Anda di halaman 1dari 15

KARYA TULIS

SENTRA PENGEMBANGAN SUTERA,


DESA PISING KABUPATEN SOPPENG

Disusun Oleh:

RIFKAH SYAFIQAH
NIS 17986

Diajukan sebagai tugas penelitian sejarah

SMA NEGERI 1 SOPPENG

2022
KATA PENGANTAR

‫ﺒﺳﻡﺍﷲﺍﺮﺤﻣﻥﺍﺮﺣﻳﻡ‬

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan atas tanggungjawab saya dalam mata pelajaran
“Sejarah Indonesia. Makalah ini juga disusun untuk membantu masyarakat agar dapat menambah
referensi tentang bagaimana pengembangan sutera yang ada pada daerah Soppeng saat ini.

Penulis sangatlah menyadari bahwa di dalam penyusunan Makalah ini, masih banyak
terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan. Untuk itu, saya tetap menerima
saran ataupun kritikan yang membangun demi penyempurnaan pada pembuatan Makalah
berikutnya.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada


seluruh pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini, serta permohonan
maaf yang sedalam-dalamnya jika sekiranya ada hal yang kurang berkenan, semua itu tidaklah
lepas dari kami sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin!

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Watansoppeng, 21 November 2022

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. …………………... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................1


B. Permasalahan ............................................................................................1
C. Maksud dan Tujuan .................................................................................2
BAB II. METODOLOGI

A. Lokasi dan Sumber Penelitian……………………………………………3


B. Jenis Penelitian…………………………………………………………...3
C. Tehnik Pengumpulan Data……………………………………………….3
D. Tehnik Analis Data………………………………………………………3

BAB III. PEMBAHASAN

A. sejarah pengembangan Sutera pada daerah Soppeng …………………...4


B. mengoptimalkan pemasaran Sutera saat ini ……………………...……..6
C. kearifan sutera sebagai icon Soppeng tetap terjaga di lingkungan
masyarakat…….........................................................................................7

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................9
B. Saran .......................................................................................................9
C. Lampiran gambar.....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Kabupaten Soppeng dibagi menjadi delapan kecamatan (BPS, 2010), yaitu:
Citta, Donri-Donri, Ganra, Lalabata, LiliRiaja, Lili Rilau, Mario Riawa dan MarioRiwawo.
Salah satu kecamatan yaitu Kecamatan Donri-donri yang memiliki ocusan desa, salah
satunya adalah Desa Pising. Pising memiliki arti atau bermakna enak, Bahasa bugisnya
Malunra. Pada tahun 1989, Desa Pising dimekarkan menjadi dua desa yaitu Desa Solie dan
Desa Pesse (RPJM Des,2014). Desa Pising merupakan sentra pengembangan sutera yang
memiliki beberapa kelompok masyarakat yang aktif memelihara ulat sutera hingga menjadi
benang.Ciri khas Kabupaten Soppeng yang sangat terkenal selain binatang kelelawar dan
buah pangi nya, adalah benang sutera, yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan kain
sutera.

Kain sutera atau lipa’sabbe ini merupakan ciri khas dari suku bugis, yang digunakan
bila ada hajatan resmi seperti pernikahan, pada umumnya masyarakat memakai kain sutera.
Kain sutera memiliki kualitas yang beragam, mulai dari yang ditenun dengan cara
konvensional hingga yang diproduksi dengan mesin tenunan modern. Saat ini, penjualan
kain sutera hanya dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan wilayah pasar
tertentu pula. Selain harganya yang sangat mahal, kain sutera juga kurang diproduksi dalam
jumlah yang banyak, karena alat yang dipakai masih sangat konvensional untuk
menghasilkan kain tenunan kualitas yang tinggi. Selain itu,sekarang ini banyak kain sutera
tiruan yang memiliki mutu yang sangat rendah, tetapi banyak laku dipasaran, hal ini yang
menyebabkan kurang sehatnya alur pemasaran kain sutera ocus/konvensional. Kabupaten
Soppeng hanya penghasil benang sutera, sementara pembuatan kain sutera ada di Kabupaten
Wajo. Permasalahan saat ini yang dihadapi oleh para anggota kelompok masyarakat
pengrajin sutera di Desa Pising adalah rendahnya produktifitas serta harga benang yang
dihasilkan dihargai sangat murah.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas,ocus permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan
ilmiah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah pengembangan Sutera pada daerah Soppeng?
2. Bagaimana cara mengoptimalkan pemasaran Sutera saat ini?
3. Bagaimana cara agar kearifan sutera sebagai icon Soppeng tetap terjaga di lingkungan
masyarakat?

1
C. Tujuan Penelitian :

Tujuan penelitian ini adalah untuk :


1. Mengetahui sejarah pengembangan Sutera pada daerah Soppeng.
2. Mengetahui cara mengoptimalkan pemasaran Sutera saat ini.
3. Mengetahui cara agar kearifan sutera sebagai icon Soppeng tetap terjaga di lingkungan
masyarakat.

2
BAB II

METODOLOGI

A. Lokasi dan Sumber Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pising, Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten
Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian ini bersumber dari data-data yang dikumpulkan secara langsung di Desa
Pising pada hari Sabtu, 26 November 2022.

B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pada jenis penelitian ini, prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari salah
satu warga Desa Pising yang juga berprofesi sebagai pembuat sutera. Penelitian kualitatif ini
dilakukan berdasarkan fakta di lapangan.

C. Tehnik Pengumpulan Data


1. Observasi
Melalui proses obsevasi yang dilakukan pada saat kegiatan mengeksplorasi,
pengumpulan data yang tidak hanya terpaku mengukur sikap dari responden (Warga
Desa Pising) secara langsung, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi ( situasi, kondisi ) di Desa Pising.
2. Wawancara
Melalui wawancara sangat menentukan proses komunikasi dalam proses penelitian.
Dengan wawancara, data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali
pemikiran atau pendapat secara detail. Oleh karena itu dalam proses wawancara
merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Melalui
wawancara yang dilakukan secara langsung dengan salah satu warga Desa Pising, maka
akan diperoleh data-data yang lebih mendukung topik penelitian selain diperoleh dari
proses observasi.

D. Teknik Analisa Data


Data hasil penelitian dianalis secara kualitatif. Data dianalisis secara kualitatif
berdasarkan analisis data selama di lapangan dengan mengumpulkan langsung melalui
wawancara dan observasi. Pengumpulan data juga digunakan pada analisis dokumen, ini
diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Dokumen yang didapat
dijadikan sumber diantaranya foto dan buku-buku yang sesuai dengan objek penelitian serta
data tertulis lainnya.

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah pengembangan Sutera di Soppeng


Usaha kain yang bahan bakunya dari fase kepompong pada proses metamorfosis
serangga kupu-kupu. Kepompong atau kokon (coccon) ini unik karena dapat menghasilkan
benang yang dikenal dengan nama benang Sutera, dan jika benang ini dipintal akan
mengahsilkan kain yang lebih populer dengan naman kain Sutera. Kupu-kupu Sutera
sebenarnya bukan serangga asli Indonesia, hewan ini merupakan serangga asli Tiongkok
(Hadikastowo, dkk.1996: 32) dan tersebar ke Indonesia baru pada tahun 1960. Atas fasilitasi
Direktorat Jenderal Kehutanan Kabupaten Soppeng pada tahun 1970 Ulat Sutera mulai
diperkenalkan di Kabupaten Soppeng.
Perkembangan usaha ulat Sutera di Kabupaten Soppeng memerlukan waktu yang cukup
lama, setelah berbagai observasi lapangan maka daerah di Kabupaten Soppeng yang cocok
untuk budidaya ulat Sutera adalah Kecamatan Donri-Donri. Desa ini cocok karena faktor
utamanya adalah lahan yang tersedia untuk penanaman pakan selama serangga
bermetamorfosis yaitu murnai, dan suhu yang cocok untuk perkembangbiakan serangga kupu-
kupu Sutera (Abustan, 2001: 11). Kronologis penyebaran ulat Sutera dari Tiongkok ke
Indonesia kemudia diperkenalkan dan dikembangkan di Kecamatan Donri-Donri Kabupaten
Soppeng merupaka suatu peristiwa sejarah yang patut ditulis, dipelajari dan diketahui oleh
generasi sekarang. Penulisan sejarah sebagai peristiwa atau kejadian masa lampau tidak hanya
dipandang dari satu aspek kehidupan manusia. Penulisan sejarah tidak hanya bersifat
konvensional yang menguraikan tentang kajadian-kejadian besar dalam bidang politik
diplomasi dan militer serta cerita tentang peran dan perebutan kekuasaan, tindakan manusia
yang penuh dengan kekerasan, kekejaman, kepahlawanan maupun penghianatan
(Kartodirdjo, 1984: 64). Tetapi sejarah juga menguraikan tentang kehidupan manusia sehari-
hari di masa lampau. Sebab tidak semua umat manusia terlibat secara aktif dalam peristiwa-
peristiwa besar tersebut.
Salah satu aktvitas yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Soppeng pada kurun
waktu tahun 1971 sampai tahun 2001, yaitu usaha Pesuteraan Alam. Usaha ini merupakan
suatu aktivitas yang diawali dari penanaman tanaman Murbei yaitu sejenis tanaman yang
dapat tumbuh dimana saja dan daunnya merupakan bahan pakan bagi ulat-ulat Sutera yang
dapat menghasilkan benang Sutera. Sejarah adalah rekonstruksi masa-masa lampau memberi
gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan dari berbagai bangsa di
dunia (Siswoyo, 1987: 8).
Sutera dewasa ini menjadi komoditas pada beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya
adalah daerah Kabupaten Soppeng (Kecamatan Donri-Donri Desa Ta’ juncu). Keberadaan
pesuteraan alam di Kabupaten Soppeng tepatnya di Kecamatan Donro-Donri yang hingga
telah mengalami beberapa kali perubahan nama dan pembagian tugas.
4
Pada tahun 1970 pesuteraan alam masih di bawah naungan departemen Pertanian bagian
dirjen Kehutanan membentuk Proyek Pembinaan Pesuteraan Alam bekerjasama dengan JICA
Jepang, dan pada tahun 1978 Proyek Pesuteraan Alam diresmikan oleh Presiden Soeharto
menjadi Teknologi Pesuteraan Alam dan sekaligus mendapat bantuan bibit ulat Sutera. Pada
tahun 1984 melalui Kepmenhut No. 097/ Kpts-II/ 1984 nama Balai Pesuteraan Alam
terbentuk dengan tupoksi melakukan penyaluran bibit murbei dan penyaluran ulat sutera,
memberi bimbingan teknis, melakukan uji coba teknis pesuteraan sebagai pengembanagn dari
Teknologi Pesuteraan Alam (BPA Dirjen Bina Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung. 2015).
Kerjasama antara lembaga Pesuteraan alam dengan lain dengan Perum Perhutani
Pesuteraan Alam (P3A) menghasilkan produksi sutera dalam bentuk benang sebagai bahan
baku berbagai produk kain sutera. Hasil produksi sutera di Kabupaten Soppeng sangat
berfluktuasi tentunya sangat terpengaruh dari banyak faktor alam sebagai suatu ekosistem.
Data tahun 2003 terjadi peningkatan produksi benang Sutera sekitar 50% dari tahun
sebelumnya. Namun produksi ini masih lebih rendah jika dibanding dua tahun sebelumnya.
Dibalik kenyataan bahwa terjadi peningkatan hasil produksi benang sutera pada tahun
2003 ada kenyataan lain yang patut menjadi sorotan perhatian yaitu terjadinya penurunan
partisipasi masyarakat pada usaha pesuteraan alam di Kabupaten Soppeng. Artinya terjadi
penurunan kerjasama antara lembaga atau Balai Pesuteraan Alam Donri-Donri dengan
masyarakat. Berdasarkan data yang berhasil diperoleh penulis bahwa terjadi pengurangan
lahan pertanian murbei sebagai bahan pakan ulat Sutera, dan jumlah petani yang terlibat
dalam Pesuteraan hingga 50% pada tahun 2001 hingga 2003.
Tentunya ada sesuatu kiat yang terpola dan terstruktur sebagai bentuk tindakan dari para
stakeholder Pesuteraan di Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng agar penurunan lahan
dan jumlah petani yang terlibat tidak berdampak lurus dengan hasil produksi sutera di masa
yang akan datang. Stakeholder ini menurut Tadjudin (2000) bahwa stakeholder sebagai orang
atau organisasi yang terlibat dalam suatu kegiatan atau program-program pembangunan serta
orang-orang atau organisasi yang terkena pengaruh (dampak) dari kegiatan yang
bersangkutan.
Organisasi yang dimaksud pada stakeholder di sini adalah lembaga Perum Perhutani
Pesuteraan Alam (P3A) yang untuk Kecamatan Donri-Donri dikenal dengan Pengusahaan
Sutera Alam (PSA) dan orang yang dimaksud adalah Petani/pengusaha Pesuteraan alam di
Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng. Kantor yang berdiri di Kecamatan Donri-Donri
oleh staf kantor disebut kantor Perhutani Pesuteraan Alam (P3A), sementara pada di halaman
kantor tertulis dengan jelas Pengusahaan Sutera Alam (PSA) Soppeng. Hal ini yang menjadi
perhatian penelitia mengenai hubungan antara P3A dengan PSA Soppeng.
Petani dan pengusaha Pesuteraan ini mengelola dan memasarkan hasil produksinya masih
rumahan artinya mengusahakannya di rumah, memasarkannya juga dirumah. Produksi dan
benang menjadi kain sutera di Kabupaten Soppeng mempunyai kekhasan tersendiri
sebagaimana daerah lainnya. Pelaras (tanpa tahun) dalam Kesuma (tanpa tahun) menuturkan
bahwa keterampilan menenun adalah semacam local genius orang bugis. Adanya perubahan-
perubahan yang terjadi baik dari segi desain, motif, tujuan penggunaan sampai pada alat tenun
5
yang digunakan merupakan daya lentur dari makna hidup yang dinamis.
Hasil produksi yang tidak terpaku pada satu desain ini dijual secara rumahan artinya
produksinya di rumah dan transaksinya pembicaraannya di rumah juga sehingga dapat
dikatakan bahwa usaha Pesuteraan alam Donri-Donri sebagai industri rumahan atau Home
Industry sesuai Keppres No.127 tahun 2001 tentang Usaha Kecil dan Menengah bahwa
Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran, atau alat yang
digerakkan tangan termasuk batik, peci, kopiah. Pertenunan di sini termasuk di dalamnya
adalah Pesuteraan alam.

B. Mengoptimalkan Pemasaran Sutera

Masalah yang ada pada umumnya terkait pemasaran, produktifitas yang rendah dan
pemanfaatan limbah, baik kokon maupun tanaman murbei (Tabel 1). Pemasaran yang bersifat
monopoli membuat harga benang yang dihasilkan sangat rendah. Kabupaten Soppeng hanya
memproduksi benang sutera sehingga harga jual tidak dapat meningkat karena keterbatasan daya
jual. Produktifitas yang rendah disebabkan oleh adanya ketergantungan akan bibit impor dan
produk yang dihasilkan tidak standar. Proses produksi yang dilakukan masyarakat masih jauh
dari standar yang seharusnya. Dari beberapa permasalahan yang diidentifikasi pada Tabel 1,
terdapat beberapa poin yang diberikan solusinya melalui kegiatan pengabdian yang
dilaksanakan.

Tahap Ketiga: Pelaksanaan pengabdian.

Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan antara lain adalah transfer ilmu pengetahuan terkait
kewirausahaan, pelatihan dan demo pemeliharaan ulat sutra dan pengembangan teknik eco print.
Materi kewirausahaan yaitu peningkatan pengetahuan terkait alur pemasaran sehingga nilai daya
jual benang yang dimiliki oleh petani saat ini dapat meningkat. Kualitas dari benang yang akan
dihasilkan sangat menentukan keberhasilan dalam peningkatan daya jual. Oleh karena itu, para
petani diajak untuk selalu memperhatikan dan melaksanakan prosedur mulai dari pemilihan
tanaman murbei, bibit ulat sutera, pemeliharaan ulat, pemintalan benang hingga tenunan kain

6
Kegiatan pengabdian lainnya yaitu pelatihan kepada kedua kelompok tani mitra terkait
pemeliharaan ulat sutera. Dari hasil pengamatan pada saat tahap kedua, pemeliharaan ulat sutera
yang dilakukan oleh petani tidak sesuai standar khususnya dari segi kebersihan tempat
pemeliharaan.

C. Kearifan Sutera di Lingkungan Masyarakat


Pengembangan Sutera akan berjalan sacara baik apabila masyarakatnya ahli dan cukup
mengerti. Akan tetapi, kualitas sumber daya manusia masih tergolong rendah. Hal ini ditandai
oleh masih kurangnya masyarakat yang mempunyai keahlian dalam mengoprasikan alat tenun.
7
Berkaitan dengan wawancara secara informan dapat dikatakan bahwa dalm pengembangan
Sutera masih sangat rendah akan kualitas sumber daya manusianya. Hal ini
ditandai dengan masyarakat masih kurang peka terhadap peluang-peluang yang dimanfaatkan
melalui adanya pengembangan yang ada pada daerah tersebut. Berkaitan juga dengan kualitas
sumber daya manusia untuk bagian produksi kain sutera hanya ada beberapa orang yang
mempunyai keahlian dalam mengomprasikan alat tenun. padahal apaliba mereka dapat
meningkatkan kualialitas sumber dayanya maka mereka mendapat keuntungan dan
meningkatkan taraf ekonomi bagi diri sendiri maupaun keluarga mereka.

8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan hasil penelitian tentang pesuteraan alam di
Kabupaten Soppeng, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sejarah Perkembangan Persuteraan Alam oleh Perum Perhutani dalam hal ini
Pegusahaan Sutera Alam (PSA) berawal pada tahun 1986 dan pada tahun 1990
membuat sejarah yang pantastik dimana Persuteraan Alam Kabupaten Soppeng
pengadaan kokon mencapai 89.548 kg, dengan hasil benang Sutera 11.450 kg/tahun
dan penjualan telur Ualat Sutera mencapai 35.633 box/tahun, dan tahun 1991 produksi
Telur Ulat Sutera mencapai 54.374 box. Walaupun sejak tahun 1999-2013 mati suri
namun tahun 2015-2017 bangkit kembali dimana harga kokon Rp.60.000/kg dengan
harga Benang Sutera Rp. 650.000/kg.
2. Pengembangan sutera di Desa Pising, Kabupaten Soppeng perlu sinergitas antara
berbagai pihak agar petani dapat menghasilkan benang yang berkualitas tinggi
sehingga dapat meningkatkan nilai jual dan pengembangan produk lainnya seperti eco
print perlu terus dilakukan.
3. Sutera merupakan warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya.Meskipun
keberadaan sutera tersebut hasil kreatifitas budaya sebagai hasil difusi kebudayaan,
namun kain sutera adalah identitas serta icon budaya bagi Kota Soppeng. Identitas ini
sudah membentuk struktur masyarakatsejak ratusan tahun sebagai etnik yang memiliki
peradaban budaya. Keberadaan Sutera secara holistik selain sebagai identitas, juga
menopang perekonomian sejak proses pembuatan hingga pada
pemasaran hasil produksi sehingga perlunya kesadaran bagi seluruh masyarakat sekitar
untuk terus menjaga kearifan local sutera yang dimiliki.
B. Saran
1. Karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, segala usul, saran dan
kritik yang sifatnya membangun, akan saya tampung demi penyempurnaan pada
pembuatan Makalah berikutnya.
2. Semoga Makalah ini dapat membantu masyarakat dalam rangka menambah wawasan
dan referensi tentang “Sentra Pengembangan Sutera”

9
C. Lampiran gambar

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ohamge319

https://kanaldesa.com/artikel/ulat-sutra-di-kolong-rumah-orang-pising

https://journal.unismuh.ac.id/index.php/kimap/article/download/
4583/4014

https://journal.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/download/
10238/5327/30572
HALAMAN PENGESAHAN

Bismillahirrahmanirrahim...

Karya tulis yang berjudul “SENTRA PENGEMBANGAN SUTERA,DESA PISING KABUPATEN


SOPPENG” adalah benar karya siswa atas nama:

Nama : Rifkah Syafiqah


Kelas : X.2
Nis : 17986
Sekolah : SMA Negeri 1 Soppeng
Karya tulis ini dibuat sebagai tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia
Watansoppeng, 21 November 2022
Mengetahui
Guru Pembimbing,

Normawati, S.Pd,M.Si
Nip.19740508 199903 2 008

ii

Anda mungkin juga menyukai