Anda di halaman 1dari 16

"BAB V ALIRAN ETIKA FILSAFAT"

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah : Agama Kristen
Dosen Pengampu : Pdt. Kilian Sirait, M.Th

Disusun Oleh :

Kelompok 3
1. Agnes Monica Tampubolon
2. Febi Nadiati Manalu
3. Venina K. Sianturi
4. Imelda Meivina Ginting
5. Julius Baja Lumbantoruan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN MEDAN2023/2024
(KELAS KI)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Aliran Etika
Filsafat". Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah studi agama kristen tentang aliran filsafat. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang "Aliran Etika Filsafat".
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar…………………………………………………...………………...............................……
…….…….…i

Daftar
Isi……………………………………………………………….……………................................…....
………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar
Belakang……………..…………..……………………...............................……....………
.......1

1.2 Rumuan
Masalah……………..………………………………...............................….……....……….1

1.3
Tujuan..……………………………………..…………...…………...............................……………..
….…1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Aliran Etika


Filsafat………………………….……….....………..........…..........…..2

2.2 Macam Macam Aliran Etika


Filsafat……………………….………..........…........….……...2

2.2.1 Alirsn
Hedonisme…………………………………………..........…........….…………..……..2

2.2.2 Aliran
Utilitarisme………………………………………..........…........….……………………3

2.2.3 Aliran
Eudaemonisme………………………………………..........…........….…….………3

2.2.4 Aliran
Fragmatisme…………………………………………………..........…........….…...…4

2.2.5 Aliran
Positivisme……………………………………………..........…........….………………4

2.2.6 Aliran
Naturalisme…………………………………………………..........…........….…….....5

2.2.7 Aliran
Vitalisme………………………………………………..........…........….…………….....5
2.2.8 Aliran
Gesinnungsethik…………………………………..........…........….………………..6

2.2.9 Aliran Etika


Evolusi…………………………………………………..........…........….……....7

2.2.10 Aliran Etika


Idealisme……………………………………..........…........………………….7

2.2.11 Aliran
Eksistensialisme…………………………………..........…........……………...…..8

2.2.12 Aliran
Marxisme……………………………………………..........…........…………….…….9

2.2.13 Aliran Etika


Komunis……………………………………………..........…........….……….10

BAB III PENUTUP

3.1
Kesimpulan………………………………………………………..........…........….………………...….
….11

3.2
Saran………………………………………………………………………..........…........….…….……..
.......11

Daftar
Pustaka……………………………………………………………………….………..........…........……
……........iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembahasan aliran filsafat merupakan penelahan salah satu aspek sekaligus


menyangkut dengan faham dan pandangan para ahli pikir dan filosuf. Dari kajian ini
para ahli melihat sesuatu atau menyeluruh, mendalam dan sistematis. Para filsus
menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang
berbeda pula. Antara aliran atau paham satu dengan yang lainnya, ada yang saling
bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar yang sama. Akan tetapi
meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan
banyak aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita
dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi.

Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu


pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim,
filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir
filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat
ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh
kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama
ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila
cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa
itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya). Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri,
selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu
dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, materialisme,
eksistensialisme, monisme, dualisme, dan pluralisme.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian Aliran Etika Filsafat
2. Apa saja macam macam Aliran Etika Filsafat

1.3 Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Aliran Etika Filsafat
2. Untuk mengetahui macam macam Aliran Etika Filsafat

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aliran Etika Filsafat

Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baik- buruk.
Etika disebut juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang pertimbangan-
pertimbangan tentang tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam
hubungan antar manusia.

2.2 Macam Macam Aliran Etika Filsafat

2.1 Aliran Hedonisme

Aliran ini diikuti oleh kebanyakan orang di seluruh dunia. Azas dan ukuran kebaikan
menurut aliran ini adalah apa yang disebut ηδονη (hedone), yakni: 'kesukaan' atau
dengan: born 'kesenangan'. Sehingga aliran hedonisme' bertujuan untuk
memperoleh banyak kesukaan dalam kehidupannya. Tiap-tiap persoalan yang
dihadapi harus secepat mungkin ditanggulangi agar supaya kesukaan yang paling
besar dapat diperoleh dengan baik.

Aliran Hedonisme ini terdiri dari 3 (tiga) bahagian besar yakni:

a. Hedonisme individualistis. Hedonisme individualistis adalah kesukaan


perseorangan. Prinsip daripada orang yang beraliran ini adalah untuk mencari
sebanyak-banyaknya kesukaan perseorangan, tanpa memperhatikan kesukaan
orang lain. Mereka tidak perduli apakah orang lain suka atau senang akan perbuatan
itu. Azas daripada aliran ini yang paling menonjol adalah: "Perbuatlah setiap
kesukaanmu!" Aliran Hedonisme sedemikian disponsori oleh beberapa Sofisten
Gerika antara la- in Plato, dalam buku karangannya yang termashur: "Protagoras", di
mana dalam buku ini Plato menitik beratkan kesukaan itu sebagai ukuran kebaikan.

Tokoh lain dalam aliran etika Hedonisme ini adalah Epikurus, dalam ucapannya yang
terkenal: "Carpediem!" yang artinya: "Petiklah hari itu!". Ajaran Epikurus juga agar
setiap manusia jangan mau terpengaruh dan akibatnya dia disusahkan olehnya
(oleh siapapun).

2
Mereka menyadari bahwa manusia tidak begitu lama hidup di dalam dunia ini, dan
mereka tidak mau tahu tentang apa-apapun yang bakal terjadi di balik kematian
yang akan datang mereka juga tidak mau tahu tentang kehidupan kekal di surga
sebab hal-hal itu tidak masuk akal pikiran manusia. Manusia diajak untuk mencari
kesenangan selama hidup dalam dunia ini. Seterusnya mereka menganjurkan : "Turutilah
segala kehendakmu!".

b. Hedonisme Rationalistis. Golongan ini juga menunjukkan kesukaan sendiri. Tetapi


kesukaan sedemikian adalah yang memakai otak atau pemikiran mereka amat rajin
untuk membeda-bedakan kesukaan yang hanya terjadi (berlaku) untuk seketika
saja.

c. Hedonisme Sosialistis (Hedonisme Masyarakat) Golongan ini menekankan


kesukaan, tetapi bukan saja kesukaan pribadi atau perseorangan melainkan
kesukaan umum (masyarakat). Semakin besar jumlah orang yang menyukai sesuatu
itu semakin baik tujuannya. Masyarakat umum menjadi sasaran penatalayanan dan
pelaksanaan kesukaan oleh setiap individu.

2.2 Aliran Utilitarisme

Berasal dari perkataan: "utilitis' artinya: hal yang berguna. bermanfaat. Sehingga
faham ini senantiasa menekankan bahwa yang berguna atau yang memberi faedah,
itulah yang dianggap baik. Tujuan manusia di dunia ini adalah untuk memperbanyak
segala kesukaan, kegembiraan yang dirasakan pada hal-hal yang berguna. Faham
ini juga menekankan kegunaan dari segi kesatuan dengan sesama.

Salah seorang penganut faham ini yang terbesar antara lain adalah Stuartmill
(1806-1873), seorang Inggeris. Dia menekankan bahwa yang terbaik adalah: "The
desire to be in unity with our fellowmen (artinya: "Keinginan untuk bersatu dengan
sesama manusia").

Tujuan keinginan bersatu dengan sesama manusia. Dalam hal ini hampir bersamaan
dengan isi-isi Mat. 7: 12 yang mengatakan: "Perbuatlah apa yang kamu kehendaki
diperbuat orang kepada- mu!". Juga ada hubungannya dengan pandangan Betham
tentang Hedonisme atau kesukaan. Halnya ialah, ditinjau dari segi etika Kristen,
maka baik Hedonisme maupun Utilitarianisme sama-sama mementingkan
kemanusiaan (keinginan kemanusiaan) dan kemasyarakatan (hubungan yang
horizontal). Sedangkan 'keinginan' dari segi etika Kristen selalu melihat dari kedua
sisi : yang horizontal dan yang fertikal

2.3 Aliran Eudaemonisme

Berasal dari bahasa Gerika: "eudaemonia" artinya: kebahagiaan, untuk bahagia,


yakni kebahagiaan baik bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain menjadi tekanan
utama dalam faham ini.

3
Menurut Aristoteles, segala kebaikan yang berhubungan dengan oranglain,
dianggap sebagai "dikaiosune" atau "keadilan. Manusia adalah bersifat 'zoon
politicoon' yakni makhluk yang tidak dapat dicerai-beraikan dari kebahagiaan orang
lain (umum). Olehkarena itu manusia sebagai individu harus bertanggung jawab atas
sesama manusia dalam masyarakat.

2.4 Aliran Fragmatisme

Aliran etika Fragmatisme menenkankan hal-hal yang berguna bagi diri sendiri.
Artinya sesuatu yang berguna baik materi maupun mhani (moril) dalam perbuatan.
Umumnya pengikut faham ini tidak menghiraukan diri orang lain, melainkan hanya
diri pribadi sendiri atau pengalaman (empiri) sendiri. Sehingga aliran Fragmatisme
pada hakekatnya adalahsebahagian dari eudaemonisme yang sifatnya rendah dan
kasar.

William James (1842-1910) adalah salah satu orang pengikut faham Fragmatisme
ini. Yang mereka tekankan pada hakekatnya adalah bahwa pengalaman sangat
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Segala sesuatu yang tidak
dapat diperoleh di dunia pengalaman ini tidak berguna atau tidak perlu.

Berhubungan dengan fikiran ini bagi William James tidak ada kamus atau istilah
'kebenaran'. Sebab menurut W illiam James kebenaran tidak dapat diperoleh dalam
dunia empiri. Aliran ini dengan demikian sangat bertentangan dengan ajaran agama
Kristen. Karena kekristenan sangat menekankan tentang 'kebenaran' ('dikaiosune');
apalagi kebenaran yang mutlak adalah terdapat pada diri Jesus Kristus. Dia
mengatakan dalam Joh. 14:6 "Aku inilah jalan, KEBENARAN dan kehidupan...".

2.5 Aliran Positivisme

Dari namanya 'positivisme' kita dapat menentukan bahwa aliran etika ini
menekankan perkara-perkara yang positif di dalam etika mereka. Timbul pertanyaan
apakah yang dimaksudkan dengan yang positip 2. Yang positip adalah segala
sesuatu yang dapat diraba oleh Pancaindera manusia. Menurut faham ini agama
atau hal-hal yang rohani (spiritual) tidak perlu, sebab yang dicita-citakan oleh agama
tidak dapat diraba oleh pancaindera. Menurut mereka, segala sesuatu adalah relatif.
Hal ini disebutkan oleh tokoh pengikut faham ini bernama St. Simon (1760-1825),
hal ini juga diperkuat oleh August Comte (1798-1875) sewaktu terjadi Revolusi
Perancis.
dengan "antara egoisme dengan altruistis". Persesuaian inilah yang disebutnya yang
baik. Dia mengatakan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh keadaan sekitar, oleh
sebab itu menurut August Comte, tidak ada sesuatu yang tetap, melainkan selalu
relatif (nisbih). Kemudian dia menjadi skeptik dengan ajarannya ini, karena apa yang
dilihatnya positip, akan merobah menjadi tak positif.

4
Ajaran August Comte sangat berpengaruh di Inggeris, sehingga John Locke, David
Hume dan lain-lain menjadi tokoh yang besar dalam aliran ini. Demikian juga di
Jerman, aliran ini berpengaruh besar yang disponsori oleh Von Mises.

2.6 Aliran Naturalisme

Aliran Naturalisme terutama menekankan 'nature' atau 'alam'. Yang membentuk


faham ini adalah kaum Stoa dengan penganut- penganutnya seperti: Zeno,
Zenecca, Mark atau Aurelius. Golongan ini dinamakan Stoa, karena Zeno memulai
pengajarannya dalam serambi sebuah gedung yang dinamai stoa (arti kata ini
sebenarnya adalah di luar rumah, atau serambi rumah).
Zeno mengajarkan apa-apa yang perlu untuk filsafat yakni: Etika Phisika, dan logika.
Zeno bertentangan dengan segala hidup kemewahan Tetapi dia memperkenalkan
salah satu pengajaran yang bertitik tolak kepada "kesabaran".

Bandingkan dengan Johannes Warneck dalam sejarah gereja Batak, pernah


menyebutkan: "Lawan hawa nafsumu, orang yang sabar dalam kesusahan itulah
yang mendapat kesenangan. Akan tetapi jika kesusahan itu tidak dapat dipikul lagi,
baiklah bunuh diri."

Salah satu ajaran Stoa yang baik bagi kehidupan Kristen adalah : bahwa mereka
sangat menghargai segala bentuk pekerjaan kasar seperti misalnya; bertani,
beternak, bertukang, dan lain sebagainya. Sebelum Stoa, orang-orang Gerika
menganggap bahwa pekerjaan- pekerjaan seperti itu adalah sangat kasar sekali,
dan selalu disamakan dengan pekerjaan para hamba atau budak. Sedang Stoa
sendiri menentang segala bentuk perhambaan dan perbudakan. Ajaran Stoa juga
berusaha untuk mempertinggi derajat kaum wanita (perempuan); tidak memandang
wanita itu hina, atau se mata-mata merupakan hamba dan pemuas nafsu para lelaki.
Ajaran ini juga menuntut peri kemanusiaan.

Berkisar kepada jawaban atas pertanyaan apa sebabnya dosa dan kejahatan tidak
sebanding dengan hukuman di dunia ini; orang jahat dapat hidup dengan segala
kemewahan, dan kesenangan, sedangkan orang-orang baik ditimpa oleh banyak
penderitaan, kemalangan dan jatuh kepada keputusasaan. Maka menurut orang
Stoa, jawabannya adalah "sabar" (bandingkan dengan Jes. 55:8; Rom 9: 21; 11: 33;
Ayub; Maz. 73).

2.7 Aliran Vitalisme

Dalam ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh pengikut aliran Vitalisme maka "vitae"
atau "hidup" adalah hal yang paling dititik beratkan, dan itulah yang menjadi ukuran
daripada perbuatan yang baik, bukan nature, alam atau ratio. Faham Vitalisme yang

5
berkembang pada abad ke-19 adalah untuk menentang pandangan yang
berdasarkan atas alam, nature; juga menentang rationalisme dan sekaligus juga
menentang faham kekristenan. Aliran ini dapat dibedakan atas :

d. Vitalisme Pessimistis (Negatip-Vitalistis)


e. Vitalisme Optimisme (Positip- Vitalistis)

a. Vitalisme Pessimistis. Pada abad ke-18 sudah muncul aliran Pessimistis yang
dibawakan oleh Schopenhower (1780- 1860), seorang Filsuf Jerman, yang
mempropagandakan "askese". Paham ini disebut: Pessimisme olehkarena dia
menanggapi dan menilai segala sesuatu yang terjadi, atau yang ada dari segi yang
pessimistis betul. Dia meng- gambarkan juga bahwa manusia yang dilahirkan dalam
dunia ini "celaka adanya" atau "celakalah manusia karena dia dilahirkan!" Karena
segala kehidupan manusia tidak ada gunanya.

b. Vitalisme Optimisme. Tokoh etikus yang mengembangkan

Vitalisme Optimisme ini antara lain adalah: Friederich Nietsche. Aliran ini juga
disebut dengan aliran Vitalisme yang positip. Menurut aliran Vitalisme positip,
"hidup" atau "kehidupan" adalah berarti "pengorbanan diri". Hidup yang sejati adalah
kesediaan manusia untuk menerjunkan dirinya dalam segala kesusahan. Berani
memikul segala resiko (sebab-akibat dari perbuatan kita).

Menurut F. Nietsche, yang paling baik ialah segala sesuatu yang menguatkan
kemauan manusia itu menjadi kekuasaan. Nietsche menentang gagasan Evolusi
Darwin, dan sebaliknya dia menghendaki revolusi dan gerakan yang
mempergunakan kekuatan, yang disebutnya dengan: Spontane dinamic untuk
mencapai kekuasaan.

2.8 Aliran Gesinnungsethik (Etika Albert Schweitzer)

Albert Schweitzer, lahir di Elzos tahun 1875 seorang akhli dalam berbagai-bagai
bidang ilmu pengetahuan antara lain: sebagai seorang Theolog, Musikus, Medikus
(Dokter), Etikus, dan Filsuf. Bapaknya juga adalah seorang Pendeta. Dia menjadi
seorang Misionaris di Afrika (Kongo), dan memilih kota Lombarene sebagai
tempatnya bekerja. Di dalam etika, Albert Schweitzer menghormati soal-soal
kehidupan (vitae), tetapi tidak dapat dipersamakan dengan aliran etika Vitalisme
Pessimistis, maupun aliran etika Vitalisme Optimistis seperti ajaran Schopenhower
dan Nietzsche, Sebab Vitalisme Schopenhauer dan Nietzsche menekankan
kemauan dan kekuasaan, sedangkan Albert Schweitzer menekankan penghormatan
akan kehidupan tetapi bukan dalam arti "tidak - jangan membunuh". Penghormatan
akan kehidupan terletak pada usaha-usaha manusia yang sedapat mungkin setiap
makhluk harus menolong makhluk-makhluk lainnya yang berlaku baik.

6
Ukuran kebaikan menurut Albert Schweitzer ialah pemeliharaan akan
kehidupan. Sedangkan yang jahat baginya ialah usaha-usaha untuk
membinasakan dan menghalang-halangi hidup.
Mistik sebagaimana diidam-idamkan oleh Panteisme senantiasa berlawanan dengan
idee-idee Kekristenan. Tambahan pula bahaya- bahaya lain yang dapat ditimbulkan
dari mistik pada umumnya antara lain adalah :

(1) Mistik ingin meninggalkan dunia dan mengasingkan diri dari masyarakat, serta
bertarak atau askese.
(2) Mistik memusatkan usaha atau jasa manusia, maupun pengalamannya di dalam
ajarannya.
(3) Yesus Kristus dianggap sebagai teladan saja.
(4) Pengorbanan dan kematian Yesus Kristus diabaikan
(5) Manusia dapat mengejar persekutuan dengan Tuhan secara langsung.
(6) Mistik menghapuskan batas antara Allah dengan manusia.
(7) Dan menurut Berkhof-Enklaar, mistik memberikan penjelasan adanya keinginan
dan usaha manusia untuk mendekatkan diri (wa) dengan asalnya sehingga bersatu.

2.9 Aliran Etika Evolusi.

Menurut etika evolusi, kebaikan dianggap sebagai perkembangan manusia sendiri.


Atau dengan perkataan lain, aliran etika evolusi menitikberatkan bahwa kebaikan
diperoleh melalui perkembangan kepribadian manusia ke arah kesempurnaan.
Kesempurnaan diperoleh secara bertahap-tahap dengan jalan evolusi.
Dalam pandangan etika evolusi, kita jumpai unsur 'determinisme', yakni suatu
keyakinan bahwa sudah ada ketentuan-ketentuan mengenai sifat tabiat manusia,
dan demikian juga mengenai puncak perkembangannya. Dus unsur determinisme
dilihat karena dianggap bahwa evolusi etika itu diberikan oleh unsur kesanggupan
yang secara intuisi sudah ada di dalam diri manusia. Soalnya di sini bukan karena
manusia itu kurang sanggup mempraktekkan serta mengetahui apa yang baik.
Tetapi dalam posisi dan keadaan sekarang manusia belum sampai pada puncak
perkembangannya; mudah-mudahan pada generasi yang akan datang mereka
sebagai anggota masyarakat akan diperkembang ke arah yang lebih baik. Sehingga
ringkasan pandangan aliran etika evolusi adalah sebagai berikut: "Semakin lama,
akan semakin lebih baik!".

2.10 Etika Idealisme

Perkataan 'idealisme' berasal dari bahasa Yunani (Gerika): 'idea' yang pada
pokoknya berarti pikiran, akal, mind; sesuatu yang hadir dalam pikiran; atau sesuatu
yang mempunyai wujud, bentuk dalam pikiran manusia. Sehingga idealisme
merupakan aliran yang pada pokoknya menekankan eksistensi yang satu-satunya
pada akal pikiran manusia.

7
Idealisme merupakan suatu kumpulan tersendiri yang menggabungkan antara
theori-theori filsafat dengan ajarannya. Hal-hal yang ditekankan antara lain :

(1) Menegaskan bahwa alam-pikiran mempunyai hakikat alamiah yang paling


fundamental dan lebih tinggi dibandingkan dengan keberadaan materi.

(2) Menyangkal bahwa akal pikiran berasal dari materi dan juga pandangan yang
mengatakan bahwa akal pikiran akan kembali pula menjadi materi.
Di antara tokoh-tokoh idealisme yang paling penting antara lain adalah
Penulis-penulis Marxist, John Locke, Denis Diderot dan lain-lain.
Menurut batasan yang diberikan oleh penulis-penulis idealist, bahwa idealisme
merupakan suatu sistem filsafat yang mengutamakan akal pikiran pada tingkat yang
tertinggi, sedangkan hal-hal yang materi dinomorduakan. Dalam hal ini idealisme
bukan hanya menyangkal kebenaran yang dianut oleh aliran materialisme (yang
pada pokoknya menuntut realitas dan pentingnya akal-pikiran) tetapi juga
mempertahankan idee-ide bahwa materi tidak berekstensi sama sekali.

2.11 Aliran Exitensialisme

Aliran etika Eksistensialisme menitik beratkan pandangan bahwa segala eksistensi


(keberadaan) di dunia ini selalu bergantung atas keputusan-keputusan pribadi.
Maksudnya, sesutu terjadi hanya karena seseorang mengambil keputusan tertentu.
Andaikata tidak ada seseorang yang mengambil keputusan maka tidak ada
sesuatupun yang terjadi. Sehingga 'eksistensi (keberadaan) terjadi sebagai produksi
daripada sesuatu keputusan.

Aliran ini mengutamakan keputusan dalam tiap-tiap keadaan. Tiap- tiap saat orang
seharusnya mengambil keputusan, entah itu baik, entah itu keputusan yang buruk
tidak menjadi persoalan. Kalau dia mengambil suatu keputusan yang buruk, maka
akan menyebabkan keadaan yang sangat buruk; dan sebaliknya apabila
keputusannya baik maka keadaan yang dihadapi ialah sesuatu yang baik.

Aliran eksistensialisme walaupun berdasarkan keputusan, juga memperhatikan


pertanggunjawaban manusia. Dengan pengertian bahwa nasib orang adalah dalam
tangan orang yang mengambil keputusan itu. Sehingga keputusan-keputusan ini
menjadi alat untuk mengendalikan kehidupan orang ke arah tujuan yang sudah
ditentukan. Keputusan-keputusan inilah yang paling penting.

8
2.12 Aliran Marxisme

Aliran etika Marxisme adalah didasarkan atas fikiran Karl Marx (1818-1883)

Segala sesuatu dalam ajaran Marxisme adalah didasarkan atas gagasan: Dialectical
Materialisme. Artinya, segala sesuatu yang ada dalam dunia ini termasuk manusia
dikuasai oleh keadaan materiel, dan keadaan materielpun, mau tidak mau harus
mengikuti jalan dialectical itu. Jalan sejarah selalu disebut dengan 'thesis'. Kalau
sejarah berlangsung, maka selalu ada reaksi terhadap sejarah itu sendiri. Reaksi
terhadap thesis inilah yang disebutkan dengan anti thesis.

Setelah reaksi terhadap thesis itu berlangsung maka segera akan terjadi keadaan
yang baru. Dan keadaan baru ini menjadi thesis yang baru kembali. Terhadap thesis
yang baru ini akan terjadi reaksi yang baru pula, yang disebut dengan anti thesis
yang baru pula, dan akan timbul thesis yang baru pula kembali. Dan seterusnya.

Karl Marx melihat adanya orang-orang yang sangat kaya betul, demikian juga
masyarakat yang sangat miskin. Orang kaya inilah yang disebut dengan kaum:
Bourgouse, dan yang miskin disebut dengan kaum Proletariat.

Orang-orang kaya tidak sebanyak orang-orang miskin. Mereka miskin dalam harta,
materi, kebebasan, keadilan, hak dan sebagainya. Mereka tidak boleh memiliki
rumah, tanah sendiri, atau menyekolahkan anak-anak. Di sinilah menurut Marx
terjadi thesis dan anti thesis. Thesis ialah "hanya beberapa orang saja yang memiliki
kebebasan". Sedangkan anti thesis ialah: "kebebasan yang tidak ada".

Hasil daripada pertemuan antara thesis dan anti thesis ini terjadilah 'revolusi'
sehingga orang-orang miskin menuntut persamaan hak, persamaan status, dan hal
ini kembali menjadikan suatu thesis yang baru. Thesis yang baru ini (yakni orang
kaya tidak mau dan men- coba melindungi statusnya) menimbulkan anti thesis lain
pula, yakni pembinasaan terhadap kaurn borgouise yakni para raja-raja, tuan tanah
orang-orang kaya. Tentu selelah hal ini terjadi kembalilah itu dankondisi tenang
(thesis III). Hal nya bukan suasana yang tenang atau damai yang muncul, tetapi
akibat thesis ini muncullah kembali anti thesis III, yakni bahwa pihak yang menang,
yakni orang-orang miskin mengalami suatu masallah krisis karena ketiadaan
pemimpin, atau yang sanggup berkuasa sesuai dengan kehendak rakyat.

Orang-orang materialisme beranggapan bahwa jalan revolusi selalu disamakan


dengan jalan reaksi dengan tujuan untuk mengejar masyarakat yang setaraf dan
bebas. Mereka mempunyai motto bahwa : Segala sesuatu jalan dapat dibenarkan.
Jalan manapun dapat ditempuh asal tujuan tercapai.

9
2.13 Aliran Etika Komunis

Sejarahnya:

'Komunis' bukan semata-mata hanya sebagai aliran etika saja. Mulanya diketahui
bahwa aliran etika komunis dianggap sebagai suatu sistim politik, tetapi setelah
diselidiki maka pada hakekatnya aliran komunis bukan semacam theori politik saja
tetapi yang terpenting adalah theori pengetahuan dan ekonomi. Maksudnya, ialah
bahwa aliran etika komunis merupakan theori-theori tentang ilmu filsafat (ilmu
pengetahuan) yang di dalamnya juga terkandung science dan sistim ekonomi.

Sejarah aliran komunis bertitik tolak dari nama seorang yang cukup terkenal seperti:
Karl Marx, hidup antara tahun 1818-1883. Dia lahir di kota Treves, salah satu kota
propinsi Lorent, terletak di perbatasan antara Jerman dan Perancis, yang pada
waktu itu masih sebahagian dari negeri Jerman. Dia meninggal di kota London.
Inggeris tahun 1883.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dengan merujuk pada rumusan masalah yang dibuat di BAB I, bahwa pembahasan
ini berusaha untuk memaparkan tentang kedudukan pendidikan dalam analisis
filsafat itu dan berbagai aliran atau mazhab dari fisafat pendidikan, maka dari hasil
pembahasan disimpulkan sebagai berikut:

1. Filsafat dan pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat merupakan ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang pemikiran yang menggunakan
akal sehat dengan adanya kebenaran dalam memecahkan permasalahan kesulitan.
Sedangkan pendidikan adalah salah satu dari suatu proses yang diharapkan untuk
mencapai tujuan, seperti kematangan, integritas atau kesempurnaan pribadi dan
terbentuknya kepribadian seseorang Jadi filsafat dan pendidikan ini saling
berhubungan. Keduanya menjadi arah, dasar, dan pedomam suatu kehidupan.

2. Berbagai aliran filsafat pendidikan dengan pandangan dan tujuan yang berbeda,
serta kelemahan dan keunggulanya masing masing, diharapkan dapat
menyelesaikan masalah pendidikan yang ada, karena pada intinya penerapan
mazhab mazhab filsafat pendidikan tersebut berorientasi mengarahkan para pelaku
pendidikan pada realitas diri dan dunianya

3.2 SARAN

Kajian mengenai aliran-aliran filsafat sangat luas, oleh karena itu diperlukan banyak
sumber literature. Literature yang cukup baik, akan memberikan gambaran yang
komprehensif mengenai berbagai mazhab dalam filsafat, terutama berkaitan dengan
cara bagaimana mazhab-mazhab itu mendefinisikan tentang pendidikan dan
hubungannya dengan ilmu. Sehingga bagi siapapun yang tertarik melakukan kajian
tentang filsafat pendidikan diharapkan memiliki literature yang cukup mengenai
filsafat dan pendidikan.

11
Daftar Pustaka

1. Douglas, J.D (editor), The New Bible Dictionary Inter-Varsity Press, London 1975.

2. Langeveld, M.J, Menuju Kepemikiran Filsafat P.T. Pembangunan Djakarta 1961.

3. Mulia, Gunung, Prof. Dr, Mr, T.S (Editor), Ensiklopedia Indoneisa, N.V. Penerbitan
W. van Hoeve, Bandung. 's Gravenhage, ttp

4. Sastrosupono, M. Suprihadi, ETIKA Sebuah Pengantar, Penerbit


Alumni/1983/Bandung, 1983

5. Verkuyl, J, Etika Kristen; Bagian Umum, BPK Jakarta.

iii

Anda mungkin juga menyukai