Anda di halaman 1dari 7

Ujian Akhir Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023

Analisis Penerapan Gaya Kepemimpinan Adaptif-Berkelanjutan Sebagai Solusi


Menangani Sampah di Kota Bandung

Mata Kuliah Kepemimpinan (SAP181022)

Kelas A

Disusun oleh:

Paskalis Kevin Prayogo

6072201002

Dosen:

Trisno Sakti Herwanto, S.IP., MPA.

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

Bandung

2023
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang
Masalah penumpukan sampah merupakan permasalahan tahunan yang masih
dihadapi Kota Bandung. Isu yang terbaru kini adalah terdapat 30 TPS (Tempat
Penampungan Sementara) yang dinyatakan overcapacity oleh pemerintah Kota Bandung.
Penumpukan sampah yang ada di TPS terjadi dikarenakan adanya kendala pada Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, selain itu kurangnya fasilitas sarana seperti alat
berat menyebabkan kesulitan dalam penyetoran sampah. Selain itu, kurangnya prasarana
seperti jumlah tempat penampungan sampah yang kurang menjadi faktor terjadinya
penumpukan sampah. Hal ini dibuktikan dari pengakuan dari Kepala Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi yang mengakui bahwa
penumpukan sampah di TPS bukan hanya disebabkan oleh masalah di Sarimukti, tetapi
juga karena kurangnya jumlah TPS yang memadai di kota tersebut. Ia menjelaskan bahwa
dari 151 kelurahan di Kota Bandung, idealnya setiap Sub Wilayah Kota (SWK) harus
memiliki satu TPS. Namun, saat ini hanya terdapat 135 TPS dengan berbagai jenis,
termasuk yang bukan berbentuk atap dan menggunakan kontainer.

Rencana yang akan pemerintah lakukan untuk menangani masalah sampah ini
adalah dengan mengubah TPS menjadi tempat pengolahan sampah sebagai solusi jangka
panjang. Namun penanganan sampah ini harus tidak hanya didukung oleh pemahaman
dan kemauan masyarakat tapi juga dibutuhkan konsistensi serta kerja sama yang baik
antara masyarakat dan pemerintah. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah dan
masyarakat Kota Bandung dalam menangani sampah adalah program Kang Pisman, yaitu
memilah sampah organik dan anorganik serta mengolahnya sendiri. Program ini sudah
disosialisasikan oleh Pemerintah Kota Bandung sejak tahun 2018, namun mengingat
program ini nyatanya kurang efektif dalam mengatasi masalah sampah menyebabkan
masyarakat menjadi skeptis terhadap pemerintah yang berakibat pada kesadaran
masyarakat terhadap Kang Pisman menurun.

Padahal untuk menangani masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup


dibutuhkan kesadaran, partisipasi aktif dan konsistensi dari pemerintah sebagai pemimpin
(leader) dan masyarakat sebagai pengikut (follower) dalam menangani masalah sampah.
Maka muncul pertanyaan seperti apa gaya kepemimpinan pemerintah yang relevan dalam
menangani masalah sampah di Kota Bandung serta bagaimana kontribusi dari peran
masyarakat Kota Bandung dalam mendukung Pemerintah Kota Bandung untuk mengatasi
masalah lingkungan hidup.
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam mengahadapi masalah lingkungan kompleks yang berkaitan dengan


masalah lingkungan hidup yaitu sampah, membutuhkan pemimpin yang tanggap terhadap
perubahan lingkungan, serta inovatif dalam menangani sampah. Gaya kepemimpinan
yang tepat sebagai solusi untuk menangani masalah lingkungan adalah gaya
kepimimpinan yang adaptif-berkelanjutan. Gaya kepemimpinan adaptif-berkelanjutan
mengacu pada kemampuan pemimpin untuk menghadapi perubahan lingkungan,
menyesuaikan strategi, dan mengembangkan solusi yang berkelanjutan dalam
mengahadapi masalah. Gaya kepemimpin adaptif-berkelanjutan merupakan gabungan
dari dua gaya kepemimpin yang saling melengkapi yaitu gaya kepemimpinan yang
adaptif dan gaya kepemimpinan yang berkelanjutan. Gaya kepemimpinan yang adaptif
mengacu pada kepemimpinan yang menekankan pada flesibilitas dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan situasi lingkungan yang cepat dan dinamis yang dihadapi pemimpin.
Gaya kepemimpinan ini berdasarkan pada sudut pandang tidak ada satu pendekatan yang
mutlak tepat dalam memimpin karena lingkungan yang cepat dan dinamis menuntut
adanya berbagai kebutuhan dan dinamika yang berbeda. Sementara gaya kepemimpinan
berkelanjutan mengacu pada kepemimpinan yang menaruh concern terhadap dampak
sosial dan lingkungan masyarakat dari keputusan pemimpin. Selain itu terdapat beberapa
persamaan aspek antara gaya kepemimpinan adaptif dan berkelanjutan sehingga mereka
dapat digabungkan dan bisa saling melengkapi:
a. Fleksibilitas: Baik dalam gaya kepemimpinan adaptif maupun kepemimpinan
berkelanjutan, fleksibilitas adalah faktor kunci. Pemimpin dalam kedua gaya
kepemimpinan ini mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan situasi
dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dirasa relevan sebelum mengambil
keputusan.
b. Perhatian terhadap individu: Baik dalam gaya kepemimpinan adaptif maupun
kepemimpinan berkelanjutan, penting untuk memperhatikan kebutuhan individu
dalam tim atau organisasi. Pemimpin dalam kedua gaya kepemimpinan ini
memahami bahwa setiap individu dari masyarakat memiliki kekuatan, kelemahan,
dan preferensi yang berbeda. Mereka memperhatikan kebutuhan dan harapan
individu serta berusaha mengakomodasi perbedaan tersebut.
c. Pembelajar dan inovatif: Baik pemimpin adaptif maupun pemimpin berkelanjutan
mendorong pembelajaran dan inovasi. Mereka menciptakan lingkungan yang
dapat memfasilitasi pembelajaran terus-menerus dan mengembangkan kreativitas
serta inisiatif individu. Pemimpin dalam kedua gaya kepemimpinan ini
memanfaatkan kesalahan sebagai evaluasi untuk belajar dan meningkatkan
kinerja, serta mendorong ide-ide baru .
d. Orientasi jangka panjang: Kedua gaya kepemimpinan ini juga memperhatikan
aspek jangka panjang. Pemimpin adaptif dan pemimpin berkelanjutan tidak hanya
berfokus pada hasil jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan konsekuensi
jangka panjang dari keputusan dan tindakan mereka. Mereka berusaha
menciptakan nilai jangka panjang bagi masyarakat secara keseluruhan.

Penerapan gaya kepemimpinan adaptif-berkelanjutan oleh Walikota Bandung,


memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi permasalahan sampah di Kota
Bandung. Pemimpin (Walikota Bandung) tersebut harus memiliki kemampuan serta
kompetensi yang mendalam tentang kompleksitas permasalahan sampah, termasuk
penyebab, dampak, dan tantangannya. Dengan pemahaman ini, pemimpin tersebut dapat
mengambil keputusan yang tepat dan merancang strategi jangka panjang untuk mengatasi
sampah dengan cara yang berkelanjutan. Selain itu, pemimpin adaptif-berkelanjutan
harus dapat menjadi fasilitator dengan memfasilitasi sarana dan prasana dalam mengatasi
masalah lewat kolaborasi yang dibuat dengan berbagai stake holders (pemangku
kepentingan) seperti organisasi non-profit, perusahaan swasta dalam hal pengadaan
sarana dan prasarana yang mendukung seperti vending machine khusus untuk menukar
sampah menjadi uang.

Selain itu, pemimpin adaptif-berkelanjutan juga berperan dalam meningkatkan


kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang pentingnya pengurangan sampah, daur
ulang, dan praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Pemimpin dapat melibatkan
masyarakat melalui kampanye edukasi, program sosialisasi, dan partisipasi aktif dalam
kegiatan lingkungan terkait sampah. Kampanye edukasi, sosialisasi program tidak harus
secara tatap muka pemimpin dapat menggunakan platform media sosial seperti tik tok,
Instagram, snackvideo sebagai sarana penyampaian edukasi kepada masyarakat
khususnya gen z.
Pemimpin juga harus berperan sebagai inovator yang mendorong inovasi dengan
penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam mengatasi permasalahan sampah.
Hal ini dapat mencakup pengembangan solusi inovatif, seperti teknologi pengelolaan
sampah yang efisien, penggunaan energi terbarukan dalam pengolahan sampah, dan
pengembangan produk yang ramah lingkungan.

Pemimpin adaptif-berkelanjutan juga perlu melakukan monitoring (pengawasan) dan


evaluasi terhadap implementasi solusi dan kebijakan yang telah diambil sebelumnya.
Dengan melakukan pengawasan dan evaluasi secara teratur, pemimpin dapat
mengidentifikasi indikator keberhasilan, mengevaluasi efektivitas, dan melakukan
perbaikan. Dengan begitu pemimpin dapat menentukan program apa yang selanjutnya
yang dibuat yang cocok dengan masyarakat tanpa menghilangkan public values (nilai
publik.
Tentunya, dalam menangani permasalahan sampah pemerintah Walikota Bandung
tidak sendiri dibutuhkan followers (pengikut) yaitu masyarakat Kota Bandung yang
berperan sebagai pertama, pengikut perlu memiliki kesadaran yang tinggi akan
pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Melalui pendidikan dan sosialisasi
yang diselenggarakan oleh pemimpin adaptif-berkelanjutan, masyarakat Bandung dapat
memahami dampak negatif pembuangan sampah yang tidak tepat dan pentingnya praktik
pengurangan sampah, daur ulang, dan pengelolaan yang ramah lingkungan. Selain itu,
pengikut harus berperan aktif untuk berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan yang
berhubungan dengan sampah. Melalui partisipasi dalam kegiatan seperti pembersihan
lingkungan, program daur ulang, atau kegiatan pengelolaan sampah di tingkat komunitas,
masyarakat Bandung dapat menjadi agen perubahan dan berkontribusi pada upaya
pengelolaan sampah yang lebih baik.

Pengikut juga dapat mengimplementasikan praktik berkelanjutan dalam kehidupan


sehari-hari mereka. Dengan meminimalkan penggunaan plastik sekali pakai, memisahkan
sampah sesuai kategori untuk daur ulang, atau menggunakan produk yang ramah
lingkungan, masyarakat dapat secara langsung mengurangi jumlah sampah yang
dihasilkan dan memberikan dampak positif pada lingkungan. Selanjutnya, pengikut dapat
terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan sampah di Kota
Bandung. Pengikut juga dapat berperan sebagai pengawas yaitu dengan mengawasi
kebijakan dan program yang diimplementasikan oleh pemerintah daerah, memberikan
masukan, dan berpartisipasi dalam forum diskusi atau konsultasi publik, masyarakat
dapat mempengaruhi kebijakan yang diambil dan memastikan bahwa kebijakan tersebut
mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Masyarakat juga harus aktif untuk
melaporkan pelanggaran terkait pengelolaan sampah, seperti pembuangan ilegal atau
pencemaran lingkungan. Melalui pelaporan yang aktif dan pemberian feedback (umpan
balik) kepada pemerintah daerah, pengikut dapat membantu dalam penegakan hukum dan
penanganan permasalahan sampah dengan lebih efektif.

Dengan kesadaran, partisipasi aktif, praktik berkelanjutan, pengawasan, dan


pelaporan yang dilakukan oleh pengikut, masyarakat Bandung dapat menjadi mitra yang
kuat bagi pemimpin adaptif-berkelanjutan mereka akan sama-sama berkolaborasi serta
berdinamika dalam mengatasi permasalahan sampah. Kolaborasi antara pemimpin dan
pengikut ini akan menciptakan sinergi yang kuat untuk mencapai pengelolaan sampah
yang berkelanjutan dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi Kota Bandung.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam menghadapi masalah lingkungan kompleks seperti permasalahan sampah,


diperlukan gaya kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk menghadapi perubahan
lingkungan, menyesuaikan strategi, dan mengembangkan solusi yang berkelanjutan.
Dimana gaya kepemimpin yang adaptif-berkelanjutan dinilai gaya yang relevan untuk
diadopsi serta digunakan oleh pemerintah Walikota Bandung. Gaya kepemimpinan ini
menggabungkan kelebihan dari gaya kepemimpinan adaptif dan gaya kepemimpinan
berkelanjutan, yang saling melengkapi. Beberapa persamaan aspek antara gaya
kepemimpinan adaptif dan berkelanjutan meliputi fleksibilitas, perhatian terhadap
individu, pembelajaran dan inovasi, serta orientasi jangka panjang.

Penerapan gaya kepemimpinan adaptif-berkelanjutan oleh Walikota Bandung dalam


mengatasi permasalahan sampah melibatkan pemahaman yang mendalam tentang
kompleksitas masalah sampah, kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan,
peningkatan kesadaran dan pendidikan masyarakat, penggunaan teknologi ramah
lingkungan, monitoring dan evaluasi implementasi solusi, serta partisipasi aktif
masyarakat. Selain peran pemimpin adaptif-berkelanjutan, masyarakat sebagai pengikut
juga memegang peranan penting dalam penanganan permasalahan sampah. Masyarakat
perlu memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pengelolaan sampah yang
berkelanjutan, berpartisipasi aktif dalam kegiatan lingkungan terkait sampah,
mengimplementasikan praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari, mengawasi
kebijakan dan program pemerintah, serta melaporkan pelanggaran terkait pengelolaan
sampah. Melalui kolaborasi dan sinergi antara pemimpin adaptif-berkelanjutan dan
pengikut, masyarakat Bandung dapat mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan
dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Aurellia, A. (2023). Persoalan Sampah yang Menjerat Kota Bandung. Bandung: detik.com.
Retrieved from https://www.detik.com/jabar/berita/d-6715097/persoalan-sampah-
yang-menjerat-kota-bandung

Anda mungkin juga menyukai