Anda di halaman 1dari 12

Seminar Keinsinyuran

ISSN (Cetak) 2798-0405


eISSN (Online) 2797-1775

APLIKASI PERKERASAN JALAN RAYA BERKELANJUTAN


DENGAN PEMANFAATAN DAUR ULANG
AGREGAT BETON: TINJAUAN LITERATUR
Fajar Romadhon1, Annisa Kesy Garside2,
1 Universitas Kadiri, Jl. Selomangleng No. 1 Kediri
2 Program Profesi Insinyur, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas 246 Malang

Kontak Person:
Fajar Romadhon
Jl. Selomangleng No. 1 Kediri-Jawa Timur
E-mail: eff.fajarromadhon@gmail.com

Abstrak
Perkerasan jalan raya adalah infrastruktur yang sangat mahal yang mengkonsumsi sumber daya dalam jumlah banyak.
Pemanfaatan daur ulang agregat beton (recycled concrete aggregates/RCA) untuk konstruksi perkerasan jalan raya dapat
membawa sejumlah manfaat terhadap kelestarian lingkungan, ekonomi dan sosial. Pemanfaatan RCA akan mengurangi jejak
karbon industri konstruksi, menghasilkan konservasi sumber daya alam baru, efisiensi energi, pengurangan emisi berbahaya,
dan meminimalkan biaya konstruksi perkerasan jalan raya hingga mencapai desain pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development). Penelitian ini mengulas literatur yang tersedia tentang penggunaan RCA untuk konstruksi
perkerasan jalan raya. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa RCA dapat diterapkan di semua lapisan perkerasan; tanah
dasar (subgrade), lapis pondasi bawah (subbase course), dan lapis permukaan (surface course). Bagaimana sifat fisik, sifat
mekanik RCA, dan pengaruhnya terhadap kinerja diteliti dan dibandingkan dengan agregat baru (fresh aggregates/FA).
Membahas metode untuk meningkatkan kinerja RCA dalam campuran perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur
(flexible pavement). Manfaat, keberlanjutan, dan keuntungan pemanfaatan RCA diringkas dari penilaian siklus hidup yang
tersedia dalam literatur. RCA telah dianggap sebagai alternatif berkelanjutan yang layak untuk subtitusi pengganti FA dalam
aplikasi perkerasan jalan raya, tetapi masih ada perbedaan pendapat dalam rekomendasi tingkat penggantian campuran
perkerasan lentur (flexible pavement). Untuk memastikan konstruksi perkerasan jalan raya tetap ramah lingkungan tanpa
mengurangi kualitas dan fungsinya, pemanfaatan RCA harus diteliti lebih lanjut setelah studi hitung yang akan mengarah
pada spesifikasi dan pedoman standar konsensus untuk di laksanakan di Indonesia.

Kata kunci: pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), daur ulang agregat beton (recycled concrete
aggregates/RCA), agregat baru (fresh aggregates/FA), konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan.

1. Pendahuluan
Salah satu konsekuensi utama dari pertumbuhan ekonomi global dan percepatan infrastruktur
adalah adanya peningkatan timbunan limbah industri konstruksi. Limbah industri konstruksi tersebut
dihasilkan dari kegiatan produksi industri konstruksi. Beberapa dari limbah industri konstruksi tersebut
biasanya dibuang untuk pengurugan lahan kosong, sedangkan untuk pemanfaatannya sangat minim
aplikasi. Pembuangan limbah industri konstruksi yang sekarang terjadi di Indonesia ini menyimpang
dari prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)[1][2]. Hal ini membuat segala
bentuk pembuangan limbah industri menjadi tidak berkelanjutan. Di Indonesia, tingkat kesadaran dan
pemahaman masih kurang tentang bangunan hijau (green building) sehingga menyebabkan kurangnya
pengetahuan tentang pengelolaan material bangunan hijau (green building) dan desain yag berkelanjutan
[3]. Selain itu, industri konstruksi yang memainkan peran utama dalam perkembangan kemajuan
peradaban kota-kota besar menghasilkan jumlah limbah industri konstruksi yang sangat tinggi baik
sebagai bagian dari proses konstruksi dan juga setelah masa pakai struktur. Program pembangunan yang
memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial telah dicanangkan oleh banyak negara dan telah
menjadi kesepakatan bersama sebagai pembangunan yang berkelanjutan. Upaya yang mengarah pada
pembangunan konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan di Indonesia adalah dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan
yang telah diterapkan di negara-negara lain [2]. Konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) berawal dari penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran untuk menaikkan
kemakmuran rakyat (ekonomi) namun tidak memperhatikan penggunaan sumber daya alam yang
kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan [4][5]. Terdapat instansi yang menetapkan prinsip-
prinsip pembangunan yang berkelanjutan pada tahun 1988, yaitu Brundtland Commission [6].

606
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

Peningkatan populasi mengakibatkan tingginya pembangunan di sektor konstruksi, rekonstruksi


perkerasan jalan raya. Material lama yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi dibuang secara
tradisional dan mengambil material baru untuk tujuan pembangunan konstruksi baru [7]. Hal ini
meningkatkan ancaman terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan dari limbah industri konstruksi
dan menjadikannya salah satu industri dengan pencemaran udara tertinggi [8]. Undang-Undang No.
38/2004 tentang Jalan membagi kegiatan pembangunan jalan menjadi; perencanaan teknis, pelaksanaan
konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan [9]. Keseluruhan kegiatan tersebut dapat
berkontribusi langsung dalam penerapan prinsip-prinsip konstruksi yang berkelanjutan antara lain;
pemanfaatan material terbaharukan dan pemanfaatan ulang material, serta mengurangi penggunaan
energi [10]. Banyak peneliti tertarik untuk menemukan cara yang lebih efisien dalam mengatasinya,
kegiatan konstruksi ini tidak bisa dihentikan begitu saja, karena kebutuhan akan tempat tinggal,
transportasi, dan pekerjaan sipil lainnya yang saling berkaitan dan saling bergantung. Dengan demikian,
penggunaan kembali dan daur ulang limbah industri konstruksi telah menjadi upaya yang paling layak
dan menjanjikan terhadap mitigasi pencemaran udara yang tinggi dari industri konstruksi [7]. Sebagian
besar limbah industri konstruksi dan pembongkaran mencakup agregat yang digunakan untuk konstruksi
yang dilekati oleh matriks lama yang digunakan untuk mengikatnya. Ada juga beberapa partikel lain
seperti kayu, batu bata, baja, humus dan bahan asbes yang tercampur dalam limbah yang terdiri dari
85% agregat [11].
Oleh karena itu, daur ulang agregat yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi, diteliti dengan
cara penghancuran beton, agar agregat dapat diambil kembali atau dipulihkan dan digunakan kembali
untuk proses konstruksi yang sama atau didaur ulang ke dalam kegiatan konstruksi lainnya. Agregat
seperti ini disebut sebagai daur ulang agregat beton (recycled concrete aggregates/RCA). Penggunaan
RCA dalam berbagai aspek aplikasi struktural terbukti efektif dengan beberapa modifikasi dalam desain
campurannya. Tetapi, masih ditemukan kelemahan yang sangat tinggi dalam pemanfaatan RCA untuk
aplikasi konstruksi perkerasan jalan raya karena beberapa ketidakpastian kinerja yang belum diatasi
[12]. Masih terdapat disparitas yang sangat lebar dalam rekomendasi penggunaan RCA tersebut,
beberapa peneliti berpendapat rekomendasi kinerja penggunaan RCA yang tidak tepat pada tingkat
pemanfaatannya. Penelitian ini mencoba untuk melakukan tinjauan sistematis literatur tentang metode
penilaian pemanfaatan RCA melalui analisis komparatif kemudian meringkas berbagai penelitian dan
rekomendasi dari studi terbaru untuk memungkinkan penilaian cepat tentang sejauh mana perbedaan
tersebut. Hal ini akhirnya membantu mengumpulkan banyak informasi dalam mengungkapkan perlunya
studi lanjut agar pemanfaatan RCA untuk aplikasi konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan
dapat dicapai.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan pendekatan deskriptif untuk
menjawab rumusan masalah, tujuan dan fokus dari penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini adalah
pemanfaatan RCA pada aplikasi konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan. Dalam mencapai
tujuan penelitian tersebut, dilakukan tinjauan sistematis literatur tentang metode penilaian pemanfaatan
RCA melalui analisis komparatif. Dalam penelitian ini, ada beberapa aturan dalam metode penilaian
frekuensi tinggi, perbandingan jumlah metode penilaian komparatif, serta status terkini eksplorasi topik
perbandingan.
Secara sistematik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi literatur yang berkaitan dengan konsep, perkembangan penerapan, standar dan prosedur, serta
pemanfaatan RCA. (studi literatur ini mencangkup beberapa gagasan dan teori yang saling berkaitan
dan didukung data-data dari sumber pustaka. Sumber-sumber tersebut di dapat dari jurnal, makalah,
skripsi, tesis, dan karya ilmiah lain yang dapat dipertanggung jawabkan asal usulnya. Pencarian
literatur dalam penelitian ini diambil dari (ScienceDirect, Google Scholar, Scopus) dengan kata kunci
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), daur ulang agregat beton (recycled
concrete aggregates/RCA), agregat baru (fresh aggregates/FA), konstruksi perkerasan jalan raya
yang berkelanjutan.
2. Penilaian pemanfaatan RCA menggunakan analisis kompartif. Metode penilaian dengan cara
menginformasikan hasil penilaian yang diklasifikasikan berdasarkan total skor yang diperoleh.
Perbandingan kategori mengacu pada besarnya capaian keberlanjutan berdasarkan ruang lingkup

607
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

penilaian. Makalah yang dipilih akan dibedakan berdasarkan kategori, metode penilaian,
pemanfaatan, dan keberlanjutan. Bobot atau poin akan diberikan untuk setiap kategori. Dengan
pengkategorian ini, selanjutnya akan ditemukan persamaan dan perbedaan yang signifikan pada
metode penilaian pemanfaatan RCA pada masing-masing standar sertifikasi.
Setelah melakukan penilaian dari studi literatur tersebut, maka hasil penelitian akan ditetapkan,
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pemanfaatan RCA yang berlaku secara prosedural,
administrasi, dan umum. Dari hasil analisis dan pembahasan akan terlihat kelebihan dan kekurangan
dari standar pemanfaatan RCA yang diteliti, sehingga kesimpulan dapat diambil setelah memaparkan
output hasil analisis berdasarkan tujuan penelitian.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Gambaran Umum Perkerasan Jalan Raya
Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang sangat penting yang berkontribusi terhadap laju
ekonomi dan urbanisasi global [13]. Pembangunan infrastruktur jalan raya sangat memakan biaya tidak
sedikit, oleh karena itu perkerasan jalan raya harus tangguh dan tahan lama untuk menahan beban lalu
lintas selama umur rencana [14]. Struktur perkerasan jalan raya biasanya terdiri dari lapisan-lapisan
agregat berbeda yang meningkatkan daya tahan dan stabilitas terhadap permukaan [15]. Perkerasan
secara luas diklasifikasikan menjadi dua jenis; perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur
(flexible pavement). Gambar 1. Mengilustrasikan lapisan-lapisan penampang tipikal perkerasan.
Klasifikasi ini didasarkan pada kinerja struktur yang dicapai dari kombinasi material yang digunakan
[16]. Beberapa inovasi telah di temukan untuk memodifikasi sifat-sifat jenis perkerasan ini, seperti,
beton berpori, perkerasan reflektif, perkerasan interlocking, dan perkerasan komposit. Semua ini dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori besar perkerasan lentur dan perkerasan kaku tergantung pada bahan
pengikatnya. Kualitas perkerasan tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Desain struktur
bertujuan untuk memastikan bahwa perkerasan tetap berfungsi sepanjang masa pakainya. Pemilihan
material sangat penting, baik pada tahap desain maupun konstruksi. Agregat adalah komponen utama
dari perkerasan, dalam perkerasan kaku komposisi agregat mendominasi 62%-68%, sementara pada
perkerasan lentur komposisi agregat mendominasi 80%-85% dari volume perkerasan keseluruhan [17]
[18] seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2. Jumlah agregat yang tinggi menunjukkan fakta bahwa
agregat adalah aspek penting yang harus diperhatikan dalam konstruksi perkerasan jalan raya.

Gambar 1 Penampang melintang perkerasan lentur dan kaku.

Gambar 2 Komposisi material berdasarkan volume permukaan perkerasan lentur dan kaku [18].

608
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

3.2 Konstruksi Perkerasan Jalan Raya yang Berkelanjutan


Jalan raya merupakan bagian penting dari industri konstruksi di mana penggunaan sumber daya
alam telah muncul sebagai ancaman serius terhadap lingkungan [17]. Jalan raya adalah infrastruktur
transportasi yang berkontribusi besar terhadap pencemaran udara, karena proses produksi, pengadaan
bahan, ekstraksi yang menghasilkan banyak limbah. Tujuan konstruksi perkerasan jalan raya yang
berkelanjutan adalah untuk mengadopsi langkah-langkah industri konstruksi yang ramah lingkungan
dan infrastruktur yang layak secara ekonomi yang dapat diterima oleh manusia baik saat ini maupun di
masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan yang
mendefinisikan berkelanjutan pembangunan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa
saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Lingkungan, ekonomi, dan sosial, seperti yang di ilustrasikan pada Gambar 3. adalah tiga
pertimbangan utama untuk implementasi prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan [2][19].
Dalam pekerjaan pembangunan dan pemeliharaan jalan raya, akan banyak membutuhkan permintaan
sumber daya alam tak terbarukan, terutama agregat mineral yang diperoleh dari aktivitas tambang dalam
jumlah banyak [20]. Selain itu, masalah pembuangan limbah untuk beton juga telah diidentifikasi
sebagai masalah utama yang menjadi perhatian [21]. Hal ini telah menyebabkan penelitian yang
bertujuan untuk menemukan dan mengevaluasi beberapa alternatif dan inovatif untuk mengatasi
masalah limbah konstruksi, penipisan sumber daya alam, dan kenaikan biaya konstruksi yang terkait
dengan bahan konstruksi konvensional [22]. Dari bahan-bahan ini, berbagai pandangan tentang ekonomi
dan manfaat lingkungan, memiliki tingkat aplikasi yang berbeda tergantung pada ketersediaannya,
kemudahan persiapan, dan penelitian laboratorium. Berbagai faktor mempengaruhi kualitas RCA yang
membuatnya berkinerja lebih rendah daripada FA. Untuk memastikan bahwa bahan daur ulang dapat
mencapai beberapa standar minimum yang disyaratkan, perlu modifikasi material untuk meningkatkan
kinerja agregat RCA tersebut. Untuk mencapai kinerja yang memuaskan harus di teliti lebih lanjut untuk
mengganti bahan konvensional dengan inovasi material yang berkelanjutan.

Gambar 3 Konsep dasar pembangunan yang berkelanjutan [23].

Prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan mendukung penggunaan RCA untuk alasan


berikut; mengurangi jumlah limbah, meningkatkan keramahan lingkungan, pelestarian sumber daya
alam, dan pengurangan biaya pembuangan limbah Rafi dkk. [23] dalam penelitian mereka tentang
penggunaan RCA. Pada konstruksi perkerasan jalan raya RCA sangat menjanjikan untuk mencapai
sebagian besar manfaat yang diinginkan.
3.3 Pemanfaatan RCA untuk Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Studi telah menunjukkan bahwa RCA dapat secara efektif digunakan untuk lapis perkerasan
bawah seperti tanah dasar (sub grade), lapis pondasi bawah (subbase course), dan dasar jalan [24].
Dalam upaya menetapkan kesesuaian aplikasi konstruksi perkerasan jalan raya, dalam penelitian
mereka, terutama berfokus pada RCA untuk aplikasi perkerasan jalan di jalan yang tidak terikat, terikat
secara hidrolik, dan terikat bitumen. Dari hasil California Bearing Ratio (CBR) RCA lebih rendah dari
FA tetapi hasil mengungkapkan bahwa material RCA bisa cukup kuat untuk digunakan pada lapisan
tanah dasar (sub grade) dan lapisan pondasi bawah (subbase course), dalam aplikasi yang tidak terikat
[24]. Studi lain menunjukkan bahwa RCA memiliki geomekanik yang lebih baik dan sifat
geoenvironmental dari batu bata yang dihancurkan, agregat aspal dan kaca daur ulang digunakan sebagai
lapisan tanah dasar (sub grade) dan bahan pondasi bawah (subbase course). Berdasarkan pemadatan,

609
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

CBR, dan geser sifat kekuatan dari berbagai bahan limbah yang diuji, RCA memiliki kualitas unggul
daripada bahan dasar konvensional [25]. Potensi penggunaan RCA pada lapisan perkerasan tidak terikat,
agregat batu kapur konvensional diganti dengan RCA sebesar 25%, 50%, 75% dan 100%. dari berat
campuran. CBR, daya dukung, kuat tarik, beban pelat, dan modulus elastisitas diuji. Nilai kuat tekan
tanpa batas (UCS) lebih tinggi yang dicatat dengan kandungan RCA yang lebih tinggi. Berdasarkan nilai
CBR, UCS, modulus elastisitas, dan defleksi lapangan yang dilaporkan dalam literatur, dapat
disimpulkan bahwa 100% RCA dapat digunakan untuk lapisan perkerasan bawah, tanpa mengurangi
kemampuannya untuk menahan beban lalu lintas yang berat.

3.4 Pemanfaatan RCA untuk Campuran Beton (Rigid Pavement)


RCA telah ditemukan sebagai pengganti yang baik untuk FA, untuk campuran beton konvensional
menunjukkan sifat dan kinerja yang sama dibandingkan dengan FA [26]. Hasil penelitian yang
dilakukan Yang dan Lim [27] menyarankan penggunaan RCA sebagai pengganti agregat kasar daripada
mengganti agregat halus. Tingkat penggantian 100% untuk studi mereka, tetapi lebih fokus pada
modifikasi metodologi desain campuran untuk mencapai mutu beton yang lebih baik. Efek negatif dari
penggunaan RCA di campuran beton telah diidentifikasi oleh beberapa peneliti [28]. Meskipun tidak
banyak literatur yang diterbitkan akhir-akhir ini tentang pengaruh inklusi RCA pada kinerja perkerasan
kaku. Banyak publikasi yang membahas tentang pengaruh RCA pada aplikasi beton umum. Karena
perkerasan kaku adalah perkerasan beton, maka perilaku dan kinerja pada dasarnya dapat dinilai atau
diprediksi dalam hal karakteristik perilaku beton [29]. Penggunaan RCA dapat menyebabkan penurunan
kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, dan modulus elastisitas beton yang digunakan untuk perkerasan kaku.
Ini adalah sifat dasar yang diadopsi sebagai indikator perilaku beton yang digunakan untuk aplikasi
struktural yang berbeda seperti perkerasan jalan raya.
Secara umum, hasil ini mengungkapkan kemungkinan RCA dapat digunakan pada campuran
beton perkerasan kaku. Tetapi kekuatan ikatan beton dapat berkurang dengan penggunaan RCA pada
campuran beton, hal ini akan mempengaruhi durabilitas beton penyerapan air yang lebih tinggi pada
pori-pori beton, sedangkan sorptivity menunjukkan bahwa penyerapan air oleh aksi kapiler, lebih tinggi
penyerapan air dan daya serap air menunjukkan bahwa beton lebih permeabel dengan zona antar muka.
Penurunan pesimen berat beton di bawah serangan asam sulfat digunakan sebagai indikator terhadap
ketahanan beton terhadap serangan asam. Ketahanan terhadap permeabilitas asam klorida juga
menunjukkan ketahanan perkerasan terhadap zat korosif yang dapat mempercepat kerusakan seluruh
atau sebagian jalan. Faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk konstruksi perkerasan jalan raya
yang menyerap air permukaan dan air tanah adalah dengan mempertimangkan berbagai rentang
keasaman dan proporsi campuran beton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan RCA ke
dalam campuran beton menghasilkan kualitas daya tahan yang rendah, tetapi variannya minimal kecuali
untuk permeabilitas di mana nilai tinggi telah dilaporkan untuk inklusi RCA 100% [30].
3.5 Pemanfaatan RCA untuk Campuran Aspal (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur banyak diadopsi untuk pengembangan konstruksi jalan raya di Indonesia.
Konstruksi perkerasan jalan ini dibuat dengan penggunaan material aspal yang pada dasarnya
merupakan campuran dari agregat, bitumen/ pengikat, dan rongga udara. Penambahan sedikit adiktif
dan serat lainnya dapat meningkatkan kinerja campuran aspal [31]. Campuran aspal biasanya terdiri dari
95% agregat dan 5% bitumen/ pengikat dari berat campuran. Bitumen/ pengikat disebut sebagai semen
aspal sedangkan campuran aspal disebut sebgai beton aspal. Dalam pembangunan konstruksi perkerasan
jalan raya sepanjang 1 km dengan ketebalan perkerasan 150mm membutuhkan 3.750ton campuran aspal
panas dan sekitar 3.563ton agregat. Penelitian lain juga memperkirakan sekitar 12.500ton agregat per
kilometer konstruksi perkerasan jalan raya, meskipun lebar dan tebal perkerasan bervariasi [32].
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa RCA cocok untuk tipe perkerasan lentur berdasarkan hasil
uji kinerja yang dilakukan [23][33]. Perkerasan lentur memiliki permukaan aspal berfungsi menyalurkan
beban lalu lintas ke lapisan perkerasan bawah sehingga intensitas tegangan ditanggung oleh permukaan
dan tanah dasar. Kualitas material yang digunakan pada dua lapisan ini sangat penting bagi struktur
perkerasan, yang terdiri dari 95% agregat dari bahan utama [33]. Penggunaan RCA sebagai pengganti
100% agregat kasar pada beton aspal memiliki kinerja yang sebanding. Dari hasil penggunaan campuran
RCA, peneliti merekomendasikan penggantian 100% FA kasar dengan RCA dengan pemeriksaan
laboratorium lebih lanjut.

610
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

Campuran aspal yang menggunakan RCA lebih tidak stabil daripada campuran aspal
konvensional. Penggantian sebagian agregat konvensional dengan RCA untuk jalan volume rendah
dipelajari oleh Mills-Beale and You [34], menggunakan tingkat penggantian sebesar 25%, 35%, 50%,
dan 75%. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan penurunan modulus elastisitas dan kuat tarik dengan
penambahan konten dalam RCA. Hasilnya menunjukkan bahwa campuran RCA gagal di bawah
persyaratan yang memuaskan dengan penambahan konten 75%. Berdasarkan evaluasi kinerja, penulis
menyarankan menggunakan RCA sebagai pengganti parsial FA.
3.6 Meningkatkan Kinerja RCA
Banyak peneliti telah melaporkan penurunan kualitas beton dan aspal yang signifikan dengan
campuran RCA jika dibandingkan dengan campuran konvensional [35]. Penyerapan air yang tinggi,
kepadatan yang lebih rendah, dan kekuatan yang lebih rendah [36]. Berbagai jenis perbaikan yang diteliti
dari sifat-sifat RCA yang berfokus pada efek dan kinerja yang dihasilkan dari campuran semen dan aspal
dirangkum dalam Tabel 1. Sebagian besar metode perbaikannya bersifat kimiawi, yang melibatkan
pemisahan mortar yang melekat di permukaan RCA, impregnasi ruang pori RCA, atau melapisi
permukaan RCA dengan bahan kimia yang dipilih. Pilihan bahan kimia tergantung pada ketiga tujuan
tersebut untuk aplikasi RCA yang diharapkan. Pra-pelapisan RCA dengan emulsi bitumen cocok untuk
campuran aspal perkerasan lentur, pra-pelapisan dengan semen terak menjadi solusi terbaik untuk
campuran beton perkerasan kaku. Aplikasi metode perbaikan di penelitian ini di rangkum dalam tabel
1. Tak satupun dari metode perbaikan tersebut bersifat mekanis, hal ini karena produksi RCA dilakukan
dengan peremukan/ penghancuran agregat. Penghancuran ulang agregat akan menghasilkan ukuran RCA
yang lebih kecil tetapi dengan sifat yang ditingkatkan. Kombinasi termal dan perawatan kimia dengan
penghancuran mekanis diamati memiliki beberapa efek peningkatan yang signifikan pada RCA. Kinerja
beton RCA dapat ditingkatkan dengan cara menambah ketebalan perkerasan atau meningkatkan kualitas
campuran. Kualitas campuran bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kandungan semen dengan
konsekuensi pengurangan rasio air/semen [17]. Perbaikan kualitas perkerasan menghasilkan keuntungan
ekonomi yang lebih baik daripada meningkatkan ketebalan. Chan dkk. [37] menyelidiki penggunaan
serat sebagai tulangan pada campuran RCA di perkerasan kaku, menyimpulkan bahwa untuk mendukung
beban dengan desain yang sama, campuran RCA yang diperkuat serat akan membutuhkan ketebalan
perkerasan yang lebih rendah daripada perkerasan RCA tanpa perkuatan. Tapi tidak ada perbedaan yang
signifikan setelah diamati pada hasil kuat lentur antara campuran RCA dengan atau tanpa penguat serat
[38]. Di samping itu, karena zona transisi antarmuka yang lebih lemah antara RCA dan pasta semen
selama pencampuran disarankan untuk melakukan pra-perawatan RCA sebelum pencampuran RCA [39].
Namun, perlu dicatat bahwa proses pra-perawatan akan menyebabkan biaya pemrosesan RCA yang lebih
tinggi yang tidak diinginkan [40].

Tabel 1 Metode untuk meningkatkan kinerja RCA.


Perawatan Metode perawatan Hasil penelitian Ref.
alami
Bahan kimia Pra-pelapisan dengan Menghasilkan kekuatan antar muka matriks [41]
semen terak yang lebih baik dan ikatan yang lebih tinggi
pasta (ketebalan kekuatan, yang mengarah ke kekuatan tarik
0,25mm yang lebih tinggi, peningkatan sensitivitas air,
lapisan) dan rasio kekuatan tarik aspal yang dihasilkan
(di atas 70%)
pra-pelapisan RCA Menghasilkan campuran yang lebih homogen, [42]
dengan meningkatkan umur kelelahan,
emulsi aspal sebelum rutting, modulus ulet, dan kinerja kerentanan air
percampuran yang dihasilkan
aspal
Penambahan Menghasilkan zona transisi antarmuka yang [43]
pozzolanic lebih baik, meningkatkan kemampuan kerja,
bubuk kuat lentur, dan kuat tekan beton yang
dihasilkan

611
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

Mencuci dengan Menghasilkan persyaratan konten pengikat [36]


silikon cair optimal yang lebih rendah, ditingkatkan
kerentanan kelembaban dan sensitivitas suhu
campuran aspal
Panas Pemanasan gelombang meningkatkan kekuatan tekan, kekuatan lentur, [44]
mikro modulus elastisitas
beton yang dihasilkan
Biologi Biodeposisi Kalsium mengakibatkan penurunan penyerapan air, dan [45]
peningkatan sifat mekanik RCA

3.7 Siklus Hidup Pemanfaatan RCA pada Perkarasan Jalan


Penilaian siklus hidup penting untuk memperkirakan tingkat manfaat yang berkelanjutan yang
diperoleh dari penggantian FA dengan RCA. Fase kehidupan perkerasan dibahas secara ringkas oleh
Santero dkk. [8]. Gambar 4. adalah ilustrasi skematik dari fase dan apa yang terlibat di dalamnya.
Konsumsi energi untuk produksi RCA diperkirakan telah menghasilkan 4,0kg CO2 per ton, yang
merupakan pengurangan 22% sampai 65% emisi dari agregat alam. Seperti yang dilaporkan oleh
berbagai peneliti Hosain dkk. [46] melaporkan pengurangan emisi sampai 65% dari gas rumah kaca,
penghematan 58% pada konsumsi energi tak terbarukan untuk pemanfaatan RCA, dan menganti agregat
alam untuk konstruksi perkerasan jalan raya. Serres dkk. [47] juga melaporkan 35% dan 24%
pengurangan emisi gas rumah kaca, dan energi simpanan pada masing-masing produksi material.
Kontributor utama emisi CO2 dihasilkan dari konstruksi perkerasan jalan raya yang mencapai 63% dari
emisi CO2, sedangkan transportasi material dan mesin mempunyai kontribusi masing-masing 25% dan
12% [11]. Ini menunjukkan bahwa 88% emisi CO2 yang dihasilkan konstruksi perkerasan berkaitan
dengan bahan-bahan yang agregatnya merupakan kontributor utama [48]. Gambar 5. menunjukkan
perbandingan antara konsumsi energi dari penggunaan RCA dengan agregat alam untuk konstruksi
perkerasan jalan raya. Angka tersebut menunjukkan penghematan 63% dalam total permintaan energi
perkerasan agregat alam dengan agregat RCA. Oleh karena itu, keuntungan yang berkelanjutan untuk
penggunaan RCA di konstruksi perkerasan jalan raya jelas signifikan.

Gambar 4 Fase siklus hidup untuk perkerasan jalan raya dan faktor-faktor yang dipertimbangkan [8].

612
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

Gambar 5 Konsumsi energi tak terbarukan untuk FA dan RCA pada pondasi jalan raya [23].
Mroueh dkk. [49] mempelajari penggunaan beberapa material subtitusi industri dalam konstruksi
perkerasan jalan raya. RCA adalah salah satu material yang diteliti. Penilaian siklus hidup dilakukan
dengan mempertimbangkan pemanfaatan bahan. Ditemukan bahwa perkerasan dengan RCA dapat
memiliki dampak yang lebih kecil terhadap lingkungan dibandingkan dengan perkerasan yang dibangun
dengan bahan alami. Dari semua bahan yang dibandingkan, konstruksi perkerasan jalan raya
menggunakan RCA mencapai manfaat lingkungan terbesar secara keseluruhan karena mengkonsumsi
energi terendah dan menimbulkan jumlah gas rumah kaca terendah. Analisis siklus hidup biaya
penggunaan RCA pada perkerasan kaku mencakup delapan skenario yang berbeda dari hipotetis
perkerasan kaku. Dalam penilaian mereka ada beberapa variabel yang diteliti termasuk tingkat
penggantian RCA, rasio air/semen, tebal perkerasan, dan pelayanan perkerasan. Analisis menunjukkan
bahwa menggabungkan RCA dalam konstruksi perkerasan beton bisa sangat ekonomis karena
mengurangin biaya tinggi untuk pembelian dan pengangkutan FA. Penggunaan RCA di pelat beton
menghasilkan penghematan biaya yang lebih baik daripada menggunakan FA. Shi dkk. [50] mencoba
untuk menilai potensi manfaat yang berkelanjutan dari penggunaan RCA dengan melakukan penilaian
siklus hidup untuk membandingkan perkerasan beton berbasis RCA dan perkerasan beton konvensional.
Tiga aspek berkelanjutan yang diperhatikan, yaitu; dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial,
mengunakan metode penilaian input-output siklus hidup dengan pendekatan ekonomi. Hasil penelitian
menyatakan bahwa manfaat penggunaan RCA difase produksi sangat besar. Material RCA memenuhi
semua kategori berkelanjutan, tetapi ada kemungkinan bahwa perkerasan RCA akan menimbulkan
dampak negatif yang lebih tinggi selama fase penggunaan dan pemeliharaan perkerasan. Manfaat
berkelanjutan perkerasan RCA di fase awal penilaian siklus hidup adalah berkurangnya permintaan dan
transportasi FA, dan berkurangnya transportasi pengangkutan puing beton. Pengurangan lebih dari 20%
dalam ekotoksisitas dan risiko kesehatan manusia untuk penggunaan RCA pada perkerasan beton.

4. Kesimpulan
Berdasarkan analisis komparatif dari studi literatur tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
konstruksi perkerasan jalan raya yang berkelanjutan memerlukan penyediaan: infrastruktur perkerasan
jalan yang secara sosial, ekonomi, dan ramah lingkungan memenuhi konsep bangunan hijau (green
building), Penggunaan RCA pada konstruksi perkerasan jalan raya menjanjikan untuk menjadi alternatif
yang berkelanjutan yang sangat cocok untuk menggantikan FA. Sifat fisik dan mekanik RCA lebih
rendah daripada FA. Selain itu, sebagian besar agregat RCA dilaporkan cukup memuaskan berdasarkan
spesifikasi standar, tetapi nilai penyerapan air yang sangat tinggi dari beberapa penelitian. Berdasarkan
nilai CBR, UCS, dan modulus elastisitas yang dilaporkan dari RCA, 100% penggantian RCA dapat
digunakan secara baik untuk lapisan perkerasan bawah yang tidak terikat maupun yang terikat secara
hidrolik. Pemanfaatan RCA dapat dicapai untuk perkerasan kaku, meskipun beberapa tindakan
pencegahan harus diambil untuk mengurangi beberapa efek negatif dari inklusi RCA dalam beton. Ada
banyak kemungkinan penggunaan RCA untuk aplikasi perkerasan lentur. Tingkat penggantian dalam
literatur berkisar antara 15% sampai 100% RCA. Stabilitas, sifat volumetrik, modulus elastisitas, kuat

613
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

tarik, air dan uji lintasan roda adalah uji kinerja yang umum digunakan dalam penelitian. Campuran
aspal dengan RCA membutuhkan kandungan bahan pengikat yang lebih tinggi, tetapi umumnya
penggunaan RCA tidak menghasilkan campuran aspal yang lebih stabil. Sifat-sifat RCA yang digunakan
untuk permukaan perkerasan dapat ditingkatkan melalui pra-perawatan RCA sebelum pencampuran.
Tindakan pra-perawatan dapat berupa termal, mekanik, kimia atau kombinasi dari tindakan tersebut.
Penambahan superplasticizer dan bahan tambahan lainnya serta peningkatan ketebalan perkerasan
adalah salah satu strategi perbaikan yang efektif. Tingginya biaya peningkatan ketebalan perkerasan
menjadikan sebuah pilihan yang sulit untuk mendukung strategi lainnya. Laporan penilaian siklus hidup
menunjukkan bahwa RCA dapat menghasilkan manfaat yang signifikan untuk aspek triple bottom line
dari kemampuan yang berkelanjutan, tetapi selain dari manfaat yang diperoleh dari RCA tahap
penggunaan dan pemeliharaannya juga harus di teliti lebih lanjut lagi. Pemanfaatan RCA untuk
konstruksi perkerasan jalan raya dapat membawa beberapa manfaat. Pertama, mengurangi
ketergantungan pada FA, dan melestarikan sumber daya alam untuk penggunaan masa depan. Kedua,
mengurangi kegiatan penambangan, pengurangan emisi tambang dan biaya operasi tambang. Ketiga,
pengurangan emisi gas dari transportasi mobilisasi FA, terutama ketika lokasi pemrosesan RCA dekat
dengan lokasi pemukiman.

Referensi
[1] “Inovasi teknologi smart building dan green construction untuk pembangunan yang
berkelanjutan,” [Online]. Available: https://core.ac.uk/display/304820436.
[2] G. M. Lawalata, “Prinsip-prinsip pembangunan jalan berkelanjutan,” J. Transp., vol. 13, no. 2,
pp. 115–124, 2013, [Online]. Available:
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=7BigE8gAAAAJ&c
itation_for_view=7BigE8gAAAAJ:W7OEmFMy1HYC.
[3] I. R. Widiati, “Tinjauan studi analisis komparatif bangunan hijau (green building) dengan metode
asesmen sebagai upaya mitigasi untuk pembangunan konstruksi yang berkelanjutan,” Pros. Konf.
Nas. Pascasarj. Tek. Sipil X 2019, no. November, pp. 69–76, 2019, [Online]. Available:
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=mW42NwIAAAAJ
&citation_for_view=mW42NwIAAAAJ:IjCSPb-OGe4C.
[4] S. Ning, “Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam.” pp. 1–33, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/12132099/Kearifan_Dalam_Pemanfaatan_Sumber_Daya_Alam.
[5] S. H. Umar, “Green road construction dan prospek penerapanya di Indonesia,” Semin. Nas. Tek.
Sipil (SeNaTS 1), 2015, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/12046201/Green_Road_Construction_dan_Prospek_Penerapanya_di
_Indonesia.
[6] T. A. Litman, “Measuring transportation (traffic, mobility and accessibility),” Victoria Transp.
Policy Inst., vol. 73, no. 10, pp. 28–32, 2011, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/27864234/Measuring_transportation_traffic_mobility_and_accessibi
lity.
[7] R. Jin, B. Li, T. Zhou, D. Wanatowski, and P. Piroozfar, “An empirical study of perceptions
towards construction and demolition waste recycling and reuse in China,” Resour. Conserv.
Recycl., vol. 126, no. July, pp. 86–98, 2017, doi: 10.1016/j.resconrec.2017.07.034.
[8] N. J. Santero, E. Masanet, and A. Horvath, “Life-cycle assessment of pavements. Part I: Critical
review,” Resour. Conserv. Recycl., vol. 55, no. 9–10, pp. 801–809, 2011, doi:
10.1016/j.resconrec.2011.03.010.
[9] Undang-Undang Republik Indonesia, UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan. 2004.
[10] Pedoman umum implementasi konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur
bidang pekerjaan umum dan permukiman (general guideline for implementing sustainable
construction on infrastructure in the public works and settlement sector). 2015.
[11] V. W. Y. Tam, M. Soomro, and A. C. J. Evangelista, “A review of recycled aggregate in concrete
applications (2000–2017),” Constr. Build. Mater., vol. 172, pp. 272–292, 2018, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2018.03.240.
[12] S. Puro, N. Atmiwyastuti, and N. Restina, “Kritik dan pemecahan penggunaan konstruksi beton
cor pada rekayasa jalan dalam upaya membangun konstruksi jalan yang berkelanjutan,” J. Media

614
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

Tek. Sipil, vol. 12, no. 2, pp. 160–165, 2015, doi: 10.22219/jmts.v12i2.2289.
[13] O. Z. Tamin and R. B. Frazila, “Jurnal perencanaan sistem transportasi,” Perenc. Wil. dan Kota,
vol. 8, no. 3, p. 34, 1997, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/12554738/jurnal_perencanaan_sistem_transportasi.
[14] C. Andriyanto, “Pemilihan teknik perbaikan perkerasan jalan dan biaya penanganannya (studi
kasus pada ruas jalan nguter – wonogiri),” UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA,
2010.
[15] H. C. Hardiyatmo, Perancangan perkerasan jalan & penyelidikan tanah, 2nd ed. Gadjah Mada
University Press.
[16] Manual perkerasan jalan, kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat direktorat jendral
bina marga. 2017.
[17] A. Andhikatama, “Pemanfaatan limbah beton sebagai pengganti agregat kasar pada campuran
asphalt concrete-wearing course gradasi kasar,” vol. 1, p. 1, 2013, [Online]. Available:
https://core.ac.uk/download/pdf/148600232.pdf.
[18] S. Tayabji, K. D. Smith, and T. Van Dam, “Advanced high-performance materials for highway
applications: A report on the state of technology,” Fed. Highw. Adm. U.S. Dep. Transp., no.
October, pp. 1–63, 2010, [Online]. Available: https://rosap.ntl.bts.gov/view/dot/41051.
[19] C. C. Onn et al., “Greenhouse gas emissions associated with electric vehicle charging: The impact
of electricity generation mix in a developing country,” Transp. Res. Part D Transp. Environ., vol.
64, pp. 15–22, 2018, doi: 10.1016/j.trd.2017.06.018.
[20] G. I. C. Orbita, “Inovasi teknologi bahan bangunan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan dan kelestarian kebudayaan, arsitektur, dan alam,” in Seminar Nasional Stone,
Steel, and Straw Building Materials and Sustainable Environment, 2013, pp. 109–119, [Online].
Available:
https://www.academia.edu/35808612/Seminar_Nasional_Building_Materials_and_Sustainable_
Environment.
[21] F. Tahmoorian and B. Samali, “Laboratory investigations on the utilization of RCA in asphalt
mixtures,” Int. J. Pavement Res. Technol., vol. 11, no. 6, pp. 627–638, 2018, doi:
10.1016/j.ijprt.2018.05.002.
[22] P. K. Gautam, P. Kalla, A. S. Jethoo, R. Agrawal, and H. Singh, “Sustainable use of waste in
flexible pavement: a review,” Constr. Build. Mater., vol. 180, pp. 239–253, 2018, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2018.04.067.
[23] M. M. Rafi, A. Qadir, and S. H. Siddiqui, “Experimental testing of hot mix asphalt mixture made
of recycled aggregates,” Waste Manag. Res., vol. 29, no. 12, pp. 1316–1326, 2011, doi:
10.1177/0734242X10370379.
[24] U. Saepuddin, “Kajian penggunaan limbah beton sebagai agregat pengganti agregat kasar pada
campuran cement treated base (CTB) untuk lapis pondasi pekerasan lentur (flexible pavement),”
J. Media Teknol., vol. 03, no. 01, pp. 13–22, 2016, [Online]. Available:
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/mediateknologi/article/view/2348.
[25] A. E. A. E. M. Behiry, “Fatigue and rutting lives in flexible pavement,” Ain Shams Eng. J., vol.
3, no. 4, pp. 367–374, 2012, doi: 10.1016/j.asej.2012.04.008.
[26] N. Kisku, H. Joshi, M. Ansari, S. K. Panda, S. Nayak, and S. C. Dutta, “A critical review and
assessment for usage of recycled aggregate as sustainable construction material,” Constr. Build.
Mater., vol. 131, pp. 721–740, 2017, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2016.11.029.
[27] S. Yang and Y. Lim, “Mechanical strength and drying shrinkage properties of RCA concretes
produced from old railway concrete sleepers using by a modified EMV method,” Constr. Build.
Mater., vol. 185, pp. 499–507, 2018, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2018.07.074.
[28] S. Ismail, W. H. Kwan, and M. Ramli, “Mechanical strength and durability properties of concrete
containing treated recycled concrete aggregates under different curing conditions,” Constr. Build.
Mater., vol. 155, pp. 296–306, 2017, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2017.08.076.
[29] E. Arifi, “Pemanfaatan fly ash sebagai pengganti semen parsial untuk meningkatkan peforma
beton agregat daur ulang,” vol. 9, no. 3, pp. 229–235, 2015, [Online]. Available:
https://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/view/317.
[30] M. A. Punusingon, B. D. Handono, and P. Ronny, “Uji eksperimental kuat tekan beton daur ulang

615
Seminar Keinsinyuran
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

dengan bahan tambah abu terbang (fly ash) dan serbuk kaca sebagai substitusi parsial semen,” J.
Sipil Statik, vol. 7, no. 1, pp. 57–66, 2019.
[31] L. D. Poulikakos et al., “Harvesting the unexplored potential of European waste materials for
road construction,” Resour. Conserv. Recycl., vol. 116, pp. 32–44, 2017, doi:
10.1016/j.resconrec.2016.09.008.
[32] E. Hermanto, “Pemanfaatan aspal sintetis untuk material perkerasan jalan,” ARBITEK J. Tek. Sipil
Arsit., no. 1, 2016, [Online]. Available:
https://ojs.uma.ac.id/index.php/arbitek/article/viewFile/384/247.
[33] S. Paranavithana and A. Mohajerani, “Effects of recycled concrete aggregates on properties of
asphalt concrete,” Resour. Conserv. Recycl., vol. 48, no. 1, pp. 1–12, 2006, doi:
10.1016/j.resconrec.2005.12.009.
[34] J. Mills-Beale and Z. You, “The mechanical properties of asphalt mixtures with Recycled
Concrete Aggregates,” Constr. Build. Mater., vol. 24, no. 3, pp. 230–235, 2010, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2009.08.046.
[35] M. S. de Juan and P. A. Gutiérrez, “Study on the influence of attached mortar content on the
properties of recycled concrete aggregate,” Constr. Build. Mater., vol. 23, no. 2, pp. 872–877,
2009, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2008.04.012.
[36] Y. Hou, X. Ji, X. Su, W. Zhang, and L. Liu, “Laboratory investigations of activated recycled
concrete aggregate for asphalt treated base,” Constr. Build. Mater., vol. 65, pp. 535–542, 2014,
doi: 10.1016/j.conbuildmat.2014.04.115.
[37] R. Chan et al., “Analysis of potential use of fibre reinforced recycled aggregate concrete for
sustainable pavements,” J. Clean. Prod., vol. 218, pp. 183–191, 2019, doi:
10.1016/j.jclepro.2019.01.221.
[38] E. Mohseni, R. Saadati, N. Kordbacheh, Z. S. Parpinchi, and W. Tang, “Engineering and
microstructural assessment of fibre-reinforced self-compacting concrete containing recycled
coarse aggregate,” J. Clean. Prod., vol. 168, pp. 605–613, 2017, doi:
10.1016/j.jclepro.2017.09.070.
[39] C. S. Poon, Z. H. Shui, and L. Lam, “Effect of microstructure of ITZ on compressive strength of
concrete prepared with recycled aggregates,” Constr. Build. Mater., vol. 18, no. 6, pp. 461–468,
2004, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2004.03.005.
[40] A. Maulana, M. Amaliah, and R. Utami, “Pemanfaatan limbah beton sisa pengujian sebagai
substitusi agregat pada campuran AC-WC,” Potensi J. Sipil Politek., vol. 22, no. 1, pp. 87–95,
2020, doi: 10.35313/potensi.v22i1.1678.
[41] C. H. Lee, J. C. Du, and D. H. Shen, “Evaluation of pre-coated recycled concrete aggregate for
hot mix asphalt,” Constr. Build. Mater., vol. 28, no. 1, pp. 66–71, 2012, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2011.08.025.
[42] Y. D. Wong, D. D. Sun, and D. Lai, “Value-added utilisation of recycled concrete in hot-mix
asphalt,” Waste Manag., vol. 27, no. 2, pp. 294–301, 2007, doi: 10.1016/j.wasman.2006.02.001.
[43] B. Li, Y. Wang, Q. Jin, and H. Chen, “Liquefaction characteristics of recycled concrete
aggregates,” Soil Dyn. Earthq. Eng., vol. 120, no. December 2018, pp. 85–96, 2019, doi:
10.1016/j.soildyn.2019.01.038.
[44] A. Akbarnezhad, K. C. G. Ong, M. H. Zhang, C. T. Tam, and T. W. J. Foo, “Microwave-assisted
beneficiation of recycled concrete aggregates,” Constr. Build. Mater., vol. 25, no. 8, pp. 3469–
3479, 2011, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2011.03.038.
[45] A. M. Grabiec, J. Klama, D. Zawal, and D. Krupa, “Modification of recycled concrete aggregate
by calcium carbonate biodeposition,” Constr. Build. Mater., vol. 34, pp. 145–150, 2012, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2012.02.027.
[46] M. U. Hossain, C. S. Poon, I. M. C. Lo, and J. C. P. Cheng, “Comparative environmental
evaluation of aggregate production from recycled waste materials and virgin sources by LCA,”
Resour. Conserv. Recycl., vol. 109, pp. 67–77, 2016, doi: 10.1016/j.resconrec.2016.02.009.
[47] N. Serres, S. Braymand, and F. Feugeas, “Environmental evaluation of concrete made from
recycled concrete aggregate implementing life cycle assessment,” J. Build. Eng., vol. 5, pp. 24–
33, 2016, doi: 10.1016/j.jobe.2015.11.004.
[48] D. R. Vieira, J. L. Calmon, and F. Z. Coelho, “Life cycle assessment (LCA) applied to the

616
Seminar Keinsinyuran 2021
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

manufacturing of common and ecological concrete: A review,” Constr. Build. Mater., vol. 124,
pp. 656–666, 2016, doi: 10.1016/j.conbuildmat.2016.07.125.
[49] U. M. Mroueh, J. Laine-Ylijoki, and P. Eskola, “Life-cycle impacts of the use of industrial by-
products in road and earth construction,” Waste Manag. Ser., vol. 1, no. C, pp. 438–448, 2000,
doi: 10.1016/S0713-2743(00)80055-0.
[50] X. Shi, A. Mukhopadhyay, D. Zollinger, and Z. Grasley, “Economic input-output life cycle
assessment of concrete pavement containing recycled concrete aggregate,” J. Clean. Prod., vol.
225, pp. 414–425, 2019, doi: 10.1016/j.jclepro.2019.03.288.

617

Anda mungkin juga menyukai