Anda di halaman 1dari 12

OPTIMALISASI PERAN MASARO (MANAJEMEN SAMPAH ZERO) DALAM

PENANGGULANGAN KEBERSIHAN DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 CIREBON

Oleh: Achmad Faozan

Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon

Email: achmadfaozan2003@gmail.com

ABSTRAK

Program MASARO merupakan bentuk kerjasama antara MAN 2 Cirebon dengan MASARO
Indonesia yang berpusat di ITB Bandung. Program ini berfokus pada pengelolaan sampah secara
efisien dan bernilai ekonomis tinggi. Namun dalam pelaksanaannya, program MASARO di
MAN 2 Cirebon masih belum berjalan secara maksimal, hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah dari siswa dan guru yang berada di lingkungan sekolah, kemudian dari
pengelolaan pada sampah daur ulang, pensosialisasian yang belum menyeluruh terhadap
masyarakat karena beberapa alasan dan juga dorongan dari pemerintah yang kurang. Dalam
penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Kemudian ditunjang dengan
penelitian kepustakaan (library reaserch) sebagai pelengkap dalam penulisan ini. Hasil dari
penulisan ini adalah bahwa peran MASARO dalam pengelolaan sampah di MAN 2 Cirebon
perlu ditingkatkan lagi agar lebih optimal. Kemudian, penulis sangat mengharapkan agar
program MASARO ini tidak hanya dijalankan oleh MAN 2 Cirebon, namun juga oleh seluruh
lembaga pendidikan lainnya dan seluruh elemen masyarakat Indonesia, sebagai salah satu upaya
dalam pemberantasan sampah, penambah pendapatan dan juga hasilnya dapat memberi
keuntungan terhadap sektor pertanian, perkebunan dan peternakan.

Kata Kunci: MASARO, MAN 2 Cirebon, Pengelolaan Sampah.

1
PENDAHULUAN

Kebersihan lingkungan merupakan salah satu upaya perlindungan terhadap lingkungan


sebagai tempat tinggal manusia (Manulu, 2023). Dalam upaya menjalankan kebersihan
lingkungan, diperlukan adanya kesadaran tinggi dari berbagai elemen masyarakat akan
pentingnya merawat dan menjaga lingkungan, demi terciptanya lingkungan yang bersih, nyaman,
indah dan asri (Ghani, 2022). Diantara Wujud implementasi menjaga kebersihan lingkungan
adalah adanya perilaku hidup bersih dan sehat (Basri, 2022), tidak merusak lingkungan dan
ekosistem didalamya (Lazuady, 2022), membuang sampah pada tempatnya serta melakukan
upaya dalam memenej sampah menjadi lebih produktif dan bernilai (Tanzil, 2022), sehingga
sampah tidak lagi menjadi salah satu faktor yang dapat merusak lingkungan.

Menurut Undang-undang RI Tahun 2008 tentang sampah, menyatakan bahwa sampah


merupakan sisa-sisa dari berbagai kegiatan manusia dan juga proses alami yang berbentuk padat
(Suryani, 2023). Sisa-sisa tersebutlah yang sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali, sehingga
banyak orang yang kurang begitu peduli dan memanfaatkan sampah. Adanya pengelolaan secara
serius terhadap sampah, merupakan suatu kebijakan yang harus segera dilakukan, terhadap
lingkungan yang masih asri, terlebih lagi pada lingkungan yang sudah tercemar (Agungdiningrat,
2023; Kurniawan, 2023). Dampak besar yang ditimbulkan apabila tidak adanya tindakan yang
efektif terhadap pengelolaan sampah dapat mempengaruhi rusaknya lingkungan dan ekosistem
didalamnya. Pengelolaan tersebut bertujuan untuk meminimalisir pencemaran terhadap
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah yang tidak terurus.

Inovasi-inovasi dalam pengelolaan sampah sudah mulai diperhatikan secara signifikan,


diantaranya yakni adanya program MASARO (Manajemen Sampah Zero) yang ada di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Cirebon yang terletak di desa Babakan kecamatan Ciwaringin kabupaten
Cirebon. Program ini merupakan salah satu upaya pengelolaan sampah dilingkungan sekolah,
sebagai bentuk pengajaran dan pendidikan terhadap siswa mengenai pentingnya mengelola
sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan bernilai (Ismail, 2021). MASARO ini
merupakan perkembangan dari konsep Zero Waste (menihilkan sampah) yang dikembangkan
oleh Palmer pada tahun 1973. Konsep ini sukses dilaksanakan untuk pertama kalinya di
Canberra, Australia (Nizar, 2017).

2
MASARO merupakan salah satu program yang menjadi jawaban dari rancangan program
Indonesia Bebas Sampah (IBS) 2020. Program ini dicanangkan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup (Handayana, 2019). Program MASARO di MAN 2 Cirebon menjadi percontohan
terhadap sekolah-sekolah akan pentingnya menjaga kebersihan dan memanfaatan sampah secara
bijak. Program ini berbeda dengan yang lain, sebagai contohnya dalam pembagian sampah. Pada
umumnya sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik (Nadia,
2023). Namun, MASARO membagi sampah menjadi lima macam, yakni sampah membusuk,
sampah plastik film, waste to energy (WTE), sampah daur ulang dan sampah B2.

MASARO bukan hanya sebagai program dalam pengurangan sampah, namun MASARO
mengubah sampah menjadi pundi-pundi rupiah. Hal ini sangat cocok apabila diaplikasikan di
lingkungan masyarakat, karena dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun
mengingat langkah-langkah yang sangat rumit dan panjang, program ini belum begitu maksimal.
Seperti yang ada di MAN 2 Cirebon, walaupun program MASARO ini sudah berjalan namun
beberapa kendala yang dialami tidak dapat dihindari. Seperti kurangnya kesadaran para siswa
untuk menempatkan sampah sesuai dengan tempat pembagiannya, bahkan tidak jarang para guru
pun melakukan hal yang sama, anggapan mereka bahwa yang terpenting adalah membuang
sampah pada tempatnya dan tidak terawatnya fasilitas kebersihan yang sudah disiapkan,

Dengan demikian, permasalahan mengenai optimalisasi peran MASARO yang ada di


MAN 2 Cirebon ini sangat menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimalkan kembali peran MASARO. Mengingat MAN 2 Cirebon dulunya sempat menjadi
sekolah percontohan di wilayah Cirebon, karena sebelum bertransformasi menjadi MAN 2
Cirebon, namanya adalah MAN Model Babakan Ciwaringin. Maka dengan adanya optimalisasi
MASARO ini, diharapkan dapat mengembalikan citra sekolah menjadi sekolah percontohan bagi
sekolah-sekolah yang lain.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Kemudian dalam
pengumpulan datanya dilakukan dengan mengikuti seminar yang diadakan di MAN 2 Cirebon
dalam sosialisasi program MASARO dan juga observasi lapangan secara langsung, melihat dan
berbincang-bincang mengenai program MASARO di MAN 2 Cirebon. Data yang terkumpul dari

3
observasi tersebut, menjadi data primer bagi penulis dalam penulisan ini. Kemudian ditunjang
dengan penelitian kepustakaan (library reaserch) sebagai pelengkap dalam penulisan ini.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Profil MAN 2 Cirebon

Madrasah Aliyah Negeri 2 Cirebon atau yang biasa disebut MAN 2 Cirebon merupakan
salah satu sekolah yang berada di desa Babakan kecamatan Ciwaringin kabupaten Cirebon.
MAN 2 Cirebon merupakan transformasi dari salah satu madrasah yang ada di desa Babakan,
karena desa Babakan merupakan desa yang notabene nya adalah desa santri. Keberadaan MAN 2
Cirebon sangat berpengaruh bagi kemajuan intelektual khususnya bagi para santri untuk
menambah wawasan keilmuannya. Saat ini, MAN 2 Cirebon memiliki 24 ruang kelas, 1 masjid,
2 lapangan olahraga, 1 ruang guru, 1 gedung serbaguna, 1 perpustakaan, 3 lab komputer, 1 lab
IPA, 1 lab Bahasa, 1 ruang BK, 1 ruang bendahara, 1 ruang TU, 1 koperasi, 1 dapur sekolah, 1
ruang kepala madrasah, 3 tempat parkir, 1 auditorium, 2 pintu gerbang, dan 1 tempat pengolahan
MASARO. MAN 2 Cirebon dibangun diatas tanah seluas 4.185 m2 yang terdiri dari satu sampai
dua lantai.

Sejarah MASARO

Melihat permasalahan sampah yang kian mengkhawatirkan dan perekonomian


masyarakat yang masih banyak pengangguran, membuat kepala laboratorium Teknologi Polimer
Membran ITB Akhmad Zainal Abidin bersama tim nya telah melakukan riset sejak 2009
mengenai pengelolaan sampah plastik menjadi bahan bakar melalui proses pirolisis. Riset yang
dilakukan tersebut membuahkan hasil yang baik, karena proses pirolisis mengubah sampah
plastik menjadi BBM dengan nilai oktan yang bagus. Berawal dari tiga fokus riset yang
dicanangkan, yakni pengolahan sampah menjadi penguat aspal (plastipal), pengolahan sampah
menjadi BBM dan pengolahan sampah styrofoam menjadi zat pembersih sulfur untuk solar
Pertamina.

Dengan melalui proses yang cukup panjang, melewati beberapa riset yang dilakukan,
tercetuslah ide pembuatan program mengenai pengelolaan sampah yang bernilai ekonomis.
Kepala laboratorium itu menamainya dengan MASARO (Manajemen Sampah Zero). MASARO
merupakan suatu program yang dikembangkan oleh laboratorium Teknologi Polimer Membran
4
ITB, program ini mengolah lima macam sampah yang sudah diklasifikasikan. Diantaranya
adalah sampah membusuk, sampah plastic film, WTE (Waste to Energy), sampah daur ulang dan
sampah B2. Program MASARO ini sudah melalui beberapa tahapan uji coba, dari pengolahan
sampah menjadi bahan alternative yang lebih ramah lingkungan.

Problem Sampah secara Umum Saat Ini

Diantara problem dalam penanganan sampah adalah pertama, masih adanya TPA
(Tempat Pemrosesan Akhir), yang seiring berjalannya waktu semakin banyak dan meluas. Tidak
adanya upaya secara efektif untuk mendaur ulang sampah-sampah yang ada di TPA menjadikan
wilayah yang digunakan menjadi tercemar (Mahyudin, 2017). Kedua, banyaknya sampah plastik
yang masih terbaur dengan sampah-sampah yang lain dan juga tidak adanya penanganan secara
khusus terhadap sampah plastik (Karuniastuti, 2013). Ketiga, masih banyaknya sampah yang
belum tertangani secara indusif. Keempat, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan.

Tujuan MASARO

Program MASARO yang diterapkan di MAN 2 Cirebon, memiliki tujuan-tujuan yang


sangat bermanfaat bagi beberapa sektor. Diantaranya adalah, pertama, sektor ekonomi, yakni
program MASARO mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Kedua, sektor kemasyarakatan, yakni program MASARO dapat
meringankan beban masyarakat dalam meminimalisir penumpukan sampah. Ketiga, sektor
pertanian, yakni program MASARO mengolah sampah menjadi pupuk yang lebih ramah
lingkungan. Keempat, sektor peternakan, yakni program MASARO mengolah sampah bekas
makanan menjadi pakan hewan. Kelima, sektor transportasi, yakni program MASARO mengolah
sampah menjadi BBM yang lebih ramah lingkungan.

Gambar 1.1 Tim MASARO MAN 2 Cirebon

5
Pemilihan Sampah Menurut MASARO

Program MASARO yang diterapkan di MAN 2 Cirebon, berbeda dengan pemilihan


sampah pada umumnya. MASARO membagi sampah menjadi lima bagian. Pertama, sampah
membusuk, yaitu golongan sampah yang dapat membusuk dengan cepat seperti sisa makanan
dan sampah membusuk dengan waktu yang lama seperti daun dan kulit buah yang keras. Kedua,
sampah plastik film, yaitu golongan sampah biodegradable dan oxodegradable. Ketiga, waste to
energy (WTE) yaitu golongan sampah yang dapat dijadikan sebagai sumber energy, seperti kayu,
tisu, kertas, pampers, pembalut, kain dan karpet. Keempat, sampah daur ulang, yaitu golongan
sampah yang dapat didaur ulang, seperti plastic kerasan, kertas, logam dan kaca. Kelima,
sampah B2, yaitu gologan sampah yang mengandung bahan berbahaya seperti baterai, sampah
yang mengandung PVC dan PBDE.

Gambar 1.2 Pengelompokan sampah MASARO

Pengelolaan MASARO terhadap Sampah Membusuk (IPPO)

Sampah yang termasuk kedalam kategori sampah yang cepat membusuk akan diolah
dengan mesin IPPO dengan beberapa tahapan. Kemudian, setelah diproses, dapat menghasilkan
beberapa produk, yakni POCI (Pupuk Organik Cair Istimewa), KOCI (Konsentrat Organik Cair
Istimewa), pakan ternak padat dan pupuk organic padat. Adapun untuk sampah yang lama
membusuk dicacah menggunakan mesin, untuk dijadikan sebagai media tanam dalam polybag. 1
Kg sampah membusuk dapat menjadi 10 L POCI/KOCI, setara dengan 1-2,5 gram emas. Olahan
dari sampah membusuk ini dialokasikan kepada para petani sekitar MAN 2 Cirebon, disamping
sebagai penyuplai pupuk, juga hal ini dapat mempererat hubungan MAN 2 Cirebon dengan
masyarakat sekitar.

6
Pengelolaan MASARO terhadap Sampah Plastik Film

Sampah plastik termasuk kedalam sampah yang tidak dapat diurai oleh tanah, karena
perlu waktu yang sangat lama (Hakim, 2019). MASARO di MAN 2 Cirebon mengolah sampah
plastik menjadi bahan alternative, dengan cara diolah dan diproses menggunakan kilang plastik
yang kemudian hasilnya adalah BBM alternatif yang lebih ramah lingkungan. Hal ini sangat
membantu sekali dalam penyediaan bahan bakar alternatif. Menurut penulis, pemerintah
seharusnya lebih mendukung MASARO dalam pengolahan sampah terutama sampah plastik
yang sulit diurai. Dimulai dari lingkungan sekolah-sekolah hingga penyebaran secara
menyeluruh ke masyarakat. Jika hal ini berhasil dilakukan, dapat membuat tingkat daya saing
masyarakat Indonesia lebih meningkat dan disisi lain membantu mengoptimalkan penggunaan
bahan bakar tambang secara bijak. Hasil dari pengolahan sampah plastik film MASARO, antara
lain adalah bahan bakar industry makanan, bahan bakar kompor minyak, bahan bakar
peternakan, bahan bakar genset dan bahan bakar untuk kaki lima.

Pengelolaan MASARO terhadap Sampah Daur Ulang

Sampah yang termasuk kedalam kategori sampah daur ulang yaitu botol plastik, gelas
plastik, kaleng minuman, botol kaca, kertas, karton, buku, kardus dan rongsokan elektronik.
Sampah daur ulang yang sudah terkumpul oleh MASARO, kemudian dikirm ke pengepul atau
diserahkan untuk dikelola lebih lanjut oleh industry daur ulang. Menurut penulis, MASARO
untuk kedepan dapat mengelola sampah daur ulang sendiri, agar lebih ideal dalam pemanfaatan
sampah daur ulang atau juga digunakan sebagai media belajar seni dan kerajinan bagi siswa
MAN 2 Cirebon.

Keberhasilan Produk Olahan MASARO

1. Tanaman Pangan
Pupuk yang dihasilkan dari pengolahan MASARO yang ada di MAN 2 Cirebon,
banyak dimanfaatkan oleh para petani sekitar. Seperti halnya pemberian pupuk
MASARO pada padi. Padi yang diberi pupuk MASARO pertumbuhannya lebih cepat,
segar dan lebat, ketimbang padi yang tidak diberi pupuk MASARO atau pupuk yang lain.

7
Gambar 1.3 Padi dengan pupuk MASARO Gambar 1.4 Padi tanpa pupuk MASARO

Pemberian pupuk MASARO pada jagung juga memiliki perbedaan yang sangat
signifikan terhadap tumbuh kembang jagung. Terbukti, jagung yang diberi pupuk
MASARO lebih berisi, lebat dan segar. Hal ini dapat dilihat ketika usia jagung 10 hari
dan di usia yang ke 30 hari, Nampak jelas perbedaan antara jagung yang diberi pupuk
MASARO dan jagung yang tidak diberi pupuk MASARO atau pupuk lain.

Gambar 1.5 perbedaan tumbuh kembang jagung

Pengaplikasian POCI (Pupuk Organik Cair Istimewa) MASARO juga terbukti


berhasil mempengaruhi tumbuh kembang Lobak Redis. Lobak Redis yang diberi POCI
lebih segar dan berisi ketimbang yang tidak diberi POCI.

Gambar 1.6 Perbedaan Lobak Redis dengan POCI dan tidak dengan POCI

2. Perkebunan
Pupuk MASARO tidak hanya diaplikasikan pada tanaman pangan saja, akan
tetapi pada tanaman perkebunan juga. Seperti pemberian pupuk MASARO pada tanaman
kopi. Tanaman kopi yang biasanya berbunga setiap 3 tahun sekali, ketika diberi pupuk
MASARO, hanya butuh 1 tahun untuk tumbuhnya bunga. Selain itu juga, biji kopi yang
dihasilkan lebih lebat dan berisi.

8
Gambar 1.7 Kopi dengan pupuk MASARO

Selain pada kopi juga, uji coba pupuk MASARO diaplikasikan pada tanaman
papaya yang sudah hampir mati, kemudian diberi pupuk MASARO, dan hasilnya sangat
memuaskan. Tanaman papaya kembali sehat, tumbuh subur dan berbuah lebat.

Gambar 1.8 Pemberian pupuk MASARO pada pepaya yang hampir mati

3. Peternakan
Selain pupuk dan POCI, produk dari MASARO yang berupa pakan ternak juga
tidak kalah berhasil. Terbukti dengan pengaplikasian pakan ternak terhadap tumbuh
kembang ikan lele. Ikan lele yang diberi pakan produk MASARO lebih tahan terhadap
penyakit, nafsu makan meningkat dan tumbuh kembang yang cepat.

Gambar 1.9 Ikan lele yang diberi pakan produk MASARO

Tidak hanya pada ikan lele, pemberian pakan ternak produk MASARO juga
diaplikasikan pada sapi. Sapi yang diberi pakan produk MASARO, pada rentan waktu 1
bulan bisa berambah berat 50 Kg. Jika dibandingkan dengan sapi yang diberi pakan
biasa, yang hanya bertambah berat 30 Kg pada rentan waktu 1 bulan.

9
Gambar 1.10 Sapi dengan pakan MASARO dan tidak dengan pakan MASARO

Dampak Positif adanya MASARO

Adanya MASARO di MAN 2 Cirebon, memiliki dampak yang sangat positif, baik
untuk warga sekolah, maupun masyarakat sekitar. Diantara dampak positif tersebut adalah dapat
mengolah segala jenis sampah, menghasilkan sampah Zero, tidak memerlukan TPS, TPA dan
truk pengangkut sampah, bersinergi dengan bank sampah dan industry daur ulang, menghemat
masyarakat dalam pembiayaan pengelolaan sampah, menghemat APBD pengelolaan sampah,
menghasilkan pupuk organic, pakan organic, BBM, media tanam, mendorong masyarakat untuk
gaya hidup sehat dan hemat di era modern, menyediakan bahan baku untuk insudtri daur ulang,
dan juga membangkitkan ekonomi masyarakat dibidang pertanian, perkebunan dan peternakan.

KESIMPULAN

Adanya program MASARO di MAN 2 Cirebon memiliki pengaruh yang sangat besar,
diantaranya adalah menaikan image MAN 2 Cirebon sebagai sekolah percontohan. Selain itu
juga program MASARO memberikan pengaruh positif bagi siswa, karena program ini dapat
merubah mindset fikiran siswa agar lebih produktif, kreatif dam inofatif dalam memanfaatkan
sesuatu. Dampak positif adanya MASARO di MAN 2 Cirebon juga dirasakan oleh para petani
dan peternak di lingkungan sekitar MAN 2 Cirebon. Menurut penulis, program MASARO ini,
harus lebih dipublikasikan dan disebar luaskan di masyarakat, dan mendapat dukungan penuh
dari pemerintah, sehingga dapat meningkatkan produktifitas masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Manalu, Dewi Dokate Boang. et al. (2023). Peraan Pemerintah Desa dalam Pengendalian dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Ulumahuam. Transformasi Manageria: Journal
of Islamic Education Management, 3(1).

Ghani, Resyi. A. (2022). Hubungan Pengetahuan Lingkungan dengan Perilaku Siswa dalam
Menjaga Kebersihan Lingkungan. Jurnal Elementary: Kajian Teori dan Hasil Penelitian
Pendidikan SD, 5(1).

Basri, Hasan. et al. (2022). Mewujudkan Kesadaran Masyarakat Desa Cipicung KP. Kubang akan
Kebersihan Lingkungan untuk Menghadapi New Normal. Pastabiq: Jurnal Pengabdian
kepada Masyarakat, 1(2).

Lazuady, Alun Qodri. et al. (2022). Konsep Ihsan kepada Lingkungan (Suatu Kajian Awal dalam
Upaya Mewujudkan Green Environment). Jurnal Keislaman, 5(2).

Tanzil. et al. (2022). Pelatihan Peduli Kebersihan Lingkungan secara Berkelanjutan di Kelurahan
Wawangu Kecamatan Kadia Kota Kendari. Indonesian Journal of Community Services,
1(1).

Agungdiningrat, Syah Alam dan M. Abdus Salam Jawad. Analisa Masalah dan Strategi
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga di Kabupaten
Blitar. Nusantara Hasana Journal, 2(8).

Nadia. et al. (Pemanfaatan Sampah Anorganik menjadi Media Tanam Hidroponik di Padukuhan
Singosaren II Kabupaten Bantul. Jurnal Arsy: Aplikasi Riset kepada Masyarakat, 3(2).

Suryani, Fitri. et al. (2023). Pengelolaan Sampah yang Inovatif untuk Meningkatkan Ekonomi dan
Kesejahteraan Keluarga. Jurnal IKRATH-ABDIMAS, 6(2).

Kurniawan, Ari. (2023). Mengelola Sampah sebagai Wujud Cinta Tanah Air di TPA Randu Alas,
Sardonoharjo, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Journal of Educational Innovation and
Public Health, 1(1).

Ismail, M. Jen. (2021). Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan dan Menjaga Kebersihan di
Sekolah. Guru Tua: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4(1).
11
Nizar, Muhammad. et al. (2017). Manajemen Pengelolaan Sampah Kota Berdasarkan Konsep
Zero Waste. Jurnal Serambi Engineery, 1(2).

Handayana, I Gusti Ngurah Yudi dan Lily Maysari Anggraini. (2019). Gerakan Zero Waste
sebagai Pendidikan Lingkungan Bersih. Jurnal Warta Desa, 1(3).

Mahyudin, Rizqi Puteri. (2017). Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah dan Dampak
Lingkungan di TPA. Jukung: Jurnal Teknik Lingkungan, 3(1).

Kurniastuti, Nurhena. (2013). Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 3(1).

Hakim, Muhammad Zulfan. (2019). Pengelolaan dan Pengendalian Sampah Plastik Berwawasan
Lingkungan. Jurnal Amanna Gappa, 27(2).

12

Anda mungkin juga menyukai