Anda di halaman 1dari 7

PELAKSANAAN PELATIHAN MEMBATIK DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI

BERWIRAUSAHA BAGI MASYARAKAT BINAAN DEKRANASDA DI LKP PITUTUR LUHUR


DESA CERME LOR KABUPATEN GRESIK
Ratna Ningrum
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
Email : ratnaningrum.juni@gmail.com

Widya Nusantara, M.Pd


Dosen Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
Email : widyanusantara@unesa.ac.id

Abstrak
Pelatihan membatik merupakan pelatihan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk melestarikan
salah satu kebudayaan bangsa. Industri batik telah berkembang dengan pesat dan diakui oleh dunia
sebagai produk unggulan Indonesia. Perkembangan yang cukup pesat tersebut menjadikan batik tidak
hanya berada di beberapa daerah tertentu saja, melainkan telah menyebar ke beberapa daerah lain salah
satunya yaitu di Kabupaten Gresik. Sehingga pemerintah Kabupaten Gresik memberikan dukungan
semaksimal mungkin untuk perkembangan batik dengan menyelenggarakan pelatihan membatik. Selain
menyelenggarakan pelatihan membatik pemerintah juga juga ingin memberikan peluang berwirausaha
kepada masyarakat. Akan tetapi, melihat motivasi masyarakat yang kurang, pemerintah
menyelenggarakan pelatihan membatik dengan tujuan untuk memberikan motivasi dalam berwirausaha
kepada masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan diskriptif kualitatif. Subyek
dalam penelitian ini adalah penyelenggara (Pihak Dekranasda), Pengelola, Instruktur, dan peserta
pelatihan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara, metode observasi, dan metode
dokumentasi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan membatik di LKP Pitutur
Luhur mampu memberikan motivasi berwirausaha kepada peserta pelatihan sehingga pelatihan
membatik tidak hanya memberikan keterampilan membatik saja, melainkan mampu menumbuhkan
motivasi berwirausaha pada peserta pelatihan. Faktor pendukung dalam menumbuhkan motivasi
berwirausaha adalah dengan melibatkan intervensi dari beberapa pihak seperti penyelenggara/pengelola
LKP, Instruktur, dan pemerintah setempat yang mana mereka merupakan pihak yang mampu
memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk menjalankan sebuah usaha. Sedangkan faktor yang
menjadi penghambat untuk berwirausaha yaitu modal awal yang diperlukan tidak sedikit dan membatik
belum menjadi satu-satunya pekerjaan bagi masyarakat.
Kata Kunci : Pelatihan Membatik, Motivasi Berwirausaha

Abstract
Batik training is a training that is held with the aim to preserve one of the nation's culture. Batik
industry has grown rapidly and recognized by the world as Indonesia's flagship product. The rapid
development made batik not only in certain areas, but has spread to several other areas, one of them is
in Gresik Regency. So the government of Gresik Regency gives the maximum support for batik
development by conducting batik training. In addition to conducting batik training the government also
wants to provide opportunities for entrepreneurship to the community. However, seeing the lack of
community motivation, the government conducts batik training with the aim to provide motivation in
entrepreneurship to the community.
The approach taken in this research is qualitative descriptive approach. Subjects in this study are the
organizers (Dekranasda Party), Managers, Instructors, and trainees. The research method used is
interview method, observation method, and documentation method.
The result of the research shows that the implementation of batik training in LKP Pitutur Luhur is able
to provide entrepreneurship motivation to the training participants so that the batik training not only
gives the skills of batik, but also able to grow entrepreneurship motivation to the trainee. The
supporting factor in growing entrepreneurship motivation is by involving the intervention of several
parties such as the organizer / manager of LKP, Instructor, and local government which they are the
party capable of giving direction to the society to run a business. While the factors that become
obstacles to entrepreneurship is the initial capital needed is not small and batik has not become the only
job for the community.
Keywords: Batik Training, Entrepreneurship Motivation

1
mengajar dan melatih orang lain dapat berhubungan
PENDAHULUAN dengan kepuasan kerja, keterlibatan kerja, dan komitmen
Pendidikan memberikan arti penting bagi kita organisasi. Dari pernyataan tersebut dapat diambil
untuk memahami dengan benar mengenai hal yang kesimpulan mengenai suatu pelatihan yang dilakukan
menjadi kebutuhan kita dan bagaimana memperoleh tentu tidak akan jauh dari proses pelaksanaan oleh
kebutuhan tersebut. Pendidikan merupakan kegiatan yang berbagai pihak yang terkait dalam sebuah organisasi.
dilakukan oleh seseorang secara terencana untuk dapat Menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang No. 13
mengembangkan potensi dan kualitas dirinya dalam Tahun 2003, “Kebutuhan kerajinan yang lebih kreatif dan
proses pembelajaran sehingga memiliki pengetahuan dan pada diri kita harus dikembangkan agar dapat bersaing
keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya sendiri dan dengan tantangan kerja yang akan datang. Apabila kita
lingkungan masyarakat. Di Negara Republik Indonesia, tidak mau berkembang dengan potensi-potensi
kegiatan pendidikan baik untuk memenuhi kebutuhan keterampilan kerja yang sudah ada, kita akan selangkah
perorangan maupun masyarakat, bangsa, dan Negara lebih belakang daripada orang-orang kreatif yang mau
dibagi dalam tiga jalur pendidikan sebagai bagian dari mengasah kerajinannya”. Kegiatan pelatihan pada
satu sistem pendidikan nasional. Jalur pendidikan dasarnya dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan
merupakan fasilitas yang diberikan kepada peserta didik perilaku dari orang-orang yang mengikuti pelatihan.
untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses Menurut Mangkunegara dalam Wahyuningtyas (2013:18)
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang Perubahan perilaku yang dimaksud disini adalah dapat
ingin diperoleh. berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian,
Salah satu program pendidikan yang dilakukan keterampilan, dan perubahan sikap dan perilaku,
adalah program pelatihan. Pelatihan merupakan bagian Ada beberapa faktor yang menjadi alasan
dari sistem pendidikan non formal. Sedangkan pendidikan dilaksanakan program pelatihan membatik bagi
non formal merupakan pendidikan yang mencakup masyarakat di kabupaten Gresik salah satu yang
banyak aspek sehingga mampu memberikan banyak memperkuat adalah perkembangan yang cukup baik dari
manfaat bagi kehidupan manusia dan memiliki sasaran adanya produk batik masyarakat di wilayah Jawa Timur
mulai dari anak usia dini hingga orang dewasa dan termasuk Sidoarjo, Madura, telah mengembangkan batik
masyarakat. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang yang berciri khas daerah mereka. Saat ini Kabupaten
Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 (3), Pendidikan Gresik juga mulai memiliki ketertarikan dengan
Nonformal (PNF) meliputi: Pendidikan kecakapan hidup, perkembangan batik dan mulai berusaha menularkan
Pendidikan anak usia dini (PAUD), Pendidikan keterampilan membatik kepada masyarakat Gresik
kepemudaan, Pendidikan pemberdayaan perempuan, lainnya. Salah satu cara yang memperoleh dukungan
Pendidikan keaksaraan, Pendidikan keterampilan dan penuh dari pemerintah daerah dan berbagai mitra usaha
pelatihan kerja, Pendidikan kesetaraan serta Pendidikan adalah pelaksanaan program pelatihan membatik.
lain yang mendukung peningkatan kemampuan peserta Pelaksanaan program pelatihan membatik
didik. diselenggarakan di LKP Pitutur Luhur yang berada di
Menurut Nadler dalam Anwar (2006: 163) Cerme Lor Kabupaten Gresik. LKP Pitutur Luhur dipilih
“pelatihan (training) adalah pembelajaran pengembangan sebagai lokasi diadakannya program pelatihan membatik
individual yang bersifat mendesak karena adanya karena sangat dirasa memenuhi kualifikasi mengenai
kebutuhan sekarang”. Simomora dalam Kamil (2007: 4) fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan. Mulai
mengemukakan bahwa pelatihan merupakan serangkaian dari pelayanan yang diberikan, Sarana prasarana,
aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian- instruktur, dan lokasi untuk mempraktekkan berbagai
keahlian, pengetahuan, pengalaman, maupun perubahan proses pembuatan batik dari awal hingga akhir.
sikap seorang individu. Arti sepenuhnya tentang pelatihan Kondisi yang dapat diketahui dari peserta pelatihan
adalah lebih banyak pada aspek keterampilan dari pada ada beberapa permasalahan yang bukan saja mengenai
sekedar pendidikan atau pengajaran yang berhubungan kurang terampilnya melainkan belum adanya
dengan memberikan pengetahuan, karena pelatihan keterampilan membatik dan motivasi berwirausaha.
mencakup baik pengalaman mengerjakan suatu pekerjaan Karena sebagian dari peserta didik tersebut ada yang
maupun pengetahuan. memang telah memiliki keterampilan membatik (pernah
Pelatihan merupakan suatu aspek yang menjadi belajar membatik) namun motivasi berwirausaha yang
implementasi dari program yang berkaitan dengan teknis masih kurang dan ada pula yang belum pernah belajar
dan didasarkan pada pengetahuan serta keterampilan membatik sama sekali. Melihat kondisi dari peserta
praktis. Meskipun demikian, pelaksanaan pelatihan dapat pelatihan, maka sangat perlu diadakan program pelatihan
dipadukan dan saling melengkapi dengan pendidikan membatik merupakan salah satu solusi yang dapat
formal. Seperti yang dipaparkan dalam sebuah jurnal dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Fakta
internasional, Opportunities to Improve Skills and to yang ada menggambarkan bahwa pelatihan membatik
Teach and Train Others (Lee, HaeNim: 2014: 33), yang dilaksanakan di LKP Pitutur Luhur tidak hanya
“Opportunities to improve skills and opportunities to memberikan keterampilan berupa membatik saja
teach or train others may be associated with job melainkan mampu memberikan motivasi berwirausaha
satisfaction, work engagement and organizational bagi peserta pelatihan.
commitment”. Dijelaskan bahwa kesempatan untuk Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka
meningkatkan keterampilan dan kesempatan untuk fokus penelitian sebagai berikut. Bagaimana pelaksanaan

2
pelatihan membatik di LKP Pitutur Luhur, Bagaimana yang berkaitan dengan kemampuan menciptakan suatu
proses menumbuhkan motivasi berwirausaha bagi peserta peluang di sektor berwirausaha.
pelatihan dan bagaimana pelaksanaan pelatihan membatik Davies dalam Rusdiana (2014: 72) membagi
yang mampu menumbuhkan motivasi berwirausaha bagi motivasi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
peserta pelatihan. (a) Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang mengacu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pada faktor-faktor dari dalam diri individu, baik
mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan program dalam bertugas maupun bagi diri wirausahawan.
pelatihan membatik di LKP Pitutur Luhur di Desa Cerme Faktor dalam diri seseorang dapat berupa
Lor Kabupaten Gresik, Mendeskripsikan dan kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, atau
menganalisis proses menumbuhkan motivasi berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke
berwirausaha bagi peserta pelatihan, dan mendeskripsikan masa depan.
dan menganalisis pelaksanaan pelatihan membatik yang (b) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang mengacu
mampu menumbuhkan motivasi berwirausaha bagi pada faktor-faktor dari luar dan telah ditetapkan pada
peserta pelatihan. tugas ataupun pada diri peserta pelatihan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS pada pasal 13 ayat 1 yang berbunyi Menurut Marbun dalam Alma (2013: 52) ciri-ciri
pendidikan di Indonesia berlangsung dalam tiga jalur kewirausahaan dijelaskan pada tabel berikut:
pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan
nonformal, dan pendidikan informal yang saling Tabel 1.2
melengkapi. Salah satu jalur pendidikan yang memiliki Ciri-ciri Individu yang mempunyai Motivasi
cakupan luas dan berlangsung sepanjang hayat adalah Berwirausaha
pendidikan nonformal. No. Ciri-ciri Watak
Simomora dalam Kamil (2007: 4) mengemukakan 1. Percaya Diri Kepercayaan (keteguhan)
Ketidaktergantungan,
bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang kepribadian mantap
dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, Optimisme
pengetahuan, pengalaman, maupun perubahan sikap 2. Berorientasi tugas dan hasil Kebutuhan atau haus akan
seorang individu. prestasi
Pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam jangka Berorientasi laba atau hasil
Tekun dan tabah
waktu yang singkat dan materi yang diberikan bersifat Tekad, kerja keras
fleksibel sesuai keinginan dan kebutuhan peserta didik. Energik
Penggerak atau pelaksana dapat diartikan sebagai upaya Penuh inisiatif
pimpinan untuk menggerakkan (memotivasi) seseorang 3. Pengambilan resiko Mampu mengambil resiko
atau kelompok orang yang dipimpin denga menumbuhkan Suka pada tantangan
4. Kemampuan memimpin Mempu memimpin
dorongan atau motivasi dalam diri orang-orang yang
Dapat bergaul dengan orang
dipimpin untuk melakukan tugas atau kegiatan yang lain
diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka Menanggapi saran dan kritik
mencapai tujuan organisasi. Menurut Sudjana dalam 5. Keorisinilan Inovatif (pembaharuan)
Kamil (2010: 17) mengatakan pelaksanaan dalam Kreatif
Fleksibel
pelatihan yaitu meliputi : (a) Rekrutmen peserta pelatihan,
Banyak sumber
(b) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar, dan Serba bisa
kemungkinan hambatan, (c) Menentukan dan Mengetahui banyak
merumuskan tujuan pelatihan, (d) Menyusun atau evaluasi 6. Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan
awal dan evaluasi akhir, (e) Menyusun urutan kegiatan Perspektif
pelatihan, (f) Pelatihan untuk pelatih, (g) Melaksanakan
evaluasi bagi peserta, (h) Mengimplementasi pelatihan, (i) Menumbuhkan motivasi berwirausaha dalam diri
Evaluasi akhir, (j) Evaluasi akhir program pelatihan. seseorang ataupun kelompok orang dapat dilakukan
Menurut Robbins (2007: 213) “Motivasi melalui sebuah proses pendidikan berupa pelatihan.
merupakan suatu proses yang ikut menentukan intensitas, Pelaksanaan pelatihan merupakan implementasi program
arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai pelatihan untuk memenuhi kebutuhan peserta pelatihan.
sasaran”. Menurut Mangkunegara (2005: 93) “Motivasi Pada tahap ini program pelatihan di rancang dan disajikan.
merupakan kondisi yang menggerakkan pegawai agar Program pelatihan harus berisi aktivitas-aktivitas dan
mampu mencapai tujuan dan motifnya”. Sedangkan pengalaman belajar yang dapat memenuhi sasaran-sasaran
menurut Graham dan Weiner (2005: 155) menyatakan pelatihan. Pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam jangka
bahwa “motivation is the study of why people think and waktu yang singkat dan materi yang diberikan bersifat
behave as they do”. Pengertian diatas berarti motivasi fleksibel sesuai keinginan dan kebutuhan peserta
merupakan kajian tentang pemikiran dan tingkah laku pelatihan. Pelaksana dapat diartikan sebagai upaya
manusia itu seperti apa yang mereka lakukan. Dari pimpinan untuk menggerakkan (memotivasi) seseorang
beberapa pengertian menurut beberapa ahli dapat diambil atau kelompok orang yang dipimpin dengan
kesimpulan bahwa motivasi berwirausaha merupakan menumbuhkan motivasi dalam diri orang-orang yang
kondisi dalam diri seseorang yang mendorong untuk dipimpin untuk melakukan tugas atau kegiatan yang
bergerak mencapai sasaran sehingga tercapai suatu tujuan

3
diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka informan mengenai waktu dan tempat wawancara
mencapai tujuan organisasi. seperti yang telah dijabarkan diatas.

METODE b) Observasi Partisipan (Participant observation) dan


Metode penelitian ini menggunakan tipe penelitian non partisipan (non participant observation)
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Menurut Riyanto Observasi didefinisikan oleh Cartwright dalam
(2007: 107) Penelitian dekskriptif adalah penelitian yang Suharsaputra (2012: 209) sebagai suatu proses
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam
atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dari segi pelaksanaanya, observasi dapat dibedakan
Penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menajdi dua yaitu observasi berperan serta
menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis. (Participant observation), dan observasi non
Pendekatan penelitian deskriptif bertujuan untuk partisipan (non participant observation).
menggambarkan kondisi atau keadaan yang sebenarnya c) Dokumentasi
terjadi dilapangan secara rinci dan jelas tentang Dokumentasi merupakan metode yang
pelaksanaan program pelatihan membatik dalam digunakan untuk mendapatkan data yang lebih
menumbuhkan motivasi berwirausaha bagi masyarakat mendalam. Sugiyono (2014: 240) yang menyatakan
binaan Dekranasda pada LKP Pitutur Luhur di Desa bahwa studi dokumen merupakan pelengkap dari
Cerme Lor Kabupaten Gresik yang dibandingkan dengan penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
teori yang ada. penelitian kualitatif.
Data merupakan hal yang sangat penting untuk Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif
membuktikan suatu permasalahan, data juga merupakan dilakukan pada saat pengumpulan data seperti yang
bahan utama yang dijadikan peneliti dalam sebuah dikemukakan oleh Miles dan Huberman bahwa
laporan penelitian. Menurut Sugiyono (2015: 2) aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
menyatakan, data adalah informasi yang diperoleh secara interaktif dan berlangsung secara terus
melalui penelitian dengan cara ilmiah berupa rasonal, menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
empiris, dan sistematis. Data yang dimaksud adalah Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif yaitu
informasi yang didapat selama penelitian berlangsung di Reduksi Data (Data Reduction), Penyajian Data (Data
tempat penelitian, data dapat berupa lisan, gambar dan Display), Penarikan Kesimpulan (Conclusion
dokumen. Sesuai dengan fokus penelitian, data yang akan Drawing).
dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang
berkaitan atau menggambarkan pelaksanaan program Hasil dan Pembahasan
pelatihan membatik dalam menumbuhkan motivasi 1. Pelaksanaan Pelatihan membatik di LKP Pitutur
berwirausaha bagi masyarakat binaan Dekranasda pada Luhur di Desa Cerme Lor Kabupaten Gresik
LKP Pitutur Luhur Cerme Lor Kabupaten Gresik. Pelaksanaan pelatihan membatik merupakan
Sumber data menurut Arikunto (2010: 48) keseluruhan proses pelatihan membatik yang dilakukan
menyatakan bahwa secara garis besar sumber data dapat dari awal proses mengenai pengenalan alat dan bahan
dibedakan menjadi 3 yaitu : (1) person-manusia, (2) membatik hingga akhir proses mengenai pengemasan dan
paper-dokumen, (3) place-tempat. Untuk sumber data pemasaran produk kain batik. Simomora dalam Kamil
manusia dalam penelitian ini, dengan metode wawancara (2007: 4) mengemukakan bahwa pelatihan merupakan
dengan pihak penyelenggara yaitu bu Ismiati , pengelola serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
LKP Bapak Ilham, Instruktur Bapak Abdul Aji, dan meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan,
beberapa peserta pelatihan. Untuk sumber dokumen pengalaman, maupun perubahan sikap seorang individu.
metodenya melakukan pencermatan terhadap dokumen- Pelaksanaan pelatihan membatik di LKP Pitutur Luhur
dokumen seperti dokumentasi foto kegiatan pelatihan diselenggarakan oleh Dekranasda (Dewan Kerajinan
dari hari pertama hingga hari ke lima, data sejarah, profil Nasional Daerah) dengan bantuan dari pengelola LKP
LKP, dan dokumentasi kegiatan setelah pelatihan di Pitutur Luhur.
tempat tinggal masing-masing peserta pelatihan. a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
Teknik Pengumpulan data yang di gunakan Pelaksanaan pertama kali dimulai dengan rekrutmen
terdapat beberapa macam yakni : peserta pelatihan yang dilakukan oleh dekranasda melalui
a) Wawancara Mendalam bantuan dari pihak kelurahan di setiap daerah untuk
Teknik wawancara dalam penelitian ini memberikan perwakilan dari masyarakat sekitar yang
ditunjukan bagi penyelenggara (Dekranasda), memiliki potensi dan bersedia mengikuti pelatihan
pengelola LKP, Instruktur, dan Peserta Pelatihan. membatik.
Wawancara mendalam di LKP Pitutur Luhur Desa b. Identifikasi Kebutuhan
Cerme Lor digunakan karena wawancara yang Proses identifikasi kebutuhan peserta pelatihan
digunakan bebas dan tidak hanya berpaku pada dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap
pedoman wawancara saja, melainkan pertanyaan bisa masyarakat sekitar yang juga memiliki ketertarikan
berkembang ketika berhadapan dengan informan. terhadap batik. Banyaknya masyarakat yang bersedia
Peneliti melakukan wawancara dengan membuat untuk belajar membatik menjadikan pelatihan membatik
kesepakatan pertemuan terlebih dahulu dengan

4
dapat dilaksanakan oleh pihak penyelenggara dan e. Tingkat pendidikan instruktur
pengelola di LKP Pitutur Luhur Desa Cerme Lor. Dalam proses pelatihan membatik salah satu
c. Tujuan pelatihan komponen penting didalamnya adalah peran dari seorang
Pada tahap selanjutnya, pihak penyelenggara dan instruktur. Karena seorang instruktur merupakan
pengelola LKP menentukan tujuan pelatihan sehingga komponen utama yang berhadapan langsung dan selalu
pelatihan dapat memiliki arah yang jelas. Pelaksanaan ada dengan peserta pelatihan. Menjadi seorang instruktur
pelatihan membatik bertujuan untuk mengembangkan pelatihan membatik di LKP Pitutur Luhur yang di
keterampilan peserta pelatihan serta untuk utamakan adalah kompetensi atau keterampilan
mengembangkan kain batik khas daerah sehingga membatik. Selain itu juga kemampuan dalam mengajar.
terciptalah kain khas daerah. Namun untuk tingkat pendidikan instruktur sendiri dari
d. Proses Pelatihan pihak pengelola tidak terlalu mempermasalahkan. Hal
Proses pelatihan berlangsung dimulai dari tersebut telah dibuktikan dari penyataan yang
penggunaan modul, sarana dan prasarana, metode disampaikan oleh pengelola bahwa yang terpenting
pelatihan serta pendanaan. Pada penggunaan modul hal menjadi instruktur di LKP Pitutur Luhur adalah
yang pertama kali dilakukan oleh instruktur adalah kemampuan mengajar dan keterampilan membatik.
pengenalan alat dan bahan membatik kepada peserta f. Evaluasi pelatihan
pelatihan. Selain pengenalan alat dan bahan secara Setelah pelaksanaan pelatihan berlangsung dari awal
langsung kepada peserta pelatihan, pihak pengelola juga hingga akhir proses membatik, maka proses akhir yang
memberikan modul yang didalamnya juga dijelaskan dilakukan oleh semua pihak yang ada didalam
penggunaan alat dan bahan membatik sehingga peserta pelaksanaan pelatihan adalah melakukan evaluasi.
yang belum pernah mengenal alat dan bahan membatik Evaluasi dilakukan untuk mengetahui setiap kekurangan
dapat dengan mudah memahami berulang kali di rumah atau kesalahan yang harus diperbaiki untuk memberikan
masing-masing. Hal tersebut juga menjadi salah satu koreksi dan peningkatan dalam pelaksanaan pelatihan di
manfaat dengan adanya modul karena selain mengenal kemudian hari. Dengan adanya evaluasi setiap komponen
alat dan bahan membatik, didalam modul juga terdapat dapat mengetahui kesalahan masing-masing dan mampu
cara membatik dan takaran untuk meracik pewarna pada memperbaiki serta memberikan solusi yang tepat
kain batik. Pelatihan membatik berjalan dengan baik terhadap kesalahan yang terjadi. Maka pelaksanaan
dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana yang pelatihan akan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
diberikan oleh pengelola LKP kepada peserta pelatihan.
Sarana dan prasarana selama proses pelatihan 2. Menumbuhkan Motivasi Berwirausaha bagi
berlangsung meliputi ruang pelatihan, alat dan bahan Peserta Pelatihan Membatik
pelatihan, dan rumah batik. Selain sarana prasarana Motivasi menurut Alma (2006: 74) adalah
dalam proses pelatihan juga terdapat metode pelatihan. kemampuan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif
Metode pelatihan yang dilakukan pada proses pelatihan adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls.
membatik di LKP Pitutur Luhur adalah dengan cara Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan
mempraktekkan secara langsung dan peserta diharapkan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah
dapat belajar secara mandiri sedangkan instruktur yang menentukan perilaku seseorang. Motif tidak dapat
memberikan metode secara andragogik atau sesuai diamati secara langsung, tetapi dapat di interprestasikan
dengan pengalaman masing-masing dari peserta dalam tingkah lakunya berupa rangsangan, dorongan atau
pelatihan. Proses pelatihan membatik juga membutuhkan pembangkit tenaga munculnya sesuatu tingkah laku
dana untuk melengkapi setiap komponen yang tertentu. Interprestasi dalam tingkah laku berupa
diperlukan. Pendanaan pada pelatihan membatik rangsangan, dorongan atau pembangkit yang mampu
diberikan dengan bentuk dukungan dari PT. Smelting. menimbulkan sebuah sikap pada diri seseorang dapat
Sehingga proses pelatihan dapat berjalan dengan baik. lebih dijabarkan sebagai pihak-pihak atau orang lain yang
Adanya banyak pihak yang mendukung baik dari segi juga memiliki pengaruh terhadap sikap seseorang. Dalam
keterampilan dan wawasan juga dari segi keuangan atau hal ini motivasi berwirausaha pada diri peserta pelatihan
pendanaan. membatik di LKP Pitutur Luhur dapat ditumbuhkan
dengan adanya intervensi dari pihak yang memiliki
pengaruh diantaranya adalah pihak penyelenggara,
pengelola LKP, Instruktur maupun pihak disekitar tempat
tinggal mereka seperti kepala kelurahan yang juga
memberikan dukungan terhadap masyarakatnya untuk
berwirausaha di bidang membatik.
Banyaknya pihak yang turut berperan didalam
memberikan motivasi berwirausaha bagi peserta
pelatihan tentunya memiliki kekuatan tersendiri daripada
tidak ada pihak yang mampu memberikan dukungan
sama sekali. Dukungan tidak hanya berupa materiil
ataupun modal awal, melainkan juga dukugan berupa
Gambar 1.1 Pelorodan/ pelepasan warna ilmu pengetahuan atau wawasan terkait dengan
kewirausahaan dalam membatik itu yang jauh memiliki

5
nilai yang lebih penting. Dengan demikian, peserta dibutuhkan melihat sebagian besar peserta pelatihan
pelatihan membatik akan memiliki motivasi berwirausaha sudah memiliki alat membatik masing-masing.
yang cukup tinggi jika dibandingkan sebelum mengikuti (d) Peserta pelatihan masih merasa sulitnya untuk
pelatihan membatik. memasarkan produk kain yang sudah siap untuk
Krishna (2013: 1) mengemukakan bahwa motivasi dijualbelikan.
berwirausaha merupakan tenaga yang bersifat dinamis (e) Adanya daya saing yang cukup tinggi dari produk lain
pada individu. Sifat dinamis tersebut disebabkan karena yang jauh memiliki daya tarik terhadap konsumen.
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara
garis besar Krishna (2013: 2) membagi faktor yang dapat 3. Pelaksanaan Pelatihan Membatik yang Mampu
mempengaruhi motivasi berwirausaha menjadi dua Menumbuhkan Motivasi Bewirausaha bagi
bagian yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Peserta Pelatihan di LKP Pitutur Luhur Desa
Faktor Internal meliputi; latar belakang pendidikan, Cerme Lor Kabupaten Gresik
pengalaman kerja, kebutuhan untuk menjadi pionir dan Pelatihan merupakan suatu aktivitas yang
berinovasi, kebutuhan untuk bebas dan merdeka, latar direncanakan untuk meningkatkan kualitas diri seorang
belakang keluarga. Sedangkan faktor eksternal meliputi; individu dalam aspek pengetahuan, skills, sikap dan
bantuan pemerintah, bantuan modal dari lembaga pengalaman dengan tujuan yang telah direncanakan
tertentu, kemampuan menggunakan teknologi, dorongan dengan jelas dalam waktu yang singkat. Pelatihan jenis
dari unit bisnis besar. apapun sebenarnya tertuju pada dua sasaran, yaitu
Dessler (2010: 281) mengatakan pelatihan tidak partisipasi dan organisasi. Dengan pelatihan, diharapkan
bermanfaat jika peserta pelatihan tidak mendapatkan terjadi perbaikan tingkah laku pada partisipan pelatihan
kemampuan atau motivasi untuk mendapatkan yang merupakan anggota suatu organisasi dan, yang
keuntungan darinya. Ada beberapa faktor seseorang kedua, perbaikan organisasi itu sendiri, yakni agar
mengiktui sebuah pelatihan salah satunya adanya faktor menjadi lebih efektif. Menurut Moekijat dalam Kamil
desakan oleh kebutuhan. Baik kebutuhan untuk (2010: 11) mengatakan bahwa tujuan umum pelatihan
menambah penghasilan ataupun kebutuhan untuk untuk mengembangkan keahlian, untuk mengembangkan
menambah pengalaman dan pengetahuan. Dan yang pengetahuan, serta untuk mengembangkan sikap.
paling utama yang menjadi faktor pendorong seseorang Pelatihan membatik di LKP Pitutur Luhur
dalam mengikuti pelatihan adalah karena adanya faktor dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan dan
untuk berwirausaha. Dimana seseorang memiliki keahlian dibidang batik serta melestarikan dan
kemauan untuk berwirausaha karena adanya motivasi. mengembangkan batik khas daerah di lingkungan
Untuk melihat seberapa besar motivasi yang mampu masyarakat. Alasan tersebut yang menjadikan
di tumbuhkan selama proses pelaksanaan pelatihan Dekranasda bekerjasama dengan LKP Pitutur Luhur
membatik berlangsung dapat dilihat dalam hasil ynag menyelenggarakan Pelatihan membatik bagi masyarakat
diperoleh dari penelitian mengenai motivasi berwirausaha sekitar dengan melibatkan banyak pihak yang memiliki
pada peserta pelatihan membatik di LKP Pitutur Luhur peran penting dalam menumbuhkan motivasi
Desa Cerme Lor Kabupaten Gresik. Ada faktor yang berwirausaha sehingga mampu memberikan banyak
menjadikan peserta pelatihan membatik dapat dengan intervensi kepada masyarakat sebagai peserta pelatihan
mudah tumbuh motivasi berwirausaha dikarenakan hingga tumbuh motivasi untuk berwirausaha di bidang
peserta pelatihan merasa semakin banyak pihak yang batik.
mendukung kegiatan pelatihan maka mereka secara tidak
langsung merasa bahwa pelatihan membatik sangat Simpulan
penting untuk dilaksanakan bagi diri mereka secara (1) Pelaksanaan pelatihan membatik berlangsung dengan
pribadi. baik dari awal hingga akhir. Pelatihan dilaksanakan
Adapula faktor yang menjadi penghambat dalam selama 5 hari dari tanggal 9 Januari – 13 Januari
berwirausaha bagi peserta pelatihan membatik 2018. Setelah mengikuti pelatihan membatik, peserta
diantaranya sebagai berikut: pelatihan memiliki keahlian dan keterampilan dalam
(a) Permasalahan modal berwirausaha, peserta pelatihan menciptakan motif batik sendiri serta memiliki
mengeluhkan adanya kesulitan modal berwirausaha. pengetahuan tentang membatik. Dalam proses
Karena untuk memulai sebuah usaha tentu pelaksanaan pelatihan membatik, peserta harus
membutuhkan modal yang tidak sedikit. mengikuti beberapa tahapan diantaranya pembuatan
(b) Peserta pelatihan sebagian besar merupakan seorang pola atau motif batik, pemberian malam/ mencanting,
wiraswasta dan ibu rumah tangga. Hal tersebut pewarnaan/pencoletan, penutupan warna dengan
menjadikan membatik bukan satu-satunya pekerjaan malam /penembokan, pemberian warna dasar,
yang mereka lakukan. pelorodan/ pelepasan warna, penjemuran, pemberian
(c) Kesalahan dalam memberikan dukungan berupa alat label (produk siap untuk dipasarkan). Pelatihan
membatik dari pihak penyelenggara yang menurut membatik ini dilaksanakan dengan tujuan agar
peserta pelatihan masih sanggup mereka penuhi. Hal masyarakat Gresik mampu meningkatkan
yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah keterampilannya di bidang membatik sehingga
pemberikan bahan baku membatik seperti kain, tercipta batik khas dari Gresik atau daerah masing-
pewarna, dan malam atau lilin itu jauh lebih masing. Serta diharapkan setelah mengikuti pelatihan
membatik masyarakat sebagai peserta pelatihan dapat

6
mengembangkan keterampilannya sebagai pengrajin kreatifitas dalam membuat motif batik dengan ciri
batik di Gresik. khas wilayah atau tempat tinggal peserta pelatihan
(2) Motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan di sehingga keterampilan yang diperoleh peserta
Lembaga Kursus dan Pelatihan dapat dikatakan cukup pelatihan dapat menghasilkan karya atau produk yang
baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti lebih maksimal dari sebelumnya.
dapat menganalisis bahwa sebagian besar dari peserta
pelatihan merupkan seorang wiraswasta dan ibu Daftar Pustaka
rumah tangga sehingga pelatihan membatik hanya Alma, Buchari. 2006. Kewirausahaan. Bandung:
dijadikan sebagai tambahan dalam menambah ilmu Alfabeta.
pengetahuan serta mengisi waktu luang di rumah. Alma, Buchari. 2013. Kewirausahaan. Bandung:
Akan tetapi keinginan untuk berwirausaha dalam diri Alfabeta.
setiap peserta semakin meningkat sebelum hingga Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills
sesudah pelatihan berlangsung. Hal tersebut dapat Education). Bandung: Alfabeta.
dianalisis melalui hasil penelitian namun faktor utama Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
yang menjadi penghalang bagi peserta untuk Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
berwirausaha di bidang membatik secara mandiri Dessler, Gary. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia.
adalah modal usaha. Karena meskipun mereka Jakarta: PT. Indeks.
memiliki keyakin yang penuh terhadap bidang yang Graham, Sandra & Weiner, Bernard. 2005. Handbook of
mereka kuasi, namun jika tidak memiliki modal yang Educational Phychology. New York:
cukup tentunya akan berpengaruh juga terhadap awal Macmillan Library Reference USA.
mereka memulai sebuah usaha di sektor batik yang Kamil, Mustofa. 2007. Model Pendidikan Dan Pelatihan
juga memerlukan modal awal yang lumayan banyak. (Konsep Dan Aplikasi). Bandung: PT.
(3) Pelaksanaan pelatihan membatik tidak hanya Alfabeta.
memberikan keterampilan membatik melainkan juga Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan Dan Pelatihan
dapat menumbuhkan motivasi berwirausaha bagi (Konsep Dan Aplikasi). Bandung: PT.
peserta pelatihan. Dalam penelitian ini peneliti Alfabeta.
menganalisis bahwa didalam pelaksanaan pelatihan Krishna, S. M. 2013. “Entrepreneurial Motivation A
harus selalu ada pihak terkait untuk dapat Case Study of Small Scale Entrepreneurs In
memberikan intervensi berupa dorongan untuk Mekelle, Ethiopia”. Journal of Business
berwirausaha di bidang membatik antara lain melalui Management & Social Sciences Research. Vol.
penyelenggara, pengelolah, instruktur dan pihak 2 No. 1, 1-6.
disekitar tempat tinggal peserta pelatihan seperti Lee, HaeNim. 2014.Opportunities to Improve Skills and
kepala desa. Karena dengan adanya hubungan yang to Teach and Train Others: Employee
baik dari seluruh pihak dalam memberikan motivasi Ooutcomes in the United States and Japan.
berwirausaha tentunya akan sangat mudah untuk http://www.researchgate.net (diakses pada
menyelesaikan setiap kendala yang dihadapai oleh tanggal 14 Februari 2018 pukul 13.00)
peserta pelatihan dalam memulai sebuah usaha di Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja
sektor membatik. Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama.
Bandung: Refika Aditama.
Saran Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Ed.
(1) Untuk Lembaga Pelatihan dan Keterampilan, Sepuluh. Jakarta: PT Macan Jaya Cemerlang.
Pengelolaan pelatihan membatik di LKP sudah cukup Rusdiana. 2014. Kewirausahaan Teori dan Praktik.
baik. Saran yang dapat diberikan kepada lembaga Bandung: CV. Pustaka Setia.
adalah rekrutmen peserta pelatihan harus dilakukan Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
berdasarkan dengan minat berwirausaha peserta dan R&D. Bandung: Alfabeta.
sehingga pelaksanaan pelatihan akan tepat pada Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitaif,
sasaran. Kualitatif dan Tindakan. Bandung: Refika
(2) Untuk Penyelenggara dan pengelola, Pelaksanaan Aditama
pelatihan sudah berjalan dengan sangat baik akan Wahyuningtyas Eva. 2013. Pengelolaan Program
tetapi yang perlu diperhatikan oleh penyeleggara dan Pelatihan Menjahit Tingkat Dasar Pada Anak
pengelola LKP adalah terkait bentuk dukungan yang Putus Sekolah Di Balai Latihan Kerja (BLK)
diberikan harus lebih disesuaikan dengan yang Demak. Skripsi, Semarang: UNNES.
diperlukan peserta untuk mengembangkan
keterampilannya dalam hal ini adalah keperluan
bahan baku dalam membatik yang paling dibutuhkan
oleh peserta pelatihan jika dibandingkan dengan
keperluan alat membatik karena sebagian besar
peserta telah memilik alat membatik.
(3) Untuk Instruktur, Pengajaran yang diberikan oleh
instruktur sudah cukup baik, akan tetapi hal yang
perlu ditekankan adalah pada pengembangan

Anda mungkin juga menyukai