Anda di halaman 1dari 22

RELEVANSI KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DENGAN

KEBUTUHAN PEMUSTAKA TUNAGRAHITA DI SLB-B NEGERI PEMBINA


PALEMBANG

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

ARNIZA DWI FIBRI


NIM. 1830403041

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2022
Relevansi Ketersediaan Koleksi Perpustakaan Dengan Kebutuhan Pemustaka
Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa B Negeri Pembina Palembang

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini informasi merupakan salah satu kebutuhan
mendasar dalam kehidupan manusia. Setiap orang bersaing untuk lebih cepat
mendapatkan, mengetahui informasi yang ada dan sedang berkembang agar tidak
ketinggalan informasi. Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi memiliki peran
yang sangat penting dalam memenuhi sagala kebutuhan informasi masyarakat.

Perpustakaan sebagai tempat penyedia informasi harus mampu mengolah dan


menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga kebutuhan informasi
masyarakat dapat terpenuhi. Informasi yang dibutuhkan masyarakat sangat beragam.
Semakin hari kebutuhan informasi tersebut semakin banyak pula, sehingga perpustakaan
sebagai tempat informasi bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan informasi
tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut perpustakaan menyediakan
inforrmasi berupa koleksi perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna
perpustakaan. Sehingga koleksi tersebut akan dibutuhkan dan dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin oleh pengguna perpustakaan.

Perpustakaan tidak indentik dengan bentuk fisiknya, yaitu gedung atau ruangan
tetapi sebuah institusi yang di dalamnya terdapat berbagai macam koleksi yang
kemudian dikelola dan diatur sesuai dengan ketentuan yang ada untuk kepentingan
pengguna dalam mencari informasi secara tepat, cepat dan juga dikembangkan sesuai
kebutuhan pemustaka perpustakaan (Sulistyo-Basuki, 1991: 3). Hal ini menunjukkan
bahwa perpustakaan memang dituntut untuk memenuhi segala kebutuhan informasi
masyarakat.

Perpustakaan akan berfungsi maksimal jika semua informasi yang ada terutama
koleksi dapat dimanfaatkan secara optimal dan efisien oleh pengguna. Sebagaimana
tujuan dari sebuah perpustakaan adalah mendayagunakan koleksi yang dimiliki agar
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh penggunanya. Karena tanpa adanya
koleksi yang baik dan memadai maka perpustakaan tidak akan memberikan layanan yang
baik kepada masyarakat pemakainya (Yulia dalam Nurlaela, 2010: 2). Selanjutnya
Darmono (2001: 132) menambahkan bahwa perpustakaan memang didirikan untuk
melayani permintaan pengguna, oleh sebab itu kebutuhan pemustaka harus selalu
diperhatikan.

Koleksi perpustakaan memiliki peran yang besar dalam keberhasilan suatu


perpustakaan. Namun banyaknya koleksi belum bisa dijadikan tolak ukur utama bagi
idealnya sebuah perpustakaan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Calvert dalam
Agee (2005: 95) yang menyatakan bahwa “The tone of service has also shifted to a focus
on meeting needs of the information seeker, rather than the traditional ownership of
prescribed numbers of holdings.” Secara garis besar pendapat tersebut menyatakan
bahwa ukuran dalam pemenuhan bukan hanya dilihat dari seberapa banyak koleksi yang
dimiliki perpustakaan, tetapi yang lebih penting adalah koleksi yang disediakan
perpustakaan tersebut mampu memenuhi kebutuhan pemustaka.

Keberadaan perpustakaan umum pada saat ini diharapkan mampu memenuhi


segala kebutuhan informasi masyarakat karena perpustakaan umum memeliki peran
strategis dalam melayani, yaitu melayani semua lapisan masyarakat tanpa membedakan
suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur
dan pendidikan serta perbedaan lainnya. Perpustakaan umum memiliki peranan penting
bagi masyarakat sekitarnya dalam memberikan layanan informasi yang diperlukan, serta
dapat mewujudkan masyarakat dan bangsa yang cerdas.

Selain itu, dalam penyediaan koleksi yang mencukupi kebutuhan pemustaka dan
layanan yang memuaskan diharapkan memberikan citra perpustakaan yang baik di
masyarakat. Sehingga masyarakat merasa membutuhkan dan ingin mengunjungi
perpustakaan untuk mendapatkan solusi yang mereka hadapi. Pada akhirnya
perpustakaan menjadi fasilitator dalam belajar dan menjadi sumber informasi
penyelesaian persoalan masyarakat.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Simatupang (2016) bahwa ketersediaan


koleksinya sudah banyak dan beragam, namun tidak mencukupi dan tidak relevan
dengan kebutuhan informasi pengguna. Hal ini dapat dilihat dari 91 responden
penelitian, hanya 48,35% menyatakan bahwa bahan perpustakaan yang dilayankan sudah
sesuai, sisanya menyatakan belum relevan dan belum mencukupi kebutuhan informasi
pengguna yaitu sebanyak 51,65%. Selanjutnya Ginting (2011) menyatakan bahwa
jumlah bahan perpustakaan dan jenis kebutuhan pengguna yang ada di KKPD Kabanjahe
kurang mencukupi serta hanya kadang-kadang pengguna menemukan bahan

3
perpustakaan yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena pihak perpustakaan tidak
pernah menganalisis kebutuhan informasi pengguna dalam pengadaan bahan
perpustakaan yang sesuaia dengan kebutuhan pengguna.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, Sekolah Luar Biasa-B Negeri Pembina
Palembang yang beralamatkan di Jl. Kebun Bunga, Kebun Bunga, Kec. Sukarami, Kota
Palembang, Sumatera Selatan yang telah terakreditasi ( A ). Tenaga kependidikan di
SLB-B Negeri Pembina Palembang Sumatera Selatan terdiri dari 71 orang yang terdiri
dari 48 pns dan 23 honorer, memiliki 61 ruang kelas, 62 rombongan belajar serta
memiliki 395 siswa. 1 ruang laboratorium , dan 1 ruang Perpustakaan dengan jumlah
koleksi sebanyak 10.121 judul dan 20.437 eksemplar. Dalam penelusuran yang peneliti
lakukan, SLB-B Negeri Pembina kurang mampu memenuhi kebutuhan pengguna, karena
perpustakaan SLB-B Negeri Pembina lebih banyak menyediakan buku-buku umum,
paket/tema, cerita pendek, dan buku Braille. Pada prinsipnya, semua koleksi yang ada di
perpustakaan harus relevan dengan kebutuhan pemustaka. Namun sejauh ini,
ketersediaan koleksi yang ada pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-B Negeri Pembina
Palembang belum diketahui kerelevanannya dengan kebutuhan informasi pemustaka.

Permasalahan ketersediaan koleksi yang dihadapi secara prinsip sebenarnya


bukan sekedar masalah bagi pemustaka maupun pustakawan semata, akan tetapi
permasalahan instansi secara menyeluruh. Dalam penelitian ini, peneliti membuat hal-hal
yang harus dilakukan dalam ketersediaan koleksi di perpustakaan menjadi butir-butir
pertanyaan dalam mengetahui ketersediaan koleksi untuk memenuhi kebutuhan
informasi pemustaka tunagrahita di SLB Negeri Pembina Palembang. Berbagai macam
yang diperlukan dalam menyediakan koleksi untuk memenuhi kebutuhan pemustaka
meliputi kerelevanan, kemutahiran, rasio judul, pemakaian, spesialis bidang, kualitas dan
objek. Maka berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih
mendalam secara ilmiah mengenai “Relevansi Ketersediaan Koleksi Perpustakaan
Dengan Kebutuhan Informasi Pemustaka Tunagrahita di SLB-B Negeri Pembina
Palembang”

4
B. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya koleksi buku, seperti buku bergambar dan buku pelajaran khusus yang
sesuai dengan kebutuhan pemustaka tunagrahita. Buku pembelajaran penting bagi
pemustaka karena digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di ruang kelas.

2. Kepala sekolah yang menaungi perpustakaan kurang memperhatikan kebutuhan


informasi bagi pemustaka tunagrahita dan lebih terfokus dalam mengembangkan
kebutuhan sekolah terlebih dahulu. Hal ini akan berdampak dalam pengetahuan bagi
anak tunagrahita yang kurang maksimal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa


permasalahan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana ketersediaan koleksi perpustakaan di Sekolah Luar Biasa Negeri


Pembina Palembang ?
2. Bagaimana kebutuhan informasi pemustaka di Sekolah Luar Biasa Negeri
Pembina Palembang ?
3. Bagaimana relevansi antara ketersediaan koleksi perpustakaan dengan
kebutuhan informasi pemustaka di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Palembang ?
D. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka penulis
membatasi masalah penelitian yang akan dibahas untuk mempermudah proses
pelaksanaan penelitian dan agar pembahasannya tidak meluas dan menyimpang dari
permasalahan utama, maka penulis memfokuskan penelitian ini pada ketersediaan
koleksi perpustakaan, kebutuhan informasi pemustaka,dan hubungan relevansi koleksi
dengan kebutuhan informasi pengguna pada Perpustakaan SLB-B Negeri Pembina
Palembang, penelitian ini dikhususkan untuk pendidik bukan peserta didik.

5
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka penelitian ini ditunjukan untuk :
1. Untuk mengetahui ketersediaan koleksi perpustakaan di Sekolah Luar Biasa-B
Negeri Pembina Palembang.
2. Untuk mengetahui informasi pemustaka di Sekolah Luar Biasa Negeri
Pembina Palembang .
3. Untuk mengetahui kesesuaian antara ketersediaan koleksi perpustakaan
dengan kebutuhan informasi pemustaka di Sekolah Luar Biasa Negeri
Pembina Palembang.
F. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat, diantara sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti sendiri dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk
melakukan penelitian selanjutnya dan menjadi acuan yang dapat
diterapkan dalam dunia pekerjaan.
2. Bagi Program Studi Ilmu Perpustakaan, dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat menjadi khasanah hasil penelitian di bidang ilmu
perpustakaan terkhusus mengenai Relevansi ketersediaan koleksi
perpustakaan dengan kebutuhan pemustaka tunagrahita disekolah.
b. Manfaat Praktis
1. Hasil dari kajian yang dikembangkan dalam penelitian dapat menjadi
bahan pertimbangan dan tambahan informasi bagi Sekolah Luar Biasa-B
Negeri Pembina Palembang dalam hal relevansi ketersediaan koleksi
perpustakaan dengan kebutuhan pemustaka tunagrahita.
G. Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka adalah menginformasikan penelitian-penelitian terdahulu yang
terkait dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, dengan demikian dapat diketahui
perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu.
Penelitian ini tentang Relevansi Ketersediaan Koleksi Dengan Kebutuhan
Informasi Pemustaka Tunagrahita di SLB Negeri Pembina Palembang. Banyak referensi
yang berkaitan dengan penelitian tersebut, tetapi penulis hanya mengemukakan beberapa
referensi yaitu sebagai berikut :

6
Sunarti (2017) dalam skripsi yang berjudul “Relevansi Koleksi Perpustakaan
Dengan Kebutuhan Pemustaka di Perpustakaan STIKPER Gunung Sari Makassar”.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi koleksi yang ada di
perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKPER) Gunung Sari Makassar,
untuk mengetahui relevansi koleksi antara koleksi perpustakaan dengan kebutuhan
pemustaka di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKPER) Gunung Sari
Makassar, dan untuk mengetahui seberapa besar relevansi koleksi perpustakaan dengan
kebutuhan pemustaka di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKPER)
Gunung Sari Makassar. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitaif. Sampel penelitian menggunakan rumus
Arikunto yaitu 10% dari jumlah populasi dan menggunakan tekhnik accidental sampling
diperoleh 67 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang
dibagikan langsung kepada responden. Hasil penelitian ini menunjukkan penilaian 67
responden untuk nilai kondisi koleksi perpustakaan sebesar 3.769 atau 94 % termasuk
dalam kategori baik dengan rentang skor (1.005 – 4.020). Nilai 3.769 termasuk dalam
interval penilaian baik dan mendekati sangat baik. Relevansi koleksi perpustakaan (X)
dengan kebutuhan pemustaka (Y) di Perpustakaan STIKPER Gunung Sari Makassar
adalah Kuat dengan nilai korelasi 0,618. Artinya nilai korelasi berada di interval (0,60 -
0,799). Dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara koleksi perpustakaan dengan
kebutuhan pemustaka di perpustakaan STIKPER Gunung Sari Makassar dan besar
relevansi koleksi perpustakaan dengan kebutuhan pemustaka di Perpustakaan STIKPER
Gunung Sari Makassar adalah sebesar 0,618.
Abdul Ghaffar (2017) dalam skripsi yang berjudul “Relevansi Ketersediaan
Koleksi Perpustakaan Dengan Kebutuhan Informasi Pemustaka Pada Badan Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kabupaten Kotabaru”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana ketersediaan koleksi perpustakaan dan kebutuhan informasi pemustaka serta
relevansi antara ketersediaan koleksi perpustakaan dengan kebutuhan informasi pemustaka
pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Kotabaru. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah pemustaka yang berada di perpustakaan BPAD Kotabaru dengan
jumlah 420 orang sedangkan sample penelitian 15% dari jumlah populasi yaitu 63 orang.
Untuk mengetahui sample penelitian digunakan teknik Propotionate Stratified Random
Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung

7
kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan tabel frekuensi dan
persentase dari hasil pengolahan data tentang ketersediaan koleksi perpustakaan, jika
dirata-ratakan ada 55 responden atau 87,59% yang menyatakan bahwa ketersediaan
koleksi perpustakaan di perpustakaan BPAD Kotabaru sudah baik. Dan variabel
kebutuhan informasi berdasarkan beberapa tabel frekuensi dan persentase dari hasil
pengolahan data tentang kebutuhan informasi pemustaka, jika dirata-ratakan ada 48
responden atau 77,24% yang menyatakan bahwa koleksi yang tersedia di perpustakaan
BPAD Kotabaru dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Dari hasil uji korelasi,
maka dapat diketahui nilai korelasi variabel ketersedian koleksi perpustakaan dengan
kebutuhan informasi pemustaka sebesar 0,386 (positif) dengan nilai signifikan atau p-
value sebesar 0,002 artinya ada hubungan antara ketersedian koleksi perpustakaan dengan
kebutuhan informasi pemustaka. Sesuai dengan hasil uji korelasi product moment pearson,
nilai tersebut menunjukkan adanya korelasi yang rendah (0.21-0.40).
Eko Saputra Utama, Nining Sudiar, dan Vita Amelia (2021) dalam jurnal VISI
PUSTAKA yang berjudul ““Relevansi Koleksi Perpustakaan Dengan Kebutuhan
Informasi Pengguna di Perpustakaan Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana relevansi
koleksi perpustakaan dengan kebutuhan informasi pengguna di Perpustakaan Fakultas
Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Kebutuhan informasi mutakhir: sebanyak 57 responden mencari koleksi dari sisi
keilmuannya, sementara itu dalam hal ketersediaan koleksi Perpustakaan Fahutan Unilak
pada kebutuhan informasi mutakhir ditemukan yang paling banyak disediakan berdasarkan
sampul koleksi berjumlah 454 judul. (2) Kebutuhan informasi rutin: 50 responden
membutuhkan hasil penelitian dosen (jurnal) dan mahasiswa (skripsi), sementara itu dalam
hal ketersediaan koleksi Perpustakaan Fahutan Unilak pada kebutuhan informasi rutin
ditemukan yang banyak disediakan adalah koleksi buku, laporan, modul, skripsi, dan
jurnal yang sering dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas kuliah yang berjumlah 1.216
judul. (3) Kebutuhan informasi mendalam: 61 responden membutuhkan karya cetak (buku,
majalah, laporan, dan lainnya), sementara itu ketersediaan koleksi Perpustakaan Fahutan
Unilak pada kebutuhan informasi mendalam, yaitu tersedia skripsi, jurnal buku, prosiding,
buku, dan majalah dengan jumlah 886 judul. (4) Kebutuhan informasi sekilas: 64
responden membutuhkan daftar judul koleksi baru dalam mencari informasi, sementara itu
dalam hal ketersediaan koleksi Perpustakaan Fahutan Unilak pada kebutuhan informasi

8
sekilas ditemukan 761 judul informasi yang singkat dan jelas seperti majalah, buletin,
laporan, dan buku.
Asmaul Husna (2018) dalam skripsi ini membahas tentang “Relevansi
Ketersediaan Koleksi Perpustakaan dengan Kebutuhan Informasi Pemustaka pada Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Musi Banyuasin”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seperti apa ketersediaan koleksi perpustakaan, seperti apa kebutuhan
informasi pemustaka, dan seberapa tinggi tingkat hubungan antara ketersediaan koleksi
perpustakaan dengan kebutuhan informasi pemustaka pada Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Musi Banyuasin. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pemustaka
yang berada pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Musi Banyuasin dengan
jumlah 720 orang, sedangkan sample penelitian 10% dari jumlah populasi yaitu 72 orang.
Untuk mengetahui sample penelitian digunakan teknik Propotionate Stratified Random
Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung
kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi jawaban 72 responden
mengenai variabel ketersediaan koleksi perpustakaan pada Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Musi Banyuasin termasuk ke dalam kategori sangat baik menurut
rating scale dengan perolehan skor 2.914 atau jika dipersentasekan sebesar 84,3%. Dan
distribusi jawaban 72 responden mengenai variabel kebutuhan informasi pemustaka pada
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Musi Banyuasin termasuk ke dalam
kategori tidak baik dan hampir mendekati baik menurut rating scale dengan perolehan skor
4.891 atau jika dipersentasekan sebesar 60.6%. Dari hasil uji korelasi dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment, diperoleh tingkat hubungan antara
ketersediaan koleksi perpustakaan dengan kebutuhan informasi pemustaka sebesar 0.606.
Berdasarkan kriteria ini untuk 0.606 terletak pada interval 0.60-0.799 yang menunjukkan
tingkat hubungan yang kuat, dengan 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 0.606 dan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 0.227
dengan taraf signifikan 5% maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan koleksi perpustakaan memiliki tingkat hubungan yang
kuat (signifikan) dengan kebutuhan informasi pemustaka pada Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Musi Banyuasin.
Persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
sama-sama meneliti mengenai Relevansi ketersediaan koleksi dengan kebutuhan informasi
pemustaka, kemudian perbedaannya yaitu pertama pada lokasi penelitian, kedua dari segi
pembahasan dalam penelitian ini membahas tentang ketersediaan koleksi, kebutuhan

9
pemustaka, dan pemustaka tunagrahita, ketiga dari segi metodologi penelitian dalam
skripsi ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif,
terakhir yaitu dari beberapa tinjauan pustaka di atas belum ada yang mengkaji secara
khusus tentang relevansi ketersediaan koleksi perpustakaan dengan kebutuhan informasi
pemustaka Tunagrahita di SLB-B Negeri Pembina Palembang dengan artian dapat
dikatakan bahwa penelitian ini dianggap baru.

H. Kerangka teori
1. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal dan formal, artinya
perpustakaan merupakan tempat belajar di luar maupun di lingkungan pendidikan
sekolah. Yang berkaitan dengan pendidikan non formal yaitu perpustakaan umum,
sedangkan yang berkaitan dengan pendidikan formal adalah perpustakaan perguruan
tinggi dan perpustakaan sekolah.
Keberadaan perpustakaan di sekolah menjadi salah satu unit terpenting untuk
mencapai keberhasilan pendidikan dan merupakan fasilitas utama sebagai penunjang
sumber belajar di sekolah. Sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 2 tahun 1989,
berbunyi: “Sumber belajar dan mengajar yang lengkap merupakan implementasi
pendidikan yang baik. Suatu sumber terpenting untuk mendukung proses belajar dan
mengajar adalah perpustakaan sekolah. Tanpa perpustakaan sekolah kegiatan belajar
dan mengajar tidak akan berhasil.” Pernyataan Undang-undang di atas dapat dijadikan
bahan renungan bagi setiap sekolah untuk mempertimbangkan penyelenggaran
perpustakaan di sekolah agar tercapai tujuan pendidikan.
Menurut Bafadal (2008: 4-5) perpustakaan sekolah merupakan sekumpulan
bahan perpustakaan baik berupa buku atau bukan buku yang berapa di suatu ruangan
dan diorganisir dengan sistem tertentu dengan tujuan agar dapat membantu murid-
murid dan guru-guru dalam kegiatan belajar di sekolah.
Jenis sekolah terdapat 2 macam, yaitu sekolah umum dan sekolah luar biasa.
Tentunya perpustakaan di sekolah juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu perpustakaan
di sekolah umum dan sekolah luar biasa. Pada hakikatnya perpustakaan sekolah biasa
ataupun pada sekolah luar biasa (SLB) memiliki definisi yang sama, yaitu
perpustakaan yang tergabung dalam sebuah sekolah dan dikelola sebelumnya oleh
sekolah yang bersangkutan (Aziz, 2014: 250).

10
Umumnya, Sekolah Luar Biasa belum memiliki gedung atau ruang
perpustakaan secara khusus. Namun, penyelenggaraan perpustakaan biasanya akan
lebih diprioritaskan apabila sekolah telah terakreditasi atau hendak melakukan
akreditasi sekolah. Penyelenggaran perpustakaan di Sekolah Luar Biasa menjadi
sangat penting sebagai sarana penunjang belajar bagi siswa disabilitas, dengan
menyediakan koleksi dan fasilitas yang memadai agar memudahkan anak disabilitas
untuk menggunakan dan memanfaatkan perpustakaan secara maksimal.
Mengacu pada Undang-undang No. 8 tahun 2016 tentang penyandang
disabilitas, disabilitas atau penyandang disabilitas adalah setiap orang yang memiliki
keterbatasan baik fisik, intelektual, mental dan atau sensorik sehingga mengalami
kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang
tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan.
Tujuannya adalah berikut ini :
a. Pendidikan, yaitu menunjang kurikulum pendidikan.
b. Informasi, membekali siswa dengan keterampilan mencari, mengolah,
dan mengevaluasi informasi.
c. Pengembangan pribadi dan watak.
d. Penelitian sederhana dan rekreasi.
2. Koleksi perpustakaan
Salah satu komponen perpustakaan adalah koleksi. Tanpa adanya koleksi
yang baik dan memadai maka perpustakaan tidak akan memberikan layanan
yang baik kepada masyarakat pemakainya. (yuliana hal 1.5) Koleksi bahan adalah
bahan perpustakaan yang merupakan terjemahan dari Library materials. Istilah lain
untuk bahan tersebut dikenal dengan istilah dokumen terjemahan dari document.
Istilah yang akan digunakan untuk bahan perpustakaan ataupun dokumen adalah
bahan pustaka. Sedangkan kumpulan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan
dikenal dengan istilah koleksi perpustakaan. (yul modul 1 hal 1.19)
Koleksi perpustakaan adalah salah satu unsur penting dalam sebuah
perpustakaan selain ruangan atau gedung, peralatan atau perabotan, tenaga dan
anggaran. Unsur-unsur tersebut satu sama lain saling berkaitan dan salin mendukung
untuk terselenggaranya layanan perpustakaan yang baik. Koleksi perpustakaan antara
lain berupa buku, terbitan berkala (surat kabar dan majalah), serta bahan audio visual

11
seperti audio visual sebuah audio kaset, video, slide harus dilestarikan mengingat
nilainya mahal (Martoatmodjo, 1997: 1).
Koleksi perpustakaan adalah seluruh bahan pustaka yang dimiliki atau
dikumpulkan, diolah, dan disimpan menggunakan sistem tertentu oleh suatu
perpustakaan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan
informasi mereka. (Hartono, Manajemen Perpustakaan Sekolah, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), hal. 36) Pengelolaan koleksi harus selaras dengan visi dan misi
lembaga induk terkait. Koleksi perpustakaan harus lengkap dalam arti beragam
subjeknya dan memadai besarnya agar dapat menunjang tujuan dan program lembaga
induknya. (ir. Yuyu yulia. 2014. Pengantar pengembangan Koleksi. Modul 1. Hal.
1.16 diakses melalui link http://repository.ut.ac.id/4139/) universitas terbuka, jakarta.
Tujuan penyediaan koleksi perpustakaan adalah untuk menunjang pelaksanaan
program lembaga induknya. Koleksi yang disediakan di perpustakaan harus
berorientasi pada kebutuhan pemustaka, sehingga koleksi-koleksi tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pemustaka dengan maksimal. Salah satu aspek penting untuk
membuat perpustakaan itu banyak digunakan adalah ketersediaan koleksi yang
memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Oleh karena itu tugas utama setiap
perpustakaan adalah membangun koleksi yang kuat demi kepentingan pemustaka.
(Herlina, Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan, (Palembang: Noer Fikri
Offset, 2014), hal. 40)
Setelah mengetahui pengertian dari koleksi perpustakaan, dapat dilihat juga
apa fungsi koleksi perpustakaan yang sebenarnya. Menurut Siregar ( 2002: 3).
Adapun fungsi koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. Fungsi pendidikan,
yaitu menunjang program pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat umum,
kelompok, lembaga yang membutuhkan. 2. Fungsi penelitian, yaitu penunjang
penelitian yang dilakukan oleh masyarakat pengguna perpustakaan. 3. Fungsi
referensi, yaitu menjadi bahan referensi bagi masyarakat pengguna perpustakaan.
Fungsi umum, dimana perpustakaan menjadi pusat informasi bagi masyarakat. Fungsi
ini erat hubungannya dengan pengabdian kepada masyarakat dan pelestarian bahan
pustaka serta hasil karya dan budaya manusia lainnya.

12
Menurut Sutarno (2006: 54) secara umum koleksi yang dimiliki oleh
perpustakaan ada dua bagian utama yaitu:
1. Bahan pustaka yang tercetak, yang termasuk dalam kelompok ini buku
teks, surat kabar, majalah, bulletin, pamflet, kamus, ensiklopedia,
direktori, almanak, indeks, bibliografi, buku tahunan, buku pedoman, dll.
2. Bahan pustaka yang terekam yang dalam kelompok ini adalah slide, kaset
audio, kaset video, film, strip, CD, VCD, dll.
3. Relevansi Koleksi
Pengertian relevansi di sini adalah informasi atau koleksi yang tersedia sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Pada dasarnya, pengguna perpustakaan membutuhkan
informasi yang bervariasi sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Perpustakaan
menyediakan berbagai koleksi untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
Perpustakaan sebagai media penyedia informasi sebaiknya memiliki bahan
perpustakaan yang banyak dan beraneka ragam serta sesuai dengan kebutuhan
penggunanya, sehingga koleksi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
pengguna. Relevansi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang mempunyai
kecocokan atau yang masih saling berhubungan. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, relevansi berasal dari kata relevan yang artinya kait/mengait,
bersangkut paut, dan berguna secara langsung.
Relevansi dalam konteks penelitian dimaknai sebagai kesesuaian, keterkaitan
atau keselarasan antara bahan pustaka yang tersedia disatu sisi dan kebutuhan
masyarakat dipihak lain. Prinsip relevansi dalam penyediaan bahan pustaka mutlak
dibutuhkan. Karena salah satu orientasi perpustakaan adalah pemenuhan kebutuhan
pengguna perpustakaan. Relevansi koleksi perpustakaan merupakan keterkaitan
sumber informasi yang terkumpul didalam sebuah perpustakaan yang mana
didalamnya mencakup berbagai macam ilmu pengetahuan.
Agar koleksi yang dimiliki perpustakaan betul-betul berdaya guna dan tepat
guna, perlu dipertimbangkan dengan kriteria tertentu. Karena tidak semua informasi
yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Dalam hal ini staf yang
bertanggung jawab terhadap seleksi, pengadaan, dan penyebaran informasi, harus
mengenal dengan baik sumber dokumen dan informasi yang relevan dengan
kebutuhan pemustaka. Oleh karena itu, bahan informasi yang direncanakan oleh suatu
perpustakaan hendaknya dipertimbangkan berdasarkan:

13
a. Relevansi. Kesesuaian bahan informasi dengan keperluan pengguna, hal
ini dimaksudkan agar perpustakaan memiliki nilai dan berdaya guna bagi
pengguna, terutama para pengguna potensial.
b. Kemutakhiran. Dalam pengembangan bahan informasi ini perlu antisipatif
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan bidang cakupan
perpustakaan itu sendiri.
c. Rasio judul, pemakai, dan spesialisasi bidang. Banyak sedikitnya bahan
informasi atau koleksi yang harus dimiliki oleh suatu perpustakaan
hendaknya dipertimbangkan dengan jumlah pengguna, banyaknya judul,
spesialisasi bidang, dan anggaran. Tidak bertentangan dengan politik,
ideologi, agama/keyakinan, ras, maupun golongan. Untuk menjaga segala
kemungkinan konflik, baik konflik sosial, agama, suku, maupun politik,
maka bahan informasi yang direncanakan atau diperoleh suatu
perpustakaan hendaknya diseleksi dengan teliti. Hal itu disebabkan, tidak
sedikit buku, majalah, CD, kaset, dan hasil penelitian yang bertentangan
dengan kebijaksanaan pemerintah, agama, politik, dan kultur masyarakat
kita.
d. Kualitas. Bahan informasi yang direncanakan hendaknya memenuhi
syarat-syarat kualitas, misalnya berkaitan dengan subjek, reputasi
pengarang, dan reputasi penerbit. Perlu diperhatikan pula fisik bahan
informasi seperti kertas, pita, layout, label, warna, sampul, dan lainnya.
e. Objek keilmuan Koleksi atau bahan informasi suatu perpustakaan
diharapkan mampu menunjang kegiatan keilmuan anggota potensial dan
sesuai dengan visi dan misi lembaga induknya.
4. Ketersediaan Koleksi
Setiap perpustakaan memiliki visi dan misi yang berbeda. Namun juga dapat
dipastikan bahwa perpustakaan dikatakan berhasil bila banyak digunakan oleh
penggunanya. Salah satu hal menjadi aspek penting untuk membuat perpustakaan itu
banyak digunakan adalah ketersediaan koleksi yang memenuhi kebutuhan
pemustakanya.
Menurut Sutarno (2006: 85) ketersediaan koleksi adalah adanya sejumlah
koleksi atau bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan cukup memadai
jumlah koleksinya dan koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh
pemustaka tersebut. Menurut Sutarno “ketersediaan koleksi bahan pustaka adalah

14
adanya sejumlah koleksi atau bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan
dan cukup memadai jumlah koleksinya dan koleksi tersebut disediakan agar dapat
dimanfaatkan oleh pemustaka”.
Menurut Sutarno, hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan
ketersediaan koleksi perpustakaan adalah :
a. Kerelevanan. koleksi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna
perpustakaan. Relevansi yaitu kesesuaian bahan informasi dengan
keperluan pengguna, hal ini dimaksudkan agar perpustakaan memiliki
nilai dan berdaya guna bagi pengguna, terutama para pengguna potensial.
Dalam relevansi kepentingan pemustaka menjadi acuan dalam pemilihan
dan pengadaan bahan pustaka..
b. Berorientasi kepada kebutuhan pemustaka. Berorientasi kepada kebutuhan
pemustaka yaitu pengembangan koleksi harus ditujukan kepada
pemenuhan kebutuhan pengguna.
c. Kelengkapan koleksi. Koleksi perpustakaan diharapkan mencakup
berbagai subjek ilmu pengetahuan. Semua komponen koleksi
mendapatkan perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas yang
ditentukan.
d. Kemutakhiran koleksi. Koleksi hendaknya mencerminkan kemutakhiran.
Ini berarti bahwa perpustakaan harus mengadakan dan memperbaharui
bahan pustaka sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
5. Kebutuhan Informasi
Menurut Sulistyo-Basuki (2004: 393) di dalam Jurnal Ilmu Informasi
Perpustakaan dan Kearsipan, kebutuhan informasi adalah informasi yang diinginkan
seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah, pendidikan dan lain-lain.
Kebutuhan informasi dalam ilmu informasi diartikan sebagai sesuatu yang lambat
laun muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu yang hilang dan
pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui tempat informasi yang
akan memberikan kontribusi pada pemahaman akan makna.
Sedangkan menurut pendapat Chowdhury (1996: 92) menyatakan bahwa
informasi merupakan suatu konsep yang sama. Kebutuhan informasi muncul ketika
seseorang menyadari pengetahuan yang ada tidak cukup untuk mengatasi
permasalahan tentang subjek tertentu.

15
Kebutuhan informasi menggambarkan adanya kekosongan atau kekurangan
dalam diri manusia yang harus dipenuhi sehingga kekosongan tersebut dapat
terpenuhi melalui informasi yang diperolehnya. Jika kekosongan informasi tersebut
sangat mendesak maka pencari informasi tersebut akan mencari agar kebutuhan
informasinya akan sesuatu hal tersebut dapat terpenuhi.
Menurut Sulistyo Basuki mengatakan bahwa kebutuhan informasi ditentukan
oleh beberapa faktor, yakni:
1. Kisaran informasi yang tersedia
2. Penggunaan informasi yang akan digunakan
3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masing-
masing pemakai
4. Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada; dan
5. Konsekuensi penggunaan informasi
I. Metodelogi penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan kejadian gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2006: 239).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


deskriptif, yaitu suatu pendekatan dalam rangka meneliti status kelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki. Menurut Sugiyono (1997: 6) penelitian
deskriptif adalah ”Penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, meliputi: 1 (satu) orang


Kepala Perpustakaan SLBN Pembina Palembang, 2 (dua) orang Koordinator
Perpustakaan SLBN Pembina Palembang.

16
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Palembang
yang ber alamatkan di Jl. Kebun Bunga KM 9,5 Kebun Bunga, Kec. Sukarami, Kota
Palembang Prov. Sumatera Selatan. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena
belum ada yang meneliti tentang topik ini disana. Kemudian koleksi yang disediakan
di perpustakaan tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

3. Sumber data
a. Data primer merupakan data yang diperoleh dari informan yaitu kepala
perpustakaan dan pustakawan yang ada di Perpustakaan SLB-B Negeri Pembina
Palembang dengan memberikan sejumlah pertanyaan sebagai cara pengumpulan
data. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari
lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk melengkapi data primer berupa
dokumen-dokumen atau laporan yang dapat mendukung pembahasan dalam
kaitannya dengan penelitian ini.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi.

a. Observasi
Observasi menurut Arikunto (2015: 103) yaitu pengamatan terhadap
objek penelitian dilanjutkan dengan pencatatan secara sistematis terhadap
sejumlah data yang dianggap penting Berdasarkan keterangan diatas,
metode observasi sangat besar perannya dalam penelitian dan memudahkan
bagi peneliti dalam mengumpulan data dan informasi.
b. Wawancara
Wawancara menurut Sugiyono (2009: 140) Merupakan salah satu
pengumpulan data penelitian yang bernilai baik, sebab menyangkut
komunikasi efektif antara pihak peneliti dengan obyek yang diteliti. Peneliti
bertanya langung kepada informan yang dipilih yaitu pihak-pihak yang
berkompeten yang dianggap mampu memberikan gambaran dan informasi
yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian
ini. Adapun pihak yang diwawancarai oleh peneliti adalah Kepala

17
Perpustakaan, Pustakawan di perpustakaan SLB-B Negeri Pembina
Palembang.
c. Dokumentasi
Dokumen menurut Afrizal (2015: 57) merupakan cacatan peristiwa
yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang Digunakan untuk mengumpulkan data
dari sumber seperti dokumen, buku- buku, majalah, notulen rapat, catatan
harian dan rekaman.
5. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga macam
kegitan yaitu (Miles dan Huberman dalam Emzir (2012: 129-134) sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data dapat dipahami sebagai proses pemilihan,


pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data
mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data
dilakukan dengan tujuan untuk mempertajam, memilih, memfokuskan,
membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan
akhir dapat tergambarkan dengan jelas. Tahap reduksi data dalam
penelitian ini adalah memilih, membuang, mengelompokkan dan
sekaligus menganalisis jawaban dari setiap informan berdasarkan hasil
wawancara mengenai relevansi ketersediaan koleksi dengan kebutuhan
pemustaka tunagrahita di Perpustakaan SLB-B Negeri Pembina
Palembang. Selain itu pada reduksi data peneliti membuat ringkasan isi
dari catatan data yang diperoleh di lapangan pada saat pengambilan data
mengenai relevansi ketersediaan koleksi dengan kebutuhan pemustaka
tunagrahita di Perpustakaan SLB-B Negeri Pembina Palembang.

2. Model Data/Data Display

Model data (Data Display) dapat dipahami sebagai langkah


penyajian data, dimana data yang telah selesai direduksi disajikan agar
dapat dipahami untuk mendapatkan kesimpulan dan jawaban
permasalahan penelitian. Peyajian data dapat dilakukan dengan
mengelompokan data yang sesuai dengan permasalahannya masing-

18
masing. Pada umumnya dalam penelitian kualitatif data disajikan dalam
teks yang bersifat naratif. Dalam penelitian mengenai relevansi
ketersediaan koleksi dengan kebutuhan pemustaka tunagrahita di
Perpustakaan SLB-B Negeri Pembina Palembang ini untuk memudahkan
penarikan kesimpulan dalam setiap data yang diperoleh baik dari metode
observasi, wawancara maupun studi dokumentasi, selain data disajikan
dalam bentuk narasi, data juga disajikan dalam bentuk tabel.

3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Tahap atau langkah terakhir dari kegiatan analisis data adalah


penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Dari permulaan pengumpulan
data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah arti sesuatu, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi, alur sebab
akibat dan proposisi. Setelah melalui proses yang cukup panjang, dari
langkah kesimpulan ini maka didapatkan hasil sebuah penelitian. Dalam
tahap ini peneliti mendapatan hasil dari penelitian mengenai relevansi
ketersediaan koleksi dengan kebutuhan pemustaka tunagrahita di
Perpustakaan SLB-B Negeri Pembina Palembang.

Uji keabsahan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Triangulasi yang


digunakan dalm penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Triangulasi Sumber

Menurut Sugiyono (2011: 274), triangulasi sumber dilakukan


dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Kemudian data yang berasal dari beberapa sumber tersebut
disekripsikan, dikategorisasikan mana pandangan yang sama, yang
berbeda, dan mana yang spesifik dari berbagai sumber data tersebut. Data
yang telah dianalisis oleh peneliti akan menghasilkan kesimpulan. Apabila
sudah menghasilkan kesimpulan, langkah selanjutnya kesimpulan tersebut
dimintakan kesepakatan dengan beberapa sumber data yang digunakan
oleh penelitian.

Pada Penelitian ini triangulasi sumber akan dilakukan dengan


mengecek data dari kelompok sumber data. Kelompok sumber data adalah

19
kelompok pengelola dan orang yang bertanggung jawab atas
perpustakaan, yaitu Kepala Sekolah dan Koordinator Perpustakaan SLB-B
Negeri Pembina Palembang.

2. Triangulasi Teknik

Trianguasi teknik adalah penggunaan beragam teknik


pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Pengujian
keabsahan data dengan triangulasi teknik yaitu dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono,
2011: 274). Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keabsahan data pada
relevansi ketersediaan koleksi dengan kebutuhan pemustaka tunagrahita di
Perpustakaan SLB-B Negeri Pembina Palembang. Peneliti mengeceknya
dari hasil wawancara, observasi dan dokumen yang memuat teori tentang
relevansi ketersediaan koleksi dengan kebutuhan pemustaka tunagrahita di
Perpustakaan.

J. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa bab yaitu:
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian,
Analisis Data dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori. Berisi teori dan literatur tentang Relevansi Bahan
Pustaka, Ketersediaan Koleksi dan Kebutuhan Informasi Pemustaka.
BAB IV Gambaran Umum Obyek Penelitian. Berisi Deskripsi Wilayah
Penelitian yang meliputi Sejarah Singkat Perpustakaan, Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa-
B Negeri Pembina Palembang, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana Perpustakaan
dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Sekolah Luar Biasa-B Negeri Pembina Palembang.
BAB V Hasil dan Pembahasan. Meliputi jawaban-jawaban atas rumusan
masalah tentang seperti Apa Ketersediaan Koleksi, Seperti Apa Kebutuhan Informasi
Pemustaka, dan Kesesuaian Antara Ketersediaan Koleksi Dengan Kebutuhan Infromasi
Pemustaka pada Sekolah Luar Biasa-B Negeri Pembina Palembang.
BAB VI Penutup. Kesimpulan dan saran dari uraian pada bab-bab sebelumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, Nunung. 2014. Seluk Beluk Tunagrahita dan Strategi Pembelajarannya.


Jogjakarta: Javalitera

Aziz, Safrudin. 2014. Perpustakaan Ramah Disabilitas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Bafadal, Ibrahim. 2008. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers

Ghaffar Abdul. 2017. (Skripsi), Relevansi Ketersediaan Koleksi Perpustakaan Dengan


Kebutuhan Informasi Pemustaka Pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Fakultas Adab dan Humaniora. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makasar. Di akses pada 14 september 2022 pukul 19.40 WIB
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uac
t=8&ved=2ahUKEwi77Jq9Jj6AhXxRWwGHSLiCXAQFnoECAkQAQ&url=http%3A
%2F%2Frepositori.uinalauddin.ac.id%2F3319%2F&usg=AOvVaw1zzETt0q5K1vJNA
GFch8VL

Hartono. 2016. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Herlina, dkk., 2014. Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan.Palembang: Noer Fikri


Offset

———. 2006. Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Palembang: IAIN Raden Fatah Press

Republik Indonesia. 1989. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

-----. 2016. Undang-undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Jakarta:
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Saputra Utama Eko, Sudiar Nining, Amelia Vita. 2021. Relevansi Koleksi Perpustakaan
Dengan Kebutuhan Informasi Pengguna Di Perpustakaan Fakultas Kehutanan
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, Jurnal VISI PUSTAKA, Vol.23 No.2, Agustus
di akses pada tanggal 14 September 2022 pukul 19.45 WIB
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uac
t=8&ved=2ahUKEwjzwoS885j6AhVd8XMBHTHCASoQFnoECAUQAQ&url=https

21
%3A%2F%2Fscholar.google.co.id%2Fcitations%3Fuser%3DnEGNpeYAAAAJ%26hl
%3Did&usg=AOvVaw1QlKehSQzr7PXNM5_IdD3I

Standar Nasional Perpustakaan. Standar Nasional Republik Indonesia: Perpustakaan Umum


Kabupaten/kota . SNP 003:2011

Sulistyo Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sutarno. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis. jakarta: Sagung Seto.

Yulia, Yuyu. 2009. Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas Terbuka

22

Anda mungkin juga menyukai