Anda di halaman 1dari 120

STRATEGI KOMUNIKASI PEMENANGAN CALON INDEPENDENT

PILKADA KOTA METRO LAMPUNG


(Studi Kasus Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA)

TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Gelar Master dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh
Reza Fahlevi
219122035

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


BIDANG KOMUNIKASI POLITIK
UNIVERSITAS PARAMADINA
JAKARTA
2022
STRATEGI KOMUNIKASI PEMENANGAN CALON
INDEPENDENT PILKADA KOTA METRO LAMPUNG
(Studi Kasus Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG. (K) dan Drs. Qomaru Zaman, MA)

TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Gelar Master dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh
Reza Fahlevi
219122035

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


BIDANG KOMUNIKASI POLITIK
UNIVERSITAS PARAMADINA
JAKARTA
2022

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Tesis yang saya susun, sebagai syarat memperoleh gelar
sarjana/magister merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu
dalam penulisan Tesis ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Saya
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya
plagiat dalam Tesis ini.

Metro, 23 Februari 2022

REZA FAHLEVI
NIM. 219122035

iii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis yang berjudul :


STRATEGI KOMUNIKASI PEMENANGAN CALON INDEPENDENT PILKADA KOTA
METRO LAMPUNG
(Studi Kasus Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG. (K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA)

telah dipertahankan di hadapan sidang Dewan Penguji Tesis pada :

Hari : ................................................ ..............................


Tanggal : ................................................ ..............................
Waktu : ................................................ ..............................

Oleh

Nama : ................................... ...........................................


NIM : ............................................... ...............................

Dewan Penguji Tesis

Ketua Penguji : ....................................... (tanda tangan)

Penguji : ....................................... (tanda tangan)

Pembimbing : ...................................... (tanda tangan)

iv
ABSTRAK

Universitas Paramadina
Program Studi Bidang Ilmu Komunikasi

REZA PAHLEVI/219122035
STRATEGI KOMUNIKASI PEMENANGAN CALON INDEPENDENT PILKADA
KOTA METRO LAMPUNG (Studi Kasus Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K)
Dan Drs. Qomaru Zaman, MA)

Pemilihan kepala daerah selalu didominasi oleh pasangan calon yang diusung partai politik.
Sistem presidensial lebih kurang diisyaratkan oleh pemilihan kepala pemerintahan secara
langsung oleh rakyat seperti pada tahap nasional Presiden sebagai kepala pemerintahan dipilih
langsung oleh rakyat melewati pemilihan umum, maka untuk kepala daerah juga dipilih
secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Calon independen hadir sebagai
representasi dari adanya UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemilihan Kepala Daerah.
Pemilihan kepala daerah atau pemilukada selalu di dominasi oleh calon yang berasal dari
partai politik.
Banyaknya calon independen dalam pemilukada dewasa ini membuat beberapa tokoh Kota
Metro ingin mengikuti kontestasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan,
Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan lebih menekankan pada
kekuatan analisis sumber-sumber dan data-data yang ada dengan mengandalkan teori-teori
dan konsep-konsep yang ada untuk diinterpretasikan.
Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Pasangan Calon ini yakni turun langsung pada
kelompok masyarakat yang ada dan menggunkan metode menyentuh kepada masyarakat
menengah kebawah dengan startegi yang telah digunakan.
Dalam penerapan strategi komunikasi yang dilakukan oleh pasangan calon merupakan bentuk
sentuhan langsung kepada masyarakat bawah guna mendapatkan informasi public untuk
kemudian dirancang kembali dalam bentuk stratagi dan kegiatan kegiatan unggulan lainnya.
Hal ini dibuktikan nya dari program unggulan yang maksimal sudah dilakukan dilapangan
yakni, 1) Kartu Metro Ceria (Metro Pintar, Metro Sehat, Metro Cyber, Metro Wisata,
Sembako, dan Petani), 2) Peningkatan Insentif bagi Pegiat Keagamaan, Pendidikan,
Kesehatan dan Sosial, 3) Gratis Iuran BPJS Kelas III dengan Pelayanan yang Berkualitas, 4)
Merealisasikan Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran, 5) Mall Pelayanan
Public Terintegrasi, 6) Peningkatan Infrastruktur Jalan, Penerangan, Teknologi Informasi
Komunikasi di Tingkat RT/RW, 7) Refitalisasi Fasilitas Olahraga, dan Fasilitas Budaya yang
ada di Masyarakat, 8) Meningkatkan Produk Hasil Pertanian, Melalui Bantuan Sarana
Produksi Pertanian dan Alat Mesin Pertanian Bagi Petani, 9) Membangun Creative-Hub
(Centra Promosi produk Kota Metro dan E-Commerce/Digital Marketing) Serta Membuka 22
Pusat Wirausaha Baru dan menyentuh lagsung pada masyarakat.

Kata Kunci: Jalur Independen, Pemilu, Tim Pemengan Strategi, Komunikasi

v
ABSTRACT

Universitas Paramadina
Program Studi Bidang Ilmu Komunikasi

REZA PAHLEVI/219122035
INDEPENDENT CANDIDATE WINNING COMMUNICATION STRATEGY
LAMPUNG METRO CITY ELECTION (Case Study of Candidate Pairs Dr. Hi. Wahdi,
Sp.OG.(K) And Drs. Qomaru Zaman, MA)

The election of regional leaders is still dominated by a few candidates promoted by political
parties. The presidential system is more or less involved in the direct election of the head of
government by the people, because at the national level, the president as head of government
is directly elected by the people through universal suffrage, so the district head is also directly
elected. by the people through universal suffrage. The independent candidates present
themselves as representing the existence of Act No. 12 of 2008 on the election of district
leaders. Post-conflict regional or local elections are always dominated by political party
candidates.
The number of independent candidates in the post-conflict local elections has inspired several
Metro City personalities to enter the contest. The type of research used is field research. The
nature of this research is descriptive research with a greater emphasis on the strength of the
analysis of existing sources and data that build on existing theories and concepts to interpret.
This candidate's communication strategy is to go directly to existing community groups and
use the method to reach the lower middle class with the strategy used.
In applying the communication strategy carried out by the candidate pair, it is a form of direct
contact with the subordinate community to obtain public information and then redesign it in
the form of other strategies and foreground activities. This is evidenced by the maximally
superior programs realized in the field, namely 1) Metro Happy Card (Smart Metro, Healthy
Metro, Cyber Metro, Tourism Metro, Basic Food and Farmers), 2) Improvement incentive.
for religious, educational, health and social activists, 3) free contribution class III BPJS with
quality services, 4) construction of the University Hospital Center of the Faculty of Medicine,
5) Integrated shopping center for public services, 6) Infrastructure improvement Roads,
Lighting , RT/RW level information and communication technology, 7) Restoration of sports
facilities and cultural facilities in the community, 8) Increase in agricultural products, through
the help of agricultural production facilities and agricultural machinery for farmers, 9)
Construction of Creative Hub (Metro City Product Promotion and E-commerce/Digital
Marketing Center) And opened 22 new entrepreneurial hubs and had a direct impact on the
community.

Keywords: Independent Path, Election, Strategy Winning Team, Communication

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS.........................................................................................iv
ABSTRAK.................................................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................................x
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................11
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................12
KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................................13
2.1 Calon Independen.......................................................................................................13
2.1.1 Dinamika Calon Independen di Indonesia...........................................................13
2.1.2 Kekurangan dan Kelebihan Calon Independen..................................................16
2.1.3 Faktor-faktor Pendukung Calon Independen.....................................................17
2.2 Partai Politik................................................................................................................20
2.2.1 Konsep Perwakilan (Representasi).......................................................................21
2.2.2 Sistem Multipartai dalam Presidensialisme.........................................................21
2.2.3 Degradasi Peranan Partai Politik.........................................................................22
2.3 Strategi Politik.............................................................................................................23
2.3.1 Marketing Politik...................................................................................................24
2.3.2 Strategi Pendekatan...............................................................................................25
2.3.3 Strategi Kampanye.................................................................................................27
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu........................................................................................28
2.5 Kerangka Berpikir......................................................................................................29
METODE PENELITIAN.......................................................................................................30
3.1 Metodologi Penelitian.................................................................................................30
3.1.1 Jenis dan Sifat Penelitian.......................................................................................30
3.1.2 Pendekatan Penelitian............................................................................................31

vii
3.2 Tahapan Penelitian.....................................................................................................31
3.3 Sumber Data................................................................................................................32
3.3.1 Sumber Data Primer..............................................................................................32
3.3.2 Sumber Data Sekunder..........................................................................................33
3.3.3 Informan Penelitian...............................................................................................33
3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................33
3.4.1 Wawancara.............................................................................................................33
3.4.2 Observasi.................................................................................................................34
3.4.3 Dokumentasi...........................................................................................................35
3.5 Teknik Analisa Data...................................................................................................35
3.6 Teknik Penjamin Keabsahan Data............................................................................36
3.6.1 Uji Kredibilitas.......................................................................................................36
3.6.2 Transferabilitas......................................................................................................36
3.6.3 Defendabilitas.........................................................................................................37
3.6.4 Konfirmabilitas.......................................................................................................37
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................................38
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................................38
4.1.1 Deskripsi Umum Kota Metro................................................................................38
4.1.2 Profil Singkat Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG. (K) dan Drs. Qomaru
Zaman, MA......................................................................................................................43
4.1.3 Strategi Komunikasi Politik Pasangan Independent dalam Memenangkan
Pilkada Serentak 2020 di Kota Metro...........................................................................47
4.1.4 Faktor Pendukung Kemenangan Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG. (K)
dan Drs. Qomaru Zaman, MA.......................................................................................52
4.2 Pembahasan.................................................................................................................54
BAB V......................................................................................................................................62
PENUTUP................................................................................................................................62
5.1. Simpulan......................................................................................................................62
5.2. Saran............................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................64
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................................112

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Strategi Kampanye............................................................................................28


Gambar 2.2 Kerangka Berpikir............................................................................................29
Gambar 4.1.1 Peta Administrasi Kota Metro......................................................................43

ix
DAFTAR LAMPIRAN

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia adalah sistem demokrasi
presidensial. Partai politik (Parpol), pemilihan umum (Pemilu) dan parlemen adalah
elemen-elemen penting dalam bekerjanya sebuah sistem pemerintahan demokrasi. Partai
politik mewadahi pluralitas aspirasi dan kepentingan masyarakat, Pemilu menjadi arena
kontestasi demokratis bagi partai politik dan calon independen (perseorangan). Sedangkan
parlemen bertugas merumuskan kebijakan yang kemudian pelaksanaannya dilakukan oleh
pemerintah hasil Pemilu (eksekutif).
Pada kontestasi politik ini, komunikasi politik digunakan dengan tujuan menarik
sebanyak mungkin simpati masyarakat sehingga dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat pada pemilihan yang akan dilaksanakan. Agar tujuan yang diinginkan dapat
tercapai, diperlukan adanya penyusunan strategi komunikasi politik yang tepat. Menurut
Abdullah dalam (Pattiasina, 2015:20), strategi komunikasi politik dalam konteks
pemilihan umum dilihat sebagai proses komunikasi yang terjadi untuk meraih
kemenangan dalam suatu pertarungan politik.
Dengan demikian, melalui kegiatan komunikasi politik terjadi pengaitan
masyarakat sosial dengan lingkup negara sehingga komunikasi politik merupakan sarana
untuk pendidikan politik/kesadaran warga dalam hubungan kenegaraan. Dengan
demikian, inti komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian
suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan
komunikasi tersebut dapat mengikat suatu kelompok atau warga tertentu. Komunikasi
politik dengan demikian adalah upaya sekelompok manusia yang mempunyai orientasi,
pemikiran politik atau ideology tertentu dalam rangka menguasai atau memperoleh
kekuasaan. (Anwar Arifin, 2006:8-9). Almond berpendapat bahwa komunikasi politik
adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka
kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk memperbandingkan berbagai sistem politik
dengan latar belakang budaya yang berbeda (Almound dalam Maswadi Rauf, 1993:21).
Faktor tujuan dalam komunikasi politik itu, jelas pula tampak pada definisi yang
diketengahkan oleh Lord Windlesham dalam karyanya, What is political communication,
Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja
2

dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikasi


berperilaku tertentu (Effendy, 2002:158).
Pembentukan pendapat umum dalam komunikasi politik, sangat ditentukan oleh
peranan media politik terutama media massa. Selain memiliki fungsi memberi informasi,
media massa juga mendidik, menghubungkan dan menghibur, juga terutama membentuk
citra politik dan pendapat umum yang merupakan dimensi penting dalam kehidupan
politik. Setiap sistem politik mengembangkan jaringan komunikasi politiknya sendiri, dan
mengakui pentingnya sumber-sumber khusus; sedang saluran-saluran dan para pendengar
akan berbeda menurut jenis media yang digunakan. Salah satu tujuan komunikasi politik
adalah membangun citra politik yang baik bagi khalayak. Citra politik itu terbangun atau
terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun melalui media
politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang
aktual.
Tahun 2020 menjadi salah satu tahun diadakannya kembali pesta demokrasi di
Indonesia. Pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020 diikuti oleh 270 daerah di
seluruh penjuru negeri. Rincian 270 daerah tersebut adalah sembilan 9 Provinsi, 224
kabupaten, dan 37 kota yang turut berpartisipasi dalam pilkada serentak tahun 2020
ini. Pilkada serentak tahun 2020 telah dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2020.
Sebelumnya, pilkada serentak tahun 2020 dijadawalkan akan dilaksanakan pada
tanggal 23 September 2020. Namun, ketika pilkada serentak ini sedang berada pada
tahapan penyerahan daftar penduduk potensial pemilih pemilihan, KPU
mengeluarkan surat keputusan KPU Nomor: 179/PL.02-kpt/01/KPU/III/2020 yang
isinya antara lain mengatur penundaan beberapa tahapan pilkada 2020, diantaranya
pelantikan dan masa kerja Panitia Pemungutan Suara (PPS), verifikasi syarat
dukungan calon perseorangan, pembentukan Petugas Pemutakhiran Data Pemilih
(PPDP), dan pelaksanaan pencocokan dan penelitian (Coklit), serta pemutakhiran
dan penyusunan daftar pemilih (Nurhasim, 2020). Penundaan ini didasari oleh
adanya pandemi Covid-19 dan semakin masifnya penyebaran virus Covid-19 di
Indonesia.
Semakin meningkatnya kasus aktif Covid-19 di Indonesia menimbulkan
kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Rasa khawatir akan tertular virus jika
berkegiatan di luar rumah menjadi salah satu faktor yang dapat membuat masyarakat
enggan menggunakan hak pilihnya pada pemilihan serentak tahun 2020. Untuk
mengurangi kekhawatiran tersebut, penyelenggara dalam hal ini KPU RI yang
3

membawahi KPU di tingkat daerah mengeluarkan peraturan komisi pemilihan umum


(PKPU) Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Wali Kota
Serentak Lanjutan dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) pasal 2 ayat 2 dan Pasal 5 ayat 1 yang menyebutkan bahwa pemilihan
serentak lanjutan harus mengutamakan prinsip kesehatan dan keselamatan,
penyelenggara pemilihan, peserta pemilihan, pemilih, dan seluruh pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan pemilihan dengan berpedoman pada protokol kesehatan
pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa “partai politik di satu sisi, mempunyai
posisi dan peranan yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan
peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dan warga
negara” (dalam Anggraini, 2013:15). Tetapi dalam dinamika selanjutnya muncul calon
kepala daerah yang maju melalui jalur independen (perseorangan). Calon independen
hadir sebagai representasi dari adanya UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Kepala Daerah dan didukung putusan Mahkamah Konstitusi No. 5/PUUV/2007 tentang
pencabutan terhadap ketentuan pasal 59 ayat 1 dan pasal 56 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2004
yang dianggap diskriminatif dan bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 18 Ayat 4 karena
hanya memberi kesempatan bagi pasangan calon yang berasal dari partai politik atau
gabungan partai politik saja.
Pengisian jabatan kepala daerah secara langsung merupakan lompatan sejarah
dalam panggung politik lokal. Secara umum dalam pengisian jabatan kepala daerah
menggunakan dua jalur. Pertama adalah melalui jalur partai politik. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
khususnya pasal 56 ayat 2 yang berbunyi: pasangan calon diajukan oleh partai politik
atau gabungan partai politik. Calon diajukan dari partai politik tertentu atau dari beberapa
partai politik yang melakukan koalisi.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) selalu didominasi oleh pasangan calon yang
diusung partai politik. Secara umum memang pengisian jabatan kepala daerah harus
melalui jalur partai politik. Hal ini diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, khususnya pasal 56 ayat 2 dan pasal 59 ayat 3. Dijelaskan
bahwa calon bupati dan calon wakil bupati, calon walikota dan calon wakil walikota
adalah peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang melakukan koalisi. Partai politik atau gabungan partai politik wajib membuka
4

kesempatan seluas-luasnya bagi bakal calon kepala daerah, selanjutnya memproses bakal
calon tersebut melalui mekanisme yang demokratis dan transparan. Baru kemudian
pasangan calon mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota.
Ada dua alasan kenapa Walikota dan Wakil Walikota dipilih secara langsung.
Pertama agar makin sesuai dengan sistem pemerintahan presidensial. Sistem presidensial
lebih kurang diisyaratkan oleh pemilihan kepala pemerintahan secara langsung oleh rakyat
seperti pada tahap nasional Presiden sebagai kepala pemerintahan dipilih langsung oleh
rakyat melewati pemilihan umum, maka untuk kepala daerah juga dipilih secara langsung
oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Calon independen hadir sebagai representasi dari adanya UU Nomor 12 Tahun
2008 tentang Pemilihan Kepala Daerah. Pemilihan kepala daerah atau pemilukada selalu
di dominasi oleh calon yang berasal dari partai politik. Hal ini membuat banyak pihak
memberikan tuntutan terhadap lahirnya peraturan bagi calon independen. Salah satu
wujud demokrasi adalah dengan adanya calon independen. Banyaknya calon independen
dalam pemilukada dewasa ini membuat beberapa tokoh Kota Metro ingin mengikuti
kontestasi. Dukungan dari undang-undang dan amar putusan MK juga menjadikan calon
independen sebagai alternatif pilihan dalam pemilukada. Hal tersebut meningkatkan
eksistensi dari calon independen.
Jalur calon independen atau biasa disebut dengan calon perseorangan. Secara legal
formal calon independen muncul dalam pentas politik lokal setelah dikeluarkannya Amar
putusan Mahkamah Konstitusi No.5/PUUV/2007 tentang pencabutan terhadap ketentuan
pasal 59 ayat 1 dan pasal 56 (2)” UU no. 32 Tahun 2004 yang bertentangan dengan UUD
1945 Pasal 18 Ayat (4), karena hanya memberi kesempatan bagi pasangan calon yang
berasal dari partai politik atau gabungan partai politik. Dengan Keputusan MK tersebut
akhirnya calon independen dapat ambil bagian dalam pemilihan kepala daerah. Fokus
penelitian ini adalah kehadirans calon independen dalam pemilihan kepala daerah secara
langsung terhadap penerapan demokrasi.
Munculnya calon independen ini merupakan kesempatan secara luas bagi
masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses pemilihan kepala daerah. Peran rakyat
dalam rekrutmen politik diharapkan bisa ditingkatan. Seperti hadirnya calon independen
yang merupakan wujud dari kekecewaan terhadap pencalonan melalui jalur partai politik.
(Pratikno, 2007:23). Kehadiran calon independen dalam jangka panjang diprediksi akan
menyederhanakan jumlah partai secara natural sekaligus membuka mata Parpol untuk
terus mengevaluasi, mengoreksi dan memperbaiki kinerjanya. Terlebih kondisi partai
5

politik saat ini yang fluktuatif, tergantung dengan arah percaturan politik, menjadikan
mayoritas Parpol cenderung tidak sehat. Adanya degradasi peranan partai politik tersebut
dianggap sebagai penyebab utama menurunya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
partai politik. Banyak oknum dari partai politik yang terkena kasus korupsi, suap, narkoba
dan tindak kriminalitas lainya. Mayoritas partai politik juga bermasalah di internal partai
terutama berkaitan dengan masalah pimpinan partai dan kepengurusan.
Munculnya calon independen ini dipercaya dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap kinerja pemerintahan. Dewasa ini masyarakat mulai hilang
kepercayaan terhadap partai politik. Calon independen hadir tanpa membawa ideologi dari
partai politik. Keikutsertaan calon independen dalam pemilukada adalah atas dukungan
masyarakat. Karena tanpa dukungan dari masyarakat, calon independen tidak dapat
mendaftarkan diri sebagai calon walikota dan wakil walikota.
Proses kandidasi calon perseorangan sangat berbeda dengan partai politik
yang bisa melakukan koalisi dengan partai lain atau penunjukan kadernya sebagai
bakal calon. Calon perseorangan sendiri tidak sama dengan partai politik dalam hal
proses kandidasi calon yang harus melakukan prosedur dan proses yang panjang.
Proses kandidasi calon sendiri adalah orang yang bersedia melakukan suatu gerakan
independen untuk melawan partai politik yang semakin semana-mena melakukan
transaksi “mahar politik
Pencalonan melalui jalur perseorangan di sini sendiri bukan karena tidak
adanya dukungan dari partai politik pengusung, tetapi karena jalur perseorangan
secara ideologi yang memang tidak ada penguasa pemberi modal dan ingin
mencairkan kebekuan partai politik.
Keikutsertaan pasangan calon (Paslon) walikota dan wakil walikota dari jalur
independen diproyeksi akan tetap sulit mengungguli figur yang diusung oleh partai
politik. Calon independen dipandang memiliki beberapa kelemahan, diantaranya tingkat
kesolidan tim, lemahnya dukungan maupun kapasitas infrastruktur politik yang dimiliki
dan cenderung hanya mengandalkan popularitas dibanding elektabilitas. Intensitas dan
pola sosialisasi yang dilakukan oleh Parpol biasanya sudah terstruktur dengan basis
kekuatan politik dan kerja mesin politik yang jelas. Selain itu, posisi eksekutif yang diisi
oleh calon independen yang menang akan cenderung lebih sulit memperoleh legitimasi
politik dari DPRD provinsi atau kabupaten/kota, karena representasi dari kekuatan
berbagai Parpol yang ada dalam lembaga legislatif.
6

Strategi pendekatan kepada pemilih di Pilkada yang akan berlangsung, maka setiap
kandidat harus mampu memasarkan dirinya ditengah-tengah masyarakat, salah satunya
dengan metode atau strategi marketing politik yang merupakan salah satu strategi yang
sering digunakan oleh para kandidat dalam sebuah ajang pilkada untuk merebut hati
konstituen dan membuat mereka memilih kandidat yang diinginkan. Marketing politik
saat ini merupakan konsep baru dalam dunia politik, marketing politik merupakan aktifitas
yang terorganisir untuk digunakan oleh partai politik maupun pasangan calon dalam
menyusun, mendistribusikan, memasarkan, serta meyakinkan kepada pemilih bahwa
produk politik yang dihasilkan sangatlah lebih unggul dibandingkan dengan lawannya
(Firmanzah, 2008:27).
Person atau citra kandidat seringkali menentukan keputusan pilihan, yang
berkaitan dengan proses pembentukan keyakinan para pemilih. Menurut Bruce:
pembangunan citra pribadi politikus dari latar belakang konstituen seperti pakaian,
rambut, make up secara signifikan menandakan hal-hal yang berkaitan tentang politisi.
Citra tersebut menentukan perolehan kekuatan, kewenangan atau atribut politik yang
diinginkan lainnya) (Brian McNair, 2003:32).
Pendekatan rasional terutama yang berkaitan dengan orientasi utama pemilih yaitu
dapat didasarkan atas orientasi isu dan orientasi kandidat. Orientasi kandidat sendiri dapat
didasarkan pada kedudukan, informasi, prestasi, dan popularitas pribadi bersangkutan
dalam berbagai bidang kehidupan seperti organisasi, kesenian, olah raga, dan politik
Faktor finansial akan meningkat saat menjelang periode kampanye pemilu yang
menuntut pengeluaran dan belanja besar. Keterbatasan sumber daya keuangan dapat
membatasi ruang gerak politik untuk menggalang basis dukungan. Di sisi lain kesadaran
masyarakat akan transparansi semakin tinggi, sehingga para politisi dituntut untuk lebih
kreatif dan sesuai dengan koridor hukum serta ketentuan yang berlaku
Calon independen harus mempunyai modal sosial yang kuat misalnya rekam
jejaknya bagus, punya prestasi dibidangnya, jaringannya luas, mempunyai jiwa sosial
yang sudah terbukti, mempunyai dana, mempunyai visi misi dan program yang jelas untuk
membawa perubahan ke arah yang positif jika ingin diterima oleh semua pihak. Modal
social memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat
kehidupan masyarakat modern. Modal sosial sebagai sine qua non bagi pembangunan
manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi. Unsur penting
dari social contract (kontrak sosial) ini antara lain yang disebut dengan jaringan sosial,
pola-pola timbal balik, dan kewajiban bersama.( Pradhanawati, 2010:57)
7

Umumnya calon independen akan mengalami kesulitan untuk memperoleh


dukungan dalam menjalankan pemerintahan daerah, terutama berkaitan dengan kompromi
atau bargaining politik. Berbeda dengan partai politik yang sudah mempunyai wakil-wakil
atau fraksi yang duduk dalam badan legislatif maupun eksekutif. Meskipun terdapat
wakil-wakil non partai dalam parlemen seperti adanya Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
tetap saja wakil partailah yang mayoritas memegang peranan utama dalam penyusunan
undang-undang. Peranan partai politik menjadi vital karena tidak hanya sebagai kendaraan
politik untuk mencapai kekuasaan, tetapi juga memiliki tanggung jawab politik (political
responsibility) dan tanggung jawab sosial (social responsibility) untuk menciptakan
kondisi yang lebih baik bagi bangsa dan negara.
Dalam Pilkada selain marketing politik, suatu strategi kampanye juga sangat
dibutuhkan, seperti apabila suatu pasangan calon ingin mendapatkan dukungan dan suara
yang lebih banyak, maka dalam hal ini harus ada lebih banyak orang yang memiliki
pandangan dan pemikiran yang positif terhadap pasangan calon tersebut, sehingga
kampanye yang akan dilakukan mendapatkan hasil yang memuaskan. Strategi seperti ini
perlu dipersiapkan melalui sebuah kampanye, untuk menjelaskan kepada pemilih tentang
penawaran-penawaran terbaiknya, karena suatu strategi tidak akan berhasil hanya dengan
isu-isu atau agenda yang tidak bermutu. Strategi kampanye yang bisa dilakukan ialah
dengan push, pass, dan pull politikal marketing (Nursal dalam Inco, 2012: 45).
Salah satu hal penting yang perlu dipahami oleh kandidat adalah tentang fase-fase
penting dalam memenangkan Pemilukada. Fase pertama adalah fase peningkatan modal
sosial. Fase ini dikenal juga dengan fase sosialisasi. Fase ini adalah fase dimana kandidat
benar-benar terjun ke masyarakat. Kandidat banyak melakukan sosialisasi di masyarakat.
Kandidat melakukan kerja-kerja sosial. Semakin lama fase ini dilalui oleh kandidat akan
semakin kuat akar social kandidat di masyarakat. Semakin kuat modal sosial akan
memperluas jaringan sosial kandidat di masyarakat. Besarnya modal sosial yang dipupuk
oleh kandidat akan dapat menekan biaya finansial yang harus dikeluarkan oleh kandidat.
Bahka pada tahap tertentu, justru pemilih yang akan secara suka rela mengeluarkan dana
dan tenaga untuk mendukung kandidat. Fase kedua adalah fase meraih dukungan politik.
Fase ini fase dimana kandidat berhasil mendapat dukungan dari partai politik. Kandidat
memperoleh tiket pencalonan di KPU. Pada fase ini yang dibutuhkan adalah loby politik
dan kekuatan finansial. Kedekatan dengan elit politik menjadi faktor penting. Hal ini
penting untuk meyakinkan elit partai bahwa kandidat tersebut adalah orang yang punya
potensi besar untuk memenangkan Pemilukada. Kandidat juga harus menyakinkan elit
8

partai bahwa kemenangan kandidat tersebut akan menguntungkan partai untuk kurun 5
tahun kedepan.
Selain itu, sudah menjadi rahasia umum, untuk mendapatkan tiket partai, kandidat
juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Fase ketiga adalah fase memobilisasi
dukungan pemilih. Ini adalah fase atau babak final dari pertandingan Pemilukada.
Kandidat dituntut untuk bagaimana menggerakkan mesin mobilisasi (jaringan sosial) dan
mesin pencitraan (media komunikasi). Pengalaman dan strategi politik sangat diperlukan
pada fase ini. Bila dipandang perlu, konsultan politik dapat diminta bantuannya untuk
mendampingi.
Proses kandidasi calon perseorangan sangat berbeda dengan partai politik yang
bisa melakukan koalisi dengan partai lain atau penunjukan kadernya sebagai bakal calon.
Calon perseorangan sendiri ini tidak sama dengan partai politik dalam hal proses
kandidasi calon yang harus melakukan prosedur dan proses yang panjang. Proses
kandidasi calon sendiri adalah orang yang bersedia melakukan suatu gerakan independen
untuk melawan partai politik yang semakin semana-mena melakukan transaksi “mahar
politik”. Calon independen memiliki peluang yang kuat jika memiliki strategi politik
yang kuat dan baik. Peluang yang cukup baik bagi calon independen dalam pemilihan
kepala daerah tanpa adanya ideologi dari partai politik yang membayangi. Oleh karena itu,
penting dalam mengatur strategi bagi calon independen jika ingin memenangkan
pemilihan. Dengan penyusunan strategi politik yang kuat maka akan memudahkan untuk
memenangkan pemilihan. Berbeda dengan calon yang diusulkan oleh partai politik yang
sudah memiliki akar kaderisasi mulai pusat sampai dengan daerah, yakni basis massa yang
kuat. Calon independen harus menghimpun dukungan dan massa dalam waktu yang
singkat yakni pada periode pemilihan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi
calon independen adalah dengan menghimpun dukungan dan kelompok dengan persiapan
yang baik dan kuat. Dengan persiapan yang baik dan kuat maka peluang untuk
memperoleh dukungan dari masyarakat akan terbuka dengan lebar.
Salah satu fenomena yang juga menarik dielaborasi adalah dimana Wahdi-Qomaru
merupakan calon incumbent yang memiliki elektabilitas cukup signifikan pada Pilkada
2020 dimana Wahdi-Qomaru mampu membangun berbagai basis politiknya walau dia
merupakan calon independent (non Partai).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Metro telah menyelesaikan rekapitulasi
Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) surat suara tingkat kota. Pasangan Wahdi-Qomaru meraih
suara terbanyak pada pleno rekapitulasi suara.Sebagai paslon independen yang tidak
9

tergabung dengan partai politik, tim pemenangan paslon Wahdi-Qomaru menerapkan


beberapa strategi untuk memperkenalkan paslon tersebut ke masyarakat. Pertama,
Bangun jaringan dengan masyarakat, sebelum maju ke Pilkada 2020, paslon tersebut
sudah menjalin komunikasi dengan partai dan koleganya di organisasi HMI, Kahmi dan
PII. Itu lantaran Wahdi merupakan mantan ketua umum Kahmi Metro dan kader
HMI. Kedua, Ingin membuat sejarah baru, Paslon independen tersebut juga ingin
mencetak sejarah baru untuk menjadi wali kota tidak harus lewat jalur partai. Bisa melalui
jalur perseorangan dan melakukan pendekatan kepada masyarakat secara langsung.
Ketiga, Seorang dokter dan pelaku usaha, Diketahui, dr. Wahdi SpOG adalah seorang
pegawai negeri di rumah sakit dan sebagai dokter kandungan dan kebidanan. Selain itu
juga sebagai pelaku usaha yang memiliki rumah sakit, hotel dan tempat hiburan seperti
kolam renang. Sedangkan pasangannya, Qomaru merupakan pensiunan Aparatur Sipil
Negara (ASN) dan terakhir menjabat sebagai Kepala Kementerian Agama Lampung
Utara.
Wahdi Qomaru menjadi tamparan bagi partai politik jika calon perseorangan bisa
memenangkan Pilkada. Artinya, masyarakat pemilih tidak percaya dengan calon yang
diusung partai politik. Alasan lainnya, bisa jadi program atau visi misi yang ditawarkan
lebih nyata dibanding kandidat partai politik. Kampanye Wahdi Qomaru dilakukan
dengan memberikan konsultasi dan pengecekan gratis untuk ibu hamil. Artinya program
yang dilakukan lebih mengena di masyarakat. Jadi pemilih di Kota Metro itu lebih
merespons modal kampanye yang dilakukan oleh paslon independen ini.
Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Metro mempunyai beberapa ide,
gagasan, visi-misi, dan juga program yang akan direalisasikan jika berhasil memenangkan
Pilkada 2020 Kota Metro. Maka dari itu perlu adanya sebuah strategi pemenangan dalam
ajang Pilkada, karena jika ingin memperoleh kemenangan pada Pilkada secara langsung
akan membutuhkan sebuah strategi pemenangan yang sistematis dan strategis dalam
kampanye dan mempunyai tujuan yang harus dicapai.
Kekecewaan masyarakat terhadap partai politik membuat calon independen
memiliki peluang yang besar dalam pemilukada. Hal ini juga merupakan “teguran” bagi
partai politik. Kehadiran calon independen dapat menjadi koreksi terhadap partai politik.
Partai politik dinilai masih belum menjalankan fungsinya dengan baik. Dengan hadirnya
calon independen parpol seyogyanya dapat memperbaiki diri sesuai dengan fungsinya dan
dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat.
10

Dilansir pada Radarlampung.co.id Paslon Independen Pilwakot Metro Nomor


Urut 1 Wahdi-Qomaru Zaman (WaRu) Menjadi satu-satunya calon perseorangan yang
maju dalam pilkada di delapan kabupaten/kota di Lampung tahun 2020, dokter Wahdi siap
alokasikan dana pribadinya untuk kepentingan kampanye. Di mana dari laporan LHKPN,
total harta kekayaan dokter spesialis kebidanan dan kandungan tersebut sebesar
Rp.22.091.207.597. Terbesar dari tiga calon lainnya. “Dari pertama kali kita akan
berjuang telah komitmen melalui independen agar ada kemandirian. Kedua paling tidak
mau berbuat sesuatu dengan apa yang diamanahkan yang mahakuasa ke kita,” ucapnya.
Sejauh ini dirinya mengaku tidak ada sumbangan dari pihak manapun, meski aturannya
diperbolehkan. “Kita ingin melakukan yang terbaik untuk Metro. Kita mau tanpa ada
beban di belakang,” ucapnya. Dia pun mengungkapkan bahwa besaran Laporan LHKPN
yang di hitung pejabat penghitung telah sesuai dan tidak ditutup-tutupi. Karena selama ini
dirinya selalu terbuka dengan pemerintah, terutama pemerintah daerah, untuk
pembangunan daerah. (Sumber olah data: radarlampung.co.id diakses tanggal 27 Agustus
2021).
Bermula dari proses kebijakan yang berbelit dan melihat kinerja pemerintah yang
masih kurang maksimal. Maka Wahdi dan Qomaru yang sebenarnya masih belum terlalu
tertarik untuk masuk dalam dunia politik pada akhirnya memutuskan untuk mencalonkan
diri sebagai walikota dan wakil walikota melalui jalur independen.
Pada tanggal 9 Desember 2020 telah diselenggarakan Pilkada serentak secara
nasional di berbagai wilayah di Indonesia. Pilkada serentak yang digelar pada 270 daerah
dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Untuk pertama kalinya, pasangan
calon walikota dan wakil walikota dari jalur independen (perseorangan) memenangkan
pemilihan kepala daerah di Kota Metro. Yaitu pasangan Wahdi dan Qomaru yang berhasil
mengalahkan lawan politiknya dengan selisih perolehan suara cukup jauh. Calon
independen atau perseorangan sejauh ini memang belum pernah menang dalam Pilkada di
Kota Metro.
Pasangan Calon (Paslon) Perseorangan Wahdi-Qomaru Zaman menggungguli tiga
rivalnya pada Pilkada Wali Kota dan Wakil Wali Metro, Lampung, dalam hitungan
sementara yang masuk dalam data kpu hingga Kamis (10/12) pukul 12.26 WIB.
Berdasarkan data suara yang masuk yang dilansir website resmi KPU
pilkada2020.kpu.go.id pada Kamis (10/12) siang, suara yang masuk suara, paslon nomor
urut 1 Wahdi-Qomaru unggul 30 persen dari tiga paslon lainnya dengan perolehan suara
17.079 suara. Selanjutnya disusul paslon nomor urut 4 Anna Morinda-Fritz Akhmad
11

memperoleh 27,5 persen atau 15.650 suara. Disusul paslon nomor urut 3 Ampian
Bustami-Rudy Santoso 23,1 persen atau memperoleh suara 13.167 suara, sedangan paslon
nomor urut 2 Ahmad Mufti Salim-R Shaleh Chandra Pahlawan mendapatkan 19,4 persen
atau 11.013 suara. Data website KPU tersebut menyebutkan baru sementara menghimpun
183 dari 310 TPS atau 59.03 persen dari suara yang masuk. Paslon Wahdi-Qomaru unggul
di tiga kecamatan dalam Kota Metro, yaitu Metro Pusat 4.718 suara, Metro Utara 2.076
suara dan Metro Selatan 2.068 suara. Sementara paslon Anna-Fritz unggul di dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Metro Barat dengan suara 3.974 dan Metro Timur dengan
4.095 suara. Wahdi-Qomaru sudah mengklaim kemenangan berdasarkan hasil hitung
cepat dan juga hitung nyata tim internal paslon perseorangan tersebut. "Kepada
masyarakat Kota Metro dan tim relawan, serta teman-teman media, saya mengucapkan
terima kasih. Seperti yang kita ketahui dari hasil real count kami, quick count juga, kami
unggul dari pasangan lainnya," kata Wahdi. (Sumber olah data: republika.co.id diakses
tanggal 27 Agustus 2021).
Rekapitulasi perolehan suara Pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota
hasil Pilkada 9 Desember 2020 yang dilakukan KPU Kota Metro menunjukkan, pasangan
Wahdi Sirajuddin-Qomaru Zaman yang maju dari jalur perseorangan meraih 28.294 suara,
mengungguli tiga pasangan calon lain yang diusung partai politik dan gabungan partai
politik. Sementara pasangan Ahmad Mufti Salim-Saleh Chandra meraih 19.158 suara,
pasangan Ampian Bustami-Rudy Santoso sebanyak 22.819 suara, dan pasangan Anna
Morinda-Fritz Ahmad Nuzir meraup 27.022 suara. Komisi Pemilihan Umun (KPU) Kota
Metro menetapkan pasangan Wahdi-Qomaru sebagai wali kota dan wakil wali kota
terpilih dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020. Ketua KPU Kota Metro, Nurris
Septa Pratama, mengatakan sesuai Pasal 54 PKPU 19 Tahun 2020 pihaknya menetapkan
pasangan calon terpilih Wahdi dan Qomaru pada Pilkada 2020. "Setelah menerima buku
register perkara konstitusi (BRPK) dari Mahkamah Konstitusi (MK), kami langsung
menggelar pleno penetapan pasangan Wali dan Wakil Wali Kota terpilih," kata dia usai
melakukan Pleno di Aidia Grande Hotel, Kamis, 21 Januari 2021. (Sumber olah data:
lampost.co. diakses tanggal 27 Agustus 2021).
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk
mengambil judul “Strategi Komunikasi Pemenangan Pasangan Calon Walikota Pada
Pilkada Kota Metro Tahun 2020 (Studi Kasus Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K)
dan Drs. Qomaru Zaman, MA)”.
12

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah
1.2.1 Bagaimana strategi komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota Metro
Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman,
MA) di Kota Metro ?
1.2.2 Bagaimana implementasi strategi komunikasi pemenangan calon independent
pilkada kota Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs.
Qomaru Zaman, MA) di Kota Metro ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah
1.3.1 Mengetahui strategi komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota Metro
Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman,
MA) di Kota Metro.
1.3.2 Mengetahui implementasi strategi komunikasi pemenangan calon independent
pilkada kota Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs.
Qomaru Zaman, MA) di Kota Metro.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Menggambarkan strategi komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota
Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru
Zaman, MA) di Kota Metro.
1.4.2 Menggambarkan implementasi strategi komunikasi pemenangan calon
independent pilkada kota Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.
(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA) di Kota Metro.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Calon Independen


Calon independen dalam pemilihan umum menjadi hal yang lumrah pada era
politik zaman sekarang, bahkan bisa jadi trend politik. Calon independen merupakan calon
yang maju dalam pemilihan umum tanpa partai pengusung, sehingga dalam pekasanakan
kegiatan politiknya dibutuhkan strategi serta massa yang banyak.
Calon independen ialah tokoh masyarakat yang menjadi peserta Pemilu secara
perorangan alias tanpa menggunakan mekanisme kepartaian, tetapi memanfaatkan
mekanisme kemasyarakatan atau kemampuan dan kekuatan pribadi. Di berbagai negara,
calon independen dihidupkan, untuk menampung aspirasi golongan minoritas, sekalipun
keberhasilannya lebih sukar tercapai dalam Pemilu nasional maupun Pemilu daerah
(dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-V/2007) (Arbi Sanit, 2007:18).
Calon independen adalah orang yang bersedia melakukan suatu gerakan
independen untuk melawan partai politik yang gemar melakukan transaksi politik (Novita,
2013:11). Proses kandidasi calon perseorangan sangat berbeda dengan partai politik yang
bisa melakukan koalisi dengan partai lain atau penunjukan kader sebagai bakal calon.
Calon perseorangan harus melakukan prosedur dan proses yang panjang untuk maju
dalam pertarungan Pilkada. Mulai dari pengumpulan dukungan KTP, pembentukan Tim
Sukses, survey, penentuan strategi politik sampai pasca Pilkada. Apabila pasangan
independen menang masih harus melakukan kompromi politik dengan orang-orang partai
untuk bersama-sama menjalankan pemerintahan daerah.
2.1.1 Dinamika Calon Independen di Indonesia
Perdebatan mengenai partisipasi calon independen dalam pemilihan kepala
daerah sudah lama muncul sejak disahkannya UU No 32 tahun 2004. Perdebatan
muncul karena undang-undang tersebut dianggap diskriminatif dan berlawanan
dengan konstitusi. Dalam konstitusi (UUD 1945) menjamin hak politik individu
masyarakat untuk memilih dan dipilih. Beberapa kalangan masyarakat mendesak
agar pemerintah segera mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang
membuka pintu bagi tampilnya calon independen.
Pencalonan kepala daerah dengan sistem satu pintu melalui partai politik
menuai kritik dalam jumlah yang cukup massif. Muncul tuntutan dan demonstrasi
14

di berbagai daerah, adanya desakan dari berbagai KPU yang ada di daerah agar
segera dibentuk peraturan perundang-undangan tentang calon independen, bahkan
ada KPUD yang nekat menerima pendaftaran calon independen. Masyarakat
mendesak pemerintah untuk segera membuat payung hukum untuk membuka
peluang bagi calon independen yang ingin maju dalam Pilkada.
Pemerintah bisa memilih payung hukum berupa undang-undang (UU) atau
bisa juga dengan Perpu (Peraturan Perundang-undangan). Perpu bisa dipilih karena
bersifat subjektif pada presiden, tapi kelangsunganya dibatasi sampai masa sidang
DPR berikutnya. Sedangkan UU merupakan bentuk hukum yang final tanpa harus
melalui bentuk hukum antara. Secara prosedural pembuatan UU harus terlebih
dulu masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas), yaitu rencana
pembuatan UU dalam satu periode (lima tahunan) yang kemudian dipenggal-
penggal lagi kedalam Prolegnas tahunan sebagai prioritas yang akan dibahas.
Masalahnya, dalam Prolegnas belum ada Rancangan Undang-Undang
(RUU) terkait calon independen. Memang ada RUU perubahan atas UU No.
32/2004 dalam Prolegnas, tetapi belum masuk dalam prioritas, padahal keadaannya
cukup mendesak. Ada empat alasan sebuah RUU baru bisa disisipkan dalam
Prolegnas prioritas. Pertama, kalau ada Perpu, mau tidak mau harus disisipkan
dalam Prolegnas prioritas untuk dibahas pada masa sidang berikutnya. Kedua,
kalau ada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyebabkan kekosongan
hukum. Ketiga, kalau ada perjanjian internasional yang harus segera diratifikasi
oleh DPR dengan UU. Keempat, kalau ada situasi yang mendesak atau memaksa
yang harus diselesaikan dengan UU.
Pada tanggal 23 Juli 2007 Mahkamah Konstitusi mengeluarkan Keputusan
No. 5/PUU-V/2007 tentang pencabutan terhadap ketentuan pasal 59 ayat 1 UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Lahirnya putusan
Mahkamah Konstitusi tersebut juga melalui proses yang panjang. Sebelum putusan
Nomor 5/PUU-V/2007, UU Nomor 32 Tahun 2004 telah diujikan terlebih dahulu
dan menghasilkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005.
Dalam pengajuan putusan tersebut, calon kepala daerah yang maju melalui jalur
independen merasa adanya diskriminasi politik. Pasal 59 ayat (1) dan (3) UU
Nomor 32 Tahun 2004 yang berbunyi :
15

Ayat (1): “Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai
politik atau gabungan partai politik.” Ayat (3): “Partai politik atau
gabungan partai politik wajib membuka kesempatan yang seluas-
luasnya bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dan selanjutnya memproses
bakal calon dimaksud melalui mekanisme yang demokratis dan
transparan.”
Terbaca dengan jelas bahwa dalam penetapan pasal tersebut, yang boleh
mencalonkan hanya dari partai politik atau gabungan partai politik yang
mendapatkan 15 persen kursi atau suara di daerah yang bersangkutan.
Menghilangkan peluang bagi calon independen atau perseorangan yang ingin
mengajukan diri. Berlawanan dengan UUD 1945 karena konstitusi menjamin Hal
ini tentu membatasi hak politik individu masyarakat untuk memilih dan dipilih.
Dalam pasal 28D Ayat (3) UUD 1945 menyatakan setiap warga negara
berhak mendapatkan kesempatan yang sama di dalam pemerintahan. Kedua pasal
tersebut di atas telah dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM dalam Pasal 43 Ayat (1) dan Ayat (2) yang berbunyi
sebagai berikut:
Ayat (1): “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam
pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan
suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.” Ayat (2): “Setiap warga
negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung, atau
dengan perantara wakil yang dipilihnya dengan bebas menurut cara
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.”
Permohonan judicial review yang diajukan oleh seorang yang bernama
Lalu Ranggalawe, anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah dan keikutsertaan
calon independen dalam pemilihan kepala daerah di Aceh pada akhir tahun 2006
telah menjadi salah satu pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam mengabulkan
permohonan uji materi UU Nomor 23 Tahun 2004 mengenai calon independen
(perseorangan). Lalu Ranggalawe dalam pokok permohonannya menyebutkan
bahwa:
Dengan munculnya calon di daerah Nanggroe Aceh Darussalam yang
mendapat kemenangan mutlak sebagai Gubernur/Wakil Gubernur, telah
membuktikan bahwa rakyat sangat membutuhkan independensi dan
mereka tidak percaya lagi pada partai politik yang mengusung calon
karena terbukti Parpol dalam pengusungan calon sangat syarat dengan
transaksi politik yaitu dengan melakukan jual beli kendaraan politik
(partai) bagi calon yang akan mengikuti suksesi pilkada. Dan ini sudah
16

menjadi rahasia umum bagi rakyat Indonesia apabila calon yang


diusung oleh partai politik yang menang, maka tugas pertama bagi
penguasa bagaimana cara untuk mengembalikan modal yang sangat
rentan dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (dalam Putusan
Mahkamah Konstitusi dalam Pokok Permohonan point (f)).
Hingga akhirnya melahirkan UU Nomor 12 Tahun 2008 dan di dukung
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-V/2007 yang di dalamnya mengatur
calon independen berhak untuk mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah.
Dengan demikian peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah
pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik dan
pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.
2.1.2 Kekurangan dan Kelebihan Calon Independen
Segala sesuatu pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu pula
dengan peluang calon independen. Kekurangan jalur independen antara lain:
a. Bagaimanapun partai politik tetap menjadi pilar utama demokrasi perwakilan
(representative democracy). Partai didesain untuk memainkan peran dalam
setiap pengambilan kebijakan publik termasuk rekrutmen kepemimpinan.
b. Situasi less democratic terlalu besar beban dan konsekuensi yang harus
ditanggung calon independen. Beban moral dan finansial yang harus
dikeluarkan calon independen untuk memenangkan Pilkada akan sangat besar,
seperti untuk biaya kampanye dan operasional lain (dalam Ulfah, 2012:40).
Sedangkan pengamat politik Universitas Padjajaran, Deddy Mulyana
menyatakan bahwa pencalonan melalui jalur independen dinilai lebih steril dari
hutang politik kepada partai politik ketimbang calon yang diusung lewat partai
politik. Jika kelak calon independen menjabat kepala daerah, potensi korupsi untuk
membayar hutang budi kepada partai politik dapat dihilangkan (dalam Ulfah,
2012:23).
Calon independen dapat menjadi tolok ukur bagi peningkatan kualitas
demokrasi. Selain itu calon independen dapat menjadi pemicu meningkatnya
pembangunan politik serta dapat memacu partai politik untuk berbenah diri.
Dengan bermodal independensi dan legitimasi yang kuat, diharapkan calon
independen menjadi kepala daerah yang lebih baik, mandiri dan tidak korupsi.
Calon independen dapat merupakan solusi dalam meningkatkan demokrasi
di daerah dengan prasyarat.
17

a. Kesadaran politik yang tinggi dari elite politik dan masyarakat sehingga dapat
menghasilkan pemimpin yang mempunyai kualitas prima dan memiliki
legitimasi yang kuat karena tidak mudah digoncang oleh DPRD.
b. Parpol akan mengusung calon kepala daerah yang berkualitas sehingga tidak
ditinggalkan oleh pendukungnya.
c. Suara rakyat menjadi sangat berharga dan penting, sehingga kepentingan
rakyat memperoleh perhatian yang lebih besar oleh siapapun yang
berkeinginan untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah, hal ini dapat pula
mengurangi suara Golput.
d. Permainan politik uang (money politic) akan dapat dikurangi karena tidak
mungkin menyuap lebih dari setengah jumlah pemilih untuk memenangkan
pemilihan kepala daerah (Kartiwa, 2008:8-9).
2.1.3 Faktor-faktor Pendukung Calon Independen
a. Kualitas Kandidat
Sistem demokrasi memberikan peluang kepada calon independen untuk
ikut dalam Pilkada. Peluang calon independen dalam pilkada maka harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1. Calon independen harus memiliki kompetisi untuk memberikan kontribusi
positif dalam rangka memperbaiki sistem politik (dan juga sistem
kepartaian).
2. Calon independen harus dapat mengafirmasikan fungsi-fungsi politik
seperti fungsi artikulasi dan agregasi kepentingan dan juga harus
terlembaga dengan baik sehingga memberikan kontribusi terhadap
penguatan sistem politik yang ada.
3. Calon independen harus jelas akuntabilitasnya dalam sistem demokrasi
dan tidak cenderung mengabaikan kepentingan masyarakat hanya sekedar
untuk mengejar ambisi kekuasaan, kepentingan pribadi dan golongan
(Kaloh, 2009:191).
Kualitas figur menurut Adman (dalam Nursal, 2004:207).
1. Kualitas instrumental
Kualitas instrumental merupakan sebuah keahlian dasar yang dimiliki
kandidat agar sukses melaksanakan tugasnya, meliputi kompetensi
manajerial yang berkaitan dengan kemampuan menyusun rencana,
pengorganisasian, pengendalian dan pemecahan masalah, dan kompetensi
18

fungsional adalah keahlian bidang-bidang tertentu yang dianggap penting


dalam melaksanakan tugas, misalnya keahlian bidang ekonomi, hukum,
keamanan, teknologi dan sebagainya.
2. Faktor simbolis
a) Prinsip-prinsip hidup meliputi sejumlah keyakinan atau nilai dasar yang
dianut oleh seorang kandidat.
b) Aura emosional adalah perasaan emosional yang terpancar dari
kandidat.
c) Aura inspirasional adalah aspek-aspek tertentu dari kandidat yang
membuat orang terinspirasi, termotivasi, tergerak untuk bersikap atau
melakukan hal-hal tertentu.
d) Aura sosial adalah representasi terhadap kelompok sosial tertentu.
3. Fenotipe optis
Kualitas kandidat juga dipengaruhi oleh fenotipe optis yaitu:
a) Pesona fisik adalah keindahan postur dan bentuk tubuh ada bagian-
bagiannya.
b) Faktor kesehatan dan kebugaran kandidat terpancar dari kekuatan fisik,
energetic, aktif, sportif, riang, cerah dan sebagainya.
c) Gaya penampilan meliputi cara dan pilihan pakaian dan bahasa tubuh
yang terlihat dari kandidat.
b. Citra Politik
Citra adalah kesan simbolik yang terkonstruksi di dalam alam psikis
manusia tentang sesuatu yang lain dari konstruksi itu sendiri. Garis-garis utama
komunikasi menjadi sumber bagi para pejabat kebijakan untuk menciptakan
citra tentang opini rakyat, massa dan kelompok (Sayuti, 2014:214-215).
Citra politik adalah kesan dan persepsi publik terhadap apa saja yang
dilakukan calon kandidat. Kandidat harus mampu menempatkan kesan, citra
dan reputasi politik mereka dalam benak masyarakat. Citra politik dapat
berkembang melalui proses pembelajaran politik atau sosialisasi politik yang
terus menerus, melalui komunikasi politik baik yang berlangsung secara
antarpesona, maupun yang berlangsung melalui media massa. Karena citra
politik itu terus berkembang dalam kehidupan masyarakat, maka dapat
memunculkan kesan yang positif dan juga negatif, dimana segala sesuatu itu
pasti tidak ada yang sempurna (Arifin, 2011:5).
19

Pencitraan merupakan upaya untuk mendapatkan kesan baik yaitu


sebagai seorang figur yang ideal dimata rakyat. Sasaran dari politik pencitraan
adalah kepercayaan rakyat, agar bersedia secara sadar atau tidak sadar untuk
mengikuti, meniru, dan membenarkan setiap gagasan dan tindakan yang
dilakukan oleh tokoh yang melakukan pencitraan tersebut.
c. Modal Sosial
Menurut Francis Fukuyama bahwa modal sosial memegang peranan
penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern.
Modal sosial sebagai sine qua non bagi pembangunan manusia, pembangunan
ekonomi, sosial, contract (kontrak sosial) ini antara lain yang disebut dengan
jaringan sosial, pola-pola timbal balik, dan kewajiban bersama (dalam
Pradhanawati, 2010:57).
Kepekaan sosial, empati, kerjasama, koordinasi, diplomasi dan
komunikasi sosial merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dan
dikembangkan oleh politikus sehingga dengan kemampuan tersebut dapat
melakukan kerjasama dan koordinasi sosial. Kerjasama dan koordinasi sosial
dalam hal ini diartikan sebagai bentuk kerjasama dan koordinasi dengan
elemen-elemen seperti media massa, LSM, pemerintah, kepolisian, jurnalis dan
sebagainya. Hubungan dengan mereka perlu untuk menjamin terbentuknya
jaringan komunikasi dan koordinasi sosial. Berpolitik tidak dapat dilakukan
sendiri, melainkan membutuhkan dukungan dan support dari jaringan yang
terbentuk. Semakin luas dan solid jaringannya, semakin mempermudah pula
dalam berpolitik (Firmanzah, 2011:260).
Calon independen harus mempunyai modal sosial yang kuat misalnya
rekam jejaknya bagus, punya prestasi dibidangnya, jaringannya luas,
mempunyai jiwa sosial, mempunyai dana, mempunyai visi misi dan program
yang jelas untuk membawa perubahan ke arah yang positif jika ingin diterima
oleh semua pihak.
d. Modal Finansial
Sumber daya keuangan memainkan peran yang sangat penting untuk
menggerakkan aktivitas politik yang berkelanjutan. Faktor finansial akan
meningkat menjelang periode kampanye Pemilu yang menuntut pengeluaran
dan belanja besar. Keterbatasan sumber daya keuangan dapat membatasi ruang
gerak politik dan menggalang basis dukungan. Disisi lain kesadaran
20

masyarakat akan transparansi semakin tinggi, sehingga para politisi dituntut


untuk lebih kreatif dan sesuai dengan koridor hukum serta ketentuan yang
berlaku (Pradhanawati, 2010:57).
Peran modal finansial begitu penting dalam Pilkada. Biaya politik yang
mahal bisa menjadi hambatan bagi siapapun yang mempunyai kredibilitas dan
layak mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah. Dukungan finansial
menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan bagi setiap kandidat. Partai politik atau
calon independen harus pintar dalam mengatur strategi dan efisiensi
finansialnya.

2.2 Partai Politik


Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan
terhadap pemerintah bagi pemimpin partainya kemanfaatan yang bersifat diil maupun
materil (dalam Budiardjo, 2008:404).
Samuel P. Huntington menggarisbawahi bahwa hanya partai-partai yang kuat dan
terinstitusionalkan yang menjanjikan terbangunya demokrasi yang lebih baik (dalam
Haris, 2014:45). Secara umum dapat dirumusakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok yang terorganisir dengan anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai
dan cita-cita yang sama.
Dalam kehidupan politik modern yang demokratis, keberadaan partai politik
menjadi satu keharusan, sebab fungsi utama partai politik adalah bersaing untuk
memenangkan Pemilu, mengagregasikan kepentingan, menyediakan alternatif kebijakan
dan mempersiapkan calon pemimpin yang akan duduk dalam pemerintahan. Partai politik
juga harus mampu mengartikulasikan arah dan tujuan partai, memberikan pendidikan
politik terhadap masyarakat/konstituennya secara konstruktif.
Selain merekrut, di dalam partai politik perlu dikembangkan sistem pendidikan
dan kaderisasi kader-kader politiknya. Sistem kaderisasi sangat penting mengingat perlu
adanya transfer pengetahuan (knowledge) politik, tidak hanya terkait dengan sejarah, misi,
visi, dan strategi partai politik, tetapi juga berkaitan dengan masalah bangsa dan negara.
Dalam sistem kaderisasi juga dapat dilakukan transfer keterampilan dan keahlian politik.
Tugas partai politik dalam hal ini adalah menghasilkan calon pemimpin yang berkualitas.
Calon pemimpin yang mampu menarik simpati dan perhatian masyarakat luas yang
21

merupakan asset berharga partai politik. Orang-orang yang memiliki potensi dan
kemampuan perlu diberdayakan (Firmanzah, 2008:70).
2.2.1 Konsep Perwakilan (Representasi)
Pada dasarnya mekanisme pengusulan pasangan calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah dilakukan oleh partai politik atau gabungan partai politik
diambil berdasarkan pertimbangan bahwa mekanisme demokrasi yang dibangun di
Indonesia adalah berdasarkan basis partai (party based) dan bukan perseorangan.
Partai inilah yang menyalurkan aspirasi masyarakat dan kemudian
mengelaborasikan aspirasi masyarakat tersebut dalam politik.
Pertimbangan lain, dengan persyaratan yang cukup ketat seperti ini,
diharapkan agar pasangan yang ditetapkan tidak terlalu banyak, sehingga
memungkinkan pemilihan kepala daerah dapat dilakukan satu putaran dengan
sistem mayoritas sederhana (simple majority).
Budiardjo (2008:317) mengatakan bahwa perwakilan (representatiaon)
adalah konsep bahwa seorang atau suatu kelompok mempunyai
kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu
kelompok yang lebih besar. Anggota badan legeslatif pada umumnya
mewakili rakyat melalui partai politik. Hal ini dinamakan perwakilan
yang bersifat politik (political representation).
Beberapa kalangan merasa bahwa partai politik dan perwakilan yang
berdasarkan kesatuan-kesatuan politik cenderung mengabaikan berbagai
kepentingan yang ada dalam masyarakat. Sehingga muncul tuntutan akan hadirnya
perwakilan fungsional (functional representation). Di Pakistan disediakan
beberapa kursi dalam parlemen untuk golongan perempuan dan orang-orang yang
berjasa di berbagai bidang, misalnya bekas pejabat tinggi seperti gubernur atau
menteri, dari kalangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan profesi seperti
pengacara. Tujuanya untuk memasukkan sifat profesional dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan umum. Konsep tersebut
juga bisa diterapkan dalam sistem Pilkada di indonesia melalui munculnya calon
independen (perseorangan) sebagai alternatif mewakili kepentingan rakyat
melengkapi dominasi partai politik.
2.2.2 Sistem Multipartai dalam Presidensialisme
Secara teoritis sistem demokrasi presidensial yang menjadi pilihan bangsa
Indonesia menjanjikan pemerintahan yang stabil karena masa jabatan presiden
yang bersifat tetap (fix term). Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat
22

akan memiliki legitimasi yang kuat. Prinsip pemisahan kekuasaan eksekutif dan
legislatif dalam presidensialisme memungkinkan tegaknya sistem checks and
balances di antara dua cabang kekuasaan pemerintahan tersebut.
Haris (2014:10) menjelaskan bahwa saat pemilihan presiden
kemungkinan besar menghasilkan “Presiden Minoritas” yakni
presiden dengan basis politik minoritas di parlemen. Sama halnya
ketika pemilihan kepala daerah saat Pilkada. Kemudian konsekuensi
dari sistem pemilu perwakilan berimbang (proportional representative
system) adalah munculya para wakil rakyat (legislator) yang memiliki
loyalitas ganda yaitu loyalitas kepada parpol yang mengusulkanya dan
kepada konstituen atau rakyat yang memilihnya.
Dalam keadaan ini partai yang berkoalisi harus selalu mengadakan
kompromi dengan partai lainnya dan menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-
waktu dukungan dari partai koalisi yang dapat ditarik kembali. Di lain pihak partai
oposisi juga kurang memainkan peranan yang jelas oleh karena sewaktu waktu
partai dapat diajak untuk duduk dalam pemerintahan. Hal ini menyebabkan
terjadinya berbagai kepentingan di dalamnya. Peta kekuatan politik hasil Pemilu
legislatif di parlemen kemungkinan besar sangat fragmentatif karena tidak ada
partai politik yang meraih kursi mayoritas. Konflik antara presiden dan parlemen
bisa menimbulkan jalan buntu politik (deadlock) dan menghasilkan demokrasi
presidensial yang tidak efektif dan tidak stabil.
2.2.3 Degradasi Peranan Partai Politik
Berdasarkan survei nasional LSI tahun 2007 dalam (Ulfah, 2012:23)
menyebutkan bahwa secara umum warga mendukung prinsip dimana
setiap warga punya hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan
umum baik itu pemilihan presiden maupun kepala daerah. Warga
menghendaki agar pencalonan presiden, gubernur, walikota dan bupati
tidak hanya oleh partai politik tetapi juga boleh oleh kelompok-
kelompok di luar partai. Pencalonan hanya oleh partai politik
dipandang publik sebagai pengekangan terhadap hak-hak politik warga.
Kekecewaan atau rasa tidak puas terhadap pelaksanaan demokrasi
sejauh ini memperkuat gagasan munculnya calon independen.
Rendahnya kepercayaan publik pada partai politik dapat pula menjadi
faktor meningkatnya dukungan terhadap calon independen.
Kegagalan partai politik diantaranya adalah kegagalan organisasi atau
institusi, kegagalan kepemimpinan dan kegagalan taktik atau strategi. Kegagalan
organisasi hampir dialami oleh semua partai politik. Konflik internal yang dialami
oleh partai-partai besar dan kecil pada umumnya bersumber pada pelanggaran
aturan main yang sebagian besar dilakukan oleh pemimpin atau ketua umum partai
masing-masing. Keputusan dan pilihan politik tidak jarang ditentukan secara
23

sepihak dan oligarkis oleh segelintir atau bahkan seorang pemimpin partai saja.
Penolakan pemimpin partai untuk melepaskan jabatan rangkapnya (jabatan partai
dan jabatan publik) merupakan indikasi bagi kualitas sikap dan perilaku yang
rendah.

2.3 Strategi Politik


Strategi politik merupakan sistem cara yang dilakukan oleh pelaku kepentingan
politik untuk mencapai suatu tujuan untuk mendapatkan kepuasan atau keinginan tertentu.
Strategi politik sudah tidak asing dikalangan masyarakat demokrasi, strategi politik lebih
nampak terlihat pada saat-saat tertentu seperti pada waktu peilihan umum ataupun
pemilihan kepala desa. Strategi politik biasanya dgunakan untuk mengalahkan lawan
calon dalam pemenangan pemilihan umum, ataupun mencari suara atau dukungan dari
semua pihak untuk bisa menang dalam pemilihan umu, ataupun strategi politik dengan
konteks lain bagi para pelaku kepentingan politik.
Sedangkan menurut Allison dan Kaye (2015:17-27), strategi adalah proses
sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholder
utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan
operasi.
Strategi politik adalah pendekatan komunikasi politik yang dilakukan oleh para
kontestan atau bakal calon untuk dapat memenangkan Pemilu. Para kontestan perlu
melakukan kajian untuk mengidentifikasi besaran pendukungnya, massa mengambang dan
pendukung kontestan atau bakal calon yang lainnya. Identifikasi ini perlu dilakukan untuk
menganalisis kekuatan dan potensi suara yang akan diperoleh pada saat pemilihan atau
pencoblosan. Strategi perlu diperkirakan oleh setiap kontestan kerena pesaing juga intens
melakukan upaya-upaya untuk memenangkan dalam persaingan politik. Dipihak lain
kedekatan idologis juga menjadi kekuatan untuk menarik pemilih untuk mencontreng atau
mencoblos calon yang memiliki idiologi yang sama, pemilih ini biasanya tidak
mementingkan program atau visi dan misi dari kontestan atau calon yang akan maju pada
pemilihan umum (Firmanzah, 2007:123).
Strategi politik digunakan untuk merealisasikan cita-cita politik. Strategi politik
menjadi hal yang penting tidak hanya bagi partai politik dan pemerintahan, namun juga
bagi organisasi non-partai politik. Dalam kajian lain strategi politik diartikan sebagai
seperangkat metode agar dapat memenangkan pertarungan antar berbagai kekuatan politik
yang menghendaki kekuasaan, baik dalam kontestasi Pemilu maupun dalam Pilkada.
24

Dalam pertarungan politik terutama pemilu sangat diperlukan strategi politik yang
matang. Pemilu adalah arena kompetisi untuk mengisi jabatan-jabatan politik di
pemerintahan yang didasarkan pada pilihan formal dari warga negara yang memenuhi
syarat (Efriza, 2012:359).
2.3.1 Marketing Politik
Perlu strategi untuk memenangkan persaingan politik. Agar dapat
memenangkan pemilihan umum atau Pilkada, maka kandidat harus memperoleh
dukungan yang luas dari pemilih. Salah satu cara untuk mendapatkan dukungan
adalah dengan menggunakan pemasaran (marketing).
Penerapan metode dan konsep pemasaran dalam dunia politik disebut
sebagai pemasaran politik (political marketing). Pemasaran politik mengincar
terbentuknya makna-makna politik melalui stimulus produk politik. Makna-makna
itulah yang akhirnya mengarahkan pilihan pemilih.
Firmanzah (2008:194) menyebut empat elemen 4P untuk membentuk
makna politis yaitu product, promotion, price, dan place.
a. Produk (Product)
Produk yang ditawarkan merupakan sesuatu yang kompleks. Arti
penting sebuah produk politik tidak hanya ditentukan oleh karakteristik partai
atau kandidat saja, pemahaman pemilih juga memainkan peranan penting
dalam memaknai dan menginterpretasikan sebuah produk politik. Niffenegger
membagi produk politik dalam tiga kategori, 1) platform partai (party
platform) 2). Catatan tentang hal-hal yang dilakukan di masa lampau (past
record) 3). Karakteristik pribadi (personal characteristic). Akhirnya,
karakteristik atau ciri seorang pemimpin atau kandidat memberikan citra,
simbol, dan kredibilitas sebuah produk politik (political product) (dalam
Firmanzah, 2008:200).
b. Promosi (Promotion)
Promosi adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk
mempengaruhi masyarakat. Kandidat dapat bekerja sama dengan sebuah agen
iklan dalam membangun slogan, jargon dan citra yang akan ditampilkan.
Selain itu, pemilihan media perlu dipertimbangkan. Tidak semua media tepat
untuk melakukan promosi. Memilih media apa yang paling efektif dalam
menstransfer pesan politik. Mengetahui adanya perbedaan tingkat penetrasi
media (TV, radio, media cetak seperti koran dan majalah) dalam suatu wilayah
25

penting dilakukan untuk menjamin efektivitas pesan politik yang akan


disampaikan. Contoh melalui debat di TV, pada acara ini publik
berkesempatan melihat pertarungan program kerja yang ditawarkan oleh
masing-masing kandidat. Promosi juga dapat dilakukan melalui pengerahan
masa dalam jumlah besar. Media promosi lainnya adalah lambang, simbol dan
warna bendera partai yang disebar melalui pamflet, umbul-umbul dan poster
semasa periode kampanye.
c. Penempatan (Place)
Kampanye politik memang harus bisa menyentuh segenap lapisan
masyarakat. Kandidat harus dapat memetakan struktur serta karakteristik
masyarakat baik itu geografis, demografis maupun berdasarkan keberpihakan
pemilih.
1. Geografis
Pemetaan dilakukan dengan melihat konsentrasi penduduk di suatu
wilayah, penyebarannya dan kondisi fisik geografisnya.
2. Demografis.
Pemilih dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, usia,
kelas sosial, pemahaman akan dunia politik, kepercayaan, agama dan etnis.
3. Keberpihakan pemilih, misalnya saja berapa pendukung tradisional, berapa
pendukung partai atau kandidat lain, berapa jumlah massa mengambang
(floating mass) dan mengkin juga berapa persentase golput.
d. Harga (Price)
Harga mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra
nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan kandidat
selama periode kampanye. Biaya iklan, publikasi, biaya rapat akbar, biaya
administrasi pengorganisasian tim kampanye. Harga psikologis misalnya,
pemilih merasa nyaman dengan latar belakang kandidat seperti etnis, agama,
pendidikan dan lain-lain. Sedangkan harga citra nasional berkaitan dengan
apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan
dapat menjadi kebanggaan negara.
2.3.2 Strategi Pendekatan
Menurut Adman Nursal, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan
oleh seorang kandidat dalam menyampaikan pesan-pesan politik agar masyarakat
26

memilih mereka, yaitu push marketing, pull marketing, dan pass marketing (dalam
Andrianus Pito dkk, 2006:216).
a. Push Marketing
Push marketing pada dasarnya adalah usaha agar produk politik dapat
menyentuh para pemilih secara langsung atau dengan cara yang lebih personal
(constomized), dalam hal ini kontak langsung dan personal mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu: Pertama, mengarahkan para pemilih menuju suatu
tingkat kognitif yang berbeda dibandingkan dengan bentuk kampanye lainnya.
Politisi yang berbicara langsung akan memberikan efek yang berbeda
dibandingkan dengan melalui iklan. Kedua, kontak langsung memungkinkan
pembicaraan dua arah melakukan persuasi dengan pendekatan verbal dan non
verbal seperti tampilan, ekpresi wajah, bahasa tubuh dan isyarat-isyarat fisik
lainnya. Ketiga menghumaniskan kandidat. Keempat, meningkatkan
antusiasme masa dan menarik perhatian media masa.
b. Pull Marketing
Pull Marketing adalah penggunaan media dengan dua cara yaitu dengan
membayar dan tidak membayar. Proses penyampaian melalui pull marketing
yaitu penyampaian produk politik dengan memanfaatkan atau disampaikan
melalui instrumen media massa. Pull Marketing bagian dari elemen marketing
politik untuk mengefektifkan pemenangan dalam pilkada. Dalam pendekatan
ini ada lima hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1. Konsistensi pesan politik. Artiya bahwa tim sukses harus menjaga agar
produk politik atau tujuan yang ingin dicapai oleh calon atau kandidat yang
akan maju tetap berada didalam kontrol politik.
2. Efesiensi biaya, khususnya untuk pemasangan iklan dalam media harus
efesien.
3. Timing atau momentum. Masalah ini sangat penting dalam sebuah
kampanye, khusunya dalam melontarkan isu-isu kampanye tertentu dan
bereaksi terhadap pesaing atau rival.
4. Pengemasan, yaitu terkait dengan bagaimana sebuah substansi dikemas
meliputi struktur (susunan dari pesan yang disampaikan), format (unsur
suara, visual, dan gerak), sumber (siapa, bagaimana menyampaikan pesan).
27

5. Permainan ekspresi, dalam kampanye politik optimisme yang tinggi pada


setiap kandidat harus terjaga sampai akhir kampanye seakan-akan bahwa
kemenangan ada dipihak mereka.
c. Pass Marketing
Pass marketing merupakan pihak-pihak, baik perorangan maupun
kelompok yang berpengaruh besar terhadap para pemilih. Pengaruh
(influencer) dikelompokan kedalam dua jenis yakni influencer aktif dan
influencer pasif. Influencer aktif adalah perorangan atau kelompok yang
melakukan kegiatan secara aktif untuk mempengaruhi para pemilih. Mereka
adalah aktivis isu-isu tertentu atau kelompok dengan kepentingan tertentu yang
melakukan aktivitas nyata untuk mempengaruhi para pemilih. Beberapa pesan
tersebut disampaikan secara halus dan juga secara terang-terangan untuk
mengarahkan pemilih agar memilih atau tidak memilih kontestan tertentu.
Sebagian melakukan kegiatan dengan organisasi yang rapih dan sebagian
lainya secara informal.
Sedangkan influencer pasif adalah individu atau kelompok yang tidak
mempengaruhi para pemilih secara aktif tapi menjadi rujukan para pemilih.
Mereka inilah para selebriti, tokoh-tokoh, organisasi sosial, organisasi massa
yang menjadi rujukan atau panutan masyarakat. Suara mereka didengar dan
sepak terjang mereka memiliki makna politis tertentu bagi para pengikutnya.
Mereka memiliki pengikut dengan berbagai macam kategori seperti anggota,
pendukung, dan penggemar.
2.3.3 Strategi Kampanye
Strategi kampanye adalah bentuk khusus dari strategi politik. Kampanye
dilakukan dengan menggunakan media-media tertentu sebagai alat penyampai
pesan. Kampanye merupakan tindakan promosi yang dilakukan oleh calon-calon
yang akan berkompetisi. Media kampanye dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yakni melalui iklan, radio, poster, brosur, situs web, dan media sosial. Selain
melalui media iklan, kampanye juga dapat dilakukan dengan kontak langsung
dengan target atau warga.
Kontak langsung ini dilakukan dengan percakapan langsung, kunjungan
kerumah-rumah, pertemuan-pertemuan, dan tampil sebagai speaker dalam acara
publik. Kampanye dengan penerapan media tersebut merupakan pola strategi
28

mendengarkan, merasakan, menanggapi, dan mewujudkan keinginan, aspirasi,


tuntutan dan kepentingan masyarakat.

Gambar 2.1 Strategi Kampanye

Strategi Politik  Kampanye Tidak Langsung  Brosur


 Radio
 Poster
 Website
 Media Sosial

Langsung  Kunjungan ke rumah-rumah


 Pertemuan
 Percakapan langsung
 Public speaker

Sumber: diolah dari Peter Schroder 2003

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu


Menurut Abdul Muluk Lubis, calon independen dalam Pilkada lahir salah satunya
disebabkan oleh keinginan masyarakat yang kecewa terhadap kinerja partai politik.
Pelaksanaan calon independen dalam Pilkada di beberapa daerah telah terlaksana sesuai
dengan undang-undang yang mengatur tentang calon independen. Namun jika dikaitkan
dengan hasil yang diperoleh oleh calon independen, masih jauh tertinggal dengan hasil
perolehan calon dari partai politik (dalam Ulfah, 2012:30).
Legalis Mahaaditya Syahadat dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat elektabilitas calon independen dalam Pilkada
Lampung tahun 2008 adalah fenomena masyarakat yang lebih mempercayai calon
independen, waktu pelaksanaan masa kampanye yang terbatas, faktor figur (ketokohan)
dalam bursa pemilihan pilkada, pentingnya kaderisisasi yang dimiliki oleh partai politik
(dalam Ulfah, 2012:30).
29

Sedangkan dalam penelitian ini, fokus kajian adalah menganalisis dan


mendeskripsikan strategi politik dari calon independen yang menang dalam Pilkada
serentak 2020 di Kota Metro melawan calon yang diusung oleh partai politik,
menganalisis model kampanye politik yang digunakan, kelebihan dan kelemahan calon
independen dan faktor-faktor yang mendukung kemenangan pasangan independen dalam
Pilkada serentak 2020 di Kota Metro.

2.5 Kerangka Berpikir

Calon Independen

Strategi Politik

Faktor Pendukung

Kemenangan
Pilkada

Kepala Daerah

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


3.1.1 Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian strategi komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota
Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru
Zaman, MA) di Kota Metro merupakan penelitian kualitatif, dengan menerapkan
konsep penelitian yang sesuai dengan kondisi di lapangan, dimana menurut
Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku dapat diamati. (Lexy. J. Moleong, 1991:3) Penelitian kualitatif,
Creswell yang dikutip J. R. Raco mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau
penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Metode
kualitatif rnemperlakukan partisipan benar-benar sebagai subjek dan bukan objek.
Disinilah partisipan menemukan dirinya sebagai yang berharga, karena
inforrnasinya sangat berrnanfaat. Metode penelitian ini rnernberikan ruang yang
sangat besar kepada partisipan. (Creswell, J, 2008:402).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka, jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian lapangan, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis
dengan mengangkat data yang ada dilapangan (M. Iqbal Hasan, 2002:11).
Penelitian kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang
ingin mendapatkan gambaran proses strategi komunikasi pemenangan calon
independent pilkada kota Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.
(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA) di Kota Metro pada pilkada serentak 2020, dan
ingin mendapatkan gambaran implementasi strategi komunikasi pemenangan
pasangan calon walikota dan wakil walikota dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan Drs.
Qomaru Zaman, MA pada pilkada serentak 2020.
Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan lebih
menekankan pada kekuatan analisis sumber-sumber dan data-data yang ada dengan
mengandalkan teori-teori dan konsep-konsep yang ada untuk diinterpretasikan
(Lexy. J. Moleong, 1991:4). Metode ini digunakan untuk menentukan literatur
yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti, di mana penulis
membaca dan menelaahnya dari buku-buku bacaan yang ada kaitannya dengan
31

tema penelitian ini, yaitu tentang strategi komunikasi pemenangan calon


independent pilkada serentak 2020 di Kota Metro.
3.1.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dengan menggunakan pencarian alamiah
(naturalistic inquiry) karena menekankan pentingnya pemahaman tentang situasi
alamiah partisipan, lingkungan dan tempatnya. Situasinya benar-benar bertumpu
pada apa yang nyata dan sesuai dengan fakta. Jadi, lingkungan, pengalaman dan
keadaan faktual adalah titik berangkat penelitian tersebut bukannya asumsi,
praduga atau konsep peneliti. Hal itu berarti peneliti masuk dan mendalami situasi
sosial, politik, ekonomi, budaya yang berlaku di tempat tersebut pada waktu itu.
Peneliti tidak akan memanipulasi dan merekayasa gejala dan situasi yang ada.
Tujuan utama dari naturalistic inquiry ini adalah menemukan arti dan pemahaman
yang baru dari gejala yang diteliti. Guba (Patton, 2002:35) menyebutnya sebagai
discovery-oriented research adalah penelitian yang berorientasi penemuan dan
pengertian yang baru.

3.2 Tahapan Penelitian


Setiap kegiatan penelitian strategi komunikasi pemenangan calon independent
pilkada kota Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru
Zaman, MA) di Kota Metro selalu mengikuti suatu proses yang bertahap. Neuman yang
dikutip J. R. Raco menulis bahwa proses penelitian kualitatif dimulai dengan pemilihan
topik. Topik dalam penelitian kualitatif biasanya agak umum. Topik ini kemudian
berkembang dan mengerucut menjadi lebih spesifik. Sesudah topiknya mengerucut, maka
dilanjutkan dengan memeriksa topik tersebut pada buku-buku atau jurnal ilmiah yang
dikenal dengan penelusuran literature atau kepustakaan. Hasil bacaan dari buku dan jurnal
ilmiah akan memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana topik itu dibahas dan
dimengerti oleh para penulis atau peneliti sebelumnya. Bagian ini sering disebut sebagai
literature review. Setelah penelusuran kepustakaan, dilanjutkan dengan pengumpulan
data, analisis data, penafsiran dan pelaporan. John Creswell yang di kutip J. R. Raco
menyajikan tahapan penelitian kualitatif sebagai berikut;
Pertama, dimulai dengan identifikasi masalah yang menjadi sasaran dalam
penelitian. Identifikasi masalah menyangkut spesifikasi isu atau gejala yang hendak
dipelajari. Bagian ini juga memuat penegasan bahwa isu tersebut layak diteliti. Pembaca
diyakinkan akan pentingnya penelitian ini (J. R. Raco, 2008:402). Kedua, kelanjutan dari
32

tahap sebelumnya, yaitu pembahasan atau penelusuran tinjauan kepustakaan (literature


review). Pada bagian ini peneliti mencari bahan bacaan, jurnal yang memuat bahasan dan
teori tentang topik yang akan diteliti. Pertanyaan yang harus ada dalam diri peneliti yaitu
apakah pernah dibuat penelitian tentang topik atau isu ini. Pertanyaan lain yaitu apakah
yang ditekankan dalam penelitian atau studi sebelumnya. Apakah penelitian saya ini
rnerupakan peneguhan penelitian sebelumnya dalam kondisi yang berbeda ataukah
memberikan hal-hal dan pemikiran yang baru yang tidak dibahas atau ditekankan pada
penelitian-penelitian sebelumnya. Pertanyaan penting lainnya yaitu apakah kelebihan dari
studi atau penelitian itu dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Ketiga,
menentukan tujuan dari penelitian. Pada bagian ini peneliti rnengidentifikasi maksud
utama dari penelitiannya. Keempat, pengumpulan data. Pengumpulan data menyangkut
pula pemilihan dan penentuan calon partisipan yang potensial. Termasuk dalam bagian ini
adalah penentuan jumlah partisipan yang akan terlibat. Hal penting lainnya yaitu
rnempertimbangkan keterjangkauan dan kemampuan para partisipan untuk terlibat secara
aktif dalam penelitian ini. Kelima, analisis dan penafsiran (interpretation) data. Data yang
tersedia, yang biasanya dalam bentuk teks, dianalisis. Bagian analisis ini biasanya
rnenyangkut klasifikasi dan pengkodean data. Data yang begitu banyak diringkas,
diklasifikasi dan dikategorisasi atau pengkodean. Ide-ide yang merniliki pengertian yang
sama disatukan. Nantinya akan muncul beberapa ide dan berkembang menjadi tema-tema.
Tema-tema ini nantinya ditafsirkan atau diinterpretasi oleh peneliti sehingga nantinya
menghasilkan gagasan atau teori yang baru. Keenam, tahap terakhir dari tahapan
penelitian adalah pelaporan. Karena coraknya deskriptif, maka metode penelitian kualitatif
biasanya menghasilkan suatu laporan yang cukup tebal. Situasi, lingkungan dan
pengalaman partisipan digambarkan secara luas dan mendalam sehingga para pembaca
akan marnpu menempatkan diri dan merasakan apa yang sebenarnya terjadi. Laporan hasil
penelitian memposisikan pembaca sebagai orang yang terlibat dalam keadaan tersebut.

3.3 Sumber Data


Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu :
3.3.1 Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
(atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini adalah dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru
33

Zaman, MA, ketua tim pemenangan dan anggota tim pemenangan calon
independent pilkada.disekitar obyek penelitian
3.3.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data
primer yaitu melalui studi kepustakaan, dokumentasi, buku, majalah, koran, arsip
tertulis yang berhubungan dengan obyek yang akan diteliti pada penelitian ini.
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Adapun hal
yang penulis lakukan terlebih dahulu adalah dengan mengumpulkan data terkait
strategi komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota Metro Lampung
pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA) pada
pilkada serentak 2020 di Kota Metro
3.3.3 Informan Penelitian
Untuk menetapkan informan dalam penelitian ini diikuti saran Guba dan
Lincoln agar memilih informan yang memiliki pengetahuan khusus, informative,
dan dekat dengan situasi yang menjadi fokus penelitian, disamping memiliki status
khusus. dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru Zaman, MA, ketua tim
pemenangan dan anggota tim pemenangan calon independent pilkada.. Dari
subyek yang diteliti, diasumsikan memiliki banyak informasi tentang strategi
komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota Metro Lampung tahun
2020. Langkah selanjutnya adalah informan lain yang dianggap memiliki
informasi yang dibutuhkan, relevan dan memadai, serta dapat dijadikan informan
berikutnya, demikian seterusnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini menggunakan
beberapa langkah dan menggunakan berbagai sumber untuk membantu proses
pengumpulan data, diantaranya adalah wawancara, observasi dan dokumen.
3.4.1 Wawancara
Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih
yang pertanyaannya diajukan peneliti kepada subyek atau sekelompok subyek
34

untuk dijawab (Sudarwan Danim, 2002:130). Wawancara dibagi menjadi tiga


yaitu: wawancara struktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur, dalam penelitian ini berupaya menggunakan ketiga jenis wawancara
tersebut. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
wawancara serta kebutuhan akan informasi yang dapat berkembang setiap saat.
Data yang diharapkan dari wawancara tersebut antara lain tentang strategi
komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota Metro Lampung
pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA) di Kota
Metro.
3.4.2 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Observasi
juga pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan (Irawan Soehartono, 2000:69). Menurut Rohadi, metode
observasi adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seseorang,
suatu lingkungan, atau situasi secara tajam dalam terinci, dan mencatatnya secara
akurat dalam beberapa cara. Metode observasi dalam penelitian seni dilaksanakan
untuk memperoleh data tentang karya seni dalam suatu dan situasi yang relevan
dengan masalah penelitian.
Teknik pengamatan terdiri atas tiga jenis, yaitu pengamatan berperan serta,
pengamatan terus terang dan tersamar, dan pengamatan tak terstruktur (Sugiyono.
2006:226). Dalam penelitian ini hanya menggunakan pengamatan berperan serta
dan pengamatan terus terang dan tersamar alasannya bahwa jarang sekali peneliti
dapat mengamati subyek penelitian tanpa terlibat dalam kegiatan orang-orang yang
menjadi sasaran penelitiannya. Teknik pengamatan berperan serta digunakan untuk
melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan informan yang
kemungkinan belum menggambarkan segala macam situasi yang dikehendaki
peneliti. Teknik ini dilaksanakan dengan cara melibatkan diri pada kegiatan sehari-
hari yang dilakukan oleh subjek penelitian.
Penggunaan cara ini sangat penting untuk dilakukan guna memberi hasil
yang obyektif dari sebuah penelitian kualitatif. Dengan teknik ini peneliti dapat
melihat dan merasakan secara langsung suasana dan kondisi subyek penelitian.
Objek observasi dalam penelitian ini terkait strategi komunikasi pemenangan calon
35

independent pilkada kota Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.
(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA) di Kota Metro.
3.4.3 Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang Studi
dokumen merupakan pelengkap dari observasi atau wawancara dalam penelitian
kualitatif. Hasil penelitian dari observasi akan lebih kredibel/dapat dipercaya
kalau didukung oleh sejarah kehidupan, ditempat kerja, di masyarakat dan
autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel bila didukung oleh foto-foto
atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Dalam penelitian ini dokumentasi di perlukan untuk melengkapi data yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara, dokumen yang di perlukan
diantaranya adalah dokumen resmi seperti data maupun teks tentang strategi
komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota Metro Lampung
pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA) di Kota
Metro..

3.5 Teknik Analisa Data


Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian
tentang gambaran strategi komunikasi pemenangan pasangan calon walikota dan wakil
walikota pada pilkada serentak 2020 di Kota Metro dan implementasi strategi komunikasi
pemenangan calon independent pilkada kota Metro Lampung. Kemudian hasilnya
diuraikan dan dapat ditarik simpulannya tentang strategi komunikasi pemenangan calon
independent pilkada kota Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan
Drs. Qomaru Zaman, MA) di Kota Metro.
Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa isi secara kualitatif
memampukan peneliti memahami strategi komunikasi pemenangan calon independent
pilkada melalui pengelompokkan kata-kata yang memiliki makna yang sama ke dalam
kategori-kategori, yang pada akhirnya akan membangun sebuah model atau sistem
konseptual. Dalam arti, suatu makna diproduksi dari konsep-konsep dalam pikiran
seorang pemberi makna melalui bahasa. Representasi merupakan hubungan antara
konsep-konsep dan bahasa yang memungkinkan pembaca menunjuk pada dunia yang
sesungguhnya dari suatu obyek, realitas, atau pada dunia imajiner tentang obyek fiktif,
manusia atau peristiwa.
36

Dalam penelitian strategi komunikasi pemenangan calon independent pilkada Kota


Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman,
MA) di Kota Metro ini penulis berupaya melihat setiap konteksnya masing-masing.
Karena strategi komunikasi pemenangan calon independent tidak hanya bisa dilihat dari
individualitasnya, tetapi jalur independen lebih mengutamakan memperoleh dukungan
langsung dari masyarakat sehingga mengharapkan suara yang diperolehnya lebih
dominan.
Strategi komunikasi pemenangan calon independent telah berdialog dengan
realitas, menciptakan perubahan yang ditransformasikan dari rekam jejak pasangan calon
tempat ia sebelumnya terbentuk., untuk di implementasikan pada program unggulan yang
ditargetkan oleh pasangan calon independent di kota Metro Lampung.

3.6 Teknik Penjamin Keabsahan Data


Pemeriksaan keabsahan data perlu dilakukan supaya data yang dihasilkan bisa di
percaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk memeriksa keabsahan data
dalam penelitian ini dilakukan melalui uji kredibilitas , transferabilitas, defendabilitas dan
konfirmabilitas.
3.6.1 Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas dilakukan untuk memberikan kepercayaan terhadap hasil
penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono uji kredibilitas antara lain dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck.
(Sugiyono, 2006:368). Peneliti akan meningkatkan ketekunan dengan cara
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Selanjutnya
peneliti juga akan melakukan keabsahan data dan uji kredibilitas
3.6.2 Transferabilitas
Nilai transfer ini berkaitan dengan pertanyaan sejauh mana hasil penelitian
dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu supaya orang
lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif, sehingga ada kemungkinan untuk
menerapkan hasil penelitian tersebut (Sugiyono, 2006:276). Pengujian
transferabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan peneliti berupaya membuat
laporan penelitian dengan membuat uraian yang rinci, jelas, sistimatis dan dapat
dipercaya, sehingga pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini dan dapat
memutuskan apakah hasil penelitian ini dapat digunakan ditempat lain atau tidak.
37

Data yang diuji di transferabilitasnya adalah data tentang strategi


komunikasi pemenangan calon independent pilkada kota Metro Lampung,
sehingga pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, dan dapat memutuskan
apakah hasil penelitian ini dapat digunakan ditempat lain atau tidak.
3.6.3 Defendabilitas
Dalam penelitian kualitatif uji defendabilitas (dependability) dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. (Sugiyono,
2006:277). Dalam penelitian ini uji dependabilitas dapat dilakukan oleh auditor
yang independen atau oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan proses yang
dilakukan oleh peneliti. Keseluruhan proses yang diaudit mulai dari peneliti
menentukan fokus penelitian, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
sampai membuat kesimpulan. Dari semua proses tersebut peneliti akan
menunujukkan jejak aktivitas lapangan kepada pembimbing.
3.6.4 Konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melacak
kebenaran data dihasilkan melalui sumber data/informan yang jelas.
Konfirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Kiteria
konfirmabilitas atau objektivitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian
dapat dikonfirmasi oleh orang lain. Dalam penelitian kualitatif konfirmabilitas
dilakukan untuk menguji objektivitas penelitian. Penelitian dilakukan objektif
apabila hasil penelitian telah disepakati banyak orang, uji konfirmabilitas mirip
dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara
bersamaan. (Sugiyono, 2006:377)
Berdasarkan penjelasan tersebut, uji konfirmabilitas dalam penelitian ini
akan dilakukan bersamaan dengan uji dependabilitas, yakni dengan cara
mengkonfirmasi/memastikan kepastian data, melakukan pengecekan kembali,
melihat kejadian yang sama, dilokasi penelitian dengan terencana, yang dilakukan
di kantor walikota Metro Lampung sebagai bentuk konfirmasi. Data yang dapat
diuji konfirmabilitasnya adalah tentang strategi komunikasi pemenangan calon
independent pilkada kota Metro Lampung pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.
(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA) di Kota Metro.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi Umum Kota Metro
1. Profil Kota Metro
Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya kolonisasi dan
dibentuk sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Sebelum tahun
1936, Trimurjo adalah bagian dari Onder Distrik Gunungsugih yang merupakan
bagian dari wilayah Marga Nuban. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi
tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung. Namun, pada awal tahun
1936 Pemerintah kolonial Belanda mengirimkan migran orang-orang Jawa
(kolonis) ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa
dan mengurangi kegiatan para aktivis kemerdekaan. Kelompok pertama tiba pada
tanggal 4 April 1936.
Tanggal 9 Juni 1937, nama daerah itu diganti dari Trimurjo ke Metro dan
pada tahun yang sama berdiri sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik (setingkat
kecamatan) dengan Raden Mas Sudarto sebagai asisten kepala distrik (asisten
demang) pertama. Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang,
sedangkan Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan daripada
Distrik adalah Onder Afdeling yang dikepalai oleh seorang Controleur
berkebangsaan Belanda. Tugas dari Asisten Demang mengkoordinasi Marga yang
dikepalai oleh Pesirah dan di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang
Pembarap (Wakil Pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (Opas).
Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan
Marga. Pesirah dipilih oleh Penyimbang-penyimbang Kampung dalam Marganya
masing-masing.
Kediaman asisten wedana Metro pada masa Hindia Belanda Marga terdiri
dari beberapa Kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu oleh
beberapa Kepala Suku. Kepala Suku diangkat dari tiap-tiap Suku di kampung itu.
Kepala Kampung dipilih oleh Penyimbang-penyimbang dalam kampung. Pada
waktu itu Kepala Kampung harus seorang Penyimbang Kampung, jikalau bukan
Penyimbang Kampung tidak bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota
Dewan Marga. Selama periode yang sama, pemerintah kolonial Belanda
39

membangun lebih banyak jalan, juga klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi.
Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan
penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon. Pengembangan
berikutnya adalah dibangunnya irigasi untuk memastikan tanaman yang sehat.
Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi. Desainnya
dikenal dengan nama tanggul (bahasa Perancis "leeve", sekarang bentukan ini
dikenal dengan "ledeng") selebar 30meter dan sedalam 10meter saluran irigasi
dari Sungai Way Sekampung ke Metro. Buruh disediakan oleh pendatang, yang
diwajibkan dan bekerja dalam shift. Konstruksi dimulai pada tahun 1937 dan
selesai pada tahun 1941.
Zaman penjajahan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, semua personil
Belanda dievakuasi atau ditangkap. Program migrasi dilanjutkan di bawah nama
Kakari Imin, dan tujuh puluh migran Jawa digunakan sebagai kerja paksa dalam
pembangunan landasan di Natar dan Astra Ksetra, serta berbagai bunker dan aset
strategis lainnya; mereka yang menolak ditembak. Warga lainnya kurang gizi,
dengan hasil panen mereka yang diambil oleh pasukan pendudukan Jepang.
Penyakit menyebar secara merajalela ke seluruh warga, yang dibawa oleh kutu.
Kematian umum terjadi, sedangkan para perempuan termasuk istri-istri para
pekerja paksa, diambil sebagai wanita penghibur. Zaman Jepang, Residente
Lampoengsche Districten diubah namanya oleh Jepang menjadi Lampung Syu.
Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu:
a. Teluk Betung Ken
b. Metro Ken
c. Kotabumi Ken
Wilayah Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro Ken yang
terbagi dalam beberapa Gun, Son, Marga-marga dan Kampung-kampung. Ken
dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco,
Marga dikepalai oleh seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh
Kepala Kampung.
Selama perang kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha untuk merebut
kembali Metro. Ketika mereka pertama kali tiba, mereka tidak dapat masuk
jembatan ke kota Tempuran karena telah dihancurkan oleh pasukan 26 TNI di
bawah komando Letnan Dua (Letda) Bursyah; konvoi Belanda terpaksa mundur.
Namun, hari berikutnya Belanda kembali dalam jumlah yang lebih besar dan
40

menyerang dari Tegineneng, akhirnya memasuki kota dan menewaskan tiga


tentara Indonesia. Untuk mengenang peristiwa ini, dibangunlah sebuah monumen
di Tempuran, Lampung Tengah tepatnya di pintu masuk Kota Metro.
Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan
Peralihan UUD 1945, maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah
termasuk Kota Metro di dalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No.
153/ D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20
Juli 1956 ditetapkan:(“METRO CERIA,” 2021)
a. Menghapuskan daerah marga-marga dalam keresidenan Lampung
b. Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam keresidenan Lampung
dengan nama “Negeri” sebanyak 36 Negeri
c. Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang
bersangkutan
Dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya
dibentuk Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala
Negeri dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan
para Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam
Kecamatan Metro). Namu, pada kenyatannya terdapat kekurangan keserasian
antara pemerintahan, keadaan ini menyulitkan pelaksanaan tugas pemerintahan
oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972
mengambil kebijaksanaan untuk secara bertahap Pemerintahan Negeri dihapus,
sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada kecamatan
setempat.
Versi pertama nama Metro berasal dari kata “Meterm” dalam Bahasa
Belanda yang artinya “pusat" yang artinya di tengah-tengah antara Lampung
Tengah dan Lampung Timur, bahkan ditengah (center) Provinsi Lampung. Versi
kedua nama Metro berasal dari kata "Mitro" (Bahasa Jawa) yang berarti artinya
teman, mitra, kumpulan. Hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang
dari berbagai daerah di luar wilayah Sumatera yang masuk ke daerah Lampung.
Namun, yang paling relavan adalah, Metro berasal dari bahasa Belanda, ini
didukung kuat dengan sejarah dan berdirinya sebuah landmark berupa menara
yang dinamakan Menara Meterm (Meterm Tower) yang berada di Taman
Merdeka, Alun-Alun Kota Metro. Pada zaman kemerdekaan nama Kota Metro
tetap Metro. Dengan berlakunya Pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang
41

Dasar 1945 maka Metro Termasuk dalam bagian Kabupaten Lampung Tengah
yang dikepalai oleh seorang Bupati pada tahun 1945, yang pada waktu itu Bupati
yang pertama menjabat adalah Burhanuddin (1945-1948).
Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk
desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk
menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh perintah Hindia Belanda
pada tahun 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang akan
didatangkan berikutnya. Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro, juga
terbentuk onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung, dan Trimurjo.
Kelima onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari
Way sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-
kolonisasi yang sudah bermukim di onder distrik yang biasa disebut bedeng-
bedeng dimulai dari Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di
Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya
Bedeng 21, Yosodadi.
Kedatangan kolonis pertama di desa Trimurjo yaitu pada hari Sabtu
tanggal 4 April 1936 yang ditempatkan pada bedeng-bedeng kemudian diberi
penomoran kelompok bedeng, dan sampai saat ini istilah penomorannya masih
populer dan masih dipergunakan oleh masyarakat Kota Metro pada umumnya.
Jika datang ke kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-
angka/bedeng. Misal di Trimurjo ada bedeng 1, 2, 3, 4, 5, 6c, 6 polos, 6b, 6d, 7a,
7c, 8, 10, 11a, 11b, 11c, 12a, 12b, 12c, 13 dan seterusnya sampai 67 di
Sekampung (sekarang masuk dalam wilayah Kab. Lampung Timur). Bedeng yang
termasuk kota Metro yaitu 14-1 (Ganjar Agung), 14-2, 15, 16a, 16c, dan
seterusnya. Bedeng di Kota Metro kini sering disebut juga dengan sebutan Distrik
yang membuat semakin menguatkan akan kentalnya sejarah bekas kolonisasi
penjajahan Belanda di kota ini. Di Kota Metro banyak masyarakat yang
menyebutkan nomor bedeng/distrik tersebut dikarenakan lebih mudah dengan
sebutan 16c dibanding Mulyojati, daerah 22a dibanding Hadimulyo Timur, atau
21c dibanding Yosomulyo.
Setelah ditempati oleh para kolonis dari pulau Jawa, daerah bukaan baru
yang termasuk dalam kewedanaan Sukadana yaitu Marga Unyi dan Buay Nuban
ini berkembang dengan pesat. Daerah ini menjadi semakin terbuka dan penduduk
kolonis pun semakin bertambah, sementara kegiatan perekonomian mulai tambah
42

dan berkembang. Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei


1937 daerah kolonisasi ini diberikan kepada saudaranya yang menjadi koloni
dengan melepaskannya dari hubungan marga. Hari selasa tanggal 9 Juni 1937
nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang
menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah
dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro.
(“METRO CERIA,” 2021)
2. Pemerintahan
Kota Metro dipimpin oleh seorang Walikota. Dikarenakan keadaan dan
status wilayah yang ada di Kota Metro. Saat ini, jabatan wali kota Metro dijabat
oleh dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan jabatan wakil wali kota dijabat oleh Drs.
Qomaru Zaman, MA. Sebelum menjadi kota administratif pada tahun 1986, Metro
berstatus kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam) kelurahan dan
11 (sebelas) desa.
Tahun 1986 sampai dengan 2000 atas dasar Peraturan Pemerintah No. 34
tahun 1986 tanggal 14 Agustus 1986 dibentuk Kota Administratif Metro yang
terdiri dari Kecamatan Metro Raya dan Bantul vang diresmikan pada tanggal 9
September 1987 oleh Menteri Dalam Negeri. Perkembangan lima desa di
seberang Way Sekampung atau sebelah selatan Wav Sekampung dibentuk
menjadi satu kecamatan, yaitu kecamatan Metro Kibang dan dimasukkan ke
dalam wilayah pembantu Bupati Lampung Tengah wilayah Sukadana (sekarang
masuk menjadi Kabupaten Lampung Timur). Tahun yang sama terbentuk 2
wilayah pembantu Bupati yaitu Sukadana dan Gunung Sugih. (“Metro Tempoe
Doeloe,” 2021)
Mengingat kondisi dan potensi yang cukup besar serta ditunjang dengan
sarana dan prasarana yang memadai, Kotif Metro tumbuh pesat sebagai pusat
perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan juga pusat pemerintahan, maka
sewajarnyalah dengan kondisi dan potensi yang ada tersebut Kotif Metro
ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Metro.
Harapan memperoleh Otonomi Daerah terjadi pada tahun 1999, dengan
dibentuknya Kota Metro sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1999 yang diundangkan tanggal 20 April 1999 dan diresmikan
pada tanggal 27 April 1999 di Jakarta bersama-sama dengan Kota Dumai (Riau),
Kota Cilegon, Kota Depok (Jawa Barat), Kota Banjarbaru (Kalsel) dan Kota
43

Ternate (Maluku Utara). Kota Metro pada saat diresmikan terdiri dari 2
kecamatan, yakni Kecamatan Metro Raya dan Kecamatan Bantul.
Tahun 2000 sampai sekarang Kota Metro terbagi atas 5 kecamatan
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi
pemerintahan Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22
kelurahan.

Gambar 4.1.1 Peta Administrasi Kota Metro

4.1.2 Profil Singkat Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG. (K) dan Drs. Qomaru
Zaman, MA
1. Profil singkat dr. H. Wahdi Siradjuddin, Sp.OG (K)
dr. H. Wahdi Siradjuddin, Sp.OG (K) sapaan sehari hari beliau Wahdi,
lahir bertempat di Metro pada tanggal 29 Juni 1967, mempunyai satu orang istri
yang bernama dr. Silvi Naharani Wahdi, Sp.KKLP.,MM,. Wahdi merupakan
dokter sepesialis kandungan, pengusaha dan tokoh politik. Beliau mencalonkan
44

diri pada pilwalkot pada Pemilu serentak 2020 yang didampingi bapak Qomaru
zaman sebagai calon walikota metro periode 2021 – 2026. Yang kemudian
memenangkan ajang pemilu serentak tahun 2020.(“Profil Walikota Metro,” 2021)
Dengan profil beliau yang sangat luar biasa ini, beliau mencalonkan diri
sebagai Walikota Metro berpasangan dengan Qomaru Zaman dalam pemilihan
Walikota dan Wakil Walikota Metro tahun 2020. Adapun visi, misi dan program
ungulan yang dicanangkan oleh pasangan Wahdi Qomaru, sebagai berikut:
a. Visi
“Menuju Kota Metro Maju dan Mandiri yang terkonsep, terstruktur
secara berkelnajutan.”
b. Misi
1) Mewujudkan Kualitas Pendidikan dan Kebudayaan yang berdaya
saing di tingkat Nasional dengan menjunjung tinggi nilai
keagamaan (WASIS);
2) Mewujudkan masyarakat sehat jasmani, rohani, dan social
(WARAS);
3) Mewujudkan tata Kelola pemerintahan yang baik, terhormat dan
bermartabat (WAWAI);
4) Meningkatkan masyarakat produktif, berdaya saing bidang bidang
ekonomi kreatif dan wisata keluarga (WIRA);
5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur fisik yang
efektif, efisien berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
(WADAH).
c. Program Unggulan
1) Kartu Metro Ceria (Metro Pintar, Metro Sehat, Metro Cyber, Metro
Wisata, Sembako, dan Petani)
2) Peningkatan Insentif bagi Pegiat Keagamaan, Pendidikan,
Kesehatan dan Sosial
3) Gratis Iuran BPJS Kelas III dengan Pelayanan yang Berkualitas
4) Merealisasikan Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas
Kedokteran
5) Mall Pelayanan Public Terintegrasi
6) Peningkatan Infrastruktur Jalan, Penerangan, Teknologi Informasi
Komunikasi di Tingkat RT/RW
45

7) Refitalisasi Fasilitas Olahraga, dan Fasilitas Budaya yang ada di


Masyarakat
8) Meningkatkan Produk Hasil Pertanian, Melalui Bantuan Sarana
Produksi Pertanian dan Alat Mesin Pertanian Bagi Petani
9) Membangun Creative-Hub (Centra Promosi produk Kota Metro
dan E-Commerce/Digital Marketing) Serta Membuka 22 Pusat
Wirausaha Baru.
Beliau memulai pendidikan dasar di SD 22 Teluk Betung Utara yang
kemudian lulus pada tahun 1979, kemudian belaiu pindah di Daerah Istimewa
Yokyakarta serta melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Muhammadiyah I Yogyakarta beliau lulus SMP pada tahun 1982, dilanjutkan
Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta dan diselesaikan
dengan baik pada tahun 1985.
Setelah selesai dari Sekolah Menengah Atas beliau melanjutkan kembali
Studi nya di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang dengan
mengambil Program Studi Kedokteran di Fakultas Kedokteran, semasa berkuliah
disana beliau kerap sekali mendapatkan mahasiswa teladan sehingga pada
kelulusannya beliau dianugrahi Wisudawan Teladan pada tahun 1989. Kemudian
beliau melanjukan mengambil pendidikan profesi kedokteran di UNAIR dan lulus
ujian profesi pada tahun 1992. Tidak sampai disitu saja beliau sangat konsen
dengan dunia pendidikan yang kemudian beliau melanjutkan kembali pendidikan
kedokterannya dengan mengambil PPDS Obsetri dan Ginekologi di Universitas
Dipenogoro dituntaskan pada Desember 2002.
Tidak puas sampai tahap itu, beliau kemudian dilanjutkan kembali dengan
tahapan yang spesifik di bidang Endokrinologi Reproduksi dari seri satu (1)
hingga seri empat (4) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RS Cipto
Mangunkusumo Departemen Obsterti dan Ginekologi pada 9 Maret – Desember
2008. Dilanjutkan kembali pendidikan tentang Fertilitas Endrokrinologi
Reproduksi RS. Hasan Sadikin Universitas Padjadjaran Bandung pada Januari
hingga Desember 2010. Sejalan dengan itu beliau kembali melanjutkan
pendidikan kedokterannya tentang SP2 Konsultan Obginsos Universitas
Brawijaya Malang yang ditamatkan pada Agustus 2020.
Tidak hanya latar belakang pendidikan saja, beliau juga mendapatkan gelar
dan memiliki kompetensi dibidang kedokteran. Dalam dunia pendidikan beliau
46

menjadi Dokter Pendidik Klinik Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran


Universitas Lampung. Selain daripada itu beliau juga menjadi Pelatih Nasional
(Advance Trainer) JNPK-KR. Dalam bidang pengembangan juga beliau pernah
menjadi beberapa tempat yang sangat startegis. Dengan demikian banyaknya
Jabatan yang didapatkan oleh beliau juga didukung dari beberapa prestasi lainnya.
(“Profil Walikota Metro,” 2021)
2. Profil Singkat Drs. Qomaru Zaman, MA
Drs. Qomaru Zaman, MA ditetapkan oleh KPU sebagai wakil walikota
berpasangan dengan dr. Wahdi Siradjuddin Sp.OG.(K) periode 2021-2026, beliau
dilahirkan di Metro pada 02 Desember 1962. Beliau memiliki istri yang bernama
H. Asih Kusminah, yang dikaruniai seorang anak.
Latar belakang pendidikan beliau diawali dari jenjang pendidikan Sekolah
Dasar pada tahun 1969 di SD Muhammadiyah Metro, kemudian dituntaskan pada
tahun 1975. Selanjutnya beliau menempuh jenjang Sekolah Menengah Pertama di
MTs N Yogyakarta, beliau tamatkan pada tahun 1981. Kemudian dilanjutkan
kembali pada Sekolah Menengah Atas di MAN Metro pada tahun 1985,
diselesaikan dengan sangat baik pada tahun 1988. Belum merasa cukup beliau
kembali mengeyam pendidikan ke jenjang perkuliahan, pada tahun 1988 di
Fakultas Syariah Program Studi Strata Satu Ilmu Syariah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Raden Inten Lampung. Beliau menyelesaikan perkuliahan dengan
waktu yang terbilang sangat capat yakni 4 tahun lamanya.
Setelah terselesaikan pendidikan hingga Strata Satu beliau mencoba
peruntungan mendaftarkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan di
Kantor Urusan Agama Kabupaten Lampung Tengah. Merasa masih belum cukup,
pada tahun 2002 beliau kembali meneruskan pendidikan di tingkat pendidikan
Magister atau Strata dua di Program Studi Magister Agama Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, dituntaskan dengan waktu 2 tahun merupakan hasil
yang sangat luar biasa.
Tidak hanya bidang akademis beliau juga terbilang aktif dalam berbagai
macam pengembangan dan pelatihan yang pernah diikuti kurang lebih ada 7
Kursus dan Diklat.
Dapat disimpulkan bahwasannya beliau sangat aktif dalam berbagai
kompetensi baik secara administratif dan secara kempemimpinan, sehingga
menjadikan figure yang baik sebagai pemimpin.
47

Selaras dengan berbagai Diklat dan kursus yang diikuti beliau juga aktif
dalam berbagai organisasi.(Profil Wakil Walikota Metro – PORTAL, n.d.)
Dapat dipastikan beliau sangat lah proporsional untuk menjadi Wakil
Walikota dan menjadi pasangan dari Wahdi yang mana keduanya sanga aktif
dalam berbagai organisasi dan memiliki banyak sekali karya dan penghargaan
yang telah dicapai.

4.1.3 Strategi Komunikasi Politik Pasangan Independent dalam Memenangkan


Pilkada Serentak 2020 di Kota Metro
Dalam setiap ajang pemilihan kepala daerah baik itu dalam tingkat
Kabupaten atau Kota hingga tingkat Kepala Negara semua pasangan memiliki
Tim Pemenangan masing-masing. Hal ini sangat dibutuhkan guna memonitor
jumlah mata pilih yang akan disasar dan strategi apa yang akan digunakan dalam
mengumpulkan mata pilih di daerah nya masing masing.
Berdasarkan penjelasan fungsi dan tujuan komunikasi oleh willian I
gorden dalam Mulyana disadur oleh Sahuri Mulia Hakim bahwa salah satu tujuan
komunikasi yaitu instrumental yang mengarah pada menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap, keyakinan, dan mengubah perilaku. Tujuan
instrumental tersebut mengarah pada bentuk komunikasi persuasid untuk
membujuk seseorang atau kelompok untuk mengetahui pesan yang kita
sampaikan.(Hakim, 2012, p. 90) Hal ini mejadikan komunikasi memmiliki
beberapa factor yang mendukung dalam startegi komunikasi yang digunakan oleh
masing masing tim pemenangan.
Dari beberapa faktor yang menjadi fokus tim pemenangan masing masing
calon pasti terdapat beberapa startegi yang jitu untuk pasangan yang akan diusung
menjadi kepala daerah. Yang kemudian, tim tersebut berupaya semaksimal
mungkin dalam menjadikan calon pasangan tersebut menang dalam pesta rakyat
tersebut.
Selaras dengan itu menurut Lord Windlesham dalam Dhani yang dikutip
oleh Amalia Azmi Sitorus (Sitorus, 2021, p. 19) bahwa komunikasi politik yakni
penyampaian pesan politik yang disengaja oleh pengirim ke penerima dengan
maksud membuat penerima berperilaku dengan cara yang mungkin tidak
dilakukan oleh orang lainnya. Yang dimaksud ialah menggambarkan bahwa
penyampai pesan memiliki tujaun agar penerima pesan tidak berperilaku sesuai
48

dengan yang seharusnya, tetapi sesuai dengan keinginan yang dikehendaki oleh
penyampai pesan.
Ini yang kemudian, menjadi indikator tim dari pasangan calon Wahdi dan
Qomaru untuk memenangkan pesta rakyat tersebut. Tim yang dibentuk kemudian
merumuskan beberapa yang menjadi strategi jitu dalam meloloskan pasangan
calon wahdi dan qomaru untuk memenangkan Pilwali Kota Metro. Dari
perumusan tersebut kemudian tim menerapkan beberapa strategi guna menarik
mata pilih untuk memilih pasangan calon tersebut. Adapun beberapa strategi yang
diterapkan oleh pasangan calon tersebut, yakni:
1. Bangun jaringan dengan masyarakat
Tim pemenangan memaparkan bagaimana paslon yang diusung dalam
melakukan pendekatan kepada masyarakat. Beliau meyakinkan memang sudah
dikenal oleh masyarakat karena profesinya sebagai dokter.
“Masyarakat sebenernya ingin pemimpin yang tumbuh dari masyarakat.
Jadi, saya mencermati ini masih sangat baru terjadi di Lampung bahkan
yang saya dengar dari 40 pilkada (jalur independen) ini hanya pak wahidi
yang unggul”. Ujar Tim Pemenangan.
Bahkan sebelum maju dalam ajang pesta tersebut beliau sudah menjalin
komunikasi dari berbagai komponen, baik partai, tokoh dan organisasi lainnya.
Hal ini, lantaran beliau merupakan ketua dari salah satu organisasi yang ada, dan
menjadikan faktor penting dalam pemetaan mata pilih yang akan dituju.
Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Tim Pemenangan Paslon
tersebut, bahwasannya “beliau kan memiliki banyak kolega bisnis dan organisasi
lainnya, mengapa tidak maju dalam jalur perseorangan. Kan beliau mempunyai
karyawan dan karyawan memiliki kawan, kemudian kawan itu mengajak kawan
lainnya gak. Dari situ mendapat respon yang baik dari karyawan”.
Dari situ beliau menjelaskan bahwasannya jaringan dibentuk menjadi 2
tim, yang kemudian disebut Pertama, Tim Sepuluh (TPS), setiap TPS tersebut
beranggotakan 10 (sepuluh) orang. Dari tim tersebut kemudian mencari kembali
20 orang pendukung lainnya. Kedua, tim Wawai yang berisikan pendukung
perempuan untuk mencari teman-teman perempuan sehingga mencapai lebih dari
40 sampai 50 orang lagi.
Ini selaras dengan pernyatan dari Verba, Nie dan Kim (Wahyutama, 2020)
bahwa Partisipasi politik mengacu pada tindakan hukum oleh warga negara yang
49

sedikit banyak secara langsung bertujuan untuk mempengaruhi pemilihan pejabat


pemerintah dan/atau tindakan yang mereka lakukan. Hal ini, mengacu pada
tindakan tim dalam memenangkan pasangan yang mereka pilih. Ini diperkuat
dengan yang dinyatakan oleh Booth dan Selingson (Wahyutama, 2020)
berpendapat bahwa perilaku yang mempengaruhi atau mencoba mempengaruhi
distribusi barang public.
Merujuk dari pendapat tersebut dapat dikatakan tim pengusung calon
pemenangan berupaya untuk menjalin komunikasi guna mempegaruhi dan
menambah mata pilih untuk memenangan calon yang mereka usung. Barnes dan
Kaase (Purbaningrum et al., 2019) mengemukakan semua kegiatan sukarela warga
negara bertujuan untuk mempengaruhi pilihan politik secara langsung atau tidak
langsung pada berbagai tingkat sistem politik.
Dapat kita katakan, dari penjelasan diatas beliau sangat focus pada jalinan
komunikasi dan relasi yang ada yang kemudian diperkuat lagi dengan berbagai
aktivitas sehingga terbentuk beberapa tim yang solid dalam mencapai strategi
yang digunakan.

2. Menciptakan Iklim Baru dalam Pemilihan


Paslon independent tersebut juga ingin mencetak sejarah baru untuk
menjadi pemimpin di tingkat Kota tidak harus melalui jalur partai. Dapat juga
melalui jalur perseorangan dan melakukan pendekatan kepada masyarakat secara
langsung.
Hal ini disampaikan oleh Walikota Metro bahwa “Jadi, kami siang malam
melakukan door-to-door ke rumah masyarakat memperkenalkan kami. Jadi segala
upaya dan usaha kami tempuh sampai shalat berjamaah. Karena kami kan gak
punya partai ya logika nya kami ga punya perahu. Maka dari itu kami lah yang
harus berkeliling ke masyarakat.”
Demikian halnya dengan pernyataan dari Loader (Purbaningrum et al.,
2019) bahwa warga semakin acuh tak acuh terhadap kelas sosial, yang dulunya
merupakan penentu identitas politik yang sangat kuat, akibat berkurangnya jumlah
anggota dalam kelompok-kelompok tersebut. Berbanding terbalik dengan
pendapat dari Mark Warren sebagai konsekuensi dari terpapar banyak ide
identitas yang berbeda, individu mengembangkan rasa refleksi diri.(Wahyutama,
2020)
50

Dengan metode tatap muka tersebut Wahdi dan Qomaru mendapatkan


simpatis dari masyarakat sekitar dan menawarkan program sesuai bidang yang
sudah di bentuk. Program yang dibentuk yang mengacu pada pelayanan
masyarakat yakni pelayanan kesehatan gratis. Selaras dengan itu tim
mengungkapkan bahwa “Pak Wahdi kan dokter kami punya program yang
digemari masyarakat yakni sunat gratis, pengobatan gratis, dan pemeriksaan
kesehatan gratis, itu yang menjadi keunggulan kami sehingga masyarakat senang
dengan paslon yang kami usung.”
Metode yang digunakan untuk menyentuh Self Expression Values
masyarakat guna menjaring mata pilih yang ada. Ini didukung oleh Inglehart dan
Welzel dalam Wahyunatama menyatakan modernisasi terkait dengan proses
pembangunan manusia, menghasilkan masyarakat yang semakin humanistik yang
menempatkan penekanan pada kebebasan manusia dan ekspresi diri. Selaras
dengan itu Teorell dalam Wahyunatama (Wahyutama, 2019) mengusulkan tiga
kategori utama definisi partisipasi politik: partisipasi politik sebagai upaya
mempengaruhi, yang sesuai dengan gagasan model demokrasi perwakilan;
partisipasi politik sebagai pengambilan keputusan langsung, yang sesuai dengan
gagasan model demokrasi partisipatif; dan partisipasi politik sebagai diskusi
politik, yang sesuai dengan gagasan model demokrasi deliberative.
Dengan demikian, pola yang dilakukan oleh psangan tersebut yakni
merebut simpatik masyarakat dengan metode yang sangat efektif yakni bertemu
secara langsung dan terjun langsung ke masyarakat guna mempromosikan
program yang sudah dibentuk sebelumnya.
3. Seorang dokter dan pelaku usaha
dr. Wahdi yang merupakan pasangan calon Independent ialah seorang
pegawai negeri sipil di rumah sakit dan juga sebagai dokter kandungan dan
kebidanan. Tidak hanya itu, beliau merupakan pelaku usaha yang memiliki rumah
sakit, hotel dan tempat hiburan.
Ini menjadikan salah satu personal branding yang dapat mengangkat
komunikasi di masyarakat sekitar. Menurut Gelder dalam Hakim bahwa Brand
Identity adalah suatu kumpulan aspek-aspek yang bertujuan untuk menyampaikan
merek: latar belakang merek, prinsip-prinsip merek, tujuan dan ambisi dari merek
itu sendiri. Hal ini didukung kembali oleh Susanto dan Wijanarko bahwa brand
51

identity dapat diartikan sebagai susunan kata-kata, kesan, dan sekumpulan bentuk
dari sejumlah persepsi konsumen tentang merek.(Hakim, 2012)
Hal ini merupakan strategi awal yang dimiliki untuk memikat minat
masyarakat serta menggiring opini public kepada personal pasangan calon yang
akan berlaga pada pesta rakyat di pemilu. Menurut pandangan Sidney Verba, Kay
Scholzman, and Henry Brady dalam Wahyutama berpendapat bahwa keterlibatan
politik (kepentingan, kemanjuran, pengetahuan, keberpihakan) memberikan
keinginan, pengetahuan, dan keyakinan diri yang mendorong orang untuk
berpartisipasi dalam politik sementara, sumber daya (uang, waktu, dan
keterampilan sipil) memberikan modal yang tanpa partisipasi tersebut tidak ada
artinya.
Menurut Bennet (Sudarmanti et al., 2012), politik yang dipersonalisasi
adalah perubahan yang menentukan dalam budaya politik di era saat ini. Dalam
politik yang dipersonalisasi, ekspresi individu menggantikan bingkai tindakan
kolektif dalam pelukan penyebab politik sebagai akibat dari fragmentasi sosial
dan penurunan loyalitas kelompok. Politik yang dipersonalisasi ditujukan untuk
berbagai target, dari partai politik tradisional atau pemerintah hingga keterlibatan
langsung dengan perusahaan, merek, dan forum kebijakan transnasional. Ini
menganjurkan berbagai isu; kebanyakan seputar keadilan ekonomi, perlindungan
lingkungan, atau perdamaian dunia.
Hal diatas menjelaskan bahwa good-looking merupkan saran yang tepat
untuk membangun citra yang ada di masyarakat. Sedangkan pasangannya, ialah
pensiunan ASN dan terakhir menjabat sebagai kepala Kementrian Lampung
Utara. Sejalan dengan itu tim pemenangan menambahkan “Pak Qomaru berangkat
dari Muhammadiyah dan Pak Wahdi dari oraganisasi KAHMI dan HMI, jadi
dapat dikatakan ya dukungannya dari situ”.
Banyaknya komunitas dan organisasi masa yang diikuti merupakan sarana
yang terbaik dalam strategi berkomunikasi guna membangun dan mendapatkan
simpati dari mata pilih yang ada. Menurut Teorell (Wahyutama, 2020) bahwa
politik dibagi menjadi tiga kategori utama definisi partisipasi politik: partisipasi
politik sebagai upaya mempengaruhi, yang sesuai dengan gagasan model
demokrasi perwakilan; partisipasi politik sebagai pengambilan keputusan
langsung, yang sesuai dengan gagasan model demokrasi partisipatif; dan
52

partisipasi politik sebagai diskusi politik, yang sesuai dengan gagasan model
demokrasi deliberative.
Hal ini menjadikan dasar yang kuat bahwasannya paslon tersebut ingin
membuat sejarah baru bahwa jalur independent dapat berkompetisi dengan baik
dalam pesta rakyat yang diadakan oleh KPU.
4. Partai politik tidak menjamin kemenangan
Kemengangan pasanga independent menjadi pukulan telak bagi partai
politik jika calon perseorangan dapat memenangkan pilkada. Yang mana,
masyarakat pemilih tidak lagi percaya dengan calon yang diusung partai politik.
Kemudian alasan lainnya, bias jadi program atau visi misi yang ditawarkan lebih
nyata disbanding kandidat partai politik.
Menurut pemerhati politik “Kampanye yang dilakukan oleh Paslon
tersebut (Wahdi-Qomaru) lakukan itu memberikan konsultasi dan pengecekan
gratis untuk ibu hamil. Artinya program yang dilakukan lebih berdampak pada
masyarakat. Jadi mau tidak mau mata pilij Kota Metro itu lebih merespon
kampanye yang dilakukan oleh paslon Independent ini.”
Dengan demikian kemenangan pasangan itu menjadi sejarah baru bagi
lampung lantaran ada calon independent yang berhasil memenangkan pilkada ini.
Salin dari pada itu hasil observasi dan anlisis yang sudah dilakukan oleh
pemerhati tersebut sudah dilakukan selama 15 tahun, namun sebagian kecil partai
politik yang menjadi penyokong suara. Yang mana selebihnya diserahkan kepada
masing masing pasangan calon yang diusung.
Pasangan calon harusnya pintar dalam melakukan kampanye untuk
mengeruk suara dalam ajang yang bergengsi tersbut, agar mata pilih lebih
observatif kembali pada pasangan calon yang diusung partai politik. Dengan
begitu suara yang timbul akan menjadi tolak ukur pasangan tersebut bersaing
lebih ekstra kembali. Kemudian menjadi titik lemah ialah partai politik hanya
menjadi kendaraan saja yang mengantarkan paslon mendaftarkan ke Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Selebihnya dikembalikan kembali pada pasangan calon
masing masing,
Menurut Robi “Sebagian besar partai politik itu hanya menjadi kendaraan
politik yang menghantarkan pasangan calon untuk mendaftarkan diri ke KPU. Ya
Selebihnya itu kembali kepada pasaangan calon yang diusung.”
53

Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa kemenangan calon independent ini
merupakan tamparan yang sangat menohok kepada partai politik pengusung
pasangan calon untuk berupa keras dalam mempromosikan calon yang diusung.
Dan hal ini juga menjadi sejarah baru di daerah Lampung jika paslon independent
menang dalam ajang tersebut.

4.1.4 Faktor Pendukung Kemenangan Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG. (K)
dan Drs. Qomaru Zaman, MA
Dalam pencalonan di Pemilihan kepala daerah ada beberapa menjadi
faktor yang menjadi pendukung untuk menjadi kepala daerah terpilih.
Selanjutnya, tim mencari startegi untuk memaksimalkan kembali faktor yang
menjadi keunggulan pasangan calon yang diusung. Faktor tersebut biasa nya
dating dari luar dan dalam pasangan calon tersebut.
Di ajang tersebut pasangan calon Wahdi dan Qomaru memiliki
keunggulan tersendiri dari pasangan calon yang lainnya. Faktor yang dating dari
pasangan itu sendiri dan faktor yang didukung dari luar antara lain, ialah:
1. Pendemi COVID-19
Kondisi yang dialami dunia sekarang ini merupakan pendemi yang
menjadi momok bagi masyarakat dikarenakan penyebarannya sangat cepat dan
kestabilan kondisi ekonomi masyarakat yang menurun, hal ini disebabkan oleh
PPKM berbasis Mikro di berbagai tempat.
Dengan faktor kesehatan dan ekonomi masyarakat yang menurun ini
menjadi sasaran dari wahdi dan qomaru untuk menambah mata pilih. Dengan
menggalakan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat Kota Metro. Hal ini
sesuai program yang digalakan oleh pasangan calon tersebut.
Bahkan dalam program salah satunya yang diangkat dalam kampanye
pasangan calon tersebut adalah isu Covid 19 yang dinilai sangat effektif dan
terarah untuk mengumpulkan mata pilih dan mengkatagorikan mata pilih di
wilayah yang ada di Kota Metro.
2. Koalisi
Pada dasarnya pasangan yang mendapatkan kendaran partai politik
memiliki keutamaan dalam hal koalisi dan masa yang sangat banyak. Namun,
kembali hal ini menjadi sorotan bagi masyarakat yang mulai sadar dan observatif
dalam memilih pemimpin. Tidak sedikit, isu nasional yang mencoreng kekuatan
54

politik dari berbagai partai politik. Seperti halnya, isu dari penagkapan dua
menteri asal PDI Perjuangan dan Gerindra.

Isu tersebut merugikan pagi pasangan calon yang diusung oleh partai
politik yang bersangkutan. Yang kemudian, pilihan terpecah dan berfokus kepada
pasangan calon yang cenderung pada kerja yang nyata. Dengan begitu masyarakat
lebih percaya pada kinerja jalur perseorangan.

Hal ini didukung dari hasil real count yang mana pasangan jalur
independent meraup perolehan suara 28294 yang kemudian disusul oleh pasangan
ana fritz dengan 27022 suara, yang kemudian dibelakangnya pasangan ampian
rudi dengan 22819 suara dan terakhir mufti saleh dengan perolehan 19158 suara.
(Info Publik Pilkada 2020, n.d.)
Dengan demikian, brand komunikation tidak hanya didasari oleh koalisi
partai saja melainkan kedekatan dengan elemen masyarakat yang telah merasakan
sentuhan dari pasangan calon tersebut. Ini didasari oleh pendapat dari Schultz dan
Barnes dalam Hakim (Hakim, 2012) bahwa untuk dapat mengkomunikasikan
brand kepada konsumen, perusahaan menggunakan komunikasi internal dan
eksternal.
3. Sumber daya
Dalam hal ini sumber daya yang dimaksud terbagi menjadi dua yakni
finasial dan manusia. Sumber daya manusia ini dikategorikan sebagai mata pilih
aktif, dengan partisipasai warga yang sangat tinggi mencapai 97.213 dari total
DPT yang hanya 118 ribuan.(Badan Pusat Statistik, n.d.) Dengan artian, angka
partisipasi masyarakat dalam pilkada ini sangat tinggi dan memecahkan rekor
pencapaian 85 persen lebih. Hal ini, membuat suara yang terpecah dan cenderung
suara solid tetap terfokus di satu titik dan swing voter bergerak bebas
menyesuaikan dinamika politik yang terjadi di setiap menit dan detiknya.
Dengan begitu, suara dapat berganti tidak menentu. Menjadikan pasangan
harus memikirkan startegi dalam memikat mata pilih, untuk mendapatkan suara
yang solid. Berubahnya siklus yang begitu kencang menjadi daya tarik untuk
berkompetisi dengan ketat, dengan berbagai macam startegi kampanye dan
pendektan yang dilakukan oleh masing masing pasangan calon walikota.
Tidak hanya dari segi Sumber Daya Manusia saja, dari segi finasial juga
harus ada perhatian yang lebih guna mengadakan pendekatan kepada masyarakat.
55

Dengan kata lain financial merupakan faktor X yang mampu mengubah dinamika
mata pilih di masyarakat. Dengan demikian, legitimasi dari warga kota metro
dalam pemilihan kepala daerah menjadi sangat rentan. Karena memiliki suara
tidak mencapai 30% warga, dengan artian ini bagian berat dalam menunggu calon
terpilih untuk menjawab tantangan masyarakat di akar rumput dan menjamin akan
menjadi pemimpin untuk semua latar belakang dan golongan.

4.2 Pembahasan
Dalam pemilihan kepala daerah, tim menjadikan hal yang menjadi wajib untuk
membantu pelaksanaan kampanye dan pendekatan kepada masyarakat. Tim pemenangan
tersebut dibentuk dalam pengawasan seutuhnya dari pasangan calon dan partai politik
pengusung masing masing pasangan. Hal ini juga, diterapkan oleh pasangan Wahdi
Qomaru yang membentuk tim pemenangan nya sendiri dari jalur Independen.
Sadar dalam pentingnya pembentukan tim pemenagan tersebut, menjadi penting
karena untuk memikirkan jadwal kampanye hingga terjun menjaring mata pilih sesuai
kategori yang disasar oleh pasangan wahdi dan qomaru. Yang kemudian, pada prospek
lapangan semua terhendel oleh tim tersebut, sehingga pasangan berfokus pada satu yakni
pada debat kandidat yang dilaksanakan oleh KPU setempat.
Menurut Wahdi bahwa “Kita bentuk tim agar kami dapat berfokus pada hal yang
lainnya, sehingga masyarakat dapat merasakat dampak yang positif dari apa yang ingi
kita sampaikan”. Dengan kata lain upaya pembentukan ini untuk mempermudah
pasangan tersbut dalam menyalurkan visi misi pasangan yang akan di capai. Kemudian
diperjelas oleh tim pemenagan pasangan Wahdi Qomaru bahwa “Dengan membentuk tim
ini agar lebih efektif dalam menjaring mata pilih hingga ke elemen masyarakat bawah. Ini
juga menjadi kunci dari kami (Tim Pemenangan) untuk menonjolkan pasangan yang
kami dukung, karena kami tau kompetensi yang dimiliki oleh pasangan ini”.
Ini juga menjadikan salah satu syarat yang dibuat oleh KPU, merupakan salah
satu syarat yang wajib untuk diserahkan kepada pihak KPU. Guna menjadi bahan atau
alat kampanye bagi masing masing pasang calon walikota di pilkada. Selanjutnya, masing
masing calon menyerahkan daftar tim pemenangan dari masing masing wilayah di Kota
Metro. Sebelum itu, masing masing mempersiapkan dengan merekrut tim yang solid dari
berbagai macam kalangan yang akan dimasukan dalam form yang disediakan oleh pihak
KPU.
56

Kemudian dari perekrutan dan pemasangan tim pemenangan kepada pihak


penyelenggara, tim yang sudah terbentuk merancang strategi politik untuk menyisir
kekuatan masing masing pasangan yang diusung. Perangcangan itu terdiri dari visi misi
atau program yang akan dilaksanakan oleh masing masing pasangan. Sejalan dengan
pernyataan dari Wahdi “Dalam strategi yang kami rancang banyak program yang
mengarah pada masyarakat menengah kebawah, dikarenakan masyarakat Metro sudah
rindu dengan kerja nyata yang ditawarkan oleh pemimpin yang akan memimpin mereka”.
Sesuai data yang ada di KPU dengan 98857 suara dengan kategori yang dirilis
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sesuai dengan karakteristik masing masing keluarga.
Jumlah itu sangatlah fantastis untuk dituju oleh masing masing calon untuk merebut mata
pilih yang ada dilihat dari masyarakat yang mulai cerdas dalam menggunakan suara nya
dalam pemilihan kepala daerah. Solid nya suara yang ada membuat kompetisi dalam
pemilihan kepala daerah ini menarik dan semakin meriah.
Kondisi ini menjadikan tim mulai berfikir keras untuk memikat mata pilih yang
berada didaerah Kota Metro. Merancang dan mengatur strategi yang menarik sehingga
mata pilih dapat melirik dan memilih pemimpin yang sesuai dengan kredibiltas dan
kemampuan yang diinginkan oleh masyarakat Kota Metro. Yang didukung juga dengan
merebaknya pendemi atau virus Covid-19. Tim pemenangan Wahdi-Qomaru melihat
peluang ini dengan menawarkan pelayanan kepada masyarakat gratis yang berdomisili di
Kota Metro.
Untuk itu, tim pemenangan Wahdi Qomaru dengan mengatur startegi
komunikasi dengan masyarakat dan pendekatan yang baik. Strategi komunikasi yang
dilakukan ialah menguunjungi warga Kota Metro, baik disektor kesehatan hingga sektor
perdagangan. Komunikasi itu dilakukan mendatangi masing masing warga yang sedang
berkunjung pada kegiatan pelayanan kesehatan gratis yang dilakukan oleh tim
pemanangan Wahdi Qomaru.
Sesuai dari pernyataan tim pemenangan wahdi bahwa “beliau setiap pelayanan
kesehatan gratis yang kamis lakukan selalu berbaur dengan masyarakat yang ikut dalam
kegiatan tersebut. Serta hadir dalam takziah jika ada warga yang sedang berduka.” Hal
tersebut sangatlah berpengaruh dalam memikat atau menarik mata pilih untuk memilih
pasangan tersebut.
Komunikasi merupakan interaksi dan share informasi maupun berita pada
khalayak ramai sebagai news. Dalam kaitan politik sendiri bermakna berkuasa,
menguasai dan mengcover rakyat maupun pengikutnya agar ikut ataupun memahami
57

paham mereka. Hal ini memiliki makna menginformasi dan mempengaruhi masa.
Terkadang para politikus bermain poolitik dengan cara yang curang dan cenderung
menghalalkan segala cara, hal ini bertentangan dengan tata cara dan etika berkampanye,
missal politikus yang berkampanye menggunakan uang sebai alat politik mereka atau
yang biasa disebut money politics.
Akan tetapi, pasangan calon Walikota dan Wakil walikota Wahdi Qomaru,
Melakukan komunikasi politik dengan strategi yang dikategorikan sangat baik.
Penggunaan Bahasa yang merakyat dan menguasai berbagai aspek dari bidang
Kesehatan, bidang Pendidikan, bidang teknologi menjadi andalan pasangan tersebut ini
dalam menguasai suara rakyat. Bahasa yang merakyat sering dilakukan pasangan ini
dalam menelusuri ke dalam perkampungan warga, berbincang dan mendengarkan
keluhan rakyat menjadi strategi yang sangat dikuasa oleh pasangan tersebut.
Dalam kampanye perlunya komunikasi dengan mata pilih itu menunjukan bahwa
pemimpin sangat konsen dengan rakyat. Ini sangatlah efektif dalam menarik mata pilih,
dikarenakan rakyat sudah jenuh dalam janji janji yang diberikan oleh pemimpin ketika
kampanye. Dengan membawakan komunikasi yang sesuai dan tepat sasaran ini
merupakan cara atau strategi yang diunggulkan oleh tim pemenangan Wahdi-Qomaru.
Tidak hanya memberikan komunikasi yang baik tim pemenangan juga memberikan kerja
nyata yang dilakukan oleh pasangan tersebut.
Menurut Qomaru “startegi komunikasi dengan turun langsung dan
mendengerkan apa yang menjadi keluhan masyarakat ini sangat effektif untuk menambah
mata pilih yang kemudian kami kategorikan menjadi beberapa kategori sesuai mata
pilih.” Strategi ini merupakan bentuk simpati dari calon yang akan memimpin guna
mencari program apa yang kemudian akan diusung setelah terpilih kelak. Kemudian dari
situ calon pemimpin merumuskan berbagai macam program untuk menarik simpatik
masyarakat.
Ini didukung juga dari tim pemenangan “startegi yang kamu lakukan dengan
cara berinteraksi langsung dengan masyarakat merupakan aksi nyata yang kami lakukan
untuk manrik simpatik masyarakat serta mendengarkan keluhan masyarakat yang ada.”
Tidak hanya dari situ saja, tim pemenangan beserta pasangan kemudian kembali
menambahkan beberapa aspirasi yang keluar dari pendekatan dan komunikasi yang
dilakukan dalam kampanye nya. Yang kemudian terlaksana menjadi program unggulan
yang sangat digemari masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis serta
meberikan dampak positif bagi pasangan calon Wahdi-Qomaru.
58

Tidak hanya melakukan pendekatan secara intens kepada masyarakat, beliau


juga turun fokus pada pendemi guna memenangkan hati para masyarakat, kegiatan yang
kemudian menjadi ikon dari pasangan wahdi dan qomaru. Ini disampaikan oleh Wahdi
“dalam masa pendemi seperti ini kita perlu menenangan hati masyarakat untuk tetap
menjaga kesehatan serta ikut dalam membantu sesama dengan cara meyambangi
kediaman korban pendemi covid, memberikan makan kepada mereka yang berjuang
untuk mendapatkan rejeki dijalanan, serta santunan kepada masyarakat yang tergolong
tidak mampu.”
Kegiatan kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dirancang untuk
menumbuhkan rasa simpatik masyarakat dalam metode kampanye yang dilakukan oleh
tim pemenangan wahdi qomaru. Tidak hanya itu beliau juga mengajak kepada para tokoh
dan pembisnis untuk saling membantu dalam masa pendemi covid 19 yang kemudian
juga merebut simpatik pada kalangan pembisnis serta karyawan yang terdampak.
Pasangan calon tersebut juga mengajak para pebisnis yang ada di Metro untuk
saling gotong royong dalam menanggulangi pendemi ini. Wahdi menuturkan “pada
pendemi, kemarin kami berkolaboorasi dengan pebisnis dan tokoh memberikan bantuan
berupa masker dan APD, hal ini menjadikan focus kami untuk menjaga kesehatan
masyarakat.” Selanjutnya pebisnis yang nota bene merupakan rekan rekan dari pasangan
calon tersebut, menyasar untuk mengambil siimpatik kepada karyawan karyawan di
perusahan yang ada disekitaran Kota Metro.
Strategi ini juga kemudian merabah pada media online dan media cetak. Dengan
menggunakan fasilitas online pasangan Wahdi Qomaru juga menyasar pada mata pilih
baru saja menginjak pada usia menjadi mata pilih. Ini dengan selalu berinteraksi dengan
mereka melalui jejaring social media yang sudah disediakan oleh tim pemenangan nya.
Selanjutnya beliau menjaga mata pilih dengan cara berinteraksi melalui gawai. Hal ini
menarik mata pilih baru untuk memilih pasangan tersebut yang membranding yang
houble dan bersahaja disemua kalangan.
Tidak hanya itu, ada beberapa media online yang jga turut andil dan dikuasi oleh
pasangan yang mengusung slogan “Metro Ceria” ini. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
mereka selalu di posting ke media guna untuk memberitakan kepada seluruh masyarakat
tentang kunjungan dan kegiatan mereka. Sebagaimana wawancara penulis dengan bapak
Wahdi.
Dalam menghadapi pilkada, lebih menggunakan startegi komunikasi politik
yang bercorak dakwah. Corak dakwah yang dimaksud adalah dengan hadir dalam
59

berbagai kajian keagamaan. Startegi pemenangan pemilukada kali ini dilakukan dalam
bentuk dalam bentuk empat tahapan aksi: mendengar, mengajak, bicara, dan menang.
Keempat tahapan aksi ini ditetapkan pada tahun pemenangan pilkada 2020.
Selaras dengan itu menurut tim pemenangan “Metro menjadi salah satu angka
terbanyak masyarakat yang memiliki social media. Serta Metro juga banyak sekali mata
pilih baru. Kemudian hal ini yang kami gunakan untuk menjaring simpatik mata pilih
baru. Dengan menggunakan platform platform media social.” Tidak hanya melalui media
social saja beliau juga merabah dalam dunia media cetak dengan memasang baliho atau
alat peraga kampanye berupa baliho dan lain sebagainya. Hal ini penting guna
mengenalkan kepada masyarakat bahwa sosok wahdi seperti dan memberikan kesan yang
positif.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa masyarakat saat ini sudah mulai
pandai dalam melabuhkan pilihannya untuk kamajuan daerah nya. Dalam hal ini para
calon pun menghadapi beberapa peluang dan tantangan dalam menjalankan strategi
komunikasi kepada masyarakat yang sudah pandai dalam memilih dan menentukan
pilihannya.
Berbicara soal peluang dan tantangan, semua akan dihadapkan pada masalah
dalam keseharian dalam hidup ini. Jadi, dalam menjalankan strategi komunikasi politik
pastilah terdappat peluang tantangannya, baik itu dalam cakupan kecil dan besar. Sudah
hal yang wajib bagi Tim Pemenangan untuk menjalankan kapasitasnya sebagai seorang
pemimpin dengan baik dan benar, termasuk dalam hal memberikan motivasi atau
dorongan anggota tim agar calon walikota yang akan dikenalkan kepada masyarakat
dapat diterima dengan baik.
Tidak hanya itu dalam menjalankan komunikasi politik, sudah sangat mungkin
peluang dan tantangan ini diterima. Banyaknya ide dan gagasan membuat suatu
komunikasi dari suatu tempat ketempat lain sudah sangat berbeda, perbedaan tersebut
sangat memungkinkan terjadi peluang baik, baik dalam cakupan yang kecil maupun yang
besar, tetapi juga sangat memungkinkan terjadi tantangan yang dirasakan, karena
berbagai macam watak dan tingkah laku suatu masyarakat maka berbeda pula gaya
komunikasi yang dilakukan, sebagaimana yang dipaparkan oleh Wahdi:
“Peluang bagi tim kami adalah terus menciptakan rasa social dan melakukan
komunikasi dengan baik agar proses pengalaman kedepan lebih baik lagi, masyarakat
juga sangat menerima kedatangan kami juga merespon dengan baik komunikasi politik
yang kami lakukan, dan juga didukung dengan kondisi yang seperti ini (COVID 19).”
60

Dalam menciptakan hubungan baik dengan masyrakat beliau dan tim pemenangan terus
menelusuri pelosok dimana keberadaan masyarakat guna mendengarkan keluhan
masyarakat untuk dapat diprioritaskan dalam program kedepan sehingga pelaksanaan
program akan tepat sasaran, maka dari itu peluang dari masyarakat sangat dijaga dengan
baik.
Namun keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh
penentuan strategi komunikasi. Jika tidak ada strategi komunikasi yang baik dan efektif
dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa), bukan tidak mungkin akan
menimbulkan pengaruh negatif.
Bila ditinjau dari pergerakan komunikasi politik tentu tim sukses sangat
berperan dalam mempromosikan sang calon walikota dan wakil walikota, sebagaimana
yang disampaikan oleh ketua tim sukses Waru. Menurutnya, usaha untuk memebuat
masyarakat senang terhadap calon yang ditawarkan maka perlu komunikasi yang
memasyarakat, artinya tim perlu berkomunikasi secara merakyat guna calon yang
ditawarkan dapat menarik simpatisan masyarakat, tidak mengumbarkan janji dan juga
tidak melakukan pombohongan publik terhadap calon walikota dan wakil walikota yang
sedang dipromosikan.
Menjadi sangat menarik melihat penjelasan ketua tim pemenangan yang
menyatakan tentang tidak perlunya pembohongan public, bila melihat pengalaman
kepemimpinan calon walikota dan wakil walikota, Wahdi telah menimpa oleh beberapa
isi yang mengelilinginya, yang kemudian menjadi polemic ditengah masyarakat,
meskipun demikian dalam aksi nya beliau membuktikan dengan aksi nyata.
Tim pemenangan juga merasakan peluang yang sama menurut ketua tim peluang
untuk mempromosikan Wahdi dan Qomaru sangat mudah, dengan banyaknya program
Wahdi dan Qomaru pada periode dahulu yang lebih kepada pro rakyat petani sehingga
sangat mudah mempromosikan kepada petani, apalagi mayoritas masyarakat Kota Metro
adalah berkerja sebagai petani. Program yang dicetuskalan dalam visi dan misinya pun
juga sangat banyak perhatian kepada para petani, sehingga sangat masuk akan untuk
menjelaskan programnya.
Meskipun demikian tantangan juga sangat membebani bapak Wahdi dan tim
pemenganya, seperti yang disampaikan oleh beberapa ahli politik, menurutnya dengan
latar belakang beliau yang kemudian dijadikan isu yang hangat sehingga banyak dari
pihak lawan menghina dan menfitnah, hal ini membuat masyarakat menjadi bimbang
untuk memutuskan dukungannya. Meskipun demikian Tim sangat berkerja keras untuk
61

mencari solusi, selain itu Wahdi terus menerus memberikan kerja nyata dan menjawab
isu isu yang beredar. Menurutnya Kota metro membutuhkan sosok pemimpin yang
bekerja nyata dan mau turun kelapangan secara langsung serta memberikan pelayanan
yang prima terhadap masyarakat kedepannya.
Akan tetapi, dalam menjalankan komunikasi politik wajib dipantau, pengawasan
ini dianggap sangat penting untuk memantau sejauh mana startegi politik sudah berjalan,
dan bagaimana pula hasil yang diraih dalam kurun waktu yang telah ditetapkan
sebagaimana yang disampaikan oleh ketua tim wawai, menurutnya: terus melakukan
evaluasi bertahap untuk dapat memperbaiki kendala-kendalanya. Maka dari itu, perlu
dilakukan koreksi pribadi dan golongan serta evaluasi terhadap Kerjasama tim.
Hal ini menjadi sangat mungkin untuk melakukan evaluasi disetiap pekerjaan,
apalagi menjalankan strategi komunikasi politik untuk mencapai kemenangan. Setelah itu
melakkukan pengawasa maka aspek penting lain yang harus diperhatikan dalam
menjalankan startegi komunikasi politik adalah dengan melakukan evaluasi. Evaluasi
adalah pengukuran dan pembandingan hasil-hasil yang nyatanya dicapai dengan indicator
capaiaan yang harus dicapai.
Evaluasi menjadi sangat penting untuk mengetahui positif atau negativenya
pelaksanaan, sehingga dapat memanfaatkan yang positif dan meninggalkan yang
negative. Ini di lakukan secara terus menerus sehingga mendapatkan kemenangan yang
ditargetkan.
BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Pasangan Calon ini yakni turun langsung
pada kelompok masyarakat yang ada dan menggunkan metode menyentuh kepada
masyarakat menengah kebawah dengan startegi yang telah digunakan.
b. Dalam penerapan strategi komunikasi yang dilakukan oleh pasangan calon
merupakan bentuk sentuhan langsung kepada masyarakat bawah guna mendapatkan
informasi public untuk kemudian dirancang kembali dalam bentuk stratagi dan
kegiatan kegiatan unggulan lainnya. Hal ini dibuktikan nya dari program unggulan
yang maksimal sudah dilakukan dilapangan yakni, 1) Kartu Metro Ceria (Metro
Pintar, Metro Sehat, Metro Cyber, Metro Wisata, Sembako, dan Petani), 2)
Peningkatan Insentif bagi Pegiat Keagamaan, Pendidikan, Kesehatan dan Sosial, 3)
Gratis Iuran BPJS Kelas III dengan Pelayanan yang Berkualitas, 4) Merealisasikan
Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran, 5) Mall Pelayanan Public
Terintegrasi, 6) Peningkatan Infrastruktur Jalan, Penerangan, Teknologi Informasi
Komunikasi di Tingkat RT/RW, 7) Refitalisasi Fasilitas Olahraga, dan Fasilitas
Budaya yang ada di Masyarakat, 8) Meningkatkan Produk Hasil Pertanian, Melalui
Bantuan Sarana Produksi Pertanian dan Alat Mesin Pertanian Bagi Petani, 9)
Membangun Creative-Hub (Centra Promosi produk Kota Metro dan E-
Commerce/Digital Marketing) Serta Membuka 22 Pusat Wirausaha Baru dan
menyentuh lagsung pada masyarakat.
5.2. Saran
1. Kepada calon yang maju mencalonkan diri di pilkada selanjutnya agar mempunyai
dan menggunakan startegi komunikasi yang baik dan tidak menggunakan cara yang
dapat merusak cara pandang masyarakat. Tidak menggunakan cara yang mampu
merusak nilai-nilai demokrasi.
2. Bagi calon independent (perseorangan) agar konsisten dengan jalur yang dipilihnya,
agar tidak memunculkan kebingungan dan metafora bagi masyarakat. Dengan
63

independensi dan legitimasi yang kuat diharapkan mampu menjadikan yang lebih
baik, mandiri dan tidak korupsi.
3. Kepada masyarakat atau pemilih mampu memperhatikan kualitas, ketokohan dan
pengalaman calon kepala daerah yang akan dipilih.
DAFTAR PUSTAKA

Adrianus Pito, Toni dkk. (2006). Mengenal teori-teori politik dari sistem politik sampai
korupsi. Bandung: Nuansa.

Arifin, Anwar. (2011). Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan


Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. (n.d.). Retrieved November 13, 2021, from


https://metrokota.bps.go.id/statictable/2016/09/01/165/banyaknya-keluarga-menurut-
kecamatan-dan-klasifikasi-keluarga-di-kota-metro-2015.html

Basuki, Sulistyo. (2016). Metode Penelitian. Jakarta: Alfabeta.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Creswell, John W. (2008). Educational Research, Planning, Conduting, And Evaluating


Qualitative Dan Quantitative Approaches. London: Sage Publictions.

Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Effendy, Onong Uhcjana. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Efriza. (2012). Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: Alfabeta.

Firmanzah. (2008). Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

Firmanzah. (2011). Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Reformasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Frans. (2019). Pengantar Bisnis: Prinsip, Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Unika Atma
Jaya.

Haris, Syamsudin. (2014). Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor:
Ghalia Indonesia.

Info Publik Pilkada 2020. (n.d.). Retrieved November 11, 2021, from
https://pilkada2020.kpu.go.id/#/pkwkk/rekapitulasi/1872

Irawan, Soehartono. (2000). Metode Penelitian Social. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jane, Stokes. (2006). Paduan Untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan
Budaya, Bentang Pustaka.
65

Kaloh, J. (2009). Kepemimpinan Kepala Daerah: Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan Perilaku
Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.

Kris, H. Timotius. (2017). Pengantar Metodelogi Penelitian Pendekatan Manajemen untuk


Perkembangan Pengetahuan. Yogyakarta: Andi.

lampost.co. diakses tanggal 27 Agustus 2021

McNair, Brian. (2003). An Introduction to Political Communication. New York-London:


Routledge Taylor & Francis Group.

METRO CERIA. (2021, August 20). PORTAL. https://metrokota.go.id/

Metro Tempoe Doeloe. (2021, August 24). PORTAL. https://metrokota.go.id/metro-tempoe-


doeloe/

Moleong, Lexy, J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhasim, Moch. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pilkada 2020. LIPI: Pusat
Penelitian Politik.

Nursal, Adman. (2004). Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Pattiasina, Harold Y., (2015). Strategi Komunikasi Politik PDI Perjuangan Kabupaten
Maluku Tengah Pada Pemilu 2014. Dalam JPKOP: Jurnal Penelitian Komunikasi dan
Opini Publik Vol. 19 No. 1.

Patton, M.Q. (2002). Qualitative Research & Evaluation Methods. Third Edition. California:
Sage Publications.

Pradhanawati, Ari. (2010). Demokrasi Sulit Diprediksi. Semarang: Jalanmata.

Pratikno. (2007). Calon Independen, Kualitas Pilkada dan Pelembagaan Parpol. Volume 10,
Nomor 3. Jurnal ilmu sosial dan ilmu politik.

Profil Wakil Walikota Metro – PORTAL. (n.d.). Retrieved November 10, 2021, from
https://metrokota.go.id/profil-wakil-walikota-metro/

Profil Walikota Metro. (2021, August 22). PORTAL. https://metrokota.go.id/profil-walikota-


metro/

Raco, J. R. (2008). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.


Jakarta: PT.Grasindo.

radarlampung.co.id diakses tanggal 27 Agustus 2021.

Rauf, Maswadi. Nasrun, Mappa. (1993). Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

republika.co.id diakses tanggal 27 Agustus 2021.


66

S. Febriani, Nufian, (2018). Riset Komunikasi Pemasaran Terpadu. Universitas Brawijaya


Press.

Sayuti, Solatun Dulah. (2014). Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Sudarmanti, R., Surya, T. W., & Wahyutama, R. S. (2012). Integrated Marketing


Communication. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &. D. Bandung: Alfabeta.

Yaumi, Muhammad. (2016). Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Tesis

Anggraini, Rika. (2013). Kebijakan Penyederhanaan Partai Politik di Indonesia: Menuju


Sistem Multipartai Sederhana dalam Era Pasca Reformasi, 1998-2012. Tesis. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Hakim, S. M. (2012). Strategi Political Branding dalam Proses Personal Branding Tim
Komunikasi Politik Joko Widodo (Jokowi) sebagai Pemenang Pemilihan Gubernur
DKI Jakarta 2012. https://catalogue.paramadina.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=23266&keywords=komunikasi+politik
Perdana, Inco Hary. (2012). Political Marketing Partai Politik Baru Menuju Pemilu 2014.
Studi Kasus: Strategi Pemenangan Partai NasDem. Tesis: Universitas Indonesia.

Sitorus, A. A. (2021). Strategi Komunikasi Politik Identitas Terhadap Partisipasi Politik Di


Kota Medan Pada Pilkada 2020. https://catalogue.paramadina.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=36434&keywords=komunikasi+politik

Ulfah, Irma Fitriana. (2012). Calon Independen dalam Pemilukada di Kabupaten Pati 2011.
Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Jurnal

Kartiwa. (2008). Solusi Atas Isu Politik tentang Calon Independen dan Ajakan Golput dalam
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2008.

Novita, Amalia Harvin. (2013). Eksistensi Calon Independen Pemilihan Kepala Daerah Kota
Malang Tahun 2013 (Studi Kasus Pasangan Dwi-Uddin).

Purbaningrum, D., Materi, P., Instruksional, P. D., Kover, P., Letak, I. P., Hardjana, A., Asih,
I. W., Sos, S., Hum, N. H. S., & Darmanto, B. A. (2019). Komunikasi Organisasi.
Universitas Terbuka.
Wahyutama, W. (2020, August 30). Relationship Between Citizen’s Political Participation
and Their Commitment to Democratic Norms/Values. Universitas Paramadina.
https://repository.paramadina.ac.id/58/
67

Wahyutama. (2019). Social Media and Youth Political Participation at the Time of Political
Polarization: A Study on University Students in Indonesia during the 2017 Jakarta
Gubernatorial Election. http://researcharchive.vuw.ac.nz/handle/10063/8596
LAMPIRAN
Wawancara dengan bapak Wahdi Sirajudin

Wawancara dengan bapak Wahdi Sirajudin


70
71

Flayer dan banner pasangan calon wahdi qomaru

Kampanye dalam pengajian ditengah masyarakat


72

Pendaftaran sebagai calon pasanagn di kantor KPU Kota Metro

Mendatangi kediaman warga untuk turun langsung serta mendengar suara masyarakat
73

PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI KOMUNIKASI PEMENANGAN CALON INDEPENDENT
PILKADA KOTA METRO LAMPUNG
(Studi Kasus Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA)

A. PETUNJUK WAWANCARA
1. Wawancara mendalam
2. Selama penelitian berlangsung peneliti mencatat dan mendeskripsikan hasil
wawancara.
3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah mengikuti
perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan, sampai memperoleh
keterangan yang diinginkan.
B. IDENTITAS
Informan : Walikota, Wakil Walikota, Tim Pemenangan, Mata Pilih.
Waktu Pelaksanaan : ……………………………
C. KODE PENELITIAN
Kode Penelitian : W.WK1.001.121221
No. Kode Keterangan
1. W Wawancara
2. WK1 Walikota
3. WK2 Wakil Walikota
4. TP Tim Pemenangan
5. MP Mata Pilih

D. PERTANYAAN
No. Materi Petikan Wawancara
1. Bagaimana strategi komunikasi Latar belakang Pasangan calon dr. Hi. Wahdi,
pemenangan calon independent Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru Zaman, MA
pilkada Kota Metro Lampung (W.WK1.001)
pasangan calon dr. Hi. Wahdi,
Motivasi pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.
Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru
(K) dan Drs. Qomaru Zaman, MA maju pemilu
Zaman, MA di Kota Metro ?
74

No. Materi Petikan Wawancara


melalui jalur independent (W.WK1.002)

Pembentukan tim pemenangan pasangan calon dr.


Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru Zaman,
MA (W.TP.001)

Strategi yang digunakan untuk menggalang


dukungan melalui jalur independent (W.TP.002)

Kompetensi atau kemampuan yang ditonjolkan


dari pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K)
dan Drs. Qomaru Zaman, MA (W.TP.003)

Sosok yang ditampilkan dalam mengenalkan


kepada mata pilih dari pasangan calon dr. Hi.
Wahdi, Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru Zaman, MA
(W.MK1.003)

Program kerja yang disajikan oleh tim


pemenangan dalam debat kandidat kelak
(W.TP.004)

Alat peraga kampanye yang digunakan oleh tim


pemenangan pasangan calon dr. Hi. Wahdi,
Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru Zaman, MA
(W.TP.005)

Media yang digunakan dalam mengenalkan


pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan
Drs. Qomaru Zaman, MA (W.TP.006)

Pihak pihak yang terlibat dalam pemengan


pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan
Drs. Qomaru Zaman, MA (W.TP.007)

Tokoh yang menjadi rujukan dalam memilih


pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan
75

No. Materi Petikan Wawancara


Drs. Qomaru Zaman, MA (W.MK1.005)

Sumber dana kampanye dan total anggaran dalam


kampanye yang dikucurkan oleh pasangan calon
dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru
Zaman, MA (W.MK1.006)

Image yang melekat oleh mata pilih pada


kandidat dari pasangan calon dr. Hi. Wahdi,
Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru Zaman, MA
(W.TP.008)

Factor kelebihan yang ada pada pasangan calon


dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru
Zaman, MA (W.TP.009)

Faktor kekurangan yang tercermin oleh mata pilih


pada pasangan calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K)
dan Drs. Qomaru Zaman, MA (W.TP.010)

2. Bagaimana implementasi Pada kampanye pemilu tersebut dilakukan secara


strategi komunikasi langsung oleh pasangan calon dr. Hi. Wahdi,
pemenangan calon independent Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru Zaman, MA
pilkada Kota Metro Lampung (W.MK1.007)
pasangan calon dr. Hi. Wahdi,
Posko pemenangan yang dibentuk oleh pasangan
Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru
calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) dan Drs. Qomaru
Zaman, MA di Kota Metro ?
Zaman, MA (W.MK.008)

Kegiatan atau event yang dilakukan dalam


kampanye oleh pasangan calon tersebut
(W.TP.011)

Tim pemenangan melakukan pengkalsifikasian


terhadap mata pilih yang akan dituju (W.TP.012)

Klasifikasi apa saja yang menjadi titik target


utama mata pilih oleh tim pemenangan
76

No. Materi Petikan Wawancara


(W.TP.013)

Cara komunikasi dan interaksi oleh tim


pemenangan kepada mata pilih dibedakan
(W.TP.014)

Program kerja yang menjadi unggulan dalam


kampanye yang dilakukan (W.MK1.009)

Media andalan dalam mempromosikan kandidat


tersebut (W.TP.015)

Pihak luar yang membantu dalam


mempromosikan kandidat (W.MK1.010)

Yang menjadi pembeda dari kampanye pasangan


tersebut (W.TP.016)

Strategi apa yang digunakan tim pemenangan


supaya pesan politik dapat tersapaikan kepada
mata pilih (W.TP.017)

Pesan politik yang digunakan sesuai dengan


klasifikasinya (W.TP.018)

Yang Mewawancara,

Reza Fahlevi
NIM. 219122035
77

PEDOMAN OBSERVASI
STRATEGI KOMUNIKASI PEMENANGAN CALON INDEPENDENT
PILKADA KOTA METRO LAMPUNG
(Studi Kasus Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA)

A. PETUNJUK OBSERVASI
1. Observasi mendalam
2. Selama penelitian berlangsung peneliti mencatat dan mendeskripsikan hasil
observasi.
3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah mengikuti
perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan, sampai memperoleh
keterangan yang diinginkan.

B. IDENTITAS
Informan : Walikota, Wakil Walikota, Tim Pemenangan, Mata Pilih.
Waktu Pelaksanaan : ……………………………
C. OBSERVASI
No Materi Hasil Observasi
1. Mengobservasi
bagaimana strategi
komunikasi pemenangan
calon independent
pilkada Kota Metro
Lampung pasangan calon
dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.
(K) dan Drs. Qomaru
Zaman, MA di Kota
Metro ?
2. Mengobservasi
bagaimana implementasi
strategi komunikasi
pemenangan calon
78

independent pilkada Kota


Metro Lampung
pasangan calon dr. Hi.
Wahdi, Sp.OG.(K) Dan
Drs. Qomaru Zaman,
MA di Kota Metro ?

Yang Mengobservasi,

Reza Fahlevi
NIM. 219122035
79

PEDOMAN DOKUMENTASI
STRATEGI KOMUNIKASI PEMENANGAN CALON INDEPENDENT
PILKADA KOTA METRO LAMPUNG
(Studi Kasus Pasangan Calon dr. Hi. Wahdi, Sp.OG.(K) Dan Drs. Qomaru Zaman, MA)

A. PETUNJUK PELAKSANAAN
1. Untuk mendapatkan dokumentasi Peneliti tujukan kepada Walikota, Wakil
Walikota dan Tim Pemenangan bahkan masyarakat bila diperlukan.
2. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah mengikuti
perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan, sampai memperoleh
keterangan yang diinginkan.

B. IDENTITAS
Informan : Walikota, Wakil Walikota, Tim Pemenangan, Mata Pilih.
Waktu Pelaksanaan : ……………………………
Kondisi
No Data Yang Ingin di Ambil Tidak
Ada
Ada
1. Profil Kota Metro √
2. Denah Kota Metro √
3. Data Mata Pilih Kota Metro √
4. Data Hasil Quickcount Pemilu Kota Metro √

5. Data hasil realcount KPU dalam pemilu Kota Metro √


80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110

DAFTAR RIWAYAT

DATA PRIBADI

Nama : Reza Fahlevi

Alamat : Jl. Hanafiah No.23 RT 23 RW 04 Kel.Imopuro Kec. Metro Pusat

Tempat/ Tanggal Lahir : Metro, 14 Januari 1991

Agama : Islam

e-mail : reza.fahlevi@students.paramadina.ac.id

Nomor Hp : 081321409808

PENDIDIKAN FORMAL

1 1995-1996 TK Bhayangkari Metro


2 1996-2002 SD Pertiwi Teladan Metro
3 2002-2005 SMP Negeri 4 Metro
4 2005-2008 SMA Madrasah Aliyah Lampung Timur
5 2010-2014 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan Bandung

PENDIDIKAN NON FORMAL

1 2001-2002 Perimagama Kota Metro


2 2018 Akademi Bela Negara Partai NasDem
3 2019 Sekolah Legislatif Partai Nasdem

PENGALAMAN KERJA

1 2013 KKPT Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan di DPRD Kota Yogyakarta
2 2015 Tunas Daihatsu Bandung sebagai Sales Executive
3 2016 Honda Istana Bandung Raya sebagai Sales Representative
4 2018-2019 Tim Pemenangan Pemilu Legislatif

PENGALAMAN ORGANISASI

1 2010 Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan Bandung


2 2011 Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Mahasiswa FISIP Universitas Pasundan
3 2012 Koordinator Bidang Hiburan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Pasundan
4 2021-2023 Ketua Bidang Pemilih Pemula dan Milenial Partai Nasdem Kota Metro
5 2022-2025 Bendahara Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Metro

Anda mungkin juga menyukai