Anda di halaman 1dari 27

Analisa Eksegetis Kejadian 3:1-13

Sifat Dasar Manusia dan Refleksi Konsekuensi Dosa

Sebagai bagian dari tugas dalam perkuliahan Eksegesis Perjanjian Lama,


maka penulis memilih teks dari Kejadian 3:1-13 untuk dianalisa dengan mengikuti
langkah-langkah eksegese Perjanjian lama secara tepat.

BAB I
Pendahuluan
Kejadian 3 sering juga disebut sebagai "pasal paling tragis dalam Alkitab." 1
Hal ini dikarenakan di pasal ini dikisahkan tentang godaan, kejatuhan, dan hukuman
atau konsekuensi yang terjadi pada umat manusia akibat pelanggarannya. Pasal ini
adalah pasal yang memuat dasar dari pandangan Kristen tentang manusia dan
dosa, karena menjelaskan sifat umat manusia dan pengaruh dosa terhadap
manusia, yang juga merupakan dasar dari narasi besar tentang keselamatan yang
diceritakan melalui keseluruhan Alkitab. Makalah ini akan memberikan analisis
eksegetis dari Kejadian 3: 1-13 untuk menunjukkan implikasi yang seharusnya
dimiliki dari bahasa asli mengenai pemahaman dan pengajaran dari bagian pasal ini.

BAB II
Eksegese Kejadian 3:1-13
Berikut ini penulis akan menyajikan hasil analisa eksegese Kejadian 3:1-13, sebagai
berikut:
A. Terjemahan (beserta beberapa teks perbandingan)
1. TERJEMAHAN BARU (BAHASA INDONESIA)

Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan
oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah
berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini
boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman,
Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

1
H. C Leupold, Exposition Of Genesis. (Grand Rapids: Baker Book House, 1942), hal 139.
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang
jahat." Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia
mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya
yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah
mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka
menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi
langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,
bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-
pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman
kepadanya: "Di manakah engkau?" Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa
Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku
bersembunyi." Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa
engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau
makan itu?" Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,
dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Kemudian
berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat
ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."

2. NASB (NEW AMERICAN STANDARD BIBLE)

Now the serpent was more crafty than any beast of the field which the LORD God
had made. And he said to the woman, "Indeed, has God said, 'You shall not eat
from any tree of the garden'? "The woman said to the serpent, "From the fruit of
the trees of the garden we may eat; but from the fruit of the tree which is in the
middle of the garden, God has said, 'You shall not eat from it or touch it, or you
will die.' "The serpent said to the woman, "You surely will not die! "For God knows
that in the day you eat from it your eyes will be opened, and you will be like God,
knowing good and evil." When the woman saw that the tree was good for food,
and that it was a delight to the eyes, and that the tree was desirable to make one
wise, she took from its fruit and ate; and she gave also to her husband with her,
and he ate. Then the eyes of both of them were opened, and they knew that they
were naked; and they sewed fig leaves together and made themselves loin
coverings. They heard the sound of the LORD God walking in the garden in the
cool of the day, and the man and his wife hid themselves from the presence of the
LORD God among the trees of the garden. Then the LORD God called to the man,
and said to him, "Where are you?" He said, "I heard the sound of You in the garden,
and I was afraid because I was naked; so I hid myself. "And He said, "Who told you
that you were naked? Have you eaten from the tree of which I commanded you not
to eat? "The man said, "The woman whom You gave to be with me, she gave me
from the tree, and I ate." Then the LORD God said to the woman, "What is this you
have done?" And the woman said, "The serpent deceived me, and I ate."

3. NRSV (NEW REVISED STANDARD VERSION)

NOW the serpent was more crafty than any other wild animal that the LORD God
had made. He said to the woman, “Did God say, ‘You shall not eat from any tree
in the garden’?” The woman said to the serpent, “We may eat of the fruit of the
trees in the garden; but God said, ‘You shall not eat of the fruit of the tree that is
in the middle of the garden, nor shall you touch it, or you shall die.’ ” But the
serpent said to the woman, “You will not die; for God knows that when you eat of it
your eyes will be opened, and you will be like God, knowing good and evil.” So
when the woman saw that the tree was good for food, and that it was a delight to
the eyes, and that the tree was to be desired to make one wise, she took of its fruit
and ate; and she also gave some to her husband, who was with her, and he ate.
Then the eyes of both were opened, and they knew that they were naked; and
they sewed fig leaves together and made loincloths for themselves. They heard the
sound of the LORD God walking in the garden at the time of the evening breeze,
and the man and his wife hid themselves from the presence of the LORD God
among the trees of the garden. But the LORD God called to the man, and said to
him, “Where are you?” He said, “I heard the sound of you in the garden, and I was
afraid, because I was naked; and I hid myself.” He said, “Who told you that you were
naked? Have you eaten from the tree of which I commanded you not to eat?” The
man said, “The woman whom you gave to be with me, she gave me fruit from
the tree, and I ate.” Then the LORD God said to the woman, “What is this that you
have done?” The woman said, “The serpent tricked me, and I ate.”
4. BIBLIA HEBRAICA STUTTGARTENSIA

Ayat 1
hw"åhy> hf'Þ[' rv<ïa] hd<êF'h; tY:åx; ‘lKomi ~Wrê['
hy"åh' ‘vx'N"h;w>
Yahweh äsäh ásher hasSädeh chaYat mikKol ärûm häyäh wehaNächäsh

Wlêk.ato) al{å ~yhiêl{a/ rm:åa'-yKi( @a;… hV'êaih'ä-la,


‘rm,aYO’w: ~yhi_l{a/
tokhe'lû lo Elohiym Kiy-ämar ap el-häiSHäh waYomer Elohiym

`!G")h; #[eî lKoßmi


hagGän ëtz mikKol

Ayat 2
`lke(anO !G"ßh;-#[e( yrIïP.mi vx'_N"h;-la,
hV'Þaih'( rm,aToïw:
waTomer häiSHäh el-haNächäsh miP'riy ëtz-haGän nokhël

Ayat 3
‘Wlk.ato) al{Ü ~yhiªl{a/ rm:åa' è!G"h;-%AtB. rv<åa] é#[eh'
yrIåP.miW
ûmiP'riy häëtz ásher B'tôkh'-haGän ämar élohiym lo tokh'lû

`!Wt)muT.-!P, AB+ W[ßG>ti al{ïw> WNM,êmi


miMeNû w'lo tiG'û Bôw Pen-T'mutûn

Ayat 4
`!Wt)muT. tAmß-al{) hV'_aih'(-la, vx'ÞN"h; rm,aYOðw:

~k,_ynEy[e( Wxßq.p.nIw> WNM,êmi ~k,äl.k'a] ‘~AyB. yKiª


~yhiêl{a/ [;dEäyO yKi…

`[r"(w" bAjï y[eÞd>yO ~yhiêl{aKe( ‘~t,yyIh.wI

~yIn:©y[el' aWhå-hw"a]t;( ykiów> lk'øa]m;l. #[e’h' •bAj


yKiä hV'‡aih'( ar<Teäw:
!TEôTiw: lk;_aTow: Ayàr>Pimi xQ:ïTiw: lyKiêf.h;l. ‘#[eh'
dm'Ûx.n<w>

`lk;(aYOw: HM'Þ[i Hv'²yail.-~G:

hleä[] ‘WrP.t.YIw:) ~he_ ~MiÞrUy[e( yKiî W[êd>YEåw:


~h,êynEv. ynEåy[e ‘hn"x.q;’P'Tiw:

`tro)gOx] ~h,Þl' Wfï[]Y:w: hn"ëaet.

~AY=h; x:Wrål. !G"ßB; %LEïh;t.mi ~yhi²l{a/ hw"ôhy> lAq’-


ta, W[úm.v.YIw:)

`!G")h; #[eî %AtßB. ~yhiêl{a/ hw"åhy> ‘ynEP.mi ATªv.aiw>


~d"øa'h'( aBe’x;t.YIw:

`hK'Y<)a; Alß rm,aYOðw: ~d"_a'h'(-la, ~yhiÞl{a/ hw"ïhy>


ar"²q.YIw:

`abe(x'aew" ykinOàa' ~roïy[e-yKi( ar"²yaiw" !G"+B;


yTi[.m;Þv' ^ïl.qo-ta, rm,aYO¨w:

^yti²yWIci rv<ôa] #[eªh'-!mih] hT'a'_ ~roßy[e yKiî ^êl.


dyGIåhi ymi… rm,aYO¨w:

`T'l.k'(a' WNM,Þmi-lk'a] yTiîl.bil.


yLiî-hn"t.n") awhi² ydIêM'[i hT't;än" rv<åa]
‘hV'aih'( ~d"_a'h'( rm,aYOàw:

`lke(aow" #[eÞh'-!mi

hV'êaih'( ‘rm,aTo’w: tyfi_[' taZOæ-hm; hV'Þail' ~yhi²l{a/


hw"ôhy> rm,aYO“w:

`lke(aow" ynIa:ßyVihi vx'îN"h;

5. TERJEMAHAN PENULIS
Sekarang, ular berbisa adalah yang paling licik daripada semua binatang buas di
daratan yang telah diciptakan oleh Allah Yahweh. Dan dia berkata kepada
perempuan itu, “Pastilah (Tentulah) Allah telah memerintahkan untuk tidak boleh
memakan semua buah di dalam taman!”. Dan perempuan itu menjawab kepada ular
berbisa, “Buah dari pohon-pohon di taman ini boleh kami makan, tetapi buah dari
pohon yang ada di tengah taman ini, telah diperintahkan Allah: jangan kamu makan
itu atau meraba itu, atau mati (bisa mati). Dan ular berbisa berkata kepada
perempuan itu, “Bukan demikian, kamu pasti tidak akan mati, karena Allah
mengetahui bahwa di hari kamu memakannya matamu kemudian akan terbuka, dan
kamu akan menjadi sama seperti Allah, dapat mengetahui apa yang baik dan apa
yang jahat. Ketika perempuan melihat bahwa pohon itu baik untuk dijadikan
makanan, dan nampak sedap dipandang dan adalah pohon yang sangat menarik
hati karena dapat membuat seseorang menjadi bijak, kemudian dia mengambil buah
pohon itu dan memakannya dan juga memberikannya kepada suaminya yang
disampingnya dan diapun memakannya. Dan terbukalah kedua mata mereka
berdua, dan mereka tahu (menyadari) bahwa mereka telanjang, dan mereka
bersama-sama merangkai (menganyam) dari daun pohon ara dan membuat penutup
(rok) bagi mereka. Dan mereka mendengar suara Allah Yahweh berjalan di dalam
taman, di saat hari yang sejuk, dan mereka menyembunyikan diri mereka, Adam
(manusia) dan istrinya, dari hadapan (wajah) Allah Yahweh di antara pohon-pohon di
dalam taman. Dan dipanggilnyalah Adam (manusia) oleh Allah Yahweh dan berkata
kepadanya, “dimanakah engkau?” Maka jawabnya, “aku mendengar suara-Mu di
dalam taman dan aku takut, karena aku telanjang, dan aku menyembunyikan diriku.
Dan Dia berkata, “siapa yang memberitahumu bahwa kamu telanjang? Apakah
kamu telah memakan dari pohon yang telah kuperintahkan untuk tidak kamu
makan? Dan Adam (manusia) menjawab, “perempuan yang telah Engkau berikan
disampingku, dia memberikan kepadaku dari pohon itu dan aku memakannya”. Dan
berkatalah Allah Yahweh kepada perempuan itu, “Apakah yang telah engkau
perbuat ini?”, Dan jawab perempuan itu “ular berbisa itu menipu aku, dan aku
memakannya”.

B. Analisa Konteks Historis dan Budaya


Kitab-kitab Perjanjian Lama jarang menyertakan informasi kepenulisan, jadi
kita perlu mencari sumber dari luar Alkitab untuk menemukan data kepengarangan.
Kitab Kejadian, menurut para ahli dan sarjana Alkitab, dutulis oleh Musa ketika Musa
berada di Midian, untuk mengajar dan menghibur saudara-saudaranya yang
menderita di Mesir. Tetapi Matthew Henry lebih berpendapat bahwa ia menulisnya di
padang gurun, setelah ia berada di gunung bersama Allah, di mana, ada
kemungkinan, ia menerima pengajaran-pengajaran secara penuh dan khusus untuk
menuliskannya.2 Dan, sama seperti Musa membangun Kemah Suci, demikian pula
ia membentuk bangunan yang lebih unggul dan lebih bertahan lama untuk kitab ini,
persis seperti rancangan yang ditunjukkan kepadanya di gunung. Rancangan yang
diperolehnya di gunung itu lebih baik dalam memastikan kebenaran segala perkara
yang termuat di sini daripada yang bisa dipastikan di dalam tradisi-tradisi lain yang
kemungkinan diteruskan dari Adam ke Metusalah, dari Metusalah ke Sem, dari Sem
ke Abraham, dan seterusnya sampai kepada keluarga Yakub.
Kejadian atau Genesis adalah nama yang dipinjam dari bahasa Yunani. Kata
itu berarti asal-usul, atau silsilah. Tepatlah kitab ini disebut demikian, sebab kitab ini
adalah sejarah asal-usul, mengenai penciptaan dunia, masuknya dosa dan maut ke
dalamnya, penemuan-penemuan berbagai keterampilan, munculnya bangsa-
bangsa, dan terutama penanaman jemaat Allah, dan keadaannya pada masa-masa

2
Matthew Henry, Genesis: Complet Bible Commentaries Verse by Verse (Michigan: Zondervan Bible Study
Books, 2016), hal 23
awal. Kitab ini juga merupakan sejarah keturunan, yakni keturunan Adam, Nuh,
Abraham, dan seterusnya.
Musa menulis kitab Kejadian untuk orang-orang Israel, yang dia pimpin keluar
dari perbudakan di Mesir untuk kembali ke tanah leluhur mereka. Kitab Kejadian
memberikan sejarah para leluhur itu, yaitu asal-usul mereka, perjalanan mereka, dan
perjanjian mereka dengan Tuhan. Karena peristiwa yang terkandung dalam sisa
Pentateuch, yang adalah tanggapan atas janji-janji Tuhan yang ditemukan dalam
Kejadian, dan sejarah interaksi Tuhan dengan leluhur mereka tersebut akan
memberikan dorongan dan inspirasi kepada mereka yang adalah orang-orang yang
pernah diperbudak di Mesir dan yang saat utu sedang mencari kebebasan dan
kemakmuran di Tanah Perjanjian.

C. Analisa Genre dan Sastra


Kitab Kejadian pada dasarnya terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Kejadian
1-11 (yang juga dikenal sebagai narasi sejarah primordial atau awal mula manusia)
dan Kejadian 12-50 (yang merupakan narasi kisah para Leluhur Israel: Abraham,
Ishak, Yakub, dan Yusuf). Meskipun gaya penuturan kedua bagian tersebut sama-
sama mengandung unsur naratif, namun Kejadian 1-11 sangat berbeda dari
Kejadian 12-50. Ketika pembaca sampai pada kisah Abraham dalam Kejadian 12,
maka kita akan menemukan berbagai nama-nama kota, negeri, penanda geografis,
dan hal-hal seperti itu dengan jelas dan mudah dikenali oleh karena nama-nama
tersebut sebagiannya masih dapat ditemui dan sebagian lagi tercatat dengan baik di
dalam catatan-catatan tradisi dan penemuan arkeologi timur tengah. Tetapi kita
menemukan kesulitan tersendiri dengan nama-nama orang maupun tempat-tempat
yang dicantumkan dalam Kejadian 1-11. Tidak ada yang bisa kita temukan secara
geografis atau historis. Selain itu, ada banyak hal dalam Kejadian 1-11 yang
terdengar sangat mirip dengan narasi-narasi yang ditemukan dalam naskah-naskah
Timur Dekat kuno lainnya yang bukan termasuk dalam kategori naskah-naskah
sejarah, hanya merupakan narasi kisah-kisah mitos.
Mengingat hal itu, maka cukup sulit untuk menentukan genre kitab Kejadian,
khususnya bagian teks yang kita sedang analisa. Dikarenakan Kejadian 1-11
dimaksudkan untuk dipahami sebagai catatan ilmiah atau sejarah. Oleh karena
itulah teks Kejadian 1-11 bukan sekedar narasi yang mengandung unsur-unsur
mitologi semata-mata, namun merupakan catatan ilmiah yang disampaikan dengan
menggunakan alur penuturan layaknya mitologi Timur dekat kuno pada masa itu.
Masalah yang jelas dari penggunaan istilah, "mitos", adalah bahwa beberapa
orang langsung berpikir saya mengatakan Kejadian 1-11 "tidak benar" atau "adalah
dongeng." Namun dipahami dengan tepat, “mitos” tidak lebih dari genre sastra
tertentu, seperti puisi, perumpamaan, dan sejarah adalah genre sastra yang
berbeda. Dan di dunia kuno, ketika orang berbicara tentang dewa mereka dan
pandangan mereka tentang tujuan dan makna akhir, mereka tidak menulis sejarah;
mereka menggunakan genre penulisan yang sekarang kami beri label sebagai
"mitos". Unsur-unsur fakta menjadi dasar pembedaan antara teks Kejadian 1-11
dengan kumpulan mitos-mitos timur dekat kuno yang memiliki kemiripan dengan
kisah-kisah dalam Kejadan 1-11. Misalnya contoh kasus, narasi Epic of Gilgamesh
berisi cerita banjir yang sangat mirip dengan cerita Nuh dalam Kejadian 6-9. Oleh
karena itu, karena semua orang melabeli Gilgames sebagai mitos Timur Dekat kuno,
dan karena kisah Nuh sangat mirip, maka memang pantas untuk mengatakan
bahwa kisah Nuh cocok dengan genre yang sama dengan Gilgames. Namun, dalam
kaitannya dengan fakta-fakta sejarah maka kita harus dengan tegas mengatakan
bahwa kisah Epic of Gilgames tidak benar dan kisah Nuh itu benar, bukan saja
karena Gilgamesh mendapatkan fakta yang salah dan cerita Nuh membuatnya
benar, tetapi karena apa yang diajarkannya tentang dewa dan umat manusia jelas
salah dan kisah Nuh lebih mengandung fakta-fakta kebenaran.
Pasal-pasal ini sangat dicirikan oleh dua karya seni sastra tipe yang sangat
berbeda. Satu set teks (termasuk pasal 1; 5; 10; 11: 10-26) dibedakan dengan
karakter skematis dan pengaturan logis yang cermat. Rangkaian petikan kedua
(pasal 2–3; 4; 6–9; 11: 1-9) sangat berbeda. Disini digunakan bentuk cerita.
Misalnya, di pasal 2–3 kita mendengar narasi sastra yang indah, hampir seperti
sebuah drama. Setiap adegan digambar dengan beberapa guratan tebal dan
sejumlah gambar. Penulis senang dengan gaya pengkisahan yang naif, tetapi
ekspresif, penuh ekspresi kat-kata kiasan antropomorfisme, yang seringkali
menggambarkan Tuhan dalam istilah manusiawi.3

D. Analisa Konteks Dekat – Konteks Jauh

3
William Sanford Lasor, David Allan Hubbard and Frederic William Bush, “Old Testament Survey: The Message,
Form and Background of The Old Testament” (Michigan: Ermands Publishing Co., 1996), hal 24
Pertama-tama teks Kejadian 3:1-13 harus dilihat dalam konteks kitab
Kejadian secara keseluruhan, sebab teks tersebut tidak akan bisa terlepas dari
keterkaitan dengan bagian lain dalam kitab Kejadian yang adalah kitab permulaan
dan berisi dasar-dasar bagi sebagian besar teologi Perjanjian Lama. Letak Kejadian
3:1-13 dalam kitab Kejadian dapat dilihat dari pembagian kitab ini ke dalam dua
bagian besar, yakni pertama pasal 1:1-11:26 tentang sejarah zaman purbakala atau
sering disebut dengan zaman penciptaan atau zaman sebelum bapa leluhur Israel;
dan yang kedua pasal 11:27-50:26 yang berbicara tentang sejarah nenek moyang
bangsa Israel. Ini menunjukkan bahwa Kejadian 3:1-13 ini terletak pada konteks
bagian pertama kitab Kejadian, yaitu pasal 1:1-11:26 (yang juga biasa disebut
dengan toledot atau permulaan).
Secara spesifik, Kejadian 3:1-13 ini terletak pada bagian toledot pertama,
yaitu pasal 2:4-4:26 tentang hal yang terjadi pada bumi ketika diciptakan, sebab
pasal 1:1-11:26 terbagi dalam enam bagian toledot. Bagian pertama adalah kisah
penciptaan langit dan bumi (1:1-2:3) dan selanjutnya diikuti dengan lima toledot yang
lain, yakni toledot langit dan bumi (2:4-4:26), toledot garis keturunan Adam (5:1-6:8),
toledot Nuh (6:9-9:29), toledot anak-anak Nuh: Sem, Ham, Yafet (10:1-11:9), dan
toledot Sem (11:10-26).
Formula toledot ini dimulai dari pasal 2:4, terlihat dari kalimat pembuka dari
ayat tersebut: yang diterjemahkan sebagai berikut: “Inilah riwayat langit dan bumi itu
ketika (pada waktu) diciptakannyalah mereka”. Dan pada akhirnya formula pertama
ini berakhir pada pasal 4:26. Jadi pasal 3:1-13 termasuk ke dalam suatu peristiwa
yang terjadi setelah penciptaan langit dan bumi dan segala isinya dalam konteks
kitab Kejadian ini.
Pasal 3 sendiri dapat dibagi dalam empat bagian besar, yaitu: pasal 3:1-7
berbicara tentang pencobaan dan kejatuhan manusia, pasal 3:8-13 berbicara
tentang respon manusia setelah kejatuhannya, pasal 3:14-19 berbicara tentang
Penghakiman Allah atas manusia yang berdosa, dan pasal 3:20-24 berbicara
tentang diusirnya manusia dari taman Eden. Ada dua hal dalam bagian ini, yakni
respon manusia setelah hukuman dijatuhkan dan tindakan Allah atas manusia
setelah hukuman disampaikan. Respon manusia tersebut terlihat dari ungkapan
yang menyatakan adanya harapan manusia itu untuk hidup (ayat 20) dan
selanjutnya Allah memberikan apa yang menjadi kebutuhan manusia pada saat itu,
yakni mengenakan pakaian kepada manusia itu (ayat 21), 3:22-24 Allah mengusir
manusia itu dari taman Eden supaya tidak memakan buah pohon itu dan mereka
hidup selama-lamanya dalam keadaan berdosa. Nats pokok dalam tesis ini adalah
bagian kedua dan ketiga dari pasal 3 ini, tentunya tidak dapat dipisahkan dari bagian
pertama yang merupakan awal dari kisah kejatuhan ini.
Dari pasal 3:1-7 terlihat proses kejatuhan manusia ke dalam dosa. Di sini ular
memperdayakan perempuan itu dan menanyakan tentang apa yang telah
difirmankan Allah kepada mereka mengenai buah pohon yang ada dalam taman itu.
Kemudian ular itu memperdayakan perempuan itu untuk melakukan apa yang
dilarang oleh Allah. Selanjutnya perempuan itu memakan buah itu dan
memberikannya juga kepada suaminya yang bersama dengan dia. Pasal 3:8-19
terbagi menjadi dua bagian yakni bagian pertama ayat 8-13 mengenai bagaimana
Allah mendekati, mencari dan bertanya kepada manusia itu. Sebab rasa malu akibat
dari dosa yang dilakukan membuat manusia dan perempuan itu menyembunyikan
diri dari hadapan Allah di antara pohon-pohon dalam taman itu, namun justru pada
saat itulah TUHAN Allah datang dan memanggil manusia itu. 4 Kemudian bagian
kedua adalah ayat 14-19 dimana Allah menjatuhkan hukuman atas ular perempuan
dan manusia itu sebagai akibat dari ketidaktaatan kepada perintah Allah.
Pasal 3:20-21 adalah bagian akhir dari nats pokok tesis ini. Bagian ini terdiri
dari dua hal yakni: ayat 20 berbicara tentang respon manusia setelah hukuman
dijatuhkan oleh Allah. Setelah dihukum oleh Allah, maka manusia itu memberi nama
Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. 5 Ini
berarti bahwa meskipun manusia itu telah dihukum karena kesalahan mereka,
namun manusia itu percaya bahwa masih ada harapan untuk hidup setelah peristiwa
itu. Kemudian ayat 21 adalah tindakan Allah setelah manusia itu dihukum. Allah
membuat pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya kepada manusia itu.
Akhirnya 3:22-24, Allah mengusir mereka dari dalam taman itu supaya mereka
jangan memakan buah pohon kehidupan di tengah taman itu.

E. Struktur dan Garis Besar Teks

Bagian I : Strategi Pencobaan Setan (Ayat 1-5)


a. Penyesatan terhadap firman (Ayat 1-3)

4
J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, pen., Naipospos, 27.
5
LAI, Alkitab Terjemahan Baru: Kejadian 3:20.
b. Iming-iming kebebasan, kekuasaan dan kenikmatan (Ayat 4-
5)

Ayat 1
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan
oleh TUHAN Allah.
Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua
pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

Ayat 2
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu:
"Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,

Ayat 3
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman,
Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu
mati."

Ayat 4
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,

Ayat 5
tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka,
dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang
jahat."

Bagian II : Kegagalan dan Kejatuhan Manusia (Ayat 6)


a. Kegagalan “menguasai matanya”
b. Kegagalan “menguasai nafsu mulutnya”
c. Kegagalan “menguasai keinginan hatinya”

Ayat 6
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan
dan sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya
dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia,
dan suaminyapun memakannya.

Bagian III : Akibat Dosa dan Respon Allah Setelah Kejatuhan (Ayat 7-13)
a. Manusia menyadari ketelanjangannya (Ayat 7)
b. Allah “Mencari Manusia” (Ayat 8-9)
c. Manusia Takut dan Malu sehingga bersembunyi (Ayat 10-11)
d. Manusia mencari pembenaran diri (Ayat 12-13)

Ayat 7
Maka terbukalah mata mereka berdua
dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang;
lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

Ayat 8
Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam
taman itu pada waktu hari sejuk,
bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara
pohon-pohonan dalam taman.

Ayat 9
Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya:
"Di manakah engkau?"

Ayat 10
Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku
menjadi takut,
karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
Ayat 11
Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang?
Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"

Ayat 12
Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,
dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."

Ayat 13
Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu:
"Apakah yang telah kauperbuat ini?"
Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka
kumakan.

F. Analisa Sintaksis - Gramatikal

Kata ‘vx'N"h; w> terdiri dari 3 unsur kata, yaitu w> yang adalah kata sambung
h; yang adalah kata sandang, dan kata vx'n" yang adalah kata benda umum
homonim absolut maskulin tunggal; artinya adalah “serpent” atau ular berbisa. Kata
benda ini ditempatkan di urutan pertama sebagai upaya untuk memberi penekanan
pada karakter “ular” ini di dalam keseluruhan cerita.6

Kata hy"åh' adalah kata kerja perfek orang ketiga maskulin tunggal; yang artinya
adalah “to become” atau menjadi atau adalah.

Kata ~Wrê[' adjective masculine singular absolute yang artinya adalah crafty,
shrewd or clever (cekatan, cerdik atau pintar).

Kata ‘lKomi terdiri dari !mi particle preposition lKo noun common
masculine singular construct artinya adalah from, more than any atau out of
(daripada, atau dari semua).

6
H.C Leupold, Exposition Of Genesis (Grand Rapids: Baker Book House, 1942), hal 139
Kata tY:åx; adalah noun common feminine singular construct homonym yang
artinya adalah living things atau animals (mahluk hidup atau hewan; bisa juga hewan
buas).

Kata hd<êF'h; terdiri dari h; particle article hd,f' noun common masculine
singular absolute yang artinya adalah of the field atau land (di atas padang/tanah
atau daratan).

Kata rv<ïa] adalah particle relative yang artinya adalah which (yang adalah).

Kata hf'Þ[' adalah verb qal perfect 3rd person masculine singular homonym yang
artinya adalah make atau manufacture (yang dibuat atau dibangun).

Kata hw"åhy> adalah noun proper no gender no number no state yang artinya
adalah Yahweh.

Kata ~yhi_l{a/ adalah noun common masculine plural absolute yang artinya
adalah Elohim.

Kata ‘rm,aYO’w: terdiri dari w> particle conjunction rma verb qal waw
consec imperfect 3rd person masculine singular homonym yang artinya adalah “and
he said” (dan Dia berkata).

Kata hV'êaih'ä-la, terdiri dari la, particle preposition h; particle article

hV'ai noun common feminine singular absolute yang artinya adalah “to the
woman” (kepada perempuan itu).
Kata @a;… particle conjunction homonym yang artinya adalah also, yea atau
even (juga, bahkan, kan)

Kata rm:åa'-yKi terdiri dari (yKi particle conjunction homonym 2 rma verb
qal perfect 3rd person masculine singular homonym yang artinya adalah indeed He
has said (pasti Dia telah mengatakan).

Kata ~yhiêl{a/ noun common masculine plural absolute yang artinya adalah
Elohim.

Kata al{å particle negative yang artinya adalah not (tidak).

Kata Wlêk.ato) verb qal imperfect 2nd person masculine plural yang artinya
adalah you shall eat (engkau boleh makan).
Kata lKoßmi terdiri dari !mi particle preposition lKo noun common
masculine singular construct yang artinya adalah of every (dari semua).

Kata #[eî noun common masculine singular construct yang artinya adalah tree
(pohon).

Kata `!G")h; terdiri dari h; particle article !G: noun common both singular
absolute yang artinya adalah of the garden (di dalam taman).

Kata rm,aToïw: terdiri dari w> particle conjunction rma verb qal waw consec
imperfect 3rd person feminine singular homonym yang artinya adalah “and said”
(dan berkatalah).

Kata hV'Þaih' terdiri dari (h; particle article hV'ai noun common feminine
singular absolute yang artinya adalah “the woman” (perempuan itu).

Kata vx'_N"h;-la, terdiri dari la, particle preposition h; particle article vx'n"
noun common masculine singular absolute homonym yang artinya adalah “to the
serpent” (kepada ular itu).

Kata yrIïP.mi terdiri dari !mi particle preposition yrIP. noun common
masculine singular construct yang artinya adalah “the fruit” (buah).

Kata !G"ßh;-#[e( terdiri dari #[e noun common masculine singular construct

h; particle article !G: noun common both singular absolute yang artinya adalah
“of the trees of the garden” (pohon dalam taman).

Kata `lke(anO verb qal imperfect 1st person common plural yang artinya adalah
“we may eat” (kami boleh makan).

Kata yrIåP.miW terdiri dari w> particle conjunction !mi particle preposition
yrIP. noun common masculine singular construct yang artinya adalah “but the fruit
of” (tetapi buah dari).

Kata é#[eh' terdiri dari h; particle article #[e noun common masculine singular
absolute yang artinya adalah “of the tree” (dari pohon).
Kata rv<åa] particle relative yang artinya adalah “which” (yang adalah).

Kata è!G"h;-%AtB. terdiri dari B. particle preposition %w<T' noun

common masculine singular construct h; particle article !G: noun common both
singular absolute yang artinya adalah “in the middle of the garden” (di tengah
taman).

Kata rm:åa' verb qal perfect 3rd person masculine singular homonym yang artinya
adalah “has said” (telah dikatakan).

Kata ~yhiªl{a/ noun common masculine plural absolute yang artinya adalah
Elohim.

Kata al{Ü particle negative yang artinya adalah “not” (tidak).

Kata ‘Wlk.ato) verb qal imperfect 2nd person masculine plural yang artinya
adalah “you shall eat” (engkau boleh makan).

Kata WNM,êmi particle preposition suffix 3rd person masculine singular yang
artinya adalah “from it” (dari itu).

Kata al{ïw> terdiri dari w> particle conjunction al{ particle negative yang
artinya adalah “nor” (ataupun).

Kata W[ßG>ti verb qal imperfect 2nd person masculine plural yang artinya
adalah “shall you touch” (engkau sentuh).

Kata AB+ particle preposition suffix 3rd person masculine singular yang artinya
adalah “it” (itu).

Kata `!Wt)muT.-!P, terdiri dari !P, particle conjunction twm verb qal
imperfect 2nd person masculine plural paragogic nun yang artinya adalah “lest you
die” (atau kamu nanti mati).

BAB III
Pembahasan Temuan Teologis
Merujuk pada pembagian garis besar isi atau gagasan dalam teks, maka di
bagian ini akan dibahas mengenai pencobaan dan kejatuhan manusia, yaitu
prosesnya dan manifestasinya, dan kemudian dilanjutkan dengan konsekuensi dosa
yang juga menyatakan sifat dasar manusia. Berikut di bawah ini adalah pembahasan
temuan teologis teks Kejadian 3:1-13.

A. Pencobaan dan Kejatuhan Manusia


Dalam kaitannya dengan pencobaan yang dialami oleh manusia di pasal ini
maka harus diingat, bahwa Tuhan mengizinkannya. Ia tidak melarangnya. Tidak ada
jalan lain untuk mendidik manusia mengatasi dosa, kecuali melalui konfrontasi
dengan dosa dan menghadapkannya kepada pemilihan ikut jalan Allah atau iut jalan
Iblis. Allah menempatkan manusia di bawah ujian (2:17) dan justru itulah yang
menyebabkan ia mungkin dicobai. Tapi si pencoba (penggoda) hanya dapat
mencobai saja. Dosa bukanlah sesuatu yang tak dapat tidak harus terjadi, jadi tak
ada alasan bahwa ia tak dapat tidak harus tunduk. Perlu diingat, cobaan datang
kepada Hawa tatkala ia seorang diri. Inilah metode yang biasa dilakukan Iblis. Harus
diingat pula bahwa cobaan itu diselubungi dengan keelokan; sedang sifatnya yang
sesungguhnya tersembunyi. Mula-mula Iblis hanya bertanya tentang Firman Allah
(3:1); kemudian dibantah nyata-nyata (3:4); akhirnya apabila manusia dicobai itu
dengan bodoh mau terus mendengarkan, maka Setan pun melanjutkan dengan
memburuk-burukkan maksud baik Allah (3:15).
Mengenai hal Mengalah kepada cobaan (3:6); Hawa membiarkan telinganya
mendengarkan perkataan pencoba, lalu membiarkan matanya menikmati benda
yang ditunjukkan oleh pencoba, kemudian membiarkan keinginan hatinya
menguasai kemauannya. “perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk
dimakan” – (hawa nafsu daging); “dan sedap kelihatannya” – (hawa nafsu mata);
“lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian” – (kemegahan hidup).7
1. Ular digambarkan sebagai binatang yang “paling cerdik” (Ibrani: ‘arum)
dari segala binatang di darat (Ayat 1)
Pertama Kecerdikannya dalam hubungan dengan “semua makhluk yang
hidup di padang” (Ibrani: kol-khayyat hassadeh). Pengertian yang
terkandung di sini adalah semua makhluk hidup yang berkeliaran di
daerah tanah atau dataran terbuka, menghadapi keadaan penuh
7
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab Kejadian sampai dengan Ester. (Jakarta: Bina Kasih, 2012), hal 35-36
tantangan dan perjuangan untuk menjawab tantangan di sana. Meskipun
demikian, dalam pandangan kisah penciptaan bumi dan langit (Kej. 2:4b-
25), makhluk-makhluk hidup di daerah padang itu juga tunduk di bawah
kuasa manusia (bnd. Kej. 2:19). Kedua, kecerdikan ular di sini harus
ditempatkan dalam kemampuannya untuk menipu manusia yang
sebenarnya menjadi penguasa atasnya. Dalam hubungan inilah ular dinilai
sebagai binatang yang paling cerdik dari segala binatang di padang. Jika
demikian, ular dalam cerita ini bukanlah ular dalam arti yang
sesungguhnya, yaitu binatang merayap yang kita kenal setiap hari. Ular
hanya dipakai sebagai alat untuk menggambarkan bagaimana gigihnya
kuasa yang melawan Tuhan Allah untuk menghasut umat-Nya supaya
memberontak kepada-Nya. Yang ditonjolkan di sini ialah cara kerja dari
kuasa penyesat itu. Kuasa itu digambarkan sebagai ular yang meniru dan
membelokkan firman Tuhan kepada manusia. Atau dengan perkataan lain,
ada kata-kata yang disuarakan oleh kuasa penyesat, yang sangat dekat
dengan Perintah Tuhan sehingga dengan kecerdikannya ia menjatuhkan
umat Tuhan.
Ular (Ibrani: nahash) memiliki kemampuan untuk berbicara dan bercakap-
cakap secara bebas dengan korbannya. Ular ini merupakan makhluk yang
lihai berakal busuk, dan cerdik. Di dalam Wahyu 12:9 penggoda ini disebut
“naga besar itu, si ular tua yang disebut Iblis atau Setan”. Kata nahash
yang artinya membuat suara mendesis, tidak diragukan lagi mengacu
kepada makhluk yang kita kenal sebagai ular. Paulus menyatakan bahwa
Setan menjadikan dirinya “seperti malaikat terang” (II Kor. 11:!4). iblis
memilih hewan paling cerdik, paling licik, paling berhati-hati, lalu
menguasai sepenuhnya makhluk tersebut untuk tindakan merusak yang
dilakukannya. Yesus mengatakan tentang Iblis, “Ia adalah pendusta dan
bapa segala dusta” (Yoh. 8:44; bdg. Rm. 16:20; II Kor. 11:3; I Tim. 2:14;
Why. 20:2).8
a) Perkataan Ular Kepada Perempuan: Strategi Setan Mencobai
Manusia (Ayat 2-3)

8
Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary. (Malang: Gandum Mas, 2014), hal.
36-37.
Menarik bahwa ular ternyata mengetahui apa yang pernah diucapkan atau
yang diperintahkan Allah kepada Adam. Hal ini mengindikasikan bahwa
ular hadir (atau berada di sekitar tempat tersebut: dan hal ini diijinkan oleh
Allah juga) pada saat Tuhan memberikan perintah tersebut di Kej. 2:16-17.
Kemudian perlu dicermati bahwa yang diucapkan ular adalah pembelokan
dari kata-kata yang dipakai dalam amanat Tuhan kepada manusia yang
ditempatkan-Nya di taman Eden (Kej. 2:16). Kata-kata pembuka ini adalah
permulaan dari upaya menyesatkan manusia. Rumusan demikian: ‘ap
kiamar ‘elohim. Secara harafiah kata-kata ini berarti “bahkan atau
sesungguhnya demikianlah Allah berkata.” Jadi, tepat sekali TB-LAI
menerjemahkan kata-kata ini dengan “Tentulah Allah berfirman...”
Kata ‘ap sendiri adalah partikel tambahan yang biasanya dipakai untuk
menunjukkan sesuatu yang lebih penting.9 Ini berarti bahwa dengan
memakai kata ini di sini, ular hendak mengatakan bahwa ada hal penting
yang sungguh meminta perhatian. “...Semua pohon dalam taman ini
jangan kamu makan buahnya, bukan...” (Ibrani: mipperi betokh
hanggan lo t’okel... Kej 3:1). Terhadap kata-kata ini perempuan itu
menjawab dengan mengatakan bahwa pohon “yang ada di tengah-tengah
taman” janganlah dimakan (Kej. 3:3). Keterangan tempat ini berlawanan
dengan keterangan tempat dalam kisah taman di Eden, yaitu pohon
kehidupan ada di tengah taman itu” (Kej. 2:9). Sebaliknya, pohon
pengetahuan baik dan jahat juga disebutkan, tetapi tempatnya tidak
disebutkan secara eksplisit (Kej. 2:17).

b) Jawaban Ular: Membelokkan firman Tuhan (Ayat 4-5)


“Ular itu berkata” (Ibrani: wayy’omer hannakhas). Di sini ular digambarkan
sebagai yang berkuasa dan menyampaikan satu keputusan atau perintah kepada
perempuan itu. Selanjutnya pernyataan “sekali-kali kamu tidak akan mati”
(Ibrani: l’o-mot temutun) adalah satu serangan yang begitu tegas dan begitu
meyakinkan. Penegasan itu ditingkatkan dalam penjelasannya bahwa yang
dilarang oleh Tuhan Allah itu adalah cara untuk menghindarkan manusia dari
kemungkinan menjadi sama dengan Dia. Dari semua penjelasan ular itu, yang
amat penting ialah “...matamu akan terbuka dan kamu menjadi seperti
9
William Gesenius, Hebrew and English. Hal. 76
Allah...” (Ibrani: nipqekhu ‘eyneykem wiheyitem ke’elohim). Secara harfiah,
penjelasan ini menunjukkan bahwa manusia akan memiliki kemampuan untuk
memandang dan memahami berbagai hal, lebih jauh dari apa yang diberikan
Tuhan kepadanya. Tingkat pengenalan itu terutama adalah untuk mengenal yang
baik dan yang jahat (ay. 6). Ini berarti bahwa manusia akan memiliki kemampuan
yang sama dengan Tuhan untuk mengenal siapa dan bagaimana dirinya sehingga
ia akan hidup bebas dan kuasa Allah tidak berlaku lagi atas dirinya. Manusia dapat
mengatur kehidupannya sendiri karena dia menjadi sama dengan Allah.10

2. Kegagalan dan Kejatuhan Manusia (Ayat 6)


“perempuan itu melihat” (Ibrani: water’e ha’isysyah). Dalam konteks
cerita ini, tindakan “melihat” menunjukkan pemberontakan manusia karena
ia membuka jendela hatinya, membiarkan dirinya tanduk pada daya tarik
pohon yang ada di hadapannya. Tiga aspek manfaat dari buah pohon itu
ditawarkan di sini, yaitu pertama “baik untuk dimakan” (Ibrani: tob
lema’akal), keterangan ini bukan hal baru dalam hubungan dengan
manusia yang diciptakan Allah. Di dalam cerita tentang taman Eden,
Tuhan Allah menumbuhkan segala pohon yang “baik untuk dimakan
buahnya” (Kej. 2:9). Kedua, “dan sedap kelihatannya” (Ibrani: weki
ta’awah-hu’le’eynayim). Jadi, secara harfiah ungkapan ini berarti
“mengandung nafsu atau keinginan padanya”. Secara sederhana
ungkapan ini boleh ditejemahkan dengan “membangkitkan selera pada
pandangan orang yang melihat”. Jika demikian, keterangan “sedap
kelihatannya” di sini berarti “membangkitkan keinginan untuk melihat
secara rinci”. Ketiga, “memberi pengertian” (Ibrani: wenekhmad
lehaskil). Ungkapan ini secara tepat berarti “nikmat karena mendatangkan
pengertian”. Soal memberi pengertian ini juga harus dibaca dalam
hubungan erat dengan pasal 2:9, yaitu “pohon pengetahuan baik dan
jahat” (Ibrani: ‘ets hada’at tob wara’). Istilah hada’at dalam “pohon
pengetahuan baik dan jahat” menunjuk pada suatu pengenalan yang
sungguh-sungguh dan teliti untuk membedakan yang baik dari yang jahat.
Ayat 6b: “Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya.

10
J.A Telnoni. Tafsir Alkitab Kontekstual-Oikumenis Kejadian Pasal 1-11. (Jakarta:BPK Gunung Mulia,
2017), hal. 124-125
Si penggoda kini tidak diperlukan lagi. Hawa melanjutkan pekerjaannya dan
memberikan buah dengan rekomendasi yang baik itu kepada suaminya, dan
suaminyapun memakannya. Keterangan penting tentang tindakan manusia di
sini ialah “Lalu ia mengambil (Ibrani: wattiqqakh)...dimakannya (Ibrani:
watt’okal)...diberikannya kepada suaminya (Ibrani: wattitten gam-le’ishah)... dan
suaminya pun memakannya (Ibrani: ‘immah wayy’okal)”. Semua tindakan yang
disebutkan di sini bukan tindakan tiba-tiba dan sesaat. Tindakan itu didahului oleh
keputusan manusia untuk mengambil dan memakan buah itu. Dalam hal seperti
inilah manusia secara pasti memutuskan untuk melawan Tuhan dan disitulah ia
berdosa.

3. Respon Manusia dan Respon Allah Setelah Kejatuhan


Ayat 7 : “Maka Terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa
mereka telanjang”
(Ibrani: wapattaqnah ‘eyney seneyhem wayed’u ki‘erumim hem). Pengggalan
kalimat pada permulaan ayat ini berlawanan langsung dengan tawaran ular bahwa
mata mereka akan terbuka dan tahu tentang yang baik dan yang jahat (ay. 5). Apa
yang diketahui setelah mata mereka terbuka, bukan memperoleh pengertian,
melainkan pengenalan yang rinci akan ketelanjangan mereka. Ketelanjangan
kedua manusia di sini, sekalipun tanpa keterangan lebih lanjut, menimbulkan rasa
malu. Dalam konteks cerita ini, perasaan malu yang timbul pada manusia dipicu
oleh kesadaran bahwa mereka telah menjadi korban kelicikan dari kuasa penyesat
itu.
“...lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat”
(Ibrani: wayyitperu ‘aleh te’enah wayya’su lahem khagorot). Tindakan menyemat
daun pohon ara merupakan tindakan biasa. Namun, berhubungan pohon ara
merupakan sumber bahan makanan (bnd. Kej. 2:8), boleh ditafsirkan bahwa dalam
keadaan berdosa, manusia berusaha menutupi dirinya dan merasa aman karena
masih dipelihara Tuhan dengan berkat-berkat kehidupan. Di medan kehidupan
yang Tuhan ciptakan itulah manusia memberontak, tetapi disitu pula ketika dia
sadar akan dosanya, ia menutupi dirinya dengan kemurahan Tuhan.11

11
J.A Telnoni. Tafsir Alkitab Kontekstual-Oikumenis Kejadian Pasal 1-11. (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2017), hal
128-133
Tuhan datang sebagai hakim atas apa yang telah dilakukan oleh manusia.
Meskipun mereka bersembunyi namun Tuhan mendengarkan mereka. Tuhan
bertanya kepada mereka tetapi mereka merasa takut karena telanjang. Larangan
Tuhan yang diberikan kepada manusia itu telah dilanggarnya.
Ayat 8 : Mendengar bunyi Langkah Tuhan Allah yang berjalan-jalan dalam
taman itu pada hari sejuk...”
(leruah artinya angin sepoi). Mereka bisa menyembunyikan diri dari Allah namun
mereka tidak bisa meloloskan diri dari-Nya. Sang Khalik yang penuh kasih tidak
mungkin mengabaikan ketidaktaatan mereka, Dia juga tidak mungkin
meninggalkan orang-orang berdosa yang gemetar itu dengan kebutuhan mereka
yang sangat. Mereka adalah milik-Nya. Kekudusan-Nya pasti datang, dengan
berjubahkan kasih, untuk mencari menemukan dan menghakimi mereka. Biasanya
bunyi langkah Allah membuat mereka senang. Kini, ketakutan dan kegentaran
melumpuhkan mereka sekalipun Tuhan tidak datang dalam guntur dan tidak
memanggil dengan kasar.15 Manusia bersembunyi dari hadapan Tuhan karena
mendengar bunyi langkah-Nya yang menjadi ancaman baginya. Kedatangan
Tuhan digambarkan sebagai orang yang “berjalan-jalan dalam taman itu pada
pada waktu hari sejuk...” (Ibrani: mithalek bagan leruakh hayyom). Keterangan
“berjalan-jalan” (Ibrani: mithalek) di sini, tidak dimaksudkan sebagi berjalan
santai, melainkan berjalan dengan tujuan yang pasti. Maksudnya ialah Tuhan
datang untuk memerhatikan manusia di dalam keadaannya secara nyata.
“...pada hari engkau memakannya...”
Ini berarti, bunyi langkah-langkah Tuhan yang tidak begitu besar mengingatkan
manusia akan larangan yang disampaikan Tuhan terlebih dahulu kepadanya. Di
sini suara Tuhan tidak diperdengarkan lagi karena manusia tidak menaati-Nya.
Oleh karena itu, sebagai gantinya Ia datang hanya dalam bunyi langkah-Nya saja
yang tidak mengguncang, tetapi hanya seperti angin yang membelai. Jika
demikian, kedatangan Tuhan yang dilukiskan sebagai angin di sini adalah simbol
kuasa-Nya yang luar biasa; tidak sepenuhnya tetapi dengan tegas menghakimi
manusia”
“...bersembunyilah manusia itu dan istrinya terhadap Tuhan di antara
pohon-pohon dalam taman.”
Reaksi manusia terhadap kedatangan Tuhan sudah dapat diduga. Tuhan datang
penuh kuasa dan kemuliaan. Dalam keadaannya yang telah melangkahi kehendak
Tuhan, manusia tidak tahan memandang wajah-Nya. Ia takut dan
menyembunyikan diri dari hadapan Tuhan. Pohon-pohon yang disebutkan di sini
tidak lain dari wilayah yang diciptakan Tuhan. Jika pohon-pohon itu adalah
sumber-sumber kehidupan yang diciptakan Tuhan, itu berarti dalam keadaan
berdosa, manusia berusaha menutup diri dan dosa-dosanya dengan perasaan aman
di tengah segala berkat yang Tuhan karuniakan kepada-Nya.
Ayat 9 : “berfirmanlah Ia: dimanakah engkau?”
(Ibr: wayy’omer lo ‘ayekah) adalah kata-kata Tuhan yang mencari dan
merangkul kembali manusia yang telah melarikan diri dari hadapan-Nya.
Kata-kata itu bukan sekadar kata tanya, melainkan merupakan panggilan
dari Tuhan yang penuh kuasa dan kewibawaan. Dengan jalan itu, Ia
menunjukkan bahwa Ia tidak membiarkan ciptaan-Nya lebih jauh tersesat,
melainkan memanggilnya untuk kembali ke hadapan-Nya.
Ayat 10 : “takut karena telanjang”
(Ibr: wa’ira ki-‘eyrim ‘anoki). Keadaan “telanjang” (Ibr: ‘arum) yang
menimbulkan ketakutan di sini bertolak belakang dengan “telanjang” di
antara suami-istri, tetapi tidak ada perasaan malu (Kej. 2:25).

Ayat 11 : “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau


telanjang?
Penggalan kalimat “Siapakah yang memberitahukan kepadamu...”(Ibr: mi
higid leka) adalah pertanyaan Tuhan yang begitu tajam terhadap
pembelaan diri yang dikemukakan manusia (ay 9). Pertanyaan Tuhan
kepada manusia atas pengakuannya bahwa ia telanjang (ay.11),
membangkitkan rasa takut padanya oleh karena melalui pertanyaan itu
Tuhan meminta pertanggungjawabannya. Ketelanjangan yang diakui
manusia itu lebih banyak mengandung pengertian manusia ditelanjangi
oleh kehadiran Tuhan karena ia telah melanggar apa yang dilarang-Nya.
Jelaslah bahwa ketika hadirat Tuhan dihadapkan kepada manusia, tidak
ada pun yang dapat disembunyikannya terhadap Tuhan (bnd. Mzm.
139:7-12). Yang penting dari pertanyaan tersebut ialah sifat larangan-Nya.
Larangan itu tidak main-main kerena jika tidak diindahkan, akibatnya fatal.
Ketika manusia memakan buah pohon terlarang itu, akibatnya adalah
kematian. Artinya terputuslah hubungan antara manusia dengan Tuhan,
sang pemberi napas hidup (bnd. Kej. 2:7). Itulah yang dimaksudkan
dengan kematian dalam larangan tersebut (Kej. 2:17).12
“Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau
makan itu?”
(Ibr: hamin-ha’ets ‘asher tsiwitika lebilti ‘akal mimmennu ‘akalta). Yang
paling penting dari pertanyaan ini adalah sifat larangan-Nya. Larangan itu
tidak mainmain karena jika tidak diindahkan, akibatnya fatal. Ketika
manusia memakan buah pohon terlarang itu, akibatnya adalah kematian.
Artinya terputuslah hubungan manusia dengan Tuhan, sang pemberi
napas hidup (bnd. Kej. 2:7). Itulah yang dimaksudkan dengan kematian
dalam larangan tersebut (Kej. 2:7).

Ayat 12 : Manusia Itu Menjawab:


Jawaban yang dikemukakan oleh manusia dalam ayat ini merupakan
pembelaan atas pelanggarannya. Kalimat “Perempuan yang
Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu
kepadaku, maka kumakan.” Terlihat bahwa manusia berusaha
menghindar, tetapi sekaligus melemparkan tanggung jawabnya kepada
Tuhan. Sebabnya ialah perempuan yang Tuhan berikan kepadanya telah
diciptakan atas inisiatif Tuhan sendiri (Kej. 2:18). Memang kedengarannya
logis karena manusia (laki-laki) tidak meminta perempuan itu. Sekarang
manusia perempuanlah yang memulai pelanggaran ini sebab dialah yang
memberikan buah itu, lalu manusia laki-laki memakannya. Akan tetapi, jika
jawaban ini dipahami dalam konteks cerita Kejadian pasal 2 dan 3, upaya
menghindar ini juga sia-sia sebab manusia laki-laki itu juga telah
mendengar larangan, yaitu supaya jangan memakan buah terlarang itu
(Kej. 2:17).13

Ayat 13 : Apakah yang telah kauperbuat ini?


(Ibr: mah-zot ‘asit), Dengan pertanyaan ini perempuan didakwa sebagai
pihak yang memulai pemberontakan terhadap Tuhan. Tuhan telah

12
J.A Telnoni. Tafsir Alkitab Kontekstual-Oikumenis Kejadian Pasal 1-11. (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2017), hal
132-136
13
Ibid, hal 136
membentuknya melalui larangan supaya tidak memakan buah terlarang,
tetapi manusia membentuk diri-Nya ke arah lain, yaitu menentang
larangan Tuhan. Kalimat “ular itu yang memperdayakan aku, maka
kumakan” (Ibr: wat’omer ha’isysyah hannakhasy hissyi’ani wa’okel).
Jawaban perempuan itu juga adalah upaya menghindar dan melemparkan
tanggung jawabnya kepada pihak lain. Ular yang tidak pernah menerima
larangan dari Tuhan itulah yang dikambinghitamkan. Dengan jawaban
kedua manusia ini, manusia seutuhnya telah menyangkali citranya
sebagai partner Tuhan Allah. Manusia tidak lagi menjadi penanggung
jawab di tengan Taman Tuhan, tetapi berubah menjadi pengecut yang
melemparkan tanggung jawabnya kepada pihak lain. Dengan jalan itu,
manusia menurunkan martabatnya sehingga ia tunduk kepada makhluk-
makhluk lain yang harus dikuasainya (bnd. Kej. 2:19).14

BAB IV
Kesimpulan dan Aplikasi
Kisah tentang manusia yang berdosa telah menjadi warisan di dalam hidup
pembaca Alkitab selama berabad-abad. Oleh karena itu telah terbangun
pemahaman yang baku bahwa pada mulanya manusia tercipta dalam keadaan baik,
tetapi kemudian ia berdosa dan merusak citranya sebagai ciptaan Allah. Manusia
kemudian dipulihkan untuk hidup menurut gambar Allah, membangun diri dan
mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. Manusia harus bekerja dan membangun
kehidupannya, karena dia adalah makhluk yang hidup dan menghargai kehidupan.
Pada dasarnya manusia dicobai, ular sebagai binatang yang paling cerdik
yang melakukan berbagai cara untuk mempengaruhi atau menggoda manusia, yang
menyebabkan perempuan itu meragukan firman Allah dan kebaikan-Nya. Ketika
manusia memiliki keputusan untuk bertindak melawan kehendak Tuhan itulah dosa.
Manusia membuat keputusan ketika ia tertarik untuk mendengar, tergoda untuk
menimbang, dan terperangkap untuk mengikuti tawaran kuasa jahat yang melawan
Tuhan. Keputusan itu terjadi justru ketika manusia membiarkan dirinya terbujuk
14
Ibid, hal 136
untuk terbawa pada “firman tiruan” yang ditawarkan kuasa jahat itu. Manusia tidak
berhati-hati, tidak konsisten, tidak memiliki integritas yang kuat. Semua yang tidak
ada pada manusia inilah yang amat dibutuhkan untuk tetap terpelihara dalam
kehidupan umat sepanjang masa.
Di sini kita mengetahui bahwa di dalam menghadapi sebuah cobaan tanpa
keyakinan dan percaya, kita akan mudah terpengaruh oleh apa yang dikatakan
tanpa memikirnnya lagi. Dan apabila manusia dicobai dengan terus menerus maka
Iblis pun akan semakin melanjutkan keinginannya untuk memburukkan maksud baik
Allah.
Manusia telah melanggar perintah Allah, namun pada saat Tuhan bertanya
kepada mereka, mereka merasa takut karena telanjang. Kemudian di situlah Tuhan
datang sebagai hakim atas apa yang telah dilakukan oleh manusia. Meskipun
mereka bersembunyi namun Tuhan mendengarkan mereka.
Tuhan datang menghakimi sambil merangkul. Akan tetapi, sikap Tuhan yang
demikian tidak menghapuskan kedaulatan-Nya. Di sini terlihat dua sisi dari
hubungan antara Tuhan dan umat-Nya. Di satu pihak Ia berdaulat, tetapi di lain
pihak Ia mengasihi umat-Nya. Menjadi pengajaran bagi kita bahwa Tuhan datang
untuk mengadili manusia serta meminta untuk bertanggung jawab atas apa yang
telah perbuat. Dan ketika kita melarikan diri dari hadirat Allah karena ketakutan
Tuhan akan mengetahuinya.

Anda mungkin juga menyukai