Tugas Kelompok 2 Lembar Kerja
Tugas Kelompok 2 Lembar Kerja
Peraturan
Lainnya
Perundang-undangan Nasional Analisis (PP,
Pasal Dan Keselarasan dan Perpres,
Tunjukan Pasal Kesenjangan Permen,
Perda
Prov/KK)
Pasal 7 A. UU No 9 Tahun 1992 Tentang Imigrasi
Tentang Hak dicatat oleh (BU ANTI)
Negara segera setelah ………………………………………………………………………………………………
lahir, Hak atas nama, Hak
atas kebangsaan, Hak untuk
B. UU No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
mengetahui, diasuh orang
(BU IMA)
tuanya
………………………………………………………………………………………………
(Aparat Negara secara
aktif wajib mencatat
segera setiap bayi yang C. UU No 21 Tahun 2007 Tentang PTPPO
lahir di wilayah (IBU VIRA)
yurisdiksinya, sehingga tak ………………………………………………………………………………………………
satu pun kelahiran bayi yang
tidak dicatat oleh Negara).
D. UU No 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas UU No 23
Pasal 8 Tahun 2006 Tentang ADMINDUK
Tentang Identitas, (BU SANI)
Kewarganegaraan, Nama ………………………………………………………………………………………………
dan Hubungan keluarga
(hubungan darah / nasab),
E. No 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No 23
Hak untuk mendapatkan
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
bantuan dan perlindungan
( MURNI)
untuk memulihkan identitas
………………………………………………………………………………………………
anak (Jika identitas
tersebut direnggut)
Catatan :
Kaitan antara pasal 7 KHA (Birth Registration) dan Pasal 6 KHA tentang Hak Hidup, Kelangsungan Hidup dan
Perkembangan.
Pasal 6 mewajibkan Negara mencatat kematian anak (death registration) termasuk sebab-sebab kematian,
prosedur investigasi atas sebab-sebab kematian yang wajib diatur dalam perundang-undangan nasional.
Investigasi dimaksudkan untuk :
Mengurangi kemungkinan upaya untuk menutup-nutupi atas penyebab kematian anak yang sebenarnya;
Apakah kematian anak tersebut disebabkan oleh kekerasan dan atau penelantaran;
Rekomendasi strategi pencegahan atas kematian anak.
Pasal 7 berkaitan dengan pasal 37 dan 40 mengenai Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum (Children In Conflict
With The Law) khususnya mengenai kematian anak yang dicabut kebebasannya (dalam tahanan dan atau penjara).
Perundang-undangan nasional wajib mengatur tentang kewajiban Negara membentuk tim Investigasi independen
untuk melakukan investigasi tentang sebab-sebab kematian anak dalam tahanan dan atau penjara. Investigasi
dimaksudkan untuk:
Mencari penyebab kematian anak;
Apakah kematian tersebut disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan oleh pihak lain (polisi, sipir atau staff
lain) atau yang dilakukan oleh teman sekamar; atau,
Apakah karena anak melakukan bunuh diri;
Keluarga atau kerabat anak berhak mendapatkan laporan hasil investigasi.
KHA menekankan bahwa, akta kelahiran dan akta kematian hanyalah merupakan dampak dari pencatatan kelahiran
dan pencatatan kematian yang dilakukan oleh Negara secara bertanggungjawab.
Pencatatan kelahiran (Birth Registration) dan pencatatan kematian (Death Registration) yang dilakukan dengan
tata kelola yang tertib akan menghasilkan data kependudukan yang selalu dapat dipercaya, akurat.
Hak dicatat oleh Negara segera setelah lahir bagi setiap kelahiran manusia merupakan hak fundamental bagi
setiap manusia, oleh karena itu, Negara wajib menciptakan mekanisme pencatatan kelahiran yang secara aktif
dilakukan oleh aparat Negara, sehingga tak satu pun kelahiran bayi yang tidak dicatat oleh Negara.
Pasal 7 dan 8 KHA berhubungan dengan isu atau pasal-pasal KHA di bawah ini:
Pasal 28 : Pendidikan
Pasal 24 : Kesehatan
Pasal 37.a : Anak yang berkonflik dengan hukum
Pasal 32 : Pencegahan eksploitasi ekonomi terhadap anak
Pasal 35 : Pencegahan perdagangan orang / trafiking
Pasal 1 definisi anak : khususnya yang berkaitan dengan usia pernikahan
Pasal 26 : Jaminan sosial
Pasal 4 : Hak EKOSOB termasuk hak politik yang diatur dengan undang-undang
Data kependudukan sebuah Negara
Pasal 16
Tentang kehidupan privasi
anak tidak boleh
dicampuri secara tidak sah,
Hak perlindungan hukum
atas privasinya atau
serangan atas privasinya
tersebut
Catatan :
Pasal 13
Kebebasan berekspresi; Mencari, menerima, memberi informasi dan gagasan, baik lisan maupun tulisan
Pasal 17
Mengakui peran penting mass media; Menjamin bahwa anak dapat mengakses informasi (Sumber-sumber nasional
dan internasional demi keuntungan sosial budaya anak (sesuai pasal 29)); Kerjasama internasional; Memproduksi
dan menyebarkan buku-buku untuk anak; Mendorong media memperhatikan kebutuhan linguistik anak-anak
minoritas dan anak-anak suku terasing
Peraturan
Analisis Lainnya (PP,
Perundang-undangan Nasional
Keselarasan Perpres,
Pasal Dan
dan Permen,
Tunjukan 1 hingga 2 Pasal
Kesenjangan Perda
Prov/KK)
Pasal 5 tentang bimbingan orangtua dan A. UU No 1 Tahun 1974 Tentang …
perkembangan kapasitas anak (Parental Perkawinan ( BU POPON) …
Guidance and The Child’s Evolving ………………………………………………………………
Capacities):
Negara wajib menghormati tanggung
B. UU No 4 Tahun 1979 Tentang
jawab, hak-hak dan tugas-tugas
Kesejahteraan Anak (BU VIRA)
orangtua atau keluarga yang lebih luas
………………………………………………………………
atau masyarakat atau wali yang syah
dalam membimbing anak.
C. UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM
(BU ANTI)
………………………………………………………………
-3–
2. Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah
jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak
pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi
korban kekerasan dalam rumah tangga. 3. Korban adalah
orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman
kekerasan dalam lingkup rumah tangga. 4. Perlindungan
adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan
rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak
keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan pengadilan
Pasal 2
(1) Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini
meliputi : a. suami …
-4–
a. suami, isteri, dan anak; b. orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud
pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap
dalam rumah tangga; dan/atau c. orang yang bekerja
membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah
tangga tersebut. (2) Orang yang bekerja sebagaimana
dimaksud pada huruf c dipandang sebagai anggota
keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah
tangga yang bersangkutan.
-5–
b. melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga; c.
menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga; dan d.
memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan
sejahtera. BAB III LARANGAN KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA Pasal 5 Setiap orang dilarang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam
lingkup rumah tangganya, dengan cara : a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis; c. kekerasan seksual; atau d.
penelantaran rumah tangga
Pasal 6
Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit, atau luka berat. Pasal 7 Kekerasan psikis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada
seseorang. Pasal 8 …
-6–
8 Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf c meliputi : a. pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup
rumah tangga tersebut; b. pemaksaan hubungan seksual
terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu.
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam
lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang
berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia
wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut. (2) Penelantaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi
setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi
dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja
yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban
berada di bawah kendali orang tersebut.
HAK-HAK KORBAN
Pasal 10 Korban berhak mendapatkan : a. perlindungan …
7 - a. perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak
lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan
perintah perlindungan dari pengadilan; b. pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; c. penanganan
secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban; d.
pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum
pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan e.
pelayanan bimbingan rohani
10 –
Pasal 17 Dalam memberikan perlindungan sementara,
kepolisian dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan,
pekerja sosial, relawan pendamping, dan/atau
pembimbing rohani untuk mendampingi korban. Pasal 18
Kepolisian wajib memberikan keterangan kepada korban
tentang hak korban untuk mendapat pelayanan dan
pendampingan. Pasal 19 Kepolisian wajib segera
melakukan penyelidikan setelah mengetahui atau
menerima laporan tentang terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga.
Pasal 20 Kepolisian segera menyampaikan kepada korban
tentang : a. identitas petugas untuk pengenalan kepada
korban; b. kekerasan dalam rumah tangga adalah
kejahatan terhadap martabat kemanusiaan; dan c.
kewajiban kepolisian untuk melindungi korban. Pasal 21 (1)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban,
tenaga kesehatan harus : a. memeriksa kesehatan korban
sesuai dengan standar profesinya; b. membuat …
- 11 –
b. membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap
korban dan visum et repertum atas permintaan penyidik
kepolisian atau surat keterangan medis yang memiliki
kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti. (2)
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di sarana kesehatan milik pemerintah,
pemerintah daerah, atau masyarakat.
- 12 –
Pasal 23 Dalam memberikan pelayanan, relawan
pendamping dapat : a. menginformasikan kepada korban
akan haknya untuk mendapatkan seorang atau beberapa
orang pendamping; b. mendampingi korban di tingkat
penyidikan, penuntutan atau tingkat pemeriksaan
pengadilan dengan membimbing korban untuk secara
objektif dan lengkap memaparkan kekerasan dalam rumah
tangga yang dialaminya; c. mendengarkan secara empati
segala penuturan korban sehingga korban merasa aman
didampingi oleh pendamping; dan d. memberikan dengan
aktif penguatan secara psikologis dan fisik kepada korban.