MENURUT AL-QUR’AN
Oleh :
DR. H. TAUFIK ABDILLAH SYUKUR, MA
HJ. SITI RAFIQOH, STH.I, M.AG
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul:
“Manajemen Konflik Keluarga Menurut al-Qur’an”.
Setiap keluarga pasti terdapat konflik. Konflik tidak selalu negatif. Yang
membuat konflik berdampak negatif adalah cara menyikapi dan memahaminya.
Disinilah dibutuhkan manajemen konflik agar konflik menjadi kontrol dan bahan
evaluasi, dengan mencari cara untuk menekan ketegangan, meredam letupan maupun
ledakan dan menghindari sebab-sebab pemicunya. Selain itu, membuktikan
pentingnya pengelolaan konflik dalam keluarga dan sumber-sumbernya secara baik
sehingga apapun yang ada, situasi, gejala dan reaksi yang timbul akan menjadi sebuah
potensi kebaikan dan kebahagiaan dan bukan sebaliknya.
Maka dari itu, dalam buku ini penulis akan berusaha untuk menguraikan
secara detail tentang konflik yang terjadi pada keluarga seperti nusyuz isteri atau
suami. Kemudian penulis akan mencari tentang manajemen konflik keluarga guna
mencari solusi, upaya mengatasi dan mencegah terjadinya konflik menurut al-Qur’an.
Untuk mendapatkan ketentraman dalam keluarga, maka al-Qur’an menetapkan aturan
main berupa hak dan kewajiban berkeluarga yang harus dijalankan. Dalam
kenyataannya, aturan tersebut bisa berjalan dengan baik dan juga berjalan tidak baik.
Aturan yang tidak berjalan dengan baik terkadang menimbulkan konflik. Dalam
menghadapi konflik maka dibutuhkan manajemen. Manajemen yang buruk
menyebabkan penanganan konflik yang tidak produktif. Dampaknya keluarga tidak
stabil dan menyebabkan ketidakbahagiaan dan bisa berakhir di perceraian. Sedangkan
jika semuanya berjalan dengan baik bisa saja terdapat konflik, namun disikapi dengan
manajemen yang baik pula dan melahirkan penanganan konflik yang produktif.
Sehingga rumah tangga tetap stabil dan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah
wa rahmah.
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1
Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami (Tatanan dan Peranannya Dalam
kehidupan Masyarakat), Surakarta: Era Adicitra Intermedia, 2011,Cet. Ke-7, hal. 281.
3
وه َّن ِآَّ أَن ِ وه َّن لِتَ ْذ َهبُوا بِبَ ْع
ُ ُُ ُض َمآءَاتَ ْْ ت
ِ ِ
ُ ين ءَ َامنُوا الَيَح ُّل لَ ُك ْم أَ ْن تَ ِرثُوا الن َسآءَ َك ْرًها َوالَ تَ ْع
ُ ُضل
ِ َّ
َ يَاأَيُّ َها الذ
وه َّن فَ َع َسى أَن تَ ْكَرُهوا َشْْ ئًا َويَ ْج َع َل اللهُ فِ ِْه َخْْ ًرا ِ
ُ ُُ ُوه َّن بِالْ َُ ْع ُروف فَِإن َك ِرْهت
ِ ٍ ٍ ِ
ُ ْن بَِفاح َشة ُّمبَ ِْنَة َو َعاش ُر
ِ
َ يَأْت
َكثِ ًْرا
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan
mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”2
Al-Qur’an memberi solusi tentang penyelesaian konflik dalam keluarga,
diantaranya terdapat dalam surah an-Nisa, Allah swt berfirman:
2
QS. 4:19
4
3
QS. 4:34-35
4
Ali bin Ahmad al-Wahidi, Asbab Nuzul al-Qur’an, Beirut: Daar al-Kutub al-Alamiyyah, 1991,
h. 155.
5
ini membolehkan memukul istri yang tidak taat kepada suaminya, dengan tujuan
mendidik dan mengingatkannya. 5
Dalam riwayat lain dijelaskan setelah datang wanita mengadu kepada Nabi saw,
kemudian Nabi saw berkata diberlakukan qishash kepada suami, Allah menurunkan
surat Thaahaa (20) ayat 114 :
5
Departemen Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta:Departemen Agama RI, 2009), cet. ke-
3, jilid 2, h. 162-163.
6
QS. 20 : 114
7
Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurtuby, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Beirut: Daar
al-Kutub al-Alamiyyah, 1993, jilid 3, h. 110.
6
suami dan istri untuk mendamaikan mereka. Dalam hal ini, ulama fikih sepakat
menyatakan bahwa kalau hakam (juru damai dari pihak suami dan istri) berbeda
pendapat, maka putusan mereka tidak dapat dijalankan dan kalau hakam sama-sama
memutuskan untuk mendamaikan suami dan istri kembali, maka putusannya harus
dijalankan tanpa minta kuasa (izin) mereka.
Menurut Imam Malik beserta pengikutnya dan Imam Ahmad bin Hanbal, hakam
boleh memisahkan suami dan istri tanpa meminta kuasa mereka, karena hakam
mempunyai wewenang untuk mendamaikan atau memisahkan suami dan istri
tersebut. Mereka berpendapat bahwa pemerintah juga berhak untuk menjadi hakam
dan putusannya harus dilaksanakan. Sementara Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan
sahabat-sahabat mereka menyatakan bahwa tindakan untuk memisahkan mereka
harus seizin suami, karena pemisahan atau penceraian tersebut sepenuhnya hak suami
atau orang yang diberi hak untuk mewakilinya. Disamping itu, Allah swt
mengembalikan islah ini atas usaha dan keinginan suami sebagaimana diisyaratkan
dalam surat al-Baqarah (2) ayat 228 :
tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” 8
Apabila akhirnya terjadi perceraian, Allah swt tidak menutup kemungkinan bagi
suami istri untuk bersatu kembali (rujuk). Apabila perceraian yang terjadi termasuk
talak raj’i dan istri masih dalam keadaan iddah, maka suami boleh kembali kepada
istrinya asal dengan niat untuk memperbaiki hubungan mereka, sebagaimana
dijelaskan dalam surat al-Baqarah (2) ayat 228 di atas. Adanya keinginan suami untuk
menggauli istrinya kembali, menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik,
menunjukkan hasrat suami untuk mengadakan islah dengan istrinya. 9
Dalam upaya menjamin kelestarian pernikahan ini, Allah swt telah menetapkan
berbagai peraturan, seperti menetapkan tiga tahapan talak. Ini dengan harapan pada
talak pertama suami-istri dapat saling menyadari kesalahan masing-masing dan
berusaha melakukan pendekatan.
Sayangnya, sekalipun berbagai tuntunan agama telah digariskan, tapi kasus
perceraian semakin meningkat dan tidak melulu terkait masalah ekonomi keluarga,
bahkan banyak perceraian yang terjadi pada orang-orang yang justru sudah mapan.
Sayangnya lagi, dalam kasus perceraian ini, suami-istri saling menjelekkan dan
membeberkan rahasia melalui media massa dan elektronik. Padahal Islam tidak
membenarkan rahasia-rahasia pribadi seseorang dibeberkan, selama rahasia itu tidak
membahayakan dan merugikan umat. Allah swt berfirman :
ِ اح َشةُ فِي الَّ ِذين ءامنُوا لَهم ع َذاب أَلِْم فِي الدُّنْْا واْأل
َخَرةِ َواللهُ يَ ْعلَ ُم َوأَنتُ ْم ِ ِن الَّ ِذين ي ِحبُّو َن أَن تَ ِشْع الْ َف
َ َ َ ُْ ََ َ َ ُ َ َّ
الَتَ ْعلَ ُُو َن
8
QS. 2:228
9
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1997, jilid
3, h. 740 – 741.
8
َم ْن َستَ َر ُم ْسلِ ًُا َستَ َرهُ اللَّهُ يَ ْوَم الْ ِقَْ َام ِة
Artinya: “Barangsiapa yang dapat menutupi rahasia saudaranya, maka Allah
swt akan menutupi rahasianya pada hari kiamat.” 11
Pada setiap keluarga pasti terdapat konflik. Konflik tidak selalu negatif. Yang
membuat konflik berdampak negatif adalah cara menyikapi dan memahaminya.
Disinilah dibutuhkan manajemen konflik agar konflik menjadi kontrol dan bahan
evaluasi, dengan mencari cara untuk menekan ketegangan, meredam letupan maupun
ledakan dan menghindari sebab-sebab pemicunya. Selain itu, membuktikan
pentingnya pengelolaan konflik dalam keluarga dan sumber-sumbernya secara baik
sehingga apapun yang ada, situasi, gejala dan reaksi yang timbul akan menjadi sebuah
potensi kebaikan dan kebahagiaan dan bukan sebaliknya.
Maka dari itu, dalam buku ini penulis akan berusaha untuk menguraikan secara
detail tentang konflik yang terjadi pada keluarga seperti nusyuz isteri atau suami dan
lain sebagainya. Kemudian penulis akan mencari tentang manajemen konflik keluarga
guna mencari solusi, upaya mengatasi dan mencegah terjadinya konflik menurut al-
Qur’an.
Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam tesis ini adalah mengenai
manajemen konflik keluarga menurut al-Qur’an. Untuk menjabarkan permasalahan
10
QS. 24:19
11
HR. Muslim, no. Hadits : 2262
9
BAB II
WAWASAN UMUM TENTANG KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga diartikan sebagai ibu dan
bapak beserta anak-anaknya; orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; sanak
saudar; kaum kerabat; satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. 12
Kata keluarga jika dilihat dari segi etimologi, maka kata keluarga berasal dari
dua kata, yakni kawula dan warga. Kawula berarti hamba dan warga berarti anggota.
Kedua kata ini mempunyai kesatuan makna dan arti. Jadi pengertian keluarga adalah
suatu kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada
kepentingan dan tujuan unit tersebut.13
Di dalam al-Qur’an sendiri, terminologi-terminologi yang digunakan untuk
mendeskripsikan keluarga dengan berbagai macam spesifikasinya amatlah beragam. 14
Tidak kurang dari 8 kosa kata mengilustrasikan ari kata keluarga. Kata-kata tersebut
adalah ahl, ‘aal, rahth, rukn, ‘asyirah, dzurriyah, dzu al-qurba dan dzu al-arham.
Sangat menarik, kata-kata tersebut selain mengindikasikan kekayaan bahasa yang luar
biasa dalam kebudayaan Arab, juga mengandung tanya mengapa Allah membutuhkan
istilah sedemikian banyak dan berbeda-beda untuk merujuk pada sebuah himpunan
individu-individu yang biasa disebut sebagai keluarga.15
Identifikasi terminologis seperti ini sebetulnya menjadi penting, mengingat
selama ini pembahasan menyangkut persoalan keluarga senantiasa diambil dari
bahasan-bahasan tematik dalam al-Qur’an. Adapun bahasan yang merujuk pada
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2001, Ed. 3, Cet. Ke-1, hal. 536.
13
Sofyan Sauri, Membangun Komunikasi dalam Keluarga (Kajian Nilai Religi, Sosial, dan
Edukatif), Bandung: PT Genesindo, 2006, cet. 1, h. 77.
14
Sukmadjaja Asyarie & Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pusaka, 1984), h. 101
15
Euis Laelasari, ed., Keluarga dan Implikasi Hukumnya dalam al-Qur’an, Jakarta: Dian
Rakyat, 2012, cet. 1, h. 284 – 285.
11
terminologi keluarga itu sendiri hampir belum pernah dilakukan. Padahal penting
sekali untuk mengetahui secara definitif: siapa sajakah sebetulnya subjek-subjek yang
sedang menjadi pokok pembicaraan di wilayah ini, sehingga batasan masalahnya
menjadi jelas dan implikasi secara hukumnya pun dapat dilihat secara korelasional.
Diantara kosa kata yang ada, kata ahl16 dan ‘asyirah17 sajalah mempunyai
implikasi hukum sangat jelas. Terminologi ‘asyirah yang merujuk pada arti keluarga,
terdapat dalam dua ayat yang mengilustrasikan ancaman dan peringatan yang sangat
tegas pada siapa pun yang mendahulukan keluarganya dari Allah dari Allah dan
Rasulullah, apalagi keluarga tersebut dalam posisi menetang Allah. Sebuah posisi
hukum yang tegas dalam al-Qur’an bahwa Allah dan Rasulullah harus ditempatkan di
tempat yang paling tinggi dan utama disetiap urusan umat Islam. Dengan
menyambungkan semua urusan manusia di dunia, termasuk urusan keluarga, semata
hanya karena Allah SWT.
Untuk terminologi ahl sendiri, dari sekitar 29 ayat dalam al-Qur’an, 22 ayat
diantaranya mengidentifikasi perjalanan para nabi dan rasul beserta keluarga mereka.
Sedangkan 7 ayat lainnya membahas persoalan hukum dan implikasinya terhadap
keluarga secara umum. Dalam terminologi Arab, ahl mempunyai arti al-‘Asyiirah wa
dzuu al-qurbaa yaitu anak-anak dari bapaknya dan orang terdekat. Terminologi dzuu
al-Qurbaa (orang terdekat) sendiri terdapat dalam tiga ayat, dan ketiganya
teridentifikasi pada posisi istri.
16
Telusuri arti bahasa ahl ini berikut identifikasi-identifikasi yang biasa meliputi kata ahl dalam
kamus bahasa Arab, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam (Beirut: Daar al-Masyriq), h. 20.
17
‘Asyirah mempunyai arti al-Qabiilah, yaitu anak-anak dari satu bapak atau anak-anak
bapaknya ke bawah, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, hal. 507
12
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َشدَّهُ َوأ َْوفُوا الْ َكْْ َل َوالُْ َْزا َن بِالْق ْسِ الَنُ َكل
ُ ْ َوالَتَ ْقَربُوا َم َال الَْْتْ ِم ِالَّ بِالَّتي ه َي أ
ُ َح َس ُن َحتَّى يَْب لُ َغ أ
18
QS. Al-Israa [17]:26
19
QS. Al-An’aam [6]:152
20
QS. As-Syuuraa [42]:23
13
Sebagai sebuah refleksi dari terminologi ahl secara hukum, ayat-ayat ini pun
menjelaskan kasus hukum secara transparan. Pertama, perintah untuk memberikan
hak orang terdekat, hak orang miskin dan lainnya, sebagaimana firman Allah (QS. al-
Israa [7]:26). Kedua, perintah untuk berkata dan berlaku adil pada orang terdekat (QS.
al-An’am [6]: 152). Ketiga adalah perintah untuk menyambungkan cinta kasih dalam
hubungan suami-istri (QS. al-Syuuraa [42]:23). Meskipun tidak ada perintah yang
jelas di ayat ini, tetapi Allah menggunakan bahasa yang begitu halus, "... Aku tidak
meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam
kekeluargaan (hubungan suami-istri)".21
Sebagai sebuah kesinambungan, secara spesifik keluarga (ahl) dari seorang
laki-laki dewasa adalah istrinya. Dengan demikian, elemen yang paling mendasar dari
ahl dalam struktur bahasa Arab adalah seorang laki-laki, istrinya dan anak-anak
mereka. Ada sebuah pararelisme pengertian sesungguhnya, dari definisi keluarga
dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, dimana keluarga (family dalam bahasa
Inggris) pun diartikan seorang laki-laki, istrinya dan anak-anak mereka.22 Meski pada
kenyataannya, keluarga juga dihubungkan dengan kelompok yang lebih besar yang
saling terkait antara satu sama lain di dalam kelompok tersebut seperti sepupu, cucu
dan seterusnya.
Berbeda dari struktur dalam Bahasa Indonesia, arti keluarga dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia lebih melihat bentuk karakteristik penghuni rumah. Keluarga
diartikan sebagai ibu dan bapak beserta anak-anaknya; orang seisi rumah yang
menjadi tanggungan; sanak saudar; kaum kerabat; satuan kekerabatan yang sangat
mendasar dalam masyarakat.23
Kesimpangsiuran makna seperti ini, sebetulnya bisa menjadi ujung pangkal dari
timbulnya persoalan-persoalan dalam keluarga di Indonesia. Struktur kekerabatan yag
21
Euis Laelasari, ed., Keluarga dan Implikasi Hukumnya dalam al-Qur’an, hal. 285 - 286
22
Adiwiyoto, English Dictionary for Speakers of Bahasa Indonesia, Jakarta: Kesaint Blanc,
1993, hal. 203.
23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 536
14
24
Euis Laelasari, ed., Keluarga dan Implikasi Hukumnya dalam al-Qur’an, hal. 287
25
Muqim Nabi Musa selama kurang lebih enambelas tahun atau lebih adalah sebagai maskawin
yang harus ia bayar untuk pernikahannya dengan dua puteri Nabi Syu’aib, masing-masing delapan
tahun menggembala kambing. Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, (Jakarta: Paramadina,
1995), 58-59.
15
26
Euis Laelasari, ed., Keluarga dan Implikasi Hukumnya dalam al-Qur’an, hal. 288
27
Dalam hukum Islam disebut mutakallifuun, Euis Laelasari, ed., Keluarga dan Implikasi
Hukumnya dalam al-Qur’an, hal. 288
16
Meski demikian ada dua ayat lain yang belum jelas ke mana arah hukum dan
siapakah posisi yang dimaksud dengan ahl, yaitu ketika Nabi Musa menginginkan
pendamping dari pihak ahl, dan ketika berdiri saksi dari pihak ahl wanita dalam kasus
tuduhan pelecehan yang dilakukan Nabi Yusuf. Pada kasus pertama, melalui
identifikasi beberapa ayat yang terhubung dengan persoalan ini (QS Thaahaa [20]
:94), orang yang dituju tentu saja adalah Nabi Harun. Persoalannya kemudian,
mengapa Nabi Harun teridentifikasi ahl Musa? Dia tidak berdiri sendiri sebagai ayah
Musa, tidak pula sebagai anak Nabi Musa, tetapi dengan jelas ayat di atas
menyebutkan bahwa Harun adalah saudara se-ibu dengan Nabi Musa. Hanya saja
disini, ia berdiri bukan sebagai saudara sekandung melainkan dalam posisi sebagai
keluarga seiman yang Nabi Musa kukuhkan melalui ‘aqd yang jelas. Adapun yang
dimaksud dengan berdiri saksi dari pihak ahl wanita dalam kasus tuduhan pelecehan
yang dilakukan Yusuf, maksud ahl di dalam ayat tersebut, bila tidak kembali pada
anak Zulaykha maka ia akan kembali pada suaminya.
Di samping ahl, ada terminologi lain yang digunakan untuk merepresentasikan
struktur dalam keluarga yaitu terminologi aal. Tentu saja digunakan dalam struktur
yang berbeda dari ahl. Dalam bahasa Arab aal diartikan ahl, tetapi terminologi ini
dikhususkan untuk memaknai kehormatan dan kemuliaan ‘orang-orang yang berada
di sekitar seseorang yang dimaksud’. Sebutlah seperti isi dari shalawat kepada
Rasulullah Saw, “... wa ‘ala alihi wa ashhabihi ajma’in”, terminologi aal yang
digunakan di sini juga sekaligus untuk memuliakan keluarga atau orang-orang yang
berada disekitar Rasulullah Saw. Tidak ada persoalan hukum berikut implikasinya
pada ayat ayat yang menggunakan terminilogi ini. Akan tetapi terdapat kurang lebih
5 keluarga yang dihubungkan dengan kata aal. Di antara keluarga nabi dan rasul yang
terminologi aal ini, yakni keluarga Nabi Luth, keluarga Nabi Ibrahim, keluarga Nabi
Musa, keluarga ‘Imran dan keluarga Nabi Ya’qub. Kecuali dengan rangkaian
kekerabatan Nabi Luth, keempat keluarga lainnya selain memiliki rangkaian kenabian
yang khas, juga memiliki jaringan kekerabatan yang signifikan yang dimulai dari
17
perjalanan Nabi Ibrahim. Dari penelusuran sejarah pun dapat dipastikan bahwa kelima
keluarga di atas mempunyai peran dan posisi istimewa di kancah sejarah kehidupan
umat manusia.28
Terminologi lain yang diidentifikasi mengacu pada arti keluarga dalam al-
Qur’an adalah rahth, rukn dan dzurriyyah. Terminologi rahth dalam al-Qur’an
dihubungkan dengan perjalanan ataua sirah Nabi Syu’aib, yang memiliki arti “qawn
al-rajul wa qabilatuhu” (sekumpulan laki-laki dewasa dengan anak-anak mereka).
Melihat strukturnya, terminologi rahth ini tidaka tepat dikategorikan dalam bahasan
keluarga. Struktur keluarga di sini terjadi dalam kapasitas hubungan bapak dan anak
yang masuk dalam perkumpulan atau klan yang sama an sich. Padahal terminologinya
mengacu pada sekumpulan laki-laki dewasa, karenanya penulis lebih cenderung
menyamakan dengan istilah klan, seperti klan Madyan. Tidak begitu jauh berbeda dari
rahth, terminologi rukn yang kurang tepat dikategorikan dalam bahasa keluarga. Awal
identifikasi terminologi ini tergambar melalui perjalanan Nabi Luth, yang dalam
sejarahnya dihadapkan pada struktur masyarakat yang kuat, yang kebetulan
mempunyai perilaku menyimpang yaitu prilaku hubungan antar jenis. Rukn sendiri
berarti ‘al-izz wa al-mana’ah’ (‘kekuasaan yang mengikat’), seperti sebuah hegemoni
masyarakat seperti inilah yang membuat Tuhan tidak bisa menunda adzabnya pada
kaum Luth.29
Bahasan yang signifikan lainnya adalah menyangkut terminologi dzurriyyah.
Dalam al-Qur’an tidak lebih dari 5 ayat menyebutkan kata dzurriyyah, yang
kesemuanya mengangkat tentang sebuah harapa besar pada keluarga dalam kategori
dzurriyyah ini. siapa sajakah mereka?. Dalam bahasa arab, dzurriyyah berarti “al-
rajul mutsallatsah al-dzal”; ini dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah
keturunan. Tidak ada pembahasan hukum berikut implikasinya menyangkut
terminologi ini. kecuali ayat yang menyatakan bahwa para nabi pun Allah berikan istri
28
Euis Laelasari, ed., Keluarga dan Implikasi Hukumnya dalam al-Qur’an, hal. 289
29
Ibid., hal. 290
18
30
Ibid., hal. 291
19
keluarga dengan landasan seperti ini disebut ahl. Kedua, terbentuknya keluarga
karena hubungan darah, yang disebut dzurriyyah dan ‘asyirah.
Keluarga yang dimaksud dalam tesis ini ialah ahl, yaitu terbentuknya keluarga
karena perbuatan hukum yaitu ‘aqd. ‘Aqd yang menjadi landasan terbentuknya ahl
disini adalah perkawinan. Jadi fokus pembahasan pada tesis ini hanya kepada konflik
suami istri.
ِ ِ ْ َالصالِ ِحْن ِمن ِعب ِاد ُكم وِمآئِ ُكم ِن ي ُكونُوا فُ َقرآء ي ْغنِ ِهم الله ِمن ف ِ ِ
ُضله َوالله ُ ُ ََُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َوأَنك ُحوا اْألَيَ َامى من ُك ْم َو
َو ِاسع َعلِْم
Artinya : Kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara, dan orang-orang
yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.31
Dasar berkeluarga juga diperjelas di dalam Hadits Rasulullah Saw :
31
QS. 24:32
32
HR. Ibnu Majah, no. Hadits : 1836
20
ث ِمْن ُه َُا ِر َجاالً َكثِ ًْرا ٍ َّاس اتَّ ُقوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَ َق ُكم ِم ْن نَ ْف
َّ َس َو ِاح َد ٍة َو َخلَ َق ِمْن َها َزْو َج َها َوب ُ يَاأَيُّ َها الن
الله َكا َن َعلَْْ ُك ْم َرقِْبًا ِ ِ
َ الله الَّذي تَ َسآءَلُو َن بِه َواْأل َْر َح َام ِ َّن
ِ
َ َون َسآءً َواتَّ ُقوا
Artinya : Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.34
Ayat diatas dapat dipahami bahwa tuntunan pengembangbiakan keturunan dan
tuntunan kebutuhan biologis telah dapat terpenuhi sekaligus, namun hendaknya di
ingat bahwa perintah ‘bertaqwa’ kepada Allah diucapkan dua kali dalam ayat tersebut,
33
QS. 30:21
34
QS. 4:1
21
35
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media,
2003) cet. ke-1, h. 18.
36
HR. Bukhari, no. Hadits: 4677
37
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: CV Akademika Pressindo,
2001, Cet. Ke-3, hal. 114
22
38
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 1 dan
2.
23
C. Persyaratan Berkeluarga
Perkawinan dalam Islam tidaklah semata-mata sebagai hubungan atau kontrak
keperdataan biasa, akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Maka, amatlah tepat jika
Kompilasi Hukum Islam menegaskan sebagai akad yang sangat kuat (miitsaqan
gholiidhan) untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Perkawinan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang
wajar, dan dalam ajaran Nabi, perkawinan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Di
dalam akhir hadits yang panjang, Rasulullah Saw bersabda :
39
Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarijan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No. 1/1974 sampai KHI, ed. I. (Jakarta: Kencana, 2006),
h. 54.
40
HR. Bukhari, no. Hadits : 4675
24
41
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000, Cet. Ke-
4, hal. 71 – 72.
42
Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, Maktabah al-Tijariyah
Kubra, Juz I, hal. 118.
25
ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari
orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
(4)Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu untuk menyataakan kehendaknya maka izin diperoleh dari wali,
yaitu orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan
darah dalama garis keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan
dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.
(5)Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam
ayat (2), (3) dan (4) pasal ini atau salah seorang atau lebih diantara mereka
tidak menyatakn pendapatnya, maka Pengadilan dalam daerah hukum tempat
tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang
tersebut, dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang
tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.
(6)Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku
sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari
yang bersangkutan tidak menentukan lain. Kemudian dalam Pasal 17 ayat
(1) disebutkan: Perkawinan hanya dizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudan mencapai umur 16
(enam belas) tahun. 43
D. Fungsi Keluarga
Untuk menciptakan keluarga yang sakinah-mawaddah-warohmah, tentu harus
memiliki ilmu pengetahuan tentang alam jagat raya ini, agar manusia dapat mengatur
diri nya sendiri tetap eksis dalam kehidupan dunia ini, dan memahami secara
43
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 6.
26
mendalam ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan disampaikan Allah
dalam al-Qur’an.44
1. Fungsi Keagamaan
Keluarga harus dibangun di atas fondasi yang kokoh, sedangkan tidak ada
fondasi yang lebih kokoh untuk kehidupan bersama melebihi nilai-nilai agama.
Karena itu, nilai-nilai tersebut harus menjadi landasan sekaligus menjadi pupuk yang
menyuburkan kelanjutan hidup kekeluargaan. Maka dari itu bagi calon suami sebelum
melakukan pernikahan hendaklan memilih istri karena agamanya bukan karena yang
lain. Rasulullah Saw bersabda :
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َتُْن َك ُح الْ َُ ْرأَةُ أل َْربَ ٍع ل َُال َها َول َح َسبِ َها َو َج َُال َها َولدين َها فَاظَْف ْر بِ َذا الدي ِن تَ ِرب
ت يَ َد َاك
Artinya : Wanita dikawin karena empat hal, karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, maka
akan memelihara tanganmu. 45
Rasulullah Saw bersabda :
44
Sofyan Sauri, Membangun Komunikasi dalam Keluarga (Kajian Nilai Religi, Sosial, dan
Edukatif), Bandung: PT Genesindo, 2006, cet. 1, h. 80
45
HR. Bukhari, no. Hadits : 4700
46
HR. At-Tabarani, Al-Mu’jam al-Aushat li at-Tabari, No. Hadits : 7862
27
ِ الله ِ َّن
الش ْرَك لَظُْلم َع ِظْم ِ ِوِ ْذقَ َال لُ ْقُا ُن البنِ ِه وهو يعِظُه ياب نَي الَتُ ْش ِرْك ب
َّ ُ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ
Artinya : (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".49
Allah Swt juga berfirman :
47
HR. Al-Bukhari, No. Hadits : 1296
48
M. Quraish Shihab, Perempuan, Ciputat: Penerbit Lentera Hati, 2009, cet. 5, h. 137-139
49
QS. 31:13
28
50
QS. 66:6
51
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an (Kalung Permata buat Anak-anakku), Jakarta:
Lentera Hati, 2011, Cet. Ke-8, hal. 165
52
QS. Ali ‘Imran [3]:104
29
anggotanya dapat melaju dengan kereta yang ditarik oleh dua kuda; kuda pertama
mencintai yang baru dan kuda kedua adalah berhati-hati—bukan takut—terhadap
yang baru. Mempertahankan yang lama yang masih baik perlu dilakukan dengan
penuh kehati-hatian. Ia baru diterima kalau memang lebih baik dan lebih bermanfaat
daripada yang lama. Tugas penyeleksian itu bermula dari keluarga, dan dibawah
bimbingan ibu bapak.53
53
M. Quraish Shihab, Perempuan, hal. 139
54
M. Quraish Shihab, Perempuan, hal. 140
55
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an ,hal. 166
30
Fungsi pembinaan cinta kasih tidak hanya terbatas antara suami dan istri, tetapi
juga antara orangtua dan anak-anak mereka, bahkan seluruh anggota keluarga.
Hubungan anak dan orangtua haruslah didasari oleh cinta kasih. Tanpa cinta dan
hubungan erat, bayi akan terhambat perkembangannya dan kehilangan kesadarannya,
bahkan menjadi makhluk idiot. Itu bisa terjadi walaupun fisiknya sempurna,
makanannya bergizi, dan hidup dalam lingkungan yang bersih. Situasi tempat
orangtua cekcok, bercerai, atau meninggal dunia sehingga cinta kasih tidak dirasakan,
jauh lebih merusak jiwa anak daripada yang disebabkan oleh penyakit.
Orangtua pun harus selalu ingat bahwa kewajiban anak untuk mengabdi kepada
keduanya tidak berarti tercabutnya kebebasan dan hak-hak pribadi anak. Bukan
kebajikan atau pengabdian—dalam pandangan agama—bila seorang anak harus
meninggalkan sesuatu yang baik untuk umum atau khusus, atau mengerjakan sesuatu
yang mengakibatkan mudharat umum atau khusus, hanya dengan dalih mengikuti
keinginan orangtuanya. 56
Ketika Nabi Saw mencium cucunya (Hasan, putra Ali bin Abi Thalib), al-Aqra’
bin Haabis berkomentar, “Saya mempunyai sepuluh anak, tidak satu pun di antara
mereka yang saya cium”. Nabi Saw lalu bersabda:
ِ
الر ْح َُ َة
َّ كَ ِع اللَّهُ ِم ْن قَ ْلب
َ ك أَ ْن نََز
َ َك ل
ُ أ ََوأ َْمل
56
M. Quraish Shihab, Perempuan, h. 140 - 142
57
HR. Bukhari, No. Hadits : 5538
31
4. Fungsi Perlindungan
Seorang perempuan yang bersedia menikah dengan seorang lelaki telah
menyatakan pula kesediaannya untuk meninggalkan orangtua dan saudara-
saudaranya. Ketika itu, dia yakin bahwa perlindungan dan pembelaan yang akan
diterimanya dari sang suami, tidak kalah—kalau enggan berkata lebih besar—
daripada perlindungan dan pembelaan orangtua dan saudara-saudaranya.
Menurut al-Qur’an :
ث ِلَى نِ َسائِ ُك ْم ُه َّن لِبَاس لَّ ُك ْم َوأَنتُ ْم لِبَاس لَّ ُه َّن َعلِ َم اللهُ أَنَّ ُك ْم ُكنتُ ْم تَ ْختَانُو َن ِ أ ُِح َّل لَ ُكم لَْ لَ َة
َّ الصَْ ِام
ُ َالرف ْ ْ
ب اللهُ لَ ُك ْم َوُكلُوا َوا ْشَربُوا َحتَّى يَتَ بَ َّْ َن ِ
َ َوه َّن َوابْتَ غُوا َما َكت
ُ اب َعلَْْ ُك ْم َو َع َفا َعن ُك ْم فَالْئَا َن بَاش ُر
َ َأَن ُف َس ُك ْم فَت
ِ ِ ِ ِ ِ ِ اْألَب ْض ِمن الْخْ ِِ اْأل
ُ َس َود م َن الْ َف ْج ِر ثَُّم أَت ُُّوا الصَْ َام ِلَى الَّْْ ِل َوالَ تُبَاش ُر
وه َّن َوأَنتُ ْم ْ ْ َ َ ُ َْ ُ ْْلَ ُك ُم الْ َخ
ِ ك يُبَ ِْ ُن اللهُ ءَايَاتِِه لِلن
َّاس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَّ ُقو َن ِ
َ وها َك َذل ِ ك ح ُد
َ ُود الله فَالَ تَ ْقَرب
ِِِ ِ ِ
ُ ُ َ َْعاك ُفو َن في الْ َُ َساجد تل
Artinya : Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena
itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka
sekarangcampurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu,
dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam,(tetapi) janganlah kamu
58
HR. Bukhari, no. Hadits : 5539
32
campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangang Allah,
maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.59
Perisai yang dipakai dalam peperangan memberi rasa aman. Pakaian tebal
memberi kehangatan dan perlindungan dari sengatan dingin. Sebaliknya, bila gerah,
dengan pakaian lembut dan halus, kegerahan akan kurang. Jika demikian halnya
pakaian, dan masing-masing pasangan dinamai “pakaian”, tidak diragukan lagi bahwa
salah satu fungsi keluarga adalah melindungi. Memang al-Qur’an menggarisbawahi :
59
QS. 2:187
60
QS. at-Tahrim [66]:6
61
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an, hal. 168-169
33
َم ْن قُتِ َل ُدو َن َمالِِه فَ ُه َو َش ِهْد َوَم ْن قُتِ َل ُدو َن أ َْهلِ ِه أ َْو ُدو َن َد ِم ِه أ َْو ُدو َن ِدينِ ِه فَ ُه َو َش ِهْد
Artinya : Siapa yang terbunuh dalam rangka membela hartanya, maka ia
syahid, dan siapa yang terbunuh dalam rangka membela keluarganya, darahnya dan
agamanya maka ia syahid. 62
Jangan dikira perempuan yang membutuhkan perlindungan. Lelaki pun
membutuhkannya. Bukan saja sewaktu lelaki sakit saat dia membutuhkan bantuan dan
perlindungan istrinya, melainkan juga dalam menghadapi aneka kesulitan dalam
pekerjaannya. Disini, dia membutuhkan dukungan dan kasih sayang yang dapat
menjadi perisai kesulitan yang dia hadapi, sekaligus pendorong untuk mencapai
sukses dalam aneka perjuangannya. Dia memerlukan ketenangan lahir dan bathin,
yang seharusnya dia peroleh dalam rumah tangganya. 63
5. Fungsi Reproduksi
Allah Swt berfirman :
ث ِلَى نِ َسائِ ُك ْم ُه َّن لِبَاس لَّ ُك ْم َوأَنتُ ْم لِبَاس لَّ ُه َّن َعلِ َم اللهُ أَنَّ ُك ْم ُكنتُ ْم تَ ْختَانُو َن ِ أ ُِح َّل لَ ُكم لَْ لَ َة
َّ الصَْ ِام
ُ َالرف ْ ْ
ب اللهُ لَ ُك ْم َوُكلُوا َوا ْشَربُوا َحتَّى يَتَ بَ َّْ َن ِ
َ َوه َّن َوابْتَ غُوا َما َكت
ُ اب َعلَْْ ُك ْم َو َع َفا َعن ُك ْم فَالْئَا َن بَاش ُر
َ َأَن ُف َس ُك ْم فَت
ِ ِ ِ ِ ِ ِ اْألَب ْض ِمن الْخْ ِِ اْأل
ُ َس َود م َن الْ َف ْج ِر ثَُّم أَت ُُّوا الصَْ َام ِلَى الَّْْ ِل َوالَ تُبَاش ُر
وه َّن َوأَنتُ ْم ْ ْ َ َ ُ َْ ُ ْْلَ ُك ُم الْ َخ
ِ ك يُبَ ِْ ُن اللهُ ءَايَاتِِه لِلن
َّاس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَّ ُقو َن ِ
َ وها َك َذل ِ ك ح ُد
َ ُود الله فَالَ تَ ْقَرب
ِِِ ِ ِ
ُ ُ َ َْعاك ُفو َن في الْ َُ َساجد تل
Artinya : Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena
itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka
62
HR. Abu Dawud, no. Hadits : 4142
63
M. Quraish Shihab, Perempuan, h. 143 - 144
34
sekarangcampurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu,
dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam,(tetapi) janganlah kamu
campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangang Allah,
maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.64
Ayat ini merupakan izin melakukan hubungan seks (walaupun di malam hari
bulan suci Ramadhan). Kalimat “apa yang ditetapkan Allah untuk kamu” dipahami
oleh sementara sahabat Nabi Saw dan tabi’in sebagai perintah melakukan
reproduksi.65
Apa pun maknanya, namun yang jelas pada ayat lain Allah Swt berpesan kepada
suami:
الله َو ْاعلَ ُُوا أَنَّ ُكم ُّمالَقُوهُ َوبَ ِش ِر ِ ِ ِ ُ نِ َسآ ُؤُك ْم َح ْر
َ ث لَّ ُك ْم فَأْتُوا َح ْرثَ ُك ْم أَنَّى شئْ تُ ْم َوقَد ُموا ألَن ُفس ُك ْم َواتَّ ُقوا
ْنِِ
َ الْ ُُ ْؤمن
Artinya : Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,
maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada
Allah dan ketahuilah ahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kar gembira
orang-orang yang beriman.66
Tentu saja, tidak bijaksana apabila seseorang menanam benih di tanah yang
buruk. Karena itu, harus pandai-pandai memilih tanah garapan, dalam arti harus
pandai-pandai memilih pasangan. Tanah yang subur pun harus diatur masa dan musim
penanamannya, harus selalu diberikan pupuk agar dapat menghasilkan sesuatu yang
baik dan berguna, jangan setiap saat ia dipaksa untuk berproduksi. Karena itu pula
64
QS. 2:187
65
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an, hal. 170
66
QS. 2:223
35
harus pandai-pandai mengatur masa kehamilan. Yang diharapkan dari petani adalah
hasil panen yang berkualitas, yang dapat bertahan dalam segala tantangan cuaca, juga
yang lezat dan penuh gizi. Orangtua pun harus dapat menghasilkan anak yang sehat,
beriman, dan bertakwa serta menghadapi segala macam tantangan hidup.
Seorang petani tidak selesai tugasnya hanya dengan menanam benih, tetapi
harus berlanjut dengan memerhatikan ladangnya supaya jangan samapai ditumbuhi
oleh alang-alang atau dihinggapi hama. Buah setelah dipetik pun masih harus
dipelihara dan dibersihkan sebelum dimakan atau dijual ke pasar. Di sisi lain,
janganlah mempersalahkan ladang jika buah tidak sesuai dengan keinginan petani.
Jika yang ditanam oleh petani benih tomat, janga berharap yang muncul buah apel.
Yang salah bukan istri jika anak yang lahir perempuan sedangkan yang diharapkan
lelaki. Demikianlah antara lain makna permisalan di atas dalam konteks penyamaan
istri dengan ladang.67
Harus diakui pula bahwa anak/keturunan adalah buah hati, para nabi pun
mendambakan anak. Namun demikian pada saat yang sama anak-anak adalah amanat
di tangan orangtua mereka. Semakin banyak anak, semakin besar dan banyak pula
tanggung jawabnya. Karena itu, ibu bapak harus melakukan perhitungan yang sangat
teliti. Dari sini setiap Muslim harus dapat mengatur dan merencanakan jumlah anak-
anaknya. Tentu petani akan sangat senang jika hasil panennya berlimpah dan
berkualitas baik, maka akan sangat bahagia orang tua yang memiliki banyak anak
yang cerdas lahir batinnya dan berguna untuk sesama.
Kini kita hidup dalam satu ukuran waktu di mana bangsa-bangsa tidak bersaing
dalam jumlah warganya, atau luas wilayahnya, tetapi bersaing dengan kualitas dan
prestasinya. Kualitas berkaitan dengan banyak hal, utamanya pendidikan dan
kesehatan. Ini berkaitan erat dengan kondisi ekonomi. Karena itu pula Allah
menganjurkan bagi yang bermaksud kawin, tapi belum mampu secara ekonomi, agar
67
M. Quraish Shihab, Perempuan, h. 144 - 145
36
68
M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan yang Patut Anda
Ketahui, Ciputat: Lentera Hati, 2011, Cet. Ke-4, hal. 61
69
QS. an-Nur [24]:33
37
membolehkan perencanaan keluarga, begitu juga Sayyid Saabiq dalam Fiqh as-
Sunnahnya.70
Segala macam bentuk dan cara kontrasepsi dapat dibenarkan selama (1) tidak
dipaksakan, (2) tidak menggugurkan (aborsi), (3) tidak membatasi jumlah anak, dan
(4) tidak mengakibatkan pemandulan abadi.
Selama ini, sentralisasi dipahami oleh ulama sebagai pemandulan abadi,
sehingga mereka membedakan dengan alat kontrasepsi yang lain, misalnya spiral
yang berfungsi menghalangi pertemuan sperma dengan ovum, dan yang sewaktu-
waktu bila dikehendaki dapat dicabut. Akan tetapi, jika perkembangan ilmu
menemukan satu cara yang tidak mengakibatkan pemandulan abadi, atau sterilisasi
yang dilakukan dapat di tempuh dengan tidak mengakibatkan hal tersebut, maka tentu
hukumnya dapat berubah dari terlarang menjadi boleh.71
Kesimpulannya adalah bahwa pengaturan keluarga dibolehkan oleh agama dan
dibenarkan oleh pertimbangan akal, bila ada sebab-sebab yang mendukungnya.
Sebab-sebab itu dinilai sendiri oleh suami istri sesuai dengan situasi dan kondisi
mereka berdua.72
70
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an, hal. 172
71
M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda
Ketahui, Ciputat: Penerbit Lentera Hati, 2009, Cet. Ke-5, hal. 458 - 459
72
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an, hal. 170.
73
QS. 18:46
38
ْنِِ
َ َس َف َل َسافل
ْ ثَُّم َرَد ْدنَاهُ أ
Artinya : Kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya.76
Maka Rasulullah SAW bersabda:
يقبل ِحسانه ويتجاوز عن: كْ ُ يا رسول الله ؟ قال: رحم الله والداً أعان ولده على بره قالوا
ِساءته
74
QS. 95:4
75
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an, hal. 174.
76
QS. at-Tiin [95]: 5
39
7. Fungsi Ekonomi
Ketika Adam dan Hawa berada di surga. Allah mengingatkannya:
ِ ِ َّفَ ُقلْنا يآءادم ِ َّن ه َذا ع ُد ٌّو ل
َ َ} ِ َّن ل111{ ك فَالَ يُ ْخَر َجنَّ ُك َُا ِم َن الْ َجن َِّة فَتَ ْش َقى
َ ك أَالَّ تَ ُج
وع َ ك َولَزْوج
َ َ َ َُ َ َ َ
77
Al-Jami’ fi al-Hadits, No. Hadits : 138
78
M. Quraish Shihab, Perempuan, h. 145 - 147
79
QS. Thaahaa [20]:117-119
40
80
QS. Al-Baqarah [2]:38
81
M. Quraish Shihab, Perempuan, h. 147
41
82
QS. Annur [24]:33
83
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an, hal. 177.
42
84
M. Quraish Shihab, Perempuan, h. 147 – 148.
85
QS. Al-Ahzaab [33]:33
86
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an, hal. 178.
43
87
M. Quraish Shihab, Perempuan, h. 148.
44
BAB III
KONFLIK KELUARGA
88
Richard Nelson-Jones, Human Relationship Skill, Cara Membina Hubungan Baik dengan
Orang Lain, terj. Drs. R. Bagio Prihatono, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet. ke-2, h. 301.
89
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2001, Ed. 3, Cet. Ke-1, hal. 587.
90
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik
45
91
M. Napis Djuaeni, Kamus Kontemporer Istilah Politik-Ekonomi, Arab-Indonesia, Jakarta: PT
Mizan Publika, 2006, Cet. Ke-1, hal, 784.
92
QS. 3:152
46
Artinya : Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmt dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.93
ٍ ِ ِ ِ َ الرس ِ ِ ِ َّ
ُول َوأ ُْولى اْأل َْم ِر من ُك ْم فَِإن تَنَ َاز ْعتُ ْم في َش ْىء فَ ُرُّدوه ُ َّ الله َوأَطْعُوا
َ ين ءَ َامنُوا أَطْعُوا
َ يَاأَيُّ َها الذ
ِ ِ الله والْْ وِم اْأل
ِ ِ ِ ِ ِ
ِ ِ َّ الله و
ًَح َس ُن تَأْ ِويال َ َخ ِر َذل
ْ ك َخْْ َروأ ْ َ َ الر ُسول ن ُكنتُ ْم تُ ْؤمنُو َن ب َ لَى
93
QS. 8:46
94
QS. 26:33
95
QS. 11:9
47
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-
Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.96
96
QS. 4:59
97
QS. 15:47
98
QS. 54:20
48
99
QS. 52:23
49
100
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik
101
http//mnova.gramediamajalah.com/Nova/Keluarga/Konsultasi/Suami-Selingkuh-dan-
Melakukan KDRT-1
50
Perselingkuhan dengan alasan apa pun bisa membawa akibat fatal, yaitu
terjadinya perceraian atau putusnya hubungan suami istri. Hal tersebut terjadi karena
kebanyakan pasangan sangat susah untuk memaafkan dan menerima kembali
pasangan yang telah melakukan perselingkuhan. Secara medis akan mendatangkan
penyakit kelamin, dan dampaknya bisa aborsi.
2. Keuangan
Masalah keuangan dalam keluarga juga rentan menimbulkan masalah dalam
keluarga. Apalagi masa sekarang, naiknya harga-harga kebutuhan pokok dan
banyaknya PHK yang berakibat pada penganggura, membuat banyak keluarga
kehilangan keseimbangan, tidak saja menimbulkan kekacauan keuangan, namu juga
berakibat pada keeimbangan emosi, bahkan kegoyahan keyakinan.
Contoh kasus :
“Bocah Trisna yang Ditinggal Ibu dan Adiknya Bunuh diri Ingin Jadi
Ustadz”
Bogor – Mukhtar krisna alias Trisna (6) yang ditinggal ibu dan adiknya bunuh
diri dengan terjun ke Sungai Cisadane, Bogor, ingin sekali sekolah.
Tidak tampak ada raut kesedihan pada Trisna. Bocah polos ini tetap tegar
dengan musibah yang menimpanya. Namun saat mendatangi makam ibunya ibu dan
adiknya, Trisna sedikit mengeluarkan air mata. Trisna mengungkapkan
kekecewaannya atas keputusan ibunya menceburkan diri ke sungai bersama
adiknya.102
Masalah keuangan tidak hanya terkait kemiskinan. Banyak orang yang sudah
mapan secara materi, namun masih berambisi untuk mengumpulkan harta sebanyak-
banyaknya tanpa melihat halal haramnya. Semua waktu tersita melupakan
102
http://m.detik.com/read/bocah-trisna-yang-ditinggal-ibu-dan-adiknya-bunuh-diri-ingin-jadi-
ustadz
51
3. Kekerasan
Tingkat kekerasan yang dialami perempuan di Indonesia cukup tinggi. Dari
jumlah penduduk Indonesia, 11,4 % penduduk perempuan, terutama di pedesaan,
mengaku pernah mengalami tindak kekerasan. Sebagian besarnya adalah kekerasan
di dalam rumah tangga, seperti pelecehan, penganiayaan dan perkosaan, atau
perselingkuhan oleh pihak suami.103
Contoh kasus :
“Stres Dipukuli Suami, Istri Nyaris Bunuh Diri”
SURABAYA – Seorang ibu rumah tangga beranak dua di Surabaya mencoba
bunuh diri dengan meminum racun serangga karena sang suami kerap menganiaya
dirinya.
Nyawa Nyonya MSD nyaris tidak tertolong bila tim medis RSUD Dokter
Sutomo, tidak segera menanganinya akibat terkena racun serangga yang sengaja
diminum untuk mengakhiri hidupnya. Keputusan nekad tersebut diambil, karena ibu
beranak dua ini terpukul akibat perlakuan kasar sang suami. Hal tersebut terlihat dari
luka memar dan sulutan rokok pada bagian wajah MSD.104
Jika dicermati jenis kekerasan di atas, maka kekerasan yang terjadi dalam
keluarga sangatlah rentan, apalagi bagi pihak istri. Karena hal tersebut tidak saja perlu
penanganan yang serius, juga diperlukan tindakan prefentif.
Secara sederhana faktor yang menimbulkan kekerasan terbagi menjadi dua,
yaitu: dari faktor eksternal adalah berkaitan dengan hubungan kekuasaan suami-istri
103
Zaitunah Subhan, Kekerasan Terhadap Perempuan, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004,
Cet. Ke-1, hal.57
104
http://www.indosiar.com/patroli/stres-dipukul-suami-istri-nyaris-bunuh-diri_33696.html
52
dan diskriminasi jender dikalangan masyarakat, dan faktor internal, yaitu karena
kondisi psikis dan kepribadian suami sebagai pelaku kekerasan.105
4. Gangguan Seksual
Secara kebahasaan, seks (sex) artinya kelamin atau jenis kelamin. Pengertian ini
secara luas berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin, segala
sesuatu yang berkenaan dengan masalah percampuran antara laki-laki dan perempuan,
di sebut seks.106
Kasus yang berkenaan dengan seksual yang mendatangkan konflik terhadap
suami istri sangatlah beragam, dengan akibat dan dampak yang bervariasi pula.
Seperti ketidakmampuan istri atau suami memberikan nafkah batin kepada
pasangannya, adanya perilaku yang menyimpang dalam melakukan kegiatan seksual
dan sebagainya.
Contoh kasus :
“Bocah Kelas 2 SMP Jadi Korban Pencabulan Ayah Tiri”
PACITAN – Ibarat pagar makan tanaman. Tak puas dilayani istri, anak tiri pun
jadi pelampiasan nafsu setan. Tindakan amoral itu dilakukan SR (40) warga Kalak,
Donorojo, Pacitan. Tak puas sekali, tindakan mesum itu dilakukan berulang-ulang. 107
Keluhan akan ketidakpuasan seksual pada masa sekarang tidak saja didominasi
oleh suami, akan tetapi keluhan dari pihak istri yang mengemuka dari berbagai
konsultasi masalah seksual juga semakin banyak.
105
Fathul Djannah, Kekerasan Terhadap Istri, Yogyakarta: LkiS, 2003, Cet. Ke-1, hal. 6.
106
Miftahul Asror, Seks dalam Bingkai Islam, Surabaya: Jawara surabaya, 2003, Cet. Ke-1, hal.
13.
107
http://m/detik.com/read/2012/08/25/112057/1998683/475/
53
108
Nabil Mahmud, Problematika Rumah Tangga dan Kunci Penyelesaiannya, Jakarta: Qisthi
Press, 2005, Cet. Ke-3, hal. viii – xiv.
109
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik
56
110
Nabil Mahmud, Problematika Rumah Tangga dan Kunci Penyelesaiannya, hal. 189 – 191.
111
Abdulsyani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1967), cet. Ke-1, hal. 1.
112
Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2000) hal. 3
113
James A.F. Stoner, Manajemen, (Prentice Hall International, Inc. Englewood Cliffs, New
York, 1992), hal. 8
57
استَ َوى َعلَى الْ َع ْر ِش يُ َدبُِر اْأل َْمَر َم ِامن ِ ِ ِ السُاوا ِ واْألَر ِ
ْ ض في ستَّة أَيَّ ٍام ثَُّم
َ ْ َ َ َ َّ ِ َّن َربَّ ُك ُم اللهُ الَّذي َخلَ َق
ِ ِ ِ
ْ ََشف ٍْع ِالَّ ِمن بَ ْعد ِ ْذنِِه َذل ُك ُم اللهُ َربُّ ُك ْم ف
اعبُ ُدوهُ أَفَالَ تَ َذ َّك ُرو َن
Artinya : Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk
mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali
sesudah ada keizinan-Nya. Yang demikian itulah Allah, Rabb kamu, maka sembahlah
Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran.118
114
Mulia Nasution, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan, 1996), hal. 2
115
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah, Jakarta: Penerbit Amzah, 2007, Cet. Ke-1,
hal. 18
Munir al-Ba’labakiy, al-Mawrid, Beirut: Daar al-‘Ilm lil Malayin, 1994, h. 555
116
119
QS. 10:31
120
QS. 13:2
121
QS. 32:5
59
Dari keempat ayat tersebut bisa di ambil kandungan ayat berkenaan dengan
manajemen, yaitu:
1. Allah mengatur segala urusan baik yang ada di bumi dan di langit. Artinya urusan
apapun yang dilakukan perlu pengaturan yang holistik, menyeluruh dan seksama.
2. Pemberitaan bahwa Allah mengatur segala urusan baik yang ada dilangit maupun
di bumi yang ditujukan agar manusia dapat mengambil pelajaran, bertakwa
kepada Allah dan menyakini bahwa nanti akan bertemu kepada-Nya. Artinya
dalam mengatur dan mengurus segala urusan, tidak hanya mengandalkan akal
dan mementingkan diri sendiri. Apapun yang dikerjakan dengan penuh
perhitungan semuanya diharapkan agar apapun hasilnya perlu diintropeksi,
dijadikan pelajaran dan dipertanggungjawabkan. Semua pekerjaan apapun
dikelola dengan baik ditujukan bisa mendekatkan diri pada Allah sehingga
menjadikan manusia bertakwa.
Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen menurut al-
Qur’an adalah mengatur segala sesuatu secara menyeluruh dan seksama atas dasar
keimanan kepada Allah Swt.
Jika dibandingkan pengertian manajemen yang diambil dari Barat dengan apa
yang dikehendaki oleh al-Qur’an, terdapat perbedaan yang sangat mencolok.
Pengertian manajemen secara umum hanya menitikberatkan pada proses dan aktifitas
yang dapat mendatangkan hasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan, sehingga
tujuan dan aktifitasnya bebas nilai. Berbeda dengan manajemen yang dikehendaki al-
Qur’an, bahwa tujuan awal dari sebuah aktifitas harus berdasarkan nilai-nilai yang
Allah telah berikan, demikian pula bagaimana cara memperoleh keinginan dan
tujuannya.
Dalam proses pencapaian tujuan, tentu tidak lepas dari adaya kesenjangan
antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Hal itulah yang bisa
mendatangkan konflik, baik bagi suatu kelompok atau pun sebagai individu. Miller
dan Teinberg memberikan konsep manajemen konflik adalah bentuk komunikasi
60
yang mencoba untuk menggantikan disfungsional dan tidak sesuai dengan persetujuan
dan persesuaian yang produktif.122
Konflik tidak hanya dilihat sebagai hal yang negatif, tidak wajar atau merusak.
Gejala konflik adalah hal yang alamiah dan wajar. Konflik harus dikendalikan dan
digunakan sebagai sesuatu yang nantinya akan memperkaya hubungan dua manusia
atau lebih.
122
Budyatna & Nina Mutmainah, Komunikas Antarpribadi, Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2002. Cet. ke-3, h. 2
61
BAB IV
MANAJEMEN KONFLIK KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN
123
Q.S. al-Nur: 32
62
lumrah. Banyaknya terdapat persefsi yang seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat
masih memandang bahwa perniakhan hanya merupakan persoalan biologis semata.
Berdasarkan tujuan inilah maka menghadapi pernikahan harus dilakukan
dengan kematangan baik kematangan dari segi material terlebih lagi dari segi moral.
Dengan kata lain mendapatkan kedewasaan sebelum menikah lebih baik daripada
mendapatkannya sesudah menikah.
Urgensi kematangan sebelum menikah ditandai dengan proses-proses yang
harus dilalui secara berurutan seperti menanya, meminang, dan nikah sebenarnya. Hal
ini dilakukan supaya calon suami-isteri benar-benar matang dalam mengayuhkan
rumah tangganya karena proses-proses yang disebutkan tadi masih memberikan
peluang untuk mengundurkan diri dari pernikahan sebelum sampai kepada pernikahan
yang sebenarnya karena pengunduran diri (cerai) pasca pernikahan yang sebenarnya
dapat menimbulkan korban beberapa pihak seperti keluarga dan anak-anak.
Anjuran pernikahan dalam Al-Qur’an adalah anjuran yang penuh dengan
persyaratan sehingga tujuan-tujuan dari pernikahan disebutkan secara tegas dalam Al-
Qur’an sekalipun sifatnya masih global. Tujuan-tujuan pernikahan inilah yang
seharusnya dijadikan bahan evaluasi baik oleh orang tua calon maupun para calon itu
sendiri untuk menentukan kadar kemampuannya dalam menghadapi pernikahan.
Nampaknya tujuan-tujuan inilah yang mendasari para orang tua dahulu membuat
semacam proses untuk sampai kepada pernikahan yang sebenarnya agar tujuan-tujuan
dimaksud dapat direalisasikan dalam rumah tangga.
Adapun mengenai faktor biologis maka Nabi Muhammad memberikan solusi
alternatif yaitu dengan melaksanakan puasa bagi yang tidak punya kemampuan untuk
meredamnya. Sebaliknya Nabi Muhammad mengecam orang-orang yang punya
kemampuan dalam berbagai aspek untuk menikah tapi tidak melaksanakannya
dianggap sebagai orang yang anti terhadap sunnahnya. Berdasarkan hal maka pihak
ketiga harus pula berperan aktif untuk mencarikan jodoh bagi orang-orang yang
sangat sulit untuk mendapatkannya.
63
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َوالَ تَ ْنك ُحوا الْ ُُ ْش ِرَكا َحتَّى يُ ْؤم َّن َوأل ََمة ُّم ْؤمنَة َخْْرمن ُّم ْش ِرَكة َولَ ْو أ َْع َجبَ ْت ُك ْم َوالَ تُنك ُحوا الْ ُُ ْش ِرك
ْن َحتَّى
ك يَ ْدعُو َن ِلَى النَّا ِر َواللهُ يَ ْدعُوا ِلَى الْ َجن َِّة َوالْ َُ ْغ ِفَرِة
َ ِيُ ْؤِمنُوا َولَ َعْبد ُّم ْؤِمن َخْْ ِرمن ُّم ْش ِرٍك َولَ ْو أ َْع َجبَ ُك ْم أ ُْوالَئ
ِ بِِإ ْذنِِه َويُبَ ِْ ُن ءَايَاتِِه لِلن
}331{ َّاس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َذ َّك ُرو َن
Artinya: “janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamumenikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mu'min lebih baik dari orang-orang musyrik walaupun dia menarik
hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintahnya)
kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”124
124
QS. 2:221
64
125
QS. 2:230
65
Tujuan berikutnya dari suatu pernikahan adalah untuk mencari karunia Allah
yaitu berupa rezeki yang halal karena rezeki yang tidak halal tidak termasuk karunia
Allah dan pengertian karunia disini dengan rezeki dapat dipahami dengan adanya
kalimat fakir (fuqara’) dan kalimat kaya (yughni). Pernyataan ini mengindikasikan
bahwa suami isteri tidak boleh bermalas-malasan mencari rezeki karena rezeki adalah
salah satu penopang kehidupan keluarga. Kata karunia dalam redaksi ini dapat
dipahami bahwa pencarian rezeki harus didasari kepada ketentuan-ketentuan yang
berlaku dan karenanya masing-masing pihak harus selektif agar mendapatkan rezeki
yang direstui oleh Allah. Urgensi pencarian rezeki yang halal dan baik akan
berimplikasi kepada jiwa dan mental anak sehingga baik tidaknya seorang anak sangat
ditentukan oleh nilai hukum rezeki yang diberikan.
Tujuan-tujuan dari pernikahan inilah yang seharusnya dipegang teguh secara
konsisten oleh pasangan masing-masing sehingga keegoisan dalam mempertahankan
dan menerima pendapat serta pemaksaan kehendak tidak seharusnya terjadi dalam
kehidupan rumah tangga.
Ide-ide yang muncul dari pihak suami atau isteri harus dipikirkan secara rasional
tidak dengan emosional dan oleh karena itu setiap ide yang muncul perlu didiskusikan
agar memiliki tujuan yang jelas agar pihak lain tidak merasa terpaksa menerimanya
dan hal ini adalah merupakan gambaran rumah tangga yang demokratis.
Pada akhirnya, tujuan ini menjadi hal yang pertama dan dasar dalam Undang-
undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Bab I Pasal 1: “Perkawinan ialah ikatan lahir
bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa.”126
126
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 1986, cet. ke-5, hal. 141.
66
Setelah mengetahui tentang tujuan menikah maka seorang calon suami atau istri
untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga tidak
hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya
sampai akhir hayat .
Muslim atau Muslimah dalam memilih calon istri atau suami tidaklah mudah
tetapi membutuhkan waktu. Karena kriteria memilih harus sesuai dengan syariat
Islam. Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih pendamping hidupnya
dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang Muslim atau Muslimah sudah
menjatuhkan pilihan kepada pasangannya yang berarti akan menjadi bagian dalam
hidupnya. Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi
ibu atau pendidik bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami atau
pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi
nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap
pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.
Dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di
antaranya :
1. Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik
karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri
dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
صلَّى اللَّهُ َعلَْْ ِه َو َسلَّ َم قَ َال تُْن َك ُح الْ َُ ْرأَةُ ِأل َْربَ ٍع لِ َُالِ َها َولِ َح َسبِ َها ِ
َ َع ْن أَبِي ُهَريَْرةَ َرض َي اللَّهُ َعْنهُ َع ْن النَّبِ ِي
ِ ِ ِ ِِ ِ
ْ ََو َج َُال َها َولدين َها فَاظَْف ْر بِ َذا الدي ِن تَ ِرب
ت يَ َد َاك
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah
perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.”127
127
Shahih Bukhari, no. 4700
67
Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Rasulullah Saw
menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta,
keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.
Demikian pula Allah Swt berfirman :
َوالَ تَ ْن ِك ُحوا الْ ُُ ْش ِرَكا ِ َحتَّى يُ ْؤِم َّن َوأل ََمة ُّم ْؤِمنَة َخْْ ِرمن ُّم ْش ِرَك ٍة َولَ ْو أ َْع َجبَ ْت ُك ْم
Artinya: “janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu ....”128
Sehubungan dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah
berfirman :
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
َ ِْن َوالطَِّْبُو َن للطَِّْبَا ِ أ ُْوالَئ
ك ُمبَ َّرءُو َن َ ْن َوالْ َخبْثُو َن للْ َخبْثَا َوالطَّْبَا ُ للطَّْب
ِ
َ الْ َخبْثَا ُ للْ َخبْث
}32{ ِم َُّا يَ ُقولُو َن لَ ُهم َّم ْغ ِفَرة َوِرْزق َك ِريم
Artinya: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-
laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang
baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-
wanita yang baik (pula) … .” 129
Seorang wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu
tersebut agar menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wanita yang shalihah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana
firman-Nya :
َ ب بِ َُا َح ِف
}23{ ُظ الله ِ َْْالصالِ َحا ُ قَانِتَا َحافِظَا لِْلغ
َّ َف
128
QS. 2:221
129
QS. An Nur : 26
68
Artinya: “Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.”130
Sedang wanita shalihah bagi seorang laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan
dunia.
ُصلَّى اللَّهُ َعلَْْ ِه َو َسلَّ َم قَ َال الدُّنَْْا َمتَاع َو َخْْ ُر َمتَ ِاع الدُّنَْْا الْ َُ ْرأَة ِ َ َن رس ِ ِ
َ ول اللَّه ُ َ َّ َع ْن َعْبد اللَّه بْ ِن َع ُْ ٍرو أ
ُالصالِ َحة
َّ
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita
shalihah.”131
2. Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak.
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda :
ود
َ ُود الْ َول
َ تََزَّو ُجوا الْ َو ُد
Kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .”132
Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan,
dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki
berkeinginan untuk menikahinya. Sedang Al-Waluud adalah perempuan yang banyak
melahirkan anak. Dalam memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal
yang perlu diketahui :
a. Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan.
Untuk mengetahui hal itu dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena
itu seorang wanita yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya
mampu melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga
dapat menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri
secara sempurna.
130
QS. An Nisa’ : 34
131
Shahih Muslim, no. 2668
132
Shahih Bukhari, no: 1753
69
ِ ُوالَ تَ ْن ِكحوا الُْ ْش ِرَكا ِ حتَّى ي ْؤِم َّن وألَمة ُّم ْؤِمنَة خْ ِرمن ُّم ْش ِرَك ٍة ولَو أ َْعجب ْت ُكم والَ ت
نك ُحوا َ ْ ََ ْ َ َْ َ َ ُ َ ُ ُ َ
َ ِْن َحتَّى يُ ْؤِمنُوا َولَ َعْبد ُّم ْؤِمن َخْْ ِرمن ُّم ْش ِرٍك َولَ ْو أ َْع َجبَ ُك ْم أ ُْوالَئ
ك يَ ْدعُو َن ِلَى النَّا ِر َواللهُ يَ ْدعُوا ِ
َ الْ ُُ ْش ِرك
ِ ِلَى الْ َجن َِّة َوالْ َُ ْغ ِفَرِة بِِإ ْذنِِه َويُبَ ِْ ُن ءَايَاتِِه لِلن
}331{ َّاس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َذ َّك ُرو َن
Artinya: “janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamumenikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mu'min lebih baik dari orang-orang musyrik walaupun dia menarik
hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintahnya)
kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”133
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka
Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
Rasulullah Saw bersabda :
ِ ض ْو َن ِدينَهُ َو ُخلَُقهُ فَأَنْ ِك ُحوهُ َِّال تَ ْف َعلُوا تَ ُك ْن فِْت نَة فِي ْاألَْر
ض َوفَ َساد َ ِ َذا َجاءَ ُك ْم َم ْن تَ ْر
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang dien dan akhlaknya
kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka
akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” 134
Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya
pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan
tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
133
QS. 2:221
134
Sunan Tirmidzi, no. 1005
71
ِ ِ ْ َالصالِ ِحْن ِمن ِعب ِاد ُكم وِمآئِ ُكم ِن ي ُكونُوا فُ َقرآء ي ْغنِ ِهم الله ِمن ف ِ ِ
ُضله َوالله ُ ُ ََُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َوأَنك ُحوا اْألَيَ َامى من ُك ْم َو
}23{ َو ِاسع َعلِْم
Kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.135
Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai
ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang
bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan
dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan
kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan
kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan
kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan
nafkah.
Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia
segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :
صلَّى اللَّهُ َعلَْْ ِه َو َسلَّ َم َال يَ ْفَرْك ُم ْؤِمن ُم ْؤِمنَ ًة ِ ْن َك ِرَه ِمْن َها ُخلًُقا َر ِض َي ِ ُ عن أَبِي هري رَة قَ َال قَ َال رس
َ ول اللَّه َُ َْ َ ُ َْ
آخَر ِ
َ مْن َها
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada
135
Q.S. al-Nur: 32
72
Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan
lainnya yang ia sukai.”136
Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya
mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-
orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya
.
3. Persiapan Ruhiyah, Ilmiyah dan Jasadiyah
Persiapan secara mental (ruhiyah), dimaksudkan untuk memantapkan langkah
menuju kehidupan rumah tangga, agar tidak gamang dengan berbagai macam kondisi
yang akan dilalui setelah pernikahan: siap dengan adanya beban-beban, siap
menghadapi cobaan kehidupan, dan siap menyelesaikan masalah.
Persiapan ilmiah, dimaksudkan untuk mengetahui berbagai seluk-beluk hukum,
etika, dan berbagai aturan berumaah tangga. Dalam masyarakat kita banyak terjadi
pasanga suami istri yang memasuki kehidupan keluarga tanpa bekal pengetahuan
yang memadai tentang hukum-hukum kerumahtanggaan. Sebagai contoh, masih
banyak yang tidak mengetahui tatacara mandi janabat, tidak mengetahui etika
berhubungan suami istri, tidak mengetahui hukum dan tatacara membersihkan najis
dan sebagainya.
Persiapan jasadiyah, dimaksudkan agar memiliki kesehatan yang memadai
sehingga mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami atau istri secara optimal.
Penjagaan kesehatan memang amat penting, sebab harga sehat amatlah mahal dan tak
akan dapat dinilai dengan materi. Kesehatan reporoduksi merupakan salah satu sisi
yang senantiasa harus mendapatkan porsi perhatian bagi suami maupun istri, selain
tentu saja kesehatan dalam arti umum dan luas. 137
136
Shahih Muslim, no. 2672
137
Cahyadi Takariawan, Pernik-pernih Rumah Tangga Islami, hal. 45-46.
73
Dalam upaya menggapai kebaikan keluarga salah satu faktor bantu yang tak bisa
ditinggalkan adalah materi. Islam telah meletakkan berbagai kewajiban material
kepada laki-laki. Untuk itulah kaum laki-laki harus memiliki kesiapan menanggung
beban materi dalam kehidupan rumah tangga nantinya.
Persiapan sosial yang dimaksudkan adalah sebentuk kemampuan berinteraksi
dengan masyarakat secara wajar dan optimal. Persiapan ini tak bisa ditinggalkan,
lantaran dalam kehidupan rumah tangga senantiasa dituntut interaksi sosial di tengah
masyarakat luas. 138
وه َّن ِآَّ أَن ِ وه َّن لِتَ ْذ َهبُوا بِبَ ْع
ُ ُُ ُض َمآءَاتَ ْْ ت
ِ ِ
ُ ين ءَ َامنُوا الَيَح ُّل لَ ُك ْم أَ ْن تَ ِرثُوا الن َسآءَ َك ْرًها َوالَ تَ ْع
ُ ُضل
ِ َّ
َ يَاأَيُّ َها الذ
وه َّن فَ َع َسى أَن تَ ْكَرُهوا َشْْ ئًا َويَ ْج َع َل اللهُ فِ ِْه َخْْ ًرا ِ
ُ ُُ ُوه َّن بِالْ َُ ْع ُروف فَِإن َك ِرْهت
ِ ٍ ٍ ِ
ُ ْن بَِفاح َشة ُّمبَ ِْنَة َو َعاش ُر
ِ
َ يَأْت
َكثِ ًْرا
138
Cahyadi Takariawan, Pernik-pernih Rumah Tangga Islami, hal. 51-53.
139
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000, Cet. Ke-
4, hal. 181.
74
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan
mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.140
Ayat tersebut merupakan petunjuk yang bersifat umum dalam pergaulan antara
suami dan isteri, agar di antara mereka dapat bergaul secara ma’ruf (baik). Pergaulan
tersebut bukan saja, meliputi aspek fisik, tetapi juga aspek psikis atau perasaan, dan
juga aspek ekonomi yang menjadi penyangga tegaknya bahtera rumah tangga.
Petunjuk berikutnya dijelaskan dalam al-Qur’an yang mengatur tentang etika
memberi ataupun menarik kembali pemberian suami kepada isteri. 141 Firman Allah
Swt :
استِْب َد َال َزْو ٍْ َّم َكا َن َزْو ٍْ َوءَاتَ ْْ تُ ْم ِ ْح َد ُاه َّن قِنطَ ًارا فَالَتَأْ ُخ ُذوا ِمْنهُ َشْْ ئًا أَتَأْ ُخ ُذونَهُ ُبهْتاَناً َوِثْ ًُا
ْ َوِ ْن أ ََردت ُُّم
ُّمبِْنًا
Artinya : Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain,
sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang
banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun.
Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan
dengan dosa yang nyata.142
Pemberian yang telah diberikan suami kepada istrinya, apabila karena sesuatu
dan lain hal, mereka berpisah, maka tidak seyogyanya suami menarik kembali
140
QS. 4:19
141
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hal. 182.
142
QS. An-Nisa [4]:20
75
ِ آروه َّن لِتضِْ ُقوا علَْ ِه َّن وِن ُك َّن أُوالَ ِ حُ ٍل فَأ ِ ِ
َنف ُقوا َْ ْ َ ْ َ َ ُ ُ ُّ ض ُ ْْوه َّن ِم ْن َح
َ ُث َس َكنتُم من ُو ْجد ُك ْم َوالَت
ِ أ
ُ َُسكن
ْ
ِ ٍ ِ ِ َ ض ْع َن َح ُْلَ ُه َّن فَِإ ْن أ َْر
َ ََعلَْْ ِه َّن َحتَّى ي
َ ورُه َّن َوأْتَُ ُروا بَْْ نَ ُكم ب َُ ْع ُروف َو ن تَ َع
اس ْرتُ ْم َ ُج
ُ وه َّن أ
ُ ُض ْع َن لَ ُك ْم فَئَات
ُخَرى ِ
ْ فَ َستُ ْرض ُع لَهُ أ
Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah di talaq) itu
sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka itu nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka
berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya.144
Mengenai kewajiban suami istri selanjutnya dijelaskan dalam pasal 33:
“Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat-menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain”.
Jika suami isteri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Agama. Dalam Pasal 34 dinyatakan:
143
QS. An-Nisaa [4]:34
144
QS. At-Thalaaq [65]:6
77
الله َوالَتُ ْش ِرُكوا بِِه َشْْ ئًا َوبِالْ َوالِ َديْ ِن ِ ْح َسانًا َوبِ ِذي الْ ُق ْربَى َوالَْْ تَ َامى َوالْ َُ َساكِْ ِن َوالْ َجا ِر ِذي الْ ُق ْربَى
َ َو ْاعبُ ُدوا
145
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 30 –
34.
146
QS. An-Nisaa [4]:32
147
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hal.183-189.
78
148
QS. An-Nisaa’ [4]:36
149
QS. An-Nisaa’ [4]:36
79
dilaksanakan selain dengan cara gemar memperdalam ilmu agama juga dapat
dilakukan dengan cara suka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allah berfirman :
ِ ِ ِِ ِ ِِ ِ ِ َّ
ُ ُين ءَ َامنُوا َوتَطْ َُئ ُّن قُلُوبُ ُهم بذ ْك ِر الله أَالَبذ ْك ِر الله تَطْ َُئ ُّن الْ ُقل
وب َ الذ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.150
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diamalkan dalam kaitannya
dengan pembinaan kehidupan beragama dalam keluarga antara lain: a) Melaksanakan
shalat lima waktu dan membiasakan shalat berjama’ah dalam keluarga atau mengajak
keluarga mengikuti shalat berjama’ah dimasjid. b) Membiasakan berzikir, berdo’a
kepada Allah dalam keadaan suka dan duka. c) Membudayakan ucapan atau kalimat
thoyyibah, seperti: Ucapan Basmalah tatkala hendak memulai suatu pekerjaan, dan
mengucap hamdalah apabila telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan atau
mendapat nikmat. d) Membiasakan mengucapkan salam dan menjawabnya. e)
Menjawab seruan adzan, baik yang terdengar dari masjid maupun dari radio dan
televisi. f) Menyisihkan sebagian dari harta untuk kepentingan Islam dan umat Islam.
g) Jika terjadi perselisihan antara suami-istri atau anggota keluarga, segeralah
mengambil air wudhu dan beribadah seperti shalat atau membaca al-Qur’an. h)
Menghiasi rumah dengan hiasan yang bernafaskan Islam. i) Berpakaian yang sopan
sesuai dengan ketentuan Islam.
150
QS. 13:28
80
ِ ُوبِالْوالِ َديْ ِن ِ ْحسانًا وبِ ِذي الْ ُق ْربَى والَْْ تَ َامى والُْساكِْ ِن والْ َجا ِر ِذي الْ ُق ْربَى والْ َجا ِر الْ ُجن
ب َ َ ََ َ َ َ َ َ َ
ِ ب بِالْ َج ِ الص
ْ السبِ ِْل َوَم َاملَ َك
ت أَيْ َُانُ ُك ْم َّ نب َوابْ ِن ِ اح َّ َو
“... Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”151
Keluarga dalam lingkup yang lebih besar tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak (nuclear family) akan tetapi menyangkut hubungan persaudaraan yang lebih
besar lagi (extended family), baik hubungan antara anggota keluarga maupun
hubungan dengan lingkungan masyarakat.
Karena hubungan persaudaraan yang lebih luas menjadi ciri masyarakat
Indonesia, hubungan di antara sesama keluarga besar harus terjalin dengan baik antara
keluarga dari kedua belah pihak. Suami harus baik dengan pihak keluarga istri,
demikian juga istri harus baik dengan keluarga pihak suami, terutama kepada kedua
orang tua, dan karib kerabat.
Tetangga merupakan orang-orang yang terdekat yang umumnya merekalah
orang-orang yang pertama tahu dan dimintai pertolongannya. Oleh karenanya
sangatlah janggal kalau hubungan dengan tetangga tidak mendapat perhatian.
Dapat kita bayangkan kalau sebuah keluarga yang tidak mau rukun dengan
tetangganya, kemudian mengalami musibah yang memerlukan pertolongan orang
lain, sedangkan tetangganya tidak mau tahu urusannya.
Begitu juga harus berbuat baik kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin,
teman sejawat, ibnu sabil bahkan pembantu rumah tangga.
151
QS. An-Nisaa’ [4]:36
81
152
QS. An-Nisaa’ [4]:36
82
6) Suka memaafkan
Diantara suami-istri harus ada sikap kesediaan untuk saling memaafkan atas
kesalahan masng-masing. Hal ini penting karena tidak jarang soal yang kecil dan
83
sepele dapat menjadi sebab terganggunya hubungan suami-istri yang tidak jarang
dapat menjurus kepada perselisihan yang berkepanjangan.
153 ِ
ًاح َش ًة َو َسآءَ َسبِْالَالزنَى ِنَّهُ َكا َن ف
ِ َوالَتَ ْقربُوا
َ
Artinya : Janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.154
Ayat di atas adalah petunjuk untuk menutup semua peluang yang bisa
mengantarkan kepada berbuat zina. Perselingkuhan yang mungkin berawal dari
pandangan, sering berjumpa dan mencurahkan berbagai permasalahan hidup atau
153
Kata al-fuhsy ()الفحش, al-fahisyah ()الفاحشة, dan al-fahisy ( )الفاحشbanyak digunakan di dalam
hadits dengan makna yang menunjuk kepada maksiat dan dosa yang amat keji yang mudharatnya
sangat besar. Kebanyakan kata tersebut di gunakan di dalam arti zina dan zina itu. Penggunaan bentuk
fahisyah ( )فاحشةhampir selalu disertai isyarat atau penyebutan tentang dosa-dosa yang dimaksud
fahisyah ( )فاحشةdi dalam ayat tersebut dan dosa-dosa tersebut hampir semuanya terkait dengan
pelanggaran seksual, dengan rincian sebagai berikut: pertama, Menunjukkan pada perbuatan zina,
seperti di dalam QS. Al-Isra’ [17]: 32, QS. an-Nisa’ [4]: 15, 19, 25, dan sebagainya. Kedua, Menunjuk
pada perbuatan dosa kaum luth (homoseksual dan lesbian), sebagaimana di dalam QS. al-A’raf [7]: 80,
QS. an-Naml [27]: 54, dan sebagainya. Ketiga, Menunjuk pada perbuatan mengawini dan mewarisi
mantan istri bapak, sebagaimana kebiasaan orang Arab Jahiliyyah sebelum datangnya Islam. Ini terlihat
di dalam QS. an-Nisa’ [4]: 22. Keempat, Menunjuk pada perbuatan telanjang saat thawaf, yang juga
sebagai kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyyah sebelum datangnya Islam. Hal ini disebutkan di dalam
QS. al-A’raf [7]: 28. Muhammad Rasyid Rida (mufasir dari Mesir) menafsirkan fahisyah sebagai
seluruh yang dianggap keji oleh manusia, baik berupa maksiat maupun dosa, dan tidak hanya tertuju
pada zina sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama. Fahisyah tersebut bisa lebih buruk dan keji dari
sekedar perbuatan atau perkataan buruk. Dikatakan demikian karena perbuatan fahisyah ini telah keluar
dari kebiasaan manusia dan hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Abdul Aziz Dahlan
(et.al.) Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 1, h. 1353 - 1354
154
QS. 17:32
84
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
ْ ك قَ َال َم َعا َذ الله ِنَّهُ َربِي أ
َح َس َن َ َت ل
َ ْْت َه َ َوَر َاوَدتْهُ الَّتي ُه َو في بَْْت َها َعن نَّ ْفسه َو َغلَّ َقت اْألَبْ َو
ْ َاب َوقَال
ُ ص ِر ِ ِمثْواى ِنَّه الَي ْفلِح الظَّالُِو َن ولَ َق ْد ه َُّت بِِه وه َّم بِها لَوآ أَن َّرءا ب رها َن ربِِه َك َذل
َالسوء
ُّ ُف َعْنه ْ َك لن
َ َ َ ُْ َ ْ َ ََ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ َ ََ
ْن ِ ِ ِ ِ ِ
َ َوالْ َف ْح َشآءَ نَّهُ م ْن عبَادنَا الْ ُُ ْخلَص
Artinya : Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda
Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya
berkata:"Marilah ke sini". Yusuf berkata:"Aku berlindung kepada Allah, sungguh
tuanku telah memperlakukanku dengan baik". Sesungguhnya orang-orang yang zalim
tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu Telah bermaksud (melakukan
perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu Andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar
kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba kami yang terpilih.155
155
QS. 12:23-24
85
156
QS. 12:29
86
b. Keuangan
Adanya kesukaan terhadap harta benda bukanlah hal yang jelek jika dilakukan
secara baik dan wajar. Kejelekannya adalah jika terlalu berambisi tanpa batas. Dalam
hal ini Allah memperingatkan hamba-Nya dalam al-Qur’an:
ك لِْل ُُ ْؤِمنَِْن
َ اح
َ َض َجن
ِ َّن عْ ن ْك ِلَى مامتَّعنا بِِه أ َْزواجا ِمْن هم والَتَحز ْن علَْ ِهم و
ْ اخف
ْ َ ْ ْ َ َْ َ ْ ُ ً َ َْ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ الَتَ ُُد
Artinya : Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada
kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara
mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka
dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.157
ِ ِ ِ
َ ِاجا ِمْن ُه ْم َزْهَرَة الْ َحَْاة الدُّنَْْا لنَ ْفتِنَ ُه ْم ف ِْه َوِرْز ُق َرب
ك َخْْ ر َوأَبْ َقى ِِ ك ِلَى مامت َّ َوالَ تَ ُُد
ً َّعنَا به أ َْزَو
ْ َ َ َ ََّْْن َعْْ ن
Artinya : Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah
Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik
dan lebih kekal.158
Ayat diatas merupakan obat penenang bagi mereka yang tergila-gila dengan
harta untuk mengendalikan dirinya dan jangan suka melihat-melihat kelebihan orang
lain dari segi hartaya saja, padahal ada hal yang jauh lebih baik dari itu yaitu keimanan
dan ketakwaan.
Kesulitan tersebut adalah hal yang alami, sudah menjadi sunnatullah, sebagai
cobaan/ ujian bagaimana manusia menyikapinya. Allah Swt berfirman :
ِ َّ س والثَُّرا ِ وب ِش ِر ُ ص ِم َن اْأل َْم َو ِال َواْأل ِ ولَنَ ب لُونَّ ُكم بِشي ٍء ِمن الْخو
َ الصاب ِر
ين َ َ َ َ َ ِ َنف ٍ وع َونَ ْق
ِ ف َوالْ ُج َْ َ ْ َ ْ َ ْ َ
157
QS. 15:88
158
QS. 20:131
87
Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadam, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.159
Masalah yang datang hendaknya bukan dijadikan ajang perselisihan, justru
untuk menambah kebersamaan, dan yang paling penting lagi sebagai sarana untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan meningkatkan keimaan dan
memperbanyak amal shaleh. Hal tersebut sebagai jalan terbaik karena Allah Swt
berfirman :
159
QS. 2:155
160
QS. 65:3
88
nya untuk memberikan zakat kepada mereka yang juga telah ditentukan oleh Allah,
diantaranya adalah orang miskin.
Sehingga bisa dikatakan bahwa pengentasan kemiskinan diperlukan sebuah
sinergi dari individu yang bersangkutan, masyarakat dan negara.
c. Kekerasan
Dari semua agama yang ada didunia ini, tidak ada ajaran tentang kekerasan.
Apalagi agama Islam yang berarti damai tentunya menghendaki dan menuju kepada
nilai-nilai kedamaian, artinya agama Islam anti kekerasan. Selain berarti damai kata
salam akar kata dari Islam juga berarti aman, sehingga Islam juga berarti adanya suatu
jaminan keamanan dari segala bentuk bagi semua makhluk di muka bumi, dan
bukanlah diturunkannya al-Qur’an dan Rasul sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Kepada makhluk lain pun, seperti binatang, dianjurkan berlaku lemah lembut, apalagi
kepada manusia sebagai sebaik-baik penciptaan Allah, baik laki-laki maupun
perempuan. 161
Ajaran tentang pentingnya perilaku lemah lembut dan kasih sayang kepada
makhluk Allah, sebenarnya secara tidak langsung sebagai perintah untuk tidak
melakukan kekerasan. Dalam firman-Nya Allah menegaskan :
ٍ ياأيُّها ال ِذين ءامنوا الَيسخر قَوم ِمن قَوٍم عسى أَن ي ُكونُوا خْ را ِمْن هم والَنِسآء ِمن نِس
آء َع َسى أَن يَ ُك َّن َ َ َ ْ ُ ًْ َ َ ََ ْ ْ ْ َ ْ َ َُ َ َ َ َ
ِ
ْ ُس اْ ِإل ْس ُم الْ ُف ُسو ُق بَ ْع َد اْ ِإل َيُان َوَمن لَّ ْم يَت
ب ِ ِ ِ ُ َخْْ ًرا ِمْن ُه َّن َوالَتَلْ ُِ ُزوا أ
َ َْنف َس ُك ْم َوالَتَنَابَ ُزوا باْألَلْ َقاب بئ
ك ُه ُم الظَّالِ ُُو َن
َ ِفَأ ُْوالَئ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-
olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik
161
Zaitunah Subhan, Kekerasan Terhadap Perempuan, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004,
Cet. Ke-1, hal.35
89
ٍ َّل حسنا ب عد س
وء فَِإنِي َغ ُفور َّرِحْم ِ
ُ َ ْ َ ً ْ ُ َ الَّ َمن ظَلَ َم ثَُّم بَد
162
QS. 49:11
163
QS. 20:82
90
164
QS. 27:11
165
QS. 39:53
91
diperlukan kesabaran jangan sampai putus asa kepada rahmat Allah agar
diberikan rasa kasih sayang pada kedua belah pihak.
166
QS. 64:14
167
QS. 3:159
92
ِِ ِ ِ
ْ ُخذ الْ َع ْف َو َوأْ ُم ْر بِالْعُْرف َوأ َْع ِر
َ ض َع ِن الْ َجاهل
ْن
Artinya : Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.168
Dari ayat di atas bisa diambil pelaaran bagi korban kekerasan untuk melakukan
beberapa hal, yaitu :
1) Memaafkan pelaku jika dia telah mengaku bersalah dan berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatan tersebut pada masa mendatang. Tidak membalas
perlakuan buruk tersebut, karena bagaimana pun dia adalah pasangan hidup anda;
2) Berlaku lemah lembut sebagai simpati dari perubahan perilaku pasangan dan
tidak berlaku kasar baik secara lisan maupun perbuatan. Untuk bersikap lemah
lembut kepada orang yang telah mengaku salah bisa jadi hal yang sulit, karena
itu memohonlah kepada Allah untuk dianugerahi sikap yang lemah lembut. Di
antara sikap yang lembut adalah dengan memohonkan ampun bagi pelaku
kekerasan dan berusaha berkomunikasi dengan cara yang baik dan
bermusyawarah, terutama ketika pelaku belum sadar akan perbuatannya. Selain
memaafkan, maka janganlah bosan untuk memberi dukungan agar selalu
melakukan perbuatan ma’ruf atau kebaikan. Dalam melakukan perbuatan diatas,
memaafkan dan bersikap lemah lembut sesudah didzalimi, terkadang mendapat
hambatan dari pihak luar, karena merasa korban terlalu banyak disakiti. Untuk itu
perlu sikap hati-hati dalam menyikapi reaksi dari pihak luar dalam penanganan
konflik keluarga.
d. Gangguan Seksual
Adanya permasalahan dalam hal seksualitas, dapat mengganggu keharmonisan
keluarga jika dibiarkan berlarut-larut. Gangguan seksualitas bisa diakibatkan karena
fisik juga psikis. Al-Qur’an sebenarnya mengaharapkan manusia untuk menjaga
168
QS. 7:199
93
169
QS. 24:30
94
ض ِربْ َن بِأ َْر ُجلِ ِه َّن لُِْ ْعلَ َم ِ ِ َّ ِ ِ ِ َغْ ِر أُولِى اْ ِإلرب ِة ِمن
ْ َين لَ ْم يَظْ َه ُروا َعلَى َع ْوَرا ِ النِ َسآء َوالَي
َ الر َجال أَ ِو الط ْف ِل الذ َ َْ ْ ْ
الله َج ُِ ًْعا أَيَُّه الْ ُُ ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن
ِ مايخ ِفْن ِمن ِزينَتِ ِه َّن وتُوبوا ِلَى
ُ َ َ ُْ َ
Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman:"Hendaklah mereka
menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari
mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan
janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita.Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.170
Dari ayat diatas sangat jelas perintah untuk menjaga pandangan. Karena
padangan adalah awal dari banyak kemaksiatan. Selain itu bagi kaum wanita
diperintahkan untuk tidak menampakkan perhiasan, karena ada akibat ada sebab,
adanya reaksi karena ada aksi. Laki-laki yang melihat kemolekan tubuh wanita bisa
tergiur untuk melakukan hal yang negatif dikarenakan perempuan tersebut yang tidak
menjaga dirinya. Karenanya Allah menyuruh hamba-Nya untuk sama-sama
memelihara pandangan dan kesucian diri masing-masing.
Selain itu banyak firman Allah yang memperingatkan agar jangan mengikuti
hawa nafsu karena mendatangkaan banyak kemudharatan, baik di dunia maupun
diakhirat. Firman Allah :
170
QS. 24:31
95
ص ِرِه ِغ َش َاوًة ِ ِِ ِ
َ َّخ َذ ِلَ َههُ َه َواهُ َوأ
َ ََضلَّهُ اللهُ َعلَى ع ْل ٍم َو َختَ َم َعلَى َس ُْعه َوقَ ْلبِه َو َج َع َل َعلَى ب َ ت َم ِن ات
َ ْأَفَ َرءَي
ِ فَُن ي ه ِد ِيه ِمن ب ع ِد
الله أَفَالَ تَ َذ َّك ُرو َن َْ َْ َ
Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan
Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat).Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.171
2. Konsep Nusyuz
a. Nusyuz Istri
Di dalam beberapa ayat surat An-Nisaa’ terdapat penjelasan yang menarik untuk
menjaga kebahagiaan dan ketentraman keluarga serta menyingkirkan segala
perpecahan dan perselisihan.172
Allah Swt berfirman :
ِ َّ َض وبُِآأَن َف ُقوا ِمن أَموالِ ِهم ف ِِ ِ ِ
َ َ ٍ ض ُه ْم َعلَى بَ ْع
173
ُ الصال َحا ْ َْ ْ َ َّل اللهُ بَ ْع
َ ال قَ َّو ُامو َن َعلَى الن َسآء ب َُا فَض
ُ الر َج
ِ ب بُِا ح ِف َظ الله واالَّتِي تَخافُو َن نُشوزه َّن فَعِظُوه َّن واهجروه َّن فِي الُْض ِ ِ ِ
اج ِع َ َ ُ ُُ ْ َ ُ َُ ُ َ َُ َ َ ِ َْْقَانتَا َحافظَا ل ْلغ
الله َكا َن َعلًِّْا َكبِ ًْرا
َ وه َّن فَِإ ْن أَطَ ْعنَ ُك ْم فَالَتَ ْب غُوا َعلَْْ ِه َّن َسبِْالً ِ َّن
ُ ُاض ِرب
ْ َو
171
QS. 45:23
172
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Qabas min Nuril-Qur’an, Beirut, Daar Al-Qalam, Cet. Ke-1,
1406, h. 198
173
Kata qawwaamuun adalah jamak dari kata qawwaam bentuk mubalagah dari kata qaaim,
yang berarti orang yang melaksanakan sesuatu secara sungguh-sungguh sehingga hasilnya optimal dan
sempurna. Oleh karena itu, qawwaamuun bisa diartikan penanggung jawab, pelindung, pengurus bisa
juga berarti kepala atau pemimpin, yang diambil dari kata qiyaam sebagai asal kata kerja qaama
yaquumu yang berarti berdiri. Departemen Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta:Departemen
Agama RI, 2009), cet. ke-3, jilid 2, h. 162
96
Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta
mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta'atimu, maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.174
Didalam al-Qur’an, kata nusyuz dan kata yang seakar dengannya terulang
sebanyak lima kali dalam konteks pembicaraan, yaitu berdiri untuk mempersilahkan
duduk bagi orang lain yang terlambat datang di dalam suatu majelis, kedurhakaan di
dalam kehidupan rumah tangga, dan mengangkat sesuatu yang telah cerai-berai.
Secara bahasa, kata nusyuz berarti : ‘al-murtafi ()المرتفع, seperti al-murtafi’u minal-
ardhi (terangkat ke atas dari tanah). Nasyaza fulan ( )نشزِفالنberarti si fulan itu berdiri
(dari duduknya).175
Di dalam al-Qur’an ungkapan yang bermakna terangkat atau tegak keatas ini
dijumpai di dalam al-Qur’an :
ْل ان ُش ُزواِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ َّ
َ ْل لَ ُك ْم تَ َف َّس ُحوا في الْ َُ َجالس فَافْ َس ُحوا يَ ْف َس ِح اللهُ لَ ُك ْم َو ذَا ق
َ ين ءَ َامنُوا ذَا ق
َ يَاأَيُّ َها الذ
ين أُوتُوا الْعِلْ َم َد َر َجا ٍ َواللهُ بِ َُا تَ ْع َُلُو َن َخبِْر ِ َّ ِ ِ َّ
َ ين ءَ َامنُوا من ُك ْم َوالذ
َ انش ُزوا يَ ْرفَ ِع اللهُ الذ
ُ َف
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:"Berlapang-
lapanglah dalam majlis", lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu.Dan apabila dikatakan:"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
174
QS. 4:34
175
Muhammad Ahmad al-Anshary, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Beirut: Daar al-Kutub al-
Alamiyyah, 1993, Jilid 5-6, hal. 112
97
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.176
Latar belakang turun ayat tersebut berkaitan dengan peristiwa ketika Rasulullah
Saw mengadakan pertemuan menghormati pejuang perang Badar di suatu tempat
yang agak sempit. Di antara mereka ada yang terlambat datang, termasuk Tsabit bin
Qais. Ketika mereka berdiri di luar, kelihatan oleh Rasulullah, lantas mereka
mengucapkan salam kepada beliau kemudian kepada para hadirin yang lain. Ketika
masuk, mereka tetap berdiri menunggu tempat disediakan bagi mereka, tetapi tidak
ada yang mempersilahkannya. Melihat hal ini Rasulullah Saw kecewa dan berkata :
‘berdirilah, berdirilah’ (fansyuzuu, fansyuzuu). Beberapa orang di antara mereka
berdiri dengan perasaan enggan. Ayat ini turun memberi isyarat untuk menghormati
dan memberi tempat duduk bagi orang yang datang terlambat di dalam satu majelis. 177
Gambaran kehidupan sesudah mati juga ada diungkapkan dengan menggunakan
nasyz, dengan akar kata yang sama. Allah Swt berfirman:
وش َها قَ َال أَنَّى يُ ْح ِى َه ِذ ِه اللهُ بَ ْع َد َم ْوتِ َها فَأ ََماتَهُ اللهُ َماْئَ َة
ِ أَو َكالَّ ِذي مَّر علَى قَري ٍة وِهي خا ِوية علَى عر
ُُ َ َ َ َ َ َْ َ َ ْ
ٍ
َ ت َماْئَ َة َع ٍام فَانْظُْر ِلَى طَ َع ِام
ك َ ْض يَ ْوم قَ َال بَ ْل لَّبِث َ َْع ٍام ثَُّم بَ َعثَهُ قَ َال َك ْم لَبِث
ُ ْت قَ َال لَبِث
َ ت يَ ْوًما أ َْو بَ ْع
ِ ِ
الله
َ َن َّ وها لَ ْح ًُا فَلَ َُّا تَبَ َّْ َن لَهُ قَا َل أ َْعلَ ُم أ َ ْْك لَ ْم يَتَ َسن َّْه َوانْظُْر ِلَى الْعظَ ِام َك
َ ُ نُنش ُزَها ثَُّم نَ ْك ُس َ َِو َشَراب
َعلَى ُك ِل َش ْي ٍء قَ ِدير
Artinya : Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang-orang yang melalui
suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia
berkata:"Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah roboh" Maka
176
QS. al-Mujaadilah [58]:11
M. Quraish Shihab, et.al., Ensiklopedi Al-Qur’an (Kajian Kosa Kata), Jakarta: Lentera Hati,
177
2007, Cet. Ke-1, hal. 740, Muhammad Ahmad al-Anshary, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Beirut: Daar
al-Kutub al-Alamiyyah, 1993, Jilid 5-6, hal. 112
98
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah
bertanya:"Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?". Ia menjawab:"Saya telah
tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman:"Sebenarnya kamu telah
tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu
yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi
tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia;
dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana kami menyusunnya
kembali, kemudian Kami mentupnya kembali dengan daging". Maka tatkala telah
nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun
berkata:"Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".178
Kata nunsyizuha di dalam ayat ini berkembang menjadi ‘kami susun kembali’.
Hal ini dapat dipahami bahwa sesuatu yang sudah berserakan, dapat diangkat kembali
di dalam bentuk tersusun oleh Allah Swt seperti mengangkat dan menyusun tulang-
belulang keledai dan membalutnya dengan daging.
Di dalam kehidupan suami istri juga di kenal istilah nusyuz, yakni kedurhakaan
seorang istri terhadap suami, atau sebaliknya. Ibnu Manzhur al-Ansari mengatakan
bahwa nusyuz antara suami istri berarti: salah satu pihak tidak menyukai yang lain.
Kata nusyuz di sini juga terambil dari kata nasyz, yang berarti: terangkatnya salah satu
pihak dari mencintai pihak lain, seperti terangkatnya sesuatu dari tanah atau seseorang
berdiri dari duduknya.179 Nusyuz istri terhadap suami dijelaskan oleh Allah di dalam
QS. an-Nisa [4]: 34.
Sabab nuzul QS. an-Nisa [4]: 34 menurut riwayat Hasan al-Basri, ada seorang
perempuan mengadu kepada Rasulullah saw, bahwa suaminya telah memukulinya.
Rasulullah saw bersabda, “Ia (suami) akan dikenakan hukum qishash”. Kemudian
178
QS. Al-Baqarah [2]: 259
179
M. Quraish Shihab, et.al., Ensiklopedi Al-Qur’an (Kajian Kosa Kata), Jakarta: Lentera Hati,
2007, Cet. Ke-1, hal. 740
99
Allah swt menurunkan ayat Ar-Rijalilu qawwamuna ‘ala an-nisa ...” (Riwayat al-
Hasan al-Basri dari Muqatil).180
Diriwayatkan pula bahwa perempuan itu kembali ke rumahnya dan suaminya
tidak mendapat hukuman qishash sebagai balasan terhadap tindakannya, karena ayat
ini membolehkan memukul istri yang tidak taat kepada suaminya, dengan tujuan
mendidik dan mengingatkannya. 181
Dalam riwayat lain dijelaskan setelah datang wanita mengadu kepada Nabi saw,
kemudian Nabi saw berkata diberlakukan qishash kepada suami, Allah menurunkan
surat Thaahaa (20) ayat 114 :
180
Ali bin Ahmad al-Wahidi (w. 468 H), Asbab Nuzul al-Qur’an, Beirut: Daar al-Kutub al-
Alamiyyah, 1991, h. 155.
181
Departemen Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta:Departemen Agama RI, 2009), cet.
ke-3, jilid 2, h. 162-163.
182
QS. 20 : 114
183
Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurtuby, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Beirut: Daar
al-Kutub al-Alamiyyah, 1993, jilid 3, h. 110.
184
Muhammad Mukram Ibnu Mandzur, Lisaan al-Arab, Beirut: Daar Shaadir, 1990, Cet. Ke-1,
hal. 418.
100
apa yang seharusnya dipatuhi dan/atau rasa benci terhadap pasangannya. Redaksi lain
menyebutkan bahwa nusyuz berarti tidak taatnya suami atau istri kepada pasangannya
secara tidak sah atau tidak cukup alasan.
Apabila terjadi pembangkangan terhadap sesuatu yang memang tidak wajib
dipatuhi, maka sikap itu tidak dapat dikategorikan sebagai nusyuz. Misalnya, suami
menyuruh istrinya berbuat maksiat kepada Allah swt. Sikap ketidakpatuhan istri
terhadap suaminya itu tidak berarti istri nusyuz terhadap suaminya. Atau apabila
seorang istri menuntut sesuatu diluar kemampuan suaminya lalu suaminya tidak
memenuhinya, maka suami tersebut tidak dapat dikatakan nusyuz terhadap istrinya.185
Nusyuz berawal dari salah satu pihak suami atau istri, bukan keduanya secara
bersama-sama, hal itu bukan termasuk nusyuz melainkan dikategorikan sebagai
‘syiqaq’.
Nusyuz pihak istri berarti kedurhakaan atau ketidaktaatan terhadap suami.
Nusyuz pihak istri dapat terjadi apabila istri tidak menghiraukan hak suami atas
dirinya. Nusyuz pihak suami terhadap istri lebih banyak berupa kebencian atau
ketidaksenangan terhadap istrinya sehingga suami menjauhi atau tidak
memperhatikan istrinya. Selain istilah nusyuz pihak suami ada juga istilah i’raad
(berpaling). Perbedaannya adalah jika nusyuz, suami menjauhi istri; sedangkan jika
i’raad, suami tidak menjauhi istrinya melainkan hanya tidak mau berbicara dan tidak
menunjukkan kasih sayang kepada istrinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
setiap nusyuz pasti i’raad, namun setiap i’raad belum tentu nusyuz.
Nusyuz dapat berbentuk perkataan maupun perbuatan. Bentuk nusyuz perkataan
dari pihak istri adalah seperti menjawab secara tidak sopan terhadap pembicaraan
suami yang lemah lembut, sedangkan dari pihak suami adalah memaki-maki dan
menghina istrinya. Bentuk nusyuz perbuatan dari pihak istri adalah seperti tidak mau
pindah kerumah yang telah disediakan oleh suaminya, enggan melakukan apa yang
185
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Damascus: Daar al-Fikr, 1989, Cet.
Ke-3, hal. 339
101
diperintahkan oleh suaminya, keluar rumah tanpa seizin suami sedangkan dari pihak
suami adalah mengabaikan hak istri atas dirinya, berfoya-foya dengan perempuan
lain, atau menganggap sepi atau rendah terhadap istrinya. 186
Adapun dasar hukum nusyuz pihak istri terhadap suaminya adalah QS. an-Nisaa
(4) ayat 34, di dalam ayat itu disebutkan hak suami atas istrinya dan hak istri terhadap
suami, menunjukkan beberapa langkah yang harus ditempuh laki-laki untuk menata
kehidupan keluarganya. Disini juga dijelaskan makna kepemimpinan laki-laki atas
istrinya, bukan merupakan kepemimpinan untuk memperbudak dan memperalatnya,
tapi merupakan kepemimpinan dalam nasihat dan pengajaran, tak ubahnya
kepemimpinan penguasa terhadap rakyatnya. Laki-laki mempunyai derajat sebagai
pemimpin atas wanita, karena Allah telah mengkhususkan laki-laki untuk mencari
penghidupan dan nafkah, yang berkewajiba menangani urusan wanita, seperti
penguasa yang berkewajiban menangani urusan rakyat, menjaga dan memelihara serta
menjamin ketenangan hidupnya.
Allah membagi wanita menjadi dua golongan: Pertama, wanita yang shalihah
dan taat kepada Allah dan suaminya. Kedua, wanita yang membangkang dan
memberontak. Istri yang shalihah dan taat kepada suami adalah yang menjaga
perintah-perintah Allah, memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban, memelihara
dirinya dari perbuatan keji, menjaga harta suami, tidak membelanjakan secara
berlebih-lebihan dan boros, menjaga kehormatan diri dan dapat dipercaya. Adapun
istri yang membangkan atau nusyuz ialah yang tidak mau patuh dan taat kepada suami,
maka al-Qur’an telah menyajikan beberapa langkah yang bijaksana untuk
menghadapinya.187
186
Abdul Aziz Dahlan (et.al.) Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar baru van Hoeve, 1996,
cet. 1, jilid 1, h. 1353 - 1354
187
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Qabas min Nuril-Qur’an, BeirutL Daar Al-Qalam, Cet. Ke-
1, 1406, h. 199
102
Dalam manajemen konflik keluarga menurut al-Qur’an jika terjadi nusyuz istri
makan ada beberap tahapan yang harus dilakukan oleh suami berdasarkan pada QS.
an-Nisaa’ [4] ayat 34.
Tahap pertama: Berupa pemberian nasihat, petunjuk, dan peringatan tentang
ketaakwaan kepada Allah SWT serta hak dan kewajibaan suami istri dalam rumah
tangga. Namun demikian, sebelum menasihati istrinya, suami harus mengintropeksi
dirinya terlebih dahulu apakah sikap istrinya saat itu bersumber dari atau
dilatarbelakangi oleh sikapnya sendiri terhadap istri. Jika memang demikian, maka
bukan nasihat yang harus diberikan kepada istrinya terlebih dahulu, melainkan
memperbaiki diri sendiri yang harus diutamakan. Tetapi jika terbukti nusyuz istri itu
bersumber dari istri itu sendiri, maka nasihat, petunjuk, dan peringatan harus
diberikan kepadanya.
Nasihat kepada istri yang nusyuz harus dilakukan dengan bijaksana dan lemah
lembut. Apabila dengan cara lemah lembut tidak dapat mengubah sikap nusyuz istri,
maka suami diperkenankan mengancam istri yang nusyuz itu dengan menjelaskan
bahwa sikap nusyuz seorang istri terhadap suaminya dapat menggugurkan hak-hak
istri atas suaminya.
Tahap kedua: berpisah ranjang dan tidak saling bertegur sapa. Tahap ini adalah
tahap lanjutan, yakni jika tahap pertama tidak berhasil mengubah sikap nusyuz istri.
Khusus mengenai tidak bertegur sapa ini hanya diperbolehkan selama tiga hari tiga
malam,188 berdasarkan hadis Rasulullah Saw:
188
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Damascus: Daar al-Fikr, 1989, Cet.
Ke-3, hal. 338-339
189
HR. al-Tabrani, no. Hadits : 914.
103
Tahap ketiga: memukul istri yang nusyuz, namun dengan pukulan yang tidak
sampai melukainya.190
Menurut Muhammad Ali As-Sabuni, ahli tafsir, dan Wahbah az-Zuhaili, ahli
fikih kontemporer, ketika melakukan pemukulan harus dihindari : (1) bagian muka
karena muka adalah bagian tubuh yang paling dihormati; (2) bagian perut dan bagian
tubuh lain yang dapat menyebabkan kematian, karena pemukulan ini bukan
bermaksud untuk mencederai apalagi membunuh istri yang nusyuz, melainkan untuk
mengubah sikap nusyusnya; dan (3) memukul hanya pada satu tempat karena akan
menambah rasa sakit dan akan memperbesar kemungkinan timbulnya bahaya.
Apabila akibat pemukulan tersebut istri yang nusyuz meninggal, ulama berbeda
pendapat dalam hal apakah kemudian suami yang memukul itu di-qhisash atau tidak.
Menurut Mazhab Maliki dan Hanbali, suami yang bersangkutan tidak di-qishash
karena pemukulan tersebut memang dibenarkan oleh syara’. Sedangkan Mazhab
Hanafi dan Syafi’i berpendapat harus di-qishash karena yang bersangkutan
mengabaikan syarat pemukulan, yaitu harus menjaga keselamatan istri yang dipukul.
Kendati pemukulan terhadap istri yang nusyuz adalah sebagai usaha memperbaiki
sikapnya, tetap lebih baik apabila tidak memukulnya.
Masalah pemukulan kepada istri ini, merupakan sesuatu yang digunakan musuh
Islam untuk menyerang syariat Islam, menurut Ali Ash-Shabuni. Hal ini dikarenakan
orang kafir/munafiq tidak memahami hakikat pemukulan tersebut.
Islam memang mengizinkan suami untuk memukul istirnya. Tapi kapan
pemukulan itu diperbolehkan dan siapa wanita yang boleh dipukul. Pemukulan ini
merupakan obat dan solusi. Obat dibutuhkan manusia dalam keadaan mendesak dan
ketika penyakit semakin bertambah parah. Ketika istri berbuat jahat kepada suami,
ketika kehidupan suami istri berubah menjadi neraka yang terlalu berat untuk
ditanggung. Maka apa yang dapat dilakukan suami dalam hal seperti ini. Apakah
190
Isma’il bin Katsir al-Dimasqy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, Beirut: Daar al-Ma’rifah, tt, hal.
504
104
istrinya diusir dari rumah, atau langsung dicerai atau dibiarkan leluasa berbuat
semaunya sendiri.
Al-Qur’an telah memberikan obat yang mujarab, memerintahkan untuk
bersabar dan menahan diri, kemudian nasihat dan bimbingan, kemudian
menghindarinya di tempat tidur. Jika semua ini gagal, barulah digunakan cara lain,
yaitu pemukulan yang tidak terlalu keras dan tidak melukai, yang gunanya untuk
meluluhkan kesombongannya da mengeluarkan syetan pembisik manusia. Cara ini
lebih sedikit mudharatnya daripada menjatuhkan thalak seketika itu pula. Jika
dibandingkan, mana mudharat-nya yang lebih besar, maka cara inilah yang paling
baik untuk dilakukan. Cara pukulan ini merupakan salah satu cara, jika cara-cara
perbaikan yang lemah lembut tidak efektif lagi. 191
Kemudian Ulama fikih berbeda pendapat mengenai apakah tindakan yang
diambil suami untuk memperbaiki sikap nusyuz istri perlu berjenjang (berurutan) atau
tidak. Menurut jumhur ulama, termasuk Mazhab hanbali, tindakan tersebut harus
berjenjang dan disesuaikan dengan tingkat atau kadar nusyuz istri. Pada jenjang
pertama diberikan nasihat dan pengarahan, yaitu ketika suami khawatir istrinya akan
nusyuz. Jenjang terakhir adalah pemukulan. Sedangkan Imam asy-Syafi’i dan Imam
an-Nawawi, seorang ulama Mazhab Syafi’i, berpendapat bahwa dalam melakukan
tindakan tersebut tidak harus berjenjang, boleh memilih tindakan yang diinginkan
seperti tindakan pemukulan boleh dilakukan pada awal nusyuz istri.192
Perbedaan pendapat tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam memahami
surah an-Nisaa’ (4) ayat 34. Menurut kelompok pertama, yaitu kelompok jumhur
ulama, arti ayat tersebut menghendaki adanya urutan yang dapat dilihat dari kualitas
hukuman yang bertahap (at-tadarruj), mulai dari yang paling ringan sampai yang
terberat. Apabila tujuan tindakan telah tercapai dengan tahap pertama, yaitu memberi
191
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Qabas min Nuril-Qur’an, BeirutL Daar Al-Qalam, Cet. Ke-
1, 1406, terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka Kautsar, 2003, cet. ke-2, h. 200-201
192
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Damascus: Daar al-Fikr, 1989, Cet.
Ke-3, hal. 339
105
nasihat dan pengarahan, maka tidak perlu lagi dilanjutkan ke tahap berikutnya. Oleh
karena itu, tidak dibenarkan memulai tindakan dari yang terberat. Sedangkan menurut
kelompok kedua, huruf waw atau ‘dan’ pada ayat tersebut tidak berarti menghendaki
adanya urutan. Dengan demikian, suami boleh memilih salah satu diantara ketiga
macam tindakan tersebut atau menggabungkannya. 193
Tahap keempat: Apabila tahap pertama, kedua, dan ketiga tidak berhasil,
sementara nusyuz istri sudah menimbulkan kemarahan suami dan menjurus pada
syiqaq, maka diperlukan juru damai. Juru damai ini akan meneliti kasusnya dan jika
ditemukan kemudaratan yang mengharuskan untuk memisahkan pasangan tersebut.
b. Nusyuz Suami
Adapun hukum nusyuz pihak suami terhadap istrinya disebutkan pada surah an-
Nisaa (4) ayat 128.194
لصلْ ُح َخْْر
ُّ صلْ ًحا َوا ِ وِ ِن امرأَة خافَت ِمن ب علِها نُشوزا أَو ِعراضا فَالَجناح علَْ ِهُآ أَن ي
ُ صل َحا بَْْ نَ ُه َُا
ْ ُ َ ْ َ َ َُ ً َْ ْ ً ُ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ
الله َكا َن بِ َُا تَ ْع َُلُو َن َخبِ ًْرا ِ ِ ِ وأ
َ ُّح َوِن تُ ْحسنُوا َوتَتَّ ُقوا فَِإ َّن
َّ س الش
ُ ُحضَر اْألَن ُف
ْ َ
Artinya : Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh
dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia
itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan
memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikatak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.195
193
Abdul Aziz Dahlan (et.al.) Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, h. 1354 - 1355
194
Muhammad Amin al-Syinqiity, Adwa’ al-Bayan fi Iidhoh al-Qur’an bi al-Qur’an, Beirut:
Daar al-Kutub al-Alamiyyah, 1996, Cet. Ke-1, hal. 257.
195
QS. 4:128
106
Ayat ini menerangkan sikap yang harus diambil oleh seorang istri bila ia melihat
sikap nusyuz dari suaminya, seperti tidak melaksanakan kewajibannya terhadap
dirinya sebagaimana mestinya, tidak memberi nafkah, tidak menggauli dengan baik,
berkurang rasa cinta dan kasih sayangnya dan sebagainya. Hal ini mungkin
ditimbulkan oleh kedua belah pihak atau disebabkan oleh salah satu pihak saja. 196
Jika demikian halnya, maka hendaklah istri mengadakan musyawarah dengan
suaminya, mengadakan pendekatan, perdamaian do damping berusaha
mengembalikan cinta dan kasih sayang suaminya yang telah mulai pudar. Dalam hal
ini tidak berdosa jika istri bersikap mengalah kepada suaminya, seperti bersedia
beberapa hak dikurangi dan sebagainya. Hal ini sebagai upaya memperlihatkan
kepada suaminya keikhlasan hatinya, sehingga suami ingat kembali kepada
kewajiban-kewajibannya.
Jika istri telah bersabar makan jalan yang selanjutnya adalah istri boleh
mengajukan khulu’ dengan kesediaan membayar ganti rugi kepada suaminya
sehingga suaminya menjatuhkan talak. Ini jika tidak ada jalan lain untuk
permasalahan konflik keluarga.
Sebagai jalan keluar dari kemelut akibat nusyuz, kedua belah pihak suami istri
diperbolehkan mengadakan perjanjian atau perdamaian. Materi perjanjian atau
perdamaian dapat berupa apa saja sepanjang hal itu dibenarkan oleh syara’ dan
disetujui oleh kedua belah pihak. Misalnya, perjanjian melepaskan hak masa tinggal
atau menginap istri dari suami.
Perjanjian ini dapat dibenarkan karena maksud disyariatkannya ketentuan itu
adalah untuk menjamin kemashlahatan pihak istri. Hal ini diperkuat oleh riwayat
mengenai kasus Saudah RA, salah seorang istri Rasulullah SAW. Saudah merasa
takut akan ditalak oleh Rasulullah Saw: “Jangan talak saya, biarlah hak giliran saya
196
Departemen Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta:Departemen Agama RI, 2009), cet.
ke-3, jilid 2, h. 285.
107
3. Konsep Syiqaq
Allah Swt Berfirman :
صالَ ًحا يُ َوفِ ِق اللهُ بَْْ نَ ُه َُآِ َّن ِ ِ ِِ ِ ِ َ وِ ْن ِخ ْفتُم ِش َق
ْ ِاق بَْْن ِه َُا فَابْ َعثُوا َح َك ًُا م ْن أ َْهله َو َح َك ًُا م ْن أ َْهل َهآِن يُِر َيدآ ْ َ
}23{ الله َكا َن َعلِ ًُْا َخبِ ًْرا
َ
Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.198
Di dalam al-Qur’an kata syiqaq disebut sebanyak 7 kali, yaitu :
197
Isma’il bin Katsir al-Dimasqy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, Beirut: Daar al-Ma’rifah, tt, hal.
260
198
QS. An-Nisa’ [4]: 35
199
QS. Al-Baqarah [2]: 137
108
ٍ ِاق بع
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ َن الله نََّزَل الْ ِكت ِ
}112{ ْد َ اختَ لَ ُفوا في الْكتَاب لَفي ش َق َ اب بالْ َحق َو َّن الذ
ْ ين َ َ َ َّ ك بِأ
َ ذَل
Artinya : Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al-Kitab
dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih
tentang (kebenaran) Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari
kebenaran). (QS. al-Baqarah [2]:176)
صالَ ًحا يُ َوفِ ِق اللهُ بَْْ نَ ُه َُآِ َّن ِ ِ ِِ ِ ِ َ وِ ْن ِخ ْفتُم ِش َق
ْ ِاق بَْْن ِه َُا فَابْ َعثُوا َح َك ًُا م ْن أ َْهله َو َح َك ًُا م ْن أ َْهل َهآِن يُِر َيدآ ْ َ
}23{ الله َكا َن َعلِ ًُْا َخبِ ًْرا
َ
Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal. 200
200
QS. An-Nisa’ [4]: 35
201
QS. Hud [11]: 89
109
ٍ ِاق بع
ٍ ِ ِ ُِ ِاسْ ِة قُلُوب هم وِ َّن الظَّال
ِ ِ ِ لِْجعل ماي ْل ِقي الشَّْطَا ُن فِْت ن ًة لِلَّ ِذ
ْد َ ْن لَفي ش َق
َ َ ْ ُ ُ َ ين في قُلُوبِهم َّمَرض َوالْ َق
َ َ ْ ُ َ َ َْ َ
}32{
Artinya : Agar dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai
cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar
hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam
permusuhan yang sangat. 202
ٍ ِاق بع
}33{ ْد ٍ ِ ِ ِ الله ثَُّم َك َفرتُم بِِه من أ
ِ ند ِ قُل أَرءي تم ِن َكا َن ِمن ِع
َ َض ُّل م َُّ ْن ُه َو في ش َق
َ َْ ْ ْ ْ ُْ َ َ ْ
Artinya : Katakanlah: "Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari
sisi Allah, Kemudian kamu mengingkarinya. siapakah yang lebih sesat daripada
orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?".204
Dalam al-Qur’an, kata syiqaq senantiasa mengandung konotasi negatif yang
menjurus kepada penentangan, penyimpangan, dan pengingkaran terhadap kebenaran,
keadilan, petunjuk Allah dan Rasul-Nya, serta kebaikan. Oleh karena itu, syiqaq
senantiasa menjadi ciri orang musyrik, orang kafir, orang munafik, orang zalim, dan
orang-orang yang bersengketa karena sikap, keyakinan, dan aktivitas mereka
cenderung mencerminkan hal-hal tesebut
202
QS. Al-Hajj [22]: 53
203
QS. Shad [38]: 2
204
QS. Fushilat [41]: 52
110
Syiqaq dalam QS. al-Baqarah [2]: 137 merupakan gambaran permusuhan orang-
orang Nasrani, Yahudi, dan lainnya terhadap Nabi Muhammad Saw karena mereka
berpaling dari iman yang benar.
Kata yang sama dalam QS. al-Baqarah [2]: 176 merefleksikan sikap orang-
orang yang memperselisihkan kebenaran al-Qur’an.
Kemudian dalam QS. Hud [11]: 89 kata itu mencerminkan sikap kaum madyan
yang tidak memedulikan peringatan Nabi Syuaib as akan kejahatan mereka dan
seruannya untuk menyembah Allah serta kembali ke jalan yang benar dan berlaku
adil.
Selanjutnya dalam QS. al-Hajj [22]: 53 kata tersebut dinyatakan sebagai
cerminan sikap orang-orang zalim yang terpengaruh oleh godaan seta sehingga
mereka tidak dapat menangkap kebenaran dan tidak dapat memahami petunjuk yang
disampaikan Rasulullah Saw.
Dalam QS. Shad [38]: 2, syiqaq merupakan cerminan permusuhan yang
ditampilkan oleh orang-orang kafir yang menolak untuk menerima kebenaran.
Adapun syiqaq dalam QS. Fushshilat [41]: 52 dinyatakan sebagai ciri orang
yang mengingkari kedatangan al-Qur’an dari sisi Allah Swt.205
Terakhir, kata syiqaq yang terdapat dalam QS. An-Nisa [4]: 35 merujuk kepada
persengketaan yang terjadi dalam rumah tangga antara suami dan istri.206
Adapun kata yang seakar dengan kata syiqaq semuanya berjumlah 22, tersebar
dalam beberapa surah. Dari jumlah itu, yang terdekat kelas katanya adalah syaqqa –
ُ َ )شَق ِ– ِيDua kata ini disebut lebih 7 kali dalam al-Qur’an. Dengan
yasuqqu ( شق
kedekatan konjugasinya, makna ketiga kata itu mempunyai makna yang hampir
sama.207
205
M. Quraish Shihab, et.al., Ensiklopedi Al-Qur’an, hal. 951
206
M. Quraish Shihab, et.al., Ensiklopedi Al-Qur’an, hal. 951
207
M. Quraish Shihab, et.al., Ensiklopedi Al-Qur’an (Kajian Kosa Kata), Jakarta: Lentera Hati,
2007, Cet. Ke-1, hal. 951
111
208
Muhammad Mukram Ibnu Mandzur, Lisaan al-Arab, Beirut: Daar Shaadir, 1990, Cet. Ke-1,
hal. 182
209
Abdul Aziz Dahlan (et.al.) Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, h. 1708
112
wakil dari pihak suami dan wakil dari pihak istri. Kedua hakam itu dikirim oleh yang
berwajib atau oleh suami istri, atau oleh keluarga suami istri.210
Namun dalam kasus syiqaq, para ulama berbeda pendapat mengenai siapa yang
sebaiknya menjadi juru damai. Sebagian mufassir mengatakan bahwa juru damai
boleh saja diambil dari luar keluarga kedua belah pihak. Dalam pandangannya,
hubungan kekerabatan tidak merupakan syarat sah untuk menjadi juru damai dalam
kasus syiqaq. Sebab tujuan pokok dari pengutusan juru damai adalah untuk mencari
jalan keluar dari kemelut rumah tangga yang dihadapi oleh pasangan suami istri dan
hal ini dapat saja tercapai sekalipun juru damainya bukan dari keluarga kedua belah
pihak. Namun demikian, atas dasar dugaan yang kuat, lebih mengetahui seluk beluk
rumah tangga serta pribadi masing-masng suami istri; sehingga mengutus juru damai
dari keluarga kedua belah pihak yang berselisih tetap lebih dianjurkan dan lebih
utama.211
Sedangkan mufassir yang lain berpendapat bahwa juru damai harus terdiri dari
keluarga masing-masing pihak suami dan istri. Alasannya: 1) Keluarga kedua belah
pihak lebih tahu tentang keadaan kedua suami istri secara mendalam dan mendekati
kebenaran. 2) Keluarga kedua belah pihak adalah di antara orang-orang yang sangat
menginginkan tercapainya perdamaian dan kedamaian serta kebahagaiaan kedua
suami istri tersebut. 3) Merekalah yang lebih dipercaya oleh kedua suami istri yang
sedang berselisih. 4) Kepada mereka kedua suami istri akan leluasa untuk berterus
terang mengungkapkan isi hati masing-masing.212
Para ulama juga berbeda pendapat tentang siapa yang mengangkat atau
mengutus juru damai. Sebagian ulama berpendapat bahwa juru damai diangkat oleh
210
Departemen Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya, h. 163
211
Abdul Aziz Dahlan (et.al.) Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, h. 1708
212
Abdul Aziz Dahlan (et.al.) Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, h. 1709
113
keluarga pihak-pihak suami istri. Sebagian berpendapat bahwa orang yang berwenang
mengutus juru damai adalah keluarga kedua belah pihak dan pemerintah. 213
Terlepas dari perbedaan pandangan diatas, siapa pun yang menjadi juru damai
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Menurut Wahbah az-Zuhaili, guru besar fikih
dan ushul fikih pada Universitas Damascus, syarat-syaratnya adalah : (1) laki-laki, (2)
adil, dan (3) mengetahui (cukup informasi mengenai permasalahan keluarga yang
didamaikan).214
Status perceraian akibat syiqaq juga terjadi iktilaf ulama; mazhab Hanafi, qaul
qadim Imam Syafi’i dan mazhab Hanbali tidak membolehkan terjadinya perceraian
jika hanya berdasarkan pertimbangan telah terjadi syiqaq. Sebab dipandang masih ada
kemungkinan jalan lain untuk mengatasi mudarat yang mungkin akan ditimbulkan
oleh syiqaq tersebut, selain melalui talak atau perceraian. Salah satu cara
menyelesaikan perselisihan keluarga tersebut bisa dengan diajukan ke pengadilan.
Hakim atau aparat yang berwenang akan menasihati suami dan istri agar tidak
mengulangi sikap dan tindakan yang dapat menimbulkan perselisihan baru.
Sementara mazhab Maliki membolehkan terjadinya perceraian berdasarkan
pertimbangan syiqaq. Pendapat ini didasari oleh perselisihan yang berkepanjangan.
Untuk itu baik suami maupun istri boleh mengajukan perkaranya ke pengadilan. Jika
terbukti apa yang diadukannya benar, maka hakim akan menjatuhkan talak. Namun
sebaliknya, jika tidak terbukti kebenarannya, maka hakim tidak akan menjatuhkan
talak. Apabila pengaduan terjadi berulang-ulang oleh pasangan yang sama, karena
setiap diperiksa tidak dapat dibuktikan kebenarannya, maka hakim akan mengutus
dua orang juru damai, satu orang dari keluarga suami dan satu orang lagi dari keluarga
istri.
213
Isma’il bin Katsir al-Dimasqy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, Beirut: Daar al-Ma’rifah, tt, hal.
116 - 117
214
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, hal. 340
114
215
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, hal. 341
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menghadapi konflik maka dibutuhkan manajemen. Manajemen yang
buruk menyebabkan penanganan konflik yang tidak produktif. Dampaknya keluarga
tidak stabil dan menyebabkan ketidakbahagiaan dan bisa berakhir di perceraian.
Sedangkan jika semuanya berjalan dengan baik bisa saja terdapat konflik, namun
disikapi dengan manajemen yang baik pula dan nanti akan melahirkan penanganan
konflik yang produktif. Sehingga rumah tangga tetap stabil dan menjadi keluarga yang
bahagia.
Penulis berkesimpulan bahwa dalam berkeluarga harus menjalankan
perencanaan keluarga, pelaksanaan keluarga dan pengawasan keluarga dengan baik.
Jika tetap terjadi konflik keluarga, maka ikutilah manajemen konfik keluarga
sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nisaa’ [4]: 34-35. Setelah melakukan
manajemen konflik keluarga menurut al-Qur’an, maka teruslah berupaya untuk
menjadikan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah dengan mengamalkan ayat
selanjutnya, yaitu QS. An-Nisaa’[4]: 36.
B. Saran
Dari seluruh rangkaian penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran-
saran:
1. Penelitian tentang manajemen koflik khususnya yang berkaitan dengan
keluarga masih harus terus digalakkan dalam dunia kajian ilmiyah dan
keislaman untuk melihat secara lebih luas dan dalam berbagai persoalan
yang terkait.
116
DAFTAR PUSTAKA
Asror, Miftahul, Seks dalam Bingkai Islam, Surabaya: Jawara surabaya, 2003, Cet.
Ke-1
Asyarie, Sukmadjaja & Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pusaka, 1984)
Budyatna & Nina Mutmainah, Komunikas Antarpribadi, Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2002. Cet. ke-3
Djannah, Fathul, Kekerasan Terhadap Istri, Yogyakarta: LkiS, 2003, Cet. Ke-1
Dahlan, Abdul Azis (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 1997, jilid 3
Departemen Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta:Departemen Agama RI,
2009), cet. ke-3, jilid 2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2001, Ed. 3, Cet. Ke-1
Djuaeni, M. Napis, Kamus Kontemporer Istilah Politik-Ekonomi, Arab-Indonesia,
Jakarta: PT Mizan Publika, 2006, Cet. Ke-1
Hasan, M. Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Prenada
Media, 2003) cet. ke-1
Kayo, Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, Jakarta: Penerbit Amzah, 2007, Cet.
Ke-1
Laelasari, Euis, ed., Keluarga dan Implikasi Hukumnya dalam al-Qur’an, Jakarta:
DIAN RAKYAT, 2012, cet. 1
Madjid, Nurcholish, Islam Agama Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1995)
Mahmud, Nabil, Problematika Rumah Tangga dan Kunci Penyelesaiannya, Jakarta:
Qisthi Press, 2005, Cet. Ke-3
Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta:
UI Press, 1992
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998
Nasution, Mulia, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan, 1996)
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
119
Nelson, Richard -Jones, Human Relationship Skill, Cara Membina Hubungan Baik
dengan Orang Lain, terj. Drs. R. Bagio Prihatono, Jakarta: Bumi Aksara, 1996,
cet. ke-2.
Nuruddin, Amir, dan Azhari Akmal Tarijan, Hukum Perdata Islam di Indonesia:
Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No. 1/1974 sampai
KHI, ed. I. (Jakarta: Kencana, 2006)
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000,
Cet. Ke-4
Sauri, Sofyan, Membangun Komunikasi dalam Keluarga (Kajian Nilai Religi, Sosial,
dan Edukatif), Bandung: PT Genesindo, 2006, cet. 1
Shihab, M. Quraish, Perempuan, Ciputat: Penerbit Lentera Hati, 2009, cet. 5
-------------------------, Pengantin al-Qur’an (Kalung Permata buat Anak-anakku),
Jakarta: Lentera Hati, 2011, Cet. Ke-8
--------------------------, M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan yang Patut
Anda Ketahui, Ciputat: Lentera Hati, 2011, Cet. Ke-4
--------------------------, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang
Patut Anda Ketahui, Ciputat: Penerbit Lentera Hati, 2009, Cet. Ke-5
-------------------------------, et.al., Ensiklopedi Al-Qur’an (Kajian Kosa Kata), Jakarta:
Lentera Hati, 2007, Cet. Ke-1
Stoner, James A.F., Manajemen, (Prentice Hall International, Inc. Englewood Cliffs,
New York, 1992)
Subhan, Zaitunah, Kekerasan Terhadap Perempuan, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2004, Cet. Ke-1
Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2000)
Takariawan, Cahyadi, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami (Tatanan dan
Peranannya Dalam kehidupan Masyarakat), Surakarta: Era Adicitra
Intermedia, 2011,Cet. Ke-7
120
BIODATA PENULIS