Era global yang bercirikan competitiveness tak dapat dipungkiri merupakan tantangan
yang sangat berat bagi pendidikan Indonesia. Tingginya persaingan dunia memaksa kita
harus mendorong peningkatan daya saing bangsa, dan untuk itu diperlukan pendidikan yang
memberi pengetahuan dan pengalaman belajar bagi setiap orang secara bermakna.
Sebagai suatu kebijakan public, Coroline Hodges (1979) menyatakan bahwa, proses
pembelajaran di sekolah merupakan alat kebijakan publik terbaik sebagai upaya
peningkatan pengetahuan dan skill. Banyak siswa menganggap sekolah adalah kegiatan
yang sangat menyenangkan, mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Sekolah dapat
meningkatkan keterampilan sosial dan kesadaran kelas sosial siswa. Sekolah secara
keseluruhan adalah media interaksi antar siswa dan guru untuk meningkatkan kemampuan
inteligensi, skill dan rasa kasih sayang diantara mereka. Tetapi sekarang kegiatan tersebut
berhenti dengan tiba-tiba karena gangguan Covid-19. Dalam keadaan normal saja, banyak
ketimpangan yang terjadi antardaerah. Sejauh mana dampaknya bagi proses belajar di
sekolah? (Baharin, 2020).
Peran pemerintah sebagai salah satu steakholders, dalam masa pandemi ini sangat
menentukan, seperti alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh Instruksi Presiden
Nomor 4 tahun 2020 tentang refocussing kegiatan, relokasi anggaran, serta pengadaan
barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 harus segera dilaksanakan
dengan baik. Orang tua sebagai pendidik utama di rumah tangga harus menjalankan
fungsinya. Meskipun demikian tetap saja bantuan guru di sekolah perlu hadir door to door
untuk semua peserta didik. Situasi ini harus disadari dan dapat membuka cakrawala dan
tanggungjwab orang tua bahwa pendidikan anaknya harus dikembalikan pada effort orang
tua dalam mendidik mental, sikap dan pengetahuan anak- anaknya. Pembelajaran daring
harus dapat berjalan seefektif mungkin, guru harus sadar dengan perannya yang telah
berubah, lakukan kunjungan rumah (home visit) ke peserta didik, tidak justru membebani
murid dengan tugas-tugas yang diantarkan dalam belajar di rumah. Guru tidak pada posisi
hanya sebagai pentransfer ilmu, tetapi tetap saja mengutamakan prinsip bahwa pendidikan
itu adalah proses pemanusiaan manusia. Jadi pendidikan berfungsi sebagai
transformasi budaya, sehingga dia mampu mentransformasi cipta, rasa, karsa dan
karya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Bila disimak kajian di atas, dapat ditengarai bahwa pencapaian kompetensi yang terkait
dengan sikap (religious maupun sosial) yang merupakan pengaruh pengiring (nurturant
effect) wajib dicapai sebagai hilir dari perumusan kompetensi. Pencapaian nurturant effect
yang dalam perwujudannya sebagai produk: keyakinan pada Yang Maha Kuasa, perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, dan guru serta lain sebagainya, diprogram melalui seting proses
pembelajaran sekaligus dalam rangka pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan
sebagai perwujudan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang merupakan
instructional effect. Pengembangan ranah pengetahuan, dan keterampilan harus berbasis
pada pengembangan sikap (afeksi) yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga
ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda.
Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan.” Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui
aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik
kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik
pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu pendekatan ilmiah
(scientific). Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/inquiry learning) dan pemecahan masalah
(project based learning) dalam rangka mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok. Dalam kolaboratif
kelompok itulah seorang individu akan menjadi (to be) dan rekonstruksi psikologis akan
terjadi. Jadi sekolah harus bisa menjadi school to be (sekolah membelajarkan peserta didik
mencari tau dan menjadi tau melaksanakan) bukan hanya school to know (sekolah
membelajarkan peserta didik hanya tau dan menjadi tau). Hal tersebut di atas harus
diusahakan secara maksimal dapat tertampilkan dalam pembelajaran daring. Disinilah
dibutuhkan kepiawaian guru maupun dosen dalam mengimplementasikan kompetensi
professional dan pedagogiknya secara mengorkestra, sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran secara maksimal (Dantes, 2017), dan semua ini merupakan tantangan
pelaksanaan pembelajaran dan pendidikan dalam kehidupan baru mengantisipasi Covid 19.
Guru, orang tua, dan masyarakat harus menberikan peluang terjadinya kolaboratif yang
optimal dalam pembelajaran peserta didik, karena dengan itu akan muncul pembentukan
nurturant effect yang optimal, dan ini akan menjadi dasar yang kokoh dan bermaknanya
instructional effect yang dimiliki oleh peserta didik, yang pada gilirannya berpengaruh pada
kesuksesannya dalam karir dan kehidupannya. Terkait dengan hal tersebut, perlu disitir suatu
penelitian yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley, yang memetakan 100 faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan servey pada 733 orang
millioner di Amerika. Dari servey tersebut yang menduduki 10 peringkat teratas adalah
aspek-aspek (yang pembentukannya karena nurturant effect) yaitu: kejujuran, disiplin,
mudah bergaul, dukungan pasangan hidup, kerja keras, kecintaan pada karir/pekerjaannya,
kualitas kepemimpinan, kepribadian kompetitif, hidup yang teratur, dan kemampuan menjual
ide.
Paparan di atas (yang mampu dikemukakan) merupakan tantangan pelaksanaan
pembelajaran dan pendidikan dalam kehidupan baru mengantisipasi Covid 19. Guru, orang
tua, dan masyarakat harus dapat berkolaborasi untuk memberikan hal yang terbaik pada
peserta didik dalam rangka mengantarkan generasi milinial tersebut untuk mencapai
kesuksesan mereka mengarungi kehidupan dimasa depan yang sangat sulit diprediksi dengan
adanya kemajuan teknologi yang luar biasa.
=============================================
Selamat Berdiskusi Teman-teman Guru Yang Terhormat,
Semoga Teman-teman dapat menjadi Guru di hati Murid