Anda di halaman 1dari 13

JST 8 (2) (2019)

JURNAL SENI TARI


Terakreditasi SINTA 5
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

Pertunjukan Wayang Orang Njajah Desa Milang Kori RRI Surakarta


Lakon Gatotkaca Gandrung

Dwi Yullastuti1, Hasan Bisri2


Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ Konsep Njajah Desa Milang Kori dalam pertunjukan Wayang Orang RRI Surakarta yaitu
Sejarah Artikel melakukan pertunjukan secara berkeliling desa atau kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Diterima : menjelaskan konsep, mendeskripsikan serta mengkaji unsur pertunjukan Wayang Orang dalam
22 Oktober 2019 Njajah Desa Milang Kori di RRI Surakarta. Metode yang digunakan adalah metode penelitian
Disetujui : kualitatif dengan pendekatan dramaturgi. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan
10 November 2019 dokumentasi yang diabsahkan menggunakan triangulasi, kemudian dianalisis dengan proses
Dipublikasikan : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian
26 November 2019 menunjukkan konsep pertunjukan Wayang Orang dalam Njajah Desa Milang Kori adalah
menggelar pertunjukan secara berpindah-pindah tempat, berkeliling desa atau kota. Pertunjukan
________________ Wayang Orang keliling desa telah terlaksana sebanyak 8 (delapan) kali, dengan judul dan tempat
Keywords: pertunjukan yang berbeda-beda sejak tahun 2012 hingga Januari 2019. Konsep garap pertunjukan
Concept of Performance, Wayang Orang menggunakan konsep konvensional, yaitu sama dengan pertunjukan Wayang
Wayang Orang, Njajah Orang pada umumnya. Masyarakat dapat menyaksikan pertunjukan secara gratis, meskipun
Desa Milang Kori, demikian tetap mengutamakan sajian yang berkualitas yaitu lengkap dengan unsur
Performance Element pertunjukannya. Adapun unsur pertunjukannya sama dengan pertunjukan Wayang Orang
_________________ konvensional pada umumnya, namun ada beberapa perbedaan yang terjadi secara kondisional
menyesuaikan dengan lokasi dan lingkungannya.

Abstract
The concept of Njajah Desa Milang Kori in the Wayang Orang RRI Surakarta performance is to perform a
tour around the village or city. The purpose of this study is to explain the concept of the show and describe and
examine the elements of the Wayang Orang in Njajah Milang Kori Village performance at RRI Surakarta.
The method used is a qualitative research method with the dramaturgy approach. Data obtained through
observation, interviews and documentation which is validated using triangulation, then analyzed by the
process of data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results showed that
the concept of the Wayang Orang in Njajah Milang Kori Village was a show touring the village or moving
from one village to another. Wayang Orang performance has done around the village and can be proven by the
implementation of activities eight times, with different titles and venues from 2012 to January 2019. The
concept of working on the Wayang Orang performance uses a conventional concept, which is the same as the
Wayang Orang performance in general. People can watch the performance for free, even though it still
prioritizes a quality dish that is complete with elements of the performance. The elements of performance are
same with conventional Wayang Orang performances in general, but there are some differences that occur
conditionally depending on the location and environment.

© 2019 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2503-2585
Masukkan alamat lengkap
Dilengkapi dengan kota dan kode pos
Email : 1.dwiyullastuti0@gmail.com
2. hasanbisriunnes@mail.unnes.ac.id
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

PENDAHULUAN Pentas Wayang Orang Njajah


RRI Surakarta adalah satu- Desa Milang Kori mempunyai beberapa
satunya radio yang memiliki tonil Wayang fenomena menarik untuk dikaji. Pertama
Orang se-Indonesia. Wayang Orang karena kegiatan ini sebagai pentas seni
tersebut disajikan dalam dua jenis yaitu yang nyata berpihak pada publik atau
tonil Wayang Orang yang penyajiannya masyarakat luas. Kedua, berkomitmen
secara audiovisual atau sering disebut untuk menyajikan garapan yang tetap
Wayang Orang “deprokan” dan panggung menjaga kualitas, garapan bukan
Wayang Orang. Wayang Orang deprokan, merupakan penyederhanaan dari Wayang
deprokan berasal dari kata deprok atau Orang namun sebuah format lengkap yang
duduk lesehan yang berarti para pemain diupayakan setara kualitasnya dengan
wayang tersebut hanya berdialog sambil Wayang Orang yang diselenggarakan di
duduk mengelilingi pengeras suara di gedung-gedung pertunjukan. Dengan kata
studio rekaman siaran. Penyajian yang lain pada keunikan yang kedua adalah
kedua adalah panggung Wayang Orang, pertunjukan Wayang Orang yang
RRI Surakarta memiliki panggung untuk dilakukan secara outdoor atau di luar
pementasan Wayang Orang. Pemainnya gedung pertunjukkan. Sedangkan dalam
adalah pegawai RRI Surakarta. pementasan Wayang Orang yang
Pementasan dilakukan menggunakan dilakukan di dalam gedung biasanya
busana dan riasan lengkap serta unsur menggunakan tata panggung yang sudah
pertunjukan lain layaknya pementasan lengkap dan tertata permanen, namun
Wayang Orang pada umumnya. dalam kegiatan Njajah Desa Milang Kori
Radio berbasis budaya ini pemain Wayang Orang maupun crew
memiliki kegiatan unggulan diluar panggung harus dapat menyesuaikan
kegiatan rutin, yaitu Njajah Desa Milang dengan tempat yang seadanya dan
Kori (NDMK). Kegiatan unggulan ini konsekuensi cuaca yang tidak dapat
berlangsung sejak tahun 2012 dan telah ditebak. Ketiga, pertunjukan dilakukan
melakukan pertunjukan sebanyak delapan secara berkeliling desa berpindah-pindah
kali dengan lakon yang berbeda-beda dari satu desa ke desa lain. Kegiatan
hingga Januari 2019. Njajah Desa Milang tersebut hanya diselenggarakan oleh
Kori dalam bahasa gaul disebut “road show” Wayang Orang RRI Surakarta.
atau pentas keliling. Dalam istilah bahasa Penelitian terkait Konsep
Jawa, Njajah artinya Menjelajah, Desa Pertunjukan Wayang Orang dalam Njajah
atau Kota, Milang artinya Membilang atau Desa Milang Kori di RRI Surakarta belum
Menghitung dan Kori artinya Pintu. Secara peneliti jumpai. Jurnal Dwi Retno
luas memiliki makna menjelajah dari satu Sulanjari tahun 2016 berjudul Regenerasi
tempat ke tempat lain. Dengan demikian, Wayang Orang Sriwedari dengan hasil
tekanan makna istilah NDMK bukan penelitian berupa regenerasi Wayang
hanya kata „desa‟ tetapi juga dimanapun Orang yang ada di Sriwedari. Kesamaan
tempat, termasuk juga kota. dengan penelitian ini yaitu membahas
Pentas Njajah Desa Milang Kori mengenai Wayang Orang dan unsur-unsur
adalah bagian dari upaya nyata yang ada di dalamnya, sedangkan
mendekatkan wayang pada publik. Publik perbedaannya yaitu pada kajian yang
disini memiliki makna masyarakat yang dibahas yaitu regenerasi pemain Wayang
lebih luas, meliputi kewilayahan, usia, Orang dengan konsep pertunjukan
tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi, berkeliling desa. Relevansi dengan
profesi, status sosial dan sebagainya. Jadi penelitian ini yaitu memberikan wawasan
diharapkan semua masyarakat merasa mengenai pengertian Wayang Orang dan
memiliki dan mencintai wayang. Kegiatan unsur-unsur pertunjukannya.
ini juga merupakan salah satu bentuk Jurnal terkait selanjutnya yaitu
perluasan kreasi seniman dan sekaligus Jurnal Maharsidewi Kusharyani dkk tahun
untuk menggenapi rasa rindu masyarakat 2016 berjudul Eksistensi dan Perlindungan
penikmat wayang akan pergelaran Wayang Orang Sriwedari Surakarta di
Wayang Orang yang sesungguhnya. Tinjau dari Aspek Hukum Hak Cipta
dengan hasil penelitian berupa eksistensi

120
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

serta perlindungan ditinjau dari hak cipta Data penelitian ini didapatkan
untuk mengetahui peran dan upaya yang menggunakan metode observasi tidak
dilakukan Pemerintah Kota Surakarta terstruktur, wawancara langsung dengan
untuk melindungi dan melestarikan jenis wawancara semi terstruktur dan
Wayang Orang Sriwedari Surakarta. dokumentasi. Observasi dilakukan pada
Penelitian memiliki kesamaan mengenai tanggal 19 Desember 2019 di RRI
pembahasan Wayang Orang yang hidup Surakarta dengan tujuan perkenalan dan
dan berkembang di Kota Surakarta serta memohon izin penelitian dan pada 26
unsur-unsur pertunjukan Wayang Orang. Januari 2019 di Boyolali menyaksikan
Perbedaan terletak pada objek kajian pertunjukan. Wawancara dilakukan
penelitian yaitu Wayang Orang Sriwedari sebanyak delapan kali di bulan Juli 2019
dan eksistensinya dengan Konsep dengan Ali Marsudi selaku pencetus dan
Pertunjukan Wayang Orang RRI sutradara Wayang Orang Njajah Desa
Surakarta. Relevansi dengan penelitian ini Milang Kori dan beberapa pemain Wayang
yaitu memberikan informasi mengenai Orang RRI Surakarta yang terlibat dalam
Wayang Orang dan unsur-unsurnya. Njajah Desa Milang Kori seperti Edi
Tulisan ini membedah mengenai Sulistiono sebagai dalang, Aris Murtono
konsep pertunjukan Wayang Orang Njajah sebagai koordinator Wayang Orang,
Desa Milang Kori yang mengandung unsur Wahyu Sapto sebagai koreografer dan lain-
pendukung dalam Wayang Orang meliputi lain. Data yang dikumpulkan berupa data
dalang, tema, alur cerita, adegan, dialog, foto tentang RRI dan foto tentang
seni tari, tata rias dan busana, properti, pertunjukan Njajah Desa Milang Kori,
iringan dan tempat pertunjukan berupa data video dan data catatan-catatan
admisnistratif sebagai dokumentasi
METODE penelitian.
Penelitian ini menggunakan Data yang telah dikumpulkan
metode penelitian kualitatif. Menurut kemudian diabsahkan menggunakan
Sugiyono (2015: 14-15) metode penelitian pengujian kredibilitas dengan melakukan
kualitatif adalah metode penelitian yang observasi dan wawancara berulang kali,
berlandaskan pada filsafat post positivisme triangulasi sumber dan waktu,
(paradigma yang memandang realitas meningkatkan ketelitian dan menggunakan
sosial sebagai sesuatu yang utuh, bahan referensi.
kompleks, dinamis, penuh makna, Langkah selanjutnya setelah
hubungan gejala bersifat interaktif). mendapatkan data yang sah peneliti
Metode ini digunakan mengingat objek melakukan analisis data dengan reduksi
yang diteliti merupakan suatu realita yang data, menyajikan data dan menarik
utuh dan komplek sehingga memenuhi simpulan. Berikut merupakan langkah-
filsafat postpositivisme berdasarkan langkah yang dilakukan peneliti dalam
pendapat Sugiyono. menganalisis data.
Penelitian ini menggunakan Pertama yaitu Reduksi data,
pendekatan dramaturgi menurut peneliti melakukan transkip rekaman
Harymawan. Menurut Harymawan (1986: wawancara. Kemudian mengelompokkan
1) dramaturgi adalah ajaran tentang foto berdasarkan waktu pengambilan foto
masalah hokum dan konvensi drama, dan dokumentasi lainnya. Kedua yaitu
keahlian dan teknik penyusunan karya penyajian data, peneliti melakukan
dramatik, sebuah teori yang mempelajari interpretasi data yang diperoleh dari
seluk beluk cerita atau naskah scenario berbagai sumber, kemudian disajikan
yang di dalamnya terdapat studi struktur dalam bentuk paragraph deskriptif yaitu
dramatik, plot, tema, penokohan dan penuangan informasi lebih banyak
setting peristiwa. Unsur-unsur dalam teori menggunakan huruf dan bukan angka.
dramaturgi memiliki unsur yang sama Peyajian data telah disesuaikan
dengan pertunjukan Wayang Orang, menggunakan urutan yang sistematis
sehingga pendekatan dramaturgi adalah sehingga dapat dipahami dengan baik dan
pendekatan yang tepat untuk membedah jelas. Ketiga yaitu penarikan simpulan,
pertunjukan Wayang Orang. peneliti membandingkan hasil yang telah

121
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

diketik dalam bentuk paragraf deskriptif diciptakan dengan menggolongkan dan


setelah melakukan wawancara dengan mengelompokkan objek-objek tertentu
narasumber. Beberapa pernyataan yang mempunyai ciri-ciri yang sama.
mungkin terjadi kesamaan dan perbedaan Bagian Kesenian RRI Surakarta
pendapat, kemudian peneliti menanyakan memiliki kegiatan rutin yaitu tonil
kembali atau klarifikasi data dengan pihak Wayang Orang, tonil Ketoprak, pentas
terkait tanpa menyebutkan narasumber Panggung Wayang Orang, pentas
awal guna menghindari kesalahpahaman. Panggung Ketoprak, siaran-rekaman
karawitan dan sandiwara radio yang
HASIL DAN PEMBAHASAN semuanya terselenggara di dalam ruang
lingkup RRI Surakarta. Pertunjukan
Konsep Pertunjukan Wayang Orang RRI Panggung Wayang Orang RRI Surakarta
Surakarta mempersembahkan pertunjukan Wayang
Sebagai pengantar sebelum Orang yang berbicara tentang budaya
menjelaskan mengenai konsep pertunjukan lokal yaitu budaya Indonesia. Wayang
Wayang Orang Njajah Desa Milang Kori, Orang RRI Surakarta merupakan
peneliti membahas mengenai konsep pertunjukan Wayang Orang yang bukan
pertunjukan Wayang Orang RRI Surakarta hanya memberikan tontonan, tapi juga
sebagai gambaran konsep pertunjukan memberikan tuntunan baik melalui dialog
yang dilakukan secara konvensional dalam pertunjukan.
menetap di gedung pertunjukan. Pertunjukan Wayang Orang RRI
Pembahasan konsep pertunjukan Surakarta ditampilkan secara rutin setiap
Wayang Orang di RRI Surakarta dapat satu bulan sekali pada hari Selasa minggu
dianalisis menggunakan konsep Soedjadi kedua. Sajian yang dibawakan selalu
(2000 : 14) bahwa konsep adalah ide berganti-ganti sesuai dengan kehendak
abstrak yang dapat digunakan untuk sutradara pembuat lakon. Tempat
menggolongkan atau mengklasifikasikan pertunjukan di gedung auditorium yang
sekumpulan objek yang biasanya berada di RRI Surakarta yaitu auditorium
dinyatakan dengan suatu istilah atau Sarsito Mangoenkoesoemo. Prasarana
rangkaian kata. Pemaknaan konsep gedung telah dilengkapi panggung khusus
kemudian dilengkapi dengan pendapat untuk pertunjukan, terdapat fasilitas alat
Singarimbun dan Effendi (1989: 34) adalah perekam, panggung, tempat gamelan,
“Abstraksi mengenai suatu tempat duduk penonton, ruang rias, sound
fenomena yang dirumuskan sistem dan lighting. Panggung pertunjukan
atas dasar generalisasi dari termasuk panggung konvensional seperti
sejumlah karakteristik yang terdapat pada panggung petunjukan
kejadian, keadaan, kelompok pada umumnya, jenis panggung termasuk
atau individu tertentu”. jenis proscenium yang memiliki ciri-ciri
Dengan kata lain yaitu sebagai ketinggian, berjarak antara pemain dengan
istilah dan definisi yang digunakan untuk penonton.
menggambarkan secara abstrak suatu Persiapan sebelum melaksanakan
kejadian, keadaan, kelompok atau individu pertunjukan rutin Wayang Orang di RRI
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Surakarta yaitu dengan melakukan latihan.
Konsep terdiri dari dua jenis menurut Jadwal latihan diatus oleh Aris Murtono
Singarimbun dan Effendi, yang pertama selaku koordinator Wayang Orang.
konsep-konsep yang jelas hubungannya Latihan dilakukan bersama semua pemain
dengan fakta atau realitas yang mereka baik sutradara, penata tari, dalang, dan
wakili atau konkret, dan kedua ialah kelompok karawitan satu hari sebelum
konsep abstrak atau tidak jelas pertunjukan dilaksanakan. Pertunjukan
hubungannya dengan fakta atau realitas. Wayang Orang biasanya dimulai pukul
Contoh konsep yang pertama adalah kursi 20.00 WIB. Teknis dan persiapan
yaitu istilah yang dapat diamati wujudnya, pertunjukan berlangsung cepat karena
sedangkan contoh konsep yang kedua semua alat sudah tertata pada tempatnya.
adalah hubungan sosial yaitu istilah yang Teknisi telah memegang kendali tugasnya
abstrak dan tidak berwujud.Konsep masing-masing dan ahli dibidangnya.

122
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

Pemain Wayang Orang adalah tempat ke tempat yang lain. Dengan


pegawai RRI Surakarta yang bekerja demikian, tekanan makna istilah NDMK
dibagian siaran kesenian. Pertunjukan bukan hanya kata „desa‟ namun juga
rutin Wayang Orang RRI Surakarta selain dimanapun tempat, termasuk juga kota.
diperankan oleh pemain dari RRI, juga Njajah Desa Milang Kori atau dapat
melibatkan seniman dari luar. Beberapa disingkat NDMK, dalam bahasa gaul
pertunjukan merangkul kerjasama dengan disebut “road show” atau pentas keliling.
seniman dari luar misalkan dari Kegiatan yang dilakukan yaitu
mahasiswa ISI Surakarta, siswa serta guru melakukan pertunjukan berpindah tempat
dari SMK N 8 Surakarta dan seniman- dari satu desa ke desa lain, menyambangi
seniman lain. Salah satu alasan merangkul kota-kota kecil bahkan di seluruh
kerjasama dengan seniman dari luar Indonesia. Pentas NDMK adalah bagian
adalah kurangnya personil dari dalam, dari upaya nyata mendekatkan wayang
karena sudah banyak yang pensiun pada publik yang memiliki makna
sedangkan tuntutan peran harus selalu masyarakat yang lebih luas, yaitu meliputi
segar dihadapan penonton. Oleh karena kewilayahan, usia, tingkat pendidikan,
itu perlu dukungan seniman dari luar. kemampuan ekonomi, profesi, status sosial
Meskipun demikian, pemain Wayang dan sebagainya. Sehingga diharapkan
Orang di RRI Surakarta tetap berusaha semua merasa memiliki dan mencintai
eksis tampil dihadapan masyarakat dengan Wayang Orang. Kegiatan tersebut dapat
tetap mempertahankan kualitas yang baik. dijelaskan bahwa Wayang Orang Njajah
Berdasarkan penjelasan dapat Desa Milang Kori memiliki visi dan misi
dijelaskan bahwa konsep pertunjukan yaitu, visi adalah memasyarakatkan
Wayang Orang RRI Surakarta kembali Wayang Orang sampai ke pelosok
menggunakan konsep abstrak yaitu desa, memberikan tontonan yang berisi
konvensional. Konsep konvensional dapat tuntunan nilai-nilai kehidupan yang
dilihat dari segi tempat pertunjukan yang adiluhung dan tuntunan baik di dalamnya.
menetap, pertunjukan menggunakan unsur Misi adalah menggelar pertunjukan
pendukung lengkap berupa dalang, tema, berkeliling desa maupun kota.
alur cerita, adegan, tata busana, tata rias, Pertunjukan Wayang Orang dalam
property dan dialog yang sama dengan Njajah Desa Milang Kori telah melakukan
pertunjukna konvnesional pada umumnya. pertunjukan sebanyak delapan kali dengan
Konsep pertunjukan dilakukan di lakon dan tempat yang berbeda-beda,
dalam gedung pertunjukan sehingga yaitu: (1) Burisrawa Ketlikung Wuyung di
masyarakat yang datang mengunjungi Kemuning (2) Abimanyu Wuyung, Gareng
tempat pertunjukan. Masyarakat dapat Gandrung di Pracimantoro (3) Wasi
menyaksikan pertunjukan secara gratis, Jaladara (Alap-alapan Erawati) di Terminal
namun di lobi depan disiapkan kotak Karangpandan (4) Wahyu Cakraningrat
untuk tempat dana yang bersifat sukarela. di Lapangan Desa Samiran, Boyolali (5)
Konsep tersebut dapat dijelaskan bahwa Arjuna Kembar di Prambanan (6) Begawan
penonton yang mendatangi pertunjukan Kilat Buana di Terminal Jatipuro (7)
bukan pertunjukan yang mendatangi Pandhu Dewanata di Ngargoyoso,
penonton. Meskipun demikian, Karangpandan (8) Gatotkaca Gandrung di
masyarakat sekitar memiliki antusias dan Potronayan, Boyolali.
respon yang baik. Penelitian mengambil contoh
pertunjukan Gatotkaca Gandrung di
Konsep Pertunjukan Wayang Orang Potronayan, Boyolali pada 26 Januari
Njajah Desa Milang Kori 2019 guna mempermudah menjelaskan
Pertunjukan Wayang Orang bentuk pertunjukan berupa unsur-unsur
Njajah Desa Milang Kori dalam istilah pendukung Wayang Orang. Unsur
Bahasa Jawa memiliki arti Njajah Desa pendukung dalam Wayang Orang
yaitu Menjelajah, Desa yaitu Desa atau meliputi dalang, tema, alur cerita, adegan,
Kota, Milang yaitu Membilang atau dialog, seni tari, tata rias dan busana,
Menghitung, dan Kori yaitu Pintu. Secara properti, iringan dan tempat pertunjukan.
luas memiliki makna menjelajah dari satu

123
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

Dalang nusantara dan dipakai dalam penulisan


Tokoh utama pemegang kendali karya-karya sastra. Dalam tradisi Jawa,
sebuah pertunjukan wayang adalah Bahasa Jawa Kawi juga disebut Bahasa
seorang dalang. Menurut Claire Jolt Jawa Kuno. Meskipun demikian, Bahasa
(200:175) dalang adalah kekuatan sentral Jawa Kawi sendiri bukan Bahasa Jawa
dari dunia wayang. Dalang merupakan Kuno murni, karena telah mendapat
tokoh yang tidak lepas dari sebuah pengaruh Bahasa sanskerta. Bahasa Jawa
pertunjukan wayang kulit dan Wayang pertengahan muncul di Kerajaan
Orang, begitupula dengan pertunjukan Majapahit, mulai dari abad ke-13 sampai
Wayang Orang dalam Njajah Desa Milang kira-kira abad ke-16. Kemudian sastra
Kori. Berikut wawancara mengenai peran Jawa Tengahan diteruskan di Bali
dalang dengan dalang Edi Sulistiono; menjadi Sastra Jawa-Bali.
Bahasa Rinengga adalah Bahasa
“peranan dalang dalam Wayang
yang merangkai satu kata dengan kata lain
Orang adalah sebagai narator,
sehingga menjadi sebuah Bahasa yang
memperjelas cerita, mengkait-kaitkan
indah dan menarik hati, yang biasanya
adegan yang satu dengan adegan yang
digunakan dalam pedalangan, sambutan
lain dan mempertajam drama. Jane ta
pernikahan dan lainnya. Kemudian
dek, sandiwara Jawa kuwi kabeh
Bahasa Ngoko adalah salah sbahasa yang
nganggo dalang contohnya
paling umum digunakan oleh kalangan
Langendrian, Pranaswara dengan
orang Jawa. Pemakaiannya dihindari
cerita panji, Wayang Topeng juga
untuk berbicara dengan orang yang
pakai dalang mbak. Nah kalau
Bahasa yang digunakan dalang itu dihormati atau orang yang lebih tua .
bahasa pedalangan atau sastra
pedalangan, genre yang khusus karena
kesastraan wayang itu menggunakan
berbagai macam undha ususking basa
artine macam-macam bahasa antara
lain yang digunakan disitu Bahasa
Kawi, Sastra Jawa Tengahan, Basa
Rinengga dan Basa Ngoko. Kemudian
tugasnya mendukung iringan dengan
sulukan, kumbangan, tembangan,
dodokan dan keprakan. Lah dodokan Foto 1. Dalang bersama pengrawit dan sinden
mengiringi pertunjukan Wayang Orang
dan keprakan dalang iku nuntun (dokumentasi: Mita, 26 Januari 2019)
beksa penjoget, yen kleru le ndodok ya
klewu le njoget. Kalau keprak itu Dalang menggunakan busana Jawi
memantapkan gerak, kayane sepele Jangkep yaitu busana jawa lengkap
tapi sebenarnya tidak mbak”. meliputi jarik, beskap, dan blangkon.
(wawancara 8 Agustus 2019)
Tema
Berdasarkan wawancara, dalang Tema merupakan ide, gagasan,
memiliki peran sebagai narator, pandangan hidup pengarang yang
memperjelas cerita, mengkait-kaitkan melatarbelakangi ciptaan karya sastra,
adegan yang satu dengan adegan yang sudah cukup memberikan pengertian tema
lain dan mempertajam drama. secara menyeluruh, Zainudin Fananie
Bahasa yang digunakan yaitu (2001:84). Satu ide tersebut sudah cukup
“undha usuking basa” yang memiliki arti memberikan pengertian tema secara
terdiri dari berbagai macam bahasa, menyeluruh pada suatu hasil karya seni.
antara lain Bahasa Jawa Kawi, Bahasa Wayang Orang memiliki tema
Jawa Tengahan, Bahasa Rinengga dan khusus yang dapat diklasifikasikan
Bahasa Ngoko. Menurut Wikipedia sebagai berikut menurut wawancara
Bahasa Jawa Kawi adalah salah satu jenis dengan Ali Marsudi; (1) tema pernikahan
Bahasa yang pernah berkembang di Pulau atau percintaan, sebagai contoh Gatotkaca
Jawa pada zaman kerajaan Hindu-Budha Gandrung, Gatotkaca Krama, Arjuna Krama,

124
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

dan lain sebagainya. (2) tema turunnya dan perginya tokoh cerita dalam
wahyu, sebagai contoh Wahyu pertunjukan. Adegan pada pertunjukan
Cakraningrat, Wahyu Purbasejati, dan lain Wayang Orang dalam Njajah Desa Milang
sebagainya. (3) tema kelahiran, sebagai Kori tidak mengalami banyak perubahan
contoh Gatotkaca Lahir, Abimanyu Lahir, dari pertunjukan Wayang Orang
Wisanggeni Lahir, dan lain sebagainya. 4) konvensional pada umumnya. Lakon
tema kematian, sebagai contoh Gatotkaca Gatotkaca Gandrung terdiri dari sembilan
Gugur, Pandu Gugur, Duryudana Gugur, adegan. Adegan pada pertunjukan
dan lain sebagainya. 5) tema peperangan, Gatotkaca Gandrung sebagai berikut:
sebagai contoh Perang Baratayuda, Perang
Kembang, Perang Pamuksa, dan lain Adegan Wana Krendhayana
sebagainya.
Berdasarkan uraian mengenai
tema, pertunjukan Gatotkaca Gandrung
menggunakan tema pernikahan atau
perkawinan, di dalam tema pernikahan
atau perkawinan tersebut didalamnya
mengandung tema percintaan, karena
dalam sebuah pernikahan pasti membahas
mengenai cinta. Pertunjukan Wayang Foto 2. Adegan Wana Krendhayana
Orang Gatotkaca Gandrung menceritakan (Dok: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari 2019)
tentang pernikahan Gatotkaca dan
Pregiwa yang sempat dibatalkan, Adegan pertama yaitu bertempat
kemudian karena kesungguhan cinta di Wana Krendhayana yaitu di kediaman
Gatotkaca dan Pregiwa sehingga mereka Lesmana, menggambarkan kegundahan
berjuang dan akhirnya dapat menikah. Lesmana ingin mendapatkan Pregiwa.
Lesmana melakukan semedi kemudian
Alur Cerita mendatangkan Bathari Durga bersama
Alur merupakan runtutan dari para pasukan Yaksa Cakil, prajurit putra
beberapa peristiwa yang dikelompokan dan prajurit putri untuk membantu
menjadi satu dan saling berhubungan Lesmana mewujudkan keinginanya.
kemudian terlihatlah sebuah susunan
peristiwa yang berkualitas (terdapat sebab- Adegan Kasatriyan Madukara
akibat). Sebuah peristiwa akan menjadi
penyebab atau akibat dari peristiwa yang
lain atau sekelompok peristiwa lain,
Hasanudin (1996:89). Alur cerita dalam
pertunjukan Wayang Orang dapat
menggunakan alur cerita maju atau
mundur, hal tersebut sesuai keinginan
sutradara dan dalang.
Pertunjukan Wayang Orang
Njajah Desa Milang Kori lakon Gatotkaca Foto 3. Adegan Kasatriyan Madukara
(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari
Gandrung menggunakan alur cerita maju, 2019)
yaitu menceritakan kisah dari awal
munculnya sebab atau permasalahan Adegan kedua bertempat di
kemudian konflik sebagai akibat dan Madukara dengan suasana berbahagia,
penyelesaian. Bagian penyelesaian Arjuna dan para isteri sedang
memiliki akhir cerita bahagia, yaitu membincangkan pernikahan anaknya
Gatotkaca dapat bersatu dalam ikatan Pregiwa namun berubah gundah setelah
pernikahan dengan Pregiwa. kedatangan tamu Durna. Kedatangan
Durna dan para Kurawa bermaksud
Adegan untuk melamar Pregiwa. Kemudian
Adegan merupakan bagian dari Arjuna bingung, namun karena diancam
babak yang berhubungan dengan datang kekuatan Arjuna akan dihilangkan

125
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

kemudian Arjuna menyetujui pembatalan adalah saling rukun, bergotong royong.


pernikahan Pregiwa dengan Gatotkaca. Turut menyampaikan slogan Desa
Arjuna mengutus Abimanyu untuk Potronayan yaitu “bersatu” yang
memberikan surat pembatalan memiliki kepanjangan Bersih Elok Rapi
pernikahan kepada Werkudara. Sehat Aman Tertib dan Utuh”.

Adegan Kasatriyan Jodhipati Adegan Candakan Madya Wana

Foto 4. Adegan Kasatriyan Jodhipati


(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari Foto 6. Adegan Candakan Madya Wana
2019) (dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari
2019)
Adegan ketiga bertempat di
Jodhipati yaitu kediaman Raden Adegan kelima menggambarkan
Werkudara dengan suasana bahagia isian perjalanan Abimanyu dalam
karena akan menggelar pernikahan mencari kakaknya Gatotkaca yang
kemudian berubah suasana tegang dan diwujudkan dengan perang kembang.
marah. Raden Werkudara, Dewi Arimbi, Perjalanan Abimanyu berangkat dari
dan Gatotkaca sedang membahas Kendayana, kemudian dihadang oleh
pernikahan Gatotkaca. Abimanyu datang para Yaksa Cakil kemudian terjadi
memberikan secarik surat kepada peperangan yang biasa disebut perang
Werkudara, ternyata isinya adalah kembang.
pembatalan. Werkudara marah besar
kemudian menghajar Gatotkaca, Adegan Marga Imbangin Aldaka
mengapa pernikahan bisa dibatalkan
begitu saja.

Adegan Madya Wana

Foto 7. Adegan Candakan Madya Wana


(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari
2019)
Adegan keenam menggambarkan
Gatotkaca sedang sedih, kecewa, putus
Foto 5. Adegan Madya Wana
(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari asa dan ingin bunuh diri. Penggambaran
2019) kesedihan menggunakan ragam gerak
abur-aburan. Namun setelah mendapat
Adegan keempat bertempat di nasehat dari Kresna, ia bangkit kembali
Madya Wana dengan suasana tenang dan untuk mendapatkan Pregiwa.
mengandung humor untuk menghibur Adegan Maduganda ing Kasatriyan
penonton. Muncul Goro-goro para
Madukara
Punokawan dan Nyai Kanastren yang
Adegan ketujuh bertempat di
sedang bersenang-senang. Adegan ini
taman Madukara dengan suasana sedih.
isinya adalah menyampaikan nasehat-
Pregiwa sedang bersedih hati karena
nasehat untuk masyarakat Desa
pembatalan pernikahannya. Pregiwa
Potronayan. Nasehat yang dimaksud

126
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

ditemani oleh adiknya yaitu Pregiwati dan antawecana. Setiap tokoh Wayang Orang
Limbuk, Cangik. Kemudian datang memiliki karakter nada dan pelafalan
Gatotkaca membawa kabur Pregiwa. yang beranekaragam. Sehingga dalam
pencapaian keberhasilan dialog harus
menyesuaikan karakter tokoh masing-
masing, yaitu melalui latihan.
Dialog yang digunakan dalam
pertunjukan Wayang Orang menggunakan
Bahasa Jawa Kawi, Bahasa Jawa
Tengahan, Bahasa Rinengga dan Bahasa
Ngoko. Dialog yang dibuat menyesuaikan
peran pemain yang dibawakan, misalnya
Foto 8. Adegan Madukara menggunakan dialog bahasa jawa ngoko
(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari halus biasa ketika melakukan dialog antara
2019) sesama tahta yaitu para raja kepada
istrinya. Penggunaan bahasa jawa krama
Adegan Kasatriyan Madukara alus dan krama inggil biasa digunakan
untuk dialog antar tokoh yang berusia
muda kepada yang lebih tua, dan antar
tokoh yang belum saling kenal dalam
ceritanya.
Dialog dibuat dalam bentuk
naskah, naskah tersebut dibuat oleh dalang
dan sutradara. Dalang adalah Edi
Sulistyono dan sutradara oleh Ali
Marsudi. Proses membuat dialog yaitu
Foto 9. Adegan Kasatriyan Madukara semua tokoh Wayang Orang berkumpul
(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari
2019) dalam satu ruangan termasuk dalang dan
Adegan kedelapan bertempat di sutradara, mereka saling melakukan dialog
Madukara dengan suasana tegang. sesuai arahan dari narasumber yaitu
Arjuna bersama para isteri menyambut dalang. Perbincangan dialog tersebut
kedatangan Prabu Puntadewa, sambil direkam menggunakan handphone.
Duryudana, dan para Kurawa. Mereka Setelah direkam kemudian di transkip oleh
mengantarkan Lesmana dan diiringi oleh dalang, dibagikan kembali ke pemain.
para prajurit. Ketika ditengah Jadi, dialog dalam pertunjukan Wayang
pembicaraan datang Pegiwati mengadu Orang Njajah Desa Milang Kori ada yang
bahwa Pregiwa telah diculik oleh merupakan bagian dari naskah namun ada
Gatotkaca. Mengetahui hal tersebut yang merupakan improvisasi pemain.
semua hanya bisa pasrah. Gatotkaca : “Paman Arjuna, mboten ateges
kula ndamel wirangipun tiyang
Adegan Marga/Palagan asepuh. Sedaya ingkang kula
Lesmana mengejar Pregiwa, tindakaken menika injih awit
namun ia kalah dalam perang dengan saking agengipun katresnan kula
Gatotkaca. Kemudian sempat terjadi kaliyan yayi Pregiwa”
peperangan antara Arjuna dengan Arjuna : “Kuwi mung pawatan ngawur,
Werkudara, namun setelah dilakukan ngawu gawar, anggonmu
musyawarah akhirnya Arjuna merestui kepenging nalisir saka angger-
pernikahan Gatotkaca dengan Pregiwa. anggering Kautaman, hayuh
pedhotake katresnanmu kalawan
Dialog Pregiwa apa ora Gatotkaca”
Dialog menjadi bagian yang vital Gatotkaca : “Prayogi tinimbang kula kedah
dan perlu dilatih dalam pertunjukan pedhotaken dedaupan katresnan
Wayang Orang, karena penyampaian kula dumateng yayi Pregiwa,
cerita Wayang Orang selain melalui gerak aluwung tumekaning pejah
yaitu menggunakan dialog atau Paman Arjuna” (Dokumentasi:

127
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

Video Gatotkaca Gandrung, atau pemain dari RRI Surakarta,


26 Januari 2019) kurangnya pemahaman pemain terhadap
Teks dialog di atas dapat diartikan kesesuaian gerak dengan iringan,
dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai kurangnya waktu latihan, dan adu
berikut; argumen antara penata tari, sutradara,
Gatotkaca : “Paman Arjuna, bukan dalang, dan penata iringan. Meskipun
maksud saya membuat malu kendala tersebut sering terjadi, namun
orang tua. Semua ini saya ketika pertunjukan berlangsung dapat
lakukan karena rasa cinta saya tersajikan dengan baik.
terhadap Pregiwa” Sumber ide garap tari diperoleh
Arjuna : “Itu hanya pijakan yang melalui rangsang tuntutan konsep garap
sangat ngawur sekali, sutradara, rangsang audio yaitu ide yang
perbuatanmu hanya ingin diperoleh dari mendengarkan suara
berbelok dari gerbang iringan, dan ide pengalaman menyaksikan
kebaikan dan keutamaan. wayang kulit.
Hayuh putuskan hubungan
cintamu dengan Pregiwa atau Tata Rias dan Busana
tidak Gatotkaca?” Tata rias busana adalah
Gatotkaca : “Daripada saya harus keterampilan untuk mengubah,
memutuskan hubungan cinta melengkapi atau membentuk sesuatu yang
saya dengan Pregiwa lebih dipakai mulai rambut sampai ujung kaki,
baik saya mati Paman Lestari (1993:15). Tata busana yang
Arjuna” digunakan dalam pertunjukan Wayang
Orang Njajah Desa Milang Kori
Garap Tari menggunakan kostum Wayang Orang
Pertunjukan Wayang Orang yang lengkap. Tata busana merangkul
diperlukan adanya garap gerak tari dengan kerjasama dengan Sanggar Griya Budaya
berbagai ragam bentuk. Garap gerak Titah Nareswari. Sanggar Griya Budaya
sebagai ungkapan estetis untuk Titah Nareswari (GBTN) merupakan
menggambarkan suasana, tokoh, watak sanggar yang melingkupi bidang penyedia
dan cerita yang disajikan. Gerak jasa persewaan dan pengadaan busana seni
merupakan unsur penunjang yang paling tradisional. Pemilik sekaligus pimpinan
besar peranannya dalam tari, Djelantik dari sanggar tersebut adalah Ali Marsudi.
(2001:23). Gerak yang digunakan dalam Sanggar tersebut beralamat di Sawah,
pertunjukan Wayang Orang Njajah Desa Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa
Milang Kori lakon Gatotkaca Gandrung Tengah (57554).
menggunakan ragam gerak tari gaya
Surakarta. Berdasarkan peran lakon yang
disajikan, gerak yang ditarikan para tokoh
merupakan gerak dasar tari seperti
lumaksana, srisig, jengkeng, sabetan, besut dan
lain sebagainya.
Koreografer atau penata tari di
Wayang Orang Njajah Desa Milang Kori
adalah Wahyu Sapto, memiliki tugas
pokok yaitu membantu sutradara menata
gerak tari sesuai dengan konsep garap
sutradara. Menata gerak termasuk
mengolah garap gerak, menata posisi pola Foto 10. Tata busana tokoh Arjuna
(Dokumentasi: Mita, 26 Januari 2019)
lantai penari, dan menata komposisi
penari.
Wahyu Sapto menuturkan empat Contoh busana yang digunakan
kendala dalam proses pertunjukan tokoh Arjuna menggunakan tata busana
Wayang Orang Njajah Desa Milang Kori sebagai berikut; (1) Irah-irahan luruh adalah
yaitu, kurangnya sumber daya manusia aksesoris mahkota yang digunakan di

128
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

kepala berbentuk corong melengkung, Properti


terbuat dari kertas keras, kain bludru, Properti adalah semua alat atau
payet dan kulit yang di prada emas. (2) yang digunakan sebagai media atau
Anak panah adalah peluru untuk perlengkapan dari pementasan tari, Jazuli
memanah (3) Endong panah adalah tempat (1994:107). Properti yang digunakan
untuk menyimpan anak panah, terbuat dalam pertunjukan Wayang Orang dalam
dari kulit (4) Slempang adalah kain panjang Njajah Desa Milang Kori lakon Gatotkaca
yang digunakan menyilang mengalungi Gandrung adalah Cundrik yang digunakan
dada, untuk mengaitkan endong panah. (5) oleh Prajurit Putri dan surat yang tujukan
Keris adalah senjata yang terbuat dari untuk Werkudara, sebagai berikut;
kerangka kayu atau alumunium, isinya
terbuat dari logam. (6) Sampur adalah kain
berukuran 2-3meter x 0,5 meter dapat
digunakan sebagai properti atau busana
tari. (7) Bara Samir terdiri dari 3 bagian
kain yang dipasang di pinggang kanan dan
kiri. (8) Jarik lereng adalah kain berukuran
2,5meter x 1 meter dengan motif kain
lereng. (9) Binggel kaki adalah gelang kaki
(10) Sumping adalah aksesoris yang
digunakan di telinga (11) Kalung tekak Foto 12. Properti Cundrik
adalah kalung pendek digunakan di leher (Dokumentasi: Mita, 26 Januari 2019)
(12) Kalung ulur adalah kalung yang
ukurannya lebih panjang dari kalung Properti cundrik merupakan
tekak, digunakan di leher. (13) Gelang senjata yang digunakan oleh tokoh
tangan adalah aksesoris yang digunakan di perempuan. Cundrik terdiri dari dua
pergelangan tangan (14) Stagen adalah kain bagian yaitu badan cundrik dan warangka,
panjang yang digunakan di pinggang dan badan cundrik yaitu bagian yang
perut bagian bawah. (15) Epek timang berbentuk panjang, memiliki ujung
adalah sabuk dan gesper yang digunakan runcing, terbuat dari bahan logam putih,
di pinggang. (16) Uncal adalah aksesoris berukuran panjang kurang lebih 25 cm dan
untuk menutupi bagian depan kemaluan lebar 2 cm. Bagian warangka yaitu terbuat
(17) Celana panji adalah celana berukuran dari kayu memanjang yang dilubangi
¾ yang terbuat dari bahan bludru dan tengahnya, lubang tersebut digunakan
dihiasi payet. untuk menyimpan badan cundrik.
Penggunaan properti Cundrik memiliki
makna yang berbeda dalam
penggunaanya, misalkan penggunaan
cunrik pada adegan pertama yaitu
menggambarkan kegigihan dan siap siaga
dalam membantu mewujudkan keinginan
Lesmana. Pada adegan ke-sembilan
digunakan untuk menggambarkan
peperangan dan gejolak hati Pregiwa
divisualisasikan dengan tarian peperangan
Foto 11. Tata rias tokoh Gatotkaca
antara Prajurit Putri dan Pregiwa.
(Dokumentasi: Mita, 26 Januari 2019) Properti surat mengandung makna
bahwa Werkudara benar-benar menerima
Foto diatas merupakan contoh secarik surat dari Arjuna dan membaca
rias karakter putra gagah thelengan, yaitu pemberitahuan pembatalan pernikahan
karakter yang disandang oleh tokoh anaknya.
Gatotkaca. Rias tokoh Gatotkaca
menggunakan alis menjangan ranggah, Iringan
laler menclok, sogokan, godeg, ujung mata Iringan adalah penghayatan isi
dipanjangkan ke atas, dan jambang. hati manusia yang diungkapkan dalam

129
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

bentuk bunyi yang teratur dengan melodi dilaksanakan di Balai Desa Potronayan,
atau ritme serta mempunyai unsur atau Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali,
keselarasan yang indah, Sunarko (1989:5). Provinsi Jawa Tengah.
Iringan dalam pertunjukan Wayang Orang
lakon Gatotkaca Gandrung menggunakan Tata Panggung
seperangkat gamelan laras pelog dan Tata panggung menggunakan
slendro. tempat pendopo Balaidesa, sehingga
Gamelan digunakan sebagai alat penataan panggung dilakukan secara
musik pengiring dari awal hingga selesai kondisional. Panggung yang digunakan
pertunjukan. Alat-alat gamelan yang dapat disebeut panggung non-
digunakan antara lain kendang, saron 1, konvensional karena bereda dengan
saron 2, kethuk, kenong, bonang 1, bonang panggung khusus pertunjukan pada
2, kempul, gong, gender, peking dan rebab. umumnya. Panggung non-konvensional
Terdapat alat musik modern seperti memiliki ciri-ciri cenderung berubah-ubah
saxophone dan drum set untuk memberikan bentuk dari pertunjukan satu dengan
pertanda atau penekanan saat adegan pertunjukan di tempat lain dan sederhana,
perang. Gamelan tersebut dimainkan oleh dengan mengolah tempat seperti lapangan,
kelompok pengrawit dan sinden sebagai pendopo, teras gedung atau kantor, balai
swarawati. ruang, dan lain sebagainya.
Berikut urutan iringan pada
pertunjukan Wayang Orang Njajah Desa
Milang Kori menggunakan; (1) vocal
ilustrasi pada bagian prolog, menuju
adegan satu menggunakan srepeg
kemudian gangsaran dan vocal gangsaran,
lancaran untuk mengiringi prajurit putri, di
akhiri iringan rampogan. (2) Adegan dua
menggunakan pathetan suluk pelog 5,
ketawang Bosanta Pelog 5, Sendhon
Banyumasan Slendro Manyura, Srepeg Foto 13. Panggung pertunjukan di Balaidesa
Lasem Slendro 6, Ayak-ayakan Lasem Potronayan, Boyolali
Slendro 6, Srepeg Mandras Slendro 6, (Observasi: Dwi Yullastuti 2019)
Ayak Mangulis Slendro 6, Kemuda
Slendro 6. (3) Adegan 3 menggunakan Bentuk panggung pada
Ladrang Pisang Bali Slendro 9. (4) Adegan pertunjukan Wayang Orang Njajah Desa
4 menggunakan Ayak-ayakan Banyumas Milang Kori di Potronayan Boyolali seperti
Slendro 9, Srepeg Banyumasan Slendro 9, terdapat pada foto 15. Backdrop dibuat
Lelagon Glopa-Glape Slendro 9. (5) menggunakan kain hitam, ketinggian
Adegan lima menggunakan Lancaran panggung menggunakan trap atau level
Garap, Vokal Lancaran, Sesegan Srepeg. dan dilapisi karpet merah. Pertunjukan di
(6) Adegan terakhir menggunakan Ayak- panggung non-konvensional tetap
ayak Talu, Srepegan, Vokal Srepeg. menggunakan fasilitas penunjang yaitu
Beberapa adegan menggunakan tata cahaya, tata suara, dan tata dekorasi.
pengulangan iringan yang sudah ada. Berikut adalah hasil wawancara
langsung dengan Bapak Agus Marahendra
Tempat Pertunjukan Jaya sebagai operator lighting atau tata
Suatu pertunjukan tidak lepas dari cahaya dari RRI Surakarta;
tempat guna menyelenggarakan “Tata cahaya yang digunakan dalam
pertunjukan itu sendiri. Tempat atau pertunjukan Wayang Orang Njajah Desa
ruangan tersebut disebut pentas, yaitu Milang Kori mempercayakan persewaan
bagian dari arena pertunjukan yang ditata dari luar mbak, kami tinggal memesan
sedemikian rupa sebagai tempat bermain, apa saja kebutuhannya dan bagaimana
Hadi (1987:43-44). Termpat pertunjukan letak pemasangannya kemudian pihak
Wayang Orang dalam Njajah Desa Milang persewaan menyiapkan dan menata
Kori lakon Gatotkaca Gandrung lampu di lokasi, kami hanya tinggal

130
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)

mengoperatori di hari berlangsungnya Saran untuk masyarakat desa supaya ikut


acara saja mbak”. (wawancara, 20 berpartisipasi dengan mengapresiasi
Maret 2019) pertunjukan Wayang Orang yang hampir
punah ini, bagaimanapun tanpa adanya
Berdasar wawancara, baik tata penonton maka sebuah pertunjukan
lampu dan tata suara menggunakan adalah sia-sia. Harapannya agar dapat
persewaan dari luar. Pemesanan dan memunculkan seniman Wayang Orang
persiapan dilakukan oleh pihak desa yang baru dari desa-desa sebagai generasi
sanggup bekerjasama dengan Njajah Desa pelestari budaya.
Milang Kori, spesifikasi telah ditentutkan
oleh pihak Wayang Orang RRI Surakarta DAFTAR PUSTAKA
supaya pertunjukan dapat berjalan dengan Djelantik, A. A. M. 2001. Estetika Sebuah
lancar. Crew dari RRI Surakarta pada Pengantar. Bandung: MSPI
waktu pertunjukan hanya memberikan (Masyarakat Seni Pertunjukan
pengarahan saja, karena teknisi dilakukan Indonesia).
oleh pihak persewaan. Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra.
Surakarta: Muhammadiyah
SIMPULAN University Press.
Simpulan dari pembahasan Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi.
Wayang Orang Njajah Desa Milang Kori Bandung: Rosda.
RRI Surakarta dalam Lakon Gatotkaca Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari.
Gandrung yaitu merupakan kegiatan yang Semarang: IKIP Semarang Press.
langka, hanya LPP RRI Surakarta yang Kusharyani, M., Santoso, B., & Wisnaeni,
memiliki program pertunjukan Wayang F. Eksistensi Dan Perlindungan
Orang dengan konsep berpindah tempat Wayang Orang Sriwedari
atau berkeliling desa yang langsung terjun Surakarta Ditinjau Dari Aspek
di masyarakat. Konsep pertunjukan ini Hukum Hak Cipta. Law
tidak hanya memberikan tontonan namun Reform, 12(1), 60-72.
juga memberikan tuntunan bagi Lestari, Wahyu. 1993. Teknologi Rias
masyarakat, upaya nyata mendekatkan Panggung. Hand Out: IKIP
Wayang Orang pada publik dalam arti Semarang Press.
yang luas. Masyarakat yang belum tahu Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.
wujud Wayang Orang supaya menjadi 1989. Metode Penelitian Survai.
tahu, yang lupa menjadi ingat, dan yang Jakarta: PT Pustaka LP3ES.
ingat menjadi semakin akrab. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan
Konsep garap tetap menggunakan Matematika di Indonesia. Bandung:
konsep garap konvensional yang berpijak Dirjen Dikti. Depdiknas.
pada pakem garap tradisional Wayang Sulanjari, Dwi Retno. 2016. Regenerasi
Orang. Sumber cerita dari kisah Penari Wayang Orang Sriwedari.
Ramayana dan Mahabarata, Yogyakarta: UNY.
menggunakan peran dalang dan sutradara Sunarko, Hadi. 1989. Seni Musik I. Klaten:
sebagai penyanggit dan pembawa cerita PT. Intan Pariwara.
dan memiliki unsur pertunjukan yang
konvensional.
Saran yang dapat penulis
sampaikan untuk kelompok Wayang
Orang LPP RRI Surakara yang
menjalankan program Njajah Desa
Milang Kori, yang pertama adalah agar
semakin luas melakukan pertunjukan
keliling Indonesia. Kedua, agar semakin
semangat mempersembahkan lakon yang
segar, menarik, memberi tuntunan baik,
dan mengembangkan kualitas gerak para
penari menjadi lebih baik.

131

Anda mungkin juga menyukai