DWITYA SARGA
(Buku kesatu / Jilid Satu)
NASKAH
NAGARA KRETABHUMI
DWITYA SARGA
( Buku kedua / Jilid kedua )
( 2 ) Susuhunan jati, raja pendita agung ialah sang waliyullah pulau Jawa, ulama
besar penyiar Islam di seluruh bumi Sunda.Terutama dengan penyempurnaan
yang telah aku lakukan, meskipun sedikit banyak akan dapat di ketahui keadaan
dan kejayaan kerajaan Cirebon dan para raja Parahyangan tatkala
itu.Demikianlah,tampak apa yang di riwayatkan dalam halaman permulaan
seorang raja besar wibawa tatkala jaman pemerintahan raja di bumi
Parahyangan Jawa Barat, dengan gelar sang Prabu Maharaja Lingga Buwana
Wisesa, sang mokteng bubat namannya yang lain.Raja ini dan seluruh para ratu
di bumi sunda Jawa Barat adalah para kerabat familinya dari Sri Sanjaya
Maharaja pulau jawa yang bersemayam dan berkuasa di Medang Bumi
Mataram.Diriwayatkan di sini sang Prabu Maharaja Sunda Galuh, dahulu
tatkala selama 7 tahun menjabat Dipati di keraton Surawisesa tatkala pada
zaman pemerintahan
( 3 ) cicitnya sang mokteng kidding (yang wafat di kidding ), lalu sepuluh tahun
lamanya menjadi mahamenteri di kerajaan Surawisesa tatkala masih
pemerintahan ayahandanya.Setelah itu ia menjadi Prabu Maharaja Sunda Galuh
selama 7 tahun, dengan demikian sudah 24 tahun mengalami tugas-tugas
kepemimpinan di kerajaan, meskipun demikian barulah ia di percaya (terpakai)
menjadi maharaja memerintah secara mandiri baru selama 7 tahun saja.Adapun
ia menjadi maharaja pada tanggal 14 “paro terang” bulan palguna tahun 1272
Saka (1350/1351 Masehi).Sang prabu di karunia anak gadis, sang Retna Citra
Resmi namannya.Seorang gadis yang sangat cantik rupa elok bagaikan bidadari
turun dari surga, kelihatannya benar-benar gadis amat pilihan, siapapun laki-laki
yang memergokinnya tidak akan kuat melihatnnya (runtuhlah iman).
Kecantikannya itu
( 4 ) mirip dengan ibundanya, yaitu Nyi Ratna Lisning namannya, juga elok
rupawan wajahnya bagaikan bulan purnama tanggal 14-nya.Oleh karena itu
sangatlah kasih sayangnya sang prabu maharaja kepada anak gadisnnya, ialah
kepada Retna Citra Resmi.Diriwayatkan pada tanggal 13 “paro peteng”
Badramasa tahun 1279 Saka( 1357/1358 Masehi) sang Prabu Maharaja wafat di
Bubat di wilayah kerajaan Majapahit.Semula sang prabu berkehendak
menikahkan anaknnya ini dengan mahaprabu Majapahit Sri Rajasanagara
namanya.Datanglah pada saatnya pada angannya sang prabu maharaja Sunda
sudah mantap hatinya untuk membuat (melaksanakan) suatu perkawinan yang
bahagia bagi puterinya di Majapahit, demikianlah mulanya kehendak sang
mahaprabu Majapahit.Sampai di sana puteri raja Sunda itu di jadikan
persembahan upeti kepada Bre Prabu Majapahit, oleh karena itu tentu saja sang
prabu maharaja Sunda menolak tidak akan memberikan sang putrinya dengan
cara begitu, semuanya mengerti bahwa penghinaan terhadap orang-
( 11 ) sang Ningrat Kencana, sang Prabu Dewa Kancana namanya yang lain.
Adapun sang Susuk Tunggal diperoleh dari ayahandanya ialah kerajaan Barat,
yaitu Pakuan Pajajaran di tanah Sunda dari sungai Pakuan Citarum ke barat. Di
sana ia dinobatkan menjadi raja Pakuan Pajajaran dengan gelar sang Prabu
Susuk Tunggal dan keratonnya disebut Sri Bima Punta Nayarana Madura
Suradipati ialah sang Bima namanya yang lain. Tatkala itu juga membangun
singgasana yang disebutnya singgasana Sriman Sriwacana namanya.Menjadi
raja lamanya 100 tahun. Anaknya yaitu sang Mangkubumi Surawisesa ialah
sang putera mahkotanyamemperoleh kerajaan di sebelah Timur ialah Galuh
Pakuan dengan gelar Kehormatan
(16) Cina, Khung Way Ping membangun mercusuar di puncak bukit Amparan
Jati.Pembangunan inilah menjadi alasan mereka, karena selanjutnya apabila
semua perahu yang berlabuh ke pelabuhan akan mengetahui bahwa pantai
pelabuhan itu ada di sana.Agar supaya pada malam hari mercusuar di puncak
bukit itu memberikan cahaya.Dari jauh tampak menyala bagaikan bintang
berkelipan.Mereka itu (balatentara Cina) dalam perjalanannya menuju ke
Majapahit kerajaan di Jawa Timur dan berhenti sementara di pelabuhan Muara
Jati.Ketika itu sudah banyak rumah penduduk dan ada tanah padang ialah di
Dukuh Pasambangan namanya.Di sanalah balatentara Cina berkumpul dan
menginap selama tujuh malam tujuh hari.Sang Syahbandar memberikan tempat
menginap mereka seperti sedang hajat besar untuk memberkahinya, balatentara
Cina dijamu dengan berbagai makanan dan buah-buahan yang lezat.
(17) Sangat gegap gempita acara pesta. Tatkala itu maharaja Sunda sudah lama
mengadakan persahabatan dengan maharaja Cina.Kemudian mercusuar itu
dibeli oleh Ki Syahbandar ialah Kyai Ageng Jumajanjati caranya ditukar dengan
garam, terasi, beras tumbuk, sayur-mayur, rempah-rempah dan kayu
jati.Kemudian mereka berangkat ke Jawa Timur setelah sudah lengkap penuh
dengan muatan di dalam perahu mereka.Di Majapahit mereka berhenti di
pelabuhan Canggu namanya.Sang Mangkubumi Kanaka namanya menyambut
dengan sukacita kedatangan balatentara Cina. Kemudian para pembesar Cina itu
rapat kerajaan di keraton dengan sang maharaja Majapahit yaitu sang
Mahaprabu Wikrama Wardhana, ialah memusyawarahkan perihal terbunuhnya
orang-orang Cina tatkala peperangan Paregreg dan perihal persahabatan
(25 ) mengangkat dirinnya prabu dan baru saja ia bersemayam di keraton sang
Bima, dahulunya bersemayam di keraton Surawisesa, ia tidak takut serangan
balatentara Pajajaran, begitu pesan-pesan sunan sudah menentang wibawa sang
prabu di Pajajaran.Oleh karena itu terbitlah panas hatinya sang prabu
mendengar berita itu dan akhirnya timbul amarahnya.Tidak menunggu
sesaatpun lalu sang prabu memerintahkan Tumenggung Jagabaya beserta
pengiringnya sebanyak 60 orang pasukan tentara dengan menyandang lengkap
persenjataannya.Kemudian mereka menuju ke Cirebon.Semula kehendak
mereka ingin menghancurkan keraton Pakungwati di cirebon, untuk menangkap
Sunan Jati dengan kerabat-kerabatnnya, yaitu
(29) Ini naskah pararaton sunda di tanah sunda jawa barat.menurut naskah
keratuan milik penembahan yusuf bathedi banten, pangeran geusan ilulun ratu
di sumedang dan penembahan ratu cirebon olehku tiga naskah itu di susun
menjadi satu naskah negara krebumi ini, demikianlah mula pertama di ceritakan
:adalah seorang dahyang resi sang maharaja guru manikmaya namanya menikah
dengan puteri sri suryawarman buwana maharaja tarumanegara.Sedangkan para
kerabat sang resi di jadikan para pembesar kerajaan, ada yang di jadikan duta
kerajaan tarumanegara di negara cina.Sang resi sendiri di kuasakan untuk
memerintah di daerah kendan.Di situ ia menjadi ratu kendan selama 40 tahun.
(32) Nyai rahbabu, seorang gadis yang amat elok rupawan, bagaikan bulan
terang tanggal 14 dan bagaikan bulan tujuh keelokan rupanya.Tiada duanya di
tanah sunda ini, tampak tubuhnya yang serasi benar dengan busana yang ia
kenakan.Oleh sebab itu adiknya, ialah sang mandiminyak, ratu galuh itu, amat
tergila-gila selalu bertemu dalam mimpi.Dalam perkawinanya sang sempakwaja
dengan nyai rahbabu berputeralah 2 orang laki-laki, masing-masing ialah sang
demunawan dan sang purbasora namanya.Semula sang mandiminyak sangat
mencintai sekali kepada nyai rahbabu.Oleh sebab itu tatkala sang ayu itu
berkunjung ke keraton galuh, ia (sang mandiminyak) tiada dapat membendung
keinginannya, lau ia melakukan sanggaman dengan nyai rahbabu.Melakukan
hubungan gelap ini mereka berulang kali, tanpa menyadarinya mereka, akhirnya
sang ayu
(33) mengandung. Kemudian anak jadahnya ini (lahirlah)laki dan diberi nama
sang Sena, sang prabu bratasena Raja putra Linggabhumi namanya yang lain.
Semua perbuatan yang telah dilakukan (melakukan hubungan birahi gelap) itu
diketahui oleh suaminya, oleh karena itu anak hasil hubungan gelapnya itu
diserahkan kepada prabu Mandiminyak. Sedang sang sempakwaja masih
mencintai istrinya, oleh sebab itu ia tidak menghukum para pengiring isterinya,
oleh sebab itu ia tidak menghukum para pengiring isterinya, Nyai rahbabu
kembali bersatu dengan suaminya ialah sang sempakwaja. Sang Mandiminyak
beristeri dengan puteri raja Medang di bumi Mataram di Jawa Timur. Dalam
perkawinannya ini mereka memperoleh anak wanita Nyi Dewi Sanaha
rajaputeri, lalu puteri dewi Sanaha itu ditikahkan dengan sang Sena rajaputera.
Dalam perkawinannya ini mereka berputera seorang laki-laki, sang Jambri,
Sanjaya, Frabhu harisdharma namanya yang lain.
(34) Sang Mandiminyak memerihtah kerajaan Galuh hanya selam 7 tahun, lalu
sang Sena menggantikan kedudukan dirinya menjadi raja di Galuh. Kedudukan
sang Sena tersaing oleh pemerintahan sang Purbasora, kemudian sang prabu
Sena dengan para pengikutnya menyingkir ke Jawa Timur dan bermukim di
merapi. Kemudian disana ia menjadi raja di Medang bumi Mataram,
memerihtah kerajaannya selam 16 tahun. Adapun puteranya, ialah sang Jambri,
Sanjaya namanya yang lain, setelah meningkat dewasa pergi mendatangi
Rahyang Kidul di daerah Denuh Jawa Barat. Dari Denuh ia pergi menuju ke
barat
(35) ke kerajaan Sunda. Tatkala disana sang Jambri dijadikan menantu sang
Prabu Tarusbawa raja Pakuan Pajajaran, Puteri Raja itu Nyai Sekar Kencana
namanya, seorang gadis yang amat elok rupawan. Adapun mula berdirinya
Pakuan Pajajaran dan keratonnya di sebut sang Bima Punta Nayarana Madura
Suradipati itu ialah oleh sang Tarusbawa. Di dalam perkawinannya Sanjaya
yang telah bergelar Prabu Harisdharma dengan Puteri Sunda itu Berputeralah
sang Tamperan Rajaputera namanya, kemudian selanjutnya Tamperan berputera
sang Banga. Selanjutnya Sanjaya mendatangi kepada sang cicitnya, ialah Sang
Buyut Sawal. Dahulu adalah masih termasuk Putera Sang Sena yang
kedudukannya direbut oleh Sang Purbasora dan memang begitulah asal mula
mereka berasal dari sang resiguru, oleh karena itu sudah sewajarnya apabila
sekarang memerangi kerabatnya ialah sang Purbasora.
(38) Nyi Ageng Batutihang di Kuningan, Kyai Ageng Pasuguhan di Batur, Kyai
Ageng Sumajajah di Pagajahan, Kyai Ageng Tunjungputih di Kahuripan, Kyai
Ageng Karongdong di Balaraja, Kyai Ageng Padurungan di Lembuhuyu, Kyai
Ageng Pagergunung di Muntur, Sang Wulan Ratu di Kajoran, sang Tumanggal
Ratu di Kalanggara Balameha dan Sang Pandawa ratu di Layuwatang Kuningan
semuanya di bawah kekuasaan wilayah dan para pengikut setianya semenjak
pertama berdirinya Dahyang Guru di Galunggung sang Semapakwaja. Lalu sang
Demunawan itu sebagai raja mereka semua, selalu berbakti dan setia kepada
sang Demunawan di Saunggalah dianggap musuh Galuh dan beberapa ratu lagi
berbakti setia kepada sang Demunawan di Saunggalah,
(39) antara lain ialah sang luda ratu di Puntang, sang Wulukebek ratu di
Kahuripan, Sang Supremanah ratu di wiru, sang Baswara ratu di Jawa Timur,
sang Bramasidi ratu di Keling dan sang Patih Kandarma di Berawan dan sang
Mawuluasu ratu di Cimara, sang Pancadana ratu di Cina, sang Gana ratu di
Kemer, akan tetapi bahkan banyak diantara mereka diserang dan dihancurkan
tidak berkutik oleh tentara Sanjaya. Tidak merasa takut kepada sang
Demunawan di Saunggalah, akan tetapi mereka tidak berani memasuki keraston
“uwaknya” itu. Mulanya ayahanda Sanjaya ialah sang Prabu Sena di Medang
Bumi Mataram Jawa Timur memerintahkan kepada pesuruhnya (utusannya)
berpesan agar ( Sanjaya) haruslah berbaik budi kepada seluruh kerabat yang ada
di Pasundan (Jawa Barat),
(40) jangan memerangi kerabat family ialah kepada sang Demunawan.
Rukunlah dan perkuat rasa kekerabatan,seia sekata dalam pendapat, hormatlah
kepada orang tua yang oleh ayahnya dihormat, oleh karena itu hendaknya turut
menghormati dan menjaganya. Sebab itulah semula ratu saunggalah sebagai raja
maharesi yang harus dihormati dan disegani.
Pada suatu waktu tdak bisa di bending berhadapan perang dengan sang pandawa
ratu di kuningan. Sekarang selalu menang dalam peperangan, sebab sudah besar
dan banyak balatentara Sanjaya, ialah balatentara dari kerajaan Sunda, Galuh
dan dari Medang Jawa Timur.Kemudian diserbuinya semua raja-raja wilayah
oleh Sanjaya, selanjutnya semua raja di seluruh pulau Jawa. Hanya satu yang
tidak diserbu ialah sang Demunawan di saunggalah walaupun tidak menuruti
perintah dirinya. Selanjutnya sanjaya dengan membawa balatentara yang amat
besar berangkat berperang.
(42) Tatkala itu di keraton galuh berkumpul di mintai pendapatnya dan janji-
janji sanjaya yang akan di musyawarahkan dalam pertemuan besar itu.Dalam
musyawarah itu telah di bahas semuanya, kemudian dalam pertemuan besar itu
sanjaya mengutarakan hasil musyawarahnya, yakni pulau jawa di bagi dalam 4
bagian, ialah bumi sunda dari citarum ke barat sampai di ujung kulon di
kuasakan kepada orang-orang sunda kerabat family prabu tarusbawa.Galuh
pakwan dan saunggalah di kuasakan kepada sang demunawan, sebab kawasan
itu merupakan warisan sang resi guru mereka.Kemudian di tengah-tengah pulau
jawa ialah medang di bumi mataram di kuasai sendiri oleh sanjaya bersama
ayahandannya, sang prabu sena.Kemudian jawa timur di kuasakan kepada sang
prabu iswara.Peristiwa sanjawa ini mampu menguasai tanah sunda selama 9
tahun, ia berkuasa di kerajaan sunda dan galuh di jawa barat sebagai mahaprabu
(maharaja).
(43) Ketika itu tanda kemashuran sri maharaja berkuasa penuh di seluruh pulau
jawa sejak tahun 654 saka (732/733) masehi), kedudukan prabu sena di
kuasakan kepada anaknya, ialah kepada sang prabu sanjaya.Sebabnya sang
prabu sena tergerak hatinya kepada masalah-masalah agama, lalu ia terjun
memasuki kehidupan di biara menjadi maharesi sempurna.Sri sanjaya
memasuki tahta kerajaan sebagai maharaja medang bumi mataram sampai
mengakhiri hayatnya, seperti terdapat dalam tertulis dalam batu prasastinnya
sebagai maharaja di medang.Sri sang ratu sanjaya di gambarkan sebagai lingga
maradhana batara jagatnata dan dalam batu prasasti bertuliskan pokok-pokok
menjalankan politik kerajaan dan pemerintahannya sampai bertahan lama, batu
ini terletak di hutan perburuan kerajaan di kunjarakunja jawa timur.
(45) Adapun sang demunawan menjadi raja di bumi sunda jawa barat pada
tahun 654 saka (732/733 masehi) elama 52 tahun, lalu di gantikan oleh
anaknnya, ialah ‘’sang mokteng aril’’ (yang wafat di aril) selama menjadi raja
13 tahun.Setelah itu puterannya sang mokteng galuh (yang wafat di galuh)
menjadi raja selama 27 tahun.Putri sang mokteng galuh di peresteri oleh arya
bangsa.Sang arya banga menjadi raja selama 7 tahun, kemudian di gantikan oleh
anaknnya, ialah sang rakyan medan, sang prabu hulukujang namannya yang lain
selama 7 tahun.Selanjutnnya sang
(46) sang rakyan diwus dengan gelar sang prabu pucukbumi namannya yang
lain menjadi raja selama 24 tahun, wafat pada tahun 783 saka (861/862
masehi).Setelah itu yang menggantikannya ialah oleh rakyan wuwus dengan
gelar sang prabu gajah kulon, memerintah selama 72 tahun, kemudian di
gantikan oleh sang windu sakti ialah sang prabu dewa ageng namannya yang
lain memerintah selama 18 tahun.Setelah itu di gantikan oleh rakyan kemuning
gading ialah sang prabu pucuk wesi, ialah sang mokteng ujung cariyang
namannya yang lain memerintah selama 3 tahun, wafat masih dalam usia muda.
(47) Lalu di lanjutkan oleh sang mokteng galuh pakuan, sang prabu limbur
kancana namannya yang lain, memerintah selama 10 tahun yakni pada tahun
886 saka (964/965 masehi).Sesudah itu di gantikan oleh rakyan sunda sembawa,
sang munding gana namannya yang lain, memerintah selama 9 tahun.Kemudian
raja ini di gantikan oleh sang mokteng jayagiri ialah sang prabu wulung gadung
namannya yang lain, memerintah selama 16 tahun.Selanjutnnya di gantikan oleh
rakyan gendang ialah sang prabu brajasesa namannya yang lain, memerintah
selama 23 tahun.Sesudah itu di gantikan oleh sang prabu dewa sanghyang
memerintah selama 7 tahun.
(49) tikan oleh sang darmakusuma, memerintah selama 18 tahun, wafat pada
tahun 1097 saka (1175/1176 masehi).Sesudah itu kemudian di gantikan oleh
sang prabu darmasiksa memerintah kerajaan dan menjadi resi guru selama 122
tahun, yaitu 110 memerintah kerajaan dan 12 tahun memimpin keresian di
saunggalah.Dari saunggalah puterannya di nobatkan menjadi raja menggantikan
ayahandannya di pakuan pajajaran.Sedang puterannya dari kerajaan galuh di
nobatkan menjadi raja di galuh pakuan.Sesudah itu di gantikan oleh puterannya
menjadi raja ialah sang mokteng taman ialah rakyan saunggalah, sang prabu
ragasuci namannya yang lain memerintah selama 6 tahun.
(50) Kemudian di gantikan oleh puterannya ialah sang mokteng tanjung, sang
prabu citraganda namannya yang lain, sesudah itu di gantikan oleh anaknnya
yang di sebut sang mokteng kikis, ialah sang prabu lingga dewata namannya
yang lain, memerintah selama 22 tahun.Lalu di gantikan oleh menantunnya
ialah sang prabu ajiguna, ialah sang linggawisesa namannya yang lain,
memerintah selama 7 tahun, yaitu ia adalah sang maharaja mokteng bubat
namannya.Sesudah itu di gantikan oleh adiknnya, ialah sang prabu bunisora,
mangkubumi suradipati, sang prabu
(55) Rancamaya. Sang prabu Pajajaran amat dihormati oleh sang HendrikBule
(hendrique Leme), lalu mengadakan pertemuan resmi dan membuat batu
prasasti persabahatan. Adapun isteri sang prabu Sanghyang, Nyi Sekarwangi
namanya, adalah anak Sanghyang Montel, ialah Sunan Kabuwaran namanya
yang lain dan isterinya ialah Nyi Retna KedatonBalik Layar. Sanghyang Montel
adalh anak sang prabu Banyak Citra (Catra), Banyak Citra adalah anak sang
Munding kawati namanya, sadangkan prabu Munding Kawati anak sang prabu
Sanghyang Tunggal. Namanya. Digantikan selajutnya dengan riwayat yang lain.
Tatkala Sunan Jati sedang mengadakan silaturahmi dengan para Rakyan
wilayah, para Waliyullahpulau Jawa yaitu Dahyang Ulama Besar Islam.
(56) Para Senapati Cirebon, dan para Ki Ageng dari desa-desa dan para ratu
wilayah di bangsal “pinagkilan” (balai penghadapan) keraton Pakungwati,
tatkala itu tidak diceritakanperjalan mereka balatentara Demak tiba di Cirebon.
Tidak lama kemudian datanglah menghadap dalam bangsal itu Dadhilah Khan
yaitu sang Panglima Angkatan Perang kerajaan Demak, lalu ia memasuki acara
silahturami besar-besaran itu langsung mendekati Sunan Jati. Sunan Cirebon
menyambutnya dengan amat sukacitanya atas kedatangan menantunya ini, yaitu
orang besar Paseh yang amat gagah dan perkosa.Kemudian Sunan Jati berkata,
wahai dengan sebanyak itu kalian dating, amat sanang sekali engkau dating,
semoga Tuhan selalu bersamamu dan semoga tiada aral melintang memperkuat
kesatuan dan persatuan Demak dengan Cirebon.Ketahuilah wahai semua
hadirin.
(57) Orang-orang Portugis sangat membahayakan masyarakat, pertama, ia
dengan dalih persahabatan, lalu menjajahdan akhirnya mengnyengsarakan kita.
Dan keduanya mereka akan menyiarkan agama Nasrani kepada warga
masyarakat yang dijajah, oleh karena itu dengankan katakataku ini, bersikap
lakulah waspada dan berbaikanlah kita semua (hersatu padu ) dan timbulkan
kehendak kalian dengan segala kebaikanmu Tuhan Yang Mahakuasa selalu
bersama kita. Janganlah kita terlepas dari hal-hal yang bukan makomnya.
Kemudian ketahuilah hidup di dunia ini, bila manusia akan tetap iman dengan
segala perbuatannya dan senantiasa bersyukur kepda nikmat-nikmat Tuhan seru
sekalian alam, karena tidak ada satupun manusia di dunia ini yang sanggup
menandingi kebesaran dan kekuasaan-Nya. Tatkala itu balatentara tergerak
hatinya dan semua membisu tunduk.
(61) Patih Yudanegara, adalah balatentara gabungan Demak dan Cirebon ini
sejumlah 1.967 orang banyaknya. Semua bersenjata lengkap kemudian semua
berangkat ke medan perang. Pada waktu itu di Banten tengah berkecamuk
keributan dan huru hara yang dipimpin oleh Pangeran Sebakingkin anak Sunan
Jati dengan para pengikutnya orang-orang muslim dan murid-muridnya. Dalam
keadaan demikian itu balatentara besar yang bergabung itu lalu memerangi
balatentara Banten yang belum memeluk agama islam. Sang Bupati Banten.
(64) Oleh karena itu disebut juga sebagai “Wong Agung” dari Paseh, yaitu
Maulana Fadhilah Khan Al Paseh Ibnu Maulana Makdar Ibrahim Al Gujarat.
Dengan demikian Fadhilah sebagai nama gelarnya Fadhilah Khan ialah
Pangeran Paseh, Wong Agung Sabrang, Ratu Bagus Paseh namanya yang lain.
Selanjutnya tidak lama kemudian Sunda Kalapa kedatangan orang-orang
Portugis yang beragama Nasrani ingin menjajah Pulau Jawa, mereka ini dari
Paseh yang sudah lama dijajah dahulu.Tentara Portugis dengan membawa alat
perang lengkap berlabuh di Pelabuhan Sunda Kalapa. Berapa jumlah mereka
diserang oleh tentara muslim yang dipimpin oleh Fadhilah Khan dan Pangeran
Cirebon Yang menjadi pimpinan orang-orang Portugis adalah Prangko Bule
(Francisxus De Sa-Pen) orangnya tinggi. Ramai dan sengit peperangan ini.
Dipati Cangkwang
(65) mundur ke belakang melihat tentara Portugis membawa senjata besar yang
menyemburkan api dengan asap hitam.Sedangkan suaranya seperti geledek
berdentuman. Bumi berguncang seperti ada gempa, akan tetapi tentara Demak
dan Cirebon berani menggempur tentara kafir. Seluruhnya mereka orang-orang
Portugis melarikan diri mundur menuju ke perahu mereka dengan runtuh
mental, gemnetaran bahkan banyak yang mati. Si Bule (maksudnya Francisxus
De Sa) tidak berani berperang karena prajuritnya kalah, mereka kembali ke
paseh.Ketahuilah setelah itu sunan jati mengadakan pertemuan (silahtuturahmi)
di balai penghadapan keraton pakungwati.Mereka menggabungkan diri untuk
bertatap muka dating ke situ, antara lain yaitu para rakyan wilayah,
(66) Para kyai ageng penguasa desa-desa, para pembesar kerajaan, panglima
perang, senapatih para waliyullah, sultan demak, ialah sultan trenggono hadir di
situ dengan 800 tentara demak, sebagai pokok pembicaraan adalah perihal
agama sanghyang (agama hindu dan budha) dan menundukkan bupati Rajagaluh
dengan bupati talaga, itulah sebagai tujuan utama dalam tatap muka
(silahtuurahmi) hari itu. Kemudian berkatalah sunan jati, untuk kita ketahui
semua, bahwa al Qur’an adalah samudera raja, tidak ada duannya di dunia ini,
isi di dalamnnya semuannya firman dan tulisan tuhan yang maha pelinung dan
maha pemelihara yang nyata. Selanjutnnya pada tgl. 10 “paro terang”
badramasa tahun 1450 saka (1528/1529 masehi) kabupatian Raja galuh dan para
rakyan wilayah di bawah kekuasaan balatentara
(67) cirebon, kuningan dan demak.Sesudah itu semuannya termasuk raja galuh
di islamkan oleh sunan jati.Kemudian pada tgl. 8 “paro peteng” asadhamasa
pada tahun 1402 saka (1480/1481 masehi) kabopatian talaga dengan rakyan
wilayahnnya di bawah kekuasaan balatentara cirebon, sesudah itu semua orang-
orang talaga diislamkan oleh sunan jati. Digantikan riwayatnnya. Sesudah itu
sang Prabu Surawisesa mokteng padaren lalu di gantikan oleh sang Prabu
Dewata Buwana namannya, memerintah selama 8 tahun.Sesudah itu digantikan
oleh sang ratu sakti mangabatan, sang mokteng penpelengan namannya yang
lain, memerintah selama 8 tahun.Sesudah itu digantikan
(68) Oleh sang prabu Nilakendra namannya, memerintah selama 16 tahun, lalu
di gantikan oleh sang ratu wekasan, ialah sang ratu regamulya namannya,
memerintah selama 12 tahun.Waktu pemerintahan raja ini adalah kurun jaman
besar kerajaan pajajaran, sebab sudah di takdirkan oleh tuhan yang maha
esa.Adapun musnahnnya kerajaan pajajaran dan wglakamata saat banten 1501
saka (1579/1580 masehi).Sesudah sirnannya kerajaan pajajaran oleh balatentara
banten yang di pimpin oleh maulana yusuf dan balatentara cirebon tatkala itu
yang menjadi raja panembahan ratu namannya.Adapun isteri pangeran geusan
hulun yaitu nyi mas gedeng waru sebagi isteri petama.Isteri kedua ialah nyi ratu
harisbaya, yang dahulunnya menjadi isteri panembahan ratu cirebon.Pangeran
(69) geusan hulun memerintah wilayah pajajaran yang sudah sirna, ialah
musnahnnya bumi parahyangan yang keratonnya yaitu sumedang di kutamaya
di wilayah sumedang.Mula pertama adannya ratu sumedang pada tgl, 10 “paro
terang” posyamasa tahun 1502 saka (1588/1589 masehi).Rakyan wilayah
parahyangan memohon kepada pangeran geusan hulun
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………… (tidak terbaca)
(70) Ia mengabdu (ingin di akui anak) oleh pangeran geusan hulun.Di sini ia di
jaga oleh balatentara, beberapa orang pemerintahan dan lainnya lagi.Pangeran
geusan hulun wafat pada tgl 7 “paro peteng” kartikamasa tahun 1530 saka
(1608/1609 masehi), pada waktu pangeran geusan hulun menikah dengan nyi
ratu harisbaya ialah nyi ratu marasbaya namannya yang lain, pada tgl.2 “paro
terang” wesadamasa tahun 1509 saka (1587/1588 masehi).Adapun disetujui
oleh ayah dan ibunnya yaitu pangeran Santri menikah dengan nyimas Pucuk
Umum Sumedang, puteri Sunan Parung, Sunan Corenda, ialah sang Batara
Sakawayana namannya yang lain, dari Talaga yang beristeri dengan nyimas
Patuwakan sumedang.Nyimas Patuwakan anak Sunan Tuwakan,
(71) Sunan Tuwakan anak Sunan Guling adik nyai Raden Rajamantri permaisuri
Raja Rajajaran.Selanjutnnya Sunan Guling anak Sunan Panggulingan yang
bermukim yang Cipameungpeuk.Sunan Panggulingan anak sang Prabu Gajah
Agung, Ratu Sumedanglarang yang bermukim di Cicanting. Sang prabu gajah
agung anak Prabu Resi Tajimalela bermukim dibukit Tembong
agung.Sedangkan suami nyimas Patuwakan ialah Sunan Parung Talaga.Sunan
Parung anak nyi mas Simbar Kencana.Nyi mas Simbar Kencana anak prabu
Talagamanggung.Prabu Talagamanggung anak sang Prabu Darmasuci.Prabu
Darmasuci anak Batara Gunung Bitung. Batara Gunung Bitung anak Ratu
Galuh.Adapun ayahanda pangeran geusan hulun ialah pangeran Santri yang
menjadi bupati Sumedang pertama yang sudah memeluk islam
(72)
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….
(tidak terbaca)
Memperoleh warisan negara Sumedang dari isterinnya, nyimas Pucuk umum
sumedang.Yang kebupatiannya di Kutamaya pertama menjadi bupati Sumedang
pada tgl. 13 “paro peteng” asyujimasa 1452 saka (1530/1531 masehi). Pangeran
Santri lahir pada tgl. 6 “paro peteng” yestamasa tahun 1427 saka (1505/1507
masehi) dan wafat tgl. 10 “paro terang” asyujimasa tahun 1501 saka (1579/1580
masehi). Adapun pangeran Santri anak Pangeran Palakaran, ialah Pangeran
Muhammad namannya yang lain dan isterinnya ialah wanita dari sindangkasih,
yang menikah pada tahun 1426 saka (1504/1505 masehi).
(73) Pangeran Muhammad lahir pada tahun 1400 Saka (1478/1479 Masehi) dan
wafat pada usia 68 tahun. Pangeran ini adalah anak Pangeran Panjunan dari
isteri Nyi Mas Matangsari.Nyi Mas Matangsari anak Kyai Ageng Japura. Kyai
Ageng Japura anak Ratu Japura sang prabu Amuk Marugul Sakti Mandragunan
namanya. Sedangkan Pangeran Muhammad adalah adik Nyi Mas Kencanasari
isteri Pangeran Cirebon.Pangeran Cirebon anak Pangeran Cakrabuwana.
Pangeran Muhammad penyiar agama Islam di Sindangkasih dan Sumedang.
Puteranya, ialah Pangeran Santri di sebut Ki Gedeng Sumedang. Sumedang di
nyatakan sebagai daerah muslim pada tahun.
Sang panglima angkatan perang Fadhila adalah seorang pemuda ahli berperang
juga ahli dalam agama, sebab ia berguru agama islam di kota Mekah
(75) kemudian .berguru olah jurit dan ahli berperang kepada ahli taktik
berperang sang Kurdi dari dinasti kerajaan Saljuk di Negara Parsi. Tatkala itu
dikatakan ia sebagai seorang pimpinan angkatan prang yang ahli dalam
menggunakan senjata dan gagah berani. Fadhilah dilahirkan di Negara Paseh
pada tahun1412 Saka (1490/1491 Masehi), pada usia 21 tahun menjadi perwira
angkatan perangraja di Paseh, letaknya paling utara di pulau Sumatera. Pada
tahun 1433 Saka (1511/1512 Masehi) Malaka direbut Portugis selam 2 tahun,
kemudian balatentara Paseh dengan dipimpinnya sendiri bersama-sama dengan
balatentara Demak yang dipimpin oleh panglima perang Pangeran Sabrang Lor
ialah Dipati Japara dan bantuan dari balatentara Palembang, orang-orang
Cirebon menggampur balatentara Portugis ke Malaka. Penyerbuannya
balatentara gabungan ini sangat besar sekali.
(78) menjadi ratu cirebon yang kedua.Sang panembahan menikah dengan nyi
mas ratu lampok angroros puteri sultan pajang jaka tingkir namannya.Dengan
permaisuri ini sang panembahan berputera 6 orang laki-laki dan wanita, masing-
masing ialah pertama, pangeran sedang blimbing, kedua, pangeran kidul, ketiga,
pangeran wiranagara, keempat nyi ratu emas, kelima pangeran sedang gayam
dan keenam nyi mas ratu singawani.Dulu pangeran sedang gayam dipati cirebon
yang nama gelarnnya pangeran dipati wiyana sebagai puteramahkota kerajaan
cirebon.Tatkala itu beristeri dengan nyi mas ratu buntek, berputera wanita dan
laki-laki yaitu masing-masing ratu putrid an raden putra, ialah pangeran resmi
namannya yang lain.
(79) Raden putra menjadi raja di cirebon dengan gelar panembahan adiningrat
kusuma, setelah wafat ia di sebut panembahan girilaya.Dari permaisuri
panembahan girilaya berputera 3 orang laki-laki.Satu-persatunnya adalah,
pangeran mertawijaya bergelar pangeran syamsuddin menjadi sultan sepuh
I.Kemudian pangeran wangsakerta bergelar abdul kamil Muhammad nazaruddin
menjadi panembahan cirebon I, lalu bergelar panembahan ageng gusti.Dari
isteri yang lain yang bernama nyai wungu, panembahan girilaya berputera
pangeran natadikusuma, ialah pangeran nataningrat namannya yang lain.Dari
isterinnya yang ber-
(80) Nama nyi yantika, berputera pangeran surajaya, lalu nyai sariya berputera
pangeran jayanagara, kemudian dengan nyi minta kasmi berputera pangeran
kusumajaya, dari isteri yang namannya nyi rimong berputera 2 orang laki-laki,
ialah pangeran wirakusumah ialah pangeran arya natareja namannya yang lain,
dan pangeran tanda resmi, lalu dari isterinnya yang di sebut nyi ratu berputera 2
orang laki-laki, ialah panembahan ketimang dan pangeran raja
giyanti.Diceritakan riwayat lainnya.Adapun bre wilwatikta (majapahit) ialah
sang prabu purwasisesa, sang prabu krethabumi namannya yang lain dengan
gelar sang prabu brawijaya, menikah dengan nyi retna suban cianak.
(81) Tan go hwat yaitu orang cina kayaraya yang bermukim di kota gresik jawa
timur, sebab nyi retna selalu bertengkar mulut dengan sang permaisuri raja ialah
dyah dwarawati namannya anak raja di campa, keduannya selalu menimbulkan
citra tidak baik.Akhirnya marahlah sang prabu.Tatkala itu nyi retna sedang
bunting tua (mendapat 7 bulan) di perintahkan ketika itu juga pergi ke keraton
sang arya damar.Di palembang sumatera, yang jauh dari keraton
majapahit.Untuk selanjutnnya nyi retna tinggal di sana.Pada tahun 1367 saka
(1445/1446 masehi) nyi retna melahirkan bayi laki-laki dengan di beri nama
raden praba, ialah jim bun nama pemberian dari ibunnya, yang kelak di sebut
sang patah ialah
(82) Raden patah natapraja di bintara namannya yang lain.Adapun arya damar
itu adalah anak sang prabu wikrama wardhana namannya menikah dengan
puteriraja sriwijaya keturunan wangsa drawida, namannya nyi ending
sasmitapura kenca, ialah anak sang adityawarman sang kanakar madinindra dan
dari dinasti syailendra di sumatera.Kemudian arya damar menikah dengan nyi
retna sio ban ci beranaklah raden kusen dipati terung namannya yang
lain.Adapun sang patah masih kerabat raja di campa.Dahulu tatkala itu sang raja
campa berputera beberapa orang
(83) tiga orang di antarannya ialah sang rajaputra yang kelak menggantikan
kedudukan ayahandannya, lalu adiknnya bernama diyah cakrawati, menikah
dengan syekh jamaluddin al husein, lalu mereka berputera ibrahim, adiknnya
lagi ialah diah kirana namannya, meikah dengan syekh yusuf sidik.Di dalam
perkawinannya mereka beranak syekh hasanuddin, syekh kuro namannya yang
lain, menikah dengan nyi retna parwati lalu beranak tan gwat ialah kyai
gentong, ki syekh bentong namannya yang lain.Syekh bentong menikah dengan
nyi retna sio te yo dalam perkawinannya tan gwat dan sio te to beranak nyi retna
sio ban ci.Nyi retna sio ban ci menikah dengan sang prabu brawijaya kretabumi,
beranaklah sang patah.Dulu sang rajaputra negara campa mempunyai anak 2
orang puteri namannya yang pertama ialah
(84) Diyah dwarawati, menikah dengan sang prabu brawijaya raja di majapahit,
berputera adipati pengging handayaningrat namannya, menikah dengan adik
arya damar, lalu berputera 2 orang ialah kyai ageng kebo kanigara hyang
syiwagamani dan kyai ageng kebo kenongo bupati pangging memeluk agama
islam berguru kepada syekh lemahabang.Kemudian ki ageng kebo kenongo
beranak satu ki jaka tingkir ialah hadiwijaya namannya yang lain, menjadi raja
di pajang.Adik diyah dwarawati ialah diyah candra wulan namannya, menikah
dengan ibrahim samarakan jaenal al akbar namannya yang lain, di sebut syekh
jatiswara, maka beranaklah 2 orang laki-laki satu-persatunnya ialah ali al
mustada dan
(86) panjang nama gelarnnya, ialah maulana fadhillah khan al paseh ibnu
maulana makdar ibrahim al gujarat ia menjadi panglima angkatan bersenjata
kerajaan demak, ia wafat pada tahun 14 92 saka (1570/1571 masehi).Di
cirebon./Akhirnnya sebelah timur makam nyi rajah ialah nyi gedeng sembung,
nyi gedeng sembung, nyi gedeng sampan namannya yang lain, di sebut nyi
gedhe kancingan./Sebelah timur makam fadhillah adalah makam nyi mas hajjah
syarifah mudaim ibunda susuhunan jati.Itu semua lima makam ada di dalam
gedung “lemah duwur” (siti inggil).Di sebelah bawah lima makam tadi dari
barat ke timur satu-persatunnya ialah makam nyi ratu wanawati raras ialah nyi
ratu nawati raras namannya yang lain, isteri pangeran dipati cirebon
suwarga.Dahulunnya nyi ratu wanawati raras puteri ki fadhillah dengan isteri
nyi
(87) Raturaja Wulung Ayu, disebut Raturaja Awung Arah namanya yang lain.
Sebelah timurnya lagi ialah makam Pangeran Suwarga ialah Dipati Cirebon I
namanya yang lain, disebut Pangeran Dipati Ratu ialah Pangeran Sindang
Kempeng sesebutannya yang lain. Kemudian sebelah timur makam Dipati
Suwarga ialah makam Pangeran Jayakelana Putera Susuhun Jati dari isteri Nyi
Syarifah Bagdad yang makamnya ada di Mundu dengan makam anaknya, ialah
Pangeran Gung Anom yang disebut Pangeran Sedang Lautan. Sebelah timurnya
lagi ialah makam Pangeran Pasarean ialah Pangeran Mohammad Arifin
namanya yang lain. Sebelah timur makam Pangeran Pasarean ialah makam Nyi
Ratu nyawa isteri Pangeran Pasarean ialah puteri sang Raja di Bintara (Demak)
Raden Patah, sebelah timur makam ini adalah
(88) makam Nyi Ratu Ayu ialah Nyi Raturaja Wulung Ayu, disebut Raturaja
Awung Arah namanya yang lain, isteri Ratu Bagus Paseh ialah Fadhilah.
Sebelah timur Ratu Ayu ialah makam-makam Nyi Ratu Agung, lalu Pangeran
Pekik, Lalu Raja Agung, kemudian Pangeran Adipati Sindang Lemper dari
Demak. Sebelah selatan makam Pangeran Pasarean ialah sebanyak tiga buah,
mereka ini adalah makam anak-anaknya Pangeran Pasarean yang wafat tatkala
masih bayi.Itu sudah 18 buah banyaknya makam di dalam gedung. Selanjutnya
makam-makam yang diluar gedung, tetapi masih di dalam tembok keliling ialah
sebelah barat makam Pangeran Pajabugan, lalu Arya Menger, lalu Ratu Petis
ialah Puteri Cina isteri Susuhunan Jati.
(89) Sebelah utara ialah Pangeran Cakrabuwana, Ki Kuwu Cirebon II. Makam-
makam yang terletak sebelah selatan gedung dari barat ke timur satu persatunya
ialah makam Pangeran Wirasuta, lalu Panembahan Ratu, lalu Ratu Gelampok,
ialah Nyi Lampok Angroro namanya yang lain, disebut Nyi Mas ratu Pajang
isteri Panembahan Ratu. Sebelah timur makam ini ialah makam Pangeran
Suranagara ialah Pangeran Waruju namanya yang lain, lalu Dipati Keling,
sebelah timurnya lagi ialah Pangeran Manis, lalu isteri Pangeran Jipang, lalu
Raden Pandan, Raden Sepat, Pangeran
(90) Kagok, Pangeran Magrib, Pangeran Sedang Garuda, lalu makam yang ada
di gedung timur, satu persatunya dari barat ke timur berjajar, ialah makam Ratu
Winaon, Ratwagung, Pangeran Agung, lalu Ratu Sewu Agung Kramat ing
Agung, Banten, Pangeran Pamadeyan, Putera Pangeran Ageng adik Pangeran
Sedang Garuda, lalu Sultan Sepuh I, ialah Pangeran Syamsudin, ialah Pangeran
Mertawijaya namanya yang lain, sebelah timurnya lagi ialah isteri Sultan Sepuh
I, makam-makam yang sebelah utara gedung timur, ialah yang ada di pinggir
antaranya dari barat ke timur ialah makam ki Gedheng Sembung, Lalu Pangeran
Tuban, lalu Pangeran Sendang, sebelah timurnya lagi Pangeran Pangayunan. Ini
semua makam-makam keturunan dan kerabat Susuhunan Jati.
(91) Sedangkan Pangeran Cirebon Putera Pangeran Cakrabuwana dimakamkan
di desa Cirebon Girang. Dahulu makam yang di Puncak Bukit Amparan Jati
ialah makam Syekh Datuk Khahfi, Kyai Geng Panganjang, Nyi Mas Rara
Jatiningsih, Kyai Geng Kedokan, dan guru agama islam. Dibawahnya lagi
adalah makam orang-orang Cina para pengiring Puteri Cina yang sudah
memeluk Islam dan banyak lagi kerabat dan keturunan Sunan Cirebon
dimakamkan disini.Adapun makam-makam yang di dalam tembok
kelilingMasjid Agung Banten, ialah makam Sultan Banten dengan seluruh
makam keturunanya. Satu persatunya ialah Sultan Abdul Fadil Abdul Patah
ialah Sultan Ageng Tirtayasa namanya yang lain, lalu Nyi mas Ratu
(92) ialah isteri Sultan Hasanudin, lalu makam Sultan Banten I, yaitu Pangeran
Sebakingkin dengan gelar Sultan Hasanudin, lalu makam Sultan Abdul Patah
dengan isterinya, lalu makam Sultan Abdul Najar Abdul Khahar ialah Sultan
Haji namanya yang lain. Diriwayatkan sesudah kebopatian Galuh dan Talaga di
bawah kekuasaan Cirebon, kemudian diislamkan mereka oleh Susuhunan
Cirebon, ialah pada tgl. 12 “Paro Terang” Margasiramasa tahun 1452 Saka
(1530/1531 Masehi) Susuhunan Jati mengadakan pertemuan tatap muka
(silaturahmi)dengan para Kyai Ageng di Masjid Agung Cirebonsang Ciptarasa
namanya, semuanya hadir disitu para pembesar kerajaan, pimpinan wilayah
mandala dan desa, para waliyullah pulau Jawa, para Senapati, para Kyai Ageng
desa-desa wilayah,
(93) Sultan Demak, para Bopati Banten, Sunda Kalapa, Sumedang, Kuningan,
Galuh, Talaga, Pasir Luhur dan Raja-raja wilayah yang ada di Parahyangan
Selatan, Adapun yang menjadi pokok pembicaraan dalam musyawarah ini ialah
bagaimana cara dan langkah kebijakannya setelah agam islam sudah merata
diseluruh kawasan Jawa Barat. Dan kemungkinan-kemungkinannya untuk
mengadakan persahabatan dengan Negara-negara Mesir, Arab, Parsi, Syam,
Gujarat, Campa, Cina, raja-raja seluruh wilayah Nusantara. Kemudian Pakuan
Pajajaran yang belum mau mengikuti politik kerajaan/pemerintahan dan lain-
lainnya yang menyangkut perkembangan di Cirebon, Demak dan kebopatian si
seluruh wilayah Jawa, lalu pemulihan para pemimpin atau penghulunya desa,
Ratu wilayah dengan usaha-usaha pembinaanya. Di dalam musyawarah itu
Sunan Jati memberikan kepercayaan kepada Pangeran antri, sebab baru saja
menjadi Bopati Sumedang.Pangeran Santri mulanya mendapat warisan daerah
Sumedang Larang dari kerabat isterinys, ialah Nyi Pucuk Umum
Sumedang.Pertemuan silahturahmi ini di putuskan selama tiga hari. Tatkala itu
hadir di situ antara lan Demak III dengan nama gelarnya ialah Sultan Akhmad
Abdul Arifin, lalu Sunan kalijaga, Sunan Murya, Sunan Darajat, Maulana
abdurakhim ialah Syekh Duyuskani adalah adyaksa kerajaan Cirebon, Ki Syekh
Bentong, Syekh Majagung, Pangeran Santri Pangeran Muhammad Pelakaran
ialah Palakaraning Dalang, oleh sebabitu disebut Pangeran Dalakaran.
NASKAH
NAGARA KRETABHUMI
TRITYA SARGA
( BUKU KETIGA/JILID KETIGA)
(1) Semoga tiada aral melintang ini adalah buku ketiga dari naskah nagara
krethabumi merupakan naskah kesultanan cirebon.Di dalamnya memuat isi
pokok naskah ini meriwayatkan pemerintahan dan kekuasaan kerajaan cirebon
dan lainnya, seperti berbagai riwayat yang ada kaitannya dengan pulau jawa,
riwayat para keturunan sunan jati, kesultanan cirebon dan semangat warga
masyarakat wilayahnnya dan daerah sekitarnya, riwayat pangeran gung anom,
mula pertama berdirinnya desa cirebon dan lain-lainnya, riwayat-riwayat
kerajaan wilayah dan agama hindu-budha, para waliyullah di pulau
jawa.Begitulah karya dapat di pertanggungjawabkan da nada manfaatnnya.Ini
adalah naskah besar nagara kretabhumi berisi pokok penelitian naskah kerajaan
di tanah sunda (bumi parahyangan) pulau jawa, kesultanan cirebon dan lain-
lainnya, oleh karenannya pada akhirnnya lama-kelamaan naskah ini berhasil dan
sempurna, semoga tuhan yang maha kuasa memberkahi kita sekalian.Semoga
tak ada halangan dan
(2) maafkan kata-kata tersirat dan tersurat tulisanku naskah kesultanan cirebon,
nagara kretabhumi namannya buku yang ketiga ini.Adapun semua dengan
memperhatikan dari berbagai naskah yang ada sebagai milik kesultanan cirebon,
kedua demi kemuliaan dalam tugas yang di bebankan kepadaku sebagai
keturunan susuhunan jati raja pendita ialah sebagai waliyullah, ulama besar
penyebar islam di bumi (tanah) sunda.Dengan penyempurnaan yang telah aku
lakukan, meskipun begitu sedikit banyak akan dapat di ketahui keadaan dan
kejayaan cirebon serta beberakerajaan pulau jawa tatkala itu.Begitulah melihat
apa yang di katakana dalam riwayat, adapun salah satu desa yang terletak di
pinggir pantai laut ini di sebut cirebon namannya.Di situ banyak tumbuh
gelagah alang-alang (ilalang) dan rumput laut.Ke selatannya di hutan banyak
binatang buas, seperti babi hutan, harimau, ular, monyet, gajah, kura-kura dan
lain-lainnya.Di sepanjang pantai banyak burung laut dan elang
(3) Di kaki gunung ciremai terdapat banyak kuda, di sungai ini terdapat banyak
ikan dan rebon (udang lembut).Pada tahun 1362 saka (1440/1441 masehi),
semula di wilayah “kebon pesisir” ini di huni oleh empat orang dari cirebon
girang, ialah ki danusela, ki gedeng alang-alang namannya yang lain, beserta
isterinnya, ialah nyi arumsari namanya.Lalu kerabat nyi arumsari sekeluarga,
ialah ki sarnawi dan isterinnya, kelak keluarga ki sarnawi ini meninggal dalam
usia lanjut.Lima tahun kemudian, datanglah ki somadullah, yaitu
walangsungsang, pangeran cakrabuwana namannya yang lain, dari puncak
amparan jati.Sang pangeran beserta isterinya, yaitu nyi indang geulis sorang
puteri ki danurwasih, kakak ki danusela.Juga turut adik perempuan sang
pangeran, ialah nyi lara santang namannya.Tatkala itu jadi ada lima orang
(4) Bermukim di “kebon pesisir”, setiap hari banyak warga masyarakat dari desa
pesambangan, muara jati dan dari desa sekitarnya dating ke dukuh cirebon,
kemudian mereka bermukim di situ.Pada tanggal 14 paro-peteng bulan cetra
1367 saka (1445/1446 masehi), pangeran cakrabuwana beserta seluruh warga
masyarakat, membuka wilayah “kebon pesisir” untuk di jadikan dukuh
(desa).Tatkala itu semua warga masyarakat yang bermukim di situ, telah
mencapai jumlah sebanyak 52 orang.Adapun ki gedeng alang-alang beserta
isteri dan ki somadullah beserta isteri, bila malam bekerja mencari rebon (udang
lembut) dan ikan di sungai yang ada di sebelah timur rumahnnya dan di pinggir
pantai.Mereka ini membuat terasi, petis dan garam.Dalam perkawinannya, ki
danusela dengan nyi arumsari, berputera seorang puteri, ialah nyi ratna riris, nyi
kencana larang namannya yang lain.Ki somad-
(5) ullah beserta isteri dan adiknya berdiam di rumah ki danusela, karena ki
danusela adalah terhitung masih kerabat dekat nyi indang geulis, di situ ki
somadullah turut bekerja dengan ki danusela.Sejumlah warga masyarakat dari
pasambangan dan muarajati bermukim di situ (di “kebon pesisir”), kemudian
berdirilah desa cirebon, dan ki pangalang-alang di angkat menjadi kuwu oleh
warga masyarakatnya, sedangkan ki somadullah di jadikan raksabumi(wakil
kuwu) dengan gelar ki cakrabumi namanya.Tidak lama kemudian, cirebon
menjadi sebuah desa yang ramai.Sudah takdir tuhan, semua warga masyarakat
dari desa-desa lain bermukim di sana, berbagai suku (keturunan).Orang-orang
yang jual beli, para petani dan nelayan, orang-orang yang mencari rebon dan
ikan.Di sepanjang pantai ramai, banyak perahu di tambatkan.Pada waktu itu
pribumi dengan berbagai suku dan keturunan, berbagai agama kepercayaannya,
berbagai bahasa dan tulisan mereka, berbagai keterampilan serta keahlian
mereka, bekerja dan mata pencahariannya, masing-masing berbeda.Pada tahun
1367 saka (1447/1448 masehi) jumlah warga masyarakat
(6) yang telah menjadi pribumi di cirebon sebanyak 364 orang, yaitu 182 laki-
laki dan 164 perempuan.Dengan perincian :196 orang sunda, 16 orang dari
swarnabhumi (sumatera), 4 orang dari negeri hujung mendini (semenanjung
Malaya), 3 orang dari siam, 11 orang dari arabia, 6 orang dari cina, jumlah itu
menurut catatan dari desa cirebon pada waktu itu.Di desa cirebon ki somadullah
mengajarkan agama islam kepada warga masyarakat.106 Orang dari jawa, 2
orang dari bharata (india) dan 2 orang dari iran.Kemudian membangun surau di
pinggir laut, jalagrahan namanya.Banyaklah sudah warga masyarakat yang
memeluk agama islam.Di riwayatkan, suatu ketika ki cakrabhumi bersama
adiknya menuju puncak bukit amparanjati di tempat kediaman gurunya, syekh
datuk kahfi, yaitu syekh maulana idhofi namanya yang lain.Demikianlah ujar
(8) iman al jawi.Tiga bulan kemudian haji abdullah iman kembali ke jawadhipa
(pulau jawa).Dan adiknya bermukim di sana mengikuti suaminya.Dalam
perkawinannya, nyi hajjah syarifah mudaim dengan syarif Abdullah
memperoleh putera laki-laki, syarif hidayat, namanya pada tahun 1370 saka
(1370/1371 masehi).Di riwayatkan dalam perjalanan pulang ke jawa, haji
Abdullah iman berhenti di negeri campa.Setelah sampai di cirebon, haji
abdullah iman menjadi penyiar agama islam kepada masyarakat.Dalam
perkawinannya, haji Abdullah iman dengan nyi indang geulis memperoleh anak
perempuan, nyi pakungwati namanya.Kemudian haji Abdullah iman kawin
dengan puteri ki pangalang alang, yaitu nyi ratna riris, nyi kencana larang
namanya yang lain.Dalam perkawinannya, maka berputeralah laki-laki, yaitu
pangeran carbon namanya, yang kemudian pangeran carbon ini nikah dengan
nyi cupluk
(11) sudah memperoleh banyak gelar dan sesebutan nama, yaitu sayyid al kamil,
syekh nuruddin ibrahim abnu maulana sultanil mahmud al kibti namanya yang
lain, lalu syarif hidayat pergi ke jawadhipa (pulau jawa).Dalam perjalanannya ia
singgah di gujarat, bermukim di sana tiga bulan lamanya, lalu singgah di negeri
paseh, di sini ia bermukim di tempat kediaman kerabatnya, ialah sayyid ishak
yang sudah menjadi ulama besar islam di negeri paseh selama dua
bulan.Kemudian ke jawadwipa (pulau jawa) berhenti di banten, di sini ada
warga masyarakat yang sudah memeluk agama islam, hal ini karena berkat dari
hasil ajarannya sayyid rakhmat dari ampel gading yang telah bergelar susuhunan
ampel.Juga sayyid rakhmat pun adalah kerabatnya, oleh sebab itu sayyid al
kamil pergi ke ampel dengan menumpang perahu orang jawa timur.Tatkala itu
(12) para waliyullah semuannya berkumpul di situ (di ampel), mereka masing-
masing telah memiliki daerah penyebaran agama islam untuk mengajarkannya
kepada masyarakat desa yang masih menganut hindu dan buddha.Sayyid al
kamil memperoleh wilayah penyebarannya di cirebon, ialah di bukit sembung,
sebab di sana bersama-sama uwaknya (kakak ibundannya), yaitu haji abdullah
iman yang telah menjabat kuwu cirebon ke-2.Di perjalanannya, adipati keeling
dari negeri bharata (india) dengan para pengikutnya sebanyak 98 orang telah di
islamkan oleh syarif hidayat.Adipati kelingdengan semua pengikutnya
mengabdi setia kepada sayyid al kamil.Di bukit sembung syarif hidayat di sebut
maulana jati, syekh jati namannya yang lain, lalu membangun rumah
kediamannya di situ.Tidak lama kemudian warga masyarakat banyak yang
berguru kepada
(15) hasyim putera abdul manaf, abdul manaf putera kusyaiyi, kusyaiyi putera
kyai kilab, kyai kilab putera mauroh, mauroh putera kangab, kangab putera
luayyi, luayyi putera galib, galib putera fihir, fihir putera malik, malik putera
nadir, nadir putera kinanah, kinanah khujaimah, kujaimah putera mudrikah,
mudrikah putera ilyas, ilyas putera mudra, mudra putera nijar, nijar putera
mangad, mangad putera adnan, adnan putera addi, addi putera addad, addad
putera hamyas, hamyas putera salaman, salaman putera bista, bista putera sahail,
sahail putera jamal, jamal putera haidar, haidar putera nabi ismail, nabi ismail
putera nabi ibrahim, nabi ibrahim putera tarikka, tarikka putera nakur, nakur
putera sarug, sarug putera abir, abir putera
(16) syalik, syalik putera pinan, pinan putera arfakasyadz, arfakasyadz putera
sam, sam putera nabi nukh, nabi nukh putera lamik, lamik putera matuslak,
matuslak putera mahnauk, mahnauk putera yaridz, yaridz putera mahkail,
mahkail putera kinan, kinan putera anwas, anwas putera syis, syis putera nabi
adam, manusia pertama dengan isterinnya, siti hawa.Adapun syarif hidayat
dengan isteri nyi mas tepasari berputeralah pangeran pasarean.Pangeran
pasarean beristeri dengan nyi ratu nyawa berputeralah pangeran swarga, ialah
pangeran adipati anom cirebon pertama.Pangeran swarga beristeri dengan nyi
ratu wanawati raras berputeralah pangeran panembahan ratu.Panembahan ratu
beristeri dengan nyi lampok angroros cucu sultan pajang
(18) Maulana jati beristeri dengan anak ki gedeng babadan, ialah nyi mas
babadan, yaitu nyi mas retnawati namannya yang lain.Itu terjadinnya dahulu
tatkala sedang memberikan syiar agama islam di seluruh warga masyarakat di
sana, di takdirkan ki ageng berkenan dengan semua pengikutnya memeluk
agama islam, sehingga selanjutnya ki ageng berguru kepada maulana jati sampai
bermukim di sana (di desa babadan) selama 4 tahun, nyi mas babadan wafat
tanpa memperoleh keturunan, hal ini berbeda dengan isterinya yang kedua, nyi
mas lara jati, yaitu nyi mas syarifah bagdad, namannya yang lain, beranaklah
dua orang laki-laki, masing-masing dengan namannya, ialah yang pertama
pangeran jayakelana, lahir pada tahum 1408 saka (1486/1487 masehi), pada usia
30 tahun wafat tanpa meninggalkan keturunan.Kedua pangeran bratakelana
bergelar pangeran gung anom, sebagai putera mahkota kerajaan cirebon, lahir
pada tahun 1410 saka (1488/1489 masehi), pada usia 23 tahun
(19) beristeri dengan puteri kerajaan bintara raden fatah yang bergelar Sultan
Alam akbar Al fatah, yang puterinya itu bernama bayi Ratu Nyawa.
Pada tahun 1434 Saka (1512/1513 Masehi) Pangeran Gung Anom berkenan
dengan para pengiringnya dari keraton Bintara ke Cirebon.Tiada di sangka-
sangka di tengah lautan perahu putera mahkota kerajaan Cirebon di hadang
perompak. Tatkala itu terlihatlah sang perompak, lengkap dengan senjata
singap, mengeroyok ganan bagaikan babi hutan menyeruduk.Gerakannya
bagaikan serigala, liar kuat dan berani.
Adapun kapal perompak mencoba membututi kapal putra mahkota Cirebon itu
sejak di pantai laut Tegal.Adapun Pangeran Gung Anom dengan para
pengiringnya naik.
(20) Dengan perahu dagang orang Jawa Timur. Di dalam perahu itu penuh
penumpang dari berbagai suku dan keturunan, antara lain ialah orang-orang dari
Cina, Arab, Sumatera (swarnabhumi), Tumasik (Singapore), Jawa Timur, Sunda
kalapa, Banten, Cirebon dan Demak. Setelah perahu itu sampai di wilayah
lautan , sang perompak berteriak ramai dan menyebur perahu dagang. Para
perompak terus menyerang , merangsang membunuh penumpang perahu
dagang. Para perompak terus menyerang, merangsang membunuh penumpang
perahu dagang. Ramailah pertemuran ini, di antaranya sang perompak sudah
banyak yang berlumuran darah, tengsungkur dan mati, karena perompak adalah
manusia liar dan tidak berperi kemanusiaan. Akhirnya mereka kalap mengamuk
melatrak seluruh penumpang, lalu Pangeran Gung Anom berkenan dengan
seluruh pengiringnya serta seluruh penumpang perahu dagang dibabat sang
perompak.
(21) Kepala perompak tercela itu membokong sang Pangeran Gung Anom
dengan padangnya dari belakang, tatkala sang Pangeran sedang menghadapi
kerubutan mereka yang amat ganas. Dengan demikian akhirnya sang Pangeran
gugur terbujur, lalu jasadnya mereka lemparkan ke tengah laut. Sedangkan sang
perompak merasa mencapai kemenangan, tertawa gembira. Demikianlah jasad
sang Pangeran terapungapung di laut, tergiring ombak, hingga terdampar di
wilayah lautan Mundu. Di situ terlihat oleh Ki Lobama, lalu ributlah seluruh
warga masyarakat di sana, segera saja jasad sang Pangeran di usung di bawa ke
keraton Pakungwati. Musibah ini membuat terkejut sang Sunan, melambunglah
hati sang Sunan melihat jasad puteranya. Turunlah ia dari singgasananya. Di
situ ibundanya dan family telah berkumpul merubung sang jenazah dengan rasa
duka mendalam, hujan air mata dan tangis mewarnai keadaan. Setelah itu
barulah, sang Sunan menggerakkan tangan.
(22) Lalu jenazah putera mahkota cirebon itu di usap-usapnya dengan halus.
Akhirnya sang sunan tidak mampumenahan amarah nya, maka lalu berkatalah,
benar-benar binatang tindakan perompak, ganas, bengis, dan liar
perbuatannya.Seluruh yang hadir dalam bangasal, sebagai pertemuan besar itu
turut berduka cita, karena wafatnya putera mahkota keraton pakungwati
itu.Dengan peristiwa demikian, maka pangeran bratakelana gingugerahi
sesebutan kehormatan “pangeran geng anom”, kemudian di juluki nama
pangeran sedang lautan (sang pangeran yang wafat di lautan), lalu ia di
makamkan di sana kelak.Dengan musibah besar itu kyai ageng bungko yang
memiliki wibawa besar itu timbul amarahnya, setelah menengok jenazah putera
mahkota kerajaan cirebon, kemudian ia berkata kepada sinuhuncirebon, ya
paduka tuanku, tak berguna di buat bingung dan prihatin, janganlah paduka
sedih, perahu penyebabnya akan ku bakar tanpa sisa,
(23) berarti sama perompak itu kubunuh, tidak bisa hidup lagi sang perompak
jahat itu, kata-kataku ini sungguh-sungguh, pantang berkata bohong.Tersentuh
hatinya sang sunan mendengar kata-kata kyai ageng bungko, dan kebetulan atas
ijin pangeran cakrabuwana, putera mahkota kerajaan itu di ganti oleh pangeran
muhammad arifin dengan gelar pangeran pasarean, ia putera ke-2 sang sunan
dari isterinya yang bernama nyi tepasari.Adapun sang almarhum (pangeran geng
anom) tidak berketurunan.Tidakl ama kemudian putera mahkota kerajaan
cirebon (pangeran pasrean) menikah dengan puteri sang abdul patah.Dan
pangeran pasarean ternyata di perintahkan untuk di angkat menjadi raja di
kerajaan cirebon.Ceerita ini di saksikan oleh pangeran cakrabuwana, para
pemuka wilayah cirebon, kerabat dan family, para waliyullah, raja bintara
(sultan demak raden patah) dan seluruh warga masyarakat cirebon.
(24) Kemudian sunan jati memerintahkan kyai ageng bungko, pangeran carbon,
adipati keeling, ktai geng gebang, kyai geng losari, kyai geng dramayu, ki
demang japara, ki demang bintara (demak), ki demang Surabaya, kyai geng
Japura, kya geng ender, kyai geng sura masing-masing dengan bala pasukannya,
bersama-sama 700 orang yang dari cirebon.Berkatalah sunan jati, carilah sampai
ketemnu sang perompak, habisi semua kakitangan perompak, karena perompak
adalah bahaya besar dan amat buas seperti binatang.Kemudian mereka bersatu
menuju ke timur, di antarannya kyai ageng bungko dengan tentara pasukannya
dan bala tentara kerajaan cirebon dengan 2.000 perahu di pimpin oleh kyai
ageng bungko.Pangeran carbon sebagai komando dan panglima bala tentara
cirebon
(26) ,,, habis, mati tanpa sisa.Adapun perahu sang perompak penyebab musibah
itu dibakar oleh kyai Geng Bungko, oleh karena itu bangkai para perompak
sebanyak 60 orang dinaik-naikan ke dalam perahu mereka sampai menjadi abu.
Tersiar kabar ke seluruh penjuru, bahwa semua para perompak sudah
dimusnahkan, masyarakat semua menyambut gembira. Tunda riwayat ini
sebentar, digantikan dahulu dengan riwayat yang lain.
Asapun dia ( Ali Rakhmatullah ), Raden Rakhmat namanya yang lain, tatkala
usia dewasa mampu mendalami agama islam, karena ia berguru kepada
ayahandanya di negeri campa. Setelah itu ia pergi ke pulau jawa, dalam
perjalananya ia singgah di Palembang hanya selama 6 bulan mengajarkan
agama islam kepada masyarakat sana. Bupati Palembang, ialah Arya Damar
namanya memeluk agama islam dengan mendapoat gelar nama Arya Abdillah.
(27) Karena hasil karyanya Ali Rakhmatullah, Arya Dillah ialah Arya Damar
adalah Bupati Majapahit untuk Palembang beristeri dengan Puteri Cina, Maka
berputeralah Raden Kusen, yang nantinya disebut Dipati Terung.
Sang Puteri Cina, yang bernama Sio Ban Ci adalah juga ibunya raden Patah
Sultan Bintara ( Demak ) dari cucurannya sang Putri dengan Raja Majapahit
Prabu Brawijaya ke 5. Selanjutnya Ali Rakhmatullah pergi ke Pulau Jawa,
singgah sementara di negei Banten, disini sang ahli mengajarkan agama islam
kepada masyarakat, tidak lama kemudian ia pergi ke jawa timur, untuk
menemui salah seorang kerabatnya di keraton Majapahit, disini Ali
Rakhmatullah bertemu dengan Nyi Ratu Darawati isteri Prabu Majapahit,
karena Nyi Mas Ratu Darawati adalah adik Nyi Mas Candrawulan ibunya.
(29) Maloka ialah Nyi Ageng Tendes keempat wanita yang kawin dengan
Raden Sahid ialah Sunan Kalijaga.Adapun semula Raden Sahid adalah Putera
Bupati Tuban adalah RadenTumenggung Majapahit (Wilwatikta). Raden Sahid
Sunan Kalijaga menikah dengan Nyi Dewi Sahro Puteri Sang Maulana Ishak.
Dalam perkawinannya memperoleh anak laki-laki dan wanita 3 orang,
diantaranya masing-masing ialah pertamaRaden umar Sahid dengan gelar
sesebutannya Sunan Murya tatkala kanak-kanak disebut namanya Raden
Prawoto kedua Dewi Rokayah dan ketiga Dewi Sopiyah. Adapun Raden Umar
Sahid Sunan Murya beristri dengan Dewi Sujinah adalah adik Sunan Kudus.
Didalam perkawinannya Sunan Murya dengan Dewi
(30) Sujinah berputeralah laki-laki seorang ialah Pangeran Santri dengan gelar
sesebutan Sunan Kadilangu. Adapun isteri Sunan Ampel yng kedua ialah Siti
Korimah puteri Ki Wiryosarojo. Dari isteri ini berputeralah wanita dua orang
ialah pertama Siti Murtasiyah yang menikah dengan Raden Paku dengan gelar
sesebutan Sunan Giri kedua Siti Mursimah. Raden Paku adalah putra Maulana
Ishak dengan isteri dari negeri blambangan. Juga Sunan Giri menikah dengan
Siti Warnah puteri Kyai Geng Bungkul.Kemudian puteri Sunan Bonang ialah
Nyi Dewi Rukhil namanya menikah dengan Jafar Sadik yang nantinya
menerima gelar sesebutan Sunan Kudus.Dari Dewi Rukhil Sunan Kudus
memperoleh anak laki-laki seorang ialah Raden Amir Hasan. Sunan Kudus
menmikah dengan puteri Pangeran Pecat tandha Terung.
(32) Selanjutnya isteri sang Prabu Brawijaya yang lain ialah Nyi Retna Sio Ban
Ci (Nnamanya cinanya). Nyi Retna Sio Ban Ci anak Tan Gwat ialah Ki Bantong
namanya yang lain ia asalah seorang cina kaya raya bermukim di gresik wilayah
Surabaya dan memeluk agama islam. Sang ayah dan anaknya berguru agama
islam kepada Sunan Ampel Denta. Dalam perkawinannya Nyi Retna Sio Ban Ci
dengan Prabu Brawijaya Krethabumi berputeralah laki-laki seorang Raden
Praba ialah Raden Patah namanya yang lain dilahirkan di Palembang pada tahun
1377 saka (1455/1456 Masehi). Selanjutnya Nyi Retna Sio Ban Ci menikah
dengan Arya Palembang Arya Damar berputeralah laki-laki seorang Raden
Kusen, Dipati Terung namanya yang lain. Adapun isterinya yang lagi Sang
Prabu Brawijaya ialah Nyi Wandan Bondri Cemara namanya, dari isteri Nyi
Wandan Bondri Cemara ini berputeralah laki-laki.
(33) ialah raden bondan kejawen menikah dengan nyi dewi nawangwulan, nyai
lara kidul namannya yang lain.Nyi dewi nawangwulan adalah ratu di mataram
lama, yang masih menganut agama kalacaka Buddha gotama.Di dalam
perkawinannya nyi dewi nawangwulan dengan raden bondan kejawen berputera
wanita, ialah nyi ratu angin angin, di sebut nyai lara kidul, kemudian nyi ratu
angin angin menikah dengan sutawijaya, yang mendirikan mataram
baru.Sesudah usia dewasa raden patah pergi ke pulau jawa berguru agama islam
kepada sunan ampel, lalu raden patah menikah dengan puteri gurunya, ialah nyi
ageng maloka namanya.Pada tahun 1395 saka (1473/1474 masehi) raden patah
mendirikan desa yang di sebut demak.Tidak lama desa itu
(34) menjadi kota yang ramai, lalu menjadi kadipatian demak yang di bawah
kekuasaan majapahit.Tatkala itu prabhu bhrawijaya kretabhumi ialah ayahanda
raden patah menyucikan puteranya.Pada tahun 1397 saka (1475/1476
masehi).Tiga tahun kemudian raden patah dengan kemurnian yang besar
membujuk kewibawaan sang prabhu majapahit, merasa berani berperang
dengan kerajaan majapahit, karena para waliyullah (wali sanga) berdiri di
belakang dirinya dengan bala tentara gabungan, di antarannya dari giri, bonang,
ampel surabaya, cirebon, palembang, kudus, jipang panolan, japara.Adapun
orang-orang muslim yang mendukung adalah dari paseh, tumasik (Singapore) di
hujung mendidi (semenanjung malaya), malaka, campa, arab, parsi, syam,
mesir, dan gujarat yang ada di kota-kota pelabuhan di pulau jawa, mereka sudah
(35) berjanji bersama dengan para pengikutnya bersatu mendukung raden patah
yang bergelar sultan alam akbar al fatah dan ingin memerangi balatentara
majaphit.Tidak lama kemudian angkatan perang besar demak yang menyerbu
keraton ibukota majapahit, dengan membawa alat persenjataan lengkap, lalu
menyerang dahsyat bagaikan harimau babi hutan menyerunduk
maju.Balatentara besar majapahit menyambut balatentara besar demak yang
mendesak terus memasuki ibukota keraton.Ramailah peperangan itu prajurit-
prajuritmajapahit ada yang berlumuran darah, luka-luka dan banyak yang
mati.Sunan undung panglima tentara demak gugur di bunuh oleh panglima
tentara majapahit.Kota besar itu sekarang sudah menjadi medan perang.Darah
membasahi bumi bagaikan sungai dan tidak akan percaya bumi berubah menjadi
lautan darah.Perbuatan itu sesungguhnya amat merugi, karena sesungguhnya
berkeinginan terhindar dari malapetaka.Akhirnya kalahlah balatentara majapahit
di dalam peperangan itu.Banyaklah sudah balatentara
(36) majapahit melarikan diri ke hutan, di antarannya patih udara dengan para
pasukannya, melarikan diri ke timur, dipati terung dan para pengiringnya, lalu
dipati terung tertangkap oleh pasukan demak yang di pimpin oleh raden
patah.Prabhu bhrawijaya dengan seluruh pengikutnya lari ke hutan.Raden
baribin yaitu adik prabhu bhrawijaya kretabhumi dari lain ibu, bersama para
pengiringnya lari ke timur keluar masuk hutan, kemudian ia berhenti sementara
di desa kaleng, lalu berhenti di desa ngayah, selanjutnya melanjutkan
perjalanannya ke kerajaan pajajaran di tanah sunda.Raja pajajaran berkenan
menerimannya dan menyambut dengan gembira kedatangan raden baribin
dengan para pengiringnya.Adapun di jawa timur dipati terung dengan para
pengiringnya memeluk agama
(37) islam.Tatkala itu raja pajajaran sunda banyak para puteranya, dari
permaisuri berputeralah sebagai sang putera mahkota kerajaan pajajaran.Dari
isterinya yang lain, berputeralah laki-laki dan wanita 3 orang, di antarannya
ialah Raden Banyakcatra, ialah Raden Kamandaka namannya yang lain,
menjadi bupati di dayeuh luhur, ketiga wanita Nyi Ratna Ayu Kirana namanya
di kawinkan dengan Raden Baribin, karena raden baribin ini yang di sebut
pandita putra (pendita muda), ketika itu ia menegakkan dan mengajarkan agama
siwa Buddha.Adapun ibunya (ialah ibu raden baribin) adalah puteri sang bopati
wirosobo kawin dengan raja majapahit.Kemudian di dalam perkawinannya,
Raden Baribin dengan Nyi Ratna Ayu Kirana berputeralah laki-laki,
(38) Raden Katuhu namanya lahir pada tahun 1403 Saka (1481/1482
Masehi).Setelah dewasa Raden Katuhu pergi ke Wirasobo tidak beberapa lama
disana lalu diangkat menjadi Bopati Wirosobo ke 2 dengan bergelar Raden
Adipati Wirotomo ke 2.Adapun para bopati di Wirosobo diantaranya ialah
Bopati pertama ialah Adipati Paguwan, Wirosobo pertama, bopati ke 2 ialah
Raden Katuhu, Wirontomo pertama.Bopati ke 3 ialah Adipati Urang,
Wirontomo ke 3 namanya. Bopati keempat Raden adipati Surawin, Bopati ke 5
ialah adipati Surontomo, Jala Tambangan namanya yang lain. Bopati ke 6 ialah
Adipati Wargontomo Pertama.
(39) Diriwayatkan sesudah itu Kerajaan Majapahit kalahlah oleh balatentara
Demak, akan tetapi Majapahit belum musnah dari muka bumi. Hanya baru
wilayah-wilayah Majapahit Utara sepanjang tepi pantai Jawa Timur di bawah
kekuasaan Demak.Negeri Blambangan belum di bawah kekuasaan Demak,
sedangkan Prabu Brawijaya dengan para pengiringnya masih bersembunyi di
hutan.Bala tentara Demak yang dipimpin oleh Raden Patah dengan membawa
perlengkapan senjata lengkap terus mencari jejak balatentara Majapahit.Sudah
banyak desa-desa dilacak. Balatentara Majapahit dan bersama sama balatentara
Ponorogo dapat dilacak oleh pasukan tentara Demak di Ponorogo. Disitu
balatentara Majapahit berhadapan dengan pasukan tentara Demak. Kemudian
mereka berperang, ramailah peperangan itu tetapi,
(40) karena tidak seberapa banyak balatentara Majapahit, maka mereka kalah.
Singkatnya Sang Prabu Brawijaya dengan beberapa orang sisa pengikut setianya
telah habis dahulu pada lari ke barat, masuk hutan keluar hutanlah Sang Prabu,
merasakan selalu kurang puas untuk dihindarkan sang prabu dari bahaya. Pucuk
pimpinan Majapahit itu dibawa bawa ke barat sampai kebukit Sawar.Tidak lama
antaranya Sang Prabu meninggal di bukit tersebut.
Sesudah itu Sang Prabu Girindra Wardhana sebagai gantinya menjadi Raja
Majapahit dengan gelar Prabu Brawijaya Krethabumi ke 6, keratonnya di
Keling Jawa Timur. Merasakan menjadi Raja hanya selama 20 tahun, meninggal
pada tahun 1420 Saka (1498/1499 Masehi), kemudian digantikan oleh Sang
Prabhu Udara dengan nama gelar Prabhu Brawijaya ke 7, keratonnya di kota
Kediri. Lamanya menjadi raja 20 tahun,.Tunda riwayat ini sebentar.
(44) Nyi Mas Lara Santang berguru agama islam kepada Syekh Datuk Khahfi,
selama tiga tahun lalu kebetulan Pangeran Walangsungsang menjadi Kuwu
Cirebon ke2.
Tunda dulu riwayat ini sebentar, digantikan selanjutnya dengan riwayat lain.
Setelah Majapahit dikalahkan oleh balatentara Demak, Kemudian berdirilah
kerjaan Demak. Sang Prabu ialah Raden Patah menjadi Raja (sultan) Demak
pertama, dengan gelar Sultan Alam Akbar Abdulfatah Al Jawi pada tahun 1400
Saka (1478/1479 Masehi). Menjadi Sultan selama 40 Tahun, kemudian
digantikan oleh putranya sebagai Sultan Demak ke 2 ialah Raden Surya yang
bergelar Sultan Yunus Abdulkadir Ibnu Abdulfatah Al Jawi lamanya hanya tiga
tahun, lalu digantikan oleh adiknya ialah Raden Trenggono dan bergelar Sultan
Akhmad Abdul Arifin Ibnu Abdulfatah Al Jawi.
(47) Pangeran Seda Lepen lahir pada tahun 1412 Saka (1490/1491 Masehi), dua
tahun kemudian Raden Kenduruan lahir, tiga tahun kemudian Raden Pamekas
lahir.
Pada usia 26 tahun Raden Surya pergi ke Cirebon, Palembang, Paseh lalu
singgah di Malaka. Ia pergi ke Utara oleh karena itu ia disebut Pangeran
Nyabrang Lor ialah Pangeran Sabrang Lor. Disana (Malaka) Pangeran Sabrang
lor menikah dengan Puteri sang penghulu Mandala Upih. Tatkala orang-orang
Portugis ingin menjajah Malaka,, Pangeran Sabrang Lora dengan balatentaranya
mengadakan pemberontakan lalu mengadakan perlawanan menyerang
balatentara Portugis, meskipun demikian jerih payahnya tidak berhasil.
Akhirnya negeri Makala terjajah oleh balatentara Portugis.Sesudah itu mereka
(portugis) berkeinginan ke pulau Jawa berulah sebagai pedagang.
(48) besar. Pangeran Sabrang lor menitipkan isterinya kepada orang tuanya di
Malaka, kemudian ia melawat ke Paseh, Plembang, Demak dan Cirebon. Oleh
ayahandanya (Sultan Demak) Pangeran Sabarang Lor dijadikan Senapati
Sarwajala (Panglima Angkatan Laut Kerajaan Demak) hanya baru memimpin
beberapa puluh perahu dan balatentaranya, merasa Sultan Demak ialah Raden
Patah perlu mengadakan persahabatan dengan Kerajaan Cirebon, Palembang
dan Paseh karena Portugis sudah ingin menjajah kerajaan-kerajaan tersebut.
Beberapa waktu Senapati ( Pangeran Sabrang Lor ) bermukim di Cirebon,
kemudian ia menikah dengan puteri Sunan Jati ialah Nyi Mas Ratu Ayu, tidak
lama antaranya Pangeran Sabrang Lor secara serempak memerangi Portugis ke
Malaka, oleh karena itu balatentara Demak, Surabaya, Jepara, Cirebon,
Palembang,dan Paseh sebanyak 12.000 enam ratus dua puluh tiga orang dan 94
buah perahu besar kecil menyerbu Portugis di negeri Malaka, tetapi dalam
peperangan balatentara yang dipimpin
(49) oleh Pangeran Sabrang Lor mendapat kekalahan,sebab selalu lengah dan
perahu Demak banyak yang remuk dan karam di tengah lautan, penyerangannya
gagal kemudian ia kembali ke Jawa dengan sedih hatinya sang Senapati.
Tambah lagi Paseh sudah terjajah oleh Portugis.Pangeran Sabrang Lor sudah
menjadi Sultan di Demak kedua itu gugur di dalam peperangan.Kemudian
isterinya diperisteri oleh Fadhilah Khan, selama tiga tahun Pangeran Sabrang
Lor menjadi suami isteri dengan Nyi Mas Ratu Ayu tidak meninggalkan
keturunan.Dengan Fadhilah Khan, Nyi Ratu Ayu berputera Nyi Mas Ratu
Winawati Raras pada tahun 1447 Saka (1512/1513 Masehi). Pada usia 19 tahun
Nyi Mas Ratu Winawati Raras
(53) Sunan bonang, sunan giri, sultan demak raden patah, pangeran sabrang lor,
syekh quro karawang, ialah syekh hasanuddin namannya yang lain, syekh
majagung, raden sepat, sunan kudus, dan muridnya ialah arya panangsang,
syekh bentong, dan banyak lagi lainnya di jawa timur.Sedangkan sunan kalijaga
mula-mula penganut hanafi, lalu syiah.Setelah syekh lemahabang wafat murid-
muridnya banyak di jawa timur dan jawa barat, beberapa di antarannya ialah
kyai ageng pamanahan, kyai geng sela, ialah ki juru mertani namannya yang
lain, Pangeran Trenggono, Sutawijaya.
Kemudian para Bopati Pesisir Jawa Barat anak menantu sunan jati menganut
syafei, diantarannya ialah pangeran sebakingkin, ialah sultan banten pertama
yang bergelar pangeran hasanuddin, bupati sunda kalapa, ialah fadhilah khan,
kemudian mereka yang memimpin cirebon mewakili sunan jati, ialah pangeran
Muhammad arifin di sebut pangeran pasarean, lau sultan Indragiri
(54) ialah mertua pangeran hasanuddin, ratu bagus angke, lalu putera sultan
banten ialah maulana yusuf, pangeran suwarga ialah dipati carbon pertama, pada
waktu itu agama islam ada tiga penganut yang besar, yaitu hanafi, terbanyak di
demak jawa timur, syafei terbanyak di jawa barat, ialah di cirebon, sunda kalapa
dan banten.Sedangkan syiah adalah di jawa timur dan jawa barat di desa-desa
wilayah demak dan cirebon.Maliki dan hambali tidak seberapa banyak.Para
penganut syiah di jawa timur ingin mendirikan sebuah kerajaan tersendiri di
penggiring.Kyai ageng kebo kenongo ingin menjadi raja dan tidak mau di
perintah di bawah kekuasaan demak, karena ia menurut saja perintah dan
mendapat persetujuan dari syekh lemahabang, para pembesar wilayah
(57) setelah ia di anggap sudah menjadi seorang muslim yang alim dan berbakat
di berilah gelar raden yunus. Pada waktu menjadi Bopati disebut Dipati Yunus.
Pada umur 23 tahun ia pergi ke Malaka, disana menjadi pemuka/penghulu
orang-orang Jawa di Desa Upih disana diberikan gelar kehormatan nama Ki
Datuk Kodir, Abdul Qodir namanya yang lain, disebabkan ia pergi ke Utara
yaitu ke Malaka (menyeberang), oleh karenanya masyarakat menyebut
Pangeran Sabrang Lor (Sang Pangeran yang menyebrang ke Utara), Ki Datuk
Kodir menikah dengan Puteri penghulu masyarakat di Desa Upih pada tahun
1427 Saka (1505/1506 Masehi). Menikah dengan Nyi Mas Ratu Ayu ialah
sebagai isteri yang kedua pada tahun 1433 Saka (1511/1512 Masehi).Pada
waktu menjadi Sultan disebut Sultan Yunus Abdul Kodir Ibnu Abdulpatah Al
Jawi.
Sedangkan Raden Trenggono, ketika kanak-kanak bernama Raden Ahmad.
(59) Namanya yang lain. Ia bersal dari Blambangan Jawa Timur tatkala ia masih
usia taruna (muda). Panglima Angkatan Laut yang ke dua ialah Dipati Keling.
Tunda dulu riwayat ini sebentar, digantikan selanjutnya oleh riwayat yang lain.
Meskipun demikian Kerajaan Demak sudah berdiri dengan Sultan yang pertama
ialah Raden Patah. Kekuasaanya hanya baru setengah daerah Pesisir di Jawa
Timur, akan tetapi Kerajaan Majapahit belum sirna. Disebelah Selatan Timur di
wilayah Jawa Timur di situ berdiri Raja Prabu Girindhra Wardhana, ia disebut
juga Prabu Brawijaya. Diajarkan (diceritakan) bahwa sang Prabu Majapahit
membunuh patihnya ialah Rakyan Putahan, lalu Sang Prabu Girindra Wardhana
dibunuh oleh Prabu Udara ialah Patih Kediri. Prabu Udara ialah putera Sang
Patih Majapahit, Rakyan Patahan. Kemudian Sang Patih yang mati itu
digantikan oleh Prabhu udara menjadi Raja Majapahit pada tahun 1420 Saka
(1498/1499 Masehi) dengan gelar Prabhu
(60) Brawijaya juga. Dirasakan para Dipati Pesisir Jawa Timur tidak lagi
memikirkan kepada Majapahit, bukankah Sang Adipatih Pesisir sudah pada
bersahabat dengan Raja Demak dan menguasai seluruh pelabuhan perahu, oleh
karena itu Prabhu Udara kemudian bersahabat dengan orang-orang Portugis
yang telah menjajah Malaka di Sanghiang Hujung. Prabhu Udara lalu mengutus
beberapa para pembesar negeri ke Malaka, ialah kepada pimpinan balatentara
Portugis, Bungker Bule (d Al Buquerque-pen) namanya, dengan mambawa
barang-barang hadiah, anggapannya ialah agar balatentara Portugis selalu
membantu Majapahit, apabila sewaktu-waktu balatentara Demak menyerang
Majapahit, akan tetapi Portugis tidak pernah muncul-muncul di Majapahit, akan
tetapi Portugis tidak pernah muncul-muncul di Majapahit, oleh karena itu pada
tahun 1439 Saka (1517/1518 Masehi) Demak menyerbu Kerajaan Majapahit.
Balatentara besar Demak mendatangi kerajaan Majapahit.
(61) Balatentara besar Demak. Penyerangan Demak ini dibagi menjadi dua ,
separuh adalah pasukan pedati yang dipimpin oleh Raden Patah dan Panglima
Angkatan perang Sunan Kudus. Perjalanan ini mendapatkan kesulitan di
Madiun, Kediri kemudian di Majapahit. Sedangkan balatentara yang menaiki
perahu sebanyak itu yang dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lor, Patih Yunus
namanya yang lain mendatangi sedayu, lalu ke Japaratan. Dari Japaratan yang
dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lor berhadapan dengan balatentara
yangdipimpin oleh Raden Patah, lalu menjadi satu menyerang dan berperang
saling menusuk.Balatentara Demak menggepur Majapahit.Perang mereka amat
bersemangat, saling memukul, saling menusuk. Balatentara Demak sangat
bernafsu mendesak terus bagaikan babi hutan menyeruduk. Mereka saling
mengingini kemenangan. Akhirnya balatentara Majapahit dilumpuhkan oleh
Balatentara Demak,
(62) Balatentara Majapahit sisanya melarikan diri ke timur masuk hutan keluar
hutan tujuannya akan ke Blambangan, karena di Blambangan masyarakatnya
belum memeluk agama islam, dan tidak tunduk kepada Sultan Demak. Setahun
kemudian Raden Patah Sultan Demak pertama wafat, lalu puteranya yaitu
Pangeran Sabrang Lor menggantikan ayahandanya menjadi Sultan Demak
lamanya 3 tahun, sesudah Pangeran Sabrang Lor wafat, adiknya ialah Raden
Trenggono menggantikan kakaknya menjadi Sultan Demak ketiga, begitu juga
Majapahit sudah sirna. Tetapi sisa-sisa balatentara melarikan diri ke
Blambangan menggabungkan diri dengan balatentara Blambangan, sebab
mereka memeluk agama Hindu-Budha. Adapun kota Raja Panarukan ,
Pasuruhun dan Blambangan ada mereka yang melarikan diri ke pulau Bali, oleh
karena itu pada tahun 1468 Saka (1546/1547 Masehi) Raden Trenggono
menyerbu ke Pasuruhun.
(65) balatentara besar Jawa Barat dibalah di Japara, lalu menjadi satu dengan
balatentara Demak. Kemudian balatentara besar itu menyerbu Panarukan.
Balatentara Demak dan balatentara dari Jawa Barat seluruhnya dipimpin oleh
Sultan Trenggono dan Panglima besar (maha senapati) angkatan perang. Disana
Raja Panarukan telah menyiapkan balatentara besar dengan 3007 perahu besar
kecil, lalu di tengah lautan berperanglah mereka ( Demak dan Panarukan) dalam
peperangan laut itu banyak perahu yang hancur dan karam sisanya
mengundurkan diri ke pesisir lalu segera memperkuat balatentara yang ada di
kota kerajaan. Tatkala itu semangat masyarakat meluap-luap, hiruk pikuk
suaranya menggetarkan hati. Tidak lama antaranya balatentara Demak
menyerbu kota Panarukan tatkala keremangan senja menjalari alam penyerang
bergemuruh bagaikan babi hutan menyeruduk tidak ingat segempil nyawa.
Balatentara Blambangan dan
(67) sudah banyak yang mati terbunuh. Para pembesar Negara, Panglima dan
Sultan Demak berkumpul mengadakan pertemuan untuk merundingkan perihal
perang.Pertama, bukankah sebagai pokok pembicaraan mengejar Supiturang
dengan ratu-ratu bawahannya(ratu-ratu sekutunya). Sedangkan Sultan Demak,
Raden Trenggono terluka berlumuran darah memanggil manggil anak
sahayanya samapi tiga kali tidak mendengarnya. Adapun pembatu sahayanya itu
adalah anak-anak yang masih berusia sepuluh tahun, putera Patih
Surabaya.Marahlah Sultan Demak kepada anak itu tidak mengerti maksud
Sultan, ialah untuk disuruh mengambil tempat kapur sirih, lalu anak itu
ditempelengnya tidak seberapa sakitnya. Tidak lama kemudian sang anak
karena kesakitan, maka timbul marahnya, kemudian mencabut kerisnya
langsung ditusukkan, sang anak melakukan itu karena ingin membalas, karena
sakit hatinya kepada Sang Sultan.
(68) Akhirnya Sultan Demak tertusuk keris oleh keris sang anak, lalu anak itu
lari sang Sultan Demak mangkat.Sang anak ditangkap oleh prajurit yang sedang
menjaga anak sultan, karenaia adalah pasukan bayangkari kerajaan/pasukan
bayangkari Sultan Demak.Akhirnya anak itu dibunuh dan ibu bapaknya serta
famili-familinya dibunuh semua. Ternyata sebabnya ayah sang anak dan family-
familinya adalah sahabat/sekutu dengan raja Supiturang sang Prabu
Ranggapermana menyuruh untuk membunuh Sultan Demak, demikianlah
kehendak sang Prabu Ranggapermana. Setelah selesai mengurus sang jenazah
sang Sultan Demak, kemudian semua balatentara Demak pulang ke Demak.
Terhentilah peperangan itu.Keinginan Sang Sultan Demak untuk mengejar
Supiturang dengan seluruh raja-raja sekutunya gagal.Setelah wafatnya Sang
Sultan Raden Trenggono, di Demak lalu timbul huru hara (keributan) karena
(69) Karena para keturunan dan famili kerabatnya pada mengigini singasana
kerajaan Demak. Perlu diketahui menurut perkiraannya setelah wafatnya
Pangeran Sabrang Lor, ialah Sultan Sultan Demak kedua, seharusnya yang
menjadi Sulta Demak ketiga adalah Pangeran Sekar Seda Lepen, tetapi ketika
itu sang Pangeran dibunuh oleh Sunan Prawata ialah putra Raden Trenggono,
oleh sebab itu Raden Trenggono menjadi Sultan Demak ketiga menggantikan
kedudukannya. Sultan Trenggono menjadi Sultan lamanya 25 tahun. Sesudah
ayahandanya wafat Sunan Prawata ingin menggantikan kedudukannya, tetapi
Arya Panangsang putera Pangeran Sekar Seda Lepen balas dendam, Sunan
Prawata dibunuh oleh Arya Pangsang. Huru hara, bunuh membunuh diantaranya
beberapa famili menjadi korban yaitu beberapa balatentara Cirebon yangt
dipimpin oleh Pangeran Mohammad Arifin ialah
(70) Pangeran Pasarean namanya yang lain Putera Sunan Jati Cirebon yang
membantu kepada pasukan lalu menyerbu memerangi pasukan tentara Arya
Panangsang ialah Bopati Jipang karena Arya Pangsang unek-unek Demak
dengan membunuh Sunan Prawata. Pasukan Cirebon banyak yang
mati.Sedangkan Pangeran Pasarean gugur ditusuk oleh Arya Panangsang di
dalam peperangan itu.Kemudian jenazah Pangeran Pasarean dibawa ke
Cirebon.Pangeran Pasarean adalah suaminya puteri Demak Nyi Mas Ratu
Nyawa ialah adik Sultan Trenggono yaitu putra Raden Patah.Ketika itu
Pangeran Pasarean sedang bermukim sementara di Demak dengan isterinya.
Tatkala itu sang Pangeran amat besar pengaruhnya di Cirebon, karena ia
mewakili kedudukan singgasana Sunan Jati Cirebon. Akhirnya Arya
Panangsang dibunuh oleh Kyai Geng Pamanahan diperintah oleh Adiwijaya
menjadi Sultan Pajang. Dahulunya Arya Panangsang murid Sunan Kudus Yang
senantiasa bersahabat dengan Bopati Jipang. Dalam huru hara keributan
banyaklah orang-orang penting menjadi korban pembunuhan, seperti halnya
Pangeran Hadiri suami Nyai Ratu Kalinyamat adik Sultan Trenggono dibunuh
oleh Arya Panangsang.Adapun kekuasaan kerajaan Pajang diantaranya adalah
Sedayu, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Tuban, Pati, Demak, Pamalang, Purbaya,
Blitar, Selaron, Krapyak, Mataram dan banyak lagi wilaya-wilayah lainnya.
Adapun Sultan Pajang Adiwijaya banyak namanya
(71) ialah Adiwijaya, Mas Karebet,Ki Jaka Tingkir, dan Panjimas ia adalah
putera Ki Kebo Kenongo Bupati Pengging murid Syekh Lemahabang.
Adiwijaya beristeri dengan puteri Raden Patah Sultan Demak pertama.Pada
waktu itu Pajang bersahabat dengan Cirebon, Sunda Kalapa, Banten dan
Sumedang. Fadhilah Khan senantiasa menjadi Duta Jawa Barat di Pajang
sebagai mewakili Sunan Jati Cirebon. Kerajaan Pajang menganut Islam Syiah
karena hasil ajaran Syekh lemahabang yang telah dianut mantap oleh warga
masyarakat disitu. Cucu laki-laki Fadhilah Khan ialah Ratu Mas yang telah
digelari nama Panembahan Ratu yang bermukim di Pajang selama 16 tahun,
berguru, berperang dan politik serta pemerintahan Negara, kemudian Cirebon
dengan Pajang besanan yaitu Panembahan Ratu ditikahkan dengan puteri
(72) Sultan Pajang ialah Nyi Mas Ratu Lampok Angroros karena Sultan Pajang
sudah membalaskan duka cita Cirebon ialah membunuh Arya Panangsang yang
telah membunuh Pangeran Pasarean .Pada tanggal 13 Paro terang bulan
Pasyamasa tahun 1468 Saka (1546/1545 Masehi) sampai tahun 1474 Saka
(1552/1553 Masehi) yang memerintah Cirebon ialah Sunan Cirebon dan
Pangeran Adipati Suwarga sebagai Dipatih Cirebon pertama yang selalu
mewakili Sunan Cirebon didalam menjalankan politik pemerintahan dan seluruh
balatentara Kerajaan Cirebon.Pangeran Suwarga meninggal pada tahun 1487
Saka (1565/1566 Masehi). Tunda dahulu riwayat ini sebentar, digantikan oleh
riwayat yang lain.
Diriwayatkan, setelah Syekh Lemahabang tiba di Pulau Jawa.
(73) semua para waliyullah yang sudah ada di Jawa tidak menyukai
pemikirannya. Karena Syekh Lemahabang dan pengikut-pengikutnya walaupun
sama-sama agama islam, ia telah berbuat memalukan dan senantiasa menjadi
ejekan setiap permusyawaratan dengan mereka perihal membicarakan
keagamaan dan syiar serta hal-hal lainnya yang menyangkut pembinaan dan
penyebaran agama islam.
Dia berkeinginan bahwa masalah agama adalah soal mandiri dan khusus bagi
umat islam, tidak boleh dikaitkan dengan hajat hidup manusia pribadi dan
manusia sosial, (tidak usah dipikirkan masalah kaitannya manusia sebagai
makhluk pribadi dan makhluk social, dalam arti akan menghilangkan hablum
minannas dan blumminallahnya).Adapun syekh lemahabang di lahirkan di
malaka di semenanjung Malaya.Ia terbilang masih ada hubungan kerabat dekat
dengan syekh datuk khahfi, sunan ampel, syarif hidayat, pangeran panjunan dan
para waliyullah lainnya di pulau jawa.Demikian jalanya riwayat.Waktu kanak-
kanak syekh lemahabang dinamai abduljalil, sesudah dewasa ia pergi ke negeri
persi, lalu bermukim sementara di kota bagdad.Di sana abduljalil berguru agama
islam kepada ulama besar islam yang menganut syiah muntadzar,
(74) oleh karena itulah ia pun sebagai penganutnya setelah ia menjadi seorang
waliyullah, lalu ia pergi ke Gujarat.Dari Gujarat kembalilah ia ke malaka.Di sini
abduljalil yang sudah di sebut ki syekh datuk jabalrantas atau ki syekh datuk
abduljalil.Tatkala itu ia menikah dengan seorang wanita dari Gujarat.Dalam
perkawinannya ia memperoleh beberapa orang anak, salah satu di antarannya
ialah ki datuk bardut, ki datuk fardhun, lalu pergi ke bagdad bermukim di
tempat kediaman kerabatnya di sana.Selanjutnya pergi ke pulau jawa.Di sini
syekh lemahabang bermukim di bukit amparan jati dengan syekh datuk khahfi,
karena syekh datuk khahfi adalah termasuk masih kerabat dekatnya.Beberapa
lamanya ia di bukit amparan jati, lalu bermukim di cirebon girang.Di sini ia
memperoleh banyak murid-muridnya,
(76) Oleh syekh lemahabang syariat itu sangat berakal, artinya hanya di buat-
buat oleh akal.Ia sudah berani membeberkan penghayatan, bahwa manusia itu
tuhan yang maha esa dan tuhan ada di dalam hati manusia, begitulah apa
sebabnya para wali memusuhi dirinya.Ditambah-tambah pula syekh lemahabang
mendorong dan memberi semangat ki ageng pengging dengan seluruh
balapasukannya mendirikan kerajaan, lalu di suruh menyerbu demak.Di cirebon
ia membujuk pangeran carbon dengan para pemuka wilayahnya agar merebut
dan memerangi kerajaan cirebon.Tableg-tableg penyiaran islam syiah telah
terbesar terdengar oleh seluruh penjuru dan sudah meresap di dalam hati tiap-
tiap pribai mereka.Kesulitannya beralasan ialah mengakhiri penanganan orang-
orang penganut syafei di jawa barat dan orang-orang penganut hanafi di jawa
timur.Kemudian di padamkan semua oleh syiah.
(77) Keinginannya akan menjadi raja se pulau jawa, beberapa orang terkemuka
kerajaan sudah mendekati syekh lemahabang dan syekh lemahabang di hubung-
hubungan dengan keturunan nabi rasulullah, seperti sang waliyullah yang
lainnya.Begitulah dilihat dari pribadinya seperti dalam silsilah.Nabi Muhammad
rasulullah beranak wanita Fatimah ajjahro, Fatimah menikah dengan sayyidina
ali ibnu abi thalib.Dalam perkawinannya beranaklah laki-laki sayyid husein as
sabti.Sayyid husein as sabti beranak iman zainal abiddin, iman zainal abiddin
beranak Muhammad al bakir, Muhammad al bakir beranak jafarus sadik, jafarus
sadik beranak ali al uraidi, ialah kasim al kamil namanya yang lain.Ali al uraidi
beranak Muhammad an nakib, idris namanya yang lain, Muhammad an nakib
(78) beranak isa al basri, isa al basri beranak ahmad al muhajir, ahmad al
muhajir beranak ubaidillah, ubaidillah beranaklah Muhammad, Muhammad
beranak alwi amir fakih, alwi amir fakih beranak maulana abdul malik, maulana
abdul malik beranak Abdullah khan nuddin, ialah amir namanya yang lain.Amir
beranaklah dua orang diantarannya ialah yang pertama al amir ahmad syekh
jalaluddin, kedua, syekh kodir kaelani,syekh kodir kaelani beranak maulana isa,
ialah syekh datuk isa bermukim di malaka.Syekh datuk isa beranak dua orang,
diantarannya ialah pertama syekh datuk ahmad, kedua syekh datuk soleh.
(79) Datuk ahmad beranak tiga orang ialah pertamawanita, kedua syekh datuk
khahfi, ketiga syekh bayanullah.Adapun syekh datuk soleh beranak Syekh
Datuk Abduljalil, Syekh Jabaranta, Syekh Lemahabang namanya yang lain.
Syekh Lemahabang beranak Syekh Datuk Fardhun.
Selanjutnya Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin beranak Imam Jamaluddin Al
Husein, Imam Jalaluddin Al Husein beranak tiga orang, yang pertama Ali
Nurrul Alim, kedua Barkat Zainal Alim, ketiga Ibrahim Zainal Akbar.
Ali Nurul Alim beranak Syarif Abdullah, Syarif Abdullah beranak Syarif
Hidayatullah,
Selanjutnya Barkat Zainal Alim beranak Maulana Mali Ibrahim dan Akhmad
Syah Zaenal Alim, Malik Ibrahim beranak Maulana Makhdar Ibrahim, Maulana
Makhdar Ibrahim beranak Maulana Fadhilah Khan dan Nyi Mas Gandasari.
Kemudian Akhmad Syah
(80) Zainal Alim beranak Abdurakhman Rumi, Abdurakhman Rumi beranak
Syekh Magelung.Kemudian Ibrahim Zainal Al Akbar beristeri dengan Diah
Candrawulan.Dalam perkawinannya beranaklah Ali Al Mustada dan Ali
Rakhmatullah.Ali Al Mustada beranaklah Maulana Ishak, Maulana Ishak
beranaklah Suna Giri.Selanjutnya Ali Rakhmatullah beranak Sunan Bonang.
Adapun Datuk Akhmad beranak tiga orang, pertama wanita menikah dengan
Raja Upih, beranaklah sang putra mahkota lalu menjadi raja menggantikan
ayahandanya, rajamuda ini beranak wanita lalu menikah dengan Syarifah
Halimah beranak 4 orang yaitu Maulana Abdurakhman, Syarifah Bagdad,
Maulana Abdurakhim dan Maulana Hafidz.
(81) Empat orang anak ini lalu diaku anak dan dipelihara oleh uwanya (kakak
ayahnya) ialah Sultan Sulaiman Bagdad. Setelah dewasa selanjutnya pangeran
Panjunan ialah Maulana Abdurakhman beranaklah Nyi Mas Kencanasari
menikah dengan Pangeran Carbon putera pangeran cakrabuwana.Pangeran
carbon berputeralah kyai ageng carbon girang.Dari isterinya yang bernama nyi
cupluk beranaklah pangeran trusmi.Selanjutnya di riwayatkan bahwa para
siswa/murid syekh lemahabang di cirebon keinginan sang gurunya berkenan
menjadi sultan cirebon, tetapi keinginannya gagal.Sesudah itu syekh datuk
khahfi wafat, sunan cirebon memerintahkan kepada pangeran panjunan agar
menggantikan menjadi guru islam di bukit amparan jati.Maksud sunan cirebon
di kabulkan, tetapi pangeran panjunan tidak memperoleh murid, karena
semuanya murid sudah berguru kepada syekh lemahabang dan syarif hidayat,
ialah sunan cirebon.Ajaran syiah sudah menyebar ke desa-desa.
(84) dan para pembesar yang ada di cirebon, di antarannya masing-masing ialah,
pangeran carbon ialah panglima angkatan bersenjata kerajaan cirebon, dipati
cangkwang, ki paluamba, ki gedeng junta, ki gedeng lemahputih, pangeran
jagasatru, ki gedeng carbon girang, ki buyut weru, ki buyut kemlaka, ki buyut
truwag, ki buyut tukmudal, pangeran panjunan, pangeran cucimanah, pangeran
kejawanan, syekh duyuskani, pangeran jagasatru, dipati suranenggala, ki gedeng
ujung gebang, ki gedeng pangurangan, ki gedeng ender, ki buyut krangkeng,ki
buyut bojong, ki buyut kedongdong, ki gedeng tameng, ki gedeng Japura, dan
banyak lagi lainnya.Ketika para pengikutnya sudah berkumpul di keraton
pakungwati
(85) sunan kudus di beritahu oleh sunan jati balatentara demak dan cirebon
untuk berangkat menuju ke cirebon girang di tempat kediaman syekh
lemahabang.Setelah pondok kediaman itu sudah di kelilingi oleh balatentara
demak dan cirebon dari semua jurusan, lalu syekh lemahabang di tangkap oleh
balatentara yang di pimpin oleh sunan kudus, juga para pengikutnya semua yang
menjaga syekh lemahabang di dalam pondok itu, lalu di bawa ke masjid agung
“sang cipta rasa”.Di situ sudah berkumpul semua para waliyullah dengan duduk
mematung di situ.Adapun para ki gedeng, para ki buyut, para pangeran dan para
pengikut warga keraton pakungwati tidak diperbolehkan dan mereka dijaga
ketat oleh balatentara demak dan cirebon.Sementara di masjid
(86) sang cipta rasa ramailah ucapan selamat kepada syekh lebahabang dan
sunan kalijaga, sunan kudus, sunan giri sebahai jaksa, semua para pembesar
kerajaan, panglima,para pangeran, ki gedeng, ki buyut, para pemuka wilayah
desa-desa dan masyarakat penganut syafei dan hanafi, semua tunduk mematung
di dalam masjid agung sang cipta rasa, yaitu mendengarkan kebijakan lengkap,
di antarannya syekh lemahabang dengan para wali, banyak juga masyarakat
yang turut menyaksikan dan mendengarkan pembacaan gugatan.Selama
membacakan tidak putus-putusnya oleh pembicaraan, perdebatan.Akhirnya
mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas.Bergolaklah hati para wali, marahlah
mereka akhirnya, sama-sama garangnya, terutama ialah syekh lemahabang
dengan para wali, mereka berdua lalu mengeluarkan kata-kata pengaduan yang
memelukan dan saling tunjuk mereka berdua, masing-masing ingin menang
sendiri-sendiri,
(87) oleh sebab itu jalanya siding gugatan menjadi kacau dan keributan
terjadi.Tidak lama di antarannya dua orang murid syekh lemahabang menubruk
sunan kalijaga dan sunan giri, dan lama-kelamaan mereka ingin menusuk
denagn senjata “curit” (keris) mereka.Mereka di tangkap oleh prajurit
bayangkari kerajaan cirebon yang memang mereka itu berjaga-jaga untuk
menghadapi kerusuhan.Kedua orang itu di bunuh akhirnya.Ketika yang satu
orang sedang menubruk sunan giri dengan menghunus curit di tangan dengan
melewati di hadapan sunan kudus, kemudian halini di hadang oleh para prajurit
bayangkari cirebon, lalu ia di bunuh oleh ki bawuk dan ki lodaya.Tidak lama
keadaan di dalam masjid menjadi tegang dan kacau, suasana rebut menjelajahi
siding itu.Lama-kelamaan prajurit bayangkari demak dan cirebon dapat
menguasai keadaan di dalam masjid sehingga pembacaan gugatan terhadap
syekh lemahabang di lenjutkan.Setelah itu para wali menceritakan hal-hal yang
sebenarnya, semua perbuatan dan tingkah laku syekh lemahabang di paparkan
dan seluruh hadirin dapat mengetahui segala perbuatannya, oleh karena itu
sunan cirebon yaitu syekh syarif hidayatullah
(89) Juga mereka datang dari sumatera dan semenanjung Malaya, oleh sebab itu
sunan cirebon memerintahkan untuk mengamankan jenazah syekh
lemahabangyang sudah dimakamkan itu untuk dipindahkan ke bukit Amparan
dan pemindahan jenazah ini merupakan perintah rahasia, tidak boleh ada prang
yang mengetahuinya. Sedangkan bekas makam jenazah Syekh Lemahabang (di
Kemlaten) digantikan dengan bangkai anjing hitam.Tiga hari kemudian (setelah
wafatnya) orang-orang penganut Syiah dating berbondong-bondong memuja
kuburan.Dan dalam kehadirannya disana seluruh penganut Syiah dari Jawa
Timur memohon kepada Sunan Cirebon untuk membawa jenazah Syekh
Lemahabang karena keinginan mereka ingin dimakamkan disana, yaitu di
Pengging Jawa Timur.Atas permohonan mereka itu Sunan Cirebon
mengabulkan. Akan tetapi para penganut Syiah Syekh Lemahabang semua
terkejut ketika melihat bangkai anjing hitam dari dalam kubur itu, Lalu Sunan
Cirebon memberikan anjurannya kepada seluruh penganut
(90) Syekh Lemahabang, “janganlah kalian memuja bangkai, yang harus dipuja
hanyalah satu-satunya ialah Tuhan Yang Maha Kuasa, Ketahuilah oleh kalian
semua bahwa seluruh makhluk hidup yang ada di dunia ini dan manusia yang
diberikan kepandaian akal sehingga mengetahui rahasia alam sekelilingnya ini
tidak lepas dari kekuasaan-Nya. Kalian diberikan segala kenikmatan karena
kebesaran dan kasih saying Tuhan Yang Maha Kuasa, bukankah tidak ada
seorangpun di dunia ini yang berkuasa dan memiliki kewenangan-Nya untuk
menandingi Kebesaran-Nya. Oleh karena itu kita harus saling mengingatkan
kepada sesama haruslah kita laksanakan syariat islam yang harus diajarkan
Rasulullah kepada kita, jangan kalian menuruti kepada ajaran Syekh
Lemahabang. Sekarang kalian akan kujadikan muslim dengan penganut Syafei.
Penganut Syafei itu adalah dibolehkan dan wajar untuk kita laksanakan disini.
Katakan kepada seluruh umat muslim lainnya, bahwa Syafei dibolehkan.
Sejak itulah orang-orang penganut Syekh Lemahabang banyak beralih menjadi
penganut dan murid Sunan Cirebon.Mereka berguru dan belajar menjadi mulim
yang baik, sampai akhirnya mereka menetap di Cirebon.Dengan demikian
kehendak dan cita-cita Sultan Demak sudah dapat dilaksanakan (oleh Sunan
Cirebon).
(91) Kita hentikan riwayat ini sebentar, digantikan selanjutnya dengan riwayat
yang lain.
Sesudah Raden Patah dinobatkan menjadi Sultan Demak, lalu berdirilah
kesultanan Demak, tidak lama kemudian Cirebon menjadi negara merdekadan
Syarif Hidayat menjadi Susuhunan Cirebon.Sejak itu dua kerajaan ini
menanamkan tali persahabatan, rukun, selalu bertuntunan tangan dalam
kerjasama menjalankan politik kerajaannya.Seluruh kota-kota pelabuhan dari
Banten ke Timur sampai ke Surabaya diatur oleh dua kerajaan ini. Begitu pula
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di desa-desa akan menghayati
persatuan dan kesatuan dua kerajaan ini, walaupun madhab mereka berbeda,
ialah Syafei dan Hanafi, tidak ada yang dipertentangkan antara mereka berdua.
Tatkala itu separuh pulau Jawa kekuasaannya dikelola oleh dua kerajaan ini,
yaitu oleh Sunan Cirebon dan Sulta Demak.Separuhnya lagi dikelola oleh
Pajajaran di bagian Barat oleh kerajaan Majapahit di Jawa Timur.Cirebon dan
Demak ingin memusnahkan dua kerajaanini ialah Pajajaran dan Majapahit.
(92) Pada tahun 1421 Saka (1499/1500 Masehi) Sultan Demak Raden Patah dan
para pengikutnya serta para Wali antara lain Sunan Kalijaga, Sunan Bonang,
Sunan Giri, Sunan Kudus,Sunan Drajat, Syekh Bentong dan beberapa pasukan
Bhayangkari kerajaan dan para pengawal pribadi Sultan Demak berdatangan ke
Cirebon tatkala matahari ada di atas Keraton Pakungwati (tengah hari). Sunan
Cirebon dengan para pembesar Negara, para Kyai Gendeng, para Komandan
Panglima Perang menyambut dengan gembira atas kedatangan mereka para
pembesar Negara dan para wali serta Sultan Demak.Dengan mengadakan
jamuan yang lezat-lezat, lalu mereka mengutarakan segala rencana dan
pembangunan negaranya yang cukup luas dan besar.Semua rencana
pembangunan itu didukung oleh masyarakat Demak dan Cirebon.Di Demak
sendiri sudah membangun masjid Negara, kemudian Cirebon setahun kemudian
masjid Negara di Cirebon.
(93) telah berkumpul masyarakat sebanyak 500 orang, 300 orang dari cirebon
dan 200 orang dari Demak. Seluruh para tukang (tenaga ahli) diketuai oleh
Sunan Kali Jaga, karena yang dipercayakan kepadanya ialah Raden Sepat (ahli
bangunan/arsitektur) sebagai wakil Sunan Kalijaga ia dari Majapahit yang sudah
menjadi muslimdan sebagai orang pengikut setia kerajaan Demak. Adapun
pekerjaan yang akan digarapnya adalah membangun masjid besar yang
kemudian masjid itu dinamai “ Sang Cipta Rasa”, Kedua membangun tembok
keliling Keraton Pakungwati. Ketiga, membangun jalan di sepanjang pinggir
laut dari Selatan ke Utara yaitu dari Keraton Pakungwati sampai ke Bukit
Amparan. Sedangkan jalan-jalan yang melintasi daerah Panjunan selalu
menimbulkan banjir, serta selalu dalam keadaan berlumpur dan selalu “ambles”
apabila teinjak-injak kuda dan belati, oleh karena itu semua masyarakatnya
menyebutnya dengan nama
(96) Sunan Cirebon, Fadhilah Khan pun wafat. Kemudian Pangeran Mas
dinobatkan menjadi Panembahan Ratu. Panembahan Ratu adalah anak Ratu Ayu
Sakluh dan sebagai isteri Sultan Agung Mataram. Dalam perkawinannya
berputeralah Sunan Amangkuta Amangkurat Pertama ialah Sunan Tegalwangi
namanya yang lain. Adapun Ratu Ayu yaitu kakak Panembahan Ratu Cirebon
atau Panembahan Pakungwati.Semua ratu dan raja wilayah di pulau Jawa
tunduk kepada kerajaan Mataram. Tiap tahun semua Ratu dan Raja wilayah
diperintahkan untuk”seba” (menghadap) ke ibukota Mataram di Keraton
Mataram dengan membawa upetinya masing-masing beserta seluruh pembesar
wilayahnya. Hanya satu kenyataan kerajaan Cirebon tidak “seba” kepada
Mataram, sebab Panembahan Ratu adalah sebagai guru Sunan Mataram dan
Sunan Mataram memperisteri (beristeri) seorang kakak Panembahan Ratu
Cirebon.
NASKAH
NAGARA KRETABHUMI
Caturtha Sarga
( Buku keempat/ jilid empat )
(3) Selamat kepada Susuhunan Jati, bukankah Sultan Demak itu berguru kepada
Susuhunan Jati Cirebon dan ia pun kerabat familinya juga. Sedangkan
Susuhunan Mataram adalah kerabat Panembahan Ratu dan guru susuhunan
Mataram. Adapun Panembahan Ratu menggantikan kedudukancicitnya yaitu
Susuhunan Jati. Sejak itu Panembahan Ratu, bahwa cirebon seolah-olah
dibawah kekuasaan Mataram dan kakak Panembahan Ratu ialah Ratu Ayu
Sakluh namanya diperisteri oleh susuhunan Mataram. Inilah tampak apa yang
diriwayatkan dalam buku keempat Nagara Kretabhumi naskah kerjaan Cirebon
yang ditulis olehku sebagai pelengkap naskah-naskah Nagara Kretabhumi yang
telah ditulis olehku dan diadakan beberapa ralat dan paerbaikan sebagai naskah.
(4) Ilmu pengetahuan warga masyarakat. Inilah menurut salah satu buku milik
Panembahan Ratu yang ditulis olehku pada buku pertama Naskah Nagara
Kretabhumi yaitu Susuhunan Jati Cirebon adalah Syekh Maulana Syarief
Hidayatullah wafat tgl 20 “paro peteng” bhadramasa tahun 1479 Saka
(1567/1568 Masehi), kemudian dimakamkan di Puncak Bukit “Giri Nur
Ciptarengga”. Sesudah itu menantunya ialah Maulana Fadhilah Khan al Gujarat
selama dua tahunmenjadi raja pendita bersemayam di Cirebon, bukankah
menurut tulisan itu ,lalu dua tahun wafat menantunya itu ialah Fadhilah Kahan
pada tgl “paro terang” Margashiramasa tahun 1492 Saka
(6) Nyatanya Sutawijaya bukan putera Raja ia anak Ki Gede Pamanahan oleh
sebab itu banyak para Dipati Jawa Timur tidak mau mengakui dan tidak tunduk
kepada Senapati Sutawijaya. Tidak sudi memberi persembahan upeti ke
Mataram, bahkan tidak mau seba (menghadap) kepada Senapati.Disebabkan
bukankah Senapati Sutawijaya ingin menguasai seluruh kawasan Pulau
Jawa.Beginilah tampaknya kemelut berita yang disebarkan dari Jawa Timur.
Sesudah Sultan Trenggono, ialah Sultan Demak III wafat, singgasana kerajaan
Demak banyak keturunan Raden Patah yang ingin memerintah kerajaan, tatkala
itu demak jadi kacau balau, timbul keributan. Sunan Prawata anak Raden
Trenggono
(9) Beristeri dengan puteri Sultan Trenggono. Sesudah Arya Penangsang wafat,
Adiwijaya menduduki kerajaan Demak merupakan Ratu Jawa Timur. Kemudian
Pengging menjadi kota besar dan diganti namanya menjadi Pajang. Sedangkan
anak Kyai Geng Pemanahan ialah Sutawijaya namanya diangkat menjadi anak
oleh Sultan Pajang Adiwijaya dan Kyai Geng Pemanahan dijadikan Bopati
Mataram. Setelah Arya Penangsang dibunuh oleh Pangeran Adiwijaya sejak itu
pajang dan Cirebon bersahabat sebab pajang dianggap yang dapat membalas
sakit hati Sunan Jati, para pembesar kerajaan Cirebon, keluarga Sunan Cirebon,
para pemimpin wilayah dan seluruh masyarakat Tanah Sunda. Oleh sebab itu
cucu Fadhilah Khan ialah
(10) Pangeran Mas atau Panembahan Ratu namanya yaitu putra Pangeran
Suwarga selama 16 tahun bermukim di Pajang. Panembahan Ratu dijadikan
anak angkatnya oleh Sultan Adiwijaya.Disana Panembahan Ratu berguru ilmu
perang kepada Sultan Adiwijaya.Dan belajarolah segala macam senjata.
Kemudian Panembahan ratu beristeri puteri Sultan Pajang ialah Nyi Mas Ratu
Lampok Angroros atau Nyi Mas Ratu Pajang namanya yang lain.Dengan para
ratu di Jawa Barat mengadakan kunjungan pendekatan hanya baru sekitar
persahabatan, bukankah Ratu Cirebon ialah menantu Sultan Pajang. Sedangkan
Ratu Banten, Sunda Kalapa dan para ratu wilayah parahyangan semuanya
adalah kerabatnya.
(12) Susuhunan Jati Cirebon adapun Putra Sunan Prawata ialah Arya Pangiri
beristeri puteri Sultan Pajang lalu Arya Pangiri ditunjuk menjadi Bopati Demak
di bawah kekuasaan Pajang. Kemudian Putera Sultan Trenggono ialah Pangeran
Timur namanya ditunjuk menjadi Bopati Purbaya. Sedangkan menantu Sultan
Trenggono yaitu Pangeran Langgar namanya memerintah empat kebopatian,
ialah Surabaya, Sedayu, geresik dan Pasuruan ia sebagai wakil Sultan
memegang pemerintahannya di wilayah itu. Kyai Geng Pamanahan ditunjuk
menjadi Bopati yang kemudian daerah itu terkenal dengan Mataram. Putera
Kyai Geng Pamanahan ialah Sutawijaja diambildiaku anak dan
(14) Sultan. Tetapi Senapati Sutawijaya tidak mau menghadap (seba) dating
bersembah ke ibukota Pajang.Senapati Sutawijaya bersahabat baik dengan
Pangeran Bawana namanya ialah putera Sultan Pajang.Oleh Senapati Sultan
Sutawijaya selalu menentang aturan Sultan Pajang bahkan segala peraturan
yang dilarang selalu dilanggar. Kemudian menurut kata hatinya Senapati
Sutawijayaia harus membentuk balatentara yang besar dan memperkuat kota
besar Mataram. Sultan Pajang sudah memperoleh kabar bahwa sikap dan
perbuatan Senapati Sutawijaya adalah mempunyai keinginan untuk
menghancurkan kerajaan Pajang, lalu sudah terjadi beberapa mantra (petugas
keamanan desa) Pajang dibunuh oleh pasukan tentara Senapati Sutawijaya , oleh
sebab itu pasukan perang pajang menyerbu Mataram. Balatentara Pajang
diperintahkan maju di medan laga oleh Senapati Adiwijaya. Semua mengenakan
busana perang dengan lengkap senjata di tangan.Sultan Pajang menunggang
kuda, ada yang berjalan berbaris dan menunggang kereta, kuda dan pedati
(pasukan kavaleri). Kemudian tibalah balatentara Pajang.
(15) Yang dipimpin olehSultan Pajang. Dengan amat ganas dan bengis
menyerbu balatentara Mataram yang dipimpin Senapati
Sutawijaya.Berperanglah kemudian antara tentara yang menyerang dan yang
diserang.Ramai dan sengit sekali peperangan ini berlangsung.Balatentara yang
dipimpin oleh Senapati Ingalaga Sutawijaya terdesak porak poranda, tetapi juga
terus menerobos terus pantang mundur, tidak ingat lagi kepada
jiwanya.Banyaklah balatentara Pajang terbunuh, mati terkapar dan balatentara
sisa lari meninggalkan peperangan, akhirnya balatentara Pajang kalah. Sultan
Pajang jatuh dari gajahnya, jatuh sakit kemudian wafatlah ia. Senapati
Sutawijaya dengan balatentaranya memperoleh kemenangan di Medan laga,
(16) Kehendak Senapati agar supaya putera Sultan Pajang Pangeran Bawana
menggantikan kedudukan ayahandanya, tetapi kerabat famili Pajang dan para
keturunan Sultan Trenggono ialah Pangeran Pangiri yang dinobatkan menjadi
Sultan Pajang. Sedangkan Pangeran Bawana ditunjuk menjadi Dipati
Pajang.Dalam hatinya Senapati Adiwijaya tidak rela lantaran Arya Pangiri
dianggap tidak mampu menjadi Sultan Pajang. Begitu juga seluruh masyarakat
di Pajang, bukankah perilaku dan perbuatan serta sopan santunnya dianggap
kurang kena, Oleh sebab itulah Senopati Sutawijaya membawa balatentara
dalam jumlah besar dengan perlengkapan senjata yang cukup menyerbu ke
Pajang, lalu berperanglah balatentara Pajang dengan Mataram, tetapi lama
kelamaan balatentara Pajang kalah. Balatentara Mataram
(17) Memperoleh kemenangan. Rencana dan cita-cita Senapati Sutawijaya telah
berhasil, bukankah ia telah mampu menghabisi kedudukan dan kekuasaan Arya
Pangiri, sesudah itu singgasana kerajaan diserahkan kepada Pangeran Bawana,
sedangkan Arya Pangiri dengan permaisurinya dan para pengiringnya disuruh
pulang ke Demak, akan tetapi walaupun demikian Pangeran Bawana tidak mau
menerima singgasana itu. Kemudian singgasana itu diserahkan kembali kepada
Senapati Sutawijaya.Pangeran Bawana hanya menjadi Bopati di Pajang. Sejak
itulah berdiri kerajaan Mataram dengan Senapati Sutawijaya Raja Mataram I.
Tetapi walaupun demikian para Bopati Jawa Timur tidak ingin mengakui dan
tidak
(18) Tunduk kepada Senapati Sutawijaya, karena dulunya ternyata Sutawijaya
bukan Putera Raja atau darah turunan Pangeran, hanya anak Kyai Geng
Pemanahan. Kemudian balatentara Mataram menyerbu ke Surabaya, balatentara
Surabaya menyambut musuh yang menyerbu, berperanglah mereka
balatentarayang dipimpin Senapati Sutawijaya ialah Raja Mataram I dengan
balatentara Surabaya yang dipimpin oleh Bopatinya.Serempaklah peperangan
itu, mereka tidak ada yang menang lalu peperangan ini dihentikan oleh Sunan
Prapen (Sunan Giri Prapen). Bopati Surabaya disuruh supaya tunduk kepada
Mataram oleh sang Sunan. Bopati Surabaya ternyata tidak mau terhadap ajakan
Sunan Giri
(19) Prapen dan ia ditawarkan oleh Senapati Sutawijaya diangkat menjadi
kepala bopati-bopati sebelah timur. Seluruh para adipati yang belum tunduk lalu
diserbu dan diperangi oleh Senapati Sutawijaya.Dengan membawa balatentara
yang besar dan lengkap persenjataannya.Kemudian berperang di Madiun
dengan bopati Pangeran Timur ialah putera Pangeran Trenggono. Akhirnya
kalahlah Madiun, Mataram memperoleh kemenangan di medan yuda. Kemudian
berperang di Ponorogo, kalahlah balatentara Ponorogo. Kemudian berperang di
Surabaya kalahlah balatentara Surabaya, lalu perang di Pasuruan kalahlah
(20) Pasuruan, selanjutnya berperang di Kediri kalahlah balatentra Kediri.Lalu
perang di demak kalahlah balatentara demak, kemudian berperang di pajang
kalahlah balatentara pajang, lalu berperang di pati, ialah bopati pragola,
kalahlah balatentara pati.Selanjunya mataram selalu memperoleh kemenangan
setiap berperang di medan jurit, akhinya seluruh jawa timur dan jawa tengah
seluruh bopati mengakui kekuasaan mataram, tetapi senapati sutawijaya, ialah
raja mataram I belum menjajah jawa barat, hanya baru persahabatan dengan
cirebon dan galuh.Begitulah permulaan ulah mataram di jawa barat.Kebetulan
sunan prapen orang terhomat lama-kelamaan di juluki sunan giri dengan seluruh
ulama besar islam
(21) (waliyullah) di pulau jawa, menuruti kepada senapati sutawijaya.Janganlah
engkau memiliki nafsu yang kurang baik dan hormatlah kepada panembahan
ratu cirebon dan semua keturunan susuhunan jati.Kalian harus sopan dan hormat
dan berbuatlah upaya kebaikan, ialah bertuntunan tangan (hidup rukun) dengan
para ratu di jawa barat.Itulah sebabnya tidak ada semangat untuk memusuhi
cirebon wilayah lainnya di jawa barat.Oleh karena itu senapati sutawijaya yaitu
raja mataram I memberikan kehormatan dan memuliakan kepada panembahan
ratu cirebon.Kemudian kota cirebon di buatkan tembok keliling oleh senapati
sutawijaya ratu mataram.Sesudah memerintah mataram selama 15 tahun
(22) Lalu senapati sutawijaya wafat.Puteranya yang ke dua ialah mas jolang
atau pangeran seda krapyak namanya yang lain, menggantikan kedudukan
ayahandannya menjadi ratu mataram.Mas jolang memerintah menjadi raja
selama 12 tahun.Sedangkan putera senapati sutawijaya yang pertama ialah
pangeran puger namanya, yaitu kakak mas jolang.Pangeran puger di tunjuk
menjadi adipati demak, selanjutnya mas jolang wafat kemudian puteranya, mas
rangsang dengan gelar namanya ialah panembahan agung, juga di sebut senapati
ingalaga abdurakhman, di sebut sultan agung atau di sebut prabhu pandita
cakrakusuma namanya yang lain
(23) Tatkala memerintah sultan mataram permulaannya pada tahun 1535 saka
(1613/1614 masehi).Adapun sultan agung mataram beristeri dengan putera
kakak perempuan panembahan ratu cirebon.Di dalam perkawinannya mereka
memperoleh laki-laki, yaitu pangeran arya prabu adimataram namanya dengan
gelar susuhunan amangkurat I, di sebut juga sunan tegalwangi.Tatkala itu
menggantikan ayahandannya, ialah sultan agung mataram memerintah selama
30 tahun.Selanjutnya tatkala wafat, lalu di gantikan oleh puteranya ialah
(24) Pangeran adipati anom namanya dengan gelar susuhunan amangkurat II
tatkala permulaan berkuasa memerintah pada tahun 1559 saka (1677/1678).Pada
waktu sultan agung mataram memerintah seluruh pulau jawa seperti kakeknya
dahulu ialah senapati sutawijaya, tetapi walaupun demikian senapati sutawijaya
belum terlaksana untuk menguasai seluruh pulau jawa, bukankah jawa barat
tidak takluk kepadanya, hanya baru hubungan persaudaraan dan panembahan
ratu cirebon tidak “seba” ke mataram, seperti halnya seluruh bopati jawa
timur.Adapun musuh besar sultan
(25) Agung ialah belanda, kedua adalah banten.Mulanya untunglah belanda dan
kerajaan banten tidak mau bersahabat dengan banten dan banten dan
balatentarannya selalu berkunjung ke timur (bersahabat dengan bopati-bopati di
jawa timur) sedangkan belanda berkeinginan menjajah seluruh ratu-ratu di pulau
jawa.Pada waktu itu, para dipati wilayah jawa timur senantiasa ingin merdeka,
tidak mau tunduk kepada mataram, oleh sebab itu mereka bersatu kompak, di
antarannya ialah bopati lasem, tuban, jipang, wirosobo, pasaruan, arisbaya,
sumenep dengan di pimpin oleh bopati Surabaya dengan sunan giri menyerbu
kotabesar mataram.
(26) Dulunya bertujuan ialah untuk mengakhiri kekuasaan mataram.Baru saja
sampai di kabopatian pajang balatentara bopati menemui rintangan.Selanjutnya
balatentara mataram.Balatentara mataram beroleh kemenangan, kalahlah semua
balatentara bopati.Sultan agung mataram membalas sikap dan tingkah perbuatan
seluruh bopati yang bersikap tidak bersahabat (menyerang) kepada mataram,
lalu balatentara Mataram menggerebek di Wirosobo, susydah itu berperang di
Lasem, menang Mataram dan kalah di Lasem. Selanjutnya berperang di
Pasuruan, kalahlah balatentara Pasuruan pada waktu
(27) Itu balatentara Mataram dipimpin oleh Senapati Mertoloyo lalu berperang
di Pajang, kalahlah mereka balatentara Pajang, lalu berperang di Tuban,
kalahlah balatentara Tuban, lalu berperang di Surabaya, selanjutnya berperang
di Geresik dan Jaratan, kalahlah balatentara geresik dan Jaratan. Jaratan
dihapuskan oleh Mataram. Sesudah itu balatentara Mataram dengan dipimpin
oleh Senopati Kyaigeng Sujonopura menyerbu Madura, dulu di Madura berdiri
lima kebopatian, diantaranya yaitu kabupaten Sumenep, Sampang, Arisbaya,
Pamekasan, dan Balega. Sengitlah peperangan di Madura ini.
(28) Bukankah balatentara Madura pada waktu itu menyosngsong kedatangan
balatentara Mataram dan sudah memperkuat pasukannya dan segala alat
perangnya di desa-desa. Pada mulanya peperangan balatentara Mataram
terkurung, (terdesak), lalu maju balas menyerang.Pada malam hari tatkala sunyi
bagaikan tidak berpenghuni balatentara Balega menyerang balatentara Mataram.
Pada waktu itu sang pimpinan ialah Senapati Mataram gugur di medan perang.
Kemudian peperangan dihentikan sementara.Balatentara Mataram sedang
berduka cita dan turun semangatnya datanglah balatentara Mataram II. Adalah
Lima kebopatian di Madura tunduk di bawah perintah Adipati Surabaya yang
tidak tunduk kepada Mataram, musuh belim kalah oleh karena itu balatentara
(29) Mataram tidak ingin pulang meninggalkan peperangan. Secara kebetulan
apabila kalah, sebabnya gugurnya Senapati Kyaigeng Sujonopura, balatentara
Mataram tidak terlaksana mengalahkan balatententara Madura. Madura dijatuhi
ganjaran oleh Sultan Agung, sebab Sultan Agung sangat berwibawa dan mudah
marah, tidak lama antaranya balatentara Mataram IIdipimpin oleh sang
pemimpin perang Senapati Kyaigeng Juru Kiting tiba di Madura lalu bergabung
menjadi satu kemudian berperang dengan seluruh balatentara dari lima
kebopatian. Berperang di Arisbaya kalahlah beletentara Arisbaya, lalu
berperang di Sampang kalahlah balatentara
(30) Sampang. Lalu berperang di Balega, kalahlah balatentara Balega, lalu
berperang di Sumenep kalahlah balatentara Sumenep.Lalu berperang di
Pamekasan kalahlah balatentara Pamekasan.Sesudah itu peristiwa ini terdengar
oleh Senapati Adiwijaya Surabaya, kemudian sang Adipati menambah
balatentara dengan persenjataan lengkap, lalu berjajar baris memperkuat
kebopatiannya juga
(31) siaga disana sebelum Adipati Arisbaya yang sudah dikalahkan mempunyai
putera laki-laki, Prasena namanya. Sesudah Madura dikuasai Mataram Sultan
Agung memanfaatkan Prasena ditunjuk menjadi kepala semua kebopatian di
Madura, lalu Prasena bergelar Pangeran Cakraningrat.Selanjutnya tidak lama
antaranya Sultan Agung bersiasat balatentara besar Mataram menggempur
Surabaya lalu berperang di Surabaya, kalahlah balatentara Surabaya. Adipati
Surabaya ialah Pangeran Pekik namanya yang sudah menyerah ditunjuk lagi
menjadi Adipati Surabaya, kemudian Pangeran Pekik beristeri dengan
(32) Puteri Sultan Agung ialah Nyi mas Ratu Wandansari Ayu namanya.
Adipati Surabaya diperintah oleh Sultan Agung untuk menggempur Giri,
Kalahlah balatentara Surabaya, tetapi penyerangan Mataram yang keduanya
dipimpin oleh Nyi Mas Wandansari Ayu kalah balatentara Giri. Sunan Giri
ditangkap dan dibawa ke Mataram.Tidak lama Sunan Giri ditunjuk menjadi
Panembahan Giri.Sesudah itu Blambangan dikuasai Mataram.Mulanya tatkala
itu di Pulau Jawa ada tiga Negara bermusuhan diantaranya ialah Mataram
Belanda dan Banten.Ketiga-tiganya ingin memiliki kekuasaannya di Pulau
Jawa. Memang semula pulau Jawa adalah sebuah Pulau
(33) Pusat kotanya bumi. Sultan Agung Mataram telah berjanji bahwa ratu-ratu
Cirebon kerabat Mataram, juga Panembahan ratu gurunya Sultan Mataram.Oleh
sebab itu ratu Mataram dengan Cirebon menghormati.Sultan Mataram bersikap
bijak dan mengucapkan selamat kepada kerabat dan gurunya.Panembahan Ratu
Cirebon besar wibawanya seperti Susuhunan Jati.Tatkala Sultan Agung
memerangi Belanda di Jayakarta, Panembahan Ratu Cirebon, Kerajaan Cirebon
tidak di bawah kekuasaan Mataram. Sultan Agung dengan kemarahan terhadap
(34) Belanda. Ucap sang Sultan Mataram, Hai Murtako (Mur Jangkung-
maksudnya kepada J.P.Coen) dari Jayakarta, kalu aku dating ke Jayakarta
siapapun adanya disana kubunuh kalian semua. Kemudian Sultan Agung datang
ke kerabatnya ialah Panembahan Ratu, bahwa Cirebon akan dijadikan tempat
berlabuhnya perahu-perahu perang dan balatentara Mataram, apabila Mataram
mau menggempur ke Jayakarta. Kepada rencana Sultan Mataram oleh
Panembahan Ratu Cirebon disambut dengan gembira dengan ditempati
balatentara Mataram singgah dan berkumpul di Cirebon.Tidak lama antaranya
datanglah perahu-perahu perang Mataram banyaknya terbilang. Perahu-perahu
itu lalu berlabuh di pelabuhan
(35) Cirebon, berjajar baris perahu itu berlabuh di sepanjang pantai. Sesudah itu
berjajar baris balatentara besar dan pegang senjata lengkap turun dari perahu
berkumpul menjadi satu.Seluruh balatentara Mataram dijamu dengan berbagai
makanan dan minuman dalam upacara pesta besar di Kerajaan Cirebon.Tampak
ramai disana.Adapun pekerjaan balatentara Mataram menyerang dan
menggempur ialah memerangi Belanda di Jayakarta. Mereka bersatu di Cirebon,
antara lain balatentara itu dari Madura termasuk lima kekabopatiannnya ialah
Pamekasan, Sumenep, Balega, Sampang, dan Arisbaya, kemudian dari
Surabaya, Barebes, Telegil, Gombong, Nambeng, Wiradesaki, Batang, Kendal
(36) Kaliwungu, Geresik, Lamongan, Tuban, Lasem, Sadayu, Demak, Kudus,
Japara, Juwana, Pekalongan, Krembang, Bagelen dan Sumedang. Adapun para
Senapati Mataram yaitu Adipati Mandurareja, Tumenggung Sura Agul dan
Uposonto. Tampak kota Cirebon menjadi sibuk oleh lalu lalangnya balatentara
Mataram. Mereka sudah memasang perlengkapan senjatanya dan mengenakan
pakaian perangnya.Banyaklah balatentara Mataram yang tertarik kepada gadis-
gadis cantik Cirebon, apabila nanti kebetulan kembali ke Cirebon.Penyerangan
pertama balatentara Mataram dipimpin oleh Baureksa.
(37) namanya dan balatentara dari Sunda dipimpin oleh Dipati Ukur. Pembesar
Belanda Di Jayakarta Sibule Mur Jangkung namanya (maksudnya : J.P.Coen).
Balatentara Mataram serempak menuju ke istananya Belanda di Jayakarta.
Ramailah di medan peperangan balatentara Mataram kaget (terkejut) dan
ketakutan manakala melihat tentara Belanda menyalakan senjata besar
(maksudnya : meriam ) mengeluarkan api dan asap hitam sedangkan suaranya
seperti bunyi petir menyambar, bumi bergoyang seperti ada gempa bumi. Sisa
balatentara Mataram mundur ke belakang sebab balatentara Mataram selalu
menghadapi kesulitan menyerbu dan repot sekali rasanya untuk mengadakan
perlawanan, disana sini mayat bergelimpangan balatentara Mataram banyak
yang mati, luka parang dan berlumuran darah. Pada penyerangan pertama ini
tidak berhasil, lalu tidak lama antaranya datanglah balatentara Mataram sebagai
penyerangan kedua.
(38) Lebih banyak jumlah pasukan penyerbuan Mataram, pasukan sisa yang
dahulu bergabung menjadi satu dengan balatentara yang sekarang. Akhirnya
mereka serempak menyerbu Belanda dengan keadaan yang sebenarnya yang
sudah menghadapi balatentara Mataram. Tampaknya amat sengit kali ini di
medan yuda. Tangkas, trengginas, membabat ganas terhadap musuh yang dating
menyerang. Kota Jayakarta berubah menjadi medan laga keadaan dalam gawat
jiwa melayang seluruh desa-desa sekitar Jayakarta sudah penuh dengan
balatentara Mataram. Mereka mengharapkan
(39) akan hidup terus memperoleh kemenangan. Warga mengharapkan sedih
prihatin tampak wajahnya memelas, ada yang bergemetaran karena takut, ada
yang menangis nestapa bumi pertiwi telah berubah warna menjadi segara
darah.Jumlah bangkai bergelimpangan tidak terhitung. Balatentara Mataram
banayak luka,mati,berjalan sempoyongan, mengaduh prihatin karena kesakitan.
Begitu pula pihak Belanda banyak yang mati, mengaduh menyedihkan tidak
tega melihatnya.Sang pemimpin Belanda yaitu Mur Jangkung dan beberapa
puluh pengiringnya terlepas meloloskan diri berusaha untuk meminta bantuan
tentara Belanda di pulau-pulau di sebelah Timur dan kepada para Dipati yang
sudah bersahabat dengan Belanda. Mur
(40) Jangkung dengan pengawalnya naik perahu, tidak antara lama kembali Mur
Jangkung dengan membawa tentara Belanda. Peperangan ini menjadi semakin
ribut dan sengit.Balatentara Mataram banyak yang melarikan diri ketakutan, lalu
pulang dikampung halamannya. Mereka yang berbuat demikian dijatuhi
hukuman mati oleh Sultan Mataram, sebab Sultan Agung ada apabila
balatentara kalah sekalipun, bukankah tidak boleh apabila Mataram kalah.
Tetapi kehendak Sultan Mataram itu tidak terlaksana. Sebabnya balatentara
tidak ada kemampuan untuk mengalahkan Belanda, sedangkan balatentara
Mataram banyak yang gugur, oleh sebab itu Sultan Agung memerintahkan
pasukannya pulang ke tempatnya masing-masing ialah ke Kotaraja.
(41) dan mereka tentara Mataram yang tidak berbakti kepada kerajaan
melarikan diri dari medan laga. Mereka berbuat curang, yang benar-benar
berbuat penyelewengan dari darmabaktinya dengan mereka yang termasuk yang
salah oleh Sultan Agung Mataram ada yang dipenjarakan danada yang dijatuhi
hukuman mati. Adapun balatentara Mataram dari Bagelan pimpinan Senapati
Wiralodra tidak pulang kembali ke Kotaraja, sebab ditunjuk Sultan Mataram
untuk menjaga perbatasan sebelah barat wilayah kerajaan Cirebon, bukankah
sebelah barat wilayah ini banyak yang sudah di rebut Belanda dan sebelah
baratnya lagi banyak orang-orang Banten dengan balatentaranya yang
memusuhi Mataram dan Cirebon.. Itu berbeda sekali menjaga Cimanuk di
Dremayu, sebab balatentara Belanda dan Banten apabila mau menggempur
Mataramdari barat dengan
(42) naik perahu dan berhenti di sungai itu, juga memerintahkan semua para
pesuruh Pangeran Panembahan Ratu Cirebon, itu sebabnya banyak
diantaranyabalatentara Mataram yang bermukim (menetap) di desa itu.
Sedangkan Senapati Wiralodra kemudian menjadi Adipati di Dermayu. Tunda
dahulu riwayat ini sebentar, lalu diganti dengan riwayat yang lain. Menurut
cerita dari orang-orang Sunda, dikatakan Raja Pajajaran disebut oleh orang-
orang Sunda dengan nama Prabu Siliwangi ialah Raden Manah Rasa namanya
yang lain. Raja ini adalah ayahanda Pangeran Cakrabuwana namanya.
(43) dan adiknya, ialah Nyi Lara Santang namanya. Tetapi meskipun demikian
nama Prabu Siliwangi tidak ada tertulis dalam naskah Nagara Nusantara dan
naskah Pararatuan Parahyangan serta dalam parwa bagian keturunan
keturunanya. Dan dalam naskah raja-raja Jawadwipa parwa dan dalam naskah
Susuhunan Jati Wamsatilaka Parwa, juga dalam naskah Carbon Garagheng
Parwa, oleh karena itu Raja Pajajaran ada hubungannya dengan Susuhunan Jati
sampai kepada kerabat keturunannya. Oleh karenanya kakakku (Sultan Sepuh
dan Sultan Anom) memerintahkan kepadaku untuk menceritrakannya.
Ceritranya begini prabu Siliwangi yang ada hubungannya dengan kerajaan
Cirebon adalah bukan tipuan (bukan bohong) pertama-tamapendapat yang pasti,
tetapi aku selalu berusaha ingin mengakhirinya dengan kara yang dapat di
pertanggung jawab dengan ceritra yang lebih luas yang akhirnya lama kelamaan
karya ini berhasil dan sempurna.Tulisan-tulisan yang sudah di ceritakan dari
orang-orang sunda di jadikan satu dengan ceritra-ceritra dari cirebon.Beginilah
pertamanya di katan: adalah raja besar yang berkuasa (menguasai) pakuan
pajajaran di bumi jawa barat di sebut dengan nama gelar prabu anggalrang
berasal dari galuh wangsanya.Tatkala itu keratonya di sebut surawisesa
namanya, di parahyangan sebelah timur daerah wilayahnya.Ketika msih kanak-
kanak prabu siliwangi bernama raden pamanah resa, mana rarasa namanya yang
lain, ia dipelihara dan di jadikan anak oleh uwaknya, ialah juru labuhan (sah
Bandar), ialah kyaigheng sindangkasih namanya.
(45) Kyaigheng menguasai pelabuhan muarajati namanya tidak jauh dari bukit
amparan jati .Akhirnya sang pamanah rasa beristeri dengan nyi ambet kasih.Di
ceritakan, raden pamanah rasa ketika menjelang dewasa, ia mengikuti
payembara perang di singapura ialah kyaigeng tapa namanya dan menjadi
mangkubumi di bawah kekuasaan kerajaan galuh, kebetulan singapura di bawah
kekuasaan kerajaan galuh, kebetulan singapura di bawah pengaruh pakuan
pajajaran.Akhirnya raden manah rarasa unggul dalam sayembara perangnya,
oleh karenanya ia di tingkahkan dengan nyi subang larang namanya.Pada waktu
anak-anak nyi subang larang bernama nyi larang tapa namannya yang lain, ia
adalah seorang gadis cantik
(46) seperti sang candra bersinar pada tanggal 14-nya, sesudah kyaigheng
sindangkasih wafat, raden pamanah rasa di angkat menjadi ratu di sindangkasih,
yaitu setelah mengalahkan semua calon-calon jodoh isterinya, salah satu di
antaranya ratu Japura, kyaigheng amuk marugul namanya.Negara Japura
terletak di sebelah timur bukit ampran jati.Sesudah itu raden pamanah rasa di
nobatkan menjadi raja (naradwipa) di pakuan pajajaran oleh uwaknya, tatkala
itu ia bertahta dengan gelar prabu dewata wisesa dan bersemayam di keraton
pakuan sang bima namanya.
(47) Sesudah itu isterinya nyi larang tapa ialah nyi subang larang di bawa ke
keraton itu.Sesungguhnya nama siliwangi tidak tertulis di dalam empat buah
naskah yang telah di sebutkan di atas oleh orang-orang sunda dan orang-orang
cirebon, dan semua orang di jawa barat menyebut prabu siliwangi raja
pajajaran.Jadi jelas bukan nama dirinya raja pajajaran.Menurut yang di tulis
dalam naskah nagara nusantara dan naskah pararatuan parahyangan wamsatilaka
parwa dan naskah raja-raja jawadwipa parwa dan naskah susuhunan jati
wamsatilaka parwa.Raja pajajaran yang di anugrahi nama prabu guru
dewataprana dan di anugerahi nama sri baduga maharaja, ratu aji di pakuan
pajajaran,
(48) Sri sang ratu dewata adalah anak rahyang dewa niskala.Rahyang dewa
niskala anak rahyang niskala wastu kencana.Rahyang niskala wastu kancana
anak prabu maharaja lingga buwana wisesa anak sang prabu ragamulya.Sang
prabu ragamulya anak sang prabu ajiguna, sang lingga wisesa namanya yang
lain, “mokteng kidding dengan isteri puteri sang prabu lingga dewata, mokteng
kikis.Sang prabu lingga wisesa anak sang prabu citra ganda, mokteng
tanjung.Sampai di sini dulu, selanjutnya menurut berita orang-orang sunda, di
ceritakan permulaan prabu siliwangi putera sang prabu anggalarang, sang prabu
anggalarang putera sang prabu mundingkawati,
(49) Sang prabu mundingkawati putera sang prabu banyakwangi, sang prabu
banyakwangi putera sang prabu banyak-larang, sang prabu banyaklarang putera
sang prabu susuktunggal, sang prabu susuktunggal anak sang prabu wastu
kancana.Sang prabu wastu kancana anak sang prabu linggawesi, sang prabu
linggawesi anak sang prabu linggahyangan, sang prabu linggahyang anak ratu
purbasari, ratu purbasari sang prabu ciyung wanara, sang prabu ciyung wanara
anak sang maharaja galuh pakuan, ialah maharaja adimulya namanya yang
lain.Sampai di sini dulu.Benar-benar dua cerita tadi dari orang-orang sunda dan
cirebon dan dari tulisan naskah empat buku.Ada pertentangan, satu memberi
petunjuk yang menyamakan itikad, sebaiknya dari semua naskah di jadikan
(50) Satu, kemudian di ambili (di pilih) yang benar dan isi kandungan pokoknya
yang benar, sempurna dalam menjelaskan mengena dengan tujuan.
Ini permulaan cerita asal mula Cirebon, sesudah Kyai Geng Tapamenggantikan
kedudukannya menjadi Juru Labuhan (Sahbandar) pelabuhan dengan sesebutan
nama Kyiageng Jumajan Jati menguasai di wilayahnya sepanjang pantai laut
Cirebon disebut Caruban Larang (Cirebon Pantai) ialah Cirebon Pesisir. Adapun
Cirebon yang terletak di kaki gunung Ciremai disebut “Caruban Girang” ialah
Kyaigeng Kasmaya putera Mangkubumi Suradipati yang mewakili kakaknya
ialah Prabu Maharaja Lingga Buwana Wisesa yang gugur di Bubat Majapahit.
(51) Sedangkan Prabu Maharaja Lingga Buwana Wisesa berputera Rahyang
Niskala Wastu Kancana selanjutnya Rahyang Niskala Wastu Kancana
beranak,pertama Rahyang Dewa Niskala, kedua Ratu Singapura ialah Kyaigeng
Surawijaya Sakti namanya, ketiga Kyaigeng Sindangkasih namanya, keempat
Kyaigeng Tapa. Rahyang Dewa Niskala berputera Sri Baduga Maharaja
Pajajaran yang menurut orang-orang Sunda disebut Prabu Siliwangi ialah Raden
Pamanah rasa namanya yang lain. Sedangkan Kyaigeng Tapa ialah adik
Rahyang Dewa Niskala berputera wanita Nyi Subang Larang. Adapun isteri
Kyaigeng Tapa ialah Nyi Retna Keranjang puteri Kyaigeng Tapa ialah Nyi
Retna Keranjang Puteri Kyaigeng Kasmaya ratu di
(52) Cirebon, Girang Mandala, desa yang diantara daerah Wanagiri namanya.
Sesudah adik Prabu Dewa Niskala ialah Kyaigeng Surawijaya Sakti dahulu
menjadi Ratu Singapura, yang sudah lama meninggal dunia tanpa meninggalkan
keturunan, bukankah tidak dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan
adik sang juru labuhan (sahbandar) Kyaigeng Tapa, bermukim di Desa
Lemahwungkuk ialah Nyi Mas Rara Ruda namanya, yang wajahnya tampak
pucat (putih). Selanjutnya Nyi Mas Rara Ruda menikah dengan Tan Pwa Wang.
Orang-orang Jawa menyebutnya Dampu Awang dari negeri Campa. Dulunya Ki
Dampu Awang seorang kaya raya, bukankah ia juragan/sudagar semua perahu.
Di dalam perkawinannya Nyi Mas Rara Ruda dengan Ki Dampu Awang
beranak wanita Nyi Mas Acih putih namanya
(53) ia adalah gadis yang elok rupawan, menikah dengan Prabu Siliwangi Ratu
Pakuan Pajajaran. Didalam perkawinannya mereka beranak wanita Nyi Mas
Rara Badaya namanya yang nantinya setelah menjadi gadis dibawa ke negeri
Campa oleh kakeknya Ki Dampu. Disana Nyi Rara Badaya berguru agama
islam kepada ulama besar islam Maulana Ibrahim Akbar namanya. Dulu Ki
Dampu Awang di Pulopinang sudah menikah dengan wanita disana. Adapun
Sang Pendita islam itu adalah ayah Ali rakhmatullah. Sedangkan Ali Musada
yang kebetulan beranak Maulana Ishak yang menikah dengan wanita puteri raja
di Blambangan ialah puteri sang raja Maulana, lalu
(54) Berputera Raden Paku yang disebut namanya Susuhunan Giri. Sedangkan
Ali Rakhmatullah itu ke Jawa disebut Susuhunan Ampel Denta ialah sang
pimpinan ulama terhormat para aulya pulau Jawa. Susuhunan Ampel Denta
kemudian beranak MK Makdum Ibrahim yang disebut Susuhunan Bonang dan
adiknya bernama Maseh Munat disebut Susuhunan Drajat ialah anak Susuhunan
Ampel Denta yang dari Negara Campa, kita hentikan dulu riwayatnya, diganti
dengan riwaya yang lain. Yang dulu bahwa perkawinan Sang Prabu Siliwangi
dengan Nyi Subanglarang itu dianugerahi anak 3 orang, 2 laki-laki dan 1 wanita
satu persatunya adalah Raden Walangsungsang adiknya Nyi Lara Santang dan
Raja Sengara yang bungsu.
(55) Sesudah itu anak-anaknya meningkat dewasa, Nyi Lara Santang telah
menjadi gadis yang kecantikannya seperti ibunya. Sudah dewasa ibundanya
tidak lama wafat dikeraton Pakuan Pajajaran. Dengan kematian ibunya ini
mereka (anak-anaknya) selalu dihina disakiti hatinya dan dimusuhi oleh
saudara-saudaranya dari lain ibu, Sedangkan ayahandanya kurang
memperhatikan anak-anaknya. Oleh karenanya para anaknya dengan hati duka
nestapa, setahun kemudian yaitu tatkala malam hari keluarlah dari keraton
Pakuan ke Timur tujuannya masuk hutan-hutan diwilaya Parahyangan. Tidak
diceritakan keadaan di perjalanan tibalah sang putera raja ini di rumah kediaman
Ki Gedheng Danuwarsih yang menjadi Pendita agama Budha.
(56) Anak Sang Pendita Budha itu bernama Nyi Indang Geulis mencintai
kepada sang pemuda itu, bukankah Nyi Indang Geulis itu wajahnya elok sekali.
Sedangkan Sang putra Raja tertarik hatinya kepadanya, oleh ayahandanya
dikawinkan. Tidak lama kemudian Nyi Lara Santang mengikuti perjalanan
kakaknya, disini (dirumah kediaman Danuwarsih) bertemu. Adapun pendita
termashur ini adalah anak Ki Gedheng Danusetra ialah Sang pendita besar di
Gunung Diyeng yang sudah lama meninggal dunia di Keraton Galuh Pakuan.
Sedangkan adik Danuwarsih berdiam di Cirebon Girang ialah Ki Danusela
namanya yang menikah dengan Nyi Arumsari anak Ki Gedheng
disana.Beginilah diceritakan selanjutnya. Sang Putra raja dengan isterinya dan
adiknya pergi menuju Bukit Amparan Jati, disini mereka berguru agama Islam
kepada Syekh Datuk Khahfi yang disebut juga Syekh Nurul Jati Ulama Besar
Islam yang dahulu datang dari bagdad dulu bermukim di Malaka (Sang Hyang
Ujung). Sedangkan adiknya yang bernama Syekh Bayanullah ada di Malaka
yang kelak Syekh Bayanullah datang di Bukit Amparan Jati dinamai Syekh
Datuk Mahuyun. Tatkala usia muda Syekh Datuk Khahfi bermukim di kota
Baghdadllu ia menikah dengan Syarifah Halimah ialah adik dari ayahandanya
Sultan Sulaiman Al Bagdadi digantikan yang diceritakan. Pada waktu itu dikaki
bukit Sembung dan Bukit Amparan Jati sudah lama berdiri Dukuh (desa)
Pasambangan namanya.Tiap hari warga masyarakat yang jual beli pada
berdatangan disini. Sedangkan tempat berlabuhnya perahu (pelabuhan) Muara
Jati menjadi
(58) ramai, bukankah dari mana-mana perahu selalu berlabuh disini, diantaranya
ialah dari negeri Cina, Arab, Parsi, India, Malaka, Tumasik (Singapura
sekarang), Paseh, Jawa Timur, Madura, dan Palembang oleh karenanya dukuh
Pasambangan menjadi ramai dan warga masyarakat keadaan makmur dan
sejahtera. Diceritakan Mercu suar puncak bukit Amparan Jati jika malam hari
dari kejauhan menyala kelihatan seperti bintang gemerlapan.Dulunya mercu
suar ini sebagai tandanya pantai pesisir Muara Jati.Yang mendirikan Panglima
Angkatan Perang Cina Wai Ping namanya dengan Sang Laksamana Te Ho dan
balatentaranya tidak terbilang banyaknya.Mereka di Pasambangan dalam
perjalananya menuju Majapahit berhenti sementara di Muara Jati.
(59) Sesudah mereka berdiam di desa Pasambangan membangun mercu suar.
Oleh sang Juru Labuhan (sahbandar) tidak lama diantaranya baru berjalan 7 hari
7 malam sesudah itu mercu suar di beli oleh Ki Juru Labuhan ialah menjadi
Mangkubumi bernama Jumajan Jati. Ditukar dengan garam, terasi, beras
tumbuk, “gerabadan” dan kayu jati.Berangkat ke Jawa Timur.Sesudah penuh
muatan mereka didalam perahu. Adapun dahulu ketika pertama tama Ki
Gedheng Tapa menjadi Juru Labuhan (sahbandar) banyak teman-teman dengan
masyarakat yang jual beli desa-desa begitu pula dengan ulama besar islam dari
Mekah, Bagdad dan Campa. Salah satu diantaranya Syekh Hasanudin anak
Syekh Yusuf Sidik ulama besar yang termashur di Negara Campa.
(60) Sampai di pulau Jawa di sini mendirikan pesantren Quro di Karawang,
begitu pula anaknya Ki Gedeng Tapa ialah Ratu Singapura, gadis ini yang
namanya Nyi Subang Larang digurukan kepada Syekh ini di Karawang selama
dua tahun. Datang di pondok Quro ialah dahulu ketika belum menjadi isteri
sang prabu Siliwangi, Dulunya Syekh Datuk Khahfi atau disebut Syekh Idhofi
yang juga disebut Syekh Nuruljati datang di dukuh Pasambangan bersama para
pengiringnya sebanyak 12 orang, 10 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Ia
adalah duta Sultan Bagdag. Sedangkan guru Quro yang di Karawang itu adalah
duta kerajaan Campa.Oleh Ki Mangkubumi Jumanjan Jati diperbolehkan di
sini.Diberilah Syekh Datuk Khahfi ialah Syekh Nuruljati untuk bermukim di
wilayahnya.
(61) Di ceritrakan sesudah tiga tahun lamanya berguru agama Islam kepada Ki
Syekh Datuk Khahfi puteraraja dengan isteri dan adiknya, ialah Nyi Indang
Geulis anak Ki Danuwarsih dan adiknya Nyi Lara Santang sudah cukup
agamanya. Sang guru memerintahkan untuk membangun pedukuhan di Kebon
Pesisir. Yang ada di sebelah selatan bikit Amparan Jati, letaknya di pinggir
pantai.Di sini Raden Walangsungsang yang sudah memperolehnama Ki
Somadullah dari gurunya membuku hutan.Di sinilah membangun surau dan
rumah untuk sementara.Digantikan yang diceritrakan. Adapun Ki Danusela
namanya yang sudah bernama Ki Gedheng Alang ialah adik Ki Dauwarsih yang
menjadi wiku agama “sangnyang” (Hindu-Budha) bermukim di daerah
Parahyangan timur.
(62) Danusela sudah lama di Kebon Pesisir lemahwungkuk disebutnya
kemudian ialah tegal ilalang. Tatkala itu ia mendirikan tempat kediamannya
disana. Ia bersama isterinya yang bernama Nyi Arum Sari dari Cirebon Girang
di wilayah Wanagiri. Mereka pada malam hari mencari rebon (udang lembut
dan ikan di sungai yang ada disebelah timur rumahnya, juga sepanjang pantai
laut. Kemudian mereka membuat terasi,petis dan garam. Di dalam
perkawinannya mereka (Ki Danusela dan Nyi Arumsasi) memperoleh anak
wanita Nyi Retna Riris namanya yang kemudian disebut Nyi Kencana
Larang.Sesudah itu putera raja dan isteri serta adiknya pindah ke rumah Ki
Danusela bukankah Ki Danusela itu adalah kerabat dengan Nyi Indang Geulis.
Disini putera raja
(63) turut mmembantu menyuburkan tanah maka pada akhirnya telah berdirilah
dukuh tegal ilalang yang kemudian disebut Cirebon, sebab warga masyarakat
dari pedesaan pasambangan banyak yang berdatangan disiniantara lain orang
jual beli (pedagang), Petani, nelayan dan mereka menangkap ikan di sepanjang
pantai. Semakin pedukuhan itu menjadi desa yang ramai.Disana penduduk
memilih Ki Gedheng atau Kyaigeng Alang-alang menjadi kepala desanya.Dan
Raden Walangsungsang dijadikan “pangraksa bhumi” (wakil kepala desa)
dengan sesebutan Ki Cakrabumi namanya.Tidak antara lama lebih kurang tiga
tahun putra raja bermukim disana, lalu pedukuhan ini (pedukuhan alang-alang
ganti ucapannya oleh penduduk desa Cirebon namanyajuga disebut Cirebon
larang ialah Cirebon Pesisir. Begitulah desa
(64) yang baru ini dihuni oleh penduduk dari berbagai suku/keturunan,
bahasanya dan tulisannya adat tatacaranya, pekerjaannya dan berbeda satu sama
lainnya. Adapun keadaan desa Cirebon tatkala dipimpin oleh Ki Kuwu Cirebon
I. Selanjutnya di ceritakan sedang Ki Cakrabumi dengan adiknya pergi
(menaiki) ke Bukit Amparan Jati. Syekh Datuk Kahfi memberi petunjuk kepada
muridnya, beginilah pesan sang guru, anakku kalian berdua mantapkan engkau
kepada syariat islam, pergilah kalian naik haji ke baitullah ialah di Mekah. Akan
tetapi sebaiknya isterimu Nyi Endang Geulis tidak turut pergi, bukankah ia
sedang bunting tua. Akhirnya menuruti kata-kata gurunya.Tidak diceritakan
dalam perjalanan mereka (putera raja dan adiknya) sampailah
(65) ke Mekah. Disana mereka bermukim di rumah Syekh Bayanullah yaitu
kerabat Syekh Nurul Jati yang bermukim di Bukit Amparan Jati. Sementara di
kota Mekah Ki Cakrabumi berguru kepada ulama besar islam Syekh Abdul
yajjid. Mereka (putera raja dan adiknya) bukankah berdua telah memperoleh
sesebutan haji dari Syekh Yajjid.Dipadang pasir itu Nyi Lara Santang diperisteri
oleh Maulana Sultan Mahmud yang disebut juga Syarief Abdullah anak Nurul
Alim dari Hasyim wangsanya.Wangsa ini bermula dari Bani Ismail yang dahulu
berkuasa di Ismailiyah ibukotanya yang menguasai Bani Israil yang ada di
wilayah Palestina termasuk kekuasaannya. Dahulu dua wilayah ini semuanya
tunduk di bawah kekuasaan Mesir, sesudah itu Nyi Lara Santang bernama
(66) Syarifah Mudaim. Sedangkan kakaknya dinamai Haji Abdullah
Iman.Tatkala Syarifah Mudaim sedang mengandung Sembilan bulan pergilah ia
ke Negara Mekah yang kedua kalinya bersama suaminya menganugerahkan
(kepercayaan) kepada pengawal-pengawalnya antara lain ialah Penghulu
Jamaludin Sang Patih Jamilulail dan para mantra Abdul Jafar, Mustafa, Kalil,
Aluddin Ahmad dan Haji Abdullah Iman. Sedangkan Maha Patih Ungkha Jutra
sebagai adik sang raja tidak turut, sebab iamewakili kakandanya sebagai
pimpinan negaranya di sana dan sekaligus memimpin para menteri dan
balatentaranya.Tatkala itu di Kota Mekah diceritakan Syarifah Mudaim
melahirkan seorang bayi laki-laki yang pertama. Oleh Ayahandanya bayi itu di
beri nama Syarif Hidayat, beberapa lamanya baru empat puluh hari
(67) sang raja dan isterinya dan dengan Sang Raja Putera uang baru dilahirkan
itu beserta para pengiringnya kemudian kembali ke Negara Mesir. Setelah tiga
bulan lamanya di Mesir kemudian Ibdullah Iman pulang Ke Pulau Jawa, ia
singgah ke Negara Campa lalu berguru kepada Maulana Ibrahim Akbar belajar
Syariat islam disana.Sang haji ditikahkan dengan Nyi Rasjati anak Ki Syekh
Maulana Jatiswara atau disebut Ibrahim Akbar pandita islam (ulama besar) yang
termasur di Campa. Yang beristeri dengan puteri raja kerjaan Campa.Di dalam
perkawinannya Ki Haji dan Nyi Ratna berputeralah sebanyak tujuh orang, ialah
yang diantaranya disebut di Jawa Nyi Lara Konda, Nyi Lara Sejati, Nyi
Jatimerta, Nyi Jamaras, Nyi Mertasinga, Nyi Campa, Nyi Rasamalasih. Sesudah
Syarif Hidayat lahir lebih kurang dua tahun.
(68) Lalu Syarifah Mudaim melahirkanbayi yang kedua yang diberi nama Syarif
Nurullah. Tidak lama sesudah itu ayahandanya ialah Syarif Abdullah
wafat.Sementara itu kesultanannya dikuasakan kepada adiknya ialah San Maha
Patih Ungkha Jutra dengan gelar Raja Ungkhah.Ganti yang diceritakan.
Haji Abdulah Iman di Cirebon mengajarkan agama islam kepada penduduk dan
warga masyarakatnya yang kelak semakin lama semakin banyak para
penganutnya. Kemudian di Cirebon dibangun Masjid Jami” Yang diberi nama”
Jalarahan” dan rumah besar (rumah Gadang). Sang Raksabumi ini dengan isteri
dan anaknya Nyi Pakungwati bersahabat dengan dua orang dari Arabia
bermukim di keratonnya. Sesudah itu Sang Haji menikah dengan Nyi Retna
Riris anak Ki Kuwu Cirebon I lalu diganti namanya menjadi
(69) Nyi Kancana Larang. Didalam perkawinannya itu mereka berputera laki-lai
yang diberi nama Pangeran Carban(Cirebon) yang kelak bermukim di Cirebon
Girang ialah di rumah kediaman kakeknya, Lalu Sang Pangeran diangkat
menjadi Kuwu Cirebon Girang. Setelah menjadi Kuwu lalu menikah dengan
Nyi Cupluk puteri Ki Gedheng Trusmi. Didalam perkawinannya lalu berputera
laki-laki
(70) Tidak beberapa lama kakeknya yang dahulu menjadi Ratu Singapura
meninggal dunia. Pangeran Cakrabuwana tidak meneruskan kedudukannya,akan
tetapi walau demikian Pangeran Cakrabuwana mendapatkan warisan, kemudian
mebangun keraton Pakungwati. Dengan demikian sejak itu pula membentuk
pasukan balatentara perang. Sang Prabu Siliwangi di Pakuan Pajajaran
menyambutnya dengan gembira, Bahkab Sang Prabu memberikan tanda
kehormatan kepada kerajaan anaknya itu, kemudian diberikan gelar nama Sri
Mangana. Pemberian restu dan hormat dari Sang Prabu untuk memberikan
kekuasaan putranya ini dibawakan oleh Tumenggung Jagabaya yang menjadi
duta utusan sang Raja. Bahkan adiknya ialah Raden Raja Sengara turut dengan
sang duta utusan itu. Disini adiknya ini memeluk agama islam, lalu pergi ke haji
Mekah, sesudah itu dinamai Haji Mansur dan menikah dengan Nyi Khalimah
dari Campa.
(71) yang setelah di Jawa bersama isteri kakaknya Pangeran Cakrabuwana nanti
disebut Nyi Gedheng Kalisapu. Digantikan riwayatnya yang lain. Sesudah
Syarif Hidayat berusia muda lebih kurang umurnya 20 tahun sudah memiliki
cita-cita dan ingin menjadi penyiar agama islam oleh karena itu ia pergi ke
Mekah, disini ia berguru kepada Syekh Tajmuddin Al Kubri selama dua tahun
juga. Sesudah itu Syarif Hidayat pergi ke kota Bagdad. Disini ia berguru
Tasawuf islam dan bermukim di rumah kediaman kerabat ayahandanya.
Sesudah itu cukuplah keahliannya lalu pulang ke negaranya (di Mesir). Sang
Mahapatih Ungkha Jutra ialah paman Syarif Hidayat yang
(72) Yang memerintah kesultanan ayahandanya menganugerahi nama Nurdin.
Imam ulama besar di negaranya memberinya nama Ibrahim. Berkatalah sang
paman Syarif Hidayat demikian ucapnya anakku angkat engkau menduduki
singgasana kerjaan ini, sebab tidak ada orang yang pantas kecuali engkaulah
satu-satunya. Menjawablah Syarif Hidayat perlahan, Paduka Pamanda terlebih
dahulu ananda minta maaf, sebaiknya adikku yang menduduki tahta kerajaan
ini.Ia pantas menjadi raja disampin ananda sangatlah mencintai agama yang
telah mengetuk hatiku dan ananda ingin menjadi penyiar agama islam di pulau
Jawa. Demi Syarif Hidayat kehendaknya demikian, maka adiknyalah
dinobatkan menjadi raja dengan gelar
(73) Sultan Syarif Nurullah. Sesudah itu Syarif Hidayat yang telah memperoleh
nama Sayyid Al Kamil dari gurunya di Mekah dahulu, maka ia berangkat ke
Pulau Jawa. Beginilah tidak diceritakan di dalam perjalanannya,ia singgah di
Gujarat. Tidak lama kemudian dia singgah di Paseh. Disitu ia bermukim di
rumah kediaman kerabatnya ialah Sayyid Ishak yang menjadi ulama besar islam
yang pernah menjadi guru di blambangan ialah di Pulau Jawa. Sesudah itu Ki
Syarif Hidayat berguru agama selama dua tahun, kemudian ia ke pulau Jawa.
Singgah di Banten. Disini masyarakat sudah banyak yang memeluk agama
islam, bukankah hasil karya Sayyid Rakhmat, Ali Rakhmatullah namanya yang
lain. Ia adalah waliyullah di Ampel Gadhing ialah disebut
(74) Susuhunan Ampel adalah kerabatnya, oleh sebab itu Sayyid Kamil pergi ke
Ampel dengan perahu orang Jawa Timur. Sementara para waliyullah Pulau
Jawa semuanya ada disitu, masing-masing membagi bagi tugasnya untuk
mengajarkan agama islam kepada masyarakat yang menganut agama hindu-
buddha.Sementara itu sayyid kamil memperoleh tugasnya di bukit sembung di
sana bersama uwaknya ialah haji Abdullah iman.Dalam perjalanannya sebanyak
masyarakat sudah memeluk agama islam, bukankah sudah di islamkan semua di
bukit sembung.Ki syarif di sebut maulana jati atau syekh jati, lalu membangun
pesantren.Tidak lama kemudian telah banyak masyarakat yang berguru kepada
(79) dengan gelar susuhunan jati.Sementara itu para wali sanga menyambutnya
terhadap penobatannya itu.Akan tetapi semua para pembesar kerajaan di
wilayah kawasan Jawa Barat (Sunda Pesisir). Sedangkan para Wali Sanga itu
menganugerahkan kekuasaan kepada Ssusuhunan Jati dijadikan “Panetep
Panatagama Islam”seluruh bumi Sunda yang bersemayam di Cirebon sebagai
menggantikan Syekh Nurul Jati yang sudah wafat. Susuhunan Jati bersemayam
di di Keraton Pakungwati sebagai pusat pemerintahannya.Akan tetapi walau
demikian Kerajaan Cirebon di bawah pengaruh Pakuan Pajajaran, bukankah
setiap tahun mempersembahkan upeti terasi dan garam. Tidak lama kemudian
Susuhunan Jati sudah lama tidak
((80) tidak mempersembahkan upeti kepada Sang Prabu Pajajaran, sebab sudah
berunding dan disetujui oleh Ki Kuwu Cirebon, Pangeran Carbon, Dipati Keling
dan seluruh Ki Gedheng, pemuka Kerajaan wilayah. Sunan Jati berhadapan hati
dan berani tanggung jawab di belakang harinya, oleh karena itu Tumenggung
Jayabaya (Jagabaya) dengan 60 balapasukan diperintahkan oleh Prabu Siliwangi
ialah Ratu Pajajaran menegok ke Cirebon. Akan tetapi juga begitu sang
tumenggung sebala pasukan malah memeluk agama islam, tidak berani
memerangi kepada Sunan Jati, sebab disana ada uwak Sunan Jati ialah Pangeran
Cakrabuwana yang besar wibawanya. Sedangkan sang Tumenggung Jagabaya
sepasukannya mendadak menjadi pengikut Susuhunan Jati. Sesudah itu
Susuhunan Jati menikah dengan
(81) Nyi Tepak sari anak Ki Gedheng Tepasari dari Majapahit. Di dalam
perkawinannya mereka melahirkan dua orang anak wanita dan laki-laki yang
wanita Nyi Ratu Ayu namanya yang laki-laki Pangeran Muhamad Arifin yang
diberi nama Pangeran Paserean kemudian. Kebetulan Ratu Ayu menikah dengan
Pangeran Sabrang Lor lalu menggantikan kedudukan ayahandanya ialah Raden
Patah dijadikan Sultan Demak II. Didalam perkawinannya tidak meninggalkan
keturunan, bukankah sang pangeran itu wafat. Tatkala sudah meningkat sebagai
pemuda sedangkan bertahta di kerajaannya selama tiga tahun.Dahulunya Sri
Ratu Ayu puteri Sunan Jati memperoleh warisan gamelan sekaten dan warisan
dibawanya.Dikerajaan Pakungwati Cirebon kemudian Janda Ratu Ayu
kemudian menikah dengan Pangeran Paseh.
(82) Fadhilah Khan namanya yang lain yang rambutnya memutih. Dalam
perkawinannya Ratu Ayu dengan Pangeran Paseh berputeralh wanita dan laki-
laki, yang wanita Ratu Wanawati Raras namanya, yang laki-laki Pangeran
Sedang Garuda namanya. Sedangkan Pangeran Pasarean menikah dengan Nyi
Ratu Nyawa janda kakaknya ialah Pangeran Geng Anom yang disebut Pangeran
Sedang Lautan.Adapun Pangeran Paseh juga menikah dengan Nyi Ratu
Pembayun namanya yang lain. Menjadi isteri kedua ialah isteri isteri ini adalah
anak Sultan Demak Raden Patah.Isteri ini adalah janda Pangeran Jayakelana
ialah kakandanya Pangeran sedang lautan Putera Sunan Jati Cirebon. Di dalam
perkawinannya Pangeran Pasarean dengan Ratu nyawa berputera enam orang
banyaknya ialah masing-masing
(83) ialah pertama Pangeran kasatrian yang beristeri wanita dari Tuban.
Pangeran ini bermukim disana bersama isterinya.Kedua Pangeran Losari yang
menjadi Panembahan disana disebut Panembahan Losari.Ketiga Pangeran
Suwarga yang nantinya menjadi Adipati Cirebon dengan gelar Pangeran Adipati
Pakung Ja atau Pangeran Sedang Kemuning, yang menikah dengan Ratu Ayu
isteri Pangeran Paseh Fadhilah.Jadi satu kakek.Keempat Pangeran Pasarean
ialah Nyi Ratu Mas yang suaminya di Banten seorang Ratu Bagus
disana.Kelima Pangeran yang menjadi Sentana di Panjunan. Keenam Waruju
disebut namanya itu degantikan dengan riwayat yang lain.
(84) Tatkala Susuhaunan Jati sedang mengadakan sidang di hadapan para
pembesar wilayah para wali dan para Senapati Cirebon di tengah bangsal
Pakungwati tidak diceritakan dalam perjalanan tibalah orang-orang dari Demak,
Tuban, Surabaya, Juwana, Japara, Gresik, Telegil dan Pekalongan juga banyak
lagi dari desa-desa wilayah Jawa Barat mereka berkeinginan berguru kepada .
Hentikan dulu riwayatnya dan diganti dengan riwayat yang lain. Diceritakan
Sunan Jati beristeri dengan puteri Pangeran Cakrabuwana ialah Nyi Ratu
Pakungwati, juga Susuhunan Jati menikah dengan Puteri Cina Ong Tin Nio
ialah Lie Anyon Tien namanya yang lain.
(85) Dalam perkawinannya berputera laki-laki yang meninggal dunia tatkala
masih bayi di Luragung Dukuh. Sang Ayu menangis sedih sebab Sang Ayu
mengangkat anak Raden Kemuning anak Ki Ageng Luragung yang baru lahir.
Sedangkan Sang Ayu memberikan bokor kuningan kepada Ki Ageng, bokor itu
adalah bawaan dari Cina. Adapun apa yang ditulis dalam bokor ituadalah sang
naga dalam sikap sedang galak dengan tulisan nama Hong Gie Maharaja sedang
menaiki kuda.Dari wangsa (dinasti Ming).Setibanya Sang Puteri Cina di Jawa
dengan naik perahu Bantaleo namanya. Dengan empat puluh jumlah para
pengiringnya yang nantinya separoh memeluk agama islam yang separuh lagi
agama budha. Sang Ayu diiring oleh Senapati Li Gwan Cang dan nahkoda
perahu Li Gwan Hien namanya yang meninggal di Gunung Kumbang.
(86) ia berasal dari Takce (pendidikan guru) Sang Nahkoda itu asalnya dari
Campa, kemudian para bala Cinayang telah memeluk agama islam mereka
dikuburkan di Bukit Ampran Jati berjejer kesemuanya Perahu Bantaleo itu
berlabuh di Pelabuhan Muara Jati. Lalu ke negeri Cina berhenti di
Palembang.Raja Cina melamun mengingat kepada anaknya. Sebab sang Puteri
tidak pulang karena telah menikah dengan Syarif Hidayat di Dukuh
Pesambangan. Sang Ayu kegemarannya ialah petis oleh karenanya ia disebut
Ratu Petis. Pernikahan Sunan Jati dengan Putri Cina hanya selama empat tahun.
Kita hentikan riwayatnya dahulu sebentar, kemudian kita gantikan dengan
riwayat yang lain. Lagi seperti yang sudah diceritakan bahwa Puteri Ratu Ayu
Sakluh menikah dengan
(87) Mas Rangsang yang bergelar nama Sultan Agung Mataram. Di dalam
perkawinannya berputera Sultan Tegalwangi.Ialah Amangkurat I. Sunan
Tegalwangi berputera Amangkurat II yang menggantikan kedudukan
ayahandanya. Yang wanita anak Sultan tegalwangimenikah dengan Pangeran
Putra ialah bergelar nama Panembahan Girilaya ialah anak perempuan Sedang
Gayam. Dari Puteri Mataram Panembahan Girilaya berputera tiga orang laki-
laki ialah Pangeran Mertawijaya atau Pangeran Syamsudin ialah Sultan
Kasepuhan I.Adiknya Pangeran Kartawijaya atau Pangeran Badridin menjadi
Sultan Kanoman I. Adiknya yang bungsu Pangeran Wangsakerta yang menjadi
Panembahan Cirebon I bukankah Ratu Ayu Sakluh adalah kakak isteri (lanceuk
: sunda ) Panembahan Ratu Cirebon.
(88) Dengan demikian Raja Cirebon dan Raja Mataram itu famili tetapi Raja
Mataram Sunan Tegalwangi selalu kehendaknya menguasai Cirebon. Dulunya
juga ialah Cirebon dan Banten Famili. Sedang menuju Bukit Sembung dengan
para pengiringnya para pembesar Kerajaaan Cirebon dalam perjalanan itu
dihadang oleh Ki Datuk Fardhun ialah Syekh Lemahabang, Dulunya Ki
Fardhun ingin membalas kematian gurunya kepada Sunan Jati yang dulu. Oleh
sebab itu ditengah jalan sang putera raja berperang duel dengan Ki Datuk
Fardhun yang terkenal sakti mandraguna. Menurut cerita ramailah di medan
laga. Ki Datuk Fardhun tidak mampu melawan musuh, matilah ia, bangkainya
dikuburkan disitu.
(89) Sang Panembahan selamat, Pakuan Pajajaran itu sirna dimuka bumi oleh
balatentara Banten dan Cirebon ialah Maulana Yusuf Sultan Banten, sedangkan
Cirebon ialah Panembahan Ratu putera Pangeran Suwarga. Adapun isteri
Panembahan Ratu yang ke dua ialah Nyi Ratu Harisbaya namanya, isteri ini
yang amat elok rupawan benar-benar kecantikannya seperti bidadari, tetapi
walaupun demikian Sang Ayu mencintai Pangeran Geusan Hulun yang berkuasa
di Sumedang Larang. Hampir kejadian peperangan antara Cirebon dan
Sumedang pada waktu itu.Ratu Harisbaya diceraikan oleh suaminya, Lalu
menikah dengan Pangeran Geusan Hulun. Tidak lama kemudian Sang Pangeran
menyerahkan
(90) wilayah Sindangkasih kepada Panembahan Ratu Cirebon ialah bahwa tidak
terjadi pertentangan di dalam persahabatan dan tidak putus kekerabatannya serta
persahabatan. Di dalam perkawinannya Ratu Harisbaya dengan Pangeran
Geusan Hulun suami Sang Ayu berputera tiga laki-laki ialah
TumenggungTegalkalong I, kedua Raden Arya Wiraraja namanya kemudian
yang ketiga ialah Raden Rangganitinegara namanya. Adapun sejak berdirinya
Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman ialah pada tahun 1699 Saka (1677/1678
Masehi). Empat tahun kemudian Cirebon bersahabat dengan Belanda kompeni,
yang menulis surat
(91) persahabatnnya ialah Sultan Kasepuhan yang pertama Pangeran Syamsudin
Martawijaya, Sultan Kanoman yang pertama Pangeran Badridin Kartawijaya,
lalu mereka semua yang termasuk Jaksa Pitu (jaksa Tujuh) ialah para pembesar
Kesultanan Cirebon antara lain ialah Panembahan Ageng Gusti Cirebon ialah
Pangeran Wangsakerta namanya lalu mereka Jaksa Tujuh ialah Raksanagara,
Purbanagara, Anggadiprana, Anggaraksa, Singanagara, Nayapati, Sang
Panembahan itu kepala Sang Jaksa tujuh. Dari pihak Belanda Kompeni ialah
Yakub Bule, Kapiten Misel, Di Bangsal Paseban Keraton Kasepuhan.Sesudah
Panembahan Ratu wafat kemudian digantikan oleh cucunya ialah Raden Putra.
(92) atau Raden Resmi dengan gelar Panembahan namanya yang lain tatkala itu
disebut Pangeran Panembahan Ratu II, Putera Pangeran Sedang Made Gayam
yang sudah wafat terlebih dahulu, tatkala ayahandanya ialah Panembahan Ratu I
belum wafat. Panembahan Adining Kusuma berkuasa Cirebon selama 12 tahun,
kemudian wafat Pangeran Raden Putra disebut Pangeran Panembahan Girilaya,
selama ia menjadi Panembahan berkuasa di Cirebon, Ia selalu ada di Mataram
bersama dengan dua orang anaknya ialah Mertawijaya ialah Pangeran
Syamsudin sedangkan Panembahan Girilaya yang ketiga bermukim di Keraton
Cirebon mewakili ayahandanya. Sesudah itu Pangeran Panembahan Girilaya
wafat, Pangeran Syamsudin Mertawijaya ditunjuk menjadi Panembahan Sepuh,
lalu disebut Sulta Kasepuhan I dan Adiknya Pangeran Badridin Kertawijaya
ditunjuk menjadi Panembahan Anom, lalu disebut Sultan Kanoman Idan
adiknya ialah Pangeran Wangsakerta ditunjuk menjadi Sultan III dengan gelar
Panembahan CVirebon. Tatkala itu tiga Negara pada ingin menguasai Cirebon
ialah Banten, Mataram, dan Belanda, Sedangkan Sulta Cirebon ingin merdeka.
Tatkala itu
(94) Raja Mataram ialah Susuhunan Amangkurat I sedang bermusuhan dengan
Trunojoyo putera Adipati Madura Pangeran Cakraningrat, balatentara Madura
yang dipimpin oleh Trunojoyo menjadi satu dengan balatentara Makasar yang
dipimpin oleh Kraheng Galesung dan Monte Moreno. Setiap perang beberapa
wilayah Mataram selalu kalah.Tidak berapa lama balatentara Madura dan
Balatentara Makasar merebut Kartya Kota Besar Mataram.Susuhunan
Amangkurat dan puteranya ialah Pangeran Dipati Anom dengan para
pengikutnya melarikan diri ke Barat, lalu Sunan Mataram wafat di Tegalwangi.
Sesudah itu Pangeran Dipati Anom ialah
(95) Putra raja menggantikan kedudukan ayahandanya menjadi Susuhunan
Amangkurat II, Tatkala kota besar Mataram direbut oleh tentara Madura dan
Makasar, Panembahan Sepuh Syamsudin Mertawijaya dan Panembahan Anom
Badridin ada disana. Mereka ditangkap oleh Trunojoyo, lalu dibawa ke Kediri,
juga batu blitar dengan beberapa orang pengiringnya.Di kuasai oleh trunojoyo
di bawa ke Kediri.Di sana mereka pangeran dari cirebon dan ratu blitar di tahan
oleh trunojoyo.Pangeran wangsakerta panembahan cirebon ialah aku, ingin
menghindarkan kakak-kakakku dari kejahatan mereka, oleh karena itu aku
dengan beberapa pembesar kerajaan cirebon menuju ke banten.Agar
menghindarkan kakak-kakakku, bukankah sultan banten adalah familiku, lalu
pribadiku dan balatentara banten
(96) Tujuanku menuju banten akan menjumpai sultan ageng tirtayasa banten,
agar menyelatkan kakak-kakakku bukankah sultan banten adalah familiku.Lalu
aku pribadi dengan balatentara banten ke jawa timur.Sesudah itu
Kediri.Trunojoyo mendapat surat dari sultan banten, agar pangeran dari cirebon
beserta para pengikutnya di selamatkan, sementara sultan banten memberikan
tanda penghargaan dan alat-alat persenjataan (amunisi) perang kepada
trunojoyo, sebab sultan banten bersahabat dengan trunojoyo dalam memusuhi
mataram dan belanda.Sultan banten menyambut dengan sukacita kepada
trunojoyo yang telah dapat merebut kotabesar mataram.Pangeran Madura
memberikan petunjuk kepadaku pribadi dengan amat rendah hati dan beberapa
macam hidangan makanan dan minuman yang lezat-lezat di hantarkan.Akhirnya
panembahan sepuh, panembahan anom dengan para pengikutnya, juga ratu
blitar
(97) di selatkan oleh trunojoyo.Ssudah itu aku pribadi membawa kakak-kakakku
juga ratu blitar kembali menuju banten.Di sana sultan ageng tirtayasa banten
menyambutnya dengan sukahati kedatangan aku pribadi dengan panembahan
sepuh dan panembahan anom.Kemudian sultan banten menobatkan kami-kami
semua ialah pangeran syamsudin mertawijaya di tunjuk menjadi sultan anom,
ialah sultan kanoman, kemudian aku pangeran wang sakerta di tunjuk menjadi
sultan III dengan mendapat gelar panembahan gusit cirebon mohammad
nazaruddin namanya, atau panembahan toh. Pati.abdul kamil tang, sesudah itu
kami pulang ke cirebon dan sultan banten meminta kepada kami memusuhi
mataram dan belanda.Sejak
(98) itulah berdiri kesultanan kasepuhan dan kesultanan kanoman dan
kepenembahan cirebon.Ini adalah jilid IV nagara kretabhumi, naskah kerajaan
cirebon telah selesai di tulis pada tgl. 11 “paro peteng” kartika masa tahun 1617
saka (1695/1696 masehi).Di tulis olehku pangeran wangsakerta panembahan
cirebon I dengan gelar panembahan toh. Pati, abdul amil Muhammad nazar
uddin.Ini naskah nagara kretabhumi terakhir sebagai pelengkap naskah nagara
kretabhumi jilid I,II,dan III semua itu di ambil atau menurut beberapa naskah
sebagai buku-buku perpustakaan milik kerajaan cirebon antara lain masing-
masingnya ialah yang di jadikan petunjuk kepadaku, ialah naskah
(99) Nagata nusantara parwa, naskah pararatuan parahyangan wamsatilaka (para
ratu parahyangan dan keturunannya), naskah raja-raja jawadwipa (cirebon
nagara besar), naskah pararaturan sundabhumi pajajaran sirnaning bhumi (para
raja tanah sunda pakuan pajajaran habis di muka bumi), pasunda bubat
(peristiwa matinya orang-orang sunda di bubat), raja ing malayu dramasraya
(raja di nagara malayu darmasraya), rahyang sanjaya, pangeran geusan hulun
ratwing sumedang larang (pangeran geusan hulun ratu di sumedang larang),
sultan agung mataram, panembahan pakung Ja, fadhillah khan taruna paseh
(fadhillah khan pemuda dari paseh), cerita prabu siliwangi ratu pajajaran “sultan
hasanuddin, ratu singapura,pangeran cakrabuwana, syailendra wekaning
swarnabhumi (wangsa syailendra sebagai anak bumi dari sumatera, sang
kamastwing jawadwipa (sang terhormat di pulau jawa/para aulya pulau jawa),
sang patah raja demak,
(100) Sri suhita maharani, surawisesa kedalwan (surawisesa keraton)
galuhpakuan, prabu kasmaya ratwing carbon girang (prabu kasmaya ratu di
cirebon girang), pasambangan desa (desa pasambangan) nay rara kidul ratwing
mataram (nyi lara kidul rayu di mataram),, Negara kertajaya (Jakarta), tegal
alang alang desha (desa tegal alang-alang), carita syekh magelung sakti (cerita
syekh magelung yang sakti madraguna), diyah pitaloka mahaputri carbon
larang, sundu kelapa jayakarta, cerita sang ratu Japura sakti adraguna,
surasowan kadatwan, cinarding giri saptarengga (makam-makam di bukit
sembung) cinanding giri nur ciptarengga (makam-makam di bukit amparan jati),
panembahan girilaya, abdul malik khan, pangeran gung anom, syekh
lemahabang, carita toya gamana dan giri gamana dipati awabga, kyaigheng
bungko, susuhunan kalijaga, pawekas susuhunan jati (amanat sunan jati), sang
raty dewata sri baduga maharaja, bratayuda ing giri gundul, acaryang
agameslam susuhunan jati, maharaja galuh pakuan, cerita puteri cina dan
kesultanan cirebon, sudah.
Cirebon, 24 oktober 1987