Anda di halaman 1dari 11

KLINIK ...

Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,


Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK ...


TAHUN 2022

TENTANG
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
KLINIK ...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENANGGUNG JAWAB KLINIK ... ,

Menimbang : a. Bahwa tugas Tim Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi adalah membantu Penanggung Jawab
Klinik ... untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan
medis Klinik ... melalui pencegahan dan pengendalian infeksi;
b. Bahwa dalam rangka melaksanakan
tugasnya, Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
berkoordinasi dengan Tim Manajemen Mutu guna
mengendalikan infeksi nosokomial di Klinik ... ;
c. Bahwa dalam rangka pemenuhan
Akreditasi Klinik ... , dimana Klinik ... diharapkan dapat
memenuhi kegiatan standar pelayanan pengendalian infeksi di
Klinik ... ;
d. bahwa Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Klinik ... agar dapat berperan dalam
upaya-upaya preventif, promotif, dan sebagainya;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Klinik ...

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 2014, tentang Klinik;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;


6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No
270/MENKES/2007 tentang Pedoman Manajerial PPI di RS
dan Fasyankes Lainnya;
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No
382/Menkes/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan
Fasyankes Lainnya;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB TENTANG KEBIJAKAN
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI KLINIK ... ;
Kesatu : Kebijakan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Klinik ... sebagaimana tercantum dalam lampiran surat
keputusan ini.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 2022
PENANGGUNG JAWAB KLINIK ... ,

CCC
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

LAMPIRAN
SK PENANGGUNG JAWAB KLINIK ...
NOMOR :
TENTANG : KEBIJAKAN PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI


KLINIK ...

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


KLINIK ...
1. Penanggung Jawab Klinik ... membentuk Tim PPI Klinik ... sesuai dengan
SK Penanggung Jawab Klinik ... yang mempunyai tugas, fungsi dan
kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial PPI Rumah
Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah
Penanggung Jawab Klinik ... , yang disusun terdiri dari ketua, sekretaris,
dan anggota.
3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, petugas
laboratorium, perawat, bidan, petugas farmasi, ahli gizi, ahli sanitasi, dan
rekam medis.
4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
5. Semua unit kerja di Klinik ... harus melaksanakan kegiatan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI).
6. Tim PPI mengadakan rapat secara berkala untuk mengevaluasi hasil
surveillance, kinerja tim dan menentukan tindak lanjut.
7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat berkala kepada Penanggung Jawab
Klinik ... , manajemen, staf medis, staf penunjang medis dan umum.
8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan.
9. Klinik ... mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam anggaran
PPI.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI KLINIK ...


KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

1. Kewaspadaan Standar
2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
3. Bundles
4. Surveilans
5. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan dalam Rangka Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
6. Penggunaan Anti Mikroba yang bijak

C. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR

1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene


a. Semua karyawan Klinik ... , pasien dan pengunjung harus menjaga
kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air
bersih dan sabun atau handrub menggunakan cairan antiseptik
berbasis alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum kontak
dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah
melakukan tindakan invasif yang berhubungan cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan
pasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air
mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub
cairan antiseptic berbasis alcohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 12 langkah selama 40-60
detik, dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan dengan
benar 8 langkah selama 20-30 detik, dengan prosedur yang sesuai
dengan rekomendasi WHO.
f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui monitoring
terhadap seluruh petugas Klinik ... setiap bulan.
g. Apabila hasil survei kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum
memenuhi standar dilakukan sosialisasi/training ulang kebersihan
tangan pada unit tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung
barrier untuk melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas
kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko
menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan
prosedur yang benar.
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus


memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker bedah, masker N95, alat
pelindung mata (goggles plastic bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor), topi, gaun pelindung, coverall/hazmat,
apron, pelindung kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah
infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan
dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.

3. Pengelolaan limbah
a. Klinik ... berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan
cara pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai
jenis limbah.

4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya merupakan salah satu upaya pencegahan pengendalian infeksi di
Klinik ... .
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan
dengan melakukan pembersihan lingkungan, desinfeksi permukaan
lingkungan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien,
melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat, mempertahankan
mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.

5. Perlindungan Kesehatan karyawan


a. Karyawan Klinik ... diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip PPI yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai
dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan Klinik ... terutama karyawan medis dan paramedis, berhak
mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.
c. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,
kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
d. Karyawan Klinik ... yang merawat pasien menular melalui udara harus
mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran,
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur bila
terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus
diberi penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

6. Praktek menyuntik yang aman


a. Semua petugas medis dan paramedis Klinik ... wajib melakukan praktik
menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai
karena jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam
vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat
menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.

7. Hygiene respirasi (etika batuk)


a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan
untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk
mencegah sekresi pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup hidung
dan mulut, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan
tangan.

8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien


a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk
mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan
bedah, dan barang-barang habis pakai lainnya adalah
(precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau
desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi
HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi. Proses ini adalah dengan
melakukan perendaman dengan memakai detergen atau larutan enzymatic
sampai seluruh permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah
atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh
kulit atau menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic,
membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua


mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan
merebus, menguapkan atau memakai desinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus,
fungi dan parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan
uap tekanan tinggi (autoklaf ), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau
radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai
prosedur.

9. Penatalaksanaan linen
a. Klinik ... berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar.
b. Klinik ... berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam
kantong/wadah yang tidak rusak saat diangkut.
d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan

10. Penempatan pasien


a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk
melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap penyakit
menular dan melindungi pasien lainnya dari infeksi.
b. Pasien non infeksius ditempatkan di ruang yang terpisah dengan pasien
infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airborne maupun melalui
kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk
mencegah transmisi langsung atau tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting
(pasien dengan diagnosa yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non
infeksius.

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting,
bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi
mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan dengan jarak >1 meter (3
kaki) antar TT (tempat tidur). Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke
lingkungan dan pasien lain.
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan
pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi
ke pasien lain atau lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk
ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan
infeksius (feses, cairan drain), lepaskan sarung tangan sebelum
keluar dari kamar pasien dan cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien
untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan
lingkungan, barang di ruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy,
colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan.
Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau
pasien dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan desinfeksi
sebelum dipakai untuk pasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila
keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar TT
dan jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu
penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi
dan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat
kontak erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai
saat memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak
bergerak jarak jauh.
3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ; tekanan
negative, pertukaran udara 6-12 X /jam sebelum udara mengalir ke
ruang atau tempat lain di Klinik ... . Usahakan pintu ruang pasien
tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang sama, jangan dicampur
dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak >1 meter. Konsultasikan
dengan Tim PPI Klinik ... sebelum menempatkan pasien bila tidak ada
ruang isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.

b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila
perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah
menyebarnya droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi 95%) saat
masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang rentan
seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek
campak, cacar air kecuali petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus
masuk maka harus mengenakan masker respirator untuk pencegahan.
Orang yang pernah sakit campak atau cacar air tidak perlu memakai
masker.
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol maka APD
yang digunakan adalah masker bedah, gaun, goggle, dan sarung tangan.
B. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC
”Guideline for Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”

E. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM RANGKA


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. Semua anggota Tim PPI Klinik ... wajib memiliki sertifikat Pelatihan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tingkat Dasar.
2. Semua pegawai baru Klinik ... baik tenaga medis maupun non medis wajib
menjalani program orientasi pegawai baru baik orientasi umum maupun
khusus yang salah satu materinya adalah pelatihan tentang pencegahan
dan pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
3. Semua pegawai Klinik ... wajib mengikuti pelatihan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi tingkat dasar (bagi yang belum pernah pelatihan)
secara bertahap yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
4. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikutsertakan
seluruh karyawan Klinik ... , pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.
5. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada karyawan Klinik
... , pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

F. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PEMASANGAN


ALAT KESEHATAN (BUNDLES)
1. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait
pemasangan kateter (CAUTI / Catheter Associated Urinary Tract Infection)
a) Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami dan
terampil dalam teknik pemasangan secara aseptic dan perawatan
kateter sesuai prosedur.
b) Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada keadaan
tertentu.
c) Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan indikasi.
2. Kebijakan Upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasangan infus
a) Pemasangan infus dikerjakan oleh petugas yang memahami dan
terampil dalam teknik pemasangan secara aseptic dan perawatan infus
sesuai prosedur.
b) Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko inflamasi dan
infeksi.
c) Pemindahan tempat penusukan setiap 32 jam.

G. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTI MIKROBA YANG BIJAK


1. Klinik ... membatasi penggunaan beberapa antibiotik tertentu yang
dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang resisten
terhadap obat yang lazim dipakai.
2. Klinik ... melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-
obatan lainnya seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

H. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk
mengurangi resiko dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien,
tenaga pelayanan kesehatan dan pengunjung termasuk mengembangkan
program surveillance infeksi yang relevan, yang dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan, terintegrasi dengan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang berhubungan
dengan masalah infeksi, dalam hal ini pemantauan CAUTI dan phlebitis.
2. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang
sistematis, analisis dan interpretasi yang terus-menerus dari data HAIs
yang penting untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan pencegah dan
pengendalian infeksi di Klinik ... yang didesiminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang meliputi
surveillance proses dan surveillance hasil.
KLINIK ...
Capitol Business Park Blok B – 2 Jl. Niaga Raya,
Cikarang Baru Bekasi 17550, Telp 89831945 –
89832170 – fax 89831946

4. Surveilance dilakukan oleh tim PPI.


5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang dibuat
oleh Tim PPI yang diserahkan kepada Penanggung Jawab Klinik ... .
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapat
bulanan, kemudian evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi dan tindak
lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada bulan
berikutnya.

PENANGGUNG JAWAB KLINIK ... ,

CCC

Anda mungkin juga menyukai