Abstract
The concept of Njajah Desa Milang Kori in the Wayang Orang RRI Surakarta performance is to perform a
tour around the village or city. The purpose of this study is to explain the concept of the show and describe and
examine the elements of the Wayang Orang in Njajah Milang Kori Village performance at RRI Surakarta.
The method used is a qualitative research method with the dramaturgy approach. Data obtained through
observation, interviews and documentation which is validated using triangulation, then analyzed by the
process of data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results showed that
the concept of the Wayang Orang in Njajah Milang Kori Village was a show touring the village or moving
from one village to another. Wayang Orang performance has done around the village and can be proven by the
implementation of activities eight times, with different titles and venues from 2012 to January 2019. The
concept of working on the Wayang Orang performance uses a conventional concept, which is the same as the
Wayang Orang performance in general. People can watch the performance for free, even though it still
prioritizes a quality dish that is complete with elements of the performance. The elements of performance are
same with conventional Wayang Orang performances in general, but there are some differences that occur
conditionally depending on the location and environment.
120
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
serta perlindungan ditinjau dari hak cipta Data penelitian ini didapatkan
untuk mengetahui peran dan upaya yang menggunakan metode observasi tidak
dilakukan Pemerintah Kota Surakarta terstruktur, wawancara langsung dengan
untuk melindungi dan melestarikan jenis wawancara semi terstruktur dan
Wayang Orang Sriwedari Surakarta. dokumentasi. Observasi dilakukan pada
Penelitian memiliki kesamaan mengenai tanggal 19 Desember 2019 di RRI
pembahasan Wayang Orang yang hidup Surakarta dengan tujuan perkenalan dan
dan berkembang di Kota Surakarta serta memohon izin penelitian dan pada 26
unsur-unsur pertunjukan Wayang Orang. Januari 2019 di Boyolali menyaksikan
Perbedaan terletak pada objek kajian pertunjukan. Wawancara dilakukan
penelitian yaitu Wayang Orang Sriwedari sebanyak delapan kali di bulan Juli 2019
dan eksistensinya dengan Konsep dengan Ali Marsudi selaku pencetus dan
Pertunjukan Wayang Orang RRI sutradara Wayang Orang Njajah Desa
Surakarta. Relevansi dengan penelitian ini Milang Kori dan beberapa pemain Wayang
yaitu memberikan informasi mengenai Orang RRI Surakarta yang terlibat dalam
Wayang Orang dan unsur-unsurnya. Njajah Desa Milang Kori seperti Edi
Tulisan ini membedah mengenai Sulistiono sebagai dalang, Aris Murtono
konsep pertunjukan Wayang Orang Njajah sebagai koordinator Wayang Orang,
Desa Milang Kori yang mengandung unsur Wahyu Sapto sebagai koreografer dan lain-
pendukung dalam Wayang Orang meliputi lain. Data yang dikumpulkan berupa data
dalang, tema, alur cerita, adegan, dialog, foto tentang RRI dan foto tentang
seni tari, tata rias dan busana, properti, pertunjukan Njajah Desa Milang Kori,
iringan dan tempat pertunjukan berupa data video dan data catatan-catatan
admisnistratif sebagai dokumentasi
METODE penelitian.
Penelitian ini menggunakan Data yang telah dikumpulkan
metode penelitian kualitatif. Menurut kemudian diabsahkan menggunakan
Sugiyono (2015: 14-15) metode penelitian pengujian kredibilitas dengan melakukan
kualitatif adalah metode penelitian yang observasi dan wawancara berulang kali,
berlandaskan pada filsafat post positivisme triangulasi sumber dan waktu,
(paradigma yang memandang realitas meningkatkan ketelitian dan menggunakan
sosial sebagai sesuatu yang utuh, bahan referensi.
kompleks, dinamis, penuh makna, Langkah selanjutnya setelah
hubungan gejala bersifat interaktif). mendapatkan data yang sah peneliti
Metode ini digunakan mengingat objek melakukan analisis data dengan reduksi
yang diteliti merupakan suatu realita yang data, menyajikan data dan menarik
utuh dan komplek sehingga memenuhi simpulan. Berikut merupakan langkah-
filsafat postpositivisme berdasarkan langkah yang dilakukan peneliti dalam
pendapat Sugiyono. menganalisis data.
Penelitian ini menggunakan Pertama yaitu Reduksi data,
pendekatan dramaturgi menurut peneliti melakukan transkip rekaman
Harymawan. Menurut Harymawan (1986: wawancara. Kemudian mengelompokkan
1) dramaturgi adalah ajaran tentang foto berdasarkan waktu pengambilan foto
masalah hokum dan konvensi drama, dan dokumentasi lainnya. Kedua yaitu
keahlian dan teknik penyusunan karya penyajian data, peneliti melakukan
dramatik, sebuah teori yang mempelajari interpretasi data yang diperoleh dari
seluk beluk cerita atau naskah scenario berbagai sumber, kemudian disajikan
yang di dalamnya terdapat studi struktur dalam bentuk paragraph deskriptif yaitu
dramatik, plot, tema, penokohan dan penuangan informasi lebih banyak
setting peristiwa. Unsur-unsur dalam teori menggunakan huruf dan bukan angka.
dramaturgi memiliki unsur yang sama Peyajian data telah disesuaikan
dengan pertunjukan Wayang Orang, menggunakan urutan yang sistematis
sehingga pendekatan dramaturgi adalah sehingga dapat dipahami dengan baik dan
pendekatan yang tepat untuk membedah jelas. Ketiga yaitu penarikan simpulan,
pertunjukan Wayang Orang. peneliti membandingkan hasil yang telah
121
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
122
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
123
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
124
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
dan lain sebagainya. (2) tema turunnya dan perginya tokoh cerita dalam
wahyu, sebagai contoh Wahyu pertunjukan. Adegan pada pertunjukan
Cakraningrat, Wahyu Purbasejati, dan lain Wayang Orang dalam Njajah Desa Milang
sebagainya. (3) tema kelahiran, sebagai Kori tidak mengalami banyak perubahan
contoh Gatotkaca Lahir, Abimanyu Lahir, dari pertunjukan Wayang Orang
Wisanggeni Lahir, dan lain sebagainya. 4) konvensional pada umumnya. Lakon
tema kematian, sebagai contoh Gatotkaca Gatotkaca Gandrung terdiri dari sembilan
Gugur, Pandu Gugur, Duryudana Gugur, adegan. Adegan pada pertunjukan
dan lain sebagainya. 5) tema peperangan, Gatotkaca Gandrung sebagai berikut:
sebagai contoh Perang Baratayuda, Perang
Kembang, Perang Pamuksa, dan lain Adegan Wana Krendhayana
sebagainya.
Berdasarkan uraian mengenai
tema, pertunjukan Gatotkaca Gandrung
menggunakan tema pernikahan atau
perkawinan, di dalam tema pernikahan
atau perkawinan tersebut didalamnya
mengandung tema percintaan, karena
dalam sebuah pernikahan pasti membahas
mengenai cinta. Pertunjukan Wayang Foto 2. Adegan Wana Krendhayana
Orang Gatotkaca Gandrung menceritakan (Dok: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari 2019)
tentang pernikahan Gatotkaca dan
Pregiwa yang sempat dibatalkan, Adegan pertama yaitu bertempat
kemudian karena kesungguhan cinta di Wana Krendhayana yaitu di kediaman
Gatotkaca dan Pregiwa sehingga mereka Lesmana, menggambarkan kegundahan
berjuang dan akhirnya dapat menikah. Lesmana ingin mendapatkan Pregiwa.
Lesmana melakukan semedi kemudian
Alur Cerita mendatangkan Bathari Durga bersama
Alur merupakan runtutan dari para pasukan Yaksa Cakil, prajurit putra
beberapa peristiwa yang dikelompokan dan prajurit putri untuk membantu
menjadi satu dan saling berhubungan Lesmana mewujudkan keinginanya.
kemudian terlihatlah sebuah susunan
peristiwa yang berkualitas (terdapat sebab- Adegan Kasatriyan Madukara
akibat). Sebuah peristiwa akan menjadi
penyebab atau akibat dari peristiwa yang
lain atau sekelompok peristiwa lain,
Hasanudin (1996:89). Alur cerita dalam
pertunjukan Wayang Orang dapat
menggunakan alur cerita maju atau
mundur, hal tersebut sesuai keinginan
sutradara dan dalang.
Pertunjukan Wayang Orang
Njajah Desa Milang Kori lakon Gatotkaca Foto 3. Adegan Kasatriyan Madukara
(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari
Gandrung menggunakan alur cerita maju, 2019)
yaitu menceritakan kisah dari awal
munculnya sebab atau permasalahan Adegan kedua bertempat di
kemudian konflik sebagai akibat dan Madukara dengan suasana berbahagia,
penyelesaian. Bagian penyelesaian Arjuna dan para isteri sedang
memiliki akhir cerita bahagia, yaitu membincangkan pernikahan anaknya
Gatotkaca dapat bersatu dalam ikatan Pregiwa namun berubah gundah setelah
pernikahan dengan Pregiwa. kedatangan tamu Durna. Kedatangan
Durna dan para Kurawa bermaksud
Adegan untuk melamar Pregiwa. Kemudian
Adegan merupakan bagian dari Arjuna bingung, namun karena diancam
babak yang berhubungan dengan datang kekuatan Arjuna akan dihilangkan
125
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
126
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
ditemani oleh adiknya yaitu Pregiwati dan antawecana. Setiap tokoh Wayang Orang
Limbuk, Cangik. Kemudian datang memiliki karakter nada dan pelafalan
Gatotkaca membawa kabur Pregiwa. yang beranekaragam. Sehingga dalam
pencapaian keberhasilan dialog harus
menyesuaikan karakter tokoh masing-
masing, yaitu melalui latihan.
Dialog yang digunakan dalam
pertunjukan Wayang Orang menggunakan
Bahasa Jawa Kawi, Bahasa Jawa
Tengahan, Bahasa Rinengga dan Bahasa
Ngoko. Dialog yang dibuat menyesuaikan
peran pemain yang dibawakan, misalnya
Foto 8. Adegan Madukara menggunakan dialog bahasa jawa ngoko
(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari halus biasa ketika melakukan dialog antara
2019) sesama tahta yaitu para raja kepada
istrinya. Penggunaan bahasa jawa krama
Adegan Kasatriyan Madukara alus dan krama inggil biasa digunakan
untuk dialog antar tokoh yang berusia
muda kepada yang lebih tua, dan antar
tokoh yang belum saling kenal dalam
ceritanya.
Dialog dibuat dalam bentuk
naskah, naskah tersebut dibuat oleh dalang
dan sutradara. Dalang adalah Edi
Sulistyono dan sutradara oleh Ali
Marsudi. Proses membuat dialog yaitu
Foto 9. Adegan Kasatriyan Madukara semua tokoh Wayang Orang berkumpul
(dokumentasi: video Gatotkaca Gandrung, 26 Januari
2019) dalam satu ruangan termasuk dalang dan
Adegan kedelapan bertempat di sutradara, mereka saling melakukan dialog
Madukara dengan suasana tegang. sesuai arahan dari narasumber yaitu
Arjuna bersama para isteri menyambut dalang. Perbincangan dialog tersebut
kedatangan Prabu Puntadewa, sambil direkam menggunakan handphone.
Duryudana, dan para Kurawa. Mereka Setelah direkam kemudian di transkip oleh
mengantarkan Lesmana dan diiringi oleh dalang, dibagikan kembali ke pemain.
para prajurit. Ketika ditengah Jadi, dialog dalam pertunjukan Wayang
pembicaraan datang Pegiwati mengadu Orang Njajah Desa Milang Kori ada yang
bahwa Pregiwa telah diculik oleh merupakan bagian dari naskah namun ada
Gatotkaca. Mengetahui hal tersebut yang merupakan improvisasi pemain.
semua hanya bisa pasrah. Gatotkaca : “Paman Arjuna, mboten ateges
kula ndamel wirangipun tiyang
Adegan Marga/Palagan asepuh. Sedaya ingkang kula
Lesmana mengejar Pregiwa, tindakaken menika injih awit
namun ia kalah dalam perang dengan saking agengipun katresnan kula
Gatotkaca. Kemudian sempat terjadi kaliyan yayi Pregiwa”
peperangan antara Arjuna dengan Arjuna : “Kuwi mung pawatan ngawur,
Werkudara, namun setelah dilakukan ngawu gawar, anggonmu
musyawarah akhirnya Arjuna merestui kepenging nalisir saka angger-
pernikahan Gatotkaca dengan Pregiwa. anggering Kautaman, hayuh
pedhotake katresnanmu kalawan
Dialog Pregiwa apa ora Gatotkaca”
Dialog menjadi bagian yang vital Gatotkaca : “Prayogi tinimbang kula kedah
dan perlu dilatih dalam pertunjukan pedhotaken dedaupan katresnan
Wayang Orang, karena penyampaian kula dumateng yayi Pregiwa,
cerita Wayang Orang selain melalui gerak aluwung tumekaning pejah
yaitu menggunakan dialog atau Paman Arjuna” (Dokumentasi:
127
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
128
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
129
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
bentuk bunyi yang teratur dengan melodi dilaksanakan di Balai Desa Potronayan,
atau ritme serta mempunyai unsur atau Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali,
keselarasan yang indah, Sunarko (1989:5). Provinsi Jawa Tengah.
Iringan dalam pertunjukan Wayang Orang
lakon Gatotkaca Gandrung menggunakan Tata Panggung
seperangkat gamelan laras pelog dan Tata panggung menggunakan
slendro. tempat pendopo Balaidesa, sehingga
Gamelan digunakan sebagai alat penataan panggung dilakukan secara
musik pengiring dari awal hingga selesai kondisional. Panggung yang digunakan
pertunjukan. Alat-alat gamelan yang dapat disebeut panggung non-
digunakan antara lain kendang, saron 1, konvensional karena bereda dengan
saron 2, kethuk, kenong, bonang 1, bonang panggung khusus pertunjukan pada
2, kempul, gong, gender, peking dan rebab. umumnya. Panggung non-konvensional
Terdapat alat musik modern seperti memiliki ciri-ciri cenderung berubah-ubah
saxophone dan drum set untuk memberikan bentuk dari pertunjukan satu dengan
pertanda atau penekanan saat adegan pertunjukan di tempat lain dan sederhana,
perang. Gamelan tersebut dimainkan oleh dengan mengolah tempat seperti lapangan,
kelompok pengrawit dan sinden sebagai pendopo, teras gedung atau kantor, balai
swarawati. ruang, dan lain sebagainya.
Berikut urutan iringan pada
pertunjukan Wayang Orang Njajah Desa
Milang Kori menggunakan; (1) vocal
ilustrasi pada bagian prolog, menuju
adegan satu menggunakan srepeg
kemudian gangsaran dan vocal gangsaran,
lancaran untuk mengiringi prajurit putri, di
akhiri iringan rampogan. (2) Adegan dua
menggunakan pathetan suluk pelog 5,
ketawang Bosanta Pelog 5, Sendhon
Banyumasan Slendro Manyura, Srepeg Foto 13. Panggung pertunjukan di Balaidesa
Lasem Slendro 6, Ayak-ayakan Lasem Potronayan, Boyolali
Slendro 6, Srepeg Mandras Slendro 6, (Observasi: Dwi Yullastuti 2019)
Ayak Mangulis Slendro 6, Kemuda
Slendro 6. (3) Adegan 3 menggunakan Bentuk panggung pada
Ladrang Pisang Bali Slendro 9. (4) Adegan pertunjukan Wayang Orang Njajah Desa
4 menggunakan Ayak-ayakan Banyumas Milang Kori di Potronayan Boyolali seperti
Slendro 9, Srepeg Banyumasan Slendro 9, terdapat pada foto 15. Backdrop dibuat
Lelagon Glopa-Glape Slendro 9. (5) menggunakan kain hitam, ketinggian
Adegan lima menggunakan Lancaran panggung menggunakan trap atau level
Garap, Vokal Lancaran, Sesegan Srepeg. dan dilapisi karpet merah. Pertunjukan di
(6) Adegan terakhir menggunakan Ayak- panggung non-konvensional tetap
ayak Talu, Srepegan, Vokal Srepeg. menggunakan fasilitas penunjang yaitu
Beberapa adegan menggunakan tata cahaya, tata suara, dan tata dekorasi.
pengulangan iringan yang sudah ada. Berikut adalah hasil wawancara
langsung dengan Bapak Agus Marahendra
Tempat Pertunjukan Jaya sebagai operator lighting atau tata
Suatu pertunjukan tidak lepas dari cahaya dari RRI Surakarta;
tempat guna menyelenggarakan “Tata cahaya yang digunakan dalam
pertunjukan itu sendiri. Tempat atau pertunjukan Wayang Orang Njajah Desa
ruangan tersebut disebut pentas, yaitu Milang Kori mempercayakan persewaan
bagian dari arena pertunjukan yang ditata dari luar mbak, kami tinggal memesan
sedemikian rupa sebagai tempat bermain, apa saja kebutuhannya dan bagaimana
Hadi (1987:43-44). Termpat pertunjukan letak pemasangannya kemudian pihak
Wayang Orang dalam Njajah Desa Milang persewaan menyiapkan dan menata
Kori lakon Gatotkaca Gandrung lampu di lokasi, kami hanya tinggal
130
Dwi Yullastuti / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
131