Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PRAKERIN)


JURUSAN FARMASI

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA : MIRANDA
NISN : 0066887847
KELAS : XI FARMASI A
JURUSAN : FARMASI

SMK LILAWANGSA SIGLI


JLN. LINGKAR KEUNIREE SIGLI
KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2023

i
PENGESAHAN SEKOLAH
JURNAL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
(PRAKERIN)
DI
RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I BEUREUNUEN

NAMA : MIRANDA
NISN : 0066887847
KELAS : XI FARMASI

SIGLI, ................................2023
PENULIS PEMBIMBING INSTANSI

(MIRANDA) (......................................................)
NISN : 0066887847

MENGETAHUI/MENYETUJUI

KEPALA SEKOLAH KETUA PRAKERIN

ZULYA DAINI, S.Pd.I, M.Ed.Adv(TESOL) RIZKI FARAHNA, S.Pd.I


NIP.19830507 200804 1 001 NIP.-

ii
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanniirahim
Alhamdulillah, dengan mengucapkan rasa puji dan syukur kepada Allah
SWT, penulis telah dapat melaksanakan proses belajar di SMK Lilawangsa Sigli,
yang mengacu pada program Pendidikan Sistem Ganda. PSG adalah salah satu
pelaksanaan praktek kerja lapangan yang dilaksanakan pada instansi Kesehatan
yang relevan dengan jurusan penulis.
Pedoman pelaksanaan kerja lapangan bagi Pembimbing Sekolah,
Pembimbing DU/DI dan Siswa berpedoman pada buku petunjuk yang ada
disekolah, supaya langkah yang sama bagi pembimbing baik di lapangan maupun
disekolah untuk mencapai keberhasilan bagi penulis sebagai salah seorang siswa
SMK Lilawangsa Sigli.
Dengan terlaksana Praktek kerja lapangan penulis telah mendapat
bimbingan / pembinaan demi tercapainya perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan bagi penulis mengapai masa depan, terima kasih kepada
pembimbing sekolah juga pembimbing Instansi dan untuk semua pihak yang telah
memberikan sumbang pikiran dan tenaga. Semoga Allah SWT membalas dengan
setimpal. Amin

Penulis

MIRANDA

iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHA ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Kegiatan ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ...................................... 4
A. Rumah Sakit .............................................................................. 4
a. Definisi Rumah Sakit ............................................................ 4
b. Visi dan Misi Rumah Sakit ................................................... 4
c. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ............................................. 5
d. Klasifikasi Rumah Sakit ....................................................... 5
e. Struktur Organisasi Rumah Sakit .......................................... 6
B. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ........................ 6
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai .............................................................. 6
a) Pemilihan ....................................................................... 19
b) Perencanaan ................................................................... 8
c) Pengadaan ...................................................................... 9
d) Penerimaan ..................................................................... 11
e) Penyimpanan .................................................................. 11
f) Pendistribusian ............................................................... 13
g) Pemusnahan dan Penarikan ............................................ 15
h) Pengendalian .................................................................. 16
i) Administrasi ................................................................... 17
BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I ...... 19
A. Sejarah RSUD Tgk Abdullah Syafi’i.................................... ....... 19

iv
B. Visi dan Misi RSUD Tgk Abdullah Syafi’i ................................. 21
a. Tugas ..................................................................................... 21
b. funsi ....................................................................................... 22
C. Struktur Organisasi RSUD Tgk Abdullah Syafi’i........................ 22
D. Instalasi Farmasi RSUD Tgk Abdullah Syafi’i ........................... 23
E. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai .................................................................... 24
a. Pemilihan ............................................................................. 24
b. Perencanaan ......................................................................... 24
c. Pengadaan ............................................................................ 24
d. Penerimaan .......................................................................... 25
e. Penyimpanan ........................................................................ 25
f. Pendistribusian ..................................................................... 25
g. Pemusnahan .......................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 26
A. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai ...................................................................... 26
B. Pelayanan Kefarmasian di RSUD Tgk Abdullah Syafi’i .............. 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 33
A. Kesimpulan ............................................................................... 33
B. Saran ......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 34
LAMPIRAN

v
LAMPIRAN

Foto Resep Sebanyak 5 Resep (2 Resep racikan, 3 Resep non racikan) 35


Foto 5 Jenis Obat Generik dan obat bermerek ...................................... 37
Foto 5 Jenis Alkes .............................................................................. 39
Foto 5 Jenis BMHP ............................................................................. 40
Foto Obat LASA dan High Alert ........................................................ 41
Foto Obat yang disimpan dalam kulkas beserta suhunya ..................... 42
Foto lemari dan daftar obat Narkotika dan Psikotropika ...................... 43

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan rawat inap dan rawat jalan, oleh karena itu pelayanan yang berkualitas
merupakan suatu keharusan dan mutlak dipenuhi oleh suatu rumah sakit. Salah satu
upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat adalah
meningkatkan kinerja rumah sakit secara profesional dan mandiri.
Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan.
Manusia kebanyakan akan melakukan berbagai cara utnuk memperoleh kesehatan
yang prima. Orang yang sedang menderita sakit biasanya akan berusaha untuk
mengatasi dan mengobati penyakit yang dideritanya hingga dia sembuh. Tubuh
yang sehat merupakan kehendak setiap orang. Untuk dapat mewujudkan kesadaan
sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang dinilai
mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit.
IFRS adalah bagian dari fasilitas yang disediakan rumah sakit untuk
menyelenggarakan kegiatan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah
sakit itu sendiri. IFRS dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu asisten apoteker
yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku serta kompeten dan
profesional.

Tugas Pokok dan Fungsi IFRS


IFRS memliki beberapa tugas pokok, antara lain :
1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
3) Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
4) Memberi pelayanan yang bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

1
6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7) Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.

IFRS juga memiliki fungsi, antara lain: Pengelolaan perbekalan farmasi,


Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.

Pengelolaan perbekalan farmasi memiliki bagian-bagian fungsi, antara lain:


1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3) Mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat.
4) sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan di
Rumah Sakit.
6) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku.
7) Menyimpan perbekalan farmasi keunit-unit pelayanan di Rumah Sakit.

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan juga memiliki
bagian-bagian fungsi sendiri, meliputi:
1) Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga.
6) Memberi konseling kepada pasien atau keluarga.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.

2
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker.
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan dan pelaporan disetiap kegiatan.

B. TUJUAN
a. Mampu melakukan pengelolaan perbekalan farmasi
b. Mampu melakukan pelayanan resep
c. Mampu melaksanakan peracikan obat
d. Mampu mengenali sistem pelayan kefarmasian di tempat praktek
e. Mampu bersikap profesional di bidang peminatan

3
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

A. RUMAH SAKIT
a. Definisi Rumah Sakit
Pengertian rumah sakit menurut permenkes nomor 3 tahun 2023 tentang
klarifikasi dan perizinan Rumah Sakit menyebutkan bahwa “ rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan
perorangan secara paripuma yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

b. Visi Dan Misi Rumah Sakit


1. Visi
Terwujudnya layanan personal development menuju masyarakat sehat,
produktif, mandiri, dan berkeadilan. Rumah sakit dengan pelayanan yang holistik,
tranformatif tanpa diskriminasi.
2. Misi
1) Memperkuat upaya kesehatan bermutu yang berorientasi pada kualitas
hidup melalui layanan personal devolopment
2) Memberdayakan masyarakat dan kemitraan dalam membangun
kesehatan jiwa
3) Meningkatkan ketersediaan dan mutu sumber daya yang unggul dalam
pelayanan , pendidikan, pelatihan, dan penelitian
4) Meningkatkan tatakelola rumah sakit yang transparan, akuntabel, dan
inovatif

c. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Rumah Sakit mempunyai fungsi menurut Undang-undang (UU) No. 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakir menyatakan Bahwa :

4
Rumah Sakit Mempunyai Fungsi :
1) Penyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat keduan dan ketiga sesuai
kebutuhan medis
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
dan
4) Penyelenggarakan penlitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.

d. Klasifikasi Rumah Sakit


Klasifikasi rumah sakir menurut Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang
klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit Menyebutkan klasifikasi rumah sakit ada 2
yaitu :
1) Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas
dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit umum diklasifikasi menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
2) Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan, umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainya Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

5
c. Rumah Saket Khusus Kelas C

e. Struktur Organisai Rumah Sakit


Sesuai dengan Undang-undang nomor 44 tentang rumah sakit dan sesuai tata
kelola Rumah Sakit, maka tugas dan funsi RSUD umum adalah sebagai berikut :
a. Direktur
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Pelayanan
d. Seksi Penunjang

B. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit


a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a) Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis SediaanFarmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa danterapi;
b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang telah ditetapkan;
c. pola penyakit;
d. efektifitas dan keamanan;
e. pengobatan berbasis bukti;
f. mutu;
g. harga; dan
h. ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepadaFormularium Nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakandaftar Obat yang disepakati staf medis,

6
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan
Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semuapenulis Resep,
pemberi Obat, dan penyedia Obat di RumahSakit. Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harussecara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dankebutuhan
Rumah Sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakitdikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomidari penggunaan Obat agar
dihasilkan Formularium RumahSakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhanpengobatan yang rasional.

Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:


a. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf
Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik;
b. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;
c. membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan
Terapi, jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;
d. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim
Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk
mendapatkan umpan balik;
e. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
f. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium
Rumah Sakit;
g. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
h. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf
dan melakukan monitoring.

Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium RumahSakit:


a. mengutamakan penggunaan Obat generik;

7
b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang
palingmenguntungkan penderita;
c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang
tertinggiberdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah danaman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkanuntuk pelayanan
dengan harga yang terjangkau.

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadapformularium Rumah Sakit,


maka Rumah Sakit harus mempunyaikebijakan terkait dengan penambahan atau
pengurangan Obatdalam Formularium Rumah Sakit dengan
mempertimbangkanindikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.

b) Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untukmenentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai denganhasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteriatepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obatdengan
menggunakan metode yang dapatdipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yangtelah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasimetode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengananggaran
yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:


a. anggaran yang tersedia;
b. penetapan prioritas;

8
c. sisa persediaan;
d. data pemakaian periode yang lalu;
e. waktu tunggu pemesanan; dan
f. rencana pengembangan.

c) Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untukmerealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektifharus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepatdengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu.Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulaidari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaianantara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan,pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauanproses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasiyang dipersyaratkan maka jika
proses pengadaan dilaksanakanoleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
melibatkantenaga kefarmasian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan SediaanFarmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety DataSheet
(MSDS).
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu
yang dapat dipertanggung jawabkan.

9
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegahkekosongan stok
Obat yang secara normal tersedia di RumahSakit dan mendapatkan Obat saat
Instalasi Farmasi tutup.

Pengadaan dapat dilakukan melalui:


a. Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian SediaanFarmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakaiharus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasayang berlaku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
1) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BahanMedis Habis
Pakai, yang meliputi kriteria umum dankriteria mutu Obat.
2) Persyaratan pemasok.
3) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
4) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlahdan waktu.

b. Produksi Sediaan Farmasi


Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentuapabila:
1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;
2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;
3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebihkecil/repacking;
5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalampenyimpanan/harus dibuat
baru (recenter paratus).

Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhipersyaratan mutu


dan terbatas hanya untuk memenuhikebutuhan pelayanan di Rumah Sakit
tersebut.

10
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan danpelaporan
terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus
disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
membantu pelayanan kesehatan, maka jenisSediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan
pasien di RumahSakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi
kepada pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan/ menolak
sumbangan/ dropping/ hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien
RumahSakit.

d) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaianjenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan hargayang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisifisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barangharus tersimpan dengan baik.

e) Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perludilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian.Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamananSediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasianyang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenisSediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai.

11
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untukmempersiapkan Obat
diberi label yang secara jelas terbacamemuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggalkadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unitperawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberilabel yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kuranghati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan
dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obatdisimpan secara


benar dan diinspeksi secara periodik.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus
disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahanapi dan
diberi tanda khusus bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dandiberi
penandaaan untuk menghindari kesalahanpengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gasmedis kosong terpisah dari tabung
gas medis yang adaisinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harusmenggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelasterapi, bentuk


sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

12
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First
Out(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasimanajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkanberdekatan dan harus diberi penandaan khusus untukmencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpananObat emergensi
untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempatpenyimpanan harus mudah diakses dan
terhindar daripenyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:


a. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan;
b. tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untukkebutuhan lain;
c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
d. dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dane. dilarang
untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

f) Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalamrangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempatpenyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetapmenjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.Rumah Sakit
harus menentukan sistem distribusi yang dapatmenjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di unit pelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:


a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

13
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, danBahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruangrawat disiapkan dan dikelola
oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan MedisHabis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harusdalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaanobat floor
stock kepada petugas farmasi daripenanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dankemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yangdisediakan di floor stock.

b. Sistem Resep Perorangan


Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan Resepperorangan/pasien rawat jalan dan rawat
inap melaluiInstalasi Farmasi.

c. Sistem Unit Dosis


Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan Resep peroranganyang disiapkan dalam unit
dosis tunggal atau ganda, untukpenggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem
unit dosis inidigunakan untuk pasien rawat inap.

d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bagi pasienrawat inap dengan menggunakan kombinasi
a + b atau b + c atau a + c.

14
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangatdianjurkan
untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem initingkat kesalahan
pemberian Obat dapat diminimalkan sampaikurang dari 5% dibandingkan
dengan sistem floor stock atauResep individu yang mencapai 18%.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untukdijangkau oleh


pasien dengan mempertimbangkan:
a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
b. metode sentralisasi atau desentralisasi.

g) Pemusnahan dan Penarikan


Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai bila:
a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. telah kadaluwarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d. dicabut izin edarnya.

15
Tahapan pemusnahan terdiri dari:
a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait;
d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku.

h) Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlahpersediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dapat dilakukanoleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Komite/TimFarmasi dan Terapi di Rumah Sakit.

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai adalah untuk:
a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;
b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; danc. memastikan
persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadikelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan,kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesananSediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah:
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slowmoving);
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalamwaktu tiga
bulan berturut-turut (death stock);

16
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

i) Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatanyang sudah berlalu.
Kegiatan administrasi terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatanpengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan BahanMedis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan,pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
pengendalianpersediaan, pengembalian, pemusnahan dan
penarikanSediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukanInstalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu (bulanan,triwulanan, semester atau
pertahun).
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan
yang berlaku.
Pencatatan dilakukan untuk:
1) persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
2) dasar akreditasi Rumah Sakit;
3) dasar audit Rumah Sakit; dan
4) dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:


1) komunikasi antara level manajemen;
2) penyiapan laporan tahunan yang komprehensifmengenai
kegiatan di Instalasi Farmasi; dan
3) laporan tahunan.

17
b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuanganmaka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan.
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan,
penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua
kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode
bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatanpenyelesaian
terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak terpakai karenakadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar dengancara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi,
AlatKesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihakterkait sesuai
dengan prosedur yang berlaku.

18
BAB III
TINJAUAN KHUSUS TENTANG TEMPAT PRAKTEK

A. SEJARAH PERKEMBANGAN RSUD TGK ABDULLAH SYAFII


RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh pada awalnya bernama
Rumah Sakit Beureunuen, dan pada tahun 2000 Pemerintah Kabupaten Pidie mulai
menganggarkan dana untuk pembangunan Rumah Sakit Beureunuen. Rumah Sakit
Beureunuen yang beralamat di Jalan Banda Aceh-Medan Km.125,5 Kota Mini
Beureunuen, pertama sekali memulai operasionalnya pada tanggal 4 April 2005
dengan bantuan sebuah NGO internasional yang berbasis di Perancis yaitu MSF
(Medicins Sans Frontier) tepatnya 100 hari setelah musibah gempa & tsunami
terjadi dan pada tanggal 30 April 2005 Rumah Sakit Beureunuen diresmikan oleh
Bapak Bupati Ir.Abdullah Yahya,MS.
Pada awal operasionalnya sejak bulan April 2005 sampai dengan bulan
Desember 2005 Rumah Sakit Beureunuen masih memfungsikan satu buah gedung
utama yang terdiri dari : UGD (2 bed), Ruang ICU (3 bed) Kamar Ruang Rawat
Inap (9 bed), Ruang Dressing, Ruang Observasi (3 bed), Ruang Sterilisasi yang
berada di lantai bawah, sedangkan untuk lantai atas dipergunakan untuk ruang
kantor dan ruang farmasi.
RSUD Tgk Abdullah Syafi’i Beureunuen membuka pelayanan 24 jam
dokter jaga, dan semua pasien tidak dilakukan pemungutan biaya apapun.
Masyarakat yang berobat terutama dari kalangan miskin, korban tsunami, dan
korban konflik. RSUD Tgk Abdullah Syafi’i Beureunuen juga melayani masalah
psikososial oleh tenaga psikolog dan psikiater. Pasien psikososial mengalami
masalah psikologi terutama berupa gangguan psikis setelah trauma (post traumatic
stress disorder), depresi dan gangguan cemas. Dari bulan Januari sampai dengan
bulan Desember 2005 kunjungan pasien cukup tinggi, yaitu jumlah pasien rawat
inap 808 pasien, jumlah pasien dressing 567 pasien, jumlah pasien rawat jalan 1375
pasien, jumlah pasien psikososial 51 pasien. Adapun jumlah staf yang bertugas
selama awal beroperasinya RSU Beureunuen adalah dokter umum 4 orang, perawat
26 Orang, cleaning service 5 orang, driver 3 orang dan security 4 orang.

19
Pada bulan Januari 2006 NGO MSF menarik diri dari RSUD Beureunuen
dengan alasan masa tanggap darurat pasca tsunami sudah selesai. Dalam
perkembangannya, tahun 2006 RSU Beureuneun berganti nama dan disahkan
operasionalnya dengan keluarnya SK Bupati Pidie No.73, tanggal 5 Februari 2006
tentang Operasional RSU Mutiara Beureunuen Kabupaten Pidie. Pada tahun 2006
total jumlah pasien adalah 4.396 pasien. Kapasitas bed ruang rawat inap meningkat
menjadi 18 bed, dan untuk pelayanan rawat jalan sudah dibuka poli umum dan
pasien dilayani oleh dokter umum tetapi pada jadwal tertentu dilayani oleh dokter.
Pada Tahun 2006 RSU Mutiara Beureunuen terus membenahi diri dengan
dibangunnya empat gedung baru yang didanai oleh BRR dan APBD yaitu Ruang
Rontgen, Ruang Dapur/Gizi, Ruang Laboratorium, dan Ruang Rawat Bedah
sehingga kedepan diharapkan RSU Mutiara Beureunuen dapat bersaing dengan
Rumah Sakit lain yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam dalam hal kualitas
pelayanan.
Pada tahun 2007 pelayanan pada RSU Mutiara Beureunuen sudah mulai ada
penambahan, yaitu pelayanan pemeriksaan laboratorium, pelayanan poli gigi, dan
pelayanan KIA (Persalinan, Rawat Anak, Imunisasi, dan termasuk Antenatal Care).
Jumlah staf pun mengalami penambahan berjumlah 81 orang. Pada tanggal
30 November 2007 keluar Registrasi dari Dinkes Provinsi Aceh No.
P2TSP.445/4173/2007, tentang Registrasi RSU Mutiara menjadi Rumah
Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Beureunuen
Pada tahun 2008, Bupati Pidie mengajukan Usulan Penetapan Kelas RSIA
Beureuneun kepada Menteri Kesehatan RI dengan surat usulan No. 065/7045,
tanggal 1 Juli 2008, namun sampai saat ini RSUD Tgk.Abdullah Syafi′i Beureunuen
belum ada Kelas. Selanjutnya pada tahun 2009 diusulkan untuk Registrasi RSIA
Beureunuen ke Kementerian Kesehatan RI, maka keluarlah Registrasi RSIA
Beureunuen berdasarkan surat No. IR.01.01/I.1/3362/2009, dengan nama Rumah
Sakit Ibu dan Anak Beureuneun, dengan kode Registrasi: 11.09.0.27. Sejak tahun
2010 RSIA Beureuneun disetujui oleh Kemenkes RI sebagai PPK Jamkesmas.
Seiring dengan perkembangan Kabupaten Pidie, RSUD Tgk.Abdullah
Syafi′i juga mengalami penambahan dalam hal jumlah tenaga, alat kesehatan dan

20
fasilitas lainnya.

B. VISI DAN MISI RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I


Adapun Visi dan Misi RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh
adalah sebagai berikut:
a. Visi
“Menjadikan RSUD Tgk.Abdullah Syafi′i sebagai Rumah Sakit Umum
Terbaik dan Menjadi Kebanggaan Masyarakat Kabupaten Pidie khususnya serta
Masyarakat Provinsi Aceh pada umumnya”.

b. Misi
1) Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah terbaik di Kabupaten Pidie.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
prima, terjangkau dan profesional.
3) Mengembangkan pembangunan gedung Rumah Sakit sesuai Master
Plan secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta
pengembangan fasilitas-fasilitas umum di Rumah Sakit agar mampu
memberikan rasa aman dan nyaman, serta menyenangkan bagi
pelanggan.
4) Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia pada semua lini
pelayanan di Rumah Sakit dalam rangka pencapaian standar pelayanan
minimal, memberikan pelayanan kesehatan perorangan dengan handal,
santun dan meningkatkan daya saing minimal di wilayah Kabupaten
Pidie.
5) Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan
pelanggan.

a. Tujuan
Tugas RSUD Tgk.Abdullah Syafi′i adalah melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu

21
dengan upaya peningkatan serta pencegahan, dan melaksanakan upaya
rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Fungsi
Berdasarkan tugas di atas, maka fungsi RSUD Tgk.Abdullah Syafi′i
Kabupaten Pidie adalah sebagai
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang medis dan non medis 2) Pelayanan asuhan
keperawatan
3. Pelayanan rujukan
4. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan 5) Pelaksanaan penelitian
5. Pengelolaan administrasi dan keuangan.
6. Struktur Organisasi

Pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi


RSUD Tgk Abdullah Syafii telah dituangkan dalam Qanun Kabupaten Pidie
Nomor 05 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah kabupaten Pidie, namun sampai kini belum disahkan struktur organisasinya
yang berdiri sendiri sebagai sebuah Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK).

C. Struktur Organisasi RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I BEUREUNUEN


1. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Tgk Abdullah
Syafi’i Beureunuen terdiri dari :

22
2. Bagian Tata Usaha, Terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum Kepegawaian
b. Sub Bagian Data dan Penyusupan Program dan
c. Sub Bagian Keuangan dan perlengkapan
3. Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari :
a. Seksi Rawar Jalan dan
b. Seksi Rawat Inap
4. Bidang Rujukan dan Rekam Medik, terdiri dari :
a. Seksi Rujukan dan
b. Seksi Pendataan dan Evaluasi Medik.

D. INSTALSI FARMASI RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I


Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu
departemen atau unit bagian dari suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang
apoteket dan dibantu oleh beberapa apoteker yang memenuhi persyaratan
perundang-undang yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan peripuna mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan pembekalan kesehatan atau seduaab farmasi,
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal maupun rawat jalan,
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan dirumah sakit.

Didalam Keputusan materi kesehatan Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah


sakit, persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau. Pelayanan sediaan
farmasi dirumah sakit harus mengikuti standar pelayanan kefarmasian. Pengelola
alat kesehatan, sediaan farmasi sistem satu pintu. Besaran harga perbekalan farmasi
pada instalasi farmasi rumah sakit harus wajar dan berpatokan kepada harga
patokan yang ditetapkan pemerintah. Hal tersebut juga terdapat dalam keputusan
mentri kesehatan nomor 72 Tahun 20016 Tentang standar pelayanan farmasi
dirumah saket.

23
E. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN
BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a) Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan
formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi; Standar sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah ditetapkan; pola
penyakit; efektifitas dan keamanan; pengobatan berbasis bukti; mutu; harga; dan
ketersediaan di pasaran.

b) perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara
lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

c) pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan.Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

24
d) penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi
atau sumbangan.Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen
terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

e) penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan dilakukan
pendistribusian.Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian.Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

f) pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan
pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di unit
pelayanan.

g) pemusnahan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan
dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai bila

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN


BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi,Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh
rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dana dministrasi yang diperlukan bagi
kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan MedisHabis
Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir danmenggunakan
proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dankendali biaya. Dalam
ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan AlatKesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu. AlatKesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu
berupaalat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain
alatkontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasukpembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian SediaanFarmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuanuntuk mengutamakan kepentingan pasien
melalui Instalasi Farmasi.Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BahanMedis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan
tanggungjawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan
Farmasi,Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
yangdilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi.

26
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai
satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;2. standarisasi Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;3. penjaminan mutu Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;4. pengendalian harga
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;5. pemantauan
terapi Obat;6. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);7. kemudahan
akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akurat;8. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan9.
peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemenpengunaan Obat
yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulangsekurang- kurangnya sekali
setahun. Peninjauan ulang sangatmembantu Rumah Sakit memahami kebutuhan
dan prioritas dariperbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan Obat yang
berkelanjutan.
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obatuntuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai(high- alert
medication). High-alert medication adalah Obat yang harusdiwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahanserius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan ReaksiObat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok Obat high-alertdiantaranya:
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupadan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
3. Obat-Obat sitostatika.

27
B. PELAYANAN KEFARMASIAN DI RSUD TGK CHIK DITIRO
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

a. Pelayanan farmasi klinik.


Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

b. Depo Farmasi
1. Depo gudang farmasi
Gudang farmasi merupakan sarana pendukung kegiatan produksi dan

28
operasi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan
kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan. Gudang juga berfungsi untuk
melindungi bahan (baku dan pengemas) dan obat jadi dari pengaruh luar dan
binatang pengerat, serangga serta melindungi obat dari kerusakan. Agar dapet
menjalankan fungsi tersebut, maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan
secara benar atau yang sering disebut dengan manajemen pergudangan.
Manajemen pergudangan adalah segala upaya pengelolaan gudang yang
meliputi penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian
dan pemusnahan, serta pelaporan material dann peralatan agar kualitas dan
kuantitas terjamin.

Manfaat adanya gudang farmasi adalah


a. Terjaganya kulitas dan kuantitas perbekalan kesehatan
b. Tertatanya perbekalan kesehatan
c. Peningkatan pelayanan pendistribusian
d. Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat dan actual
e. Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan serta tertib
administrasi.

Alur pelayan gudang


a. Perencanaan
b. Pengadaaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah di rencanakan dan disetujui, melalui :
1. Pembelian
- Secara tender (oleh panitia pembelian barang farmasi)
- Secara langsung dari pabrik atau distributor atau PBF atau
rekanan
2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi
- Produksi steril
- Produksi non steril

29
3. Sumbangan/ dropping/ hibah
c. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan pembekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan :
- Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
- Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya
- Mudah tidaknya meledak untuk terbakar
2. Pelayanan Resep di Apotek
a. Pelayanan Resep Depo Rawat Inap
Pelayanan obat di depo rawat inap yaitu pelayanan CPO dari
setiap orang perawatan.
Berikut pelayanan CPO di Rawat Inap.
a. Petugas depo farmasi menerima resep dan CPO dari ruang
perawatan
b. Petugas depo farmasi melakukan telaah resep pada tahan awal
c. Petugas farmasi menyiapkan perbekalan farmasi dengan
ketentaun unuk obat oral disisipkan cara penggunaanya pada
etiket.
d. Petugas depo farmasi melakukan konfirmasi ke dokter jika
penulisan resep tidak jelas dan jenis perbekalan yang diresepkan
tidak tersedia
e. Sebelum perbekalan farmasi diserahkan petugas depo farmasi
melakukan telah resep tahap akhir dan memeriksa kesesuaian
jumlah perbekialan farmasi yang akan diserahkan
f. Petugas depo farmasi mengantar perbekalan farmasi keruang
perawatan serta meminta paraf perawat pada kolom penerima
resep setelah mencek kesesuaian jumlah obat yang diminta.
g. Petugas farmasi membawa kembali dokumen CPO dan
diserahkan pada operator pengimput resep.

30
b. Pelayanan Resep Depo Rawat Jalan
Pelayanan obat di depo rawat jalan yaitu pelayanan resep dari
poli rawat jalan yang dibawa sendiri oleh pasien / keluarga pasien.
Berikut pelayanan resep di rawat jalan :
a. Petugas dpo farmasi menerima resep dari pasien/keluarga pasien
b. Petugas depo farmasi melakukan pemeriksaaan kelengkapan
resep, seperti
1) Tanggal penulisan resep
2) Nama dokter
3) Nama obat, jenis obat dan jumlah obat
4) Cara pembuatan (diracik atau tidak)
5) Aturan pakai
6) Nama pasien
7) Umur pasien
c. Petugas depo farmasi melakukan entry data dikomputer serta
menuliskan harga obat dalam resep
d. Jika ada obat racikan dihitung sesuai dengan dosis sedangkan
untuk obat non racik langsung disiapkan sesuai dengan resep
e. Petugas farmasi memeriksa kesesuaian perbekalan farmasiyang
diminta sesuai dengan resep
f. Petugas depo farmasi melakukan pengemasan serta pemberian
etiket sesuai dengan resep dokter
g. Sebelum obat diserahkan, petugas yang menyerahkan obat
menelii kembali obat yang telah disiapkan sesuai dengan resep
serta dikomfirmasi ulang data pasien tersebut.
h. Petugas depo farmasi melakukan penyerahan serta memberikan
informasi yang tepat tentang cara penggunaan obat kepada
pasien.

31
c. Depo IGD
Depo instalasi gawat darurat (IGD) merupakan salah satu yang
memberikan pelayanan perbekalan farmasi selama 24 jam kepada
pasien maupun kepada dokter/perawat yang melakukan tindakan
perawatan kepada pasien.
Berikut pelayanan resep di IGD :
a) Menerima resep
b) Memeriksa kelengkapan resep
c) Memasukkan obat ke plastic yang telah disediakan
d) Menuliskan etiket untuk obat yang akan diserahkan
e) Melakukan enty data di computer

d. Depo OK
1. Terima lembar permintaan obat dan BMHP (Bahan medis Habis
Pakai) untuk tindakan anestesi dan bedah.
2. Siapkan obat dan BMHP sesuai permintaan
3. Tulis setiap pengeluaran obat dan BMHP dari depo farmasi OK di
buku pengeluaran.
4. Jika operasi sudah selesai, cek kembali pemakaian obat dan BMHP.
5. Masukkan kedalam billing pasien pemakaian obat dan BMHP
6. Print out data pemakaian obat dan BMHP perpasien.

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dengan adanya praktek kerja lapangan di RSUD Tgk Abdullah Syafi’I
Beureunuen kami dapat melakukan pengelola perbekalan farmasi.
Mampu melakukan peracikan resep sesuai resep dibawah bimbingan
apoteker ,melatih ke disiplinan siswa dalam dunia kerja.
2. Untuk melatih kedisiplinan siswa/siswi dalam dunia kerja.
3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab profesionalisme di dalam dirinya
melalui praktek kerja lapangan
4. Dengan adanya praktek lapangan siswa mempunyai kemampuan diri
dalam pengetahuan dan etika kefarmasian.
5. Dapat memahami tentang pengelolaan perbekalan farmasi dan
pelayanan farmasi klinis.
6. Dapat membaca resep dokter
7. Dapat mengetahui faktur dan buku defekta
8. Dapat mengetahui dan menulis kartu stok obat.

B. Saran
Semoga kedepannya RSUD Tgk Abdullah Syafi’I Beureunuen dapat terus
meningkatkan pelayanan kefarmasian dan menjadi tempat pelayanan kefarmasian
yang terbaik di kabupaten Pidie.
Kedepannya dapat terus menerima dan membimbing kami siswa/siswi dari SMK
Lilawangsa Sigli dan menjadi tempat praktek pilihan.

33
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/article/gambaran-umum-rsud-tgk-abdullah-syafii-hasil-
penelitian.z1d7613d

https://www.studocu.com/id/document/universitas-padjadjaran/fakultas-
keperawatan/permenkes-nomor-72-tahun-2016/44725592

34
FOTO RESEP RACIKAN

35
FOTO RESEP NON RACIKAN

36
FOTO OBAT GENERIK

37
FOTO OBAT BERMEREK

38
FOTO JENIS ALKES

39
FOTO BMHP

40
FOTO OBAT LASA

FOTO OBAT HIGH ALERT

41
FOTO OBAT YANG DISIMPAN DALAM KULKAS

42
FOTO LEMARI DAN DAFTAR OBAT NARKOTIKA

FOTO DAFTAR OBAT PSIKOTROPIKA

43

Anda mungkin juga menyukai