yang lain, berduka
cita karena kehilangan ( rindu ) kepada Retna Citra Resmi gadis elok rupawan
bagaikan bidadari itu. Sang mokteng Bubat benar-benar sebagai lambang Sri
Maharaja

( 8 ) pahlawan gagah berani di tanah Sunda, pemerintahannya serta


kepemimpinannya arif bijaksana. Setelahnya “peristiwa orang-orang Sunda mati
di Bubat” sang Patih Mada selalu tidak tenteram dan prihatin hidupnya, tiada
disangka semua peristiwa itu karena ulah dirinya. Untuk menghibur hatinya di
dalam hari temannya hanya dengan minum. Orang-orang seluruh tanah Sunda
menyaksikan terhadap perilakunya yang jahat, ia merasa berdosa besar. Dosa
terhadap orang-orang yang telah ia bunuh, hingga martabat dan nama baiknya
ternoda. Adapun “sang Mokteng Bubat” meninggalkan seorang anak laki-laki
Niskala Wastu Kancana namanya, umurnya baru 9 tahun. Adik sang prabu,
ialah sang Mangkubumi di Suradipati, sang Bunisora namanya, sang Batara
Guru Di Jampang namanya yang lain. Menggantikan Kedudukan kakaknya
menjadi raja Sunda di bumi Jawa Barat selama 15 tahun saja, sebab ia telah
menjadi resi di daerah Jampang. Wastu Kancana menjadi anak angkat dan
dididik oleh pamannya, ialah sang Bunisora.
( 9 ) Tatkala meninggal di makamkan di Gegeromas sudah dalam usia tua
sekali. Sang pahlawan Sunda yang gugur di Bubat Majapahit telah
memperlihatkan keperwiraannya dan sifat kebesaran jiwanya, ia memperoleh
sorga. Kemudian pada tahun 1294 Saka ( 1372/1373 Masehi ) Wastu Kancana
dinobatkan menjadi raja dan kekuasaannya meliputi seluruh Jawa Barat, ialah
wilayah kerajaan Sunda dan Galuh. Ia menjadi raja dengan gelar kehormatan
ialah sang Maharaja Niskala Wastu Kancana, sang Prabu Resi Buwana Tunggal
Dewata, sang Mokteng Nusa Larang namanya yang lain. Ia dengan wujud
sebenarnya,

( 10 ) sang prabu Wastu Kancana bersemayam di Keraton Surawisesa sebagai


ibukota kerajaan Kawali namanya. Pada waktu dahulu ayahandanya dinobatkan
menjadi mahaprabu adalah di situ juga. Seluruh raja-raja wilayah di pelosok
Jawa Barat tunduk dan memberi upeti kepada sang prabu Wastu. Tatkala itu
negaranya subur makmur. Mulanya sang prabu adalah seorang pendita besar
agama dan perilakunya bijaksana. Sang Resi Guru Buwana Tunggal Dewata,
yaitu prabu Wastu beristri dengan anak Resi Guru Klampung dari Sumatera,
Nyi Ratna Sarkati namanya. Dalam perjodohannya mereka dikaruniai anak
beberapa orang laki-laki dan wanita, salah satunya adalah yang laki-laki sang
Haliwungan, sang Susuk Tunggal namnya yang lain. Dari isterinya yang
namanya Nyi Retna Mayangsari sang prabu Wastu memperoleh anak beberapa
orang, salah satu diantaranya ialah

( 11 ) sang Ningrat Kencana, sang Prabu Dewa Kancana namanya yang lain.
Adapun sang Susuk Tunggal diperoleh dari ayahandanya ialah kerajaan Barat,
yaitu Pakuan Pajajaran di tanah Sunda dari sungai Pakuan Citarum ke barat. Di
sana ia dinobatkan menjadi raja Pakuan Pajajaran dengan gelar sang Prabu
Susuk Tunggal dan keratonnya disebut Sri Bima Punta Nayarana Madura
Suradipati ialah sang Bima namanya yang lain. Tatkala itu juga membangun
singgasana yang disebutnya singgasana Sriman Sriwacana namanya.Menjadi
raja lamanya 100 tahun. Anaknya yaitu sang Mangkubumi Surawisesa ialah
sang putera mahkotanyamemperoleh kerajaan di sebelah Timur ialah Galuh
Pakuan dengan gelar Kehormatan

( 12 ) sang Prabu Dewa Niskala, lamanya memerintah baru 7 tahun. Semua


anak-anaknya yang lain dan kerabat familinya memperoleh kekuasaan
memerintah di desa-desa di pelosok tanah Sunda, sebab kekuasaan sang
mahaprabu Niskala Wastu Kancana bersemayam di keraton Surawisesa. Kita
hentikan riwayatnya sejenak, digantikan dengan riwayat yang lain.
Adapun yang merajai di Cirebon Girang ialah Kyai Ageng Kasmaya namanya,
berdiri pada tahun 1269 Saka ( 1347/1348 Masehi ), ia wafat dalam usia 90
tahun. Kyai Ageng ini adalah anak sang Mangkubumi Suradipati ialah sang
Bunisora namaya yang lain, ialah adik sang prabu Mokteng Bubat. Kyai Ageng
Kasmaya beranak orang, masing-masing namanya ialah Pertama, Kyai Ageng
Cirebon Girang, yang kemudian

( 13 ) menjadi kuwu Cirebon Girang. Kedua, Kyai Ageng Sanggarung, yang


kemudian menjadi ratu Losari. Ketiga, Nyai Indang Sakati diperisteri oleh ratu
Singapura, Kyai Ageng Surawijaya Sakti namanya yang lain. Keempat, Nyai
Lara Rudra diperisteri oleh Tanpwawang dari negeri Campa, Tanpwawang (
Dampuawang ) orang kayaraya dan memiliki beberapa puluh perahu besar.
Kelima, Nyai Ratna Kranjang diperisteri oleh Kyai Ageng Tapa ialah Kyai
Ageng Jumajanjati namanya yang lain, Kyai Ageng Jumajanjati menjadi Juru
Labuhan ( Syah bandar ) di pelabuhan Muara Jati, lalu menjadi ratu Singapura
menggantikan kakaknya, Kyai Ageng Surawijaya Sakti sebab ( ia ) tidak
beranak. Adapun Kyai Ageng Cirebon Girang beranaklah

( 14 ) Nyai Arumsari namanya, di peristeri oleh Kyai Ageng Danusela ialah


Kyai Ageng Pangalang Alang namanya yang lain.Di dalam perkawinannya
mereka beranak Nyai Retna Riris namanya, menikah dengan Pangeran
Cakrabuwana yang menjadi kuwu kedua di Cirebon. Sedangkan Pangeran
Cakrabuwana itu adalah putera raja Pajajaran dari isteri sang prabu yang
bernama Nyai Subang Larang anak Kyai Ageng Tapa.Diriwayatkan, pada
tanggal.14 “paro peteng“ palgunamasa (kira-kira akhir bulan haji/dulhijah )
tahun 1337 Saka ( 1415/1416 Masehi) balatentara cina tiba di pelabuhan Muara
Jati.Begitu besarnya balatentara itu sebanyak 2.700 orang dengan masing-
masing lengkap dengan alat perlengkapan perangnnya.Dengan perahunya lebih
kurang seratus buah yang besar.Sedangkan pimpinan balatentara cina itu
masing- masing namanya ialah Chen Hwa sebagai laksamana laut,

(15) Ma Hwan sebagai sekertaris, Wang Kheng Wong sebagai jurumudi (


Kapten Kapal) sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Cina dan Pey Sin
sebagai sekertaris (penulis/manurat).Mereka ini adalah duta sang maharaja Cina
yaitu yang terkenal namanya Yu Wang Lo, ialah Chen Tu namanya dahulu dari
wangsa (dinasti ) Ming.Kedatangan duta Cina itu ke beberapa negara.Ada juga
duta yang turut dalam rombongan itu antara lain dari duta besar dari Sumatera
sebagai duta kerajaan Adityawarman dan raja-raja wilayah kerajaan Majapahit
juga ada di sana. Ratu Singapura sebagai Mangkubumi kerajaan Sunda di
percayakan kepadanya dengan gelar Kyai Ageng Jumajanjati ialah Kyai Ageng
Tapa namanya yang lain juga yang menjadi Syahbandar pelabuhan Muara Jati II
menyambut kedatangan duta Cina itu dengan sukacitanya.Selama seminggu
sang laksamana laut Cheng Hwa ialah Te Ho namanya yang lain tatkala itu
mewakili balatentara.

(16) Cina, Khung Way Ping membangun mercusuar di puncak bukit Amparan
Jati.Pembangunan inilah menjadi alasan mereka, karena selanjutnya apabila
semua perahu yang berlabuh ke pelabuhan akan mengetahui bahwa pantai
pelabuhan itu ada di sana.Agar supaya pada malam hari mercusuar di puncak
bukit itu memberikan cahaya.Dari jauh tampak menyala bagaikan bintang
berkelipan.Mereka itu (balatentara Cina) dalam perjalanannya menuju ke
Majapahit kerajaan di Jawa Timur dan berhenti sementara di pelabuhan Muara
Jati.Ketika itu sudah banyak rumah penduduk dan ada tanah padang ialah di
Dukuh Pasambangan namanya.Di sanalah balatentara Cina berkumpul dan
menginap selama tujuh malam tujuh hari.Sang Syahbandar memberikan tempat
menginap mereka seperti sedang hajat besar untuk memberkahinya, balatentara
Cina dijamu dengan berbagai makanan dan buah-buahan yang lezat.

(17) Sangat gegap gempita acara pesta. Tatkala itu maharaja Sunda sudah lama
mengadakan persahabatan dengan maharaja Cina.Kemudian mercusuar itu
dibeli oleh Ki Syahbandar ialah Kyai Ageng Jumajanjati caranya ditukar dengan
garam, terasi, beras tumbuk, sayur-mayur, rempah-rempah dan kayu
jati.Kemudian mereka berangkat ke Jawa Timur setelah sudah lengkap penuh
dengan muatan di dalam perahu mereka.Di Majapahit mereka berhenti di
pelabuhan Canggu namanya.Sang Mangkubumi Kanaka namanya menyambut
dengan sukacita kedatangan balatentara Cina. Kemudian para pembesar Cina itu
rapat kerajaan di keraton dengan sang maharaja Majapahit yaitu sang
Mahaprabu Wikrama Wardhana, ialah memusyawarahkan perihal terbunuhnya
orang-orang Cina tatkala peperangan Paregreg dan perihal persahabatan

( 18 ) mereka antara maharaja Cina dengan maharaja Majapahit. Ini adalah


termasuk perjalanan mereka yang keempat ke Majapahit kerajaan di pulau
Jawa.Adapun pelawatan mereka yang kedua mahabala Cina ini berperang
melawan perompak di tengah samudra di sebelah timur pulau Sumatera.
Pekerjaan mereka mengganggu semua perahu dan tidak tahu peraturan ( amat
biadab ) selalu membunuh, merampas dan membakar, mereka itu tidak ada
bedanya dengan binatang buas di lautan. Semua para perompak dapat dibunuh
dihabisi oleh balatentara Cina, ialah Li Yang Tau Ming namanya, di ibukota
kerajaan itu ia dihadapkan, lalu akhirnya dibunuh.
Adalah Dukuh Pasambangan tatkala itu setiap hari selalu ramai oleh orang-
orang jual beli dari berbagai desa datang ke situ, sedangkan pelabuhan Muara
Jati

( 19 ) selalu ramai dikunjungi perahu. Siang malam perahu-perahu itu berlabuh


disana, antara lain ialah dari negeri Cina, Arab, Parsi, Bagdad, India, Malaka,
Tumasik ( Singapore sekarang ), Paseh, Jawa Timur, Madura dan Palembang.
Oleh Sebab itu Dukuh Pasambangan menjadi ramai dan masyarakat keadaannya
menjadi makmur dan sejahtera. Kita tunda yang diriwayatkan, diganti dengan
riwayat yang lain.
Adapun sang mahaprabu Niskala Wastu Kancana menikah dengan Nyai Retna
Mayangsari anak sang Mangkubumi Suradipati ialah sang Bunisora ialah Prabu
Resi di Jampang namanya yang lain. Nyai Retna Mayangsari adalah Kakak
Kyai Ageng Kasmaya. Didalam perkawinannya sang mahaprabu dengan Nyai
Retna Mayangsari berputeralah beberapa orang, masing-masingnya ialah
namanya, Pertama, sang Prabu

( 20 ) Dewa Niskala yang menggantikan kedudukan ayahandanya di kerajaan


Sunda Parahyangan, Kedua, Kyai Ageng Surawijaya Sakti ialah ratu Singapura,
Ketiga, Kyai Ageng Sindangkasih ialah Syahbandar Muara Jati I. Keempat,
Kyai Ageng Tapa ialah Syahbandar Muara Jati II. Mulanya sang Prabu Dewa
Niskala menikah dengan wanita dari Majapahit Jawa Timur, oleh karena itu
tidak disenangi dan terkena tabu dalam perjodohannya.
Adapun putera sang Prabu Dewa Niskala ialah sang Ratu Jayadewata
menggantikan ayahandanya menjadi raja Sunda dengan gelar Sri Baduga
Maharaja di Pakuan Pajajaran. Sri sang Ratu Dewata naik di singgasana Sriman
Sriwacana. Keratonnya dinamai Sri Bima Punta Nayarana Madura Suradipati.

( 21 ) Sri Baduga Maharaja naik tahta keratuannya selama 39 tahun.Adapun Sri


Baduga Maharaja di berikan kepercayaan keraton dan singgasana (sang bima
dan sriman sri wacana ) oleh sang Prabu Susuktunggal, sebab sang maharaja
mengawini puteri sang Susuktunggal, ialah Nyai Retna Kentring Manik Mayang
Sunda. Nyai Retna Kentring Manik Mayang sunda ini adalah adik sang Amuk
Marugul yang meratui di Japura.Letak Japura adalah di sebelah timur desa
Cirebon.Adapun sang Amuk Marugul adalah ratu berwibawa dan pemarah.Sang
maharaja membangun karya besar ialah membangun telaga besar
Maharenawijaya namanya, membangun jalan yang menuju ibu kota Pakuan,
jalan yang menuju wanagiri, memugar keraton.Semua para resi dan para
pengikutnya diberi/dikirim ke desa-desa untuk menyiarkan agama Hindu, sebab
agama Hindu banyak

(22) dianut oleh warga masyarakat.Kemudian membangun gedung “kaibon”


(gedung-gedung/keraton untuk permaisuri dan ibusuri), gedung-gedung para
pembesar negeri yang di anggap predikat setia kepada kerajaan, gedung
pagelaran kesenian, gedung pusat olahraga dan latihan perang, memperkuat
tentara perang, gedung penyimpanan barang-barang upeti dari ratu
wilayah.Sudahlah selesai semua pembangunan desa di kerajaan wilayah yang
termasuk dalam kekuasaan kerajaan Pajajaran. Adalah Kyai Ageng Sanggarung
ratu di losari beranaklah Nyai Retna Ayu Nawangsari di peresteri oleh ratu
Japura sang Amuk Marugul.Sedangkan kakak Nyai Retna Ayu ialah Kyai
Ageng Losari kemudian menggantikan kedudukan ayahandanya, ialah Kyai
Ageng Sanggarung, menjadi ratu di losari.Di dalam perkawinannya ratu Japura
dengan Nyai Retna Ayu Nawangsari berputeralah Kyai Ageng Japura yang
kelak menggantikan kedudukan ayahandanya di sana. Kemudian Kyai Ageng
Japura berputeralah Nyai Mas Matangsari di peristeri oleh Pangeran Panjunan
ialah

(23 ) Maulana abdurakhman namanya yang lain.Di dalam perkawinannya Nyai


Mas Matangsari dengan Pangeran Panjunan berputeralah seorang wanita ialah
Nyai Kencanasari yang menikah dengan Pangeran Carbon putera Pangeran
Cakrabuwana.Di dalam perkawinannya Nyai Kencanasari dengan Pangeran
Cirebon berputera yang nantinya menjadi kuwu di Cirebon Girang.Sedangkan
Pangeran Panjunan ialah Maulana Abdurakhman namanya yang lain, beserta
istrinnya ikut dengan anaknnya di Cirebon Girang setelah mereka berusia tua.
Pangeran Panjunan mempunnyai adik perempuan yaitu Nyai Syarifah bagdad
namanya di peresteri oleh Maulana Syarif Hidayat ialah Sunan Jati namanya
yang lain.Adapun adik perempuan Pangeran Abdurakhman ialah Pangeran
Adyaksa ialah Syekh Duyuskani ialah Maulana Abdurakhman namanya.Cucu
pangeran panjunan

(24) bertemu jodoh dengan puteri ratu Sumedang, di dalam perkawinannya


merekaberputera laki-laki Pangeran Geusan Hulun namanya, kemudian
Pangeran Santri yang menjadi ratu sumedang yang memeluk agama Islam dan
menjadi penyiar agama Islam di warga masyarakat di sana.Lalu Pangeran Santri
di gantikan oleh Pangeran Geusan Hulun.Adapun Pangeran Panjunan ialah
kakak kerabat sunan gunung jati dari garis ayahandanya.Tunda dahulu sejenak,
digantikan selanjutnya dengan riwayat yang lain. Pada tanggal 12 “paro terang”
cetramasa tahun 1404 saka ( 1482/1483 Masehi ) Susuhunan Jati dengan hati
yang mantap memberhentikan persembahan upeti garam dan terasi yang tiap
tahun harus di kirimkan ke ibukota Pakuan Pajajaran. Tatkala itu raja Pajajaran
Sri Sang Ratu Dewata Wisesa,

(25 ) mengangkat dirinnya prabu dan baru saja ia bersemayam di keraton sang
Bima, dahulunya bersemayam di keraton Surawisesa, ia tidak takut serangan
balatentara Pajajaran, begitu pesan-pesan sunan sudah menentang wibawa sang
prabu di Pajajaran.Oleh karena itu terbitlah panas hatinya sang prabu
mendengar berita itu dan akhirnya timbul amarahnya.Tidak menunggu
sesaatpun lalu sang prabu memerintahkan Tumenggung Jagabaya beserta
pengiringnya sebanyak 60 orang pasukan tentara dengan menyandang lengkap
persenjataannya.Kemudian mereka menuju ke Cirebon.Semula kehendak
mereka ingin menghancurkan keraton Pakungwati di cirebon, untuk menangkap
Sunan Jati dengan kerabat-kerabatnnya, yaitu

(26) Pangeran cakrabuwana dan para pembesar cirebon.Dengan tidak di sangka


dalam benaknnya sudah di kuntit balatentara gabungan antara Cirebon dan
Demak. Barulah semuanya tampak balatentara yang sangat banyak tersebar di
bukit Sembung, oleh karena itu sang Tumenggung Jagabaya datang dengan cara
sopan dan akhirnnya ia menjadi pengabdi, selanjutnnya memeluk agama
Islam.Manakala sang surya sedang ada di atas keraton Pakungwati (siang hari )
Sunan Jati mengadakan pertemuan kerajaan sebagai pokok pembicaraan
pertemuan itu ialah memusyawarahkan mengislamkan sang prabu di Pajajaran
dengan para pembesar Pajajaran, akhirnya Tumenggung Jagabaya dengan
beberapa balatentarannya di utus oleh Sunan Cirebon ke ibukota Pakuan.
Disebabkan duta sang prabu tidak ada muncul-munculnnya, oleh karena itu sang
prabu akan menuju ke Cirebon dengan membawa balatentara yang tidak
kepalang

(27) besarnya. Namun sang resi pandita (penasehat kerajaan ) Pajajaran Ki


Purwagalih namanya menghalang-halangi dengan membujuk kehendak sang
prabu untuk menyerbu Cirebon.
Mahabala Demak yang dipimpin oleh Raden Patah selalu bersatu dengan
Cirebon.Tatkala itu mereka sedang ada di Cirebon, semua perahu mereka
berjajar menepi di sepanjang pantai dengan perlengkapan perangnya, kalau-
kalau saja kedatangan balatentara Pajajaran di sana.Adapun tujuan Raden Patah
datang di Cirebon adalah sebagai sahabatkerajaan Cirebondan lagi persahabatan
Demak Cirebon agar benar-benar kuat bersatu padu. Sejak itulah Syarif Hidayat
di jadikan

(28 ) raja Cirebon oleh “uwaknya” ( kakak ibunya ) Pangeran Cakrabuwana


sebagai Tumenggung kekuatan kerajaan Cirebon dengan gelar SunanJati.
Tatkala itu menjadi raja merdeka di Pajajaran, satu-satunya di tanah Sunda Jawa
Barat.Dengan keadaan begitu para Waliyullah yang sembilan menyambut
dengan sukacita dan menganugerahkan gelar dalam penobatan itu. Begitu juga
seluruh para pembesar wilayah tatkala itu mengadakan acara penobatan di
dalam bangsalpenghadapan keraton Pakungwati. Di situ para Waliyullah yang
sembilan menganugerahi kekuasaan Sunan Jati menjadi “Panetep Panatagama”
di seluruh Sunda bumi Jawa Barat yang berkedudukan di kota Cirebon bersama
Pangeran Cakrabuwana. Kita hentikan riwayat ini sejenak, digantikan dengan
wiwayat yang lain.

(29) Ini naskah pararaton sunda di tanah sunda jawa barat.menurut naskah
keratuan milik penembahan yusuf bathedi banten, pangeran geusan ilulun ratu
di sumedang dan penembahan ratu cirebon olehku tiga naskah itu di susun
menjadi satu naskah negara krebumi ini, demikianlah mula pertama di ceritakan
:adalah seorang dahyang resi sang maharaja guru manikmaya namanya menikah
dengan puteri sri suryawarman buwana maharaja tarumanegara.Sedangkan para
kerabat sang resi di jadikan para pembesar kerajaan, ada yang di jadikan duta
kerajaan tarumanegara di negara cina.Sang resi sendiri di kuasakan untuk
memerintah di daerah kendan.Di situ ia menjadi ratu kendan selama 40 tahun.

(30) Di dalam perkawinannya sang raja resiguru kendan dengan puteri


tarumanegara berputera laki-laki sebagai putera mahkota kerajaan kendan,
suraliman sakti namanya.Pada usia remaja di angkat menjadi pimpinan pasukan
tentara perang di kerajaan tarumanegara kemudian pada tgl. 20 “paro peteng”
asuji masa tahun 490 saka (568/569 masehi) ia di nobatkan menjadi ratu di
kendan menggantikan ayahandannya selama 29 tahun.Sang putera raja
suraliman sakti dalam peperangan selalu mendapat kemenangan.Dalam
perkawinannya dengan puteri bakulapura keturunan dari wangsa kudungga
berputeralah dua orang laki-laki dan wanita ialah pertama sang kandihawan,
sang rajaresi dewaraja, sang layuwatang namanya yang lain, kedua sang
kandiyawati seorang gadis elok rupawan yang kawin dengan seorang kayaraya
dari pulau sumatera.Sang kandihawan bersemayam di me-

(31) dang jati memerintah menjadi rajaresi selama 15 tahun.Kandihawan


berputera beberapa orang, salah satu di antarannya ialah sang wreti kandayun
namanya, yang menjadi raja menggantikan kedudukan ayahandanya di kerajaan
galuh dan menjadi rajaresi di daerah menir.Ia memerintah galuh selama 90
tahun.Adapun sang wreti kandayun menikah dengan puteri sang resi
makandriya.Dalam perkawinanya mereka berputera tiga laki-laki masing-
masing ialah sang sempakwaja namanya menjadi resi di galunggung, lalu sang
rahyang kidul namanya menjadi resi di daerah denuh, dan rahyang
mandiminyak namanya di angkat menjadi ratu galuh menggantikan kedudukan
ayahandanya.Rahyang sempakwaja menikah dengan

(32) Nyai rahbabu, seorang gadis yang amat elok rupawan, bagaikan bulan
terang tanggal 14 dan bagaikan bulan tujuh keelokan rupanya.Tiada duanya di
tanah sunda ini, tampak tubuhnya yang serasi benar dengan busana yang ia
kenakan.Oleh sebab itu adiknya, ialah sang mandiminyak, ratu galuh itu, amat
tergila-gila selalu bertemu dalam mimpi.Dalam perkawinanya sang sempakwaja
dengan nyai rahbabu berputeralah 2 orang laki-laki, masing-masing ialah sang
demunawan dan sang purbasora namanya.Semula sang mandiminyak sangat
mencintai sekali kepada nyai rahbabu.Oleh sebab itu tatkala sang ayu itu
berkunjung ke keraton galuh, ia (sang mandiminyak) tiada dapat membendung
keinginannya, lau ia melakukan sanggaman dengan nyai rahbabu.Melakukan
hubungan gelap ini mereka berulang kali, tanpa menyadarinya mereka, akhirnya
sang ayu

(33) mengandung. Kemudian anak jadahnya ini (lahirlah)laki dan diberi nama
sang Sena, sang prabu bratasena Raja putra Linggabhumi namanya yang lain.
Semua perbuatan yang telah dilakukan (melakukan hubungan birahi gelap) itu
diketahui oleh suaminya, oleh karena itu anak hasil hubungan gelapnya itu
diserahkan kepada prabu Mandiminyak. Sedang sang sempakwaja masih
mencintai istrinya, oleh sebab itu ia tidak menghukum para pengiring isterinya,
oleh sebab itu ia tidak menghukum para pengiring isterinya, Nyai rahbabu
kembali bersatu dengan suaminya ialah sang sempakwaja. Sang Mandiminyak
beristeri dengan puteri raja Medang di bumi Mataram di Jawa Timur. Dalam
perkawinannya ini mereka memperoleh anak wanita Nyi Dewi Sanaha
rajaputeri, lalu puteri dewi Sanaha itu ditikahkan dengan sang Sena rajaputera.
Dalam perkawinannya ini mereka berputera seorang laki-laki, sang Jambri,
Sanjaya, Frabhu harisdharma namanya yang lain.

(34) Sang Mandiminyak memerihtah kerajaan Galuh hanya selam 7 tahun, lalu
sang Sena menggantikan kedudukan dirinya menjadi raja di Galuh. Kedudukan
sang Sena tersaing oleh pemerintahan sang Purbasora, kemudian sang prabu
Sena dengan para pengikutnya menyingkir ke Jawa Timur dan bermukim di
merapi. Kemudian disana ia menjadi raja di Medang bumi Mataram,
memerihtah kerajaannya selam 16 tahun. Adapun puteranya, ialah sang Jambri,
Sanjaya namanya yang lain, setelah meningkat dewasa pergi mendatangi
Rahyang Kidul di daerah Denuh Jawa Barat. Dari Denuh ia pergi menuju ke
barat

(35) ke kerajaan Sunda. Tatkala disana sang Jambri dijadikan menantu sang
Prabu Tarusbawa raja Pakuan Pajajaran, Puteri Raja itu Nyai Sekar Kencana
namanya, seorang gadis yang amat elok rupawan. Adapun mula berdirinya
Pakuan Pajajaran dan keratonnya di sebut sang Bima Punta Nayarana Madura
Suradipati itu ialah oleh sang Tarusbawa. Di dalam perkawinannya Sanjaya
yang telah bergelar Prabu Harisdharma dengan Puteri Sunda itu Berputeralah
sang Tamperan Rajaputera namanya, kemudian selanjutnya Tamperan berputera
sang Banga. Selanjutnya Sanjaya mendatangi kepada sang cicitnya, ialah Sang
Buyut Sawal. Dahulu adalah masih termasuk Putera Sang Sena yang
kedudukannya direbut oleh Sang Purbasora dan memang begitulah asal mula
mereka berasal dari sang resiguru, oleh karena itu sudah sewajarnya apabila
sekarang memerangi kerabatnya ialah sang Purbasora.

(36) Singkatnya Sanjaya dengan membawa balatentara kerajaan Sunda lengkap


dengan peralatan senjatanya, siap dengan busana perang dan menggenggam
senjata ditangan menghadapi balatentara Kerajaan Galuh yang sekarang
Rajanya adalah Sang Prabu Purbasora Jaya Sakti Mandraguna namanya.
Balatentara Sanjaya serempak menyerbu keraron, kebetulan memerangi
balatentara Galuh itu pada malam hari. Bertempurlah mereka secara sengit,
saling pukul, saling ringkus balatentara mendesak maju melenturkan gendewa
panahnya terbidik kepada balatentara Galuh. Akhirnya Sang Prabu Bunisora
dibunuh oleh Sanjaya.Dalam peperangan itu balatentara Galuh kalah dan
banyak yang mati menyedihkan (mengerikan), Ada yang luka parah, ada yang
lari ketakutan runtuh mentalnya. Balatentara Sanjaya memperoleh kemenangan
dan Sanjaya diangkat menjadi Raja disana pada tgl 4 “paro peteng” .

(37) Cetramasa tahun 645 Saka (723/724 Masehi).Sejak itulah Sanjaya


dinobatkan menjadi raja Sunda Galuh.Akan tetapi meskipun demikian para
pembesar kerajaan kurang menyutujui melihat perlakuan Sanjaya menyebu
memerangi ratu-ratu wilayah dan di desa-desa, seperti menghancurkan
Demunawan adik Purbasora yakni ‘uwak’ (masih termasuk kakak ayahnya
sendiri) Sanjaya.dahulunya sang kakek Sanjaya ialah Dahyang Guru di daerah
Galunggung yakni sang sempakwaja selalu hidup rukun dengan sang
Demunawan, karena dahyang guru di puncak wilayah Galunggung ini
menguasai beberapa desa dan warga masyarakatnya, oleh karenanya maka sang
Demunawan membangun keraton dan beristeri dengan puteri ratu kuningan.
Tatkala itu ratu-ratu wilayahnya antara lain ialah Kyai Ageng Muladharma di
Parahyangan.

(38) Nyi Ageng Batutihang di Kuningan, Kyai Ageng Pasuguhan di Batur, Kyai
Ageng Sumajajah di Pagajahan, Kyai Ageng Tunjungputih di Kahuripan, Kyai
Ageng Karongdong di Balaraja, Kyai Ageng Padurungan di Lembuhuyu, Kyai
Ageng Pagergunung di Muntur, Sang Wulan Ratu di Kajoran, sang Tumanggal
Ratu di Kalanggara Balameha dan Sang Pandawa ratu di Layuwatang Kuningan
semuanya di bawah kekuasaan wilayah dan para pengikut setianya semenjak
pertama berdirinya Dahyang Guru di Galunggung sang Semapakwaja. Lalu sang
Demunawan itu sebagai raja mereka semua, selalu berbakti dan setia kepada
sang Demunawan di Saunggalah dianggap musuh Galuh dan beberapa ratu lagi
berbakti setia kepada sang Demunawan di Saunggalah,

(39) antara lain ialah sang luda ratu di Puntang, sang Wulukebek ratu di
Kahuripan, Sang Supremanah ratu di wiru, sang Baswara ratu di Jawa Timur,
sang Bramasidi ratu di Keling dan sang Patih Kandarma di Berawan dan sang
Mawuluasu ratu di Cimara, sang Pancadana ratu di Cina, sang Gana ratu di
Kemer, akan tetapi bahkan banyak diantara mereka diserang dan dihancurkan
tidak berkutik oleh tentara Sanjaya. Tidak merasa takut kepada sang
Demunawan di Saunggalah, akan tetapi mereka tidak berani memasuki keraston
“uwaknya” itu. Mulanya ayahanda Sanjaya ialah sang Prabu Sena di Medang
Bumi Mataram Jawa Timur memerintahkan kepada pesuruhnya (utusannya)
berpesan agar ( Sanjaya) haruslah berbaik budi kepada seluruh kerabat yang ada
di Pasundan (Jawa Barat),
(40) jangan memerangi kerabat family ialah kepada sang Demunawan.
Rukunlah dan perkuat rasa kekerabatan,seia sekata dalam pendapat, hormatlah
kepada orang tua yang oleh ayahnya dihormat, oleh karena itu hendaknya turut
menghormati dan menjaganya. Sebab itulah semula ratu saunggalah sebagai raja
maharesi yang harus dihormati dan disegani.
Pada suatu waktu tdak bisa di bending berhadapan perang dengan sang pandawa
ratu di kuningan. Sekarang selalu menang dalam peperangan, sebab sudah besar
dan banyak balatentara Sanjaya, ialah balatentara dari kerajaan Sunda, Galuh
dan dari Medang Jawa Timur.Kemudian diserbuinya semua raja-raja wilayah
oleh Sanjaya, selanjutnya semua raja di seluruh pulau Jawa. Hanya satu yang
tidak diserbu ialah sang Demunawan di saunggalah walaupun tidak menuruti
perintah dirinya. Selanjutnya sanjaya dengan membawa balatentara yang amat
besar berangkat berperang.

(41) menuju ke pulau sumatera. Ke Negara Cina, menyerbu beberapa kerajaan


yang berkuasa dan berwibawa yang tidak punya kurang bersahabat dikalahkan
sanjaya.
Tatkala itu sanjaya dijukuli Bima parakrama raja dan ‘jaya di medan lega’
(yudenipuna).Kemudian sanjaya kembali pulang ke kerajaan Galuh.sesudah itu
pada tahun 653 saka (731/732 masehi) prabusanjaya, sang demunawan,
sangiswara dan seluruh kerabat, para pembesar kerajaan, para ratu wilayah
seluruh Jawa Barat dan pulau Jawa, duta sang prabu Sena , para kyai ageng,
para pejabat wilayah, desa, para adipati, senapati, para maharesi, para dahyang
agama hindu-budha juga raja-raja dari seberang ialah dari sematera diundang
sanjaya di kerajaannya.

(42) Tatkala itu di keraton galuh berkumpul di mintai pendapatnya dan janji-
janji sanjaya yang akan di musyawarahkan dalam pertemuan besar itu.Dalam
musyawarah itu telah di bahas semuanya, kemudian dalam pertemuan besar itu
sanjaya mengutarakan hasil musyawarahnya, yakni pulau jawa di bagi dalam 4
bagian, ialah bumi sunda dari citarum ke barat sampai di ujung kulon di
kuasakan kepada orang-orang sunda kerabat family prabu tarusbawa.Galuh
pakwan dan saunggalah di kuasakan kepada sang demunawan, sebab kawasan
itu merupakan warisan sang resi guru mereka.Kemudian di tengah-tengah pulau
jawa ialah medang di bumi mataram di kuasai sendiri oleh sanjaya bersama
ayahandannya, sang prabu sena.Kemudian jawa timur di kuasakan kepada sang
prabu iswara.Peristiwa sanjawa ini mampu menguasai tanah sunda selama 9
tahun, ia berkuasa di kerajaan sunda dan galuh di jawa barat sebagai mahaprabu
(maharaja).

(43) Ketika itu tanda kemashuran sri maharaja berkuasa penuh di seluruh pulau
jawa sejak tahun 654 saka (732/733) masehi), kedudukan prabu sena di
kuasakan kepada anaknya, ialah kepada sang prabu sanjaya.Sebabnya sang
prabu sena tergerak hatinya kepada masalah-masalah agama, lalu ia terjun
memasuki kehidupan di biara menjadi maharesi sempurna.Sri sanjaya
memasuki tahta kerajaan sebagai maharaja medang bumi mataram sampai
mengakhiri hayatnya, seperti terdapat dalam tertulis dalam batu prasastinnya
sebagai maharaja di medang.Sri sang ratu sanjaya di gambarkan sebagai lingga
maradhana batara jagatnata dan dalam batu prasasti bertuliskan pokok-pokok
menjalankan politik kerajaan dan pemerintahannya sampai bertahan lama, batu
ini terletak di hutan perburuan kerajaan di kunjarakunja jawa timur.

(44) Selanjutnya puterannya, sang tamperan di angkat menjadi raja


menggantikan ayahandannya selama 7 tahun.Setelah itu di gantikan pula oleh
putera tamperan dari garwapadmi (permaisuri), ialah sang manarah namannya,
menjadi raja selama 44 tahun wafat dalam usia 80 tahun.Kemudian di gantikan
oleh anaknnya ialah sang manisri menjadi raja selama 16 tahun.Cucunya di
angkat menjadi raja ialah sang welengan selama 7 tahun.Sedangkan cicitnnya,
ialah sang manisri wafat dalam usia 60 tahun.Selanjutnnya sang tari wulan
menjadi raja selama 7 tahun di gantikan oleh sang welengan wafat dalam usia
54 tahun.

(45) Adapun sang demunawan menjadi raja di bumi sunda jawa barat pada
tahun 654 saka (732/733 masehi) elama 52 tahun, lalu di gantikan oleh
anaknnya, ialah ‘’sang mokteng aril’’ (yang wafat di aril) selama menjadi raja
13 tahun.Setelah itu puterannya sang mokteng galuh (yang wafat di galuh)
menjadi raja selama 27 tahun.Putri sang mokteng galuh di peresteri oleh arya
bangsa.Sang arya banga menjadi raja selama 7 tahun, kemudian di gantikan oleh
anaknnya, ialah sang rakyan medan, sang prabu hulukujang namannya yang lain
selama 7 tahun.Selanjutnnya sang

(46) sang rakyan diwus dengan gelar sang prabu pucukbumi namannya yang
lain menjadi raja selama 24 tahun, wafat pada tahun 783 saka (861/862
masehi).Setelah itu yang menggantikannya ialah oleh rakyan wuwus dengan
gelar sang prabu gajah kulon, memerintah selama 72 tahun, kemudian di
gantikan oleh sang windu sakti ialah sang prabu dewa ageng namannya yang
lain memerintah selama 18 tahun.Setelah itu di gantikan oleh rakyan kemuning
gading ialah sang prabu pucuk wesi, ialah sang mokteng ujung cariyang
namannya yang lain memerintah selama 3 tahun, wafat masih dalam usia muda.

(47) Lalu di lanjutkan oleh sang mokteng galuh pakuan, sang prabu limbur
kancana namannya yang lain, memerintah selama 10 tahun yakni pada tahun
886 saka (964/965 masehi).Sesudah itu di gantikan oleh rakyan sunda sembawa,
sang munding gana namannya yang lain, memerintah selama 9 tahun.Kemudian
raja ini di gantikan oleh sang mokteng jayagiri ialah sang prabu wulung gadung
namannya yang lain, memerintah selama 16 tahun.Selanjutnnya di gantikan oleh
rakyan gendang ialah sang prabu brajasesa namannya yang lain, memerintah
selama 23 tahun.Sesudah itu di gantikan oleh sang prabu dewa sanghyang
memerintah selama 7 tahun.

(48) Kemudian sang prabu sanghyang ageng menggantikannya memerintah


selama 11 tahun.Lalu sri jaya bupati ialah sang prabu detya maharaja ganti
memerintah selama 12 tahun, wafat pada tahun 964 saka (1042/1043
masehi).Isteri sang raja ini dari jawa timur masih kerabat sang maharaja di
sana.Kemudian di gantikan oleh sang mokteng winduraja ialah sang prabu
dharmaraja namannya yang lain, memerintah selama 23 tahun.Lalu di gantikan
oleh raja yang di sebut sang mokteng kreta ialah sang prabu langlang bumi
namannya yang lain, memerintah selama 92 tahun.Sesudah itu di gan-

(49) tikan oleh sang darmakusuma, memerintah selama 18 tahun, wafat pada
tahun 1097 saka (1175/1176 masehi).Sesudah itu kemudian di gantikan oleh
sang prabu darmasiksa memerintah kerajaan dan menjadi resi guru selama 122
tahun, yaitu 110 memerintah kerajaan dan 12 tahun memimpin keresian di
saunggalah.Dari saunggalah puterannya di nobatkan menjadi raja menggantikan
ayahandannya di pakuan pajajaran.Sedang puterannya dari kerajaan galuh di
nobatkan menjadi raja di galuh pakuan.Sesudah itu di gantikan oleh puterannya
menjadi raja ialah sang mokteng taman ialah rakyan saunggalah, sang prabu
ragasuci namannya yang lain memerintah selama 6 tahun.

(50) Kemudian di gantikan oleh puterannya ialah sang mokteng tanjung, sang
prabu citraganda namannya yang lain, sesudah itu di gantikan oleh anaknnya
yang di sebut sang mokteng kikis, ialah sang prabu lingga dewata namannya
yang lain, memerintah selama 22 tahun.Lalu di gantikan oleh menantunnya
ialah sang prabu ajiguna, ialah sang linggawisesa namannya yang lain,
memerintah selama 7 tahun, yaitu ia adalah sang maharaja mokteng bubat
namannya.Sesudah itu di gantikan oleh adiknnya, ialah sang prabu bunisora,
mangkubumi suradipati, sang prabu

(51) Mokteng gegeromas namannya yang lain, me4merintah selama 16


tahun.Selama 14 tahun 6 bulan bunisora mewakili kakaknnya raja di
kawali.Selanjutnnya putera sang mokteng bubat, ialah bergelar namannya sang
prabu niskala wastu kancana menggantikannya, memerintah sela 103 tahun dan
6 bulan di keraton surawisesa.Kita hentikan riwayat ini sejenak, di gantikan
dengan riwayat yang lain.Sesudah itu adalah cirebon merupakan negara
merdeka, banyaklah para ahli penyiar agama islam berdatangan ke
cirebon.Pertama-tama dahyang wali Sembilan pulau jawa saban waktu sempat
bertemu dengan sunan jati dan

(52) para rakyan di sekitar keraton pakungwati mereka bertemu muka


(bersilahturahmi) membicarakan isi-isi kandungan agama islam dan
menyebarkan agama sampai ke desa-desa yang terpencil sekalipun.Kemudian di
wilayah pakuan pajajaran dan seluruh wilayah tanah sunda.Putera tertua sultan
demak yaitu pangeran sabrang lor dengan tentara pasukannya beberapa
lamannya menetap di ibukota cirebon.Oleh ayahandannya pangeran sabrang lor,
raden surya namannya yang lain, di kawinkan dengan nyi ratu ayu puteri sunan
jati.Dalam perkawinannya mereka tidak di karunia anak.Menjadi praduga, bala-
tentara demak berada di Cirebon dan malah agama islam tumbuh menyebar ke
desa-desa pakuan pajajaran.Inilah yang membuat hati sang prabu mencius dan
sakit hati benar sang prabu pajajaran.Kekawatiran semakin nyata, ialah
balatentara demak yang setiap waktu bersatu dan bersahabat dengan Cirebon,
oleh sebab itulah sang prabu pajajaran

(53) mengutus (mengirim) rajaputera kerajaan, ialah sang prabu Surawisesa


namanya yang lain, sebagai duta kerajaan Pajajaran pergi menuju ke negeri
Malaka. Di sana sang duta mengadakan persabahatan dengan pimpinan orang
portugis, ialah Laksamana Bungker (d’Albuquerque-pen ) namanya, di sana
telah diajak suatu perjanjian, setiap saat ingin bersahabat kerajaan Pajajaran,
karena diutarakan, bahwa balatentara Demak dan Cirebon akan menyerbu
kerajaan dan perihal kerjasama perdagangan dan lain sebagainya merasa
disaingi oleh Demak dan Cirebon. Setahun kemudian datanglah orang-orang
Portugis dating ke pulau Jawa. Tampaklah keadaan di sini, mereka dengan
membawa perahu besar empat buah, tatkala itu setiap pelabuhan setiap yang ada
di bumi Sunda akan dimasukinnya, yang kebetulan bahwa putra raja maha raja.

(54) Sunda dengan gelarnamanya sang prabu Surawisesa. Setelah ayahndanya,


sang RatuDemuta, sang sri maharaja Baduga, Mokteng Rancamaya namanya
yang lain, sudah memerintah selama 39 tahun. Sang prabu Surawisesa Jaya
Perkosa memerihtah selama 14 tahun. Tatkala sang Mokteng Padaren
mendatangkan orang-orang Portigis yang kedua kalinya yang di pimpin oleh
sang Endrik Bule (Hendrique Leme-pen) dari Malaka ke Negara Sunda, perahu
mereka hanya sebuah. Sang Bule ( Hendrique Leme-pen dengan beberapa orang
perwira Portugis dan pejabat kerajaan Pajajaran pergi menuju ke ibukota Pakuan
Pajajaran. Tatkala itu sang prabu Sanghyang, ialah sang prabu Surawisesa sudah
menjadi raja Pajajaran menggantikan ayahandanya, sang Mokteng.

(55) Rancamaya. Sang prabu Pajajaran amat dihormati oleh sang HendrikBule
(hendrique Leme), lalu mengadakan pertemuan resmi dan membuat batu
prasasti persabahatan. Adapun isteri sang prabu Sanghyang, Nyi Sekarwangi
namanya, adalah anak Sanghyang Montel, ialah Sunan Kabuwaran namanya
yang lain dan isterinya ialah Nyi Retna KedatonBalik Layar. Sanghyang Montel
adalh anak sang prabu Banyak Citra (Catra), Banyak Citra adalah anak sang
Munding kawati namanya, sadangkan prabu Munding Kawati anak sang prabu
Sanghyang Tunggal. Namanya. Digantikan selajutnya dengan riwayat yang lain.
Tatkala Sunan Jati sedang mengadakan silaturahmi dengan para Rakyan
wilayah, para Waliyullahpulau Jawa yaitu Dahyang Ulama Besar Islam.

(56) Para Senapati Cirebon, dan para Ki Ageng dari desa-desa dan para ratu
wilayah di bangsal “pinagkilan” (balai penghadapan) keraton Pakungwati,
tatkala itu tidak diceritakanperjalan mereka balatentara Demak tiba di Cirebon.
Tidak lama kemudian datanglah menghadap dalam bangsal itu Dadhilah Khan
yaitu sang Panglima Angkatan Perang kerajaan Demak, lalu ia memasuki acara
silahturami besar-besaran itu langsung mendekati Sunan Jati. Sunan Cirebon
menyambutnya dengan amat sukacitanya atas kedatangan menantunya ini, yaitu
orang besar Paseh yang amat gagah dan perkosa.Kemudian Sunan Jati berkata,
wahai dengan sebanyak itu kalian dating, amat sanang sekali engkau dating,
semoga Tuhan selalu bersamamu dan semoga tiada aral melintang memperkuat
kesatuan dan persatuan Demak dengan Cirebon.Ketahuilah wahai semua
hadirin.
(57) Orang-orang Portugis sangat membahayakan masyarakat, pertama, ia
dengan dalih persahabatan, lalu menjajahdan akhirnya mengnyengsarakan kita.
Dan keduanya mereka akan menyiarkan agama Nasrani kepada warga
masyarakat yang dijajah, oleh karena itu dengankan katakataku ini, bersikap
lakulah waspada dan berbaikanlah kita semua (hersatu padu ) dan timbulkan
kehendak kalian dengan segala kebaikanmu Tuhan Yang Mahakuasa selalu
bersama kita. Janganlah kita terlepas dari hal-hal yang bukan makomnya.
Kemudian ketahuilah hidup di dunia ini, bila manusia akan tetap iman dengan
segala perbuatannya dan senantiasa bersyukur kepda nikmat-nikmat Tuhan seru
sekalian alam, karena tidak ada satupun manusia di dunia ini yang sanggup
menandingi kebesaran dan kekuasaan-Nya. Tatkala itu balatentara tergerak
hatinya dan semua membisu tunduk.

(58) dalam balai penghadapan di keraton Pakungwati. Sangat membesarkan hati


mereka setelah mendengarkan pesan Sunan.Sesudah itu Sunan Jati berkata
kepada Fadhilah, anakku sekarang berangkatlah berperang. Jadilah engkau
Panglima Perang pimpinlah seluruh umat muslim. Rebutlah Banten dan
Sundakala yang masih dibawah kekuasaan Pakuan Pajajaran.Oleh karena
engkau sebagai pimpinan semua angkatan perang Demak, Maka berjuanglah
semoga mendapat kemenangan, bukankah kita telah mendengar kedatangan
orang-orang Portugis di Sunda Kelapa. Kemudian Sunan Jati berkata kepada
Pangeran Cirebon dan Dipati Keling, Kanda dan Adipati Keling,
kuperintahakan pergilah kalian berperang di Banten dan Sunda Kelapa bersama
Sang Senopati Fadhilah sebagai pimpinan tentara gabungan Demak dan
Cirebon.

(59) Kejarlah olehmu penguasa Pajajaran, yang sekarang merajai Pajajaran


adalah Raja Surawisesa, amat disayangkan ia sudah lama bersahabat dengan
Portugis. Kemudian berkatalah Fadhilah khan perlahan pimpinan sang
balatentara itu, janganlah ayahanda khawatir perihal Banten dan Sunda Kelapa,
pasti akan kami gempur sekarang dan tentara Portugis akan kami hancur
leburkan oleh balatentara kami, sebab ini adalah sudah seminggu ditata dan
direncanakan oelh kakandaku Sultan Demak yang telah diserahkan
pelaksanaannya kepada kami. Semoga Tuhan memberikan keselamatan dan
juga atas berkah sinuhun selamat perjalanan kami dan memperoleh
kemenangan.Begitu senang hati Sunan Jati mendengarkan kata-kata
menantunya.
(60) Pada akhirnya Sunan Jati mengucapkan selamat kepada seluruh balatentara
yang ada di situ.Sesudah itu pimpinan balatentara mohon diri kepada Sunan
Cirebon, Para Raja dan pembesar Kerajaan Cirebon pada terharu dan bangga di
dalam bangsal penghadapan, lalu segera pergi meninggalkan balai itu dan
keluarlah dari Keraton Pakungwati malah yang lain turut keluar dari bangsal
pinangkilan mengantar dan menyaksikan prajurit gabungan dari Demak dan
Cirebon di alun-alun dengan lengkap busana dan perlengkapan perangnya.
Tampak disitu dua bendera Kerajaan Demak dan Cirebon,masing-masing
bendera Cirebon adalah “Singa Barong” dengan digambar dengan kalimat
thoyyibah ( yaitu tulisan kaligrafi arab dengan kalimah dua/dwajilullah)
dipegang erat tihangnya oleh Adipati Keling. Sedangkan Kerajaan Demak
berupa gambar dua pedang bersilang dengan kaligrafi kalimat thoyyibah, yakni
dua kalimah syahadat, dipegang erat tihangnya.

(61) Patih Yudanegara, adalah balatentara gabungan Demak dan Cirebon ini
sejumlah 1.967 orang banyaknya. Semua bersenjata lengkap kemudian semua
berangkat ke medan perang. Pada waktu itu di Banten tengah berkecamuk
keributan dan huru hara yang dipimpin oleh Pangeran Sebakingkin anak Sunan
Jati dengan para pengikutnya orang-orang muslim dan murid-muridnya. Dalam
keadaan demikian itu balatentara besar yang bergabung itu lalu memerangi
balatentara Banten yang belum memeluk agama islam. Sang Bupati Banten.

(62) Bersama-sama para pengikutnya melarikan diri ke hutan, sembunyi keluar


masuk hutan bermaksud menuju ke ibukota Pakuan Pajajaran. Semenjak itu
para pembesar negeri Banten beserta prajuritnya dan para brahmana hindudan
wiku menyerah dan akan mengabdi, sebab sudah menyerah kalah pada Fadhilah
dan Pangeran Sebakingkin. Pangeran Cirebon ialah anak Pangeran Cakrabuana
kemudian seluruhnya di islamkan oleh Pangeran Sebakingkin dan Fadhilah.
Kemudian Banten sudah banyak warga masyarakat yang memeluk islam, sebab
dahulu di islamkan oleh Syekh Amarullah yang disebut namanya dengan Sunan
Ampel dan oleh Syarif Hidayat ketika baru datang ke Jawa. Tidak lama
kemudian sebagai Bopati Banten diangkatlah Pangeran Sebakingkin oleh Sunan

(63) Jati, ayahandanya yang bersemayam di Cirebon. Oleh para Waliyullah


Cirebon disebut “Puser Bumi” kotanya disebut “ Garage” sebabnya ialah karena
Sunan Jati bermukim/ bersemayam disini. Sebab itu Pangeran Sebakingkin di
anugerahi gelar Sultan Hasanuddin. Setahun kemudian Fadhilah dan Pangeran
Cirebon, Dipati Keling, Dipati Cangkwang dengan balatentara Demak dan
Cirebon sebanyak 1.452 orang memerangi Sunda Kalapa. Sunda Kalapa ini
sudah dikalahkan oleh orang-orang muslim. Disini Fadhilah ialah Pangeran
Paseh namanya yang lain telah diangkat menjadi bopati Sunda Kalapa oleh
Sunan Jati.

(64) Oleh karena itu disebut juga sebagai “Wong Agung” dari Paseh, yaitu
Maulana Fadhilah Khan Al Paseh Ibnu Maulana Makdar Ibrahim Al Gujarat.
Dengan demikian Fadhilah sebagai nama gelarnya Fadhilah Khan ialah
Pangeran Paseh, Wong Agung Sabrang, Ratu Bagus Paseh namanya yang lain.
Selanjutnya tidak lama kemudian Sunda Kalapa kedatangan orang-orang
Portugis yang beragama Nasrani ingin menjajah Pulau Jawa, mereka ini dari
Paseh yang sudah lama dijajah dahulu.Tentara Portugis dengan membawa alat
perang lengkap berlabuh di Pelabuhan Sunda Kalapa. Berapa jumlah mereka
diserang oleh tentara muslim yang dipimpin oleh Fadhilah Khan dan Pangeran
Cirebon Yang menjadi pimpinan orang-orang Portugis adalah Prangko Bule
(Francisxus De Sa-Pen) orangnya tinggi. Ramai dan sengit peperangan ini.
Dipati Cangkwang

(65) mundur ke belakang melihat tentara Portugis membawa senjata besar yang
menyemburkan api dengan asap hitam.Sedangkan suaranya seperti geledek
berdentuman. Bumi berguncang seperti ada gempa, akan tetapi tentara Demak
dan Cirebon berani menggempur tentara kafir. Seluruhnya mereka orang-orang
Portugis melarikan diri mundur menuju ke perahu mereka dengan runtuh
mental, gemnetaran bahkan banyak yang mati. Si Bule (maksudnya Francisxus
De Sa) tidak berani berperang karena prajuritnya kalah, mereka kembali ke
paseh.Ketahuilah setelah itu sunan jati mengadakan pertemuan (silahtuturahmi)
di balai penghadapan keraton pakungwati.Mereka menggabungkan diri untuk
bertatap muka dating ke situ, antara lain yaitu para rakyan wilayah,

(66) Para kyai ageng penguasa desa-desa, para pembesar kerajaan, panglima
perang, senapatih para waliyullah, sultan demak, ialah sultan trenggono hadir di
situ dengan 800 tentara demak, sebagai pokok pembicaraan adalah perihal
agama sanghyang (agama hindu dan budha) dan menundukkan bupati Rajagaluh
dengan bupati talaga, itulah sebagai tujuan utama dalam tatap muka
(silahtuurahmi) hari itu. Kemudian berkatalah sunan jati, untuk kita ketahui
semua, bahwa al Qur’an adalah samudera raja, tidak ada duannya di dunia ini,
isi di dalamnnya semuannya firman dan tulisan tuhan yang maha pelinung dan
maha pemelihara yang nyata. Selanjutnnya pada tgl. 10 “paro terang”
badramasa tahun 1450 saka (1528/1529 masehi) kabupatian Raja galuh dan para
rakyan wilayah di bawah kekuasaan balatentara

(67) cirebon, kuningan dan demak.Sesudah itu semuannya termasuk raja galuh
di islamkan oleh sunan jati.Kemudian pada tgl. 8 “paro peteng” asadhamasa
pada tahun 1402 saka (1480/1481 masehi) kabopatian talaga dengan rakyan
wilayahnnya di bawah kekuasaan balatentara cirebon, sesudah itu semua orang-
orang talaga diislamkan oleh sunan jati. Digantikan riwayatnnya. Sesudah itu
sang Prabu Surawisesa mokteng padaren lalu di gantikan oleh sang Prabu
Dewata Buwana namannya, memerintah selama 8 tahun.Sesudah itu digantikan
oleh sang ratu sakti mangabatan, sang mokteng penpelengan namannya yang
lain, memerintah selama 8 tahun.Sesudah itu digantikan

(68) Oleh sang prabu Nilakendra namannya, memerintah selama 16 tahun, lalu
di gantikan oleh sang ratu wekasan, ialah sang ratu regamulya namannya,
memerintah selama 12 tahun.Waktu pemerintahan raja ini adalah kurun jaman
besar kerajaan pajajaran, sebab sudah di takdirkan oleh tuhan yang maha
esa.Adapun musnahnnya kerajaan pajajaran dan wglakamata saat banten 1501
saka (1579/1580 masehi).Sesudah sirnannya kerajaan pajajaran oleh balatentara
banten yang di pimpin oleh maulana yusuf dan balatentara cirebon tatkala itu
yang menjadi raja panembahan ratu namannya.Adapun isteri pangeran geusan
hulun yaitu nyi mas gedeng waru sebagi isteri petama.Isteri kedua ialah nyi ratu
harisbaya, yang dahulunnya menjadi isteri panembahan ratu cirebon.Pangeran

(69) geusan hulun memerintah wilayah pajajaran yang sudah sirna, ialah
musnahnnya bumi parahyangan yang keratonnya yaitu sumedang di kutamaya
di wilayah sumedang.Mula pertama adannya ratu sumedang pada tgl, 10 “paro
terang” posyamasa tahun 1502 saka (1588/1589 masehi).Rakyan wilayah
parahyangan memohon kepada pangeran geusan hulun
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………… (tidak terbaca)

(70) Ia mengabdu (ingin di akui anak) oleh pangeran geusan hulun.Di sini ia di
jaga oleh balatentara, beberapa orang pemerintahan dan lainnya lagi.Pangeran
geusan hulun wafat pada tgl 7 “paro peteng” kartikamasa tahun 1530 saka
(1608/1609 masehi), pada waktu pangeran geusan hulun menikah dengan nyi
ratu harisbaya ialah nyi ratu marasbaya namannya yang lain, pada tgl.2 “paro
terang” wesadamasa tahun 1509 saka (1587/1588 masehi).Adapun disetujui
oleh ayah dan ibunnya yaitu pangeran Santri menikah dengan nyimas Pucuk
Umum Sumedang, puteri Sunan Parung, Sunan Corenda, ialah sang Batara
Sakawayana namannya yang lain, dari Talaga yang beristeri dengan nyimas
Patuwakan sumedang.Nyimas Patuwakan anak Sunan Tuwakan,

(71) Sunan Tuwakan anak Sunan Guling adik nyai Raden Rajamantri permaisuri
Raja Rajajaran.Selanjutnnya Sunan Guling anak Sunan Panggulingan yang
bermukim yang Cipameungpeuk.Sunan Panggulingan anak sang Prabu Gajah
Agung, Ratu Sumedanglarang yang bermukim di Cicanting. Sang prabu gajah
agung anak Prabu Resi Tajimalela bermukim dibukit Tembong
agung.Sedangkan suami nyimas Patuwakan ialah Sunan Parung Talaga.Sunan
Parung anak nyi mas Simbar Kencana.Nyi mas Simbar Kencana anak prabu
Talagamanggung.Prabu Talagamanggung anak sang Prabu Darmasuci.Prabu
Darmasuci anak Batara Gunung Bitung. Batara Gunung Bitung anak Ratu
Galuh.Adapun ayahanda pangeran geusan hulun ialah pangeran Santri yang
menjadi bupati Sumedang pertama yang sudah memeluk islam

(72)
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….
(tidak terbaca)
Memperoleh warisan negara Sumedang dari isterinnya, nyimas Pucuk umum
sumedang.Yang kebupatiannya di Kutamaya pertama menjadi bupati Sumedang
pada tgl. 13 “paro peteng” asyujimasa 1452 saka (1530/1531 masehi). Pangeran
Santri lahir pada tgl. 6 “paro peteng” yestamasa tahun 1427 saka (1505/1507
masehi) dan wafat tgl. 10 “paro terang” asyujimasa tahun 1501 saka (1579/1580
masehi). Adapun pangeran Santri anak Pangeran Palakaran, ialah Pangeran
Muhammad namannya yang lain dan isterinnya ialah wanita dari sindangkasih,
yang menikah pada tahun 1426 saka (1504/1505 masehi).

(73) Pangeran Muhammad lahir pada tahun 1400 Saka (1478/1479 Masehi) dan
wafat pada usia 68 tahun. Pangeran ini adalah anak Pangeran Panjunan dari
isteri Nyi Mas Matangsari.Nyi Mas Matangsari anak Kyai Ageng Japura. Kyai
Ageng Japura anak Ratu Japura sang prabu Amuk Marugul Sakti Mandragunan
namanya. Sedangkan Pangeran Muhammad adalah adik Nyi Mas Kencanasari
isteri Pangeran Cirebon.Pangeran Cirebon anak Pangeran Cakrabuwana.
Pangeran Muhammad penyiar agama Islam di Sindangkasih dan Sumedang.
Puteranya, ialah Pangeran Santri di sebut Ki Gedeng Sumedang. Sumedang di
nyatakan sebagai daerah muslim pada tahun.

(74) 1451 Saka(1529/1530 Masehi). Adapun putra Pangeran Geusan Hulun


Sumedang dari isteri Nyi Mas Gedeng Waru ialah Pangeran Di Pati Rangga
Gedhe namanya, menjadi Bopati bawahan mataram, memerintah selamanya
dengan daerah-daerah wilayahnya. Sedangkan puteranya dari isteri Nyi Ratu
Harisbaya ialah Pangeran Arya Surya Diwangsa, ialah Pangeran Dipati Rangga
Gempol pertama. Yang kedua Pangeran Tumenggung Tegalkalong. Putri sang
Tumenggung ini ditikah oleh Sultan Agung Mataram. Ketiga Raden Rangga
Nitinagara. Keempat Raden Arya Wiraraja pertama.

Sang panglima angkatan perang Fadhila adalah seorang pemuda ahli berperang
juga ahli dalam agama, sebab ia berguru agama islam di kota Mekah

(75) kemudian .berguru olah jurit dan ahli berperang kepada ahli taktik
berperang sang Kurdi dari dinasti kerajaan Saljuk di Negara Parsi. Tatkala itu
dikatakan ia sebagai seorang pimpinan angkatan prang yang ahli dalam
menggunakan senjata dan gagah berani. Fadhilah dilahirkan di Negara Paseh
pada tahun1412 Saka (1490/1491 Masehi), pada usia 21 tahun menjadi perwira
angkatan perangraja di Paseh, letaknya paling utara di pulau Sumatera. Pada
tahun 1433 Saka (1511/1512 Masehi) Malaka direbut Portugis selam 2 tahun,
kemudian balatentara Paseh dengan dipimpinnya sendiri bersama-sama dengan
balatentara Demak yang dipimpin oleh panglima perang Pangeran Sabrang Lor
ialah Dipati Japara dan bantuan dari balatentara Palembang, orang-orang
Cirebon menggampur balatentara Portugis ke Malaka. Penyerbuannya
balatentara gabungan ini sangat besar sekali.

(76) Bagaikan semut merayap di sebuah pulau. Tampaklah Ki Fadhilah sangat


menguasai medan perang, akan tetapi meskipun demikian penyerangan-
penyerangan balatentara Portugis unggul di medan laga. Balatentara Demak
akhirnya mundur kembali ke negaranya, sebab mereka tidak mampu perlawanan
dari pihak Portugis. Diriwayatkan setelah paseh di rebut portugis, balatentara
yang di pimpin oleh pangeran sabrang lor ialah sultan demak II menyerang
orang –orang portugis di paseh.Dalam peperangan ini pangeran sabrang lor
gugur.Janda nyi mas ratu ayu puteri sunan jati lalu di peresteri oleh ki fadhilah.
Sedangkan adik pangeran sabrang lor ialah nyimas Ratu Pembaya puteri sultan
demak I (Raden Patah)
(77) juga sebagai isteri ki fadhilah.Dalam perkawinannya nyi mas ratu ayu
dengan ki fadhilah berputera 2 orang laki-laki dan wanita masing-masing ialah,
nyi mas ratu wanawati raras, menikah dengan pangeran suwarga putera
pangeran pasarean.Dengan isteri nyi mas ratu nyawa.Dalam perkawinannya nyi
mas ratu wanawati raras dengan pangeran suwarga yang menjadi adipati cirebon
I berputeralah 4 orang laki-laki dan wanita masing-masing ialah pertama ratu
ayu saklluh, kedua pangeran mas ialah penembahan ratu namannya yang lain,
ketiga pangeran mamis, keempat pangeran wirasuta.Selanjutnnya panembahan
ratu menggantikan yuyutnnya, ialah susuhunan jati

(78) menjadi ratu cirebon yang kedua.Sang panembahan menikah dengan nyi
mas ratu lampok angroros puteri sultan pajang jaka tingkir namannya.Dengan
permaisuri ini sang panembahan berputera 6 orang laki-laki dan wanita, masing-
masing ialah pertama, pangeran sedang blimbing, kedua, pangeran kidul, ketiga,
pangeran wiranagara, keempat nyi ratu emas, kelima pangeran sedang gayam
dan keenam nyi mas ratu singawani.Dulu pangeran sedang gayam dipati cirebon
yang nama gelarnnya pangeran dipati wiyana sebagai puteramahkota kerajaan
cirebon.Tatkala itu beristeri dengan nyi mas ratu buntek, berputera wanita dan
laki-laki yaitu masing-masing ratu putrid an raden putra, ialah pangeran resmi
namannya yang lain.

(79) Raden putra menjadi raja di cirebon dengan gelar panembahan adiningrat
kusuma, setelah wafat ia di sebut panembahan girilaya.Dari permaisuri
panembahan girilaya berputera 3 orang laki-laki.Satu-persatunnya adalah,
pangeran mertawijaya bergelar pangeran syamsuddin menjadi sultan sepuh
I.Kemudian pangeran wangsakerta bergelar abdul kamil Muhammad nazaruddin
menjadi panembahan cirebon I, lalu bergelar panembahan ageng gusti.Dari
isteri yang lain yang bernama nyai wungu, panembahan girilaya berputera
pangeran natadikusuma, ialah pangeran nataningrat namannya yang lain.Dari
isterinnya yang ber-

(80) Nama nyi yantika, berputera pangeran surajaya, lalu nyai sariya berputera
pangeran jayanagara, kemudian dengan nyi minta kasmi berputera pangeran
kusumajaya, dari isteri yang namannya nyi rimong berputera 2 orang laki-laki,
ialah pangeran wirakusumah ialah pangeran arya natareja namannya yang lain,
dan pangeran tanda resmi, lalu dari isterinnya yang di sebut nyi ratu berputera 2
orang laki-laki, ialah panembahan ketimang dan pangeran raja
giyanti.Diceritakan riwayat lainnya.Adapun bre wilwatikta (majapahit) ialah
sang prabu purwasisesa, sang prabu krethabumi namannya yang lain dengan
gelar sang prabu brawijaya, menikah dengan nyi retna suban cianak.

(81) Tan go hwat yaitu orang cina kayaraya yang bermukim di kota gresik jawa
timur, sebab nyi retna selalu bertengkar mulut dengan sang permaisuri raja ialah
dyah dwarawati namannya anak raja di campa, keduannya selalu menimbulkan
citra tidak baik.Akhirnya marahlah sang prabu.Tatkala itu nyi retna sedang
bunting tua (mendapat 7 bulan) di perintahkan ketika itu juga pergi ke keraton
sang arya damar.Di palembang sumatera, yang jauh dari keraton
majapahit.Untuk selanjutnnya nyi retna tinggal di sana.Pada tahun 1367 saka
(1445/1446 masehi) nyi retna melahirkan bayi laki-laki dengan di beri nama
raden praba, ialah jim bun nama pemberian dari ibunnya, yang kelak di sebut
sang patah ialah

(82) Raden patah natapraja di bintara namannya yang lain.Adapun arya damar
itu adalah anak sang prabu wikrama wardhana namannya menikah dengan
puteriraja sriwijaya keturunan wangsa drawida, namannya nyi ending
sasmitapura kenca, ialah anak sang adityawarman sang kanakar madinindra dan
dari dinasti syailendra di sumatera.Kemudian arya damar menikah dengan nyi
retna sio ban ci beranaklah raden kusen dipati terung namannya yang
lain.Adapun sang patah masih kerabat raja di campa.Dahulu tatkala itu sang raja
campa berputera beberapa orang

(83) tiga orang di antarannya ialah sang rajaputra yang kelak menggantikan
kedudukan ayahandannya, lalu adiknnya bernama diyah cakrawati, menikah
dengan syekh jamaluddin al husein, lalu mereka berputera ibrahim, adiknnya
lagi ialah diah kirana namannya, meikah dengan syekh yusuf sidik.Di dalam
perkawinannya mereka beranak syekh hasanuddin, syekh kuro namannya yang
lain, menikah dengan nyi retna parwati lalu beranak tan gwat ialah kyai
gentong, ki syekh bentong namannya yang lain.Syekh bentong menikah dengan
nyi retna sio te yo dalam perkawinannya tan gwat dan sio te to beranak nyi retna
sio ban ci.Nyi retna sio ban ci menikah dengan sang prabu brawijaya kretabumi,
beranaklah sang patah.Dulu sang rajaputra negara campa mempunyai anak 2
orang puteri namannya yang pertama ialah

(84) Diyah dwarawati, menikah dengan sang prabu brawijaya raja di majapahit,
berputera adipati pengging handayaningrat namannya, menikah dengan adik
arya damar, lalu berputera 2 orang ialah kyai ageng kebo kanigara hyang
syiwagamani dan kyai ageng kebo kenongo bupati pangging memeluk agama
islam berguru kepada syekh lemahabang.Kemudian ki ageng kebo kenongo
beranak satu ki jaka tingkir ialah hadiwijaya namannya yang lain, menjadi raja
di pajang.Adik diyah dwarawati ialah diyah candra wulan namannya, menikah
dengan ibrahim samarakan jaenal al akbar namannya yang lain, di sebut syekh
jatiswara, maka beranaklah 2 orang laki-laki satu-persatunnya ialah ali al
mustada dan

(85) Ali rakhmatullah ialah susuhunan ampel namannya yang lain.Ali al


mustada beranak sayid ishak.Sayid ishak berputera susuhunan giri
namannya.Kita tunda sejenak yang diriwayatkan di ganti dengan riwayat yang
lain.Ketahuilah makam-makam yang ada di puncak bukit sembung satu-
persatunnya ialah : Yang ada di dalam gedung nyi gedeng tepasan ialah nyi mas
tepasari namannya yang lain, yaitu isteri sunan jati, yang berputera nyi mas ratu
ayu dan adiknnya, ialah pangeran pasarean.Sebelah timur makam nyi tepasari
ialah susuhunan jati.Sebelah timurnnya lagi ialah “wong agung paseh”, ratu
bagus paseh namannya yang lain, ia adalah menantu susuhunan jati.Ratu bagus
paseh ialah

(86) panjang nama gelarnnya, ialah maulana fadhillah khan al paseh ibnu
maulana makdar ibrahim al gujarat ia menjadi panglima angkatan bersenjata
kerajaan demak, ia wafat pada tahun 14 92 saka (1570/1571 masehi).Di
cirebon./Akhirnnya sebelah timur makam nyi rajah ialah nyi gedeng sembung,
nyi gedeng sembung, nyi gedeng sampan namannya yang lain, di sebut nyi
gedhe kancingan./Sebelah timur makam fadhillah adalah makam nyi mas hajjah
syarifah mudaim ibunda susuhunan jati.Itu semua lima makam ada di dalam
gedung “lemah duwur” (siti inggil).Di sebelah bawah lima makam tadi dari
barat ke timur satu-persatunnya ialah makam nyi ratu wanawati raras ialah nyi
ratu nawati raras namannya yang lain, isteri pangeran dipati cirebon
suwarga.Dahulunnya nyi ratu wanawati raras puteri ki fadhillah dengan isteri
nyi

(87) Raturaja Wulung Ayu, disebut Raturaja Awung Arah namanya yang lain.
Sebelah timurnya lagi ialah makam Pangeran Suwarga ialah Dipati Cirebon I
namanya yang lain, disebut Pangeran Dipati Ratu ialah Pangeran Sindang
Kempeng sesebutannya yang lain. Kemudian sebelah timur makam Dipati
Suwarga ialah makam Pangeran Jayakelana Putera Susuhun Jati dari isteri Nyi
Syarifah Bagdad yang makamnya ada di Mundu dengan makam anaknya, ialah
Pangeran Gung Anom yang disebut Pangeran Sedang Lautan. Sebelah timurnya
lagi ialah makam Pangeran Pasarean ialah Pangeran Mohammad Arifin
namanya yang lain. Sebelah timur makam Pangeran Pasarean ialah makam Nyi
Ratu nyawa isteri Pangeran Pasarean ialah puteri sang Raja di Bintara (Demak)
Raden Patah, sebelah timur makam ini adalah

(88) makam Nyi Ratu Ayu ialah Nyi Raturaja Wulung Ayu, disebut Raturaja
Awung Arah namanya yang lain, isteri Ratu Bagus Paseh ialah Fadhilah.
Sebelah timur Ratu Ayu ialah makam-makam Nyi Ratu Agung, lalu Pangeran
Pekik, Lalu Raja Agung, kemudian Pangeran Adipati Sindang Lemper dari
Demak. Sebelah selatan makam Pangeran Pasarean ialah sebanyak tiga buah,
mereka ini adalah makam anak-anaknya Pangeran Pasarean yang wafat tatkala
masih bayi.Itu sudah 18 buah banyaknya makam di dalam gedung. Selanjutnya
makam-makam yang diluar gedung, tetapi masih di dalam tembok keliling ialah
sebelah barat makam Pangeran Pajabugan, lalu Arya Menger, lalu Ratu Petis
ialah Puteri Cina isteri Susuhunan Jati.

(89) Sebelah utara ialah Pangeran Cakrabuwana, Ki Kuwu Cirebon II. Makam-
makam yang terletak sebelah selatan gedung dari barat ke timur satu persatunya
ialah makam Pangeran Wirasuta, lalu Panembahan Ratu, lalu Ratu Gelampok,
ialah Nyi Lampok Angroro namanya yang lain, disebut Nyi Mas ratu Pajang
isteri Panembahan Ratu. Sebelah timur makam ini ialah makam Pangeran
Suranagara ialah Pangeran Waruju namanya yang lain, lalu Dipati Keling,
sebelah timurnya lagi ialah Pangeran Manis, lalu isteri Pangeran Jipang, lalu
Raden Pandan, Raden Sepat, Pangeran

(90) Kagok, Pangeran Magrib, Pangeran Sedang Garuda, lalu makam yang ada
di gedung timur, satu persatunya dari barat ke timur berjajar, ialah makam Ratu
Winaon, Ratwagung, Pangeran Agung, lalu Ratu Sewu Agung Kramat ing
Agung, Banten, Pangeran Pamadeyan, Putera Pangeran Ageng adik Pangeran
Sedang Garuda, lalu Sultan Sepuh I, ialah Pangeran Syamsudin, ialah Pangeran
Mertawijaya namanya yang lain, sebelah timurnya lagi ialah isteri Sultan Sepuh
I, makam-makam yang sebelah utara gedung timur, ialah yang ada di pinggir
antaranya dari barat ke timur ialah makam ki Gedheng Sembung, Lalu Pangeran
Tuban, lalu Pangeran Sendang, sebelah timurnya lagi Pangeran Pangayunan. Ini
semua makam-makam keturunan dan kerabat Susuhunan Jati.
(91) Sedangkan Pangeran Cirebon Putera Pangeran Cakrabuwana dimakamkan
di desa Cirebon Girang. Dahulu makam yang di Puncak Bukit Amparan Jati
ialah makam Syekh Datuk Khahfi, Kyai Geng Panganjang, Nyi Mas Rara
Jatiningsih, Kyai Geng Kedokan, dan guru agama islam. Dibawahnya lagi
adalah makam orang-orang Cina para pengiring Puteri Cina yang sudah
memeluk Islam dan banyak lagi kerabat dan keturunan Sunan Cirebon
dimakamkan disini.Adapun makam-makam yang di dalam tembok
kelilingMasjid Agung Banten, ialah makam Sultan Banten dengan seluruh
makam keturunanya. Satu persatunya ialah Sultan Abdul Fadil Abdul Patah
ialah Sultan Ageng Tirtayasa namanya yang lain, lalu Nyi mas Ratu

(92) ialah isteri Sultan Hasanudin, lalu makam Sultan Banten I, yaitu Pangeran
Sebakingkin dengan gelar Sultan Hasanudin, lalu makam Sultan Abdul Patah
dengan isterinya, lalu makam Sultan Abdul Najar Abdul Khahar ialah Sultan
Haji namanya yang lain. Diriwayatkan sesudah kebopatian Galuh dan Talaga di
bawah kekuasaan Cirebon, kemudian diislamkan mereka oleh Susuhunan
Cirebon, ialah pada tgl. 12 “Paro Terang” Margasiramasa tahun 1452 Saka
(1530/1531 Masehi) Susuhunan Jati mengadakan pertemuan tatap muka
(silaturahmi)dengan para Kyai Ageng di Masjid Agung Cirebonsang Ciptarasa
namanya, semuanya hadir disitu para pembesar kerajaan, pimpinan wilayah
mandala dan desa, para waliyullah pulau Jawa, para Senapati, para Kyai Ageng
desa-desa wilayah,

(93) Sultan Demak, para Bopati Banten, Sunda Kalapa, Sumedang, Kuningan,
Galuh, Talaga, Pasir Luhur dan Raja-raja wilayah yang ada di Parahyangan
Selatan, Adapun yang menjadi pokok pembicaraan dalam musyawarah ini ialah
bagaimana cara dan langkah kebijakannya setelah agam islam sudah merata
diseluruh kawasan Jawa Barat. Dan kemungkinan-kemungkinannya untuk
mengadakan persahabatan dengan Negara-negara Mesir, Arab, Parsi, Syam,
Gujarat, Campa, Cina, raja-raja seluruh wilayah Nusantara. Kemudian Pakuan
Pajajaran yang belum mau mengikuti politik kerajaan/pemerintahan dan lain-
lainnya yang menyangkut perkembangan di Cirebon, Demak dan kebopatian si
seluruh wilayah Jawa, lalu pemulihan para pemimpin atau penghulunya desa,
Ratu wilayah dengan usaha-usaha pembinaanya. Di dalam musyawarah itu
Sunan Jati memberikan kepercayaan kepada Pangeran antri, sebab baru saja
menjadi Bopati Sumedang.Pangeran Santri mulanya mendapat warisan daerah
Sumedang Larang dari kerabat isterinys, ialah Nyi Pucuk Umum
Sumedang.Pertemuan silahturahmi ini di putuskan selama tiga hari. Tatkala itu
hadir di situ antara lan Demak III dengan nama gelarnya ialah Sultan Akhmad
Abdul Arifin, lalu Sunan kalijaga, Sunan Murya, Sunan Darajat, Maulana
abdurakhim ialah Syekh Duyuskani adalah adyaksa kerajaan Cirebon, Ki Syekh
Bentong, Syekh Majagung, Pangeran Santri Pangeran Muhammad Pelakaran
ialah Palakaraning Dalang, oleh sebabitu disebut Pangeran Dalakaran.

(95) Lalu Pangeran Luhung, Pangeran Welang, Pangeran Kajawanann, Syekh


Magelung ialah Pangeran Karangkendal, namanya yang lain,
PangeranSebaikingkin ialah Pangeran Hasanuddin Bupati Banten, Pangeran
Paseh ialah Fadhillah Khan Bopati Sunda Kalapa, Pangeran Pasarean ialah
Pangeran Muammad Aririn yang mewakili Sunan Jati di Cirebon, kemudian
Senapati Cirebon ialah Pangeran Cirebon putera Pangeran Cakrabuwana, lalu
Dipati Keling, Dipati Cangkwang, Dipati ti Kuningan, ialah Pangeran Arya
Kemuning, lalu Pangeran Cucimanah, Dipati Suranenggala, Tumenggung
Jagabaya, Tumegung Jaya Oreyan, Buyut Gesik, Ki Gedeng Jagasatru, Ki
Gedheng Babadan.

(96) Ki Lobama, yalah Ki Gedeng Mundu, Ki Gedeng Ujung Gebang, Ki Sura


ialah Ki Gedeng Tegal Gubung, Ki Gedeng Buntet, Ki Gedeng Japura, Ki
Gedeng Ender, Ki Gedeng Selapandan, Ki Gedeng Trusmi , Ki Gedeng
Luragung, ialah Ki Gedeng Kemuning, lalu Dipati Anom, Dipati Sukawiyana,
Dipati Selanunggal, Ki Waru Angga, Ki Surayuda, Demang Anggapati, Ki
Gedeng Paluamba, Racen Sepat Pangeran Raja Laut, Ki Gedeng Sembung,
Pangeran Makdum lalu para Bayangkara Sunan Cirebon ialah Ki Bawuk, Ki
Lodaya, Ki Loreng, Ki Torek, lalu para penjaga batas kota Cirebon ialah
Pangeran Jagasatru, Ki Gedeng Tedeng, Ki Anggaraksa, Ki Buyut Kramat, lalu
para penjaga.

(97) di luar ibukota Cirebon ialah Ki Gedeng Tameng, Ki Gedeng Jagapura, Ki


Buyut Kalijaga, Ki Gedeng Sampiran, kemudian , mereka pembesar yang sudah
tunduk di bawah kekuasaan kerajaan Pakungwatiyangdari Galuh, Talaga
Kawali, Leuwih Munding, Karawang, Dermayu, dan para pimpinan wilayah
Parahyangan Selatan, Timur, dan Pasir luhur, lalu Ki Gedeng Bungko, Ki
Gedeng Panjalu, Ki Gedeng Krangkeng, Ki Gedeng Srengseng, Ki Gedeng
Bayalangu, Ki Gedeng Bangoduwa, Ki Gedeng Pamuragan, Lalu Ki Gedeng
Ujung Semi.
(98) Ki Gedeng Pajarakan, Ki Gedeng Pakandangan, dan banyak lagi para Ki
Buyut dan para murid-murid Susuhunan Jati. Ini adalah naskah kerajaan
Cirebon Nagara Kretabhumi, selesai di tulis pada tgl. 7 “ paro terang”
Yestamasa tahun 1651 Saka (1692/1693 Masehi) , menurut beberapa naskah
milik kerajaan Cirebon. Di tulis olehku Pangeran Wangsakerta dengan gelar
Panembahan Ageng Gusti Cirebon I dan Sultan Badriddin Kertawijaya ialah
Sultan Anom I, karena beralasan arti pentingnya semua keturunan Sunan Jati
dan agar mengetahui lebih-lebih menjadikan selamat kepada seluruh para
pembacanya dan meneliti naskah ini.

NASKAH
NAGARA KRETABHUMI

TRITYA SARGA
( BUKU KETIGA/JILID KETIGA)

ALIHAKSARA DAN ALIHBAHASA


OLEH :
T.D. SUDJANA

CIREBON, 20 OKTOBER 1987

(1) Semoga tiada aral melintang ini adalah buku ketiga dari naskah nagara
krethabumi merupakan naskah kesultanan cirebon.Di dalamnya memuat isi
pokok naskah ini meriwayatkan pemerintahan dan kekuasaan kerajaan cirebon
dan lainnya, seperti berbagai riwayat yang ada kaitannya dengan pulau jawa,
riwayat para keturunan sunan jati, kesultanan cirebon dan semangat warga
masyarakat wilayahnnya dan daerah sekitarnya, riwayat pangeran gung anom,
mula pertama berdirinnya desa cirebon dan lain-lainnya, riwayat-riwayat
kerajaan wilayah dan agama hindu-budha, para waliyullah di pulau
jawa.Begitulah karya dapat di pertanggungjawabkan da nada manfaatnnya.Ini
adalah naskah besar nagara kretabhumi berisi pokok penelitian naskah kerajaan
di tanah sunda (bumi parahyangan) pulau jawa, kesultanan cirebon dan lain-
lainnya, oleh karenannya pada akhirnnya lama-kelamaan naskah ini berhasil dan
sempurna, semoga tuhan yang maha kuasa memberkahi kita sekalian.Semoga
tak ada halangan dan
(2) maafkan kata-kata tersirat dan tersurat tulisanku naskah kesultanan cirebon,
nagara kretabhumi namannya buku yang ketiga ini.Adapun semua dengan
memperhatikan dari berbagai naskah yang ada sebagai milik kesultanan cirebon,
kedua demi kemuliaan dalam tugas yang di bebankan kepadaku sebagai
keturunan susuhunan jati raja pendita ialah sebagai waliyullah, ulama besar
penyebar islam di bumi (tanah) sunda.Dengan penyempurnaan yang telah aku
lakukan, meskipun begitu sedikit banyak akan dapat di ketahui keadaan dan
kejayaan cirebon serta beberakerajaan pulau jawa tatkala itu.Begitulah melihat
apa yang di katakana dalam riwayat, adapun salah satu desa yang terletak di
pinggir pantai laut ini di sebut cirebon namannya.Di situ banyak tumbuh
gelagah alang-alang (ilalang) dan rumput laut.Ke selatannya di hutan banyak
binatang buas, seperti babi hutan, harimau, ular, monyet, gajah, kura-kura dan
lain-lainnya.Di sepanjang pantai banyak burung laut dan elang

(3) Di kaki gunung ciremai terdapat banyak kuda, di sungai ini terdapat banyak
ikan dan rebon (udang lembut).Pada tahun 1362 saka (1440/1441 masehi),
semula di wilayah “kebon pesisir” ini di huni oleh empat orang dari cirebon
girang, ialah ki danusela, ki gedeng alang-alang namannya yang lain, beserta
isterinnya, ialah nyi arumsari namanya.Lalu kerabat nyi arumsari sekeluarga,
ialah ki sarnawi dan isterinnya, kelak keluarga ki sarnawi ini meninggal dalam
usia lanjut.Lima tahun kemudian, datanglah ki somadullah, yaitu
walangsungsang, pangeran cakrabuwana namannya yang lain, dari puncak
amparan jati.Sang pangeran beserta isterinya, yaitu nyi indang geulis sorang
puteri ki danurwasih, kakak ki danusela.Juga turut adik perempuan sang
pangeran, ialah nyi lara santang namannya.Tatkala itu jadi ada lima orang

(4) Bermukim di “kebon pesisir”, setiap hari banyak warga masyarakat dari desa
pesambangan, muara jati dan dari desa sekitarnya dating ke dukuh cirebon,
kemudian mereka bermukim di situ.Pada tanggal 14 paro-peteng bulan cetra
1367 saka (1445/1446 masehi), pangeran cakrabuwana beserta seluruh warga
masyarakat, membuka wilayah “kebon pesisir” untuk di jadikan dukuh
(desa).Tatkala itu semua warga masyarakat yang bermukim di situ, telah
mencapai jumlah sebanyak 52 orang.Adapun ki gedeng alang-alang beserta
isteri dan ki somadullah beserta isteri, bila malam bekerja mencari rebon (udang
lembut) dan ikan di sungai yang ada di sebelah timur rumahnnya dan di pinggir
pantai.Mereka ini membuat terasi, petis dan garam.Dalam perkawinannya, ki
danusela dengan nyi arumsari, berputera seorang puteri, ialah nyi ratna riris, nyi
kencana larang namannya yang lain.Ki somad-
(5) ullah beserta isteri dan adiknya berdiam di rumah ki danusela, karena ki
danusela adalah terhitung masih kerabat dekat nyi indang geulis, di situ ki
somadullah turut bekerja dengan ki danusela.Sejumlah warga masyarakat dari
pasambangan dan muarajati bermukim di situ (di “kebon pesisir”), kemudian
berdirilah desa cirebon, dan ki pangalang-alang di angkat menjadi kuwu oleh
warga masyarakatnya, sedangkan ki somadullah di jadikan raksabumi(wakil
kuwu) dengan gelar ki cakrabumi namanya.Tidak lama kemudian, cirebon
menjadi sebuah desa yang ramai.Sudah takdir tuhan, semua warga masyarakat
dari desa-desa lain bermukim di sana, berbagai suku (keturunan).Orang-orang
yang jual beli, para petani dan nelayan, orang-orang yang mencari rebon dan
ikan.Di sepanjang pantai ramai, banyak perahu di tambatkan.Pada waktu itu
pribumi dengan berbagai suku dan keturunan, berbagai agama kepercayaannya,
berbagai bahasa dan tulisan mereka, berbagai keterampilan serta keahlian
mereka, bekerja dan mata pencahariannya, masing-masing berbeda.Pada tahun
1367 saka (1447/1448 masehi) jumlah warga masyarakat

(6) yang telah menjadi pribumi di cirebon sebanyak 364 orang, yaitu 182 laki-
laki dan 164 perempuan.Dengan perincian :196 orang sunda, 16 orang dari
swarnabhumi (sumatera), 4 orang dari negeri hujung mendini (semenanjung
Malaya), 3 orang dari siam, 11 orang dari arabia, 6 orang dari cina, jumlah itu
menurut catatan dari desa cirebon pada waktu itu.Di desa cirebon ki somadullah
mengajarkan agama islam kepada warga masyarakat.106 Orang dari jawa, 2
orang dari bharata (india) dan 2 orang dari iran.Kemudian membangun surau di
pinggir laut, jalagrahan namanya.Banyaklah sudah warga masyarakat yang
memeluk agama islam.Di riwayatkan, suatu ketika ki cakrabhumi bersama
adiknya menuju puncak bukit amparanjati di tempat kediaman gurunya, syekh
datuk kahfi, yaitu syekh maulana idhofi namanya yang lain.Demikianlah ujar

(7) sang guru, anak-anakku sekalian, kalian berdua menetapkan untuk


menjalankan syariat islam yang kelima, ialah pergilah kalian naik haji ke
baithullah di begeri mekkah di tanah arab, akan tetapi isterimu, nyi indang
geulis, sebaiknya jangan kalian bawa serta, sebab ia sedang
mengandung.Akhirnya mereka memperhatikan ucapan gurunya, ki somadullah
beserta adiknya dengan menaiki perahu besar milik kerajaan mesir,
berangkatlah ke tanah suci.Tidak di ceritakan selama dalam perjalanan
perahunya di lautan, maka tibalah (mereka) di tanah arab di pelabuhan jidah
(jedah) namanya.Di sana di riwayatkan sultan mesir syarif abdullah dengan
gelar sultan Mahmud, tatkala itu bertemulah dan ia tertarik hatinya kepada
puteri pajajaran, karena sang puteri adalah seorang wanita cantik, parasnya
bagaikan bulan tanggal 14-nya kemudian nyi rara santang di peresteri oleh
syarif Abdullah, dan di beri gelar senutan nyi syarifah mudaim.Sedangkan
kakanya di berikan gelar sesebutan haji Abdullah

(8) iman al jawi.Tiga bulan kemudian haji abdullah iman kembali ke jawadhipa
(pulau jawa).Dan adiknya bermukim di sana mengikuti suaminya.Dalam
perkawinannya, nyi hajjah syarifah mudaim dengan syarif Abdullah
memperoleh putera laki-laki, syarif hidayat, namanya pada tahun 1370 saka
(1370/1371 masehi).Di riwayatkan dalam perjalanan pulang ke jawa, haji
Abdullah iman berhenti di negeri campa.Setelah sampai di cirebon, haji
abdullah iman menjadi penyiar agama islam kepada masyarakat.Dalam
perkawinannya, haji Abdullah iman dengan nyi indang geulis memperoleh anak
perempuan, nyi pakungwati namanya.Kemudian haji Abdullah iman kawin
dengan puteri ki pangalang alang, yaitu nyi ratna riris, nyi kencana larang
namanya yang lain.Dalam perkawinannya, maka berputeralah laki-laki, yaitu
pangeran carbon namanya, yang kemudian pangeran carbon ini nikah dengan
nyi cupluk

(9) seorang puteri ki gedeng trusmi, dalam perkawinannya, maka berputeralah


laki-laki, yaitu pangeran mangganajati, namannya yang lain, isterinya yang
kedua, yaitu nyi mas kencanasari puteri pangeran panjunan dengan ibunya, yaitu
nyi matangsari.Dalam perkawinannya, pangeran carbon dengan nyi mas
kencanasari berputera laki-laki, ialah ki gedeng carbon girang namanya.Setelah
ki gedeng alang-alang wafat, ki cakrabhumi di nobatkan menjadi kuwu cirebon
ke-2 dengan gelar kehormatan sesebutan pangeran cakrabuwana.Tidak lama
kemudian, kakeknya, ialah ratu singapura ki gedeng jumajan jati wafat.Pangeran
cakrabuwana tidak menggantikan kedudukan kakeknya itu, namun ia
mendapatkan warisan harta kekayaan yang cukup banyak, lalu warisan harta
kekayaan itu di bawannya ke cirebon.Kemudian ia membangun kedaton
pakungwati, balatentara dan perlengkapan alat perang.Raja sunda menyambut
dengan suka hati atas kebijakan yang telah di lakukannya, oleh karena itu
pangeran cakrabuwana

(10) diperintahkan mengangkat dirinya menjadi tumenggung cirebon.Sang


prabhu mengutus tumenggung jayabaya dengan para prajuritnnya, sebagai duta
sang prabhu membawa tanda kebesaran kerajaan sunda dengan menyerahkan
ketetapan kekuasaan wilayahnnya, (dan) di berikan gelar sesebutan sri mangana
kepada sang pangeran itu.Tunda dahulu riwayat ini sebentar, di gantikan dengan
riwayat yang lain.Setelah syarif hidayat meningkat dewasa, kira-kira usiannya
menginjak 20 tahun, ia memiliki cita-cita dan berkeinginan menjadi seorang
ulama besar islam, oleh karena itulah ia pergi ke mekah.Di sana ia berguru
kepada syekh tajuddin al kubri selama 2 tahun, sesudah itu kepada ataullahi
sajjili namannya, yang menganut madzab iman syafei.Setelah dua tahun di sana
(berguru kepada ataullahi sajjili), lalu ia pergi ke kota bagdad, di sana ia berguru
bidang tasawuf islam dan bermukim di tempat kediaman kerabat ayahandannya,
lalu pulanglah ia ke negeri mesir.Syarif hidayat

(11) sudah memperoleh banyak gelar dan sesebutan nama, yaitu sayyid al kamil,
syekh nuruddin ibrahim abnu maulana sultanil mahmud al kibti namanya yang
lain, lalu syarif hidayat pergi ke jawadhipa (pulau jawa).Dalam perjalanannya ia
singgah di gujarat, bermukim di sana tiga bulan lamanya, lalu singgah di negeri
paseh, di sini ia bermukim di tempat kediaman kerabatnya, ialah sayyid ishak
yang sudah menjadi ulama besar islam di negeri paseh selama dua
bulan.Kemudian ke jawadwipa (pulau jawa) berhenti di banten, di sini ada
warga masyarakat yang sudah memeluk agama islam, hal ini karena berkat dari
hasil ajarannya sayyid rakhmat dari ampel gading yang telah bergelar susuhunan
ampel.Juga sayyid rakhmat pun adalah kerabatnya, oleh sebab itu sayyid al
kamil pergi ke ampel dengan menumpang perahu orang jawa timur.Tatkala itu

(12) para waliyullah semuannya berkumpul di situ (di ampel), mereka masing-
masing telah memiliki daerah penyebaran agama islam untuk mengajarkannya
kepada masyarakat desa yang masih menganut hindu dan buddha.Sayyid al
kamil memperoleh wilayah penyebarannya di cirebon, ialah di bukit sembung,
sebab di sana bersama-sama uwaknya (kakak ibundannya), yaitu haji abdullah
iman yang telah menjabat kuwu cirebon ke-2.Di perjalanannya, adipati keeling
dari negeri bharata (india) dengan para pengikutnya sebanyak 98 orang telah di
islamkan oleh syarif hidayat.Adipati kelingdengan semua pengikutnya
mengabdi setia kepada sayyid al kamil.Di bukit sembung syarif hidayat di sebut
maulana jati, syekh jati namannya yang lain, lalu membangun rumah
kediamannya di situ.Tidak lama kemudian warga masyarakat banyak yang
berguru kepada

(13) sayyid al kamil.Adapun syarif hidayat, ialah sayyid al kamil yang


kemudian bergelar susuhunan jati, susuhunan cirebon namannya yang lain, ialah
putera syarif abdullah dari ibu nyi hajjah syarifah mudaim, ialah puteri raja
pajajaran sunda.Syarif abdullah adalah putera ali nurrul alim, dengan ibu dari
seorang puteri negeri mesir.Ali nurrul alim putra jamaluddin al husein putera al
amir akhmad syekh jalaludin.Jalaluddin putera amir abdullah khanuddin.Amir
putera abdul malik yang bermukim di negeri bharata (india) di lahirkan di
hadramaut di sanghyang hujung (pantai koromandel) di tanah arab.Abdul malik
putera alwi amir fakih yang bermukim di negeri mesir, ali amir

(14) fakih putera muhammad.muhammad putera alwi.Alwi putera


muhammad.Muhammad putera ali al gazam putera ubaidillah.Ubaidillah putera
akhmad al muhajir.Akhmad al muhajir putera isa al bakir.Isa al bakir putera
idris al muhammad an nakib.Idris putera kasim al kamil, yaitu ali al uraid
namannya yang lain.Kasim putera jaffarus sadik putera muhammad al
bakir.Muhammad al bakir putera zainal abiddin.Zainal abiddin putera husein as
sabti.Husein as sabti putera ali radiallahuanhu ibnu abi thalib, menikah dengan
puteri nabi muhammad rasulullah, yaitu siti fatimah namannya, ialah ajjahra
namannya yang lain.Muhammad rasulullah putera abdullah.Abdullah putera
abdul muthalib, abdul muthalib putera hasyim,

(15) hasyim putera abdul manaf, abdul manaf putera kusyaiyi, kusyaiyi putera
kyai kilab, kyai kilab putera mauroh, mauroh putera kangab, kangab putera
luayyi, luayyi putera galib, galib putera fihir, fihir putera malik, malik putera
nadir, nadir putera kinanah, kinanah khujaimah, kujaimah putera mudrikah,
mudrikah putera ilyas, ilyas putera mudra, mudra putera nijar, nijar putera
mangad, mangad putera adnan, adnan putera addi, addi putera addad, addad
putera hamyas, hamyas putera salaman, salaman putera bista, bista putera sahail,
sahail putera jamal, jamal putera haidar, haidar putera nabi ismail, nabi ismail
putera nabi ibrahim, nabi ibrahim putera tarikka, tarikka putera nakur, nakur
putera sarug, sarug putera abir, abir putera

(16) syalik, syalik putera pinan, pinan putera arfakasyadz, arfakasyadz putera
sam, sam putera nabi nukh, nabi nukh putera lamik, lamik putera matuslak,
matuslak putera mahnauk, mahnauk putera yaridz, yaridz putera mahkail,
mahkail putera kinan, kinan putera anwas, anwas putera syis, syis putera nabi
adam, manusia pertama dengan isterinnya, siti hawa.Adapun syarif hidayat
dengan isteri nyi mas tepasari berputeralah pangeran pasarean.Pangeran
pasarean beristeri dengan nyi ratu nyawa berputeralah pangeran swarga, ialah
pangeran adipati anom cirebon pertama.Pangeran swarga beristeri dengan nyi
ratu wanawati raras berputeralah pangeran panembahan ratu.Panembahan ratu
beristeri dengan nyi lampok angroros cucu sultan pajang

(17) berputeralah pangeran sedang gayam.Pangeran sedang gayam berputeralah


pangeran girilaya.Pangeran girilaya berputeralah beberapa orang, tiga orang
antarannya ialah, pangeran syamsuddin, ialah pangeran mertawijaya sultan
sepuh pertama.Kemudian pangeran bariddin kertawijaya sultan anom pertama
dan pangeran wangsekerta, ialah pangeran carbon pertama.Tunda dahulu
riwayat ini sebentar di gantikan kemudian dengan riwayat yang lain, di
ceritakan, bahwa pada tahun 1395 saka (1473 masehi) dan yang pertama-tama
sebagai seorang kerabat yang memasuki desa cirebon, ialah pangeran
cakrabuwana, haji abdullah iman namannya yang lain.

(18) Maulana jati beristeri dengan anak ki gedeng babadan, ialah nyi mas
babadan, yaitu nyi mas retnawati namannya yang lain.Itu terjadinnya dahulu
tatkala sedang memberikan syiar agama islam di seluruh warga masyarakat di
sana, di takdirkan ki ageng berkenan dengan semua pengikutnya memeluk
agama islam, sehingga selanjutnya ki ageng berguru kepada maulana jati sampai
bermukim di sana (di desa babadan) selama 4 tahun, nyi mas babadan wafat
tanpa memperoleh keturunan, hal ini berbeda dengan isterinya yang kedua, nyi
mas lara jati, yaitu nyi mas syarifah bagdad, namannya yang lain, beranaklah
dua orang laki-laki, masing-masing dengan namannya, ialah yang pertama
pangeran jayakelana, lahir pada tahum 1408 saka (1486/1487 masehi), pada usia
30 tahun wafat tanpa meninggalkan keturunan.Kedua pangeran bratakelana
bergelar pangeran gung anom, sebagai putera mahkota kerajaan cirebon, lahir
pada tahun 1410 saka (1488/1489 masehi), pada usia 23 tahun

(19) beristeri dengan puteri kerajaan bintara raden fatah yang bergelar Sultan
Alam akbar Al fatah, yang puterinya itu bernama bayi Ratu Nyawa.
Pada tahun 1434 Saka (1512/1513 Masehi) Pangeran Gung Anom berkenan
dengan para pengiringnya dari keraton Bintara ke Cirebon.Tiada di sangka-
sangka di tengah lautan perahu putera mahkota kerajaan Cirebon di hadang
perompak. Tatkala itu terlihatlah sang perompak, lengkap dengan senjata
singap, mengeroyok ganan bagaikan babi hutan menyeruduk.Gerakannya
bagaikan serigala, liar kuat dan berani.
Adapun kapal perompak mencoba membututi kapal putra mahkota Cirebon itu
sejak di pantai laut Tegal.Adapun Pangeran Gung Anom dengan para
pengiringnya naik.
(20) Dengan perahu dagang orang Jawa Timur. Di dalam perahu itu penuh
penumpang dari berbagai suku dan keturunan, antara lain ialah orang-orang dari
Cina, Arab, Sumatera (swarnabhumi), Tumasik (Singapore), Jawa Timur, Sunda
kalapa, Banten, Cirebon dan Demak. Setelah perahu itu sampai di wilayah
lautan , sang perompak berteriak ramai dan menyebur perahu dagang. Para
perompak terus menyerang , merangsang membunuh penumpang perahu
dagang. Para perompak terus menyerang, merangsang membunuh penumpang
perahu dagang. Ramailah pertemuran ini, di antaranya sang perompak sudah
banyak yang berlumuran darah, tengsungkur dan mati, karena perompak adalah
manusia liar dan tidak berperi kemanusiaan. Akhirnya mereka kalap mengamuk
melatrak seluruh penumpang, lalu Pangeran Gung Anom berkenan dengan
seluruh pengiringnya serta seluruh penumpang perahu dagang dibabat sang
perompak.

(21) Kepala perompak tercela itu membokong sang Pangeran Gung Anom
dengan padangnya dari belakang, tatkala sang Pangeran sedang menghadapi
kerubutan mereka yang amat ganas. Dengan demikian akhirnya sang Pangeran
gugur terbujur, lalu jasadnya mereka lemparkan ke tengah laut. Sedangkan sang
perompak merasa mencapai kemenangan, tertawa gembira. Demikianlah jasad
sang Pangeran terapungapung di laut, tergiring ombak, hingga terdampar di
wilayah lautan Mundu. Di situ terlihat oleh Ki Lobama, lalu ributlah seluruh
warga masyarakat di sana, segera saja jasad sang Pangeran di usung di bawa ke
keraton Pakungwati. Musibah ini membuat terkejut sang Sunan, melambunglah
hati sang Sunan melihat jasad puteranya. Turunlah ia dari singgasananya. Di
situ ibundanya dan family telah berkumpul merubung sang jenazah dengan rasa
duka mendalam, hujan air mata dan tangis mewarnai keadaan. Setelah itu
barulah, sang Sunan menggerakkan tangan.

(22) Lalu jenazah putera mahkota cirebon itu di usap-usapnya dengan halus.
Akhirnya sang sunan tidak mampumenahan amarah nya, maka lalu berkatalah,
benar-benar binatang tindakan perompak, ganas, bengis, dan liar
perbuatannya.Seluruh yang hadir dalam bangasal, sebagai pertemuan besar itu
turut berduka cita, karena wafatnya putera mahkota keraton pakungwati
itu.Dengan peristiwa demikian, maka pangeran bratakelana gingugerahi
sesebutan kehormatan “pangeran geng anom”, kemudian di juluki nama
pangeran sedang lautan (sang pangeran yang wafat di lautan), lalu ia di
makamkan di sana kelak.Dengan musibah besar itu kyai ageng bungko yang
memiliki wibawa besar itu timbul amarahnya, setelah menengok jenazah putera
mahkota kerajaan cirebon, kemudian ia berkata kepada sinuhuncirebon, ya
paduka tuanku, tak berguna di buat bingung dan prihatin, janganlah paduka
sedih, perahu penyebabnya akan ku bakar tanpa sisa,

(23) berarti sama perompak itu kubunuh, tidak bisa hidup lagi sang perompak
jahat itu, kata-kataku ini sungguh-sungguh, pantang berkata bohong.Tersentuh
hatinya sang sunan mendengar kata-kata kyai ageng bungko, dan kebetulan atas
ijin pangeran cakrabuwana, putera mahkota kerajaan itu di ganti oleh pangeran
muhammad arifin dengan gelar pangeran pasarean, ia putera ke-2 sang sunan
dari isterinya yang bernama nyi tepasari.Adapun sang almarhum (pangeran geng
anom) tidak berketurunan.Tidakl ama kemudian putera mahkota kerajaan
cirebon (pangeran pasrean) menikah dengan puteri sang abdul patah.Dan
pangeran pasarean ternyata di perintahkan untuk di angkat menjadi raja di
kerajaan cirebon.Ceerita ini di saksikan oleh pangeran cakrabuwana, para
pemuka wilayah cirebon, kerabat dan family, para waliyullah, raja bintara
(sultan demak raden patah) dan seluruh warga masyarakat cirebon.

(24) Kemudian sunan jati memerintahkan kyai ageng bungko, pangeran carbon,
adipati keeling, ktai geng gebang, kyai geng losari, kyai geng dramayu, ki
demang japara, ki demang bintara (demak), ki demang Surabaya, kyai geng
Japura, kya geng ender, kyai geng sura masing-masing dengan bala pasukannya,
bersama-sama 700 orang yang dari cirebon.Berkatalah sunan jati, carilah sampai
ketemnu sang perompak, habisi semua kakitangan perompak, karena perompak
adalah bahaya besar dan amat buas seperti binatang.Kemudian mereka bersatu
menuju ke timur, di antarannya kyai ageng bungko dengan tentara pasukannya
dan bala tentara kerajaan cirebon dengan 2.000 perahu di pimpin oleh kyai
ageng bungko.Pangeran carbon sebagai komando dan panglima bala tentara
cirebon

(25) ………… (halaman 25 hilang)

(26) ,,, habis, mati tanpa sisa.Adapun perahu sang perompak penyebab musibah
itu dibakar oleh kyai Geng Bungko, oleh karena itu bangkai para perompak
sebanyak 60 orang dinaik-naikan ke dalam perahu mereka sampai menjadi abu.
Tersiar kabar ke seluruh penjuru, bahwa semua para perompak sudah
dimusnahkan, masyarakat semua menyambut gembira. Tunda riwayat ini
sebentar, digantikan dahulu dengan riwayat yang lain.
Asapun dia ( Ali Rakhmatullah ), Raden Rakhmat namanya yang lain, tatkala
usia dewasa mampu mendalami agama islam, karena ia berguru kepada
ayahandanya di negeri campa. Setelah itu ia pergi ke pulau jawa, dalam
perjalananya ia singgah di Palembang hanya selama 6 bulan mengajarkan
agama islam kepada masyarakat sana. Bupati Palembang, ialah Arya Damar
namanya memeluk agama islam dengan mendapoat gelar nama Arya Abdillah.

(27) Karena hasil karyanya Ali Rakhmatullah, Arya Dillah ialah Arya Damar
adalah Bupati Majapahit untuk Palembang beristeri dengan Puteri Cina, Maka
berputeralah Raden Kusen, yang nantinya disebut Dipati Terung.
Sang Puteri Cina, yang bernama Sio Ban Ci adalah juga ibunya raden Patah
Sultan Bintara ( Demak ) dari cucurannya sang Putri dengan Raja Majapahit
Prabu Brawijaya ke 5. Selanjutnya Ali Rakhmatullah pergi ke Pulau Jawa,
singgah sementara di negei Banten, disini sang ahli mengajarkan agama islam
kepada masyarakat, tidak lama kemudian ia pergi ke jawa timur, untuk
menemui salah seorang kerabatnya di keraton Majapahit, disini Ali
Rakhmatullah bertemu dengan Nyi Ratu Darawati isteri Prabu Majapahit,
karena Nyi Mas Ratu Darawati adalah adik Nyi Mas Candrawulan ibunya.

(28) Ali Rakhmatullah, Sang Ratu menyambut sukacita kedatangan


kemenakannya ini. Di kota besar Majapahit Ali bermukim selama 3 bulan
kemudian ia bermukim di Ampel Denta di wilaya Surabaya, disini Ali
Rakhmatullah ialah Raden Rakhmat disebut susuhunan Ampel beberapa
lamanya mengajarkan agama islam kepada warga masyarakat di Ampel Denta,
semua warga masyarakat memelik agama islam sampai mencapai 3.000 orang.
Ali Rakhmatullah ialah Sunan Ampel menikah dengan Puteri Bupati Majapahit
di Tuban, Raden Arya Teja ialah Nyi Mas Retnawati, Nyi Ageng Manila
namanya yang lain. Dalam perkawinannya berputeralah beberapa orang 4 orang
diantaranya ialah pertama, Maulana makdum Ibrahim dengan nama
sesebutannya Sunan Bonang kedua Sultan Maulana Syarifudin dengan nama
sesebutannya Sunan Drajat ketuga Nyi Ageng

(29) Maloka ialah Nyi Ageng Tendes keempat wanita yang kawin dengan
Raden Sahid ialah Sunan Kalijaga.Adapun semula Raden Sahid adalah Putera
Bupati Tuban adalah RadenTumenggung Majapahit (Wilwatikta). Raden Sahid
Sunan Kalijaga menikah dengan Nyi Dewi Sahro Puteri Sang Maulana Ishak.
Dalam perkawinannya memperoleh anak laki-laki dan wanita 3 orang,
diantaranya masing-masing ialah pertamaRaden umar Sahid dengan gelar
sesebutannya Sunan Murya tatkala kanak-kanak disebut namanya Raden
Prawoto kedua Dewi Rokayah dan ketiga Dewi Sopiyah. Adapun Raden Umar
Sahid Sunan Murya beristri dengan Dewi Sujinah adalah adik Sunan Kudus.
Didalam perkawinannya Sunan Murya dengan Dewi

(30) Sujinah berputeralah laki-laki seorang ialah Pangeran Santri dengan gelar
sesebutan Sunan Kadilangu. Adapun isteri Sunan Ampel yng kedua ialah Siti
Korimah puteri Ki Wiryosarojo. Dari isteri ini berputeralah wanita dua orang
ialah pertama Siti Murtasiyah yang menikah dengan Raden Paku dengan gelar
sesebutan Sunan Giri kedua Siti Mursimah. Raden Paku adalah putra Maulana
Ishak dengan isteri dari negeri blambangan. Juga Sunan Giri menikah dengan
Siti Warnah puteri Kyai Geng Bungkul.Kemudian puteri Sunan Bonang ialah
Nyi Dewi Rukhil namanya menikah dengan Jafar Sadik yang nantinya
menerima gelar sesebutan Sunan Kudus.Dari Dewi Rukhil Sunan Kudus
memperoleh anak laki-laki seorang ialah Raden Amir Hasan. Sunan Kudus
menmikah dengan puteri Pangeran Pecat tandha Terung.

(31) dalam perkawinan mereka berputeralah laki-laki dan wanita 8 orang


diantaranya ialah masing-masing yang pertama Nyi Agen Pemyun kedua
Panembahan Palembang ketiga Panembahan Mekaosonggokusumo keempat
Panembahan Kodi kelima Panembahan Karimun keenam Panembahan Joko
ketujuh Ratu Pakojo kedelapan Prodobinabar menikah dengan Pangeran
Poncowati yang menjadi senopatinya Sunan Kudus. Tunda riwayat ini sebentar
digantikan kemudian riwayat yang lain.
Diceritakan Raja Majapahit Prabu Purwawisesa ialah Prabu Krethabumi
bergelar Prabu Brawijaya ke 5berisiteri dengan Nyi Endang Sasmitapura maka
berputera Arya Damar, Arya Dillah namanya yang lain. Sang Arya dijadikan
Bupati di Palembang di bumi Sumatra karena Palembang ada di bawah
kekuasaan Majapahit di Sumatera.

(32) Selanjutnya isteri sang Prabu Brawijaya yang lain ialah Nyi Retna Sio Ban
Ci (Nnamanya cinanya). Nyi Retna Sio Ban Ci anak Tan Gwat ialah Ki Bantong
namanya yang lain ia asalah seorang cina kaya raya bermukim di gresik wilayah
Surabaya dan memeluk agama islam. Sang ayah dan anaknya berguru agama
islam kepada Sunan Ampel Denta. Dalam perkawinannya Nyi Retna Sio Ban Ci
dengan Prabu Brawijaya Krethabumi berputeralah laki-laki seorang Raden
Praba ialah Raden Patah namanya yang lain dilahirkan di Palembang pada tahun
1377 saka (1455/1456 Masehi). Selanjutnya Nyi Retna Sio Ban Ci menikah
dengan Arya Palembang Arya Damar berputeralah laki-laki seorang Raden
Kusen, Dipati Terung namanya yang lain. Adapun isterinya yang lagi Sang
Prabu Brawijaya ialah Nyi Wandan Bondri Cemara namanya, dari isteri Nyi
Wandan Bondri Cemara ini berputeralah laki-laki.

(33) ialah raden bondan kejawen menikah dengan nyi dewi nawangwulan, nyai
lara kidul namannya yang lain.Nyi dewi nawangwulan adalah ratu di mataram
lama, yang masih menganut agama kalacaka Buddha gotama.Di dalam
perkawinannya nyi dewi nawangwulan dengan raden bondan kejawen berputera
wanita, ialah nyi ratu angin angin, di sebut nyai lara kidul, kemudian nyi ratu
angin angin menikah dengan sutawijaya, yang mendirikan mataram
baru.Sesudah usia dewasa raden patah pergi ke pulau jawa berguru agama islam
kepada sunan ampel, lalu raden patah menikah dengan puteri gurunya, ialah nyi
ageng maloka namanya.Pada tahun 1395 saka (1473/1474 masehi) raden patah
mendirikan desa yang di sebut demak.Tidak lama desa itu

(34) menjadi kota yang ramai, lalu menjadi kadipatian demak yang di bawah
kekuasaan majapahit.Tatkala itu prabhu bhrawijaya kretabhumi ialah ayahanda
raden patah menyucikan puteranya.Pada tahun 1397 saka (1475/1476
masehi).Tiga tahun kemudian raden patah dengan kemurnian yang besar
membujuk kewibawaan sang prabhu majapahit, merasa berani berperang
dengan kerajaan majapahit, karena para waliyullah (wali sanga) berdiri di
belakang dirinya dengan bala tentara gabungan, di antarannya dari giri, bonang,
ampel surabaya, cirebon, palembang, kudus, jipang panolan, japara.Adapun
orang-orang muslim yang mendukung adalah dari paseh, tumasik (Singapore) di
hujung mendidi (semenanjung malaya), malaka, campa, arab, parsi, syam,
mesir, dan gujarat yang ada di kota-kota pelabuhan di pulau jawa, mereka sudah

(35) berjanji bersama dengan para pengikutnya bersatu mendukung raden patah
yang bergelar sultan alam akbar al fatah dan ingin memerangi balatentara
majaphit.Tidak lama kemudian angkatan perang besar demak yang menyerbu
keraton ibukota majapahit, dengan membawa alat persenjataan lengkap, lalu
menyerang dahsyat bagaikan harimau babi hutan menyerunduk
maju.Balatentara besar majapahit menyambut balatentara besar demak yang
mendesak terus memasuki ibukota keraton.Ramailah peperangan itu prajurit-
prajuritmajapahit ada yang berlumuran darah, luka-luka dan banyak yang
mati.Sunan undung panglima tentara demak gugur di bunuh oleh panglima
tentara majapahit.Kota besar itu sekarang sudah menjadi medan perang.Darah
membasahi bumi bagaikan sungai dan tidak akan percaya bumi berubah menjadi
lautan darah.Perbuatan itu sesungguhnya amat merugi, karena sesungguhnya
berkeinginan terhindar dari malapetaka.Akhirnya kalahlah balatentara majapahit
di dalam peperangan itu.Banyaklah sudah balatentara

(36) majapahit melarikan diri ke hutan, di antarannya patih udara dengan para
pasukannya, melarikan diri ke timur, dipati terung dan para pengiringnya, lalu
dipati terung tertangkap oleh pasukan demak yang di pimpin oleh raden
patah.Prabhu bhrawijaya dengan seluruh pengikutnya lari ke hutan.Raden
baribin yaitu adik prabhu bhrawijaya kretabhumi dari lain ibu, bersama para
pengiringnya lari ke timur keluar masuk hutan, kemudian ia berhenti sementara
di desa kaleng, lalu berhenti di desa ngayah, selanjutnya melanjutkan
perjalanannya ke kerajaan pajajaran di tanah sunda.Raja pajajaran berkenan
menerimannya dan menyambut dengan gembira kedatangan raden baribin
dengan para pengiringnya.Adapun di jawa timur dipati terung dengan para
pengiringnya memeluk agama

(37) islam.Tatkala itu raja pajajaran sunda banyak para puteranya, dari
permaisuri berputeralah sebagai sang putera mahkota kerajaan pajajaran.Dari
isterinya yang lain, berputeralah laki-laki dan wanita 3 orang, di antarannya
ialah Raden Banyakcatra, ialah Raden Kamandaka namannya yang lain,
menjadi bupati di dayeuh luhur, ketiga wanita Nyi Ratna Ayu Kirana namanya
di kawinkan dengan Raden Baribin, karena raden baribin ini yang di sebut
pandita putra (pendita muda), ketika itu ia menegakkan dan mengajarkan agama
siwa Buddha.Adapun ibunya (ialah ibu raden baribin) adalah puteri sang bopati
wirosobo kawin dengan raja majapahit.Kemudian di dalam perkawinannya,
Raden Baribin dengan Nyi Ratna Ayu Kirana berputeralah laki-laki,

(38) Raden Katuhu namanya lahir pada tahun 1403 Saka (1481/1482
Masehi).Setelah dewasa Raden Katuhu pergi ke Wirasobo tidak beberapa lama
disana lalu diangkat menjadi Bopati Wirosobo ke 2 dengan bergelar Raden
Adipati Wirotomo ke 2.Adapun para bopati di Wirosobo diantaranya ialah
Bopati pertama ialah Adipati Paguwan, Wirosobo pertama, bopati ke 2 ialah
Raden Katuhu, Wirontomo pertama.Bopati ke 3 ialah Adipati Urang,
Wirontomo ke 3 namanya. Bopati keempat Raden adipati Surawin, Bopati ke 5
ialah adipati Surontomo, Jala Tambangan namanya yang lain. Bopati ke 6 ialah
Adipati Wargontomo Pertama.
(39) Diriwayatkan sesudah itu Kerajaan Majapahit kalahlah oleh balatentara
Demak, akan tetapi Majapahit belum musnah dari muka bumi. Hanya baru
wilayah-wilayah Majapahit Utara sepanjang tepi pantai Jawa Timur di bawah
kekuasaan Demak.Negeri Blambangan belum di bawah kekuasaan Demak,
sedangkan Prabu Brawijaya dengan para pengiringnya masih bersembunyi di
hutan.Bala tentara Demak yang dipimpin oleh Raden Patah dengan membawa
perlengkapan senjata lengkap terus mencari jejak balatentara Majapahit.Sudah
banyak desa-desa dilacak. Balatentara Majapahit dan bersama sama balatentara
Ponorogo dapat dilacak oleh pasukan tentara Demak di Ponorogo. Disitu
balatentara Majapahit berhadapan dengan pasukan tentara Demak. Kemudian
mereka berperang, ramailah peperangan itu tetapi,

(40) karena tidak seberapa banyak balatentara Majapahit, maka mereka kalah.
Singkatnya Sang Prabu Brawijaya dengan beberapa orang sisa pengikut setianya
telah habis dahulu pada lari ke barat, masuk hutan keluar hutanlah Sang Prabu,
merasakan selalu kurang puas untuk dihindarkan sang prabu dari bahaya. Pucuk
pimpinan Majapahit itu dibawa bawa ke barat sampai kebukit Sawar.Tidak lama
antaranya Sang Prabu meninggal di bukit tersebut.
Sesudah itu Sang Prabu Girindra Wardhana sebagai gantinya menjadi Raja
Majapahit dengan gelar Prabu Brawijaya Krethabumi ke 6, keratonnya di
Keling Jawa Timur. Merasakan menjadi Raja hanya selama 20 tahun, meninggal
pada tahun 1420 Saka (1498/1499 Masehi), kemudian digantikan oleh Sang
Prabhu Udara dengan nama gelar Prabhu Brawijaya ke 7, keratonnya di kota
Kediri. Lamanya menjadi raja 20 tahun,.Tunda riwayat ini sebentar.

(41) digantikan oleh riwayat lain


Adapun Ali Nurul Alim Ibnu Imam Jalaludin Al Husein menikah dengan
PuteriMesir.Didalam perkawinannya berputeralah beberapa orang laki-laki dan
wanita 4 orang diantaranya masing-masing ialah pertama Sulaiman namanya
menjadi Raja di Baghdad. Kedua Syarifah Halimah menikah dengan syekh
Datuk Khafi (Kahfi) ulama besar islam dari Malaka di Hunjung Mendini.
(Semenanjung Malaya). Ketiga Syarif Abdullah menjadi Raja di Mesir menikah
dengan Nyi Lara Santang, Nyi Syarifah Mudaim namanya yang lain. Keempat
Ungka Yutra namanya menjadi Mangkubumi di Mesir.Sedangkan Sultan
Sulaiman Baghdadi tidak berputera.Didalam perkawinannya Nyi Syarifah
Halimah dengan Syekh Datuk Kahfi, Syekh Nurjati, Syekh Idlofi namanya yang
lain, berputeralah 4 orang diantaranya masing-masing adalah pertama
MaulanaAbdurahman, kedua Nyi Syarifah Baghdad, ketiga Maulana.
(42) Abdurakhman dan keempat Maulana Hafidz, semenjak masih kanak-kanak
4 orang putera Syarifah Halimah ini diaku anak dan dipelihara oleh uwaknya
(kakak bapaknya) ialah Sultan Sulaiman Baghdadi sampai mereka dewasa
karena ibu dan anaknyapergi ke pulau Jawa dan bermukimdi Bukit Amparan di
negeri Cirebon. Adapun adik Nyi Syarifah Halimah, ialah Syarif Abdulah
menjadi Sultan Mesir, didalam perkawinannya Syarif Abdulah dengan Nyi
Syarifah Mudaim berputeralah laki-laki 2 orang, diantaranya masing-masing
ialah pertama Syarief Hidayat kedua Syarif Nurullah namanya.Sedangkan adik
Syarif Abdullah ialah Ungka Yutra menjadi Mangkubumi di keraton kakaknya
di Mesir. Adapun Syekh Datuk Kahfi adalah anak seorang guru agama islam di
Malaka Semenanjung Malaya (Hujung Mendini) sedangkan kakaknya yang
wanita menikah dengan seorang guru agama islam di Mandala Upih Malaka.

(43) Kemudian digantikan oleh Putera adiknya Syekh Bayanullah menjadi


ulama besar islam yang bermukim di Mekah, Syekh Datuk Kahfi pergi ke
Baghdad menikah dengan Nyi Syarifah Halimah disebut Nyi Mas
Rarajatiningsih, Lalu dari Baghdad Syekh Datuk Kahfi melawat ke Mekah
sesudah itu ke Persia. Oleh Raja Persia Syekh Datuk Kahfi diutus ke pulau Jawa
menyiarkan agama islam, lalu Syekh Datuk Kahfi, Syekh Idlohi, Syekh
Nurruljati namanya yang lain sampai di dukuh (desa) Pasambangandengan para
pengikutnya sebanyak 12 orang yaitu 10 orang laki-laki dan 2 orang wanita,
mereka ini semua para duta Persia. Sedangkan guru Quro di Kerawang Syekh
Hasanudin namanaya duta sang Raja negeri Campa. Oleh Ki Mangkubumi
Jumajanti yang menguasai desa-desa di wilayahnya memberikan gambaran
keadaan yang sebenarnya. Putera Raja Pajajaran ialah Pangeran
Walangsungsang beserta isteri dan adiknya ialah

(44) Nyi Mas Lara Santang berguru agama islam kepada Syekh Datuk Khahfi,
selama tiga tahun lalu kebetulan Pangeran Walangsungsang menjadi Kuwu
Cirebon ke2.
Tunda dulu riwayat ini sebentar, digantikan selanjutnya dengan riwayat lain.
Setelah Majapahit dikalahkan oleh balatentara Demak, Kemudian berdirilah
kerjaan Demak. Sang Prabu ialah Raden Patah menjadi Raja (sultan) Demak
pertama, dengan gelar Sultan Alam Akbar Abdulfatah Al Jawi pada tahun 1400
Saka (1478/1479 Masehi). Menjadi Sultan selama 40 Tahun, kemudian
digantikan oleh putranya sebagai Sultan Demak ke 2 ialah Raden Surya yang
bergelar Sultan Yunus Abdulkadir Ibnu Abdulfatah Al Jawi lamanya hanya tiga
tahun, lalu digantikan oleh adiknya ialah Raden Trenggono dan bergelar Sultan
Akhmad Abdul Arifin Ibnu Abdulfatah Al Jawi.

(45) merasakan menjadi Sultan lamanya 25 tahun, karena ia meninggal pada


tahun 1468 Saka (1546/1547 Masehi). Adapun Patah banyak puteranya
diantaranya masing-masing ialah pertama Ratu Ayu Kirana bergelar Nyi Ratu
Mas Purnamasidi lahir pada tahun 1400 Saka(1478/1470 Masehi) diperisteri
oleh Pangeran Sebakingkin ialah Pangeran Hasanudin yang menjadi Sultan
Banten pertama usianya sama suami isteri ini. Di dalam perkawinannya
berputeralah 2 orang laki-laki dan perempuan ialah Nyai Ratu Pembayun
bersuamikan dengan Ratu Bagus Angke yang kelak menjadi pengusa di Sunda
Kalapa.Kedua Pangeran Arya disebut Pangeran Jepara sejak kanak-
kanakdijadikan anak dipelihara oleh Ratu Kalinyamat. Adapun isteri pertama
Pangeran Hasanudin ialah cucu Sultan Indrapura, dari isteri ini Pangeran
Hasanudin berputera laki-laki Pangeran

(46) Yusuf yang kelak menggantikan ayahandanya menjadi Sultan Banten ke 2


karena ia sebagai putera mahkota Banten dan ibunya adalah sebagai permaisuri
Sultan. Sultan Hasanudin adalah putera Sunan Jati Cirebon dari ibu Nyi Mas
Kawunganten namanya.
Putera Raden Patah yang ke dua ialah Raden Surya, Pangeran Sabrang Lor
namanya yang lain lahir pada tahun 1402 Saka ( 1480/1481 Masehi ). Ketiga
Pangeran Trenggono, keempat Ratu Pembayun, kelima Ratu Ayu Wulan, Ratu
Mas, Ratu Nyawa namanya yang lain. Pangeran Trenggono lahir pada tahun
1405 Saka (1483/1484 Masehi ).
Tiga tahun kemudian Ratu Pembayun lahir, dua tahun kemudian Ratu Nyawa
lahir.Putera keenam Raden Patah ialah Pangeran Seda Lepen, ketujuh Raden
Kenduruan kedelapan Rden Pamekas.

(47) Pangeran Seda Lepen lahir pada tahun 1412 Saka (1490/1491 Masehi), dua
tahun kemudian Raden Kenduruan lahir, tiga tahun kemudian Raden Pamekas
lahir.
Pada usia 26 tahun Raden Surya pergi ke Cirebon, Palembang, Paseh lalu
singgah di Malaka. Ia pergi ke Utara oleh karena itu ia disebut Pangeran
Nyabrang Lor ialah Pangeran Sabrang Lor. Disana (Malaka) Pangeran Sabrang
lor menikah dengan Puteri sang penghulu Mandala Upih. Tatkala orang-orang
Portugis ingin menjajah Malaka,, Pangeran Sabrang Lora dengan balatentaranya
mengadakan pemberontakan lalu mengadakan perlawanan menyerang
balatentara Portugis, meskipun demikian jerih payahnya tidak berhasil.
Akhirnya negeri Makala terjajah oleh balatentara Portugis.Sesudah itu mereka
(portugis) berkeinginan ke pulau Jawa berulah sebagai pedagang.

(48) besar. Pangeran Sabrang lor menitipkan isterinya kepada orang tuanya di
Malaka, kemudian ia melawat ke Paseh, Plembang, Demak dan Cirebon. Oleh
ayahandanya (Sultan Demak) Pangeran Sabarang Lor dijadikan Senapati
Sarwajala (Panglima Angkatan Laut Kerajaan Demak) hanya baru memimpin
beberapa puluh perahu dan balatentaranya, merasa Sultan Demak ialah Raden
Patah perlu mengadakan persahabatan dengan Kerajaan Cirebon, Palembang
dan Paseh karena Portugis sudah ingin menjajah kerajaan-kerajaan tersebut.
Beberapa waktu Senapati ( Pangeran Sabrang Lor ) bermukim di Cirebon,
kemudian ia menikah dengan puteri Sunan Jati ialah Nyi Mas Ratu Ayu, tidak
lama antaranya Pangeran Sabrang Lor secara serempak memerangi Portugis ke
Malaka, oleh karena itu balatentara Demak, Surabaya, Jepara, Cirebon,
Palembang,dan Paseh sebanyak 12.000 enam ratus dua puluh tiga orang dan 94
buah perahu besar kecil menyerbu Portugis di negeri Malaka, tetapi dalam
peperangan balatentara yang dipimpin

(49) oleh Pangeran Sabrang Lor mendapat kekalahan,sebab selalu lengah dan
perahu Demak banyak yang remuk dan karam di tengah lautan, penyerangannya
gagal kemudian ia kembali ke Jawa dengan sedih hatinya sang Senapati.
Tambah lagi Paseh sudah terjajah oleh Portugis.Pangeran Sabrang Lor sudah
menjadi Sultan di Demak kedua itu gugur di dalam peperangan.Kemudian
isterinya diperisteri oleh Fadhilah Khan, selama tiga tahun Pangeran Sabrang
Lor menjadi suami isteri dengan Nyi Mas Ratu Ayu tidak meninggalkan
keturunan.Dengan Fadhilah Khan, Nyi Ratu Ayu berputera Nyi Mas Ratu
Winawati Raras pada tahun 1447 Saka (1512/1513 Masehi). Pada usia 19 tahun
Nyi Mas Ratu Winawati Raras

(50) Menikah dengan Pangeran Suwarga, ialah Pangeran Adipati Cirebon,


putera Pangeran Pasarean dengan ibu Nyi Mas Ratu Nyawa. Pangeran Pasarean
adalah adik Nyi Mas Ratu Ayu.Jadi ini merupakan besanan sama-sama cucu
Sunan Carbon, ialah Syarif Hidayatullah.
Diriwayatkan setelah kerajaan Demak dengan Cirebon sudah sama-sama
berkuasa lalu mereka juga sama-sama membangun Masjid Agung Demak dan
Masjid Agung Cirebon.
Di Jawa para waliyullah masing-masing mazhab mereka, ada yang Syafei,
Hanafi, Hambali dan Maliki. Sultan Demak dan para pemuka wilayah, sebagian
besar balatentaranya adalah penganut Hanafi, sebab Raden Patah adalah murid
Sunan Ampel yang ia penganut Hanafi. Dan juga Sunan Bonang, Sunan Giri,
Arya Abdillah Palembang, Syekh Quro, ialah Syekh Hasanudin di Karawang,
Syekh Bentong, Pangeran

(51) Sabrang Lor, Raden Kusen, Sunan Kudus.


Suna Jati adalah penganut Syafei, juga Fadhilah Khan, Maulana Ishak,Syekh
Datuk khahfi, ialah Syekh Nurjati namanya dan murid-murid Sunan Jati juga
penganut Syafei, seperti Ki Gedeng Bungko, Ki Gedeng Krangkeng, Ki Gedeng
Mundu ialah Ki Lobama namanya yang lain, Ki Gedeng Babadan Ki Buyut
Kalisapu, Tumenggung Jaya Oreyan, Ki Buyut Pekik, Ki Gedeng Dremayu, Ki
Buyut Karangampel, Ki Gedeng Ujung Semi, Ki Gedeng Bayalangu, Ki Gedek
Gegesik, Nyai Gedeng Panguragan, Ki Gedeng Pajarakan, Ki Gedeng
Sendangkasih, Ki Gedeng Luragung, ialah Ki Gedeng Kemuning, Ki Gedeng
Tegalgubug,, Ki Gedeng Buntet, Dipati Keling, Pangeran Santri, Pangeran
Muhamad, Pangeran Losari, Pangeran Wulung, Pangeran Welang, Tumenggung
Jayabaya, Ki Gedeng Jatimerta, Ki Selapandan, Dipati Anom,

(52) Dipati Sukawiyana, Dipati Selanunggal, Ki Waruangga, Ki Surayuda,


Deman Anggapati, Pangeran Rajalaut, Ki Gedeng Tameng, Ki Buyut Kegiren,
Ki Buyut Cangkring, Pangeran Losari, Ki Gedeng Srengseng, Ki Gedeng
Pakadangan, Ki Gedeng Panjalu, Ki Gedeng Sindangkempeng, Ki Gedeng
Wanacala, lalu para Ki Gedeng dan para pemuka-pemuka Rajagaluh,
Leuwimunding, Kawali, Telaga, Cikijing, Luragung,, Kuningan, Dayeuhluhur,
Pasirluhur dan banyak lagi lainnya.
Adapun yang menganutnya Syiah, bukankah ajarannya Syekh Lemahabang, dan
banyak murid-muridnya di Jawa Timur dan Jawa Barat, Diantaranya adalah
masing-masing Ki Kebo Kenongo ialah Kyai Geng pengging, menjadi Bupati
Pengging, lalu Pangeran Panggung, Sunan Geseng, Ki Lontang, Ki Datuk
fardhun dari keeling, ki jaka tingkir, kayai ageng butuh ialah kimas manca, ki
gedeng lemahputih, pangeran jagasatru, ki gedeng tedeng, ki anggraksa, ki
buyut kalijaga, ki gedeng sampiran, ki gedeng trusmi, ki gedeng carbon girang,
pangeran carbon, ki buyut weru, ki buyut kemlaka, ki buyut truwag, ki buyut
tukmudal, dipati cangkwang, pangeran panjunan, syekh duyuskani, ialah
pangeran kejaksan namannya yang lain, pangeran kejawanan, pangeran
cucimanah, pangeran mungsi, dipati suraneggala, ki gedeng ujung gebang, ki
gedeng panguragan, ki gedeng ender, ki buyut bojong, ki buyut kedongdong,
dan banyak lagi lainya.Adapun yang penganut hanafi, di antarannya masing-
masing ialah sunan ampel denta,

(53) Sunan bonang, sunan giri, sultan demak raden patah, pangeran sabrang lor,
syekh quro karawang, ialah syekh hasanuddin namannya yang lain, syekh
majagung, raden sepat, sunan kudus, dan muridnya ialah arya panangsang,
syekh bentong, dan banyak lagi lainnya di jawa timur.Sedangkan sunan kalijaga
mula-mula penganut hanafi, lalu syiah.Setelah syekh lemahabang wafat murid-
muridnya banyak di jawa timur dan jawa barat, beberapa di antarannya ialah
kyai ageng pamanahan, kyai geng sela, ialah ki juru mertani namannya yang
lain, Pangeran Trenggono, Sutawijaya.
Kemudian para Bopati Pesisir Jawa Barat anak menantu sunan jati menganut
syafei, diantarannya ialah pangeran sebakingkin, ialah sultan banten pertama
yang bergelar pangeran hasanuddin, bupati sunda kalapa, ialah fadhilah khan,
kemudian mereka yang memimpin cirebon mewakili sunan jati, ialah pangeran
Muhammad arifin di sebut pangeran pasarean, lau sultan Indragiri

(54) ialah mertua pangeran hasanuddin, ratu bagus angke, lalu putera sultan
banten ialah maulana yusuf, pangeran suwarga ialah dipati carbon pertama, pada
waktu itu agama islam ada tiga penganut yang besar, yaitu hanafi, terbanyak di
demak jawa timur, syafei terbanyak di jawa barat, ialah di cirebon, sunda kalapa
dan banten.Sedangkan syiah adalah di jawa timur dan jawa barat di desa-desa
wilayah demak dan cirebon.Maliki dan hambali tidak seberapa banyak.Para
penganut syiah di jawa timur ingin mendirikan sebuah kerajaan tersendiri di
penggiring.Kyai ageng kebo kenongo ingin menjadi raja dan tidak mau di
perintah di bawah kekuasaan demak, karena ia menurut saja perintah dan
mendapat persetujuan dari syekh lemahabang, para pembesar wilayah

(55) yang menganut syiah mengadakan persahabatan (komplotan/klik) kepada


kyai geng pengging, oleh karena itu raden patah memerintahkan sunan kudus
dengan membawa bala pasukan, mendatangi pengging, lalu bala pasukan demak
menyerbu bala pasukan pengging .Di situ kyai geng pengging di bunuh oleh
sunan kudus.Keinginannya untuk mendirikan kerajaan gagal.Sunan geseng di
tangkap lalu di bunuh.Sedangkan syekh lemahabang melarikan diri ke jawa
barat, sultan demak meminta bantuan kepadasunan cirebon agar syekh
lemahabang di tangkap.Sebab demak dan cirebon bersahabat dan merupakan
besan.Lagi pula cirebon senantiasa memberikan bantuan kepada kerajaan
demak.Tatkala itu syekh lemahabang sedang bermukim di cirebon girang, lau di
tangkap oleh balatentara cirebon dan demak, akhirnya syekh lemahabang di
bunuh oleh sunan kudus.Selanjutnya raden patah dan sunan

(56) Cirebon menghendaki agar orang-orang penganut syiah semuanya di


tangkap dan di bunuh.Akan tetapi kehendak mereka ini di cegah oleh para sang
penasehat di antarannya pangeran cakrabuwana, syekh bentong, pangeran
panjunan, sunan kalijaga senapati pangeran carbon dan beberapa pemuka
kerajaan wilayah di cirebon.Akhirnya kehendak mereka itu di urungkan.Di
riwayatkan tatkala kanak-kanak raden patah di sebut dengan nama raden
praba.Ibunya memberikan nama jin bun, oleh sebab itu ada yang menyebut pula
dengan sesebutan panembahan jinbun.Gurunya, ialah sunan ampel, memberikan
gelar abdul patah, raden patah, oleh para waliyullah di sebutnya sultan alam
akbar.Warga masyarakat biasa menyebut raden natapraja, sunan demak, ialah
sunan kuning, sultan bintara namannya yang lain.Sedangkan pangeran sabrang
lor.Tatkala kanak-kanak namannya raden surya,

(57) setelah ia di anggap sudah menjadi seorang muslim yang alim dan berbakat
di berilah gelar raden yunus. Pada waktu menjadi Bopati disebut Dipati Yunus.
Pada umur 23 tahun ia pergi ke Malaka, disana menjadi pemuka/penghulu
orang-orang Jawa di Desa Upih disana diberikan gelar kehormatan nama Ki
Datuk Kodir, Abdul Qodir namanya yang lain, disebabkan ia pergi ke Utara
yaitu ke Malaka (menyeberang), oleh karenanya masyarakat menyebut
Pangeran Sabrang Lor (Sang Pangeran yang menyebrang ke Utara), Ki Datuk
Kodir menikah dengan Puteri penghulu masyarakat di Desa Upih pada tahun
1427 Saka (1505/1506 Masehi). Menikah dengan Nyi Mas Ratu Ayu ialah
sebagai isteri yang kedua pada tahun 1433 Saka (1511/1512 Masehi).Pada
waktu menjadi Sultan disebut Sultan Yunus Abdul Kodir Ibnu Abdulpatah Al
Jawi.
Sedangkan Raden Trenggono, ketika kanak-kanak bernama Raden Ahmad.

(58) Oleh gurunya diberi nama Abdularifin, Dahulu ketika ayahandanya


melawat ke Sultan Trenggono di Hujung Mendini (Semenanjung Malaya),
bertepatan dengan ibunya mengandung dirinya, ketika lahir diberi nama Raden
Trenggono.
Tatkala menjabat Raja bergelar Sultan Ahmad Abdularifin ibnu abdulpatah al
Jawi.
Adapun Senapati (panglima) perang Kerajaan Demak, ialah Sunan Undung, lalu
digantikan oleh Sunan Kudus, Jafar Sadik namanya yang lain. Sedangkan
Senapati Sarwajala (Panglima Angkatan Laut), ialah Pangeran Sabrang Lor.
Sedangkan Senapati Yudalaga (Panglima Perang) Kerajaan Cirebon ialah
Pangeran Carbon putera Pangeran Cakrabuwana, yang kedua Dipati
Cangkwang, Senapati Sarwajala (Panglima Angkatan Laut) ialah Kyai Ageng
Bungko, Raden Jaka Taruna

(59) Namanya yang lain. Ia bersal dari Blambangan Jawa Timur tatkala ia masih
usia taruna (muda). Panglima Angkatan Laut yang ke dua ialah Dipati Keling.
Tunda dulu riwayat ini sebentar, digantikan selanjutnya oleh riwayat yang lain.
Meskipun demikian Kerajaan Demak sudah berdiri dengan Sultan yang pertama
ialah Raden Patah. Kekuasaanya hanya baru setengah daerah Pesisir di Jawa
Timur, akan tetapi Kerajaan Majapahit belum sirna. Disebelah Selatan Timur di
wilayah Jawa Timur di situ berdiri Raja Prabu Girindhra Wardhana, ia disebut
juga Prabu Brawijaya. Diajarkan (diceritakan) bahwa sang Prabu Majapahit
membunuh patihnya ialah Rakyan Putahan, lalu Sang Prabu Girindra Wardhana
dibunuh oleh Prabu Udara ialah Patih Kediri. Prabu Udara ialah putera Sang
Patih Majapahit, Rakyan Patahan. Kemudian Sang Patih yang mati itu
digantikan oleh Prabhu udara menjadi Raja Majapahit pada tahun 1420 Saka
(1498/1499 Masehi) dengan gelar Prabhu

(60) Brawijaya juga. Dirasakan para Dipati Pesisir Jawa Timur tidak lagi
memikirkan kepada Majapahit, bukankah Sang Adipatih Pesisir sudah pada
bersahabat dengan Raja Demak dan menguasai seluruh pelabuhan perahu, oleh
karena itu Prabhu Udara kemudian bersahabat dengan orang-orang Portugis
yang telah menjajah Malaka di Sanghiang Hujung. Prabhu Udara lalu mengutus
beberapa para pembesar negeri ke Malaka, ialah kepada pimpinan balatentara
Portugis, Bungker Bule (d Al Buquerque-pen) namanya, dengan mambawa
barang-barang hadiah, anggapannya ialah agar balatentara Portugis selalu
membantu Majapahit, apabila sewaktu-waktu balatentara Demak menyerang
Majapahit, akan tetapi Portugis tidak pernah muncul-muncul di Majapahit, akan
tetapi Portugis tidak pernah muncul-muncul di Majapahit, oleh karena itu pada
tahun 1439 Saka (1517/1518 Masehi) Demak menyerbu Kerajaan Majapahit.
Balatentara besar Demak mendatangi kerajaan Majapahit.

(61) Balatentara besar Demak. Penyerangan Demak ini dibagi menjadi dua ,
separuh adalah pasukan pedati yang dipimpin oleh Raden Patah dan Panglima
Angkatan perang Sunan Kudus. Perjalanan ini mendapatkan kesulitan di
Madiun, Kediri kemudian di Majapahit. Sedangkan balatentara yang menaiki
perahu sebanyak itu yang dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lor, Patih Yunus
namanya yang lain mendatangi sedayu, lalu ke Japaratan. Dari Japaratan yang
dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lor berhadapan dengan balatentara
yangdipimpin oleh Raden Patah, lalu menjadi satu menyerang dan berperang
saling menusuk.Balatentara Demak menggepur Majapahit.Perang mereka amat
bersemangat, saling memukul, saling menusuk. Balatentara Demak sangat
bernafsu mendesak terus bagaikan babi hutan menyeruduk. Mereka saling
mengingini kemenangan. Akhirnya balatentara Majapahit dilumpuhkan oleh
Balatentara Demak,

(62) Balatentara Majapahit sisanya melarikan diri ke timur masuk hutan keluar
hutan tujuannya akan ke Blambangan, karena di Blambangan masyarakatnya
belum memeluk agama islam, dan tidak tunduk kepada Sultan Demak. Setahun
kemudian Raden Patah Sultan Demak pertama wafat, lalu puteranya yaitu
Pangeran Sabrang Lor menggantikan ayahandanya menjadi Sultan Demak
lamanya 3 tahun, sesudah Pangeran Sabrang Lor wafat, adiknya ialah Raden
Trenggono menggantikan kakaknya menjadi Sultan Demak ketiga, begitu juga
Majapahit sudah sirna. Tetapi sisa-sisa balatentara melarikan diri ke
Blambangan menggabungkan diri dengan balatentara Blambangan, sebab
mereka memeluk agama Hindu-Budha. Adapun kota Raja Panarukan ,
Pasuruhun dan Blambangan ada mereka yang melarikan diri ke pulau Bali, oleh
karena itu pada tahun 1468 Saka (1546/1547 Masehi) Raden Trenggono
menyerbu ke Pasuruhun.

(63) Dahulu riwayat balatentara Demak berperang di Jawa Barat sudah


diriwayatkan dalam naskah Nagara Kretabhumi buku II. Dalam naskah ini akan
diriwayatkan berperangnya balatentara Demak di Jawa Timur, penyerbuan Raja
Supiturang yaitu sang Prabu Ranggapermana selalu menyerbu ke desa-desa
yang di bawah kekuasaan Demak. Banyak golongan penganut Demak terbunuh
di desa-desa wilayah dua kota, ialah kota Giri dan Gresik. Balatentara
Supiturang berdatangan di kota-kota itu, banyak warga masyarakat yang
dibunuh dan harta bendanya dirampas.Perbuatan dan penyerbuan yang semena-
mena dari kerajaan Supiturang itu mendapat dukungan dari Ratu Daha dan
Mataram, karena mereka berkeinginan menghacurkan kekuasaan kerajaan
Demak.Dengan demikian Sultan Trenggono berkeinginan untuk memerangi
Supiturang dengan kerajaan-kerajaan wilayahnya (Daha dan
Mataram).Kemudian Demak memerangi Supiturang.Penyerangannya sangat
tiba-tiba, sehingga peperangan mereka amat tangguh.
(64) Saling mukul, saling tusuk, balatentara Demak serempak menerjang
menuju ke kota kerajaan, Balatentara Supiturang sungguh-sungguh bertahan,
tetapi walaupun demikian banyak yang terbunuh, berguguran di medan laga,
akhirnya Demak memperoleh kemenangan. Sisa balatentara banyak yang
melarikan ke Blambangan, raja dan para pengiringnya melarikan diri ke hutan,
bersembunyi keluar hutan masuk hutan, setelah itu lalu Daha, akhirnya Mataram
semuanya dapat dikalahkan oleh Demak.Peperangan ini memakan waktu selama
tiga bulan.Balatentara Supiturang yang masih sisa, Daha dan Mataram
melarikan diri ke Pasuruan, Panarukan dan Blambangan.Kemudian yang
negaranya kalah perang di bawah kekuasaan Demak. Oleh karena tiga kerajaan
dijadikan satu, oleh karenanya pasukan tentara Panarukan, Pasuruan dan
Blambangan pada waktu itu besar sekali jumlahnya tidak terhitung banyaknya.
Oleh sebab itu Sultan Trenggono meminta bantuan kepada Sunan Jati agar
balatentara Cirebon, Banten dan Sunda Kalapa diharapkan turut memerangi
semua kerajaan Hindu yang ada di Jawa Timur. Kebetulan Suna Jati
mengabulkan maksud dan tujuan Sultan Demak dan menyambutnya dengan
suka cita, oleh karena itu Sultan Demak mengutus adiknya, ialah Ratu
Pembayun pergi ke Sunda Kalapa menghadap kepada Fadhilah Khan ialah
Boptai Sunda Kalapa agar balatentara Jawa Barat membantu memerangi
kerajaan Blambangan, Panarukan dan Pasuruan. Oleh karena itu balatentara
Jawa Barat sejumlah 7.260 orang. Amat berbeda sekali tatkala memerangi
Portugis di Sunda Kalapa dahulu pimpinan Sinto Bule ( Fransisco De Sa-Pen)
namanya hanya cukup dengan 42 orang saja. Seluruh balatentara besar dipimpin
oleh sang Panglima Perang Fadhilah Khan sebagai Panglima Angkatan Perang
Jawa Barat berangkat menuju Jawa Timur. Setelah memakan waktu 14 hari dan
malam dalam perjalanan,

(65) balatentara besar Jawa Barat dibalah di Japara, lalu menjadi satu dengan
balatentara Demak. Kemudian balatentara besar itu menyerbu Panarukan.
Balatentara Demak dan balatentara dari Jawa Barat seluruhnya dipimpin oleh
Sultan Trenggono dan Panglima besar (maha senapati) angkatan perang. Disana
Raja Panarukan telah menyiapkan balatentara besar dengan 3007 perahu besar
kecil, lalu di tengah lautan berperanglah mereka ( Demak dan Panarukan) dalam
peperangan laut itu banyak perahu yang hancur dan karam sisanya
mengundurkan diri ke pesisir lalu segera memperkuat balatentara yang ada di
kota kerajaan. Tatkala itu semangat masyarakat meluap-luap, hiruk pikuk
suaranya menggetarkan hati. Tidak lama antaranya balatentara Demak
menyerbu kota Panarukan tatkala keremangan senja menjalari alam penyerang
bergemuruh bagaikan babi hutan menyeruduk tidak ingat segempil nyawa.
Balatentara Blambangan dan

(66) Pasuruan sampai di Panarukan memberikan bantuan kepada balatentara


Pasuruan.Para pemuka wilayah dari desa-desa sekitarnya datang di medan laga
untuk berperang menyerbu balatentara Demak. Tidak berapa lama, maka
peperangan menjadi semakin gigih.Balatentara Demak dan Panarukan banyak
yang sudah mati. Sultan Demak dan para Panglima para pemuka prajurit
(perwira) dan para senapati berlumuran darah di tubuhnya, karena balatentara
Panarukan belum kalah, bangkai-bangkai bergelimpangan dimana-mana tidak
terhitung banyaknya. Amat seram jalannya peperangan, saling pukul, saling
tangkis, dan tusuk dengan sangat lincahnya, kedua belah pihak sama-sama
kuatnya. Sultan Demak berkeinginan untuk mengakhiri peperangannya, kedua
belah pihak

(67) sudah banyak yang mati terbunuh. Para pembesar Negara, Panglima dan
Sultan Demak berkumpul mengadakan pertemuan untuk merundingkan perihal
perang.Pertama, bukankah sebagai pokok pembicaraan mengejar Supiturang
dengan ratu-ratu bawahannya(ratu-ratu sekutunya). Sedangkan Sultan Demak,
Raden Trenggono terluka berlumuran darah memanggil manggil anak
sahayanya samapi tiga kali tidak mendengarnya. Adapun pembatu sahayanya itu
adalah anak-anak yang masih berusia sepuluh tahun, putera Patih
Surabaya.Marahlah Sultan Demak kepada anak itu tidak mengerti maksud
Sultan, ialah untuk disuruh mengambil tempat kapur sirih, lalu anak itu
ditempelengnya tidak seberapa sakitnya. Tidak lama kemudian sang anak
karena kesakitan, maka timbul marahnya, kemudian mencabut kerisnya
langsung ditusukkan, sang anak melakukan itu karena ingin membalas, karena
sakit hatinya kepada Sang Sultan.

(68) Akhirnya Sultan Demak tertusuk keris oleh keris sang anak, lalu anak itu
lari sang Sultan Demak mangkat.Sang anak ditangkap oleh prajurit yang sedang
menjaga anak sultan, karenaia adalah pasukan bayangkari kerajaan/pasukan
bayangkari Sultan Demak.Akhirnya anak itu dibunuh dan ibu bapaknya serta
famili-familinya dibunuh semua. Ternyata sebabnya ayah sang anak dan family-
familinya adalah sahabat/sekutu dengan raja Supiturang sang Prabu
Ranggapermana menyuruh untuk membunuh Sultan Demak, demikianlah
kehendak sang Prabu Ranggapermana. Setelah selesai mengurus sang jenazah
sang Sultan Demak, kemudian semua balatentara Demak pulang ke Demak.
Terhentilah peperangan itu.Keinginan Sang Sultan Demak untuk mengejar
Supiturang dengan seluruh raja-raja sekutunya gagal.Setelah wafatnya Sang
Sultan Raden Trenggono, di Demak lalu timbul huru hara (keributan) karena

(69) Karena para keturunan dan famili kerabatnya pada mengigini singasana
kerajaan Demak. Perlu diketahui menurut perkiraannya setelah wafatnya
Pangeran Sabrang Lor, ialah Sultan Sultan Demak kedua, seharusnya yang
menjadi Sulta Demak ketiga adalah Pangeran Sekar Seda Lepen, tetapi ketika
itu sang Pangeran dibunuh oleh Sunan Prawata ialah putra Raden Trenggono,
oleh sebab itu Raden Trenggono menjadi Sultan Demak ketiga menggantikan
kedudukannya. Sultan Trenggono menjadi Sultan lamanya 25 tahun. Sesudah
ayahandanya wafat Sunan Prawata ingin menggantikan kedudukannya, tetapi
Arya Panangsang putera Pangeran Sekar Seda Lepen balas dendam, Sunan
Prawata dibunuh oleh Arya Pangsang. Huru hara, bunuh membunuh diantaranya
beberapa famili menjadi korban yaitu beberapa balatentara Cirebon yangt
dipimpin oleh Pangeran Mohammad Arifin ialah

(70) Pangeran Pasarean namanya yang lain Putera Sunan Jati Cirebon yang
membantu kepada pasukan lalu menyerbu memerangi pasukan tentara Arya
Panangsang ialah Bopati Jipang karena Arya Pangsang unek-unek Demak
dengan membunuh Sunan Prawata. Pasukan Cirebon banyak yang
mati.Sedangkan Pangeran Pasarean gugur ditusuk oleh Arya Panangsang di
dalam peperangan itu.Kemudian jenazah Pangeran Pasarean dibawa ke
Cirebon.Pangeran Pasarean adalah suaminya puteri Demak Nyi Mas Ratu
Nyawa ialah adik Sultan Trenggono yaitu putra Raden Patah.Ketika itu
Pangeran Pasarean sedang bermukim sementara di Demak dengan isterinya.
Tatkala itu sang Pangeran amat besar pengaruhnya di Cirebon, karena ia
mewakili kedudukan singgasana Sunan Jati Cirebon. Akhirnya Arya
Panangsang dibunuh oleh Kyai Geng Pamanahan diperintah oleh Adiwijaya
menjadi Sultan Pajang. Dahulunya Arya Panangsang murid Sunan Kudus Yang
senantiasa bersahabat dengan Bopati Jipang. Dalam huru hara keributan
banyaklah orang-orang penting menjadi korban pembunuhan, seperti halnya
Pangeran Hadiri suami Nyai Ratu Kalinyamat adik Sultan Trenggono dibunuh
oleh Arya Panangsang.Adapun kekuasaan kerajaan Pajang diantaranya adalah
Sedayu, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Tuban, Pati, Demak, Pamalang, Purbaya,
Blitar, Selaron, Krapyak, Mataram dan banyak lagi wilaya-wilayah lainnya.
Adapun Sultan Pajang Adiwijaya banyak namanya
(71) ialah Adiwijaya, Mas Karebet,Ki Jaka Tingkir, dan Panjimas ia adalah
putera Ki Kebo Kenongo Bupati Pengging murid Syekh Lemahabang.
Adiwijaya beristeri dengan puteri Raden Patah Sultan Demak pertama.Pada
waktu itu Pajang bersahabat dengan Cirebon, Sunda Kalapa, Banten dan
Sumedang. Fadhilah Khan senantiasa menjadi Duta Jawa Barat di Pajang
sebagai mewakili Sunan Jati Cirebon. Kerajaan Pajang menganut Islam Syiah
karena hasil ajaran Syekh lemahabang yang telah dianut mantap oleh warga
masyarakat disitu. Cucu laki-laki Fadhilah Khan ialah Ratu Mas yang telah
digelari nama Panembahan Ratu yang bermukim di Pajang selama 16 tahun,
berguru, berperang dan politik serta pemerintahan Negara, kemudian Cirebon
dengan Pajang besanan yaitu Panembahan Ratu ditikahkan dengan puteri

(72) Sultan Pajang ialah Nyi Mas Ratu Lampok Angroros karena Sultan Pajang
sudah membalaskan duka cita Cirebon ialah membunuh Arya Panangsang yang
telah membunuh Pangeran Pasarean .Pada tanggal 13 Paro terang bulan
Pasyamasa tahun 1468 Saka (1546/1545 Masehi) sampai tahun 1474 Saka
(1552/1553 Masehi) yang memerintah Cirebon ialah Sunan Cirebon dan
Pangeran Adipati Suwarga sebagai Dipatih Cirebon pertama yang selalu
mewakili Sunan Cirebon didalam menjalankan politik pemerintahan dan seluruh
balatentara Kerajaan Cirebon.Pangeran Suwarga meninggal pada tahun 1487
Saka (1565/1566 Masehi). Tunda dahulu riwayat ini sebentar, digantikan oleh
riwayat yang lain.
Diriwayatkan, setelah Syekh Lemahabang tiba di Pulau Jawa.

(73) semua para waliyullah yang sudah ada di Jawa tidak menyukai
pemikirannya. Karena Syekh Lemahabang dan pengikut-pengikutnya walaupun
sama-sama agama islam, ia telah berbuat memalukan dan senantiasa menjadi
ejekan setiap permusyawaratan dengan mereka perihal membicarakan
keagamaan dan syiar serta hal-hal lainnya yang menyangkut pembinaan dan
penyebaran agama islam.
Dia berkeinginan bahwa masalah agama adalah soal mandiri dan khusus bagi
umat islam, tidak boleh dikaitkan dengan hajat hidup manusia pribadi dan
manusia sosial, (tidak usah dipikirkan masalah kaitannya manusia sebagai
makhluk pribadi dan makhluk social, dalam arti akan menghilangkan hablum
minannas dan blumminallahnya).Adapun syekh lemahabang di lahirkan di
malaka di semenanjung Malaya.Ia terbilang masih ada hubungan kerabat dekat
dengan syekh datuk khahfi, sunan ampel, syarif hidayat, pangeran panjunan dan
para waliyullah lainnya di pulau jawa.Demikian jalanya riwayat.Waktu kanak-
kanak syekh lemahabang dinamai abduljalil, sesudah dewasa ia pergi ke negeri
persi, lalu bermukim sementara di kota bagdad.Di sana abduljalil berguru agama
islam kepada ulama besar islam yang menganut syiah muntadzar,

(74) oleh karena itulah ia pun sebagai penganutnya setelah ia menjadi seorang
waliyullah, lalu ia pergi ke Gujarat.Dari Gujarat kembalilah ia ke malaka.Di sini
abduljalil yang sudah di sebut ki syekh datuk jabalrantas atau ki syekh datuk
abduljalil.Tatkala itu ia menikah dengan seorang wanita dari Gujarat.Dalam
perkawinannya ia memperoleh beberapa orang anak, salah satu di antarannya
ialah ki datuk bardut, ki datuk fardhun, lalu pergi ke bagdad bermukim di
tempat kediaman kerabatnya di sana.Selanjutnya pergi ke pulau jawa.Di sini
syekh lemahabang bermukim di bukit amparan jati dengan syekh datuk khahfi,
karena syekh datuk khahfi adalah termasuk masih kerabat dekatnya.Beberapa
lamanya ia di bukit amparan jati, lalu bermukim di cirebon girang.Di sini ia
memperoleh banyak murid-muridnya,

(75) selanjutnya ia bermukim di pengging, karena bopati pengging ialah kyai


ageng kebo kenongo menjadi muridnya.Dan sang kyai memberikan fasilitas dan
bantuannya kepada sang gurunya.Di pengging syekh lemahabang memperoleh
banyak murid-muridnya, para pejabat negeri, sang juru (pegawai ahli), warga
masyarakat menyukai dan senang menjadi muridnya.Tidak lama kemudian ia
bermukim di cirebon yaitu di panjunan dengan pangeran panjunan.Waktu itu ia
selalu berkeliling ke desa-desa cirebon.Tidak seberapa lama sudah banyak
murid-muridnya.Dari cirebon lalu ke banten, kemudian ke Palembang di pulau
sumatera.Ia oleh para wali sanga (dewan wali di jawa) dimusuhi, karena syekh
lemahabang membeberkan ajaran yang di anggap terlarang dengan mengajarkan
umat islam tidak usah menjalankan syariatnya.

(76) Oleh syekh lemahabang syariat itu sangat berakal, artinya hanya di buat-
buat oleh akal.Ia sudah berani membeberkan penghayatan, bahwa manusia itu
tuhan yang maha esa dan tuhan ada di dalam hati manusia, begitulah apa
sebabnya para wali memusuhi dirinya.Ditambah-tambah pula syekh lemahabang
mendorong dan memberi semangat ki ageng pengging dengan seluruh
balapasukannya mendirikan kerajaan, lalu di suruh menyerbu demak.Di cirebon
ia membujuk pangeran carbon dengan para pemuka wilayahnya agar merebut
dan memerangi kerajaan cirebon.Tableg-tableg penyiaran islam syiah telah
terbesar terdengar oleh seluruh penjuru dan sudah meresap di dalam hati tiap-
tiap pribai mereka.Kesulitannya beralasan ialah mengakhiri penanganan orang-
orang penganut syafei di jawa barat dan orang-orang penganut hanafi di jawa
timur.Kemudian di padamkan semua oleh syiah.

(77) Keinginannya akan menjadi raja se pulau jawa, beberapa orang terkemuka
kerajaan sudah mendekati syekh lemahabang dan syekh lemahabang di hubung-
hubungan dengan keturunan nabi rasulullah, seperti sang waliyullah yang
lainnya.Begitulah dilihat dari pribadinya seperti dalam silsilah.Nabi Muhammad
rasulullah beranak wanita Fatimah ajjahro, Fatimah menikah dengan sayyidina
ali ibnu abi thalib.Dalam perkawinannya beranaklah laki-laki sayyid husein as
sabti.Sayyid husein as sabti beranak iman zainal abiddin, iman zainal abiddin
beranak Muhammad al bakir, Muhammad al bakir beranak jafarus sadik, jafarus
sadik beranak ali al uraidi, ialah kasim al kamil namanya yang lain.Ali al uraidi
beranak Muhammad an nakib, idris namanya yang lain, Muhammad an nakib

(78) beranak isa al basri, isa al basri beranak ahmad al muhajir, ahmad al
muhajir beranak ubaidillah, ubaidillah beranaklah Muhammad, Muhammad
beranak alwi amir fakih, alwi amir fakih beranak maulana abdul malik, maulana
abdul malik beranak Abdullah khan nuddin, ialah amir namanya yang lain.Amir
beranaklah dua orang diantarannya ialah yang pertama al amir ahmad syekh
jalaluddin, kedua, syekh kodir kaelani,syekh kodir kaelani beranak maulana isa,
ialah syekh datuk isa bermukim di malaka.Syekh datuk isa beranak dua orang,
diantarannya ialah pertama syekh datuk ahmad, kedua syekh datuk soleh.

(79) Datuk ahmad beranak tiga orang ialah pertamawanita, kedua syekh datuk
khahfi, ketiga syekh bayanullah.Adapun syekh datuk soleh beranak Syekh
Datuk Abduljalil, Syekh Jabaranta, Syekh Lemahabang namanya yang lain.
Syekh Lemahabang beranak Syekh Datuk Fardhun.
Selanjutnya Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin beranak Imam Jamaluddin Al
Husein, Imam Jalaluddin Al Husein beranak tiga orang, yang pertama Ali
Nurrul Alim, kedua Barkat Zainal Alim, ketiga Ibrahim Zainal Akbar.
Ali Nurul Alim beranak Syarif Abdullah, Syarif Abdullah beranak Syarif
Hidayatullah,
Selanjutnya Barkat Zainal Alim beranak Maulana Mali Ibrahim dan Akhmad
Syah Zaenal Alim, Malik Ibrahim beranak Maulana Makhdar Ibrahim, Maulana
Makhdar Ibrahim beranak Maulana Fadhilah Khan dan Nyi Mas Gandasari.
Kemudian Akhmad Syah
(80) Zainal Alim beranak Abdurakhman Rumi, Abdurakhman Rumi beranak
Syekh Magelung.Kemudian Ibrahim Zainal Al Akbar beristeri dengan Diah
Candrawulan.Dalam perkawinannya beranaklah Ali Al Mustada dan Ali
Rakhmatullah.Ali Al Mustada beranaklah Maulana Ishak, Maulana Ishak
beranaklah Suna Giri.Selanjutnya Ali Rakhmatullah beranak Sunan Bonang.
Adapun Datuk Akhmad beranak tiga orang, pertama wanita menikah dengan
Raja Upih, beranaklah sang putra mahkota lalu menjadi raja menggantikan
ayahandanya, rajamuda ini beranak wanita lalu menikah dengan Syarifah
Halimah beranak 4 orang yaitu Maulana Abdurakhman, Syarifah Bagdad,
Maulana Abdurakhim dan Maulana Hafidz.

(81) Empat orang anak ini lalu diaku anak dan dipelihara oleh uwanya (kakak
ayahnya) ialah Sultan Sulaiman Bagdad. Setelah dewasa selanjutnya pangeran
Panjunan ialah Maulana Abdurakhman beranaklah Nyi Mas Kencanasari
menikah dengan Pangeran Carbon putera pangeran cakrabuwana.Pangeran
carbon berputeralah kyai ageng carbon girang.Dari isterinya yang bernama nyi
cupluk beranaklah pangeran trusmi.Selanjutnya di riwayatkan bahwa para
siswa/murid syekh lemahabang di cirebon keinginan sang gurunya berkenan
menjadi sultan cirebon, tetapi keinginannya gagal.Sesudah itu syekh datuk
khahfi wafat, sunan cirebon memerintahkan kepada pangeran panjunan agar
menggantikan menjadi guru islam di bukit amparan jati.Maksud sunan cirebon
di kabulkan, tetapi pangeran panjunan tidak memperoleh murid, karena
semuanya murid sudah berguru kepada syekh lemahabang dan syarif hidayat,
ialah sunan cirebon.Ajaran syiah sudah menyebar ke desa-desa.

(82) Syekh lemahabang pengikutnya sudah banyak, serta sudah menembus di


balatentara cirebon di keraton pakungwati, bukakankah pangeran carbon ialah
panglima balatentara cirebon yang menyebarkan ajaran syiah, oleh sebab itu di
jadikan andalan di antara balatentara cirebon serta beberapa di antara kyai geng,
para pejabat wilayah desa-desa berguru kepada syekh lemahabang.Sunan
cirebon kewalahan memikirkan keadaan Negara.Ajaran-ajaran syekh
lemahabang sudah menyebar ke barat, ke selatan, ke timur, tetapi setelah
perbuatan kyai geng pengging di bunuh oleh sunan kudus dan di tangkapnya
beberapa orang penganut syiah, semenjak itulah banyak murid syekh
lemahabang melarikan diri, lalu bermukim di cirebon, begitu pula syekh
lemahabang bermukim di cirebon girang dengan dijaga oleh murid-
muridnya.Berita ini terdengar oleh sultan demak
(83) Raden patah, bahwa musuhnya ada di cirebon.Sultan demak
memerintahkan panglima demak ialah sunan kudus dengan membawa
balatentaranya sebanyak 700 orang, seluruhnya membawa perlengkapan perang
lengkap menuju ke cirebon.Sunan kudus membawa surat sultan demak
memohon sunan cirebon, isi pokok surat itu, bahwa sultan demak memintakan
rekadaya (kebijakan), untuk menangkap syekh lemahabang dan agar di
bunuh.Dan balatentara demak agar di perintahkan untuk mencahari para murid
dan pengikut syekh lemahabang di cirebon.Dengan sukacita sunan cirebon atas
permintaan bantuannya sultan demak dan menurut pendapatnya, bahwa musuh
harus di bunuh.Kemudian sunan cirebon mengumpulkan para murid syekh
lemahabang, para kyai geng, para pangeran, para ki buyut, para pemuka dan
pejabat wilayah

(84) dan para pembesar yang ada di cirebon, di antarannya masing-masing ialah,
pangeran carbon ialah panglima angkatan bersenjata kerajaan cirebon, dipati
cangkwang, ki paluamba, ki gedeng junta, ki gedeng lemahputih, pangeran
jagasatru, ki gedeng carbon girang, ki buyut weru, ki buyut kemlaka, ki buyut
truwag, ki buyut tukmudal, pangeran panjunan, pangeran cucimanah, pangeran
kejawanan, syekh duyuskani, pangeran jagasatru, dipati suranenggala, ki gedeng
ujung gebang, ki gedeng pangurangan, ki gedeng ender, ki buyut krangkeng,ki
buyut bojong, ki buyut kedongdong, ki gedeng tameng, ki gedeng Japura, dan
banyak lagi lainnya.Ketika para pengikutnya sudah berkumpul di keraton
pakungwati

(85) sunan kudus di beritahu oleh sunan jati balatentara demak dan cirebon
untuk berangkat menuju ke cirebon girang di tempat kediaman syekh
lemahabang.Setelah pondok kediaman itu sudah di kelilingi oleh balatentara
demak dan cirebon dari semua jurusan, lalu syekh lemahabang di tangkap oleh
balatentara yang di pimpin oleh sunan kudus, juga para pengikutnya semua yang
menjaga syekh lemahabang di dalam pondok itu, lalu di bawa ke masjid agung
“sang cipta rasa”.Di situ sudah berkumpul semua para waliyullah dengan duduk
mematung di situ.Adapun para ki gedeng, para ki buyut, para pangeran dan para
pengikut warga keraton pakungwati tidak diperbolehkan dan mereka dijaga
ketat oleh balatentara demak dan cirebon.Sementara di masjid

(86) sang cipta rasa ramailah ucapan selamat kepada syekh lebahabang dan
sunan kalijaga, sunan kudus, sunan giri sebahai jaksa, semua para pembesar
kerajaan, panglima,para pangeran, ki gedeng, ki buyut, para pemuka wilayah
desa-desa dan masyarakat penganut syafei dan hanafi, semua tunduk mematung
di dalam masjid agung sang cipta rasa, yaitu mendengarkan kebijakan lengkap,
di antarannya syekh lemahabang dengan para wali, banyak juga masyarakat
yang turut menyaksikan dan mendengarkan pembacaan gugatan.Selama
membacakan tidak putus-putusnya oleh pembicaraan, perdebatan.Akhirnya
mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas.Bergolaklah hati para wali, marahlah
mereka akhirnya, sama-sama garangnya, terutama ialah syekh lemahabang
dengan para wali, mereka berdua lalu mengeluarkan kata-kata pengaduan yang
memelukan dan saling tunjuk mereka berdua, masing-masing ingin menang
sendiri-sendiri,

(87) oleh sebab itu jalanya siding gugatan menjadi kacau dan keributan
terjadi.Tidak lama di antarannya dua orang murid syekh lemahabang menubruk
sunan kalijaga dan sunan giri, dan lama-kelamaan mereka ingin menusuk
denagn senjata “curit” (keris) mereka.Mereka di tangkap oleh prajurit
bayangkari kerajaan cirebon yang memang mereka itu berjaga-jaga untuk
menghadapi kerusuhan.Kedua orang itu di bunuh akhirnya.Ketika yang satu
orang sedang menubruk sunan giri dengan menghunus curit di tangan dengan
melewati di hadapan sunan kudus, kemudian halini di hadang oleh para prajurit
bayangkari cirebon, lalu ia di bunuh oleh ki bawuk dan ki lodaya.Tidak lama
keadaan di dalam masjid menjadi tegang dan kacau, suasana rebut menjelajahi
siding itu.Lama-kelamaan prajurit bayangkari demak dan cirebon dapat
menguasai keadaan di dalam masjid sehingga pembacaan gugatan terhadap
syekh lemahabang di lenjutkan.Setelah itu para wali menceritakan hal-hal yang
sebenarnya, semua perbuatan dan tingkah laku syekh lemahabang di paparkan
dan seluruh hadirin dapat mengetahui segala perbuatannya, oleh karena itu
sunan cirebon yaitu syekh syarif hidayatullah

(88) sebagai hakim ketua.Akhirnya dalam keputusan sidang tergugat syekh


lemahabang di jatuhi hukuman mati dan sunan kudus di perintahkanya untuk
menghukumi (menghukum).Kemudian kedua tangan syekh lemahabang di ikat
dengan tali, di giring ke luar masjid untuk di bawa ke tengah alun-alun yang
terletak di depan masjid agung sang cipta rasa.Dengan di jaga ketat, bagaikan
pagar baja para prajurit cirebon dan demak mengelilingi “sang salah” di tengah-
tengah alun-alun itu.Selanjutnya syekh lemahabang di bunuh oleh sunan kudus
dengan keris pusakanya, lalu janazahnya di makamkan di kemlaten.Sesudah
kejadian itu semua murid dan para penganut syiah syekh lemahabang di
lepaskan kembali, mereka berjanji dan mengatakan sumpahnya ingin menjadi
pengikut sunan cirebon yang setia, lalu mereka kembali sabagai penganut
syafei.Tidak lama kemudian di makam syekh lemahabang ramai di kunjungi
orang sebagai tempat pemujaan.Makam syekh lemahabang di puja oleh orang-
orang penganut syiah yang datang dari desa-desa, antara lain yaitu desa-desa
sekitar cirebon, sunda kelapa, banten dan seluruh hampir dari jawa timur dan
daerah parahyangan.

(89) Juga mereka datang dari sumatera dan semenanjung Malaya, oleh sebab itu
sunan cirebon memerintahkan untuk mengamankan jenazah syekh
lemahabangyang sudah dimakamkan itu untuk dipindahkan ke bukit Amparan
dan pemindahan jenazah ini merupakan perintah rahasia, tidak boleh ada prang
yang mengetahuinya. Sedangkan bekas makam jenazah Syekh Lemahabang (di
Kemlaten) digantikan dengan bangkai anjing hitam.Tiga hari kemudian (setelah
wafatnya) orang-orang penganut Syiah dating berbondong-bondong memuja
kuburan.Dan dalam kehadirannya disana seluruh penganut Syiah dari Jawa
Timur memohon kepada Sunan Cirebon untuk membawa jenazah Syekh
Lemahabang karena keinginan mereka ingin dimakamkan disana, yaitu di
Pengging Jawa Timur.Atas permohonan mereka itu Sunan Cirebon
mengabulkan. Akan tetapi para penganut Syiah Syekh Lemahabang semua
terkejut ketika melihat bangkai anjing hitam dari dalam kubur itu, Lalu Sunan
Cirebon memberikan anjurannya kepada seluruh penganut

(90) Syekh Lemahabang, “janganlah kalian memuja bangkai, yang harus dipuja
hanyalah satu-satunya ialah Tuhan Yang Maha Kuasa, Ketahuilah oleh kalian
semua bahwa seluruh makhluk hidup yang ada di dunia ini dan manusia yang
diberikan kepandaian akal sehingga mengetahui rahasia alam sekelilingnya ini
tidak lepas dari kekuasaan-Nya. Kalian diberikan segala kenikmatan karena
kebesaran dan kasih saying Tuhan Yang Maha Kuasa, bukankah tidak ada
seorangpun di dunia ini yang berkuasa dan memiliki kewenangan-Nya untuk
menandingi Kebesaran-Nya. Oleh karena itu kita harus saling mengingatkan
kepada sesama haruslah kita laksanakan syariat islam yang harus diajarkan
Rasulullah kepada kita, jangan kalian menuruti kepada ajaran Syekh
Lemahabang. Sekarang kalian akan kujadikan muslim dengan penganut Syafei.
Penganut Syafei itu adalah dibolehkan dan wajar untuk kita laksanakan disini.
Katakan kepada seluruh umat muslim lainnya, bahwa Syafei dibolehkan.
Sejak itulah orang-orang penganut Syekh Lemahabang banyak beralih menjadi
penganut dan murid Sunan Cirebon.Mereka berguru dan belajar menjadi mulim
yang baik, sampai akhirnya mereka menetap di Cirebon.Dengan demikian
kehendak dan cita-cita Sultan Demak sudah dapat dilaksanakan (oleh Sunan
Cirebon).

(91) Kita hentikan riwayat ini sebentar, digantikan selanjutnya dengan riwayat
yang lain.
Sesudah Raden Patah dinobatkan menjadi Sultan Demak, lalu berdirilah
kesultanan Demak, tidak lama kemudian Cirebon menjadi negara merdekadan
Syarif Hidayat menjadi Susuhunan Cirebon.Sejak itu dua kerajaan ini
menanamkan tali persahabatan, rukun, selalu bertuntunan tangan dalam
kerjasama menjalankan politik kerajaannya.Seluruh kota-kota pelabuhan dari
Banten ke Timur sampai ke Surabaya diatur oleh dua kerajaan ini. Begitu pula
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di desa-desa akan menghayati
persatuan dan kesatuan dua kerajaan ini, walaupun madhab mereka berbeda,
ialah Syafei dan Hanafi, tidak ada yang dipertentangkan antara mereka berdua.
Tatkala itu separuh pulau Jawa kekuasaannya dikelola oleh dua kerajaan ini,
yaitu oleh Sunan Cirebon dan Sulta Demak.Separuhnya lagi dikelola oleh
Pajajaran di bagian Barat oleh kerajaan Majapahit di Jawa Timur.Cirebon dan
Demak ingin memusnahkan dua kerajaanini ialah Pajajaran dan Majapahit.

(92) Pada tahun 1421 Saka (1499/1500 Masehi) Sultan Demak Raden Patah dan
para pengikutnya serta para Wali antara lain Sunan Kalijaga, Sunan Bonang,
Sunan Giri, Sunan Kudus,Sunan Drajat, Syekh Bentong dan beberapa pasukan
Bhayangkari kerajaan dan para pengawal pribadi Sultan Demak berdatangan ke
Cirebon tatkala matahari ada di atas Keraton Pakungwati (tengah hari). Sunan
Cirebon dengan para pembesar Negara, para Kyai Gendeng, para Komandan
Panglima Perang menyambut dengan gembira atas kedatangan mereka para
pembesar Negara dan para wali serta Sultan Demak.Dengan mengadakan
jamuan yang lezat-lezat, lalu mereka mengutarakan segala rencana dan
pembangunan negaranya yang cukup luas dan besar.Semua rencana
pembangunan itu didukung oleh masyarakat Demak dan Cirebon.Di Demak
sendiri sudah membangun masjid Negara, kemudian Cirebon setahun kemudian
masjid Negara di Cirebon.

(93) telah berkumpul masyarakat sebanyak 500 orang, 300 orang dari cirebon
dan 200 orang dari Demak. Seluruh para tukang (tenaga ahli) diketuai oleh
Sunan Kali Jaga, karena yang dipercayakan kepadanya ialah Raden Sepat (ahli
bangunan/arsitektur) sebagai wakil Sunan Kalijaga ia dari Majapahit yang sudah
menjadi muslimdan sebagai orang pengikut setia kerajaan Demak. Adapun
pekerjaan yang akan digarapnya adalah membangun masjid besar yang
kemudian masjid itu dinamai “ Sang Cipta Rasa”, Kedua membangun tembok
keliling Keraton Pakungwati. Ketiga, membangun jalan di sepanjang pinggir
laut dari Selatan ke Utara yaitu dari Keraton Pakungwati sampai ke Bukit
Amparan. Sedangkan jalan-jalan yang melintasi daerah Panjunan selalu
menimbulkan banjir, serta selalu dalam keadaan berlumpur dan selalu “ambles”
apabila teinjak-injak kuda dan belati, oleh karena itu semua masyarakatnya
menyebutnya dengan nama

(94) Karanggetas, selanjutnya Sunan Cirebon memutuskan Ki Lebe Pakungwati


Kedaton ialah Ki Musa namanya untuk diperintahkan penanggungjawab
pemeliharaan masjid Negara Sang Cipta Rasa itu kepadanya. Lalu ki Musa
diangkat menjadi penghulu Cirebon di samping ia ini selalu mewakili pesantren-
pesantren Quro yang ada di desa-desa dan apabila Sunan Cirebon sedang
bertugas di Banten dialah pula yang mewakili memberikan pengajaran dan
pendidikan agama islam kepada seluruh masyarakat. Ki Lebe Musa menikah
dengan Nyai Mas Selawati. Didalam perkawinannya mereka memperoleh anak
laki-laki diberinya nama Gusa, yang kebetulan di kemudian hari Ki Gusa
diangkat menjadi marbot (pengurus masjid) di Bukit Sembung. Adapun Ki
Musa adalah anak Nyi Mas Kedaton.Nyi Mas Kedaton anak penghulu agama di
Karawang. Penghulu Karawang ini adalah anak Syekh Hasanudin Karawang
ialah Syekh Kuro atau Sunan Kedatoning Pura namanya yang lain. Bermukim di
Karawang ialah adik Syekh Kuro dari lain ibu yaitu Syekh Bentong namanya.

(95) Ki Musa selalu memberikan pelajaran Quro (Tilawah Qur’an) di Masjid


Agung Sang Cipta Rasa baik kepada orang-orang dewasa maupun anak-anak.
Kita hentikan sejenak, digantikan dengan riwayat yang lain.
Sesudah Pangeran Pasarean wafat yaitu pada tahun 1468 Saka (1546/1547
Masehi), lalu selanjutnya selama enam tahun Sunan Cirebon selalu ada di
Cirebon untuk memimpin pemerintahan di Keraton Pakungwati dengan cucunya
ialah Pangeran Suwarga sebagai Adipati di Cirebon pertama. Pangeran Suwarga
adalah Pangeran Pasarean selanjutnya Fadhilah Khan memimpin Tampuk
pemerintahan di Keraton Pakungwati sebagai mewakili Sunan Cirebon selama
16 tahun, kemudian setelah itu Sunan Cirebon wafat. Baru mendapat 2 tahun
memerintah setelah wafatnya

(96) Sunan Cirebon, Fadhilah Khan pun wafat. Kemudian Pangeran Mas
dinobatkan menjadi Panembahan Ratu. Panembahan Ratu adalah anak Ratu Ayu
Sakluh dan sebagai isteri Sultan Agung Mataram. Dalam perkawinannya
berputeralah Sunan Amangkuta Amangkurat Pertama ialah Sunan Tegalwangi
namanya yang lain. Adapun Ratu Ayu yaitu kakak Panembahan Ratu Cirebon
atau Panembahan Pakungwati.Semua ratu dan raja wilayah di pulau Jawa
tunduk kepada kerajaan Mataram. Tiap tahun semua Ratu dan Raja wilayah
diperintahkan untuk”seba” (menghadap) ke ibukota Mataram di Keraton
Mataram dengan membawa upetinya masing-masing beserta seluruh pembesar
wilayahnya. Hanya satu kenyataan kerajaan Cirebon tidak “seba” kepada
Mataram, sebab Panembahan Ratu adalah sebagai guru Sunan Mataram dan
Sunan Mataram memperisteri (beristeri) seorang kakak Panembahan Ratu
Cirebon.

(97) Camkanlah, menurut riwayat yang lain, Prabhu Brawijaya Kretabhumi


tidak dikalahkan oleh Kerajaan Demak, tetapi Prabhu Girindra Wardhana pada
tahun 1400 Saka (1478/1479 Masehi), lalu Prabu Girindra Wardhana dibunuh
oleh Prabhu Udara pada tahun 1420 Saka (1498/1499 Masehi). Selanjutnya
Prabu Udara dengan Majapahitnya dikalahkan oleh Kerajaan Demak.Pada tahun
1439 Saka (1517/1518 Masehi).
Inilah buku ketiga Naskah Nagara Kretabhumi, naskah Kerajaan Cirebon selesai
ditulis pada tgl 14 “paro terang” bulan Margasira tahun 1616 Saka (1694/1695
Masehi) ditulis olehku, Pangeran Wangsakerta Panembahan Cirebon Pertama
dengan nama gelar Panembahan Toh Pati Abdul Kamil Muhammad
Nazaruddin, selanjutnya naskah Nagara Kretabhumi buku keempat adalah
naskah Nagara Kretabhumi yang terakhir (penghabisan).

NASKAH
NAGARA KRETABHUMI

Caturtha Sarga
( Buku keempat/ jilid empat )

Alihaksara dan alihbahasa


Oleh:
T. D. Sudjana

CIREBON, 24 OKTOBER 1987


(1) Semoga Tuhan memberkahi kita sekalian.
Ini jilid IV Naskah Nagara Kretabhumi yang aku tampilkan ini sebagai petunjuk
ceritra yaitu agar semua karya ini berhasil dan sempurna dan ada faedahnya
sebagai ilmu pengetahuan dan semua waraga masyarakat agar mengetahui
perbedaan arti dan letak semua para Raja di Jawa Barat dan Jawa Timur, telah
diperbaiki isi kandungna pokoknya Naskah Nagara Kretabhumi tulisanku ini
seijin dan setahu pemerintah. Wilayah serta raja-raja sekitarnyadengan kerjaan
Cirebon atau kerajaan , wilayah para pembesar, para perwira wilayah yang
tunduk atau menghormat kepada kerajaan Mataram yang semuanya memberikan
beberapa naskah sastra cerita naskah-naskah lainnya, naskah Negara dan
kerajaan milik mereka yaitu seperti milik Sultan Mataram, Sultan Sepuh, Sultan
Anom Cirebon dan aku pribadi dan juga
(2) Sultan Banten, lalu para Ratu di Parahiyangan yang sangat indah dibaca,
bukankah mereka turut menyelesaikan karya besar di bumi nusantara, akhirnya
lama kelamaan karya ini berhasil dan sempurna oleh karena terlebih dahulu kita
panjatkan puja dan puji sebagai makhlik hidupdi dunia kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang menganugerahi kita hidup dan keselamatan. Sebab sejak dahulu
kita maklumi apa yang yang dapat kita lihat sekarang para Ratu di seluruh pulu
Jawa memanjatkan dan menghaturkan rasa hormat kepada susuhunan Jati
Cirebon yaitu Susuhunan Jati adalah ia seorang mahaguru dan ulama besar
islam semua para ulama-ulama besar di seluruh Jawa Barat dan para wali di
pulau Jawa.

(3) Selamat kepada Susuhunan Jati, bukankah Sultan Demak itu berguru kepada
Susuhunan Jati Cirebon dan ia pun kerabat familinya juga. Sedangkan
Susuhunan Mataram adalah kerabat Panembahan Ratu dan guru susuhunan
Mataram. Adapun Panembahan Ratu menggantikan kedudukancicitnya yaitu
Susuhunan Jati. Sejak itu Panembahan Ratu, bahwa cirebon seolah-olah
dibawah kekuasaan Mataram dan kakak Panembahan Ratu ialah Ratu Ayu
Sakluh namanya diperisteri oleh susuhunan Mataram. Inilah tampak apa yang
diriwayatkan dalam buku keempat Nagara Kretabhumi naskah kerjaan Cirebon
yang ditulis olehku sebagai pelengkap naskah-naskah Nagara Kretabhumi yang
telah ditulis olehku dan diadakan beberapa ralat dan paerbaikan sebagai naskah.

(4) Ilmu pengetahuan warga masyarakat. Inilah menurut salah satu buku milik
Panembahan Ratu yang ditulis olehku pada buku pertama Naskah Nagara
Kretabhumi yaitu Susuhunan Jati Cirebon adalah Syekh Maulana Syarief
Hidayatullah wafat tgl 20 “paro peteng” bhadramasa tahun 1479 Saka
(1567/1568 Masehi), kemudian dimakamkan di Puncak Bukit “Giri Nur
Ciptarengga”. Sesudah itu menantunya ialah Maulana Fadhilah Khan al Gujarat
selama dua tahunmenjadi raja pendita bersemayam di Cirebon, bukankah
menurut tulisan itu ,lalu dua tahun wafat menantunya itu ialah Fadhilah Kahan
pada tgl “paro terang” Margashiramasa tahun 1492 Saka

(5) (1570/1571 Masehi) Selama dua tahun ia mewakili Sinuhun seperti


waliyullah penyeber islam diseluruh bumi Sunda. Sedangkan Sunan Kalijaga di
Jawa Timur. Sesudah itu Raja Cirebon digantikan ioleh Panembahan Ratu ialah
cucu Ki Fadhilah Putra Pangeran Suwarga yang menjadi Dipati Cirebon I,
sebabnya Sang Dipati Cirebon I telah meninggal terlebih dahulu pada tahun
1487 Saka (1565/1566 Masehi). Berdirinya kerajaan Mataram ialah
ditumbuhkan dan diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada Raja Mataram I
ialah Sang Senapati Sutawijaya, Raden Bagus disebut Pangeran Ngabehi Loring
Pasar namanya yang lain. Ia adalah Senapati Sutawijaya Raja Mataram I,

(6) Nyatanya Sutawijaya bukan putera Raja ia anak Ki Gede Pamanahan oleh
sebab itu banyak para Dipati Jawa Timur tidak mau mengakui dan tidak tunduk
kepada Senapati Sutawijaya. Tidak sudi memberi persembahan upeti ke
Mataram, bahkan tidak mau seba (menghadap) kepada Senapati.Disebabkan
bukankah Senapati Sutawijaya ingin menguasai seluruh kawasan Pulau
Jawa.Beginilah tampaknya kemelut berita yang disebarkan dari Jawa Timur.
Sesudah Sultan Trenggono, ialah Sultan Demak III wafat, singgasana kerajaan
Demak banyak keturunan Raden Patah yang ingin memerintah kerajaan, tatkala
itu demak jadi kacau balau, timbul keributan. Sunan Prawata anak Raden
Trenggono

(7) Ingin menggantikan kedudukan ayahandanya, akan tetapi Sunan Prawata


dibunuh oleh Arya Panangsang ialah Adipati Jipang, sebabnya pada waktu dulu
Sunan Prawata membunuh uwaknya ialah Pangeran Sedang Lepen. Sedangkan
Pangeran Sedang Lepen itu adalah ayah Arya Penangsang. Perbuatan Arya
Penangsang dijinkan oleh Sunan Kudus sebab Arya Penangsang adalah
muridnya. Pangeran Hadiri menjaga keributan dan bertindak untuk
mengembalikan kerukunan kepada anak Sunan Prawata yaitu Arya Pangiri
namanya.Adapun Pangeran Hadiri ini adalah suami Nyi Mas Ratu
Khalinyamat.Ratu Khalinyamat adalah adik Sunan Prawata. Oleh karena itu
Pangeran Hadiri dibunuh oleh Arya Penangsang, kemudian
(8) Arya Penangsang dibunuh oleh Kyai Gedheng Pamanahan pengabdi setia
Adiwijaya ialah Ki Jaka Tingkir, Panji Mas namanya yang lain. Bukankah
Adiwijaya beristeri dengan adik Nyi Mas Ratu Kalinyamat. Adapun Jaka
Tingkir adalah anak Ki Kebo Kenongo, Bupati Pengging yang dahulu dibunuh
oleh Sunan Kudus, sedangkan Ki Kebo Kenongo adalah murid Syekh
Lemahabang. Juga Syekh Lemahabang dibunuh oleh Sunan Kudus, atas ijin
(diperintahkan) oleh Sultan Demak Raden Patah. Dahulu tatkala Raden
Trenggono menjadi Sultan Demak, Adiwijaya ialah Jaka Tingkir
namanyamenjadi Senapati balatentara Demak dan

(9) Beristeri dengan puteri Sultan Trenggono. Sesudah Arya Penangsang wafat,
Adiwijaya menduduki kerajaan Demak merupakan Ratu Jawa Timur. Kemudian
Pengging menjadi kota besar dan diganti namanya menjadi Pajang. Sedangkan
anak Kyai Geng Pemanahan ialah Sutawijaya namanya diangkat menjadi anak
oleh Sultan Pajang Adiwijaya dan Kyai Geng Pemanahan dijadikan Bopati
Mataram. Setelah Arya Penangsang dibunuh oleh Pangeran Adiwijaya sejak itu
pajang dan Cirebon bersahabat sebab pajang dianggap yang dapat membalas
sakit hati Sunan Jati, para pembesar kerajaan Cirebon, keluarga Sunan Cirebon,
para pemimpin wilayah dan seluruh masyarakat Tanah Sunda. Oleh sebab itu
cucu Fadhilah Khan ialah

(10) Pangeran Mas atau Panembahan Ratu namanya yaitu putra Pangeran
Suwarga selama 16 tahun bermukim di Pajang. Panembahan Ratu dijadikan
anak angkatnya oleh Sultan Adiwijaya.Disana Panembahan Ratu berguru ilmu
perang kepada Sultan Adiwijaya.Dan belajarolah segala macam senjata.
Kemudian Panembahan ratu beristeri puteri Sultan Pajang ialah Nyi Mas Ratu
Lampok Angroros atau Nyi Mas Ratu Pajang namanya yang lain.Dengan para
ratu di Jawa Barat mengadakan kunjungan pendekatan hanya baru sekitar
persahabatan, bukankah Ratu Cirebon ialah menantu Sultan Pajang. Sedangkan
Ratu Banten, Sunda Kalapa dan para ratu wilayah parahyangan semuanya
adalah kerabatnya.

(11) Panembahan Ratu Cirebon keturunanan Sunan Jati, tetapi walaupun


demikian Sultan Adiwijaya di Jawa Timur kekuasaanya semakin lama semakin
besar. Para bopati Jawa Timur semua tunduk kepada Sultan Pajang, Sunan
Cirebon dengan berdirinya kerajaan Pajang merestuinya, bukankah Jaka Tingkir
ada jasanya terhadap kerajaan Cirebon. Sultan Pajang tidak lupa menghormati
kepada orangtua, ia berdoa selamat kepada sesepuh dangdahyang penyiar islam
ialah Susuhunan Jati, ia berziarah dengan para waliyullah Jawa Timur, sebab
dulunya kepada Sunan Girilah yang menobatkan Adiwijaya, oleh karena itu ia
juga berkunjung kesana, kebanyakan semua ratu-ratu di Jawa Timur dinobatkan
oleh Suna Giri, sedangkan di Jawa Barat sudah barang tentu oleh

(12) Susuhunan Jati Cirebon adapun Putra Sunan Prawata ialah Arya Pangiri
beristeri puteri Sultan Pajang lalu Arya Pangiri ditunjuk menjadi Bopati Demak
di bawah kekuasaan Pajang. Kemudian Putera Sultan Trenggono ialah Pangeran
Timur namanya ditunjuk menjadi Bopati Purbaya. Sedangkan menantu Sultan
Trenggono yaitu Pangeran Langgar namanya memerintah empat kebopatian,
ialah Surabaya, Sedayu, geresik dan Pasuruan ia sebagai wakil Sultan
memegang pemerintahannya di wilayah itu. Kyai Geng Pamanahan ditunjuk
menjadi Bopati yang kemudian daerah itu terkenal dengan Mataram. Putera
Kyai Geng Pamanahan ialah Sutawijaja diambildiaku anak dan

(13) Ditunjuk menjadi pemimpin bayangkara raja. Sesudah ayahnya wafat


Sutawijaya ditunjuk menggantikan kedudukan ayahnya dan diangkat menjadi
Senapati Ingalaga (Panglima Angkatan Bersenjata) kerajaan Pajang dan sebagai
Sayyiddin Panatagama (Penghulu agama).Sejak itulah Senapati Sutawijaya
timbul keinginan untuk berkuasa di Pulau Jawa.Alasan tersebut pada setiap saat
sebenarnya sudah mendapat restu dan persetujuan kerabatnya ialah Ki Patih
Juru Martani disebut Dipati Mandarika namaya. Adalah seluruh Bopati di Jawa
Timur mengakui tunduk dibawah kekuasaan kerajaan Pajang setiap tahun
berdatang sembah hadir ke ibukota Pajang untuk mempersembahkan upatinya
kepada

(14) Sultan. Tetapi Senapati Sutawijaya tidak mau menghadap (seba) dating
bersembah ke ibukota Pajang.Senapati Sutawijaya bersahabat baik dengan
Pangeran Bawana namanya ialah putera Sultan Pajang.Oleh Senapati Sultan
Sutawijaya selalu menentang aturan Sultan Pajang bahkan segala peraturan
yang dilarang selalu dilanggar. Kemudian menurut kata hatinya Senapati
Sutawijayaia harus membentuk balatentara yang besar dan memperkuat kota
besar Mataram. Sultan Pajang sudah memperoleh kabar bahwa sikap dan
perbuatan Senapati Sutawijaya adalah mempunyai keinginan untuk
menghancurkan kerajaan Pajang, lalu sudah terjadi beberapa mantra (petugas
keamanan desa) Pajang dibunuh oleh pasukan tentara Senapati Sutawijaya , oleh
sebab itu pasukan perang pajang menyerbu Mataram. Balatentara Pajang
diperintahkan maju di medan laga oleh Senapati Adiwijaya. Semua mengenakan
busana perang dengan lengkap senjata di tangan.Sultan Pajang menunggang
kuda, ada yang berjalan berbaris dan menunggang kereta, kuda dan pedati
(pasukan kavaleri). Kemudian tibalah balatentara Pajang.

(15) Yang dipimpin olehSultan Pajang. Dengan amat ganas dan bengis
menyerbu balatentara Mataram yang dipimpin Senapati
Sutawijaya.Berperanglah kemudian antara tentara yang menyerang dan yang
diserang.Ramai dan sengit sekali peperangan ini berlangsung.Balatentara yang
dipimpin oleh Senapati Ingalaga Sutawijaya terdesak porak poranda, tetapi juga
terus menerobos terus pantang mundur, tidak ingat lagi kepada
jiwanya.Banyaklah balatentara Pajang terbunuh, mati terkapar dan balatentara
sisa lari meninggalkan peperangan, akhirnya balatentara Pajang kalah. Sultan
Pajang jatuh dari gajahnya, jatuh sakit kemudian wafatlah ia. Senapati
Sutawijaya dengan balatentaranya memperoleh kemenangan di Medan laga,
(16) Kehendak Senapati agar supaya putera Sultan Pajang Pangeran Bawana
menggantikan kedudukan ayahandanya, tetapi kerabat famili Pajang dan para
keturunan Sultan Trenggono ialah Pangeran Pangiri yang dinobatkan menjadi
Sultan Pajang. Sedangkan Pangeran Bawana ditunjuk menjadi Dipati
Pajang.Dalam hatinya Senapati Adiwijaya tidak rela lantaran Arya Pangiri
dianggap tidak mampu menjadi Sultan Pajang. Begitu juga seluruh masyarakat
di Pajang, bukankah perilaku dan perbuatan serta sopan santunnya dianggap
kurang kena, Oleh sebab itulah Senopati Sutawijaya membawa balatentara
dalam jumlah besar dengan perlengkapan senjata yang cukup menyerbu ke
Pajang, lalu berperanglah balatentara Pajang dengan Mataram, tetapi lama
kelamaan balatentara Pajang kalah. Balatentara Mataram
(17) Memperoleh kemenangan. Rencana dan cita-cita Senapati Sutawijaya telah
berhasil, bukankah ia telah mampu menghabisi kedudukan dan kekuasaan Arya
Pangiri, sesudah itu singgasana kerajaan diserahkan kepada Pangeran Bawana,
sedangkan Arya Pangiri dengan permaisurinya dan para pengiringnya disuruh
pulang ke Demak, akan tetapi walaupun demikian Pangeran Bawana tidak mau
menerima singgasana itu. Kemudian singgasana itu diserahkan kembali kepada
Senapati Sutawijaya.Pangeran Bawana hanya menjadi Bopati di Pajang. Sejak
itulah berdiri kerajaan Mataram dengan Senapati Sutawijaya Raja Mataram I.
Tetapi walaupun demikian para Bopati Jawa Timur tidak ingin mengakui dan
tidak
(18) Tunduk kepada Senapati Sutawijaya, karena dulunya ternyata Sutawijaya
bukan Putera Raja atau darah turunan Pangeran, hanya anak Kyai Geng
Pemanahan. Kemudian balatentara Mataram menyerbu ke Surabaya, balatentara
Surabaya menyambut musuh yang menyerbu, berperanglah mereka
balatentarayang dipimpin Senapati Sutawijaya ialah Raja Mataram I dengan
balatentara Surabaya yang dipimpin oleh Bopatinya.Serempaklah peperangan
itu, mereka tidak ada yang menang lalu peperangan ini dihentikan oleh Sunan
Prapen (Sunan Giri Prapen). Bopati Surabaya disuruh supaya tunduk kepada
Mataram oleh sang Sunan. Bopati Surabaya ternyata tidak mau terhadap ajakan
Sunan Giri
(19) Prapen dan ia ditawarkan oleh Senapati Sutawijaya diangkat menjadi
kepala bopati-bopati sebelah timur. Seluruh para adipati yang belum tunduk lalu
diserbu dan diperangi oleh Senapati Sutawijaya.Dengan membawa balatentara
yang besar dan lengkap persenjataannya.Kemudian berperang di Madiun
dengan bopati Pangeran Timur ialah putera Pangeran Trenggono. Akhirnya
kalahlah Madiun, Mataram memperoleh kemenangan di medan yuda. Kemudian
berperang di Ponorogo, kalahlah balatentara Ponorogo. Kemudian berperang di
Surabaya kalahlah balatentara Surabaya, lalu perang di Pasuruan kalahlah
(20) Pasuruan, selanjutnya berperang di Kediri kalahlah balatentra Kediri.Lalu
perang di demak kalahlah balatentara demak, kemudian berperang di pajang
kalahlah balatentara pajang, lalu berperang di pati, ialah bopati pragola,
kalahlah balatentara pati.Selanjunya mataram selalu memperoleh kemenangan
setiap berperang di medan jurit, akhinya seluruh jawa timur dan jawa tengah
seluruh bopati mengakui kekuasaan mataram, tetapi senapati sutawijaya, ialah
raja mataram I belum menjajah jawa barat, hanya baru persahabatan dengan
cirebon dan galuh.Begitulah permulaan ulah mataram di jawa barat.Kebetulan
sunan prapen orang terhomat lama-kelamaan di juluki sunan giri dengan seluruh
ulama besar islam
(21) (waliyullah) di pulau jawa, menuruti kepada senapati sutawijaya.Janganlah
engkau memiliki nafsu yang kurang baik dan hormatlah kepada panembahan
ratu cirebon dan semua keturunan susuhunan jati.Kalian harus sopan dan hormat
dan berbuatlah upaya kebaikan, ialah bertuntunan tangan (hidup rukun) dengan
para ratu di jawa barat.Itulah sebabnya tidak ada semangat untuk memusuhi
cirebon wilayah lainnya di jawa barat.Oleh karena itu senapati sutawijaya yaitu
raja mataram I memberikan kehormatan dan memuliakan kepada panembahan
ratu cirebon.Kemudian kota cirebon di buatkan tembok keliling oleh senapati
sutawijaya ratu mataram.Sesudah memerintah mataram selama 15 tahun

(22) Lalu senapati sutawijaya wafat.Puteranya yang ke dua ialah mas jolang
atau pangeran seda krapyak namanya yang lain, menggantikan kedudukan
ayahandannya menjadi ratu mataram.Mas jolang memerintah menjadi raja
selama 12 tahun.Sedangkan putera senapati sutawijaya yang pertama ialah
pangeran puger namanya, yaitu kakak mas jolang.Pangeran puger di tunjuk
menjadi adipati demak, selanjutnya mas jolang wafat kemudian puteranya, mas
rangsang dengan gelar namanya ialah panembahan agung, juga di sebut senapati
ingalaga abdurakhman, di sebut sultan agung atau di sebut prabhu pandita
cakrakusuma namanya yang lain
(23) Tatkala memerintah sultan mataram permulaannya pada tahun 1535 saka
(1613/1614 masehi).Adapun sultan agung mataram beristeri dengan putera
kakak perempuan panembahan ratu cirebon.Di dalam perkawinannya mereka
memperoleh laki-laki, yaitu pangeran arya prabu adimataram namanya dengan
gelar susuhunan amangkurat I, di sebut juga sunan tegalwangi.Tatkala itu
menggantikan ayahandannya, ialah sultan agung mataram memerintah selama
30 tahun.Selanjutnya tatkala wafat, lalu di gantikan oleh puteranya ialah
(24) Pangeran adipati anom namanya dengan gelar susuhunan amangkurat II
tatkala permulaan berkuasa memerintah pada tahun 1559 saka (1677/1678).Pada
waktu sultan agung mataram memerintah seluruh pulau jawa seperti kakeknya
dahulu ialah senapati sutawijaya, tetapi walaupun demikian senapati sutawijaya
belum terlaksana untuk menguasai seluruh pulau jawa, bukankah jawa barat
tidak takluk kepadanya, hanya baru hubungan persaudaraan dan panembahan
ratu cirebon tidak “seba” ke mataram, seperti halnya seluruh bopati jawa
timur.Adapun musuh besar sultan
(25) Agung ialah belanda, kedua adalah banten.Mulanya untunglah belanda dan
kerajaan banten tidak mau bersahabat dengan banten dan banten dan
balatentarannya selalu berkunjung ke timur (bersahabat dengan bopati-bopati di
jawa timur) sedangkan belanda berkeinginan menjajah seluruh ratu-ratu di pulau
jawa.Pada waktu itu, para dipati wilayah jawa timur senantiasa ingin merdeka,
tidak mau tunduk kepada mataram, oleh sebab itu mereka bersatu kompak, di
antarannya ialah bopati lasem, tuban, jipang, wirosobo, pasaruan, arisbaya,
sumenep dengan di pimpin oleh bopati Surabaya dengan sunan giri menyerbu
kotabesar mataram.
(26) Dulunya bertujuan ialah untuk mengakhiri kekuasaan mataram.Baru saja
sampai di kabopatian pajang balatentara bopati menemui rintangan.Selanjutnya
balatentara mataram.Balatentara mataram beroleh kemenangan, kalahlah semua
balatentara bopati.Sultan agung mataram membalas sikap dan tingkah perbuatan
seluruh bopati yang bersikap tidak bersahabat (menyerang) kepada mataram,
lalu balatentara Mataram menggerebek di Wirosobo, susydah itu berperang di
Lasem, menang Mataram dan kalah di Lasem. Selanjutnya berperang di
Pasuruan, kalahlah balatentara Pasuruan pada waktu
(27) Itu balatentara Mataram dipimpin oleh Senapati Mertoloyo lalu berperang
di Pajang, kalahlah mereka balatentara Pajang, lalu berperang di Tuban,
kalahlah balatentara Tuban, lalu berperang di Surabaya, selanjutnya berperang
di Geresik dan Jaratan, kalahlah balatentara geresik dan Jaratan. Jaratan
dihapuskan oleh Mataram. Sesudah itu balatentara Mataram dengan dipimpin
oleh Senopati Kyaigeng Sujonopura menyerbu Madura, dulu di Madura berdiri
lima kebopatian, diantaranya yaitu kabupaten Sumenep, Sampang, Arisbaya,
Pamekasan, dan Balega. Sengitlah peperangan di Madura ini.
(28) Bukankah balatentara Madura pada waktu itu menyosngsong kedatangan
balatentara Mataram dan sudah memperkuat pasukannya dan segala alat
perangnya di desa-desa. Pada mulanya peperangan balatentara Mataram
terkurung, (terdesak), lalu maju balas menyerang.Pada malam hari tatkala sunyi
bagaikan tidak berpenghuni balatentara Balega menyerang balatentara Mataram.
Pada waktu itu sang pimpinan ialah Senapati Mataram gugur di medan perang.
Kemudian peperangan dihentikan sementara.Balatentara Mataram sedang
berduka cita dan turun semangatnya datanglah balatentara Mataram II. Adalah
Lima kebopatian di Madura tunduk di bawah perintah Adipati Surabaya yang
tidak tunduk kepada Mataram, musuh belim kalah oleh karena itu balatentara
(29) Mataram tidak ingin pulang meninggalkan peperangan. Secara kebetulan
apabila kalah, sebabnya gugurnya Senapati Kyaigeng Sujonopura, balatentara
Mataram tidak terlaksana mengalahkan balatententara Madura. Madura dijatuhi
ganjaran oleh Sultan Agung, sebab Sultan Agung sangat berwibawa dan mudah
marah, tidak lama antaranya balatentara Mataram IIdipimpin oleh sang
pemimpin perang Senapati Kyaigeng Juru Kiting tiba di Madura lalu bergabung
menjadi satu kemudian berperang dengan seluruh balatentara dari lima
kebopatian. Berperang di Arisbaya kalahlah beletentara Arisbaya, lalu
berperang di Sampang kalahlah balatentara
(30) Sampang. Lalu berperang di Balega, kalahlah balatentara Balega, lalu
berperang di Sumenep kalahlah balatentara Sumenep.Lalu berperang di
Pamekasan kalahlah balatentara Pamekasan.Sesudah itu peristiwa ini terdengar
oleh Senapati Adiwijaya Surabaya, kemudian sang Adipati menambah
balatentara dengan persenjataan lengkap, lalu berjajar baris memperkuat
kebopatiannya juga
(31) siaga disana sebelum Adipati Arisbaya yang sudah dikalahkan mempunyai
putera laki-laki, Prasena namanya. Sesudah Madura dikuasai Mataram Sultan
Agung memanfaatkan Prasena ditunjuk menjadi kepala semua kebopatian di
Madura, lalu Prasena bergelar Pangeran Cakraningrat.Selanjutnya tidak lama
antaranya Sultan Agung bersiasat balatentara besar Mataram menggempur
Surabaya lalu berperang di Surabaya, kalahlah balatentara Surabaya. Adipati
Surabaya ialah Pangeran Pekik namanya yang sudah menyerah ditunjuk lagi
menjadi Adipati Surabaya, kemudian Pangeran Pekik beristeri dengan

(32) Puteri Sultan Agung ialah Nyi mas Ratu Wandansari Ayu namanya.
Adipati Surabaya diperintah oleh Sultan Agung untuk menggempur Giri,
Kalahlah balatentara Surabaya, tetapi penyerangan Mataram yang keduanya
dipimpin oleh Nyi Mas Wandansari Ayu kalah balatentara Giri. Sunan Giri
ditangkap dan dibawa ke Mataram.Tidak lama Sunan Giri ditunjuk menjadi
Panembahan Giri.Sesudah itu Blambangan dikuasai Mataram.Mulanya tatkala
itu di Pulau Jawa ada tiga Negara bermusuhan diantaranya ialah Mataram
Belanda dan Banten.Ketiga-tiganya ingin memiliki kekuasaannya di Pulau
Jawa. Memang semula pulau Jawa adalah sebuah Pulau
(33) Pusat kotanya bumi. Sultan Agung Mataram telah berjanji bahwa ratu-ratu
Cirebon kerabat Mataram, juga Panembahan ratu gurunya Sultan Mataram.Oleh
sebab itu ratu Mataram dengan Cirebon menghormati.Sultan Mataram bersikap
bijak dan mengucapkan selamat kepada kerabat dan gurunya.Panembahan Ratu
Cirebon besar wibawanya seperti Susuhunan Jati.Tatkala Sultan Agung
memerangi Belanda di Jayakarta, Panembahan Ratu Cirebon, Kerajaan Cirebon
tidak di bawah kekuasaan Mataram. Sultan Agung dengan kemarahan terhadap
(34) Belanda. Ucap sang Sultan Mataram, Hai Murtako (Mur Jangkung-
maksudnya kepada J.P.Coen) dari Jayakarta, kalu aku dating ke Jayakarta
siapapun adanya disana kubunuh kalian semua. Kemudian Sultan Agung datang
ke kerabatnya ialah Panembahan Ratu, bahwa Cirebon akan dijadikan tempat
berlabuhnya perahu-perahu perang dan balatentara Mataram, apabila Mataram
mau menggempur ke Jayakarta. Kepada rencana Sultan Mataram oleh
Panembahan Ratu Cirebon disambut dengan gembira dengan ditempati
balatentara Mataram singgah dan berkumpul di Cirebon.Tidak lama antaranya
datanglah perahu-perahu perang Mataram banyaknya terbilang. Perahu-perahu
itu lalu berlabuh di pelabuhan
(35) Cirebon, berjajar baris perahu itu berlabuh di sepanjang pantai. Sesudah itu
berjajar baris balatentara besar dan pegang senjata lengkap turun dari perahu
berkumpul menjadi satu.Seluruh balatentara Mataram dijamu dengan berbagai
makanan dan minuman dalam upacara pesta besar di Kerajaan Cirebon.Tampak
ramai disana.Adapun pekerjaan balatentara Mataram menyerang dan
menggempur ialah memerangi Belanda di Jayakarta. Mereka bersatu di Cirebon,
antara lain balatentara itu dari Madura termasuk lima kekabopatiannnya ialah
Pamekasan, Sumenep, Balega, Sampang, dan Arisbaya, kemudian dari
Surabaya, Barebes, Telegil, Gombong, Nambeng, Wiradesaki, Batang, Kendal
(36) Kaliwungu, Geresik, Lamongan, Tuban, Lasem, Sadayu, Demak, Kudus,
Japara, Juwana, Pekalongan, Krembang, Bagelen dan Sumedang. Adapun para
Senapati Mataram yaitu Adipati Mandurareja, Tumenggung Sura Agul dan
Uposonto. Tampak kota Cirebon menjadi sibuk oleh lalu lalangnya balatentara
Mataram. Mereka sudah memasang perlengkapan senjatanya dan mengenakan
pakaian perangnya.Banyaklah balatentara Mataram yang tertarik kepada gadis-
gadis cantik Cirebon, apabila nanti kebetulan kembali ke Cirebon.Penyerangan
pertama balatentara Mataram dipimpin oleh Baureksa.
(37) namanya dan balatentara dari Sunda dipimpin oleh Dipati Ukur. Pembesar
Belanda Di Jayakarta Sibule Mur Jangkung namanya (maksudnya : J.P.Coen).
Balatentara Mataram serempak menuju ke istananya Belanda di Jayakarta.
Ramailah di medan peperangan balatentara Mataram kaget (terkejut) dan
ketakutan manakala melihat tentara Belanda menyalakan senjata besar
(maksudnya : meriam ) mengeluarkan api dan asap hitam sedangkan suaranya
seperti bunyi petir menyambar, bumi bergoyang seperti ada gempa bumi. Sisa
balatentara Mataram mundur ke belakang sebab balatentara Mataram selalu
menghadapi kesulitan menyerbu dan repot sekali rasanya untuk mengadakan
perlawanan, disana sini mayat bergelimpangan balatentara Mataram banyak
yang mati, luka parang dan berlumuran darah. Pada penyerangan pertama ini
tidak berhasil, lalu tidak lama antaranya datanglah balatentara Mataram sebagai
penyerangan kedua.
(38) Lebih banyak jumlah pasukan penyerbuan Mataram, pasukan sisa yang
dahulu bergabung menjadi satu dengan balatentara yang sekarang. Akhirnya
mereka serempak menyerbu Belanda dengan keadaan yang sebenarnya yang
sudah menghadapi balatentara Mataram. Tampaknya amat sengit kali ini di
medan yuda. Tangkas, trengginas, membabat ganas terhadap musuh yang dating
menyerang. Kota Jayakarta berubah menjadi medan laga keadaan dalam gawat
jiwa melayang seluruh desa-desa sekitar Jayakarta sudah penuh dengan
balatentara Mataram. Mereka mengharapkan
(39) akan hidup terus memperoleh kemenangan. Warga mengharapkan sedih
prihatin tampak wajahnya memelas, ada yang bergemetaran karena takut, ada
yang menangis nestapa bumi pertiwi telah berubah warna menjadi segara
darah.Jumlah bangkai bergelimpangan tidak terhitung. Balatentara Mataram
banayak luka,mati,berjalan sempoyongan, mengaduh prihatin karena kesakitan.
Begitu pula pihak Belanda banyak yang mati, mengaduh menyedihkan tidak
tega melihatnya.Sang pemimpin Belanda yaitu Mur Jangkung dan beberapa
puluh pengiringnya terlepas meloloskan diri berusaha untuk meminta bantuan
tentara Belanda di pulau-pulau di sebelah Timur dan kepada para Dipati yang
sudah bersahabat dengan Belanda. Mur
(40) Jangkung dengan pengawalnya naik perahu, tidak antara lama kembali Mur
Jangkung dengan membawa tentara Belanda. Peperangan ini menjadi semakin
ribut dan sengit.Balatentara Mataram banyak yang melarikan diri ketakutan, lalu
pulang dikampung halamannya. Mereka yang berbuat demikian dijatuhi
hukuman mati oleh Sultan Mataram, sebab Sultan Agung ada apabila
balatentara kalah sekalipun, bukankah tidak boleh apabila Mataram kalah.
Tetapi kehendak Sultan Mataram itu tidak terlaksana. Sebabnya balatentara
tidak ada kemampuan untuk mengalahkan Belanda, sedangkan balatentara
Mataram banyak yang gugur, oleh sebab itu Sultan Agung memerintahkan
pasukannya pulang ke tempatnya masing-masing ialah ke Kotaraja.
(41) dan mereka tentara Mataram yang tidak berbakti kepada kerajaan
melarikan diri dari medan laga. Mereka berbuat curang, yang benar-benar
berbuat penyelewengan dari darmabaktinya dengan mereka yang termasuk yang
salah oleh Sultan Agung Mataram ada yang dipenjarakan danada yang dijatuhi
hukuman mati. Adapun balatentara Mataram dari Bagelan pimpinan Senapati
Wiralodra tidak pulang kembali ke Kotaraja, sebab ditunjuk Sultan Mataram
untuk menjaga perbatasan sebelah barat wilayah kerajaan Cirebon, bukankah
sebelah barat wilayah ini banyak yang sudah di rebut Belanda dan sebelah
baratnya lagi banyak orang-orang Banten dengan balatentaranya yang
memusuhi Mataram dan Cirebon.. Itu berbeda sekali menjaga Cimanuk di
Dremayu, sebab balatentara Belanda dan Banten apabila mau menggempur
Mataramdari barat dengan
(42) naik perahu dan berhenti di sungai itu, juga memerintahkan semua para
pesuruh Pangeran Panembahan Ratu Cirebon, itu sebabnya banyak
diantaranyabalatentara Mataram yang bermukim (menetap) di desa itu.
Sedangkan Senapati Wiralodra kemudian menjadi Adipati di Dermayu. Tunda
dahulu riwayat ini sebentar, lalu diganti dengan riwayat yang lain. Menurut
cerita dari orang-orang Sunda, dikatakan Raja Pajajaran disebut oleh orang-
orang Sunda dengan nama Prabu Siliwangi ialah Raden Manah Rasa namanya
yang lain. Raja ini adalah ayahanda Pangeran Cakrabuwana namanya.
(43) dan adiknya, ialah Nyi Lara Santang namanya. Tetapi meskipun demikian
nama Prabu Siliwangi tidak ada tertulis dalam naskah Nagara Nusantara dan
naskah Pararatuan Parahyangan serta dalam parwa bagian keturunan
keturunanya. Dan dalam naskah raja-raja Jawadwipa parwa dan dalam naskah
Susuhunan Jati Wamsatilaka Parwa, juga dalam naskah Carbon Garagheng
Parwa, oleh karena itu Raja Pajajaran ada hubungannya dengan Susuhunan Jati
sampai kepada kerabat keturunannya. Oleh karenanya kakakku (Sultan Sepuh
dan Sultan Anom) memerintahkan kepadaku untuk menceritrakannya.
Ceritranya begini prabu Siliwangi yang ada hubungannya dengan kerajaan
Cirebon adalah bukan tipuan (bukan bohong) pertama-tamapendapat yang pasti,
tetapi aku selalu berusaha ingin mengakhirinya dengan kara yang dapat di
pertanggung jawab dengan ceritra yang lebih luas yang akhirnya lama kelamaan
karya ini berhasil dan sempurna.Tulisan-tulisan yang sudah di ceritakan dari
orang-orang sunda di jadikan satu dengan ceritra-ceritra dari cirebon.Beginilah
pertamanya di katan: adalah raja besar yang berkuasa (menguasai) pakuan
pajajaran di bumi jawa barat di sebut dengan nama gelar prabu anggalrang
berasal dari galuh wangsanya.Tatkala itu keratonya di sebut surawisesa
namanya, di parahyangan sebelah timur daerah wilayahnya.Ketika msih kanak-
kanak prabu siliwangi bernama raden pamanah resa, mana rarasa namanya yang
lain, ia dipelihara dan di jadikan anak oleh uwaknya, ialah juru labuhan (sah
Bandar), ialah kyaigheng sindangkasih namanya.

(45) Kyaigheng menguasai pelabuhan muarajati namanya tidak jauh dari bukit
amparan jati .Akhirnya sang pamanah rasa beristeri dengan nyi ambet kasih.Di
ceritakan, raden pamanah rasa ketika menjelang dewasa, ia mengikuti
payembara perang di singapura ialah kyaigeng tapa namanya dan menjadi
mangkubumi di bawah kekuasaan kerajaan galuh, kebetulan singapura di bawah
kekuasaan kerajaan galuh, kebetulan singapura di bawah pengaruh pakuan
pajajaran.Akhirnya raden manah rarasa unggul dalam sayembara perangnya,
oleh karenanya ia di tingkahkan dengan nyi subang larang namanya.Pada waktu
anak-anak nyi subang larang bernama nyi larang tapa namannya yang lain, ia
adalah seorang gadis cantik
(46) seperti sang candra bersinar pada tanggal 14-nya, sesudah kyaigheng
sindangkasih wafat, raden pamanah rasa di angkat menjadi ratu di sindangkasih,
yaitu setelah mengalahkan semua calon-calon jodoh isterinya, salah satu di
antaranya ratu Japura, kyaigheng amuk marugul namanya.Negara Japura
terletak di sebelah timur bukit ampran jati.Sesudah itu raden pamanah rasa di
nobatkan menjadi raja (naradwipa) di pakuan pajajaran oleh uwaknya, tatkala
itu ia bertahta dengan gelar prabu dewata wisesa dan bersemayam di keraton
pakuan sang bima namanya.
(47) Sesudah itu isterinya nyi larang tapa ialah nyi subang larang di bawa ke
keraton itu.Sesungguhnya nama siliwangi tidak tertulis di dalam empat buah
naskah yang telah di sebutkan di atas oleh orang-orang sunda dan orang-orang
cirebon, dan semua orang di jawa barat menyebut prabu siliwangi raja
pajajaran.Jadi jelas bukan nama dirinya raja pajajaran.Menurut yang di tulis
dalam naskah nagara nusantara dan naskah pararatuan parahyangan wamsatilaka
parwa dan naskah raja-raja jawadwipa parwa dan naskah susuhunan jati
wamsatilaka parwa.Raja pajajaran yang di anugrahi nama prabu guru
dewataprana dan di anugerahi nama sri baduga maharaja, ratu aji di pakuan
pajajaran,
(48) Sri sang ratu dewata adalah anak rahyang dewa niskala.Rahyang dewa
niskala anak rahyang niskala wastu kencana.Rahyang niskala wastu kancana
anak prabu maharaja lingga buwana wisesa anak sang prabu ragamulya.Sang
prabu ragamulya anak sang prabu ajiguna, sang lingga wisesa namanya yang
lain, “mokteng kidding dengan isteri puteri sang prabu lingga dewata, mokteng
kikis.Sang prabu lingga wisesa anak sang prabu citra ganda, mokteng
tanjung.Sampai di sini dulu, selanjutnya menurut berita orang-orang sunda, di
ceritakan permulaan prabu siliwangi putera sang prabu anggalarang, sang prabu
anggalarang putera sang prabu mundingkawati,
(49) Sang prabu mundingkawati putera sang prabu banyakwangi, sang prabu
banyakwangi putera sang prabu banyak-larang, sang prabu banyaklarang putera
sang prabu susuktunggal, sang prabu susuktunggal anak sang prabu wastu
kancana.Sang prabu wastu kancana anak sang prabu linggawesi, sang prabu
linggawesi anak sang prabu linggahyangan, sang prabu linggahyang anak ratu
purbasari, ratu purbasari sang prabu ciyung wanara, sang prabu ciyung wanara
anak sang maharaja galuh pakuan, ialah maharaja adimulya namanya yang
lain.Sampai di sini dulu.Benar-benar dua cerita tadi dari orang-orang sunda dan
cirebon dan dari tulisan naskah empat buku.Ada pertentangan, satu memberi
petunjuk yang menyamakan itikad, sebaiknya dari semua naskah di jadikan
(50) Satu, kemudian di ambili (di pilih) yang benar dan isi kandungan pokoknya
yang benar, sempurna dalam menjelaskan mengena dengan tujuan.
Ini permulaan cerita asal mula Cirebon, sesudah Kyai Geng Tapamenggantikan
kedudukannya menjadi Juru Labuhan (Sahbandar) pelabuhan dengan sesebutan
nama Kyiageng Jumajan Jati menguasai di wilayahnya sepanjang pantai laut
Cirebon disebut Caruban Larang (Cirebon Pantai) ialah Cirebon Pesisir. Adapun
Cirebon yang terletak di kaki gunung Ciremai disebut “Caruban Girang” ialah
Kyaigeng Kasmaya putera Mangkubumi Suradipati yang mewakili kakaknya
ialah Prabu Maharaja Lingga Buwana Wisesa yang gugur di Bubat Majapahit.
(51) Sedangkan Prabu Maharaja Lingga Buwana Wisesa berputera Rahyang
Niskala Wastu Kancana selanjutnya Rahyang Niskala Wastu Kancana
beranak,pertama Rahyang Dewa Niskala, kedua Ratu Singapura ialah Kyaigeng
Surawijaya Sakti namanya, ketiga Kyaigeng Sindangkasih namanya, keempat
Kyaigeng Tapa. Rahyang Dewa Niskala berputera Sri Baduga Maharaja
Pajajaran yang menurut orang-orang Sunda disebut Prabu Siliwangi ialah Raden
Pamanah rasa namanya yang lain. Sedangkan Kyaigeng Tapa ialah adik
Rahyang Dewa Niskala berputera wanita Nyi Subang Larang. Adapun isteri
Kyaigeng Tapa ialah Nyi Retna Keranjang puteri Kyaigeng Tapa ialah Nyi
Retna Keranjang Puteri Kyaigeng Kasmaya ratu di
(52) Cirebon, Girang Mandala, desa yang diantara daerah Wanagiri namanya.
Sesudah adik Prabu Dewa Niskala ialah Kyaigeng Surawijaya Sakti dahulu
menjadi Ratu Singapura, yang sudah lama meninggal dunia tanpa meninggalkan
keturunan, bukankah tidak dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan
adik sang juru labuhan (sahbandar) Kyaigeng Tapa, bermukim di Desa
Lemahwungkuk ialah Nyi Mas Rara Ruda namanya, yang wajahnya tampak
pucat (putih). Selanjutnya Nyi Mas Rara Ruda menikah dengan Tan Pwa Wang.
Orang-orang Jawa menyebutnya Dampu Awang dari negeri Campa. Dulunya Ki
Dampu Awang seorang kaya raya, bukankah ia juragan/sudagar semua perahu.
Di dalam perkawinannya Nyi Mas Rara Ruda dengan Ki Dampu Awang
beranak wanita Nyi Mas Acih putih namanya
(53) ia adalah gadis yang elok rupawan, menikah dengan Prabu Siliwangi Ratu
Pakuan Pajajaran. Didalam perkawinannya mereka beranak wanita Nyi Mas
Rara Badaya namanya yang nantinya setelah menjadi gadis dibawa ke negeri
Campa oleh kakeknya Ki Dampu. Disana Nyi Rara Badaya berguru agama
islam kepada ulama besar islam Maulana Ibrahim Akbar namanya. Dulu Ki
Dampu Awang di Pulopinang sudah menikah dengan wanita disana. Adapun
Sang Pendita islam itu adalah ayah Ali rakhmatullah. Sedangkan Ali Musada
yang kebetulan beranak Maulana Ishak yang menikah dengan wanita puteri raja
di Blambangan ialah puteri sang raja Maulana, lalu

(54) Berputera Raden Paku yang disebut namanya Susuhunan Giri. Sedangkan
Ali Rakhmatullah itu ke Jawa disebut Susuhunan Ampel Denta ialah sang
pimpinan ulama terhormat para aulya pulau Jawa. Susuhunan Ampel Denta
kemudian beranak MK Makdum Ibrahim yang disebut Susuhunan Bonang dan
adiknya bernama Maseh Munat disebut Susuhunan Drajat ialah anak Susuhunan
Ampel Denta yang dari Negara Campa, kita hentikan dulu riwayatnya, diganti
dengan riwaya yang lain. Yang dulu bahwa perkawinan Sang Prabu Siliwangi
dengan Nyi Subanglarang itu dianugerahi anak 3 orang, 2 laki-laki dan 1 wanita
satu persatunya adalah Raden Walangsungsang adiknya Nyi Lara Santang dan
Raja Sengara yang bungsu.
(55) Sesudah itu anak-anaknya meningkat dewasa, Nyi Lara Santang telah
menjadi gadis yang kecantikannya seperti ibunya. Sudah dewasa ibundanya
tidak lama wafat dikeraton Pakuan Pajajaran. Dengan kematian ibunya ini
mereka (anak-anaknya) selalu dihina disakiti hatinya dan dimusuhi oleh
saudara-saudaranya dari lain ibu, Sedangkan ayahandanya kurang
memperhatikan anak-anaknya. Oleh karenanya para anaknya dengan hati duka
nestapa, setahun kemudian yaitu tatkala malam hari keluarlah dari keraton
Pakuan ke Timur tujuannya masuk hutan-hutan diwilaya Parahyangan. Tidak
diceritakan keadaan di perjalanan tibalah sang putera raja ini di rumah kediaman
Ki Gedheng Danuwarsih yang menjadi Pendita agama Budha.
(56) Anak Sang Pendita Budha itu bernama Nyi Indang Geulis mencintai
kepada sang pemuda itu, bukankah Nyi Indang Geulis itu wajahnya elok sekali.
Sedangkan Sang putra Raja tertarik hatinya kepadanya, oleh ayahandanya
dikawinkan. Tidak lama kemudian Nyi Lara Santang mengikuti perjalanan
kakaknya, disini (dirumah kediaman Danuwarsih) bertemu. Adapun pendita
termashur ini adalah anak Ki Gedheng Danusetra ialah Sang pendita besar di
Gunung Diyeng yang sudah lama meninggal dunia di Keraton Galuh Pakuan.
Sedangkan adik Danuwarsih berdiam di Cirebon Girang ialah Ki Danusela
namanya yang menikah dengan Nyi Arumsari anak Ki Gedheng
disana.Beginilah diceritakan selanjutnya. Sang Putra raja dengan isterinya dan
adiknya pergi menuju Bukit Amparan Jati, disini mereka berguru agama Islam
kepada Syekh Datuk Khahfi yang disebut juga Syekh Nurul Jati Ulama Besar
Islam yang dahulu datang dari bagdad dulu bermukim di Malaka (Sang Hyang
Ujung). Sedangkan adiknya yang bernama Syekh Bayanullah ada di Malaka
yang kelak Syekh Bayanullah datang di Bukit Amparan Jati dinamai Syekh
Datuk Mahuyun. Tatkala usia muda Syekh Datuk Khahfi bermukim di kota
Baghdadllu ia menikah dengan Syarifah Halimah ialah adik dari ayahandanya
Sultan Sulaiman Al Bagdadi digantikan yang diceritakan. Pada waktu itu dikaki
bukit Sembung dan Bukit Amparan Jati sudah lama berdiri Dukuh (desa)
Pasambangan namanya.Tiap hari warga masyarakat yang jual beli pada
berdatangan disini. Sedangkan tempat berlabuhnya perahu (pelabuhan) Muara
Jati menjadi
(58) ramai, bukankah dari mana-mana perahu selalu berlabuh disini, diantaranya
ialah dari negeri Cina, Arab, Parsi, India, Malaka, Tumasik (Singapura
sekarang), Paseh, Jawa Timur, Madura, dan Palembang oleh karenanya dukuh
Pasambangan menjadi ramai dan warga masyarakat keadaan makmur dan
sejahtera. Diceritakan Mercu suar puncak bukit Amparan Jati jika malam hari
dari kejauhan menyala kelihatan seperti bintang gemerlapan.Dulunya mercu
suar ini sebagai tandanya pantai pesisir Muara Jati.Yang mendirikan Panglima
Angkatan Perang Cina Wai Ping namanya dengan Sang Laksamana Te Ho dan
balatentaranya tidak terbilang banyaknya.Mereka di Pasambangan dalam
perjalananya menuju Majapahit berhenti sementara di Muara Jati.
(59) Sesudah mereka berdiam di desa Pasambangan membangun mercu suar.
Oleh sang Juru Labuhan (sahbandar) tidak lama diantaranya baru berjalan 7 hari
7 malam sesudah itu mercu suar di beli oleh Ki Juru Labuhan ialah menjadi
Mangkubumi bernama Jumajan Jati. Ditukar dengan garam, terasi, beras
tumbuk, “gerabadan” dan kayu jati.Berangkat ke Jawa Timur.Sesudah penuh
muatan mereka didalam perahu. Adapun dahulu ketika pertama tama Ki
Gedheng Tapa menjadi Juru Labuhan (sahbandar) banyak teman-teman dengan
masyarakat yang jual beli desa-desa begitu pula dengan ulama besar islam dari
Mekah, Bagdad dan Campa. Salah satu diantaranya Syekh Hasanudin anak
Syekh Yusuf Sidik ulama besar yang termashur di Negara Campa.
(60) Sampai di pulau Jawa di sini mendirikan pesantren Quro di Karawang,
begitu pula anaknya Ki Gedeng Tapa ialah Ratu Singapura, gadis ini yang
namanya Nyi Subang Larang digurukan kepada Syekh ini di Karawang selama
dua tahun. Datang di pondok Quro ialah dahulu ketika belum menjadi isteri
sang prabu Siliwangi, Dulunya Syekh Datuk Khahfi atau disebut Syekh Idhofi
yang juga disebut Syekh Nuruljati datang di dukuh Pasambangan bersama para
pengiringnya sebanyak 12 orang, 10 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Ia
adalah duta Sultan Bagdag. Sedangkan guru Quro yang di Karawang itu adalah
duta kerajaan Campa.Oleh Ki Mangkubumi Jumanjan Jati diperbolehkan di
sini.Diberilah Syekh Datuk Khahfi ialah Syekh Nuruljati untuk bermukim di
wilayahnya.
(61) Di ceritrakan sesudah tiga tahun lamanya berguru agama Islam kepada Ki
Syekh Datuk Khahfi puteraraja dengan isteri dan adiknya, ialah Nyi Indang
Geulis anak Ki Danuwarsih dan adiknya Nyi Lara Santang sudah cukup
agamanya. Sang guru memerintahkan untuk membangun pedukuhan di Kebon
Pesisir. Yang ada di sebelah selatan bikit Amparan Jati, letaknya di pinggir
pantai.Di sini Raden Walangsungsang yang sudah memperolehnama Ki
Somadullah dari gurunya membuku hutan.Di sinilah membangun surau dan
rumah untuk sementara.Digantikan yang diceritrakan. Adapun Ki Danusela
namanya yang sudah bernama Ki Gedheng Alang ialah adik Ki Dauwarsih yang
menjadi wiku agama “sangnyang” (Hindu-Budha) bermukim di daerah
Parahyangan timur.
(62) Danusela sudah lama di Kebon Pesisir lemahwungkuk disebutnya
kemudian ialah tegal ilalang. Tatkala itu ia mendirikan tempat kediamannya
disana. Ia bersama isterinya yang bernama Nyi Arum Sari dari Cirebon Girang
di wilayah Wanagiri. Mereka pada malam hari mencari rebon (udang lembut
dan ikan di sungai yang ada disebelah timur rumahnya, juga sepanjang pantai
laut. Kemudian mereka membuat terasi,petis dan garam. Di dalam
perkawinannya mereka (Ki Danusela dan Nyi Arumsasi) memperoleh anak
wanita Nyi Retna Riris namanya yang kemudian disebut Nyi Kencana
Larang.Sesudah itu putera raja dan isteri serta adiknya pindah ke rumah Ki
Danusela bukankah Ki Danusela itu adalah kerabat dengan Nyi Indang Geulis.
Disini putera raja
(63) turut mmembantu menyuburkan tanah maka pada akhirnya telah berdirilah
dukuh tegal ilalang yang kemudian disebut Cirebon, sebab warga masyarakat
dari pedesaan pasambangan banyak yang berdatangan disiniantara lain orang
jual beli (pedagang), Petani, nelayan dan mereka menangkap ikan di sepanjang
pantai. Semakin pedukuhan itu menjadi desa yang ramai.Disana penduduk
memilih Ki Gedheng atau Kyaigeng Alang-alang menjadi kepala desanya.Dan
Raden Walangsungsang dijadikan “pangraksa bhumi” (wakil kepala desa)
dengan sesebutan Ki Cakrabumi namanya.Tidak antara lama lebih kurang tiga
tahun putra raja bermukim disana, lalu pedukuhan ini (pedukuhan alang-alang
ganti ucapannya oleh penduduk desa Cirebon namanyajuga disebut Cirebon
larang ialah Cirebon Pesisir. Begitulah desa
(64) yang baru ini dihuni oleh penduduk dari berbagai suku/keturunan,
bahasanya dan tulisannya adat tatacaranya, pekerjaannya dan berbeda satu sama
lainnya. Adapun keadaan desa Cirebon tatkala dipimpin oleh Ki Kuwu Cirebon
I. Selanjutnya di ceritakan sedang Ki Cakrabumi dengan adiknya pergi
(menaiki) ke Bukit Amparan Jati. Syekh Datuk Kahfi memberi petunjuk kepada
muridnya, beginilah pesan sang guru, anakku kalian berdua mantapkan engkau
kepada syariat islam, pergilah kalian naik haji ke baitullah ialah di Mekah. Akan
tetapi sebaiknya isterimu Nyi Endang Geulis tidak turut pergi, bukankah ia
sedang bunting tua. Akhirnya menuruti kata-kata gurunya.Tidak diceritakan
dalam perjalanan mereka (putera raja dan adiknya) sampailah
(65) ke Mekah. Disana mereka bermukim di rumah Syekh Bayanullah yaitu
kerabat Syekh Nurul Jati yang bermukim di Bukit Amparan Jati. Sementara di
kota Mekah Ki Cakrabumi berguru kepada ulama besar islam Syekh Abdul
yajjid. Mereka (putera raja dan adiknya) bukankah berdua telah memperoleh
sesebutan haji dari Syekh Yajjid.Dipadang pasir itu Nyi Lara Santang diperisteri
oleh Maulana Sultan Mahmud yang disebut juga Syarief Abdullah anak Nurul
Alim dari Hasyim wangsanya.Wangsa ini bermula dari Bani Ismail yang dahulu
berkuasa di Ismailiyah ibukotanya yang menguasai Bani Israil yang ada di
wilayah Palestina termasuk kekuasaannya. Dahulu dua wilayah ini semuanya
tunduk di bawah kekuasaan Mesir, sesudah itu Nyi Lara Santang bernama
(66) Syarifah Mudaim. Sedangkan kakaknya dinamai Haji Abdullah
Iman.Tatkala Syarifah Mudaim sedang mengandung Sembilan bulan pergilah ia
ke Negara Mekah yang kedua kalinya bersama suaminya menganugerahkan
(kepercayaan) kepada pengawal-pengawalnya antara lain ialah Penghulu
Jamaludin Sang Patih Jamilulail dan para mantra Abdul Jafar, Mustafa, Kalil,
Aluddin Ahmad dan Haji Abdullah Iman. Sedangkan Maha Patih Ungkha Jutra
sebagai adik sang raja tidak turut, sebab iamewakili kakandanya sebagai
pimpinan negaranya di sana dan sekaligus memimpin para menteri dan
balatentaranya.Tatkala itu di Kota Mekah diceritakan Syarifah Mudaim
melahirkan seorang bayi laki-laki yang pertama. Oleh Ayahandanya bayi itu di
beri nama Syarif Hidayat, beberapa lamanya baru empat puluh hari
(67) sang raja dan isterinya dan dengan Sang Raja Putera uang baru dilahirkan
itu beserta para pengiringnya kemudian kembali ke Negara Mesir. Setelah tiga
bulan lamanya di Mesir kemudian Ibdullah Iman pulang Ke Pulau Jawa, ia
singgah ke Negara Campa lalu berguru kepada Maulana Ibrahim Akbar belajar
Syariat islam disana.Sang haji ditikahkan dengan Nyi Rasjati anak Ki Syekh
Maulana Jatiswara atau disebut Ibrahim Akbar pandita islam (ulama besar) yang
termasur di Campa. Yang beristeri dengan puteri raja kerjaan Campa.Di dalam
perkawinannya Ki Haji dan Nyi Ratna berputeralah sebanyak tujuh orang, ialah
yang diantaranya disebut di Jawa Nyi Lara Konda, Nyi Lara Sejati, Nyi
Jatimerta, Nyi Jamaras, Nyi Mertasinga, Nyi Campa, Nyi Rasamalasih. Sesudah
Syarif Hidayat lahir lebih kurang dua tahun.
(68) Lalu Syarifah Mudaim melahirkanbayi yang kedua yang diberi nama Syarif
Nurullah. Tidak lama sesudah itu ayahandanya ialah Syarif Abdullah
wafat.Sementara itu kesultanannya dikuasakan kepada adiknya ialah San Maha
Patih Ungkha Jutra dengan gelar Raja Ungkhah.Ganti yang diceritakan.
Haji Abdulah Iman di Cirebon mengajarkan agama islam kepada penduduk dan
warga masyarakatnya yang kelak semakin lama semakin banyak para
penganutnya. Kemudian di Cirebon dibangun Masjid Jami” Yang diberi nama”
Jalarahan” dan rumah besar (rumah Gadang). Sang Raksabumi ini dengan isteri
dan anaknya Nyi Pakungwati bersahabat dengan dua orang dari Arabia
bermukim di keratonnya. Sesudah itu Sang Haji menikah dengan Nyi Retna
Riris anak Ki Kuwu Cirebon I lalu diganti namanya menjadi
(69) Nyi Kancana Larang. Didalam perkawinannya itu mereka berputera laki-lai
yang diberi nama Pangeran Carban(Cirebon) yang kelak bermukim di Cirebon
Girang ialah di rumah kediaman kakeknya, Lalu Sang Pangeran diangkat
menjadi Kuwu Cirebon Girang. Setelah menjadi Kuwu lalu menikah dengan
Nyi Cupluk puteri Ki Gedheng Trusmi. Didalam perkawinannya lalu berputera
laki-laki
(70) Tidak beberapa lama kakeknya yang dahulu menjadi Ratu Singapura
meninggal dunia. Pangeran Cakrabuwana tidak meneruskan kedudukannya,akan
tetapi walau demikian Pangeran Cakrabuwana mendapatkan warisan, kemudian
mebangun keraton Pakungwati. Dengan demikian sejak itu pula membentuk
pasukan balatentara perang. Sang Prabu Siliwangi di Pakuan Pajajaran
menyambutnya dengan gembira, Bahkab Sang Prabu memberikan tanda
kehormatan kepada kerajaan anaknya itu, kemudian diberikan gelar nama Sri
Mangana. Pemberian restu dan hormat dari Sang Prabu untuk memberikan
kekuasaan putranya ini dibawakan oleh Tumenggung Jagabaya yang menjadi
duta utusan sang Raja. Bahkan adiknya ialah Raden Raja Sengara turut dengan
sang duta utusan itu. Disini adiknya ini memeluk agama islam, lalu pergi ke haji
Mekah, sesudah itu dinamai Haji Mansur dan menikah dengan Nyi Khalimah
dari Campa.
(71) yang setelah di Jawa bersama isteri kakaknya Pangeran Cakrabuwana nanti
disebut Nyi Gedheng Kalisapu. Digantikan riwayatnya yang lain. Sesudah
Syarif Hidayat berusia muda lebih kurang umurnya 20 tahun sudah memiliki
cita-cita dan ingin menjadi penyiar agama islam oleh karena itu ia pergi ke
Mekah, disini ia berguru kepada Syekh Tajmuddin Al Kubri selama dua tahun
juga. Sesudah itu Syarif Hidayat pergi ke kota Bagdad. Disini ia berguru
Tasawuf islam dan bermukim di rumah kediaman kerabat ayahandanya.
Sesudah itu cukuplah keahliannya lalu pulang ke negaranya (di Mesir). Sang
Mahapatih Ungkha Jutra ialah paman Syarif Hidayat yang
(72) Yang memerintah kesultanan ayahandanya menganugerahi nama Nurdin.
Imam ulama besar di negaranya memberinya nama Ibrahim. Berkatalah sang
paman Syarif Hidayat demikian ucapnya anakku angkat engkau menduduki
singgasana kerjaan ini, sebab tidak ada orang yang pantas kecuali engkaulah
satu-satunya. Menjawablah Syarif Hidayat perlahan, Paduka Pamanda terlebih
dahulu ananda minta maaf, sebaiknya adikku yang menduduki tahta kerajaan
ini.Ia pantas menjadi raja disampin ananda sangatlah mencintai agama yang
telah mengetuk hatiku dan ananda ingin menjadi penyiar agama islam di pulau
Jawa. Demi Syarif Hidayat kehendaknya demikian, maka adiknyalah
dinobatkan menjadi raja dengan gelar
(73) Sultan Syarif Nurullah. Sesudah itu Syarif Hidayat yang telah memperoleh
nama Sayyid Al Kamil dari gurunya di Mekah dahulu, maka ia berangkat ke
Pulau Jawa. Beginilah tidak diceritakan di dalam perjalanannya,ia singgah di
Gujarat. Tidak lama kemudian dia singgah di Paseh. Disitu ia bermukim di
rumah kediaman kerabatnya ialah Sayyid Ishak yang menjadi ulama besar islam
yang pernah menjadi guru di blambangan ialah di Pulau Jawa. Sesudah itu Ki
Syarif Hidayat berguru agama selama dua tahun, kemudian ia ke pulau Jawa.
Singgah di Banten. Disini masyarakat sudah banyak yang memeluk agama
islam, bukankah hasil karya Sayyid Rakhmat, Ali Rakhmatullah namanya yang
lain. Ia adalah waliyullah di Ampel Gadhing ialah disebut
(74) Susuhunan Ampel adalah kerabatnya, oleh sebab itu Sayyid Kamil pergi ke
Ampel dengan perahu orang Jawa Timur. Sementara para waliyullah Pulau
Jawa semuanya ada disitu, masing-masing membagi bagi tugasnya untuk
mengajarkan agama islam kepada masyarakat yang menganut agama hindu-
buddha.Sementara itu sayyid kamil memperoleh tugasnya di bukit sembung di
sana bersama uwaknya ialah haji Abdullah iman.Dalam perjalanannya sebanyak
masyarakat sudah memeluk agama islam, bukankah sudah di islamkan semua di
bukit sembung.Ki syarif di sebut maulana jati atau syekh jati, lalu membangun
pesantren.Tidak lama kemudian telah banyak masyarakat yang berguru kepada

(75) Syarif.Tatkala ia mengajarkan agama islam di babadan yang pada akhirnya


ki gedheng menganut agama islam.Ki syarif beserta isterinya bermukim di desa
babadan, sebab ki syarif hidayat beristeri dengan anak ki gedheng
babadan.Beberapa tahun antarannya nyi babadan wafat tidak memperoleh
keturunan, bukankah tidak di anugerahi oleh tuhan yang maha esa, yang
menguasai alam semesta jagat raya.Isteri kedua ialah nyi lara bagdad, yang di
sebut syarifah bagdad adik maulana abdurakhman bagdadi yang di sebut
kemudian pangeran panjunan.Kemudian ki syarif hidayat beserta isteri
bermukim di pasambangan desa.Di dalam perkawinannya mereka di anugerahi
dua orang laki-laki, pertama di beri nama pangeran jayakelana dan adiknya ialah
pangeran bratakelana.Namanya, di berikan sesebutan
(76) Pangeran gung anom, yang kelak pangeran ini menikah dengan ratu nyawa
anak raden patah yang yang di jadikan raja demak I, ialah kerajaan demak para
prajurit hintoro.Sejak itulah gelagahwangi daerah wilayahnya.Sesudah di buka
hutanya menjadi kota yang ramai.Adapun raden patah itu adalah anak sang
prabu brawijaya kretabhumi yang dahulu menikah dengan puteri cina.Akhirnya
sang puteri cina itu di peritahkan untuk pergi ke Palembang kepada arya damar
ialah arya dillah namanya yang lain, ketika mengandung tua ia menangis sedih
dalem hatinya.Kemudian lahirlah raden patah, oleh ibundanya di namai jim bun
dan di pelihara oleh arya damar yang menjadi bopati majapahit di
Palembang.Sesudah menjadi seorang pemuda raden patah
(77) pergi ke pulau jawa bersama raden kusen anak arya damar ialah arya dillah
namanya yang lain.Raden kusen di dudukan oleh sang prabu brawijaya di
jadikan bopati teterung.Sedangkan raden patah di nobatkan menjadi sultan
bintoro dengan bergelar sultan alam akbar al patah, amiril mukminin di jawa
timur, bukankah kebetulan jawa barat tunduk di bawah kekuasaan susuhunan
jati ialah cucu raja pajajaran yang berkuasa di pakuan pajajaran bumi jawa
barat.Adapun yang memberikan nama raden patah itu ialah para waliyullah
pulau jawa yang Sembilan jumlahnya yang di pimpin oleh susuhunan ampel
denta.Sesudah itu majapahit sirna dari bumi, kemudian berdiri masjid besar
demak yang di bangun oleh para wali Sembilan ialah
(78) ialah para waliyullah yang Sembilan.Ganti yang di ceritakan.Sayyid kamil
pergi ke banten dengan para pengikutnya mengajarkan agama islam di
sana.Ketika itu menikah dengan nyi kawunganten adik bopati banten di dalam
perkawinannya mereka beranak wanita dan laki-laki, yang wanita di beri nama
ratu winaon yang nantinya menikah dengan pangeran atas angin.Atau pangeran
raja laut.Yang laki-laki di beri nama pangeran sebakingkin, bergelar pangeran
hasanuddin menjadi sultan banten I bersemayam surasowan kedaton beserta
isterinya nyi pakung banten.Sang bopati ini dengan balatentara memeluk agama
islam berguru kepada syarif hidayat.Beberapa lamanya di angkat menjadi ratu
cirebon oleh uwaknya pangeran cakrabuwana di jadikan tumenggung.Cirebon

(79) dengan gelar susuhunan jati.Sementara itu para wali sanga menyambutnya
terhadap penobatannya itu.Akan tetapi semua para pembesar kerajaan di
wilayah kawasan Jawa Barat (Sunda Pesisir). Sedangkan para Wali Sanga itu
menganugerahkan kekuasaan kepada Ssusuhunan Jati dijadikan “Panetep
Panatagama Islam”seluruh bumi Sunda yang bersemayam di Cirebon sebagai
menggantikan Syekh Nurul Jati yang sudah wafat. Susuhunan Jati bersemayam
di di Keraton Pakungwati sebagai pusat pemerintahannya.Akan tetapi walau
demikian Kerajaan Cirebon di bawah pengaruh Pakuan Pajajaran, bukankah
setiap tahun mempersembahkan upeti terasi dan garam. Tidak lama kemudian
Susuhunan Jati sudah lama tidak
((80) tidak mempersembahkan upeti kepada Sang Prabu Pajajaran, sebab sudah
berunding dan disetujui oleh Ki Kuwu Cirebon, Pangeran Carbon, Dipati Keling
dan seluruh Ki Gedheng, pemuka Kerajaan wilayah. Sunan Jati berhadapan hati
dan berani tanggung jawab di belakang harinya, oleh karena itu Tumenggung
Jayabaya (Jagabaya) dengan 60 balapasukan diperintahkan oleh Prabu Siliwangi
ialah Ratu Pajajaran menegok ke Cirebon. Akan tetapi juga begitu sang
tumenggung sebala pasukan malah memeluk agama islam, tidak berani
memerangi kepada Sunan Jati, sebab disana ada uwak Sunan Jati ialah Pangeran
Cakrabuwana yang besar wibawanya. Sedangkan sang Tumenggung Jagabaya
sepasukannya mendadak menjadi pengikut Susuhunan Jati. Sesudah itu
Susuhunan Jati menikah dengan
(81) Nyi Tepak sari anak Ki Gedheng Tepasari dari Majapahit. Di dalam
perkawinannya mereka melahirkan dua orang anak wanita dan laki-laki yang
wanita Nyi Ratu Ayu namanya yang laki-laki Pangeran Muhamad Arifin yang
diberi nama Pangeran Paserean kemudian. Kebetulan Ratu Ayu menikah dengan
Pangeran Sabrang Lor lalu menggantikan kedudukan ayahandanya ialah Raden
Patah dijadikan Sultan Demak II. Didalam perkawinannya tidak meninggalkan
keturunan, bukankah sang pangeran itu wafat. Tatkala sudah meningkat sebagai
pemuda sedangkan bertahta di kerajaannya selama tiga tahun.Dahulunya Sri
Ratu Ayu puteri Sunan Jati memperoleh warisan gamelan sekaten dan warisan
dibawanya.Dikerajaan Pakungwati Cirebon kemudian Janda Ratu Ayu
kemudian menikah dengan Pangeran Paseh.
(82) Fadhilah Khan namanya yang lain yang rambutnya memutih. Dalam
perkawinannya Ratu Ayu dengan Pangeran Paseh berputeralh wanita dan laki-
laki, yang wanita Ratu Wanawati Raras namanya, yang laki-laki Pangeran
Sedang Garuda namanya. Sedangkan Pangeran Pasarean menikah dengan Nyi
Ratu Nyawa janda kakaknya ialah Pangeran Geng Anom yang disebut Pangeran
Sedang Lautan.Adapun Pangeran Paseh juga menikah dengan Nyi Ratu
Pembayun namanya yang lain. Menjadi isteri kedua ialah isteri isteri ini adalah
anak Sultan Demak Raden Patah.Isteri ini adalah janda Pangeran Jayakelana
ialah kakandanya Pangeran sedang lautan Putera Sunan Jati Cirebon. Di dalam
perkawinannya Pangeran Pasarean dengan Ratu nyawa berputera enam orang
banyaknya ialah masing-masing

(83) ialah pertama Pangeran kasatrian yang beristeri wanita dari Tuban.
Pangeran ini bermukim disana bersama isterinya.Kedua Pangeran Losari yang
menjadi Panembahan disana disebut Panembahan Losari.Ketiga Pangeran
Suwarga yang nantinya menjadi Adipati Cirebon dengan gelar Pangeran Adipati
Pakung Ja atau Pangeran Sedang Kemuning, yang menikah dengan Ratu Ayu
isteri Pangeran Paseh Fadhilah.Jadi satu kakek.Keempat Pangeran Pasarean
ialah Nyi Ratu Mas yang suaminya di Banten seorang Ratu Bagus
disana.Kelima Pangeran yang menjadi Sentana di Panjunan. Keenam Waruju
disebut namanya itu degantikan dengan riwayat yang lain.
(84) Tatkala Susuhaunan Jati sedang mengadakan sidang di hadapan para
pembesar wilayah para wali dan para Senapati Cirebon di tengah bangsal
Pakungwati tidak diceritakan dalam perjalanan tibalah orang-orang dari Demak,
Tuban, Surabaya, Juwana, Japara, Gresik, Telegil dan Pekalongan juga banyak
lagi dari desa-desa wilayah Jawa Barat mereka berkeinginan berguru kepada .
Hentikan dulu riwayatnya dan diganti dengan riwayat yang lain. Diceritakan
Sunan Jati beristeri dengan puteri Pangeran Cakrabuwana ialah Nyi Ratu
Pakungwati, juga Susuhunan Jati menikah dengan Puteri Cina Ong Tin Nio
ialah Lie Anyon Tien namanya yang lain.
(85) Dalam perkawinannya berputera laki-laki yang meninggal dunia tatkala
masih bayi di Luragung Dukuh. Sang Ayu menangis sedih sebab Sang Ayu
mengangkat anak Raden Kemuning anak Ki Ageng Luragung yang baru lahir.
Sedangkan Sang Ayu memberikan bokor kuningan kepada Ki Ageng, bokor itu
adalah bawaan dari Cina. Adapun apa yang ditulis dalam bokor ituadalah sang
naga dalam sikap sedang galak dengan tulisan nama Hong Gie Maharaja sedang
menaiki kuda.Dari wangsa (dinasti Ming).Setibanya Sang Puteri Cina di Jawa
dengan naik perahu Bantaleo namanya. Dengan empat puluh jumlah para
pengiringnya yang nantinya separoh memeluk agama islam yang separuh lagi
agama budha. Sang Ayu diiring oleh Senapati Li Gwan Cang dan nahkoda
perahu Li Gwan Hien namanya yang meninggal di Gunung Kumbang.
(86) ia berasal dari Takce (pendidikan guru) Sang Nahkoda itu asalnya dari
Campa, kemudian para bala Cinayang telah memeluk agama islam mereka
dikuburkan di Bukit Ampran Jati berjejer kesemuanya Perahu Bantaleo itu
berlabuh di Pelabuhan Muara Jati. Lalu ke negeri Cina berhenti di
Palembang.Raja Cina melamun mengingat kepada anaknya. Sebab sang Puteri
tidak pulang karena telah menikah dengan Syarif Hidayat di Dukuh
Pesambangan. Sang Ayu kegemarannya ialah petis oleh karenanya ia disebut
Ratu Petis. Pernikahan Sunan Jati dengan Putri Cina hanya selama empat tahun.
Kita hentikan riwayatnya dahulu sebentar, kemudian kita gantikan dengan
riwayat yang lain. Lagi seperti yang sudah diceritakan bahwa Puteri Ratu Ayu
Sakluh menikah dengan

(87) Mas Rangsang yang bergelar nama Sultan Agung Mataram. Di dalam
perkawinannya berputera Sultan Tegalwangi.Ialah Amangkurat I. Sunan
Tegalwangi berputera Amangkurat II yang menggantikan kedudukan
ayahandanya. Yang wanita anak Sultan tegalwangimenikah dengan Pangeran
Putra ialah bergelar nama Panembahan Girilaya ialah anak perempuan Sedang
Gayam. Dari Puteri Mataram Panembahan Girilaya berputera tiga orang laki-
laki ialah Pangeran Mertawijaya atau Pangeran Syamsudin ialah Sultan
Kasepuhan I.Adiknya Pangeran Kartawijaya atau Pangeran Badridin menjadi
Sultan Kanoman I. Adiknya yang bungsu Pangeran Wangsakerta yang menjadi
Panembahan Cirebon I bukankah Ratu Ayu Sakluh adalah kakak isteri (lanceuk
: sunda ) Panembahan Ratu Cirebon.
(88) Dengan demikian Raja Cirebon dan Raja Mataram itu famili tetapi Raja
Mataram Sunan Tegalwangi selalu kehendaknya menguasai Cirebon. Dulunya
juga ialah Cirebon dan Banten Famili. Sedang menuju Bukit Sembung dengan
para pengiringnya para pembesar Kerajaaan Cirebon dalam perjalanan itu
dihadang oleh Ki Datuk Fardhun ialah Syekh Lemahabang, Dulunya Ki
Fardhun ingin membalas kematian gurunya kepada Sunan Jati yang dulu. Oleh
sebab itu ditengah jalan sang putera raja berperang duel dengan Ki Datuk
Fardhun yang terkenal sakti mandraguna. Menurut cerita ramailah di medan
laga. Ki Datuk Fardhun tidak mampu melawan musuh, matilah ia, bangkainya
dikuburkan disitu.
(89) Sang Panembahan selamat, Pakuan Pajajaran itu sirna dimuka bumi oleh
balatentara Banten dan Cirebon ialah Maulana Yusuf Sultan Banten, sedangkan
Cirebon ialah Panembahan Ratu putera Pangeran Suwarga. Adapun isteri
Panembahan Ratu yang ke dua ialah Nyi Ratu Harisbaya namanya, isteri ini
yang amat elok rupawan benar-benar kecantikannya seperti bidadari, tetapi
walaupun demikian Sang Ayu mencintai Pangeran Geusan Hulun yang berkuasa
di Sumedang Larang. Hampir kejadian peperangan antara Cirebon dan
Sumedang pada waktu itu.Ratu Harisbaya diceraikan oleh suaminya, Lalu
menikah dengan Pangeran Geusan Hulun. Tidak lama kemudian Sang Pangeran
menyerahkan
(90) wilayah Sindangkasih kepada Panembahan Ratu Cirebon ialah bahwa tidak
terjadi pertentangan di dalam persahabatan dan tidak putus kekerabatannya serta
persahabatan. Di dalam perkawinannya Ratu Harisbaya dengan Pangeran
Geusan Hulun suami Sang Ayu berputera tiga laki-laki ialah
TumenggungTegalkalong I, kedua Raden Arya Wiraraja namanya kemudian
yang ketiga ialah Raden Rangganitinegara namanya. Adapun sejak berdirinya
Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman ialah pada tahun 1699 Saka (1677/1678
Masehi). Empat tahun kemudian Cirebon bersahabat dengan Belanda kompeni,
yang menulis surat
(91) persahabatnnya ialah Sultan Kasepuhan yang pertama Pangeran Syamsudin
Martawijaya, Sultan Kanoman yang pertama Pangeran Badridin Kartawijaya,
lalu mereka semua yang termasuk Jaksa Pitu (jaksa Tujuh) ialah para pembesar
Kesultanan Cirebon antara lain ialah Panembahan Ageng Gusti Cirebon ialah
Pangeran Wangsakerta namanya lalu mereka Jaksa Tujuh ialah Raksanagara,
Purbanagara, Anggadiprana, Anggaraksa, Singanagara, Nayapati, Sang
Panembahan itu kepala Sang Jaksa tujuh. Dari pihak Belanda Kompeni ialah
Yakub Bule, Kapiten Misel, Di Bangsal Paseban Keraton Kasepuhan.Sesudah
Panembahan Ratu wafat kemudian digantikan oleh cucunya ialah Raden Putra.
(92) atau Raden Resmi dengan gelar Panembahan namanya yang lain tatkala itu
disebut Pangeran Panembahan Ratu II, Putera Pangeran Sedang Made Gayam
yang sudah wafat terlebih dahulu, tatkala ayahandanya ialah Panembahan Ratu I
belum wafat. Panembahan Adining Kusuma berkuasa Cirebon selama 12 tahun,
kemudian wafat Pangeran Raden Putra disebut Pangeran Panembahan Girilaya,
selama ia menjadi Panembahan berkuasa di Cirebon, Ia selalu ada di Mataram
bersama dengan dua orang anaknya ialah Mertawijaya ialah Pangeran
Syamsudin sedangkan Panembahan Girilaya yang ketiga bermukim di Keraton
Cirebon mewakili ayahandanya. Sesudah itu Pangeran Panembahan Girilaya
wafat, Pangeran Syamsudin Mertawijaya ditunjuk menjadi Panembahan Sepuh,
lalu disebut Sulta Kasepuhan I dan Adiknya Pangeran Badridin Kertawijaya
ditunjuk menjadi Panembahan Anom, lalu disebut Sultan Kanoman Idan
adiknya ialah Pangeran Wangsakerta ditunjuk menjadi Sultan III dengan gelar
Panembahan CVirebon. Tatkala itu tiga Negara pada ingin menguasai Cirebon
ialah Banten, Mataram, dan Belanda, Sedangkan Sulta Cirebon ingin merdeka.
Tatkala itu
(94) Raja Mataram ialah Susuhunan Amangkurat I sedang bermusuhan dengan
Trunojoyo putera Adipati Madura Pangeran Cakraningrat, balatentara Madura
yang dipimpin oleh Trunojoyo menjadi satu dengan balatentara Makasar yang
dipimpin oleh Kraheng Galesung dan Monte Moreno. Setiap perang beberapa
wilayah Mataram selalu kalah.Tidak berapa lama balatentara Madura dan
Balatentara Makasar merebut Kartya Kota Besar Mataram.Susuhunan
Amangkurat dan puteranya ialah Pangeran Dipati Anom dengan para
pengikutnya melarikan diri ke Barat, lalu Sunan Mataram wafat di Tegalwangi.
Sesudah itu Pangeran Dipati Anom ialah
(95) Putra raja menggantikan kedudukan ayahandanya menjadi Susuhunan
Amangkurat II, Tatkala kota besar Mataram direbut oleh tentara Madura dan
Makasar, Panembahan Sepuh Syamsudin Mertawijaya dan Panembahan Anom
Badridin ada disana. Mereka ditangkap oleh Trunojoyo, lalu dibawa ke Kediri,
juga batu blitar dengan beberapa orang pengiringnya.Di kuasai oleh trunojoyo
di bawa ke Kediri.Di sana mereka pangeran dari cirebon dan ratu blitar di tahan
oleh trunojoyo.Pangeran wangsakerta panembahan cirebon ialah aku, ingin
menghindarkan kakak-kakakku dari kejahatan mereka, oleh karena itu aku
dengan beberapa pembesar kerajaan cirebon menuju ke banten.Agar
menghindarkan kakak-kakakku, bukankah sultan banten adalah familiku, lalu
pribadiku dan balatentara banten
(96) Tujuanku menuju banten akan menjumpai sultan ageng tirtayasa banten,
agar menyelatkan kakak-kakakku bukankah sultan banten adalah familiku.Lalu
aku pribadi dengan balatentara banten ke jawa timur.Sesudah itu
Kediri.Trunojoyo mendapat surat dari sultan banten, agar pangeran dari cirebon
beserta para pengikutnya di selamatkan, sementara sultan banten memberikan
tanda penghargaan dan alat-alat persenjataan (amunisi) perang kepada
trunojoyo, sebab sultan banten bersahabat dengan trunojoyo dalam memusuhi
mataram dan belanda.Sultan banten menyambut dengan sukacita kepada
trunojoyo yang telah dapat merebut kotabesar mataram.Pangeran Madura
memberikan petunjuk kepadaku pribadi dengan amat rendah hati dan beberapa
macam hidangan makanan dan minuman yang lezat-lezat di hantarkan.Akhirnya
panembahan sepuh, panembahan anom dengan para pengikutnya, juga ratu
blitar
(97) di selatkan oleh trunojoyo.Ssudah itu aku pribadi membawa kakak-kakakku
juga ratu blitar kembali menuju banten.Di sana sultan ageng tirtayasa banten
menyambutnya dengan sukahati kedatangan aku pribadi dengan panembahan
sepuh dan panembahan anom.Kemudian sultan banten menobatkan kami-kami
semua ialah pangeran syamsudin mertawijaya di tunjuk menjadi sultan anom,
ialah sultan kanoman, kemudian aku pangeran wang sakerta di tunjuk menjadi
sultan III dengan mendapat gelar panembahan gusit cirebon mohammad
nazaruddin namanya, atau panembahan toh. Pati.abdul kamil tang, sesudah itu
kami pulang ke cirebon dan sultan banten meminta kepada kami memusuhi
mataram dan belanda.Sejak
(98) itulah berdiri kesultanan kasepuhan dan kesultanan kanoman dan
kepenembahan cirebon.Ini adalah jilid IV nagara kretabhumi, naskah kerajaan
cirebon telah selesai di tulis pada tgl. 11 “paro peteng” kartika masa tahun 1617
saka (1695/1696 masehi).Di tulis olehku pangeran wangsakerta panembahan
cirebon I dengan gelar panembahan toh. Pati, abdul amil Muhammad nazar
uddin.Ini naskah nagara kretabhumi terakhir sebagai pelengkap naskah nagara
kretabhumi jilid I,II,dan III semua itu di ambil atau menurut beberapa naskah
sebagai buku-buku perpustakaan milik kerajaan cirebon antara lain masing-
masingnya ialah yang di jadikan petunjuk kepadaku, ialah naskah
(99) Nagata nusantara parwa, naskah pararatuan parahyangan wamsatilaka (para
ratu parahyangan dan keturunannya), naskah raja-raja jawadwipa (cirebon
nagara besar), naskah pararaturan sundabhumi pajajaran sirnaning bhumi (para
raja tanah sunda pakuan pajajaran habis di muka bumi), pasunda bubat
(peristiwa matinya orang-orang sunda di bubat), raja ing malayu dramasraya
(raja di nagara malayu darmasraya), rahyang sanjaya, pangeran geusan hulun
ratwing sumedang larang (pangeran geusan hulun ratu di sumedang larang),
sultan agung mataram, panembahan pakung Ja, fadhillah khan taruna paseh
(fadhillah khan pemuda dari paseh), cerita prabu siliwangi ratu pajajaran “sultan
hasanuddin, ratu singapura,pangeran cakrabuwana, syailendra wekaning
swarnabhumi (wangsa syailendra sebagai anak bumi dari sumatera, sang
kamastwing jawadwipa (sang terhormat di pulau jawa/para aulya pulau jawa),
sang patah raja demak,
(100) Sri suhita maharani, surawisesa kedalwan (surawisesa keraton)
galuhpakuan, prabu kasmaya ratwing carbon girang (prabu kasmaya ratu di
cirebon girang), pasambangan desa (desa pasambangan) nay rara kidul ratwing
mataram (nyi lara kidul rayu di mataram),, Negara kertajaya (Jakarta), tegal
alang alang desha (desa tegal alang-alang), carita syekh magelung sakti (cerita
syekh magelung yang sakti madraguna), diyah pitaloka mahaputri carbon
larang, sundu kelapa jayakarta, cerita sang ratu Japura sakti adraguna,
surasowan kadatwan, cinarding giri saptarengga (makam-makam di bukit
sembung) cinanding giri nur ciptarengga (makam-makam di bukit amparan jati),
panembahan girilaya, abdul malik khan, pangeran gung anom, syekh
lemahabang, carita toya gamana dan giri gamana dipati awabga, kyaigheng
bungko, susuhunan kalijaga, pawekas susuhunan jati (amanat sunan jati), sang
raty dewata sri baduga maharaja, bratayuda ing giri gundul, acaryang
agameslam susuhunan jati, maharaja galuh pakuan, cerita puteri cina dan
kesultanan cirebon, sudah.
Cirebon, 24 oktober 1987

Anda mungkin juga menyukai