Anda di halaman 1dari 35

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

BIMBINGAN PERKAWINAN DR. ARISMAN, SHI. MSy.

KONFLIK RUMAH TANGGA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

FERDI SALIM 12020115008


MISHEL SAVILLA 12120120707
REZKI SAPUTRA 12020115143
RIFAN PUTRA 12120112304

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia serta

kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Konflik Rumah

Tangga. Di Indonesia tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah

kepada Nabi terakhir, penutup paara Nabi sekaligus satu-satunnya uswatun

hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, tidak lupa pula kami ucapkan

ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Arisman, S.H.I., M.Sy. selaku dosen

mata kuliah Bimbingan Perkawinan.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat

kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan

maupun dengan dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha

maksimal kami selaku para penulis.

Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat menambah

wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para

pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 02 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..................................................................................................................4
2.1 Upaya Menghindari Konflik dalam Rumah Tangga............................................4
2.2 Penyebab Konflik Rumah Tangga.....................................................................12
2.3 Penyelesaian Konflik dalam Rumah Tangga.....................................................19
BAB III...............................................................................................................................25
PENUTUP..........................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................25
3.2 Saran...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konflik dalam sebuah rumah tangga adalah suatu hal yang dapat

dikatakan pasti adanya dan mustahil sebuah rumah tangga tidak mengalami yang

namanya konflik/masalah. Konflik sendiri menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah percekcokan, perselisahan atau pertentangan.1 Oleh

karena itu, konflik adalah perselihan yang terjadi dalam sebuah rumah

tangga yang tentunya diawali dengan adanya masalah. Tingakatan masalah

itu sendiri beragam, ada masalah yang tingkatannya ringan, sedang dan

besar yang berpotensi menimbulkan terjadinya perselisihan dalam rumah

tangga tergantung yang mengalami masalah tersebut.

Konflik yang terjadi tidak jarang menguras tenaga, pikiran, serta emosi.

Konflik bisa terjadi baik antara suami dengan istri, orang tua dengan anak, atau

kakak dengan adik. Penyebab dari konflik bisa berasal dari dalam ataupun luar

keluarga tersebut. faktor dari dalam yang dapat menyebabkan konflik dalam

keluarga seperti selisih paham antara anggota keluarga, komunikasi yang buruk

dalam keluarga, dan lain-lain. Faktor dari luar keluarga misalnya adanya orang

ketiga, atau masalah belum terselesaikan dalam pekerjaan yang memengaruhi

buruknya komunikasi dalam keluarga.

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008 ), hlm. 746.

1
Cara masing-masing keluarga dalam menyelesaikan konflik berbeda satu

dengan yang lain. Beberapa keluarga menyelesaikan konflik dengan berdiskusi,

musyawarah, atau melalui pendekatan personal. Cara-cara tersebut dipandang

lebih efisien dalam menyelesaikan konflik tanpa menimbulkan konflik yang lain.

Cara penyelesaian konflik diatas dilakukan jika konflik yang terjadi tidak berat

dan komunikasi dalam keluarga terjalin dengan baik. Beberapa keluarga yang

menyelesaikan konflik dengan melakukan kekerasan, baik secara fisik maupun

secara verbal.2

1.2 Rumusan Masalah

Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan

masalah agar lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam

menjawab permasalahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis

berikan ada beberapa rumusan sebagai pertanyaan dalam makalah ini. Berikut

rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

a. Bagaimana Upaya Menghindari Konflik dalam Rumah Tangga?

b. Apa Penyebab Konflik Rumah Tangga?

c. Bagaimana Penyelesaian Konflik dalam Rumah Tangga?

1.3 Tujuan

Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah

disampaikan. Hal tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan

2
Abdul Ghany, “Konflik Rumah Tangga Dalam Al-Quran”, Jurnal Rausyan Fikr, Vol.
16, No.2 (Desember, 2020), hlm. 284.

2
berdasarkan masalah yang akan dibahas. Berikut tujuan dari permasalahan

makalah ini.

a. Mengetahui Bagaimana Upaya Menghindari Konflik dalam Rumah

Tangga!

b. Mengetahui Apa Penyebab Konflik Rumah Tangga!

c. Mengetahui Bagaimana Penyelesaian Konflik dalam Rumah Tangga!

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Upaya Menghindari Konflik dalam Rumah Tangga

Untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah hendaknya

kita menghindari konflik dalam rumah tangga. Adapun upaya yang harus kita

lakukan untuk menghindari konflik dalam rumah tangga adalah sebagai berikut :3

1. Sebelum menikah hendaknya berfikir masak-masak dan

bermusyawarah dengan orang yang ahli atau memiliki pengalaman,

harus mempelajari sebaik mungkin kondisi calon istri atau suami dan

jangan hanya tertarik dengan penampilan lahir atau ketampanan saja.

2. Mempelajari ilmu yang bermanfaat, beramal shaleh, membaca,

mendengarkan berita-berita bermanfaat, murattal, dan ceramah agama

yang bias menambah kualitas dan mutu keimanan kepada Allah, dan

tidak terbawa oleh budaya rusak dan akhlak tercela, hingga bisa

bersabar dan tabah dalam menghadapi berbagai sikap semena-mena dan

penelantaran hak-hak rumah tangga dari masing-masing pihak, karena

semua itu akan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih bagus.

3. Jika ada orang yang tidak mengenal etika agama dan akhlak sehingga

hak-haknya terlantar, tidak bisa bersyukur terhadap nikmat dan

pemberian, maka hendaknya bersikap arif dan bijak untuk kepentingan

masa depan rumah tangga, jangan sampai muncul berbagai bentuk

tindakan tidak terpuji yang bisa merusak hubungan rumah tangga.

3
Arisman, Bimbingan Keluarga, (Depok : Kalimedia, 2021), hlm. 185-190.

4
4. Bersikap lapang dada untuk menerima kekurangan dan kelemahan

masing-masing serta berusaha menumbuhkan rasa kasih saying dan

sikap pemaaf. Dan semua pihak yang dimintai maaf hendaklah segera

memberikan maaf, agar hati kembali bercahaya dan bersih dari

perasaan jengkel, kesal, dan dengki.

Rasulullah SAW bersabda :

ْٔ ‫ٔن ْٕ ٌد غضثد َأ‬


ُ َ ‫ َٔ ُد‬،‫جّ ِح؟ ُل َُْها َتهى ُ َ ل هلال‬
َُ َ ‫أَ ََل أ ْ خثِ ُش ُك َ س ِائ ُك ْى ًف‬
‫ٌَا َس س لَا َل ْٔ ٌد‬ ‫ان‬ ‫ْى ت‬
ْٕ

‫أ إنَ ٍْٓا أَ ٔ َ غ َ ُ ٓجا ْ د ِْز ٌ ِذي فً ٌ ِذ َ َ ُ م ٍض حرى ذ َ ضى‬


‫ن َل أ‬ َ َ ْ ِ ‫ًس‬
‫ْش‬ ًْ ‫ْكرَ ِح ِتَغ‬ َ
‫لان‬ ‫َض ص‬
ْٔ ‫َة‬

Artinya : “Maukah aku kabarkan kepada kalian tenang istri kalian yang

berda di surga?”. Kami berkata, “Ya wahai Rasulullah”. Beliau

bersabda, “Dia adalah wanita yang sangat mencintai lagi pandai punya

anak, bila sedang marah atau sedang kecewa atau suami nya sedang

marah maka ia berkata : Inilah tanganku aku letakkan ditanganmu dan

aku tidak akan memejamkan mata sebelum engkau ridah kepadaku”.

(HR. At-Thabrani).

5. Sebelum hendak menikah hendaknya melihat kepada wanita yang

dilamarnya karena demikian sebagai jembatan dan serana

menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dengan orang yang belum

dikenal.

Dari Mughirah bin Syu‟bah bahwa beliau meminang salah seorang

wanita maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya :

5
‫أََ َ َخ إٍٓنا؟ الل‪َ :‬ل الل‪ :‬أُ ُ ظ ْش إنٍٓا فَ ِئَُّ ْ ج ْ ٌ ٌٍؤدو َت ٍَُْ ُك ًَا‬
‫أ َذ ُس‬ ‫ظ‬
‫أ‬
‫ْش‬

‫‪6‬‬
Artinya : “Sudahkah engkau melihatnya?”. Ia berkata : “Tidak”. Beliau

bersabda : “Lihatlah kepadanya, karena hal itu akan membuat kekal

diantara kamu berdua.” (HR. Nasa‟i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah serta

dihasankan oleh Tirmidzi).

6. Bagi orang yang hendak menikah hendaknya hati-hati dalam mencari

jodoh hingga menemukan calon yang benar-benar cocok yang sesuai

dengan harapannya, sehingga mampu mewujudkan kehidupan damai,

bahagia dan tentram. Jika salah satu pihak timbul kebencian maka tidak

cepat menjatuhkan talak karena dibalik kekurangan insyaallah ada

kelebihan, sebagaimana sabda Rasulullah :

ُِ ‫َ غٍْ َش‬ َ ‫َ ِ َ َس ِ ي َ خ‬ ً‫َ لَ ٌفشن ُ يؤ ُ ي ْؤ ِ َُيح‬


‫ُْٓا آ َش أَ ْٔ ال‬ ‫ك ي خ ِض‬ ٌْ ِ‫إ‬ ‫ِي‬
‫َل‬ ً ْ ‫ش َِ ُْٓا‬
‫هما‬ ِ

Artinya : “Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang

mukminah,sebab jika benci kepada salah satu perangai maka akan rela

dengan akhlak yang lain atau beliau bersabda yang lainnya”. (HR.

Muslim).

7. Jika seorang suami ingin memiliki istri yang berakhlak mulia, hati yang

penuh dengan rasa cinta, selalu tanggap dan suka berhias untuk suami,

hendaklah dia juga berlaku seperti itu agar hati nya terpengaruh dan

selalu menaruh rasa hormat.

8. Menerapkan ajaran islam dalam rangka untuk memelihara dan menjaga

keutuhan rumah tangga serta merasa tanggung jawab terhadap

pendidikan agama keluarga. Dari Ibnu Umar bahwa Nabi SAW

bersabda:

7
ِّ ‫َ س ِ َٔ األ َ س َٔ َ َ س َ ػه ْ ْ ِم َت ٍِْر‬ َ ‫َي‬ ُّ‫ُكه ُك َ ساعٍ ُكه‬
ُّ
‫ٍاع ى أ‬ ‫ٍاع ان جا‬ ‫ ِي ٍْ ُش‬،ّ ‫ِ ٍَّػِر‬ ‫َٔ ُك ْى ْس ُؤ ْٔ ػ‬ ‫ْى‬
‫ّش ُل‬ ٍْ ‫ٌل‬

‫َ ٓا‬
‫َٔ ان ًَ ْشأَ ج َ ِ ٍػ ٌَّح ػهى ت َ ص‬
‫ٍْ ِد ْٔ ِج‬ ‫س‬
‫ا‬
Artinya : “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diterima pertangung

jawaban atas kepemimpinannya dan imam adalah pemimpin, dan orang

laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan wanita adalah

penanggung jawab atas rumah suami dan anaknya. Dan setiap kalian

adalah pemimpin dan setia kalian akan diminta peranggung jawaban

atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari).

9. Kemesraan, kebahagiaan, dan ketenangan hidup istri bersam suami

adalah sesuatu yang paling mahal dan tidak ada yang bisa

menandinginya walau dengan orang tua dan keluarga. Dengan modal

itu segala problem kejiwaan dan gangguan mental seperti kesepian

akibat jauh dari keluarga bisa terobati. Tidak sepantasnya seorang gadis

menolak lamaran laki-laki yang sesuai dan cocok baik dari sisi agama,

akhlak dan tabiat.

10. Memilih tetangga yang baik dan menjauhi tetangga yang buruk,

terutama menjauhkan istri dan anak sebab tetangga bisa memberi

pengaruh besar baik dari sisi kebaikan dan keburukan. Rasulullah telah

menafikan iman dari orang yang telah memberi rasa aman kepada

tetangganya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

8
‫ُ س َم هلال؟ الل انزي ٌَؤ‬ ‫َ ي ٍْ ٌَا‬ ‫ٔهلال ََل ٌُ ْؤ ُ ٍ‪ ،‬ل‬
‫َٔهلالِ ََل ٌُ ْؤ َ ِ‬ ‫َٔهلالِ ََل ٌُ ْؤ ِي‬
‫َي‬ ‫َس‬ ‫ِي ٍْ َم‬ ‫ِي‬
‫َ اج َِسُ َت َٕاِئم‬

‫‪9‬‬
Artinya : “Demi Allah ia tidak beriman, demia Allah ia tidak beriman

dan demi Allah ia tidak beriman. Ditanyakan : Siapakah wahai

Rasullah?, Beliau bersabda : Orang yang tetangganya tidak merasa

aman dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

11. Menghindarkan rumah tangga dari segala perkara yang menjadi sebab

terjadinya thalak. Baik sebab yang datang dari pihak suami, isteri,

keluarga atau pihak lain yang ingin membuat keruh suasana rumah

tangga.

12. Bermusyawarah dengan orang lain setelah menikah dan terjadi

pertengkaran serta percekcokan di antara suami dan isteri.

13. Mengambil pelajaran dari kasus dan peristiwa perceraian orang lain,

mempelajari berbagai sebab dan faktor yang mengakibatkan

percekcokan sampai terjadi perceraian, sebab orang yang berbahagia

adalah orang yang mengambil pelajaran dari peristiwa orang lain, dan

orang yang celaka adalah orang mengambil pelajaran dari peristiwa

yang menimpa diri sendiri.

14. Keyakinan seseorang bahwa dia selalu berada di pihak yang benar

sehingga tidak berusaha mencari kekurangan dan kesalahannya, serta

selalu marah melihat kekurangan yang lain dan tidak mau menerima

nasehat dan pengarahan orang lain, selalu berusaha membela diri atau

menyerang pihak lain, maka demikian itu membuka pintu percekcokan

dan pertengkaran serta enggan berdamai.

10
15. Menjauhkan diri dari pandangan yang diharamkan, karena yang

demikian itu merupakan panah iblis yang bisa menjerumuskan diri

kepada perbuatan haram, atau sang suami kurang puas dan

merendahkan isteri sehingga muncul percekcokan dan pertengkaran.

16. Telpon bisa menjadi sebab segala bentuk kehancuran dan musibah

rumah tangga, karena membawa hanyut wanita pelan-pelan ke dalam

kerusakan dan fitnah, hingga berani keluar rumah sesuka hatinya tanpa

ada yang mengawasi dan memantau, serta tanpa ditemani mahram

ketika pergi ke pasar atau rumah sakit atau yang lainnya, hingga timbul

berbagai musibah dan bencana yang menimpa manusia baik laki-laki

atau perempuan.

17. Bersikap wajar dalam mengawasi isteri dan selalu mengambil jalan

tengah antara memata-matai dan bersikap was-was dan antara sikap

lalai dan cemburu buta.

18. Seorang isteri wajib bersikap baik dan menaruh kasih sayang kepada

keluarga dan kerabat suami karena demikian itu bagian dari berbuat

baik kepada suaminya sehingga kecintaan suami kepadanya semakin

dalam.

19. Sikap merugikan atau memperkeruh rumah tangga baik dari pihak

suami atau isteri sebagai tanda hilangnya muru‟ah dan adab yang bisa

merusak popularitas dan nama baik pelakunya, sehingga dia menjadi

orang yang dibenci dan dijauhi baik dari kalangan orang dekat, orang

jauh, tetangga dan teman karib.

11
20. Termasuk langkah menghidupkan sunnah sahabat dan salafus salih

orang tua hendaknya melamar pemuda salih untuk puterinya dan

membantu meringankan beban biaya pernikahan, sebagaimana riwayat

dari Umar bin Khaththab, beliau berkata, “Saya datang kepada Utsman

bin Affan untuk menawarkan Hafshah maka ia berkata,” Saya akan

pikirkan dahulu”. Saya (Umar) menunggu beberapa malam lalu ia

bertemu denganku dan ia berkata,” Untuk sementara saya tidak punya

keinginan untuk menikah”. Umar berkata,” Saya bertemu Abu Bakar

As Shiddiq dan saya berkata kepadnya,” Jika engkau setuju maka aku

akan menikahkanmu dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar terdiam

dan tidak memberi jawaban apa-apa. Aku menahan perasaan dari Abu

Bakar sebagaimana Utsman lalu setelah aku menunggu beberapa

malam Rasulullah melamar Hafshah dan saya menikahkan dia dengan

beliau. Lalu aku bertemu Abu Bakar dan dia berkata,” Barang kali

kamu kecewa denganku ketika engkau menawarkan Hafshah kepadaku

tapi aku tidak memberi jawaban apapun”. Umar berkata,” Aku

berkata,” Ya”. Abu Bakar berkata,” Bukan saya tidak mau menanggapi

tawaranmu, namun saya telah mengetahui bahwa Rasulullah pernah

menyebutnya dan aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah. Jika

seandainya Rasulullah tidak menikahinya maka aku akan menerima

tawaranmu itu”. [HR Bukhari].

12
21. Ketika seorang isteri tidak taat, membangkang dan berperangai buruk

maka sang suami boleh menggunakan kekuasaannya sesuai dengan

ketentuan syariat sebagai berikut:

Langkah pertama, memberi nasihat dengan baik.

Langkah kedua, jika tidak mau menerima nasihat maka ia boleh

mengangkat penengah untuk mendamaikan pihak yang sedang sengketa

sebagaimana firman Allah Q.S An-Nisa: 34-35 :

ٌْ ‫ََٔا َّلًِذ ذَ َ خ ٌَ ُ ُ ْ ٍَّ ُ ُ َ ُج ُ ْ ٍَّ فًِ ا ْن َ ضا َ ْ ض ُ ْ ٍَّ فَ ِئ‬


‫ُِٕشت‬ ‫جغ ٔا‬
ِ ِ ًَ ‫ش فَ ِؼ ظ ْ ٍَّ ا ُٔش‬
ٕ ُ‫اف‬
ٕ
ٕ َ‫ص‬

‫ِ ٓ ًَا‬
‫َكث ًشا َ ِ خ ِ َ ق‬ٍِ َ ‫َ س ٍِثالً َّ ٌ َكا‬ ٍَّ َ‫أَ َط ْ ُؼ َ ُكى َفَال َذ ْثغُٕا َ ػه‬
َ ‫ ِإ ْفُر ْى‬،
َ‫شم ت‬ ‫ػ‬ ‫إ هلال‬ ٍْ
‫ا‬ ‫ٍِهًّا‬

َ ٌ َّ ٓ ُ ‫َفا تْ ؼَ ُٕثا َح ِ ْ ٍ ْ ْ َٔ َح ِ ْ ٍ ْ َ ٓآ إٌِ ٌُ ٌِش َذآ إِ ْ ًحا ك هلال‬


‫هلال‬
ِ
‫َت ًَآ إ‬ ‫َِٕف‬ ‫صا‬ ْ ‫َك ًًا ّ أ ِه ِّ َك ًا ّ أ‬
َ‫ل‬ ‫ي ِه‬ ‫ي‬

ٍِ َ ‫َ كا َ ػ‬
‫خث ً اش‬
‫ٍِه ًًا‬

Artinya : “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka

nasehatilah maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di

termpat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka

mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk

menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya, maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dan

seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu
13
bermaksud mengadakan perbaikan niscaya Allah memberi taufik

kepada suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal“.

14
22. Meskipun Islam memberi kekuasaan bagi laki-laki untuk menjatuhkan

sanksi kepada isteri, namun Islam juga memberi peringatan keras

kepada kaum laki-laki agar tidak menyalahgunakan kekuasaan tersebut,

dan menghindari sebisa mungkin sanksi pukulan. Nabi pernah

ditanya,”Apakah hak isteri atas suami?” Maka Beliau Shallallahu

„alaihi wa sallam bersabda :

‫س ْٕا إرَا ا َ ٔ َل ْ ْ ب ْ ٔ ََل ُذ مَث َٔ ََل‬


َ َ ِ ْ ُ َٔ ‫أَ ٌْ ذ ْ ط ِؼًٓاَ َ ط‬
‫ْح‬ ‫ذ ض ان َٕ ج‬ ‫ْكرَ س‬ ‫إِرَا ِؼ ًْ ذَ ْك‬
َّ ‫َد‬ ‫َد‬
‫ِش‬

َ ‫ٓذجش َإ َّل ًف‬


‫انث ٍْ ِد‬

Artinya : “Jika kamu makan berilah dia makan, bila kamu berpakaian

berilah dia pakaian, jangan memukul bagian wajah, jangan mencela dan

janganlah kamu mendiamkan kecuali di rumah saja“. (HR Ahmad,

Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda :

ِّ ‫ َ ضا َ ِ ي ٍْ آ ِخ ِش ٌَ ْٕ ِي‬،‫ٌ ًؼذ أ َ ح ُذ ْ ج ِه ُذ ا ج ْه َذ ان َؼ ْث ِذ‬


ِ
‫ؼ ٓا‬
ُ ‫َفهَ َؼهَُّ ِج‬ ‫ْي َشأَ َذ‬ ‫ُك ْى ف‬

Artinya : “Di antara kalian ada yang sengaja mendera isterinya seperti

mendera budak lalu tidur bersama dengannya di akhir harinya“. (HR

Muttafaqun alaih).

2.2 Penyebab Konflik Rumah Tangga

Konflik-konflik dalam perkawinan yang menyebabkan keretakan hubungan

suami-istri atau bahkan menyebabkan perceraian, biasanya bersumberkan pada

kepribadian suami istri dan hal-hal yang erat kaitannya dengan perkawinan.4
15
4
Nurul Atieka, “Mengatasi Konflik Rumah Tangga (Studi BK Keluarga)”, Jurnal
GUIDENA, Vol.1, No.1, (September, 2011), hlm. 46-50.

16
1. Konflik yang bersumber pada kepribadian pada umumnya :

a. Ketidak matangan kepribadian

Cinta suami istri hanya dapat menjamin kebahagiaan dan

kelanggengan satu perkawinan, kalau benar-benar diamalkan

dalam kehidupan sehari-hari. Justru di sinilah letak kesulitannya,

sebab masih ada faktor lain yang dapat menghambat terwujudnya

cinta suami istri. Kalau salah satu atau kedua belah fihak memiliki

kepribadian yang belum matang atau belum dewasa dalam arti

belum mempunyai tanggung jawab, masih suka ikut-ikutan (tidak

punya prinsip) masih suka memburu kesenangannya sendiri

kemungkinan akan menyebabkan permasalahan dalam perkawinan.

Maka diharapkan calon suami istri yang akan mengikat

perkawinan, sudah memiliki kepribadian yang matang dalam arti

kepribadian yang mampu melaksanakan tugas dan panggilan hidup

atas tanggung jawab sendiri. Ia sudah tidak menjadi tanggung

jawab orang tua, sudah dapat memimpin diri sendiri, mengurusi

persoalan-persoalan hidupnya sendiri, dan bertanggung jawab atas

nasib orang-orang yang menjadi tanggungannya, punya gambaran

diri atau citra diri positif.

b. Adanya sifat-sifat kepribadian yang tidak cocok untuk menjalin

hubungan perkawinan

Watak-watak kepribadian yang tidak cocok untuk menjalin

hubungan perkawinan dan apabila ini dimiliki sepasang suami istri

17
maka akan terjadi konflik dalam kehidupan perkawinannya,

misalnya egois, tertutup, keras kepala, mudah tersinggung,

defensif, berusaha membenarkan atau menutupi kesalahannya,

selalu curiga, kurang percaya diri. Apabila sifat ini dibawa dalam

kehidupan perkawinan maka akan menimbulkan konflik,

kejengkelan, kebencian dan tidak jarang membuat perkawinan

berantakan.

c. Adanya kelainan mental

Kelainan mental yang mudah memicu konflik perkawinan

adalah perilaku abnormal, homosek, lesbian, psikosis, dan

sebagainya.

2. Konflik yang bersumber pada hal-hal yang erat kaitannya dengan

perkawinan :

a. Keuangan

Keuangan dapat menimbulkan konflik kalau ada perbedaan

pendapat antara suami-istri tentang makna uang bagi mereka, kalau

penghasilan tidak stabil, salah satu atau keduanya tidak terbuka

mengenai pemasukan dan pengeluaran, kalau salah satu atau

keduanya tidak bijaksana dalam membelanjakan uang.

Agar keuangan tidak menjadi penyebab konflik dalam

keluarga maka harus diuasahakan adanya ekonomi keluarga yang

stabil.yaitu dilaksanakannya :

18
 Keluarga sebagai unit usaha

Keluarga sebagai unit usaha bertugas untuk menjaga

agar pemasukan lebih besar dari pengeluaran. Kalau hal

ini disebabkan karena faktor kurangnya pendapatan

keluarga maka perlu diusahakan penghasilan tambahan

agar paling tidak kebutuhan pokok terpenuhi. Namun

kalau disebabkan karena kurangnya perhitungan dalam

membelanjakan uang, maka perlu diadakan pengaturan

keuangan keluarga yang lebih baik.

 Perencanaan anggaran keluarga

Anggaran keluarga perlu dibuat untuk menstabilkan

keuangan. Perencanaan ini mencoba memperhitungkan

dengan matang penghasilan yang diterima dan membagi-

baginya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga

ada jaminan semua kebutuhan terpenuhi. Suami-istri harus

membuat prioritas kebutuhan, sehingga diketahui

kebutuhan primer, skunder dan tertier.

Semua pendapatan dan pengeluaran perlu dicatat

untuk memudahkan pengontrolan dan bisa dijadikan bahan

penyusunan anggaran berikutnya. Disiplin dalam

menjalankan anggaran akan meningkatkan kesejahteraan

keluarga dan menghindarkan pemakaian anggaran yang

tidak perlu.

19
 Keterbukaan dalam hal keuangan

Perencanaan anggaran keluarga dan pelaksanaanya,

hanya mungkin terwujud kalau ada keterbukaan diantara

suami istri. Keterbukaan dalam hal keuangan dapat

menghindarkan salah faham dan kecurigaan antar anggota

keluarga, sehingga kehidupan keluarga menjadi lebih

tenang.

b. Kehidupan social

Kehidupan sosial dapat menimbulkan konflik kalau suami

istri mempunyai temperamen sosial yang berbeda, kalau salah satu

kurang mengerti kebutuhan sosial pasangannya, kalau salah satu

atau kedua belah fihak menggunakan kegiatan sosial untuk

menutupi ketidak puasannya terhadap situasi keluarga. Untuk

menghindarkan semua itu maka perlu kesadaran suami-istri akan

pengetahuan tentang hak dan kewajiaban masing-masing, dan

kesediaan untuk melaksanakannya, dan ada kehendak untuk

membahagiakan pasangan, kesetiaan dan penyerahan diri secara

total.

c. Pendidikan anak

Pendidikan anak dapat menimbulkan konflik kalau suami

istri memiliki perbedaan prinsip dalam mendidik anak, dan kalau

salah satu atau keduanya bersikap pilih kasih Suami-istri

20
hendaknya bersepakat, satu kata, bersikap sama dalam mendidik

anak dan setia dalam melaksanakan kesepakatan tersebut.

d. Masalah agama

Kalau suami istri berbeda agama maka bisa menimbulkan

akibat :

 Tidak adanya kebersamaan dan sharing dalam hal-hal

yang prinsip, menimbulkan kesepian, kekosongan, dan

frustasi yang mendalam. Apalagi kedunya sama kuat

berpegang pada agamanya, konflik hebat tak terhindarkan.

 Setelah punya anak, dapat terjadi perbedaan pendapat

tentang agama yang harus dianut anaknya dan dapat

membingungkan anak.

 Dapat juga terjadi ketegangan dengan mertua dan saudara-

saudara ipar, sehingga merasa terasing dari keluarga

pasangan.

Dalam memilih pasangan hidup hendaknya yang seiman,

sehingga semua permasalahan keluarga dapat diselesaikan dengan

mempedomani tuntunan agama.

e. Hubungan dengan mertua dan ipar

Hubungan dengan mertua dan ipar dapat menimbulkan

konflik kalau tidak ada kesatuan terhadap orang tua dan ipar kedua

belah pihak, kalau salah satu atau keduanya sangat tergantung pada

orang tuanya atau merasa mempunyai tanggung jawab penuh

21
terhadap kakak-adiknya. Untuk memasuki kehidupan keluarga

suami istri harus sudah bisa mandiri dan berusaha mempersatukan

dua keluarga dari suami-istri tersebut. Masing-masing menyadari

akan batas-batas tanggung jawab terhadap keluarga asal.

f. Penyelewengan dalam hubungan seksual

Penyelewengan dalam hubungan seksual dapat menimbulkan

konflik berat bagi suami istri, bahkan kadang berakhir dengan

perceraian atau pisah kebo, kalau fihak yang menjadi korban tidak

bisa memaafkan dan mempercayai pasangannya. Penyelewengan

hendaknya dihindari, dan kalau sudah terlanjur hendaknya segera

diakhiri, serta bangun kepercayaan pasangan. Bangun komunikasi

yang baik yang akan bisa memecahkan segala permaslahan.

g. Ketidak Puasan seksual

Ketidak puasan seksual dan buruknya hubungan suami istri

merupakan lingkaran setan yang tak berujung dan berpangkal.

Ketidak puasan dalam hubungan seksual akan berakibat pada

hubungan suami-istri dan buruknya hubungan suami istri akan

membawa akibat pula dalam hubungan seksual.

Penyebab ketidak puasan hubungan suami istri antara lain :

 Anggapan yang salah mengenai aktifitas seksual. Misal :

dalam hubungan seksual yang harus aktif adalah pria,

sehingga kalau perempuan menginginkan harus menunggu

ajakan pria. Demikian pula bahwa membiacarakan seks

22
adalah tabu. Kalau ada permasalahan seksual antara suami

istri tabu untuk dibicarakan. Sehingga tidak ada

pemecahannya. Antara suami istri hendaknya terbuka

tentang semua permasalahan termasuk permasalahan seks

dan berusaha memenuhi kebutuhan keduanya.

 Hambatan psikologis dan fisik Rasa takut yang berlebihan

akan kehamilan bias menyebabkan istri tidak mampu

memberikan respon seksual seperti yang diharapkan

suami, sehingga istri tidak dapat menikmati dan

mengecewakan suami. Ketakutan akan kegagalan dalam

hubungan seks yang biasanya diderita oleh suami, dapat

mengakibatkan kegagalan yang sesungguhnya. Sehingga

kedua belah fihak merasa tidak puas. Demikian pula

hambatan fisik yang berbentuk kelainan-kelainan seksual,

seperti impotensi, homoseks, sadisme atau masosisme dan

lain sebaginya dapat merusak keserasian hubungan seksual

suami istri. Untuk itu diperlukan usaha yang sungguh-

sungguh agar semua beban psikilogis dan penyakit fisik

terbebaskan.

2.3 Penyelesaian Konflik dalam Rumah Tangga

Suatu konflik keluarga yang sedang terjadi dapat berdampak positif maupun

negative tergantung dari cara, sikap, dan pola pikir dalam mengelolanya. Konflik

keluarga bagaimanapun bentuknya harus dihadapi, diselesaikan dan dicari

23
solusinya. Konflik keluarga yang bersifat negatif jika tidak segera di atasi dapat

menyebabkan situasi atau hubungan keluarga semakin memburuk, oleh karena itu

perlu dilakukan strategi-strategi dalam menyelesaikan konflik tersebut yakni

dengan pendekatan resolusi konflik.

Resolusi konflik yang dalam Bahasa inggris yakni conflict resolution

memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut beberapa para ahli yang fokus

meneliti tentang konflik. Menurut Fisher resolusi konflik adalah suatu usaha

untuk menangani sebab-sebab konflik serta berusaha untuk membangun hubungan

baru yang dapat bertahan lama di dalam kelompok-kelompok yang mengalami

konflik. Sedangkan menurut Weitzman dalam Morton and Coleman,

mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan masalah

bersama (solve a problem together). Dari kedua definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa resolusi konflik merupakan suatu cara atau proses yang

dilakukan pihak-pihak yang berkonflik dalam menyelesaian masalah yang sedang

dihadapi.5

Menurut Wirawan, metode resolusi konflik dapat dikelompokkan dalam dua

strategi yakni pengaturan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat konflik (self-

regulation) atau melalui intervensi pihak ketiga (third party intervention). Resolusi

konflik dengan pengaturan sendiri dapat dilakukan jika kedua pihak yang

berkonflik ingin berupaya menyelesaikan sendiri konfliknya. Pihak-pihak yang

terlibat konflik saling melakukan pendekatan atau negosiasi dalam menyelesaikan

konflik untuk mendapatkan keluaran konflik sesuai dengan yang diharapkan.


5
Haryati. “Penyesuaian pernikahan dan Model Resolusi Konflik pada Menantu
Perempuanyang Tinggal Serumah dengan Mertua”. Jurnal Psikoborneo. Vol. 5, No.4, (2017),
hlm. 836.

24
Adapun pendekatan yang dapat dilakukan dalam metode pengaturan sendiri yaitu

pendekatan kolaborasi atau kompromi, pendekatan mengalahkan lawan, dan

pendekatan menghindar. Untuk menyelesaikan sebuah konflik tidak terpaku pada

satu pendekatan saja melainkan bisa dengan menggabungkan beberapa

pendekatan, hal ini di sesuaikan dengan situasi konflik sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.6

Metode resolusi konflik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik

dapat juga dengan melibatkan pihak ketiga. Metode ini sering digunakan ketika

pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mampu menyelesaikan konflik yang

dialami atau tidak mau mengalah. Intervensi pihak ketiga sering kali lebih

bermanfaat jika kedua belah pihak tidak mampu menyelesaikan konflik mereka,

pihak ketiga bisa bersikap pasif dengan menunggu pihak yang terlibat konflik

meminta bantuan, atau dapat bertindak aktif dengan membujuk kedua belah pihak

untuk menyelesasikan konflik.7

Menurut Firtzpatrick, ada empat cara pasangan dapat menyelesaikan konflik

dalam perkawinan.yaitu menghindari konflik, mengalah, diskusi, dan

kompetensi.8 Menghindari konflik dilakukan dimana pasangan memunculkan

perilaku yang dapat menghindari mereka dari konflik yang berkelanjutan, dengan

cara mengalihkan pembicaran dari permasalahan yang sedang dibahas. Mengalah

dilakukan dengan cara salah satu pasangan mengalah terhadap pasangannya tanpa

6
Wirawan. Keluarga dalam Dunia Modern, Tantangan dan Pembinaannya. (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2016), hlm. 177.
7
Anggi Yus Susilowati dan Andi Susanto, “Strategi Penyelesaian Konflik dalam Keluarga
Di Masa Pandemi Covid-19”, Hasanddin Journal Of Sociology (HJS), Vol. 2, No. 2, (2020), hlm.
95.
8
Eva Meizara Puspita Dewi dan Basti, “Konflik Perkawinan dan Model Penyelesaian
Konflik Pada Pasangan Suami Istri”, Jurnal Psikologi, Vol. 2, No. 1, (Desember, 2008), hlm. 49.

25
menyelesaikan konflik yang terjadi. Diskusi dilakukan dengan tujuan untuk

mencari alternative yang paling dapat memuaskan aspirasi kedua bela pihak.

Kompetensi salah satu pasangan akan berusaha agar pendapatnyalah yang

digunakan dalam menyelesaikan konflik. Pada kompetensi, salah satu pasangan

mencari-cari kesalahan atau menyalahkan pasangan, atau dapat juga dengan cara

membujuk/merayu pasangan bahkan dengan cara memaksa secara langsung,

sehingga pada akhirnya pasangannya akan mengalah.

Sedangkan menurut islam, islam telah menetapkan syariat yang

mengandung berbagai macam mutiara hikmah, pengarahan dan solusi bagi

berbagai macam permasalahan dalam pernikahan, sehingga suami dan isteri bisa

menikmati hidup bahagia bersama, dan masing-masing merasa tenang dan

tenteram asal semua pihak mau merealisasikan ajaran Islam.9

Penyebab-penyebab konflik tersebut sebisa mungkin dihindari dan

bagaimana cara mengatasi konflik keluarga terutama dalam pandangan islam

yaitu:10

1. Bicarakan masalah yang muncul diwaktu yang tepat dan usahakan agar

saat membicarakan masalah tersebut tidak dalam keadaan marah. Setiap

masalah pasti ada solusinya dan hanya perlu dibicarakan dengan baik.

Sebaiknya hindari membicarakan masalah yang berat saat larut malam

9
Almanhaj, Solusi Menghadapi Problem Rumah Tangga Sesuai Ajaran Islam,
https://almanhaj.or.id/2865-solusi-menghadapi-problem-rumah-tangga-sesuai-ajaran-islam.html,
diakses pada 7 November 2022.
10
Redaksi Dalamislam, Konflik dalam Keluarga – Penyebab dan Cara Mengatasinya,
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/konflik-dalam-keluarga, diakses pada 7
November 2022.

26
atau saat pasangan maupun anak sedang melakukan aktifitas yang lain,

hal ini bisa memicu timbulnya konflik baru dalam keluarga.

2. Usahakan agar anda membicarakan masalah dengan lemah lembut dan

tanpa kata-kata yang bisa menyakiti hati anggota keluarga yang akan

anda ajak bicara dan berterusteranglah. Jangan berbohong (baca bahaya

berbohong) memaki, menyebut nama dengan nada yang keras maupun

melakukan kekerasan fisik. Hal tersebut tidak akan menyelesaikan

masalah justru akan memperparah konflik yang sedang terjadi. Ingatlah

juga bahwa seorang istri harus selalu menuruti perintah suaminya karena

hal itu adalah salah satu kewajiban istri terhadap suami dan hukum

melawan suami menurit islam adalah haram.

3. Pikirkan jalan keluar yang terbaik yang bisa diambil oleh semua pihak

dengan saling menghormati pendapat masing-masing. Bila perlu

mintalah nasihat mediator atau orang lain yang kiranya cukup

berpengalaman dan dianggap memiliki kemampuan untuk meredakan

masalah yang terjadi dengan mengambil jalan tengah.

4. Lakukan hal yang telah disepakati bersama dan berusahalah untuk

menepatinya karena jalan keluar yang telah disepakati bersama adalah

keputusan terbaik yang bisa diambil untuk menyelesaikan konflik dalam

rumah tangga dan berusahalah untuk selalu membangun rumah tangga

dalam islam dan dilandasi dengan dasar agama yang kuat.

5. Istri yang nusyuz hendaknya diberi nasihat oleh suami dan jika perlu

suami dapat memberikannya hukuman agar ia bisa kembali kejalan yang

27
benar dan memiliki ciri-ciri istri shalehah sebagaimana firman Allah

dalam surat An Nisa ayat 34 yang berbunyi :

ٍْ ‫َ ػ ٍض َّٔتِ ًَٓا َا َْفَمُ ِ ي‬ َ ُ‫ّٰهلال‬ َّ ‫َان ِ ّش َ ُ ل لَ َّٕا َ ػهَى َ س ۤا ِء‬


‫ْٕا‬ ‫ٰ هى ت‬ ‫ِت ًَا فَ ض َت ْؼ ض‬ ‫اُن‬ ٌَ ْٕ ‫ُي‬ ‫ج‬
‫ْؼ‬ ‫ُٓ ْى‬ ‫ا‬
‫َم‬

ٍَّ ُ
ْ
ُ ٌَ ‫ّٰهلالُ ْ ً َ خا‬ َ ِ ‫ٰ ٌد‬ ‫َا ْي َٕا ِن ِ ٓ ْى ه ُ د‬
ْٕ ‫ش‬ ُ‫َٔانهر ذ ف‬ ‫ح ِنّ ْهَغ ٍْ ة ت ح‬ ‫فَان ص‬
‫ُِٰل ٰر‬
‫َص‬ ‫ًَا ِف‬ ‫ِف‬ ‫ٌد‬ ‫ِه‬
‫َظ‬ ‫ٰظ‬ ‫ٰح‬

ٍَّ َ ٌ ْ ۚ ٍَّ ْ ُ ْ َ ‫فَ ِؼ ُ ُ َ ُ ُ ْ ٍَّ ِفى ا َ ضا‬


‫َ ط ْؼَُ ُك ْى ف َ ػه‬
ٍْ ‫َال ذَ ْثغُ ْٕا‬ ‫جغ ٔا ض فَ ِا ا‬ ِ ِ ًَ ‫ْن‬ ‫ظ ْ ٍَّ ا ج‬
ْٕ ‫ِشُت‬ ْٔ‫ُش‬ ْٕ

‫َكث ٍْ ً اش‬
ِ َ ‫سث ٍْ ًال ۗا ٌَّ ه َكا‬
ِ َ
‫ػ‬ ‫ّٰ ل‬
‫ٍِهًّا‬ ‫َا‬

Artinya : “Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah

telah melebihkan sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (pria) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka. Maka dari itu, wanita yang salihah ialah yang taat kepada Allah

subhanahu wa ta‟alaagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,

karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kalian

khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka

di tempat tidur, dan pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian,

janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.

Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besar.”

28
Meskipun demikian suami tetap tidak boleh melakukan kekerasan fisik

seperti memukul dengan keras, menampar wajahnya dan hal lain yang

bisa menyakiti istrinya sebagaimana hadist berikut : “Kamu harus

memberi makan kepadanya sesuai yang kamu makan, kamu harus

memberi pakaian kepadanya sesuai kemampuanmu memberi pakaian,

jangan memukul wajah, jangan kamu menjelekannya, dan jangan kamu

melakukan boikot kecuali di rumah.” (HR. Ahmad)

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah hendaknya

kita menghindari konflik dalam rumah tangga. Adapun upaya yang harus kita

lakukan untuk menghindari konflik dalam rumah tangga adalah sebelum menikah

hendaknya berfikir masak-masak, mempelajari ilmu yang bermanfaat, beramal

shaleh, bersikap lapang dada untuk menerima kekurangan dan kelemahan masing-

masing serta berusaha menumbuhkan rasa kasih saying dan sikap pemaaf, bagi

orang yang hendak menikah hendaknya hati-hati dalam mencari jodoh hingga

menemukan calon yang benar-benar cocok yang sesuai dengan harapannya,

sehingga mampu mewujudkan kehidupan damai, bahagia dan tentram,

menerapkan ajaran islam dalam rangka untuk memelihara dan menjaga keutuhan

rumah tangga serta merasa tanggung jawab terhadap pendidikan agama keluarga,

dan kemesraan, kebahagiaan, dan ketenangan hidup istri bersam suami adalah

sesuatu yang paling mahal dan tidak ada yang bisa menandinginya walau dengan

orang tua dan keluarga.

Konflik-konflik dalam perkawinan yang menyebabkan keretakan hubungan

suami-istri atau bahkan menyebabkan perceraian, biasanya bersumberkan pada

kepribadian suami istri dan hal-hal yang erat kaitannya dengan perkawinan.

Menurut Firtzpatrick, ada empat cara pasangan dapat menyelesaikan konflik

dalam perkawinan.yaitu menghindari konflik, mengalah, diskusi, dan kompetensi.

30
Sedangkan menurut islam, islam telah menetapkan syariat yang mengandung

berbagai macam mutiara hikmah, pengarahan dan solusi bagi berbagai macam

permasalahan dalam pernikahan, sehingga suami dan isteri bisa menikmati hidup

bahagia bersama, dan masing-masing merasa tenang dan tenteram asal semua

pihak mau merealisasikan ajaran Islam.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada makalah ini, mudah-

mudahan para pembaca dapat memahami mengenai pembahasan ini yaitu Konflik

Rumah Tangga. Dan diharapkan kepada pembaca dapat memberikan saran dan

kritik yang membangun kepada kami selaku penulis.

31
DAFTAR PUSTAKA

Almanhaj. Solusi Menghadapi Problem Rumah Tangga Sesuai Ajaran Islam.


https://almanhaj.or.id/2865-solusi-menghadapi-problem-rumah-tangga-
sesuai-ajaran-islam.html.

Arisman. 2021. Bimbingan Keluarga. Depok : Kalimedia.

Atieka, Nurul. 2011. “Mengatasi Konflik Rumah Tangga (Studi BK Keluarga)”.


Jurnal GUIDENA. Vol.1. No.1.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:


Pusat Bahasa.

Dewi, Eva Meizara Puspita dan Basti. 2008. “Konflik Perkawinan dan Model
Penyelesaian Konflik Pada Pasangan Suami Istri”. Jurnal Psikologi. Vol.
2. No. 1.

Ghany, Abdul. 2020. “Konflik Rumah Tangga Dalam Al-Quran”. Jurnal Rausyan
Fikr. Vol. 16. No.2.

Redaksi Dalamislam. Konflik dalam Keluarga – Penyebab dan Cara


Mengatasinya. https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/konflik-
dalam-keluarga.

Haryati. 2017. “Penyesuaian pernikahan dan Model Resolusi Konflik pada


Menantu Perempuan yang Tinggal Serumah dengan Mertua”. Jurnal
Psikoborneo. Vol. 5 No. 4.

Wirawan. 2016. Keluarga dalam Dunia Modern, Tantangan dan Pembinaannya.


Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Anggi Yus Susilowati dan Andi Susanto. 2020. “Strategi Penyelesaian Konflik
dalam Keluarga Di Masa Pandemi Covid-19”. Hasanddin Journal Of
Sociology (HJS). Vol. 2. No. 2.

iii

Anda mungkin juga menyukai