Kontak Person:
Fajar Romadhon
Jl. Selomangleng No. 1 Kediri-Jawa Timur
E-mail: eff.fajarromadhon@gmail.com
Abstrak
Perkerasan jalan raya adalah infrastruktur yang sangat mahal yang mengkonsumsi sumber daya dalam jumlah banyak.
Pemanfaatan daur ulang agregat beton (recycled concrete aggregates/RCA) untuk konstruksi perkerasan jalan raya dapat
membawa sejumlah manfaat terhadap kelestarian lingkungan, ekonomi dan sosial. Pemanfaatan RCA akan mengurangi jejak
karbon industri konstruksi, menghasilkan konservasi sumber daya alam baru, efisiensi energi, pengurangan emisi berbahaya,
dan meminimalkan biaya konstruksi perkerasan jalan raya hingga mencapai desain pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development). Penelitian ini mengulas literatur yang tersedia tentang penggunaan RCA untuk konstruksi
perkerasan jalan raya. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa RCA dapat diterapkan di semua lapisan perkerasan; tanah
dasar (subgrade), lapis pondasi bawah (subbase course), dan lapis permukaan (surface course). Bagaimana sifat fisik, sifat
mekanik RCA, dan pengaruhnya terhadap kinerja diteliti dan dibandingkan dengan agregat baru (fresh aggregates/FA).
Membahas metode untuk meningkatkan kinerja RCA dalam campuran perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur
(flexible pavement). Manfaat, keberlanjutan, dan keuntungan pemanfaatan RCA diringkas dari penilaian siklus hidup yang
tersedia dalam literatur. RCA telah dianggap sebagai alternatif berkelanjutan yang layak untuk subtitusi pengganti FA dalam
aplikasi perkerasan jalan raya, tetapi masih ada perbedaan pendapat dalam rekomendasi tingkat penggantian campuran
perkerasan lentur (flexible pavement). Untuk memastikan konstruksi perkerasan jalan raya tetap ramah lingkungan tanpa
mengurangi kualitas dan fungsinya, pemanfaatan RCA harus diteliti lebih lanjut setelah studi hitung yang akan mengarah
pada spesifikasi dan pedoman standar konsensus untuk di laksanakan di Indonesia.
Kata kunci: pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), daur ulang agregat beton (recycled concrete
aggregates/RCA), agregat baru (fresh aggregates/FA), konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan.
1. Pendahuluan
Salah satu konsekuensi utama dari pertumbuhan ekonomi global dan percepatan infrastruktur
adalah adanya peningkatan timbunan limbah industri konstruksi. Limbah industri konstruksi tersebut
dihasilkan dari kegiatan produksi industri konstruksi. Beberapa dari limbah industri konstruksi tersebut
biasanya dibuang untuk pengurugan lahan kosong, sedangkan untuk pemanfaatannya sangat minim
aplikasi. Pembuangan limbah industri konstruksi yang sekarang terjadi di Indonesia ini menyimpang
dari prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)[1][2]. Hal ini membuat segala
bentuk pembuangan limbah industri menjadi tidak berkelanjutan. Di Indonesia, tingkat kesadaran dan
pemahaman masih kurang tentang bangunan hijau (green building) sehingga menyebabkan kurangnya
pengetahuan tentang pengelolaan material bangunan hijau (green building) dan desain yag berkelanjutan
[3]. Selain itu, industri konstruksi yang memainkan peran utama dalam perkembangan kemajuan
peradaban kota-kota besar menghasilkan jumlah limbah industri konstruksi yang sangat tinggi baik
sebagai bagian dari proses konstruksi dan juga setelah masa pakai struktur. Program pembangunan yang
memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial telah dicanangkan oleh banyak negara dan telah
menjadi kesepakatan bersama sebagai pembangunan yang berkelanjutan. Upaya yang mengarah pada
pembangunan konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan di Indonesia adalah dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan
yang telah diterapkan di negara-negara lain [2]. Konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) berawal dari penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran untuk menaikkan
kemakmuran rakyat (ekonomi) namun tidak memperhatikan penggunaan sumber daya alam yang
kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan [4][5]. Terdapat instansi yang menetapkan prinsip-
prinsip pembangunan yang berkelanjutan pada tahun 1988, yaitu Brundtland Commission [6].
606
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan pendekatan deskriptif untuk
menjawab rumusan masalah, tujuan dan fokus dari penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini adalah
pemanfaatan RCA pada aplikasi konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan. Dalam mencapai
tujuan penelitian tersebut, dilakukan tinjauan sistematis literatur tentang metode penilaian pemanfaatan
RCA melalui analisis komparatif. Dalam penelitian ini, ada beberapa aturan dalam metode penilaian
frekuensi tinggi, perbandingan jumlah metode penilaian komparatif, serta status terkini eksplorasi topik
perbandingan.
Secara sistematik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi literatur yang berkaitan dengan konsep, perkembangan penerapan, standar dan prosedur, serta
pemanfaatan RCA. (studi literatur ini mencangkup beberapa gagasan dan teori yang saling berkaitan
dan didukung data-data dari sumber pustaka. Sumber-sumber tersebut di dapat dari jurnal, makalah,
skripsi, tesis, dan karya ilmiah lain yang dapat dipertanggung jawabkan asal usulnya. Pencarian
literatur dalam penelitian ini diambil dari (ScienceDirect, Google Scholar, Scopus) dengan kata kunci
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), daur ulang agregat beton (recycled
concrete aggregates/RCA), agregat baru (fresh aggregates/FA), konstruksi perkerasan jalan raya
yang berkelanjutan.
2. Penilaian pemanfaatan RCA menggunakan analisis kompartif. Metode penilaian dengan cara
menginformasikan hasil penilaian yang diklasifikasikan berdasarkan total skor yang diperoleh.
Perbandingan kategori mengacu pada besarnya capaian keberlanjutan berdasarkan ruang lingkup
607
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
penilaian. Makalah yang dipilih akan dibedakan berdasarkan kategori, metode penilaian,
pemanfaatan, dan keberlanjutan. Bobot atau poin akan diberikan untuk setiap kategori. Dengan
pengkategorian ini, selanjutnya akan ditemukan persamaan dan perbedaan yang signifikan pada
metode penilaian pemanfaatan RCA pada masing-masing standar sertifikasi.
Setelah melakukan penilaian dari studi literatur tersebut, maka hasil penelitian akan ditetapkan,
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pemanfaatan RCA yang berlaku secara prosedural,
administrasi, dan umum. Dari hasil analisis dan pembahasan akan terlihat kelebihan dan kekurangan
dari standar pemanfaatan RCA yang diteliti, sehingga kesimpulan dapat diambil setelah memaparkan
output hasil analisis berdasarkan tujuan penelitian.
Gambar 2 Komposisi material berdasarkan volume permukaan perkerasan lentur dan kaku [18].
608
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
609
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
CBR, dan geser sifat kekuatan dari berbagai bahan limbah yang diuji, RCA memiliki kualitas unggul
daripada bahan dasar konvensional [25]. Potensi penggunaan RCA pada lapisan perkerasan tidak terikat,
agregat batu kapur konvensional diganti dengan RCA sebesar 25%, 50%, 75% dan 100%. dari berat
campuran. CBR, daya dukung, kuat tarik, beban pelat, dan modulus elastisitas diuji. Nilai kuat tekan
tanpa batas (UCS) lebih tinggi yang dicatat dengan kandungan RCA yang lebih tinggi. Berdasarkan nilai
CBR, UCS, modulus elastisitas, dan defleksi lapangan yang dilaporkan dalam literatur, dapat
disimpulkan bahwa 100% RCA dapat digunakan untuk lapisan perkerasan bawah, tanpa mengurangi
kemampuannya untuk menahan beban lalu lintas yang berat.
610
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
Campuran aspal yang menggunakan RCA lebih tidak stabil daripada campuran aspal
konvensional. Penggantian sebagian agregat konvensional dengan RCA untuk jalan volume rendah
dipelajari oleh Mills-Beale and You [34], menggunakan tingkat penggantian sebesar 25%, 35%, 50%,
dan 75%. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan penurunan modulus elastisitas dan kuat tarik dengan
penambahan konten dalam RCA. Hasilnya menunjukkan bahwa campuran RCA gagal di bawah
persyaratan yang memuaskan dengan penambahan konten 75%. Berdasarkan evaluasi kinerja, penulis
menyarankan menggunakan RCA sebagai pengganti parsial FA.
3.6 Meningkatkan Kinerja RCA
Banyak peneliti telah melaporkan penurunan kualitas beton dan aspal yang signifikan dengan
campuran RCA jika dibandingkan dengan campuran konvensional [35]. Penyerapan air yang tinggi,
kepadatan yang lebih rendah, dan kekuatan yang lebih rendah [36]. Berbagai jenis perbaikan yang diteliti
dari sifat-sifat RCA yang berfokus pada efek dan kinerja yang dihasilkan dari campuran semen dan aspal
dirangkum dalam Tabel 1. Sebagian besar metode perbaikannya bersifat kimiawi, yang melibatkan
pemisahan mortar yang melekat di permukaan RCA, impregnasi ruang pori RCA, atau melapisi
permukaan RCA dengan bahan kimia yang dipilih. Pilihan bahan kimia tergantung pada ketiga tujuan
tersebut untuk aplikasi RCA yang diharapkan. Pra-pelapisan RCA dengan emulsi bitumen cocok untuk
campuran aspal perkerasan lentur, pra-pelapisan dengan semen terak menjadi solusi terbaik untuk
campuran beton perkerasan kaku. Aplikasi metode perbaikan di penelitian ini di rangkum dalam tabel
1. Tak satupun dari metode perbaikan tersebut bersifat mekanis, hal ini karena produksi RCA dilakukan
dengan peremukan/ penghancuran agregat. Penghancuran ulang agregat akan menghasilkan ukuran RCA
yang lebih kecil tetapi dengan sifat yang ditingkatkan. Kombinasi termal dan perawatan kimia dengan
penghancuran mekanis diamati memiliki beberapa efek peningkatan yang signifikan pada RCA. Kinerja
beton RCA dapat ditingkatkan dengan cara menambah ketebalan perkerasan atau meningkatkan kualitas
campuran. Kualitas campuran bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kandungan semen dengan
konsekuensi pengurangan rasio air/semen [17]. Perbaikan kualitas perkerasan menghasilkan keuntungan
ekonomi yang lebih baik daripada meningkatkan ketebalan. Chan dkk. [37] menyelidiki penggunaan
serat sebagai tulangan pada campuran RCA di perkerasan kaku, menyimpulkan bahwa untuk mendukung
beban dengan desain yang sama, campuran RCA yang diperkuat serat akan membutuhkan ketebalan
perkerasan yang lebih rendah daripada perkerasan RCA tanpa perkuatan. Tapi tidak ada perbedaan yang
signifikan setelah diamati pada hasil kuat lentur antara campuran RCA dengan atau tanpa penguat serat
[38]. Di samping itu, karena zona transisi antarmuka yang lebih lemah antara RCA dan pasta semen
selama pencampuran disarankan untuk melakukan pra-perawatan RCA sebelum pencampuran RCA [39].
Namun, perlu dicatat bahwa proses pra-perawatan akan menyebabkan biaya pemrosesan RCA yang lebih
tinggi yang tidak diinginkan [40].
611
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
Gambar 4 Fase siklus hidup untuk perkerasan jalan raya dan faktor-faktor yang dipertimbangkan [8].
612
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
Gambar 5 Konsumsi energi tak terbarukan untuk FA dan RCA pada pondasi jalan raya [23].
Mroueh dkk. [49] mempelajari penggunaan beberapa material subtitusi industri dalam konstruksi
perkerasan jalan raya. RCA adalah salah satu material yang diteliti. Penilaian siklus hidup dilakukan
dengan mempertimbangkan pemanfaatan bahan. Ditemukan bahwa perkerasan dengan RCA dapat
memiliki dampak yang lebih kecil terhadap lingkungan dibandingkan dengan perkerasan yang dibangun
dengan bahan alami. Dari semua bahan yang dibandingkan, konstruksi perkerasan jalan raya
menggunakan RCA mencapai manfaat lingkungan terbesar secara keseluruhan karena mengkonsumsi
energi terendah dan menimbulkan jumlah gas rumah kaca terendah. Analisis siklus hidup biaya
penggunaan RCA pada perkerasan kaku mencakup delapan skenario yang berbeda dari hipotetis
perkerasan kaku. Dalam penilaian mereka ada beberapa variabel yang diteliti termasuk tingkat
penggantian RCA, rasio air/semen, tebal perkerasan, dan pelayanan perkerasan. Analisis menunjukkan
bahwa menggabungkan RCA dalam konstruksi perkerasan beton bisa sangat ekonomis karena
mengurangin biaya tinggi untuk pembelian dan pengangkutan FA. Penggunaan RCA di pelat beton
menghasilkan penghematan biaya yang lebih baik daripada menggunakan FA. Shi dkk. [50] mencoba
untuk menilai potensi manfaat yang berkelanjutan dari penggunaan RCA dengan melakukan penilaian
siklus hidup untuk membandingkan perkerasan beton berbasis RCA dan perkerasan beton konvensional.
Tiga aspek berkelanjutan yang diperhatikan, yaitu; dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial,
mengunakan metode penilaian input-output siklus hidup dengan pendekatan ekonomi. Hasil penelitian
menyatakan bahwa manfaat penggunaan RCA difase produksi sangat besar. Material RCA memenuhi
semua kategori berkelanjutan, tetapi ada kemungkinan bahwa perkerasan RCA akan menimbulkan
dampak negatif yang lebih tinggi selama fase penggunaan dan pemeliharaan perkerasan. Manfaat
berkelanjutan perkerasan RCA di fase awal penilaian siklus hidup adalah berkurangnya permintaan dan
transportasi FA, dan berkurangnya transportasi pengangkutan puing beton. Pengurangan lebih dari 20%
dalam ekotoksisitas dan risiko kesehatan manusia untuk penggunaan RCA pada perkerasan beton.
4. Kesimpulan
Berdasarkan analisis komparatif dari studi literatur tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan memerlukan penyediaan: infrastruktur perkerasan
jalan yang secara sosial, ekonomi, dan ramah lingkungan memenuhi konsep bangunan hijau (green
building), Penggunaan RCA pada konstruksi perkerasan jalan raya menjanjikan untuk menjadi alternatif
yang berkelanjutan yang sangat cocok untuk menggantikan FA. Sifat fisik dan mekanik RCA lebih
rendah daripada FA. Selain itu, sebagian besar agregat RCA dilaporkan cukup memuaskan berdasarkan
spesifikasi standar, tetapi nilai penyerapan air yang sangat tinggi dari beberapa penelitian. Berdasarkan
nilai CBR, UCS, dan modulus elastisitas yang dilaporkan dari RCA, 100% penggantian RCA dapat
digunakan secara baik untuk lapisan perkerasan bawah yang tidak terikat maupun yang terikat secara
hidrolik. Pemanfaatan RCA dapat dicapai untuk perkerasan kaku, meskipun beberapa tindakan
pencegahan harus diambil untuk mengurangi beberapa efek negatif dari inklusi RCA dalam beton. Ada
banyak kemungkinan penggunaan RCA untuk aplikasi perkerasan lentur. Tingkat penggantian dalam
literatur berkisar antara 15% sampai 100% RCA. Stabilitas, sifat volumetrik, modulus elastisitas, kuat
613
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
tarik, air dan uji lintasan roda adalah uji kinerja yang umum digunakan dalam penelitian. Campuran
aspal dengan RCA membutuhkan kandungan bahan pengikat yang lebih tinggi, tetapi umumnya
penggunaan RCA tidak menghasilkan campuran aspal yang lebih stabil. Sifat-sifat RCA yang digunakan
untuk permukaan perkerasan dapat ditingkatkan melalui pra-perawatan RCA sebelum pencampuran.
Tindakan pra-perawatan dapat berupa termal, mekanik, kimia atau kombinasi dari tindakan tersebut.
Penambahan superplasticizer dan bahan tambahan lainnya serta peningkatan ketebalan perkerasan
adalah salah satu strategi perbaikan yang efektif. Tingginya biaya peningkatan ketebalan perkerasan
menjadikan sebuah pilihan yang sulit untuk mendukung strategi lainnya. Laporan penilaian siklus hidup
menunjukkan bahwa RCA dapat menghasilkan manfaat yang signifikan untuk aspek triple bottom line
dari kemampuan yang berkelanjutan, tetapi selain dari manfaat yang diperoleh dari RCA tahap
penggunaan dan pemeliharaannya juga harus di teliti lebih lanjut lagi. Pemanfaatan RCA untuk
konstruksi perkerasan jalan raya dapat membawa beberapa manfaat. Pertama, mengurangi
ketergantungan pada FA, dan melestarikan sumber daya alam untuk penggunaan masa depan. Kedua,
mengurangi kegiatan penambangan, pengurangan emisi tambang dan biaya operasi tambang. Ketiga,
pengurangan emisi gas dari transportasi mobilisasi FA, terutama ketika lokasi pemrosesan RCA dekat
dengan lokasi pemukiman.
Referensi
[1] “Inovasi teknologi smart building dan green construction untuk pembangunan yang
berkelanjutan,” [Online]. Available: https://core.ac.uk/display/304820436.
[2] G. M. Lawalata, “Prinsip-prinsip pembangunan jalan berkelanjutan,” J. Transp., vol. 13, no. 2,
pp. 115–124, 2013, [Online]. Available:
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=7BigE8gAAAAJ&c
itation_for_view=7BigE8gAAAAJ:W7OEmFMy1HYC.
[3] I. R. Widiati, “Tinjauan studi analisis komparatif bangunan hijau (green building) dengan metode
asesmen sebagai upaya mitigasi untuk pembangunan konstruksi yang berkelanjutan,” Pros. Konf.
Nas. Pascasarj. Tek. Sipil X 2019, no. November, pp. 69–76, 2019, [Online]. Available:
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=mW42NwIAAAAJ
&citation_for_view=mW42NwIAAAAJ:IjCSPb-OGe4C.
[4] S. Ning, “Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam.” pp. 1–33, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/12132099/Kearifan_Dalam_Pemanfaatan_Sumber_Daya_Alam.
[5] S. H. Umar, “Green road construction dan prospek penerapanya di Indonesia,” Semin. Nas. Tek.
Sipil (SeNaTS 1), 2015, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/12046201/Green_Road_Construction_dan_Prospek_Penerapanya_di
_Indonesia.
[6] T. A. Litman, “Measuring transportation (traffic, mobility and accessibility),” Victoria Transp.
Policy Inst., vol. 73, no. 10, pp. 28–32, 2011, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/27864234/Measuring_transportation_traffic_mobility_and_accessibi
lity.
[7] R. Jin, B. Li, T. Zhou, D. Wanatowski, and P. Piroozfar, “An empirical study of perceptions
towards construction and demolition waste recycling and reuse in China,” Resour. Conserv.
Recycl., vol. 126, no. July, pp. 86–98, 2017, doi: 10.1016/j.resconrec.2017.07.034.
[8] N. J. Santero, E. Masanet, and A. Horvath, “Life-cycle assessment of pavements. Part I: Critical
review,” Resour. Conserv. Recycl., vol. 55, no. 9–10, pp. 801–809, 2011, doi:
10.1016/j.resconrec.2011.03.010.
[9] Undang-Undang Republik Indonesia, UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan. 2004.
[10] Pedoman umum implementasi konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur
bidang pekerjaan umum dan permukiman (general guideline for implementing sustainable
construction on infrastructure in the public works and settlement sector). 2015.
[11] V. W. Y. Tam, M. Soomro, and A. C. J. Evangelista, “A review of recycled aggregate in concrete
applications (2000–2017),” Constr. Build. Mater., vol. 172, pp. 272–292, 2018, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2018.03.240.
[12] S. Puro, N. Atmiwyastuti, and N. Restina, “Kritik dan pemecahan penggunaan konstruksi beton
cor pada rekayasa jalan dalam upaya membangun konstruksi jalan yang berkelanjutan,” J. Media
614
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
Tek. Sipil, vol. 12, no. 2, pp. 160–165, 2015, doi: 10.22219/jmts.v12i2.2289.
[13] O. Z. Tamin and R. B. Frazila, “Jurnal perencanaan sistem transportasi,” Perenc. Wil. dan Kota,
vol. 8, no. 3, p. 34, 1997, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/12554738/jurnal_perencanaan_sistem_transportasi.
[14] C. Andriyanto, “Pemilihan teknik perbaikan perkerasan jalan dan biaya penanganannya (studi
kasus pada ruas jalan nguter – wonogiri),” UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA,
2010.
[15] H. C. Hardiyatmo, Perancangan perkerasan jalan & penyelidikan tanah, 2nd ed. Gadjah Mada
University Press.
[16] Manual perkerasan jalan, kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat direktorat jendral
bina marga. 2017.
[17] A. Andhikatama, “Pemanfaatan limbah beton sebagai pengganti agregat kasar pada campuran
asphalt concrete-wearing course gradasi kasar,” vol. 1, p. 1, 2013, [Online]. Available:
https://core.ac.uk/download/pdf/148600232.pdf.
[18] S. Tayabji, K. D. Smith, and T. Van Dam, “Advanced high-performance materials for highway
applications: A report on the state of technology,” Fed. Highw. Adm. U.S. Dep. Transp., no.
October, pp. 1–63, 2010, [Online]. Available: https://rosap.ntl.bts.gov/view/dot/41051.
[19] C. C. Onn et al., “Greenhouse gas emissions associated with electric vehicle charging: The impact
of electricity generation mix in a developing country,” Transp. Res. Part D Transp. Environ., vol.
64, pp. 15–22, 2018, doi: 10.1016/j.trd.2017.06.018.
[20] G. I. C. Orbita, “Inovasi teknologi bahan bangunan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan dan kelestarian kebudayaan, arsitektur, dan alam,” in Seminar Nasional Stone,
Steel, and Straw Building Materials and Sustainable Environment, 2013, pp. 109–119, [Online].
Available:
https://www.academia.edu/35808612/Seminar_Nasional_Building_Materials_and_Sustainable_
Environment.
[21] F. Tahmoorian and B. Samali, “Laboratory investigations on the utilization of RCA in asphalt
mixtures,” Int. J. Pavement Res. Technol., vol. 11, no. 6, pp. 627–638, 2018, doi:
10.1016/j.ijprt.2018.05.002.
[22] P. K. Gautam, P. Kalla, A. S. Jethoo, R. Agrawal, and H. Singh, “Sustainable use of waste in
flexible pavement: a review,” Constr. Build. Mater., vol. 180, pp. 239–253, 2018, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2018.04.067.
[23] M. M. Rafi, A. Qadir, and S. H. Siddiqui, “Experimental testing of hot mix asphalt mixture made
of recycled aggregates,” Waste Manag. Res., vol. 29, no. 12, pp. 1316–1326, 2011, doi:
10.1177/0734242X10370379.
[24] U. Saepuddin, “Kajian penggunaan limbah beton sebagai agregat pengganti agregat kasar pada
campuran cement treated base (CTB) untuk lapis pondasi pekerasan lentur (flexible pavement),”
J. Media Teknol., vol. 03, no. 01, pp. 13–22, 2016, [Online]. Available:
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/mediateknologi/article/view/2348.
[25] A. E. A. E. M. Behiry, “Fatigue and rutting lives in flexible pavement,” Ain Shams Eng. J., vol.
3, no. 4, pp. 367–374, 2012, doi: 10.1016/j.asej.2012.04.008.
[26] N. Kisku, H. Joshi, M. Ansari, S. K. Panda, S. Nayak, and S. C. Dutta, “A critical review and
assessment for usage of recycled aggregate as sustainable construction material,” Constr. Build.
Mater., vol. 131, pp. 721–740, 2017, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2016.11.029.
[27] S. Yang and Y. Lim, “Mechanical strength and drying shrinkage properties of RCA concretes
produced from old railway concrete sleepers using by a modified EMV method,” Constr. Build.
Mater., vol. 185, pp. 499–507, 2018, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2018.07.074.
[28] S. Ismail, W. H. Kwan, and M. Ramli, “Mechanical strength and durability properties of concrete
containing treated recycled concrete aggregates under different curing conditions,” Constr. Build.
Mater., vol. 155, pp. 296–306, 2017, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2017.08.076.
[29] E. Arifi, “Pemanfaatan fly ash sebagai pengganti semen parsial untuk meningkatkan peforma
beton agregat daur ulang,” vol. 9, no. 3, pp. 229–235, 2015, [Online]. Available:
https://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/view/317.
[30] M. A. Punusingon, B. D. Handono, and P. Ronny, “Uji eksperimental kuat tekan beton daur ulang
615
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
dengan bahan tambah abu terbang (fly ash) dan serbuk kaca sebagai substitusi parsial semen,” J.
Sipil Statik, vol. 7, no. 1, pp. 57–66, 2019.
[31] L. D. Poulikakos et al., “Harvesting the unexplored potential of European waste materials for
road construction,” Resour. Conserv. Recycl., vol. 116, pp. 32–44, 2017, doi:
10.1016/j.resconrec.2016.09.008.
[32] E. Hermanto, “Pemanfaatan aspal sintetis untuk material perkerasan jalan,” ARBITEK J. Tek. Sipil
Arsit., no. 1, 2016, [Online]. Available:
https://ojs.uma.ac.id/index.php/arbitek/article/viewFile/384/247.
[33] S. Paranavithana and A. Mohajerani, “Effects of recycled concrete aggregates on properties of
asphalt concrete,” Resour. Conserv. Recycl., vol. 48, no. 1, pp. 1–12, 2006, doi:
10.1016/j.resconrec.2005.12.009.
[34] J. Mills-Beale and Z. You, “The mechanical properties of asphalt mixtures with Recycled
Concrete Aggregates,” Constr. Build. Mater., vol. 24, no. 3, pp. 230–235, 2010, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2009.08.046.
[35] M. S. de Juan and P. A. Gutiérrez, “Study on the influence of attached mortar content on the
properties of recycled concrete aggregate,” Constr. Build. Mater., vol. 23, no. 2, pp. 872–877,
2009, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2008.04.012.
[36] Y. Hou, X. Ji, X. Su, W. Zhang, and L. Liu, “Laboratory investigations of activated recycled
concrete aggregate for asphalt treated base,” Constr. Build. Mater., vol. 65, pp. 535–542, 2014,
doi: 10.1016/j.conbuildmat.2014.04.115.
[37] R. Chan et al., “Analysis of potential use of fibre reinforced recycled aggregate concrete for
sustainable pavements,” J. Clean. Prod., vol. 218, pp. 183–191, 2019, doi:
10.1016/j.jclepro.2019.01.221.
[38] E. Mohseni, R. Saadati, N. Kordbacheh, Z. S. Parpinchi, and W. Tang, “Engineering and
microstructural assessment of fibre-reinforced self-compacting concrete containing recycled
coarse aggregate,” J. Clean. Prod., vol. 168, pp. 605–613, 2017, doi:
10.1016/j.jclepro.2017.09.070.
[39] C. S. Poon, Z. H. Shui, and L. Lam, “Effect of microstructure of ITZ on compressive strength of
concrete prepared with recycled aggregates,” Constr. Build. Mater., vol. 18, no. 6, pp. 461–468,
2004, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2004.03.005.
[40] A. Maulana, M. Amaliah, and R. Utami, “Pemanfaatan limbah beton sisa pengujian sebagai
substitusi agregat pada campuran AC-WC,” Potensi J. Sipil Politek., vol. 22, no. 1, pp. 87–95,
2020, doi: 10.35313/potensi.v22i1.1678.
[41] C. H. Lee, J. C. Du, and D. H. Shen, “Evaluation of pre-coated recycled concrete aggregate for
hot mix asphalt,” Constr. Build. Mater., vol. 28, no. 1, pp. 66–71, 2012, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2011.08.025.
[42] Y. D. Wong, D. D. Sun, and D. Lai, “Value-added utilisation of recycled concrete in hot-mix
asphalt,” Waste Manag., vol. 27, no. 2, pp. 294–301, 2007, doi: 10.1016/j.wasman.2006.02.001.
[43] B. Li, Y. Wang, Q. Jin, and H. Chen, “Liquefaction characteristics of recycled concrete
aggregates,” Soil Dyn. Earthq. Eng., vol. 120, no. December 2018, pp. 85–96, 2019, doi:
10.1016/j.soildyn.2019.01.038.
[44] A. Akbarnezhad, K. C. G. Ong, M. H. Zhang, C. T. Tam, and T. W. J. Foo, “Microwave-assisted
beneficiation of recycled concrete aggregates,” Constr. Build. Mater., vol. 25, no. 8, pp. 3469–
3479, 2011, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2011.03.038.
[45] A. M. Grabiec, J. Klama, D. Zawal, and D. Krupa, “Modification of recycled concrete aggregate
by calcium carbonate biodeposition,” Constr. Build. Mater., vol. 34, pp. 145–150, 2012, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2012.02.027.
[46] M. U. Hossain, C. S. Poon, I. M. C. Lo, and J. C. P. Cheng, “Comparative environmental
evaluation of aggregate production from recycled waste materials and virgin sources by LCA,”
Resour. Conserv. Recycl., vol. 109, pp. 67–77, 2016, doi: 10.1016/j.resconrec.2016.02.009.
[47] N. Serres, S. Braymand, and F. Feugeas, “Environmental evaluation of concrete made from
recycled concrete aggregate implementing life cycle assessment,” J. Build. Eng., vol. 5, pp. 24–
33, 2016, doi: 10.1016/j.jobe.2015.11.004.
[48] D. R. Vieira, J. L. Calmon, and F. Z. Coelho, “Life cycle assessment (LCA) applied to the
616
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
manufacturing of common and ecological concrete: A review,” Constr. Build. Mater., vol. 124,
pp. 656–666, 2016, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2016.07.125.
[49] U. M. Mroueh, J. Laine-Ylijoki, and P. Eskola, “Life-cycle impacts of the use of industrial by-
products in road and earth construction,” Waste Manag. Ser., vol. 1, no. C, pp. 438–448, 2000,
doi: 10.1016/S0713-2743(00)80055-0.
[50] X. Shi, A. Mukhopadhyay, D. Zollinger, and Z. Grasley, “Economic input-output life cycle
assessment of concrete pavement containing recycled concrete aggregate,” J. Clean. Prod., vol.
225, pp. 414–425, 2019, doi: 10.1016/j.jclepro.2019.03.288.
617