Anda di halaman 1dari 7

SUBTEMA: (Pengolahan Sampah)

UKM SAMPAH UNTUK PENGELOLAAN SAMPAH, SEBUAH


GAGASAN DARI UIN RADEN FATAH PALEMBANG

THE 2nd NSLSM ESSAY COMPETITION 2022


(Collective Actions for Transforming Sustainable Universities in the Post-
Pandemic Time)

Diusulkan oleh :

Muhammad Febrianizar / 2030701127

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH


PALEMBANG
2022
1. Pendahuluan
Lingkungan kampus ternyata menjadi salah satu lokasi yang berpotensi
menghasilkan sampah. Potensi ini bisa timbul karena di kampus ada aktifitas
perkantoran, perkuliahan dan kemahasiswaan yang potensial menghasilkan
sampah. Setiap kampus juga memiliki kantin yang memproduksi sampah organik
(Rachmawati et al., 2018).
Sebuah hasil riset tentang volume sampah di Institut Teknologi Nasional
Bandung (Itenas) menyebutkan bahwa kampus ini memproduksi sampah
mencapai 1.202 kg/hari atau 1,2 ton. Sampah ini terdiri dari jenis organik dan non
organik. Semua sampah ini bersumber dari berbagai titik-titik utama, mulai dari
ruang perkuliahan, perkantoran, kantin sampai dengan student center (Gumilar &
Ainun, 2021).Gambaran di Itenas ini bisa menjadi referensi bahwa semua kampus
dengan jumlah mahasiswa yang di atas 10.000 orang akan potensial menghasilkan
sampah minimal 1 ton per hari.
Produksi sampah akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah populasi sebuah komunitas, termasuk wilayah kampus. Diperlukan
mekanisme pengolahan sampah, sehingga tumpukan yang terjadi setiap hari tidak
menjadi masalah lingkungan lainnya. Apalagi dalam konteks perguruan tinggi,
seharusnya ada sebuah mekanisme khusus pengolahan sampah, karena
produksinya sudah menjadi sebuah hal rutin. Di samping itu, perguruan tinggi
umumnya memiliki kemampuan (terutama riset dan inovasi) untuk mengantisipasi
lonjakan sampah.
Ini juga menegaskan bahwa masalah sampah bukan lagi pada sisi kesadaran
membuang pada tempatnya, tapi pada upaya apa yang bisa dilakukan terhadap
sampah yang sudah dibuang. Sisi Reduce, Reuse, dan Recyle atau 3 R menjadi
titik perhatian, karena volume sampah terus meningkat setiap tahunnya (Maharja
et al., 2022). Dikarenakan tingginya potensi masalah disebabkan sampah ini, UI
Green Metric sebagai pemeringkatan perguruan tinggi yang peduli lingkungan,
juga menjadikan sampah sebagai salah satu indikator penilaian.
Pada lingkup UIN Raden Fatah Palembang, sebagai satu-satunya perguruan
tinggi keagamaan negeri di Sumatera Selatan, persoalan sampah juga menjadi
masalah serius. Perguruan tinggi yang memiliki dua lokasi kampus utama ini,
memiliki populasi mahasiswa mencapai 21.000 orang. Hal ini ditambah dengan
jumlah tenaga kependidikan dan dosen yang saban hari beraktifitas, baik di
Kampus A kawasan Jalan Soedirman ataupun Kampus B di Jakabaring
Palembang. Volume sampah yang dihasilkan mencapai 2 ton/hari (Tim Green
Metric UIN Raden Fatah, 2022).
Sampai saat ini, pengelolaan sampah di UIN Raden Fatah belum berjalan
maksimal. Metode kumpul-angkut-buang masih diterapkan. Semua sampah
dikumpul pada tong-tong sampah, kemudian dikumpulkan lagi jadi satu oleh
tenaga kebersihan, dan selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA)
yang sudah disediakan Pemerintah Kota Palembang.
Metode seperti ini menjadi masalah lanjutan, karena UIN Raden Fatah
kemudian menjadi salah satu penyumbang tingginya volume sampah di
Palembang. Ini belum termasuk katagori sampah yang tidak terangkut ke TPA,
yaitu sampah yang tidak dimasukkan ke dalam tempat sampah, menumpuk dan
tersebar di beberapa wilayah kampus.
Jika dilihat komposisinya, jelas jumlah mahasiswa adalah yang paling
dominan (mencapai 21.000 orang). Masing-masing mahasiswa, selain
menjalankan aktifitas perkuliahan, mereka juga mengelompokkan diri ke dalam
unit kegiatan mahasiswa yang disebut Organisasi Mahasiswa Intra Kampus
(OMIK). Untuk UIN Raden Fatah terdapat 21 buah lembaga OMIK dengan
berbagai macam karakteristiknya, mulai dari Senat Mahasiswa, Badan Eksekutif
Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Program Studi, dan UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa). Khusus UKM, mahasiswa mengelompokkan diri sesuai peminatan
masing-masing, seperti UKM Pencak Silat, Bola Voli, Bola Basket, Pencinta
Alam dan sebagainya.
Pada konteks pengolahan sampah, potensi mahasiswa ini seharusnya bisa
dimaksimalkan. Jika selama ini mahasiswa cenderung tidak dianggap berperan
aktif, hanya sebatas diberikan himbauan atau larangan, maka tuntutan peran aktif
yang sekarang perlu didorong. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah
melakukan perubahan sudut pandang mahasiswa yang sebelumnya menjadi objek
kebijakan menjadi subjek yang aktif. Konkritnya bisa dengan mendorong dan
mewujudkan pembentukan UKM Pengolahan Sampah. Langkah konkrit inilah
yang menarik dan menantang untuk dilakukan dengan melihat dan mencermati
potensi yang dimiliki oleh mahasiswa, khususnya di UIN Raden Fatah.
2. Pembahasan
Mengacu pada Permen LHK No. 14 tahun 2021 tentang Pengelolaan Bank
Sampah, disebutkan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Aturan ini sekaligus menegaskan bahwa setiap instansi pemerintahan,
dari pusat sampai ke daerah serta masyarakat bertanggungjawab melakukan
pengelolaan sampah. Tentu saja termasuk di sini adalah wilayah perguruan tinggi
dengan garda terdepan adalah mahasiswa. Adanya gagasan pembentukan UKM
Pengolahan Sampah adalah bagian dari implementasi kebijakan pengolahan
sampah pada tingkat mahasiswa.
Mekanisme seperti apakah yang bisa diterapkan untuk mendorong
kehadiran UKM Pengolahan Sampah ini? Pertama, tentu saja dimulai dari
kebijakan pada level universitas untuk memasukkan nomenklatur UKM
Pengolahan Sampah sebagai sebuah unit resmi pada kegiatan kemahasiswaan.
Gagasan ini kiranya bisa diwujudkan karena salah satu unsur penilaian penting
dalam UI Green Metrik adalah persoalan sampah. Melalui tangan Wakil Rektor
III bidang kemahasiswaan, legalitas formal organisasi bisa diwujudkan.
Kedua, membangun opini di kalangan mahasiswa bahwa sampah bukanlah
barang kotor yang tak berguna. Sampah adalah sebuah potensi tersendiri yang
jika dimaksimalkan akan mendatangkan keuntungan, baik secara ekonomis,
apalagi pada konteks keasrian kehidupan kampus. Dalam hal ini, bisa dijadikan
objek rujukan atau referensi pada lembaga lain di luar kampus yang selama ini
sudah mengusahakan pengolahan sampah secara profesional. Lembaga yang
mengatasnamakan banksampah.id bisa menjadi salah satu rujukan. Dimana
dengan cara-cara profesional, lembaga ini mampu membangun jejaring usaha
sampah di seluruh Indonesia. Di wilayah Palembang sendiri juga ada Bank
Sampah Kamboja, Bank Sampah Kartini, dan Bank Sampah Hijau Lestari.
Lembaga-lembaga ini bisa dijadikan titik awal untuk mengkampanyekan gagasan
bahwa sampah adalah sesuatu yang produktif.
Ketiga, membangun kelembagaan organisasi secara menyeluruh dan
terstruktur. Ini penting dilakukan karena hakekatnya gerakan ini adalah
membangun lembaga dan kemudian menjadikan lembaga tersebut sebagai motor
penggeraknya. Pendirian lembaga ini dilakukan atas koordinasi dengan Bidang
Kemahasiswaan untuk memberikan fasilitasi dan dukungan secara materi dan
legal formal.
Keempat, menetapkan program kerja dan fokus organisasi. Pada konteks ini,
berbagai diskusi dan sharing pendapat bisa dilakukan. Hanya saja yang patut jadi
catatan penting adalah UKM Pengolahan Sampah tidak bertanggungjawab
langsung untuk kampanye membuang sampah pada tempatnya. Fokus organisasi
ini adalah pada sistem manajemen yang mendorong pola pengolahan sampah dari
tidak produktif menjadi produktif. Oleh karena kesiapan sarana prasarana juga
mutlak diperlukan, terutama sarana teknis untuk melakukan pengolahan sampah.
Visi dan misi organisasi yang fokus pada pengolahan sampah secara
profesional adalah titik tekannya. Kinerja organisasi akan diukur dari seberapa
kuat dan terukurnya misi yang diemban (Tangkilisan, 2005). UKM Pengolahan
Sampah harus diarahkan pada sisi ini sehingga jalur dan mekanisme organisasi
bisa berada pada jalur yang tepat.
Guna mencapai tujuan pengelolaan sampah yang baik, UKM Pengelolaan
Sampah perlu merancang suatu program kerja supaya dapat membangun
kesadaran mahasiswa tentang nilai tambah sampah. Program kerja tersebut dapat
berupa sosialisasi, kampanye, pengolahan, pengemasan, dan distribusi hasil
olahan. Semangat yang dikembangkan adalah semangat Reduce, Reuse dan
Recycle. Penekanan program kerja adalah sisi positif sampah bukan aspek negatif.
Untuk bahan baku pengolahan sampah, tentu sudah tersedia dengan cukup
banyak. Apalagi konteks perguruan tinggi, jenis sampah yang banyak dihasilkan
adalah sampah non organik seperti kertas, botol plastik, dan alat tulis. Jenis seperti
ini tentu lebih memudahkan untuk diolah dan bisa dikreasikan dengan cara yang
lebih kreatif.
Apa sisi positif yang bisa dicapai jika gagasan ini bisa diwujudkan?
Kreatifitas mahasiswa akan semakin menonjol, mereka akan dibiasakan untuk
berkreasi dengan segala benda yang ada disekelilingnya. Banyak bahan baku yang
selama ini mungkin terabaikan bisa dimaksimalkan. Kreatifitas adalah kata kunci
dan itu bisa didorong dengan adanya program ini.
Adanya UKM Pengolahan Sampah juga bisa menguntungkan secara
ekonomis, karena hasil dari UKM akan langsung bisa dimanfaatkan dan
digunakan oleh berbagai pihak. Setidaknya untuk kepentingan internal perguruan
tinggi sendiri. Kebutuhan perkuliahan mahasiswa bisa diatasi dengan
menggunakan sistem daur ulang sampah. Selain itu, jiwa enterpreneurship di
kalangan mahasiswa akan terbangun dan itu sebuah modal kuat bagi mahasiswa
untuk berkiprah di luar kampus nantinya. Sangat konkrit sekali, karena terkait
juga dengan berbagai materi perkuliahan yang diterima selama ini.
Terpenting sekali, sisi positif utama adalah terpeliharanya lingkungan
kampus yang lestari dan bersih. Sampah akan menjadi sangat minim karena selalu
diincar untuk dijadikan bahan produktif. Sisi partisipasi akan muncul dan keasrian
lingkungan kampus juga terjaga. Partisipasi bisa muncul karena ada dorongan
(Yenrizal, 2017).
Tentu saja gagasan ini tidak akan ada apa-apanya jika tidak ada langkah
konkrit dari pihak universitas dan dari mahasiswa sendiri. Oleh karena itu,
langkah awal dengan mengkampanyekan dan membangun opini bahwa kegiatan
ini punya orientasi positif harus terus dikembangkan.

3. Kesimpulan

Membentuk UKM Pengolahan Sampah adalah sebuah solusi konkrit untuk


mendorong partisipasi aktif mahasiswa dalam mengolah sampah dan satu-satunya
di Indonesia. Hal ini dapat dimulai dengan membangun opini di tingkat
mahasiswa tentang peluang yang bisa diambil dari mengolah sampah, bahwa
sampah bisa menjadi sesuatu yang produktif. Langkah berikutnya adalah
mengeluarkan regulasi dari Universitas untuk secara legal membentuk UKM
Pengolahan Sampah. UKM ini membuat program kerja yang memanfaatkan
potensi sampah yang diproduksi setiap hari menjadi barang-barang yang bisa
dimanfaatkan kembali. Secara kelembagaan, UKM ini akan melakukan
rekruitmen keanggotaan secara berkelanjutan dan memperbanyak anggotanya
yang peduli terhadap pengelolaan sampah.
4. Referensi

Gumilar, G. S., & Ainun, S. (2021). Kajian Timbulan dan Komposisi Sampah di
Kampus Institut Teknologi Nasional Bandung ( Itenas ) Study of Waste
Generation and Composition in Bandung National. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 22(1), 96–103.
Maharja, R., Latief, A. W. L., Bahar, S. N., Gani, H., & Rahmansyah, S. F.
(2022). Pengenalan Pengolahan Sampah Berbasis 3R pada Masyarakat
Pedesaan sebagai Upaya Pengurangan Timbulan Sampah Rumah Tangga.
Jurnal Abdimas Berdaya : Jurnal Pembelajaran, Pemberdayaan Dan
Pengabdian Masyarakat, 5(01), 62. https://doi.org/10.30736/jab.v5i01.213
Rachmawati, V., Setyobudiarso, H., Wulandari, L. K., & Sipil, M. T. (2018).
Desain Pengelolaan Persampahan di Lingkungan Kampus Institut Teknologi
Nasional Malang. Infomanpro, 8(2), 1–17.
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/infomanpro/article/view/2646
Tangkilisan, Hessel Nogi,. (2005). Manajemen Publik. Penerbit Grassindo.
Tim Green Metric UIN Raden Fatah. (2022). Borang Akreditasi UI Green
Campus Tahun 2022. Palembang
Yenrizal. (2017). Lestarikan Bumi dengan Komunikasi Lingkungan (H. Yusalia &
T. Wijaya (eds.)). Deepublish.
Permen LHK No. 14 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Bank Sampah.

Anda mungkin juga menyukai