Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seks bebas adalah aktivitas seksual yang dilakukan oleh orang-orang
sebelum mereka menikah. Secara historis, seks bebas dianggap sebagai masalah
moral yang tabu di banyak budaya dan dianggap dosa oleh sejumlah agama, tetapi
sejak sekitar 1960-an, seks menjadi lebih diterima secara luas, terutama di negara-
negara barat. Sebuah studi Pew 2014 tentang moralitas global menemukan bahwa
seks bebas dianggap sangat tidak dapat diterima di “negara-negara mayoritas
Muslim”, seperti Malaysia, Indonesia, Yordania, Pakistan, dan Mesir, masing-
masing memiliki lebih dari 90% ketidaksetujuan, sementara orang-orang di
negara-negara Eropa Barat adalah yang kebanyakan menerima, dengan Spanyol,
Jerman, dan Perancis menyatakan kurang dari 10% ketidaksetujuan.
Moralitas seksual telah sangat bervariasi dari waktu ke waktu dan antar
budaya. Perilaku seksual dapat dikaitkan dengan kepercayaan agama, atau kondisi
sosial dan lingkungan, atau semuanya. Seksualitas dan reproduksi adalah elemen
mendasar dalam interaksi manusia dan masyarakat di seluruh dunia. Lebih jauh,
“pembatasan seksual” adalah salah satu budaya universal yang khas bagi semua
masyarakat manusia. Dengan demikian, sebagian besar agama telah melihat
kebutuhan untuk menjawab pertanyaan tentang peran yang tepat untuk seksualitas
dalam interaksi manusia. Agama-agama yang berbeda memiliki kode moralitas
seksual yang berbeda, yang mengatur aktivitas seksual atau memberikan nilai-
nilai normatif pada tindakan atau pikiran yang bermuatan seksual tertentu. Setiap
agama besar telah mengembangkan kode moral yang mencakup masalah
seksualitas, moralitas, etika, dan lain-lain. Kode moral ini berupaya mengatur
situasi yang dapat menimbulkan minat seksual dan untuk memengaruhi aktivitas
dan praktik seksual.
Pandangan agama dan pemeluk agama sangat beragam, mulai dari memberi
seks dan seksualitas konotasi yang agak negatif hingga percaya bahwa seks adalah
ekspresi tertinggi . Beberapa agama membedakan antara aktivitas seksual yang
dipraktikkan untuk reproduksi biologis (kadang-kadang diizinkan hanya ketika
dalam status perkawinan formal dan pada usia tertentu), dan aktivitas lain yang
dipraktikkan untuk kesenangan seksual, sebagai tidak bermoral.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan seks bebas?
2. Apakah faktor-faktor yang mendorong para remaja atau mahasiswa
melakukan seks bebas?
3. Apa akibat dari seks bebas?
4. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah seks bebas?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan seks bebas.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mendorong remaja melakukan seks bebas.
3. Mengetahui akibat dari seks bebas.
4. Mengetahui cara mencegah terjadinya seks bebas.

D. Manfaat
Pembaca dapat mengetahui tentang seks bebas sehingga nantinya mereka
mampu meningkatkan antisipasi dalam pergaulan untuk dapat memilih antara
pergaulan yang bersifat positif dan negatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Seks Bebas


Seks bebas adalah praktik berhubungan seks yang dilakukan secara sering
dengan pasangan yang berbeda atau tidak pandang bulu dalam memilih pasangan
seksual. Istilah ini dapat membawa penilaian moral jika ideal sosial untuk
aktivitas seksual adalah hubungan monogami. Contoh umum dari perilaku yang
dipandang seks bebas oleh banyak budaya adalah one-night stand, dan
frekuensinya digunakan oleh para peneliti sebagai penanda seks bebas. Anggapan
perilaku seks bebas bervariasi antar budaya, seperti halnya prevalensi pergaulan
bebas.
Standar yang berbeda sering diterapkan pada gender dan undang-undang
sipil yang berbeda. Kaum feminis secara tradisional berpendapat ada standar
ganda dan signifikan antara bagaimana pria dan wanita dinilai berdasarkan
pergaulan bebas. Secara historis, stereotip wanita promiscuous cenderung negatif,
seperti “pelacur” , sementara stereotip pria lebih bervariasi, beberapa menyatakan
persetujuan, seperti “stud” atau “pemain”, sementara yang lain
menyiratkan penyimpangan sosial, seperti “pembajak perempuan” atau “si
pengembara”.
Sampai dengan tahun 1950-an, seks bebas merujuk pada hubungan seksual
antara dua orang sebelum menikah satu sama lain. Selama periode itu, itu adalah
norma di masyarakat barat untuk pria dan wanita untuk menikah pada usia 21 atau
22, dan tidak ada pertimbangan bahwa orang yang berhubungan seks tidak akan
menikah. Istilah ini digunakan sebagai ganti percabulan, yang memiliki konotasi
negatif, dan terkait erat dengan konsep dan persetujuan keperawanan, yang
merupakan pantangan seksual sampai menikah.
Makna seks bebas sejak itu bergeser untuk merujuk pada hubungan seksual
apa pun yang dimiliki seseorang sebelum menikah dan menghilangkan penekanan
pada hubungan orang-orang yang terlibat. Definisi tersebut memiliki tingkat
ambiguitas. Tidak jelas apakah seks antar individu yang dilarang secara hukum
untuk menikah atau hubungan seksual seseorang yang tidak tertarik
dalam pernikahan akan dianggap pranikah. Istilah alternatif untuk seks bebas telah
disarankan, termasuk seks non-nikah (yang tumpang tindih dengan perzinaan),
seks remaja, dan seks dewasa muda. Istilah-istilah ini juga menderita dari
ambiguitas, karena definisi berhubungan seks berbeda dari orang ke orang.

3
B. Faktor Pendorong Terjadinya Seks Bebas
Dalam perkembangannya, kehidupan di jaman yang telah maju ini memiliki
dampak bagi masyarakat terlebih lagi dalam pergaulan remaja masa kini.
Pergaulan pada remaja masa kini telah jauh dari batas norma yang telah
ditetapkan. Telah banyak penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja dalam
pergaulannya, seperti seks bebas. Oleh karena itu tidak aneh jika jumlah
penderita HIV/AIDS dan wanita terutama dari kalangan remaja/anak sekolah yang
hamil di luar nikah. Hal ini dikarenakan sekarang mereka sangat begitu mudah
memasuki tempat-tempat khusus orang-orang dewasa.
Bahkan sekarang pelakunya bukan saja mahasiswa dan anak SMA saja,
namun sudah merambat sampai ke anak SMP. Sekitar 60-80% remaja mengaku
pernah melakukan hubungan seks, ancaman pola hidup seks bebas remaja secara
umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius.
Rata-rata mereka berusia 16-25 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa
kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
Awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas adalah salah
bergaul dan mudah terpengaruh oleh temannya yang tidak benar. Kebanyakan
remaja ini ingin di puji dan di katakan gaul oleh teman-temannya tanpa
memikirkan dampak dan akibat yang berkelanjutan. Maksud dari salah bergaul
adalah bukan berarti kita harus memilih-milih dalam bergaul, kita boleh saja
bergaul dengan siapa pun asalkan kita jangan mudah terpengaruh dan tetap
berpegang teguh kepada norma agama, norma kesopanan, dan norma hukum yang
berlaku, karena gaul tidak harus melakukan seks bebas.

C. Akibat dari Seks Bebas


Selain memiliki hukum haram, seks bebas memiliki akibat atau dampak yang
sangat negatif bagi si pelaku. Seks bebas juga dapat menghilangkan rasa malu,
padahal dalam agama malu merupakan suatu hal yang amat ditekankan dan
dianggap perhiasan yang sangat indah khususnya bagi wanita. Selain itu seks
bebas juga dapat berakibat:
1. Hilangnya kehormatan
Hilangnya kehormatan, jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan maupun
sesama manusia serta merusak masa depannya, dan meninggalkan aib yang
berkepanjangan bukan saja kepada pelakunya bahkan kepada seluruh keluarganya.
Kehormatan sangat penting bagi setiap manusia, terutama pada wanita. Jika
kehormatan tersebut sudah hilang maka akan jelas terlihat perbedaannya dengan
wanita yang masih menjaga kehormatannya.

4
2. Prestasi cenderung menurun
Apabila seorang remaja atau mahasiswa sudah melakukan kegiatan seksual,
maka pikirannya akan selalu tertuju pada hal negatif tersebut. Rasa ingin
mengulanginya selalu ada, sehingga tingkat kefokusannya dalam mengikuti
proses belajar disekolah ataupun di perkuliahan akan menurun. Malas belajar,
malas mengerjakan tugas dan lain sebagainya dapat menurunkan prestasi seorang
remaja ataupun mahasiswa tersebut.
3. Hamil di luar nikah
Hamil di luar nikah akan sangat menimbulkan masalah bagi si pelaku.
Terutama bagi remaja yang masih sekolah, pihak sekolah akan mengeluarkan si
pelaku jika ketahuan peserta didiknya ada yang hamil. Sedangkan bagi pelaku
yang kuliah hamil di luar nikah akan menimbulkan rasa malu yang luar biasa
terutama orang tua.
4. Aborsi dan bunuh diri
Terjadinya hamil di luar nikah akan menutup jalan pikiran si pelaku, guna
menutupi aib ataupun mencari jalan keluar agar tidak merusak nama baik dirinya
dan keluarganya hal tersebut dapat berujung pada pembunuhan janin
melalui aborsi bahkan bunuh diri.
5. Tercorengnya nama baik keluarga
Semua orang tua akan merasa sakit hatinya jika anak yang dibangga-
banggakan juga diidam-idamkan hamil di luar nikah. Nama baik keluarga akan
tercoreng karna hal tersebut, dan hal tersebut akan meninggalkan luka yang
mendalam dihati keluarga.
6. Tekanan batin
Tekanan batin yang mendalam dikarenakan penyesalan. Akibat penyesalan
tersebut si pelaku akan sering murung dan berpikir yang tidak rasional.
7. Terjangkit penyakit
Mudah terjangkit penyakit HIV/AIDS serta penyakit-penyakit kelamin yang
mematikan, seperti penyakit herpes dan kanker mulut rahim. Jika hubungan seks
tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa
mencapai empat hingga lima kali lipat.
8. Ketagihan
Kegiatan seksual dapat menyebabkan seseorang ketagihan untuk melakukan
hal kotor tersebut. Hal tersebut sangat berbahaya karna keinginan yang tidak
terkontrol.

5
9. Gangguan kejiwaan
Akibat seksual yang tidak rekontrol seseorang dapat mengalami gangguan
kejiwaan atau stres, disebabkan karna ketidakmampuan menerima kehidupan,
kurangnya persiapan mental untuk hamil serta takut terhadap hukuman Tuhan.

D. Upaya Pencegahan Seks Bebas


Seks bebas yang terjadi pada remaja dan mahasiswa dapat dicegah dengan
beberapa upaya. Upaya-upaya tersebut antara lain:
1. Mempertebal keimanan dan ketaatan kepada Tuhan YME.
Mendekatkan diri kepada tuhan akan menjauhkan kita dari perbuatan
mungkar.
2. Menanamkan nilai-nilai agama, moral, dan etika
Menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika dalam keluarga, kerja sama
guru, orang tua, dan tokoh masyarakat.
3. Menanamkan Nilai Ketimuran
Kalangan remaja dan mahasiswa kita kebanyakan sudah tak mengindahkan
lagi akan pentingnya nilai-nilai ketimuran. Tentu saja nilai ketimuran ini selalu
berkaitan dengan nilai Keislaman yang juga membentuk akar budaya ketimuran.
Nilai yang bersumberkan pada ajaran spiritualitas agama ini perlu dipegang.
Termasuk meningkatkan derajat keimanan dan moralitas pemeluknya. Dengan
dipegangnya nilai-nilai ini, harapannya mereka khususnya kalangan muda akan
berpikir seribu kali untuk terjun ke seks bebas.
4. Menghindari Perilaku yang Akan Merangsang Seksual
Melalui pakaian, perilaku akan tercerminkan. Perilaku yang dapat
merangkang seksual seperti bergaul sangat dekat dengan orang yang berlainan
jenis.
5. Pendidikan
Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya kemampuan intelektual,
tetapi juga mengembangkan kemauan emosional agar dapat mengembangkan rasa
percaya diri, mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan yang baik dan
tepat, mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan ketrampilan
berkomunikasi, yang mampu mengatakan “tidak” tanpa beban dan tanpa
mengikuti orang lain.
6. Pendidikan Seks
Hal ini dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi, fisiologi seks
manusia, bahaya penyakit kelamin. Pendidikan seks adalah membimbing serta
mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga
ia dapat menyalurkan secara baik, benar dan legal. Pendidikan Kesehatan

6
Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang
organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, Dengan demikian, anak-
anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas. Dalam
keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang tua yang cuek saja
terhadap perkembangan anak-anaknya.
7. Penyuluhan tentang Seks Bebas
Dalam penyuluhan tersebut dalam dijelaskan kepada kaula muda khususnya
remaja dan mahasiswa tentang sebab-akibat dari pergaulan bebas. Sehingga
mereka dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang akan membawa mereka pada
seksual bebas.
8. Menegakkan Aturan Hukum
Sudah sepatutnya para penegak hukum menjaga tempat-tempat yang sering
digunakan oleh para kaula muda untuk berpacaran.
9. Jujur pada Diri Sendiri
Yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik untuk
diri masing-masing. Sehingga seks bebas tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini
remaja tidak mengikuti hawa nafsu mereka. Pada dasarnya mereka yang
melakukan seks bebas menyadari bahwa hal yang mereka lakukan adalah salah.
10. Memperbaiki Cara Berkomunikasi
Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina
hubungan baik dengan masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap
kegiatan yang berdampak negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik
dengan orang-orang di sekeliling kita. Karna pada umumnya terjadi seks bebas
dikarenakan tidak adanya kepedulian antar tetangga.
11. Pacaran Sehat
Berpacaran sangat lekat hubungannya dengan seks, karena tidak sedikit
mereka yang melakukan seks bebas bersama kekasihnya. Di situlah kita tanamkan
budaya pacaran sehat tanpa seks. Berpacaran sehat itu seperti: tidak berhubungan
seks, pacar sebagai pemberi motivasi.
12. Menjauhkan Diri dari Berduaan di Tempat Sepi
Seks bebas bisa terjadi dengan dukungan suatu tempat, jadi apabila seorang
remaja atau mahasiswa yang masih polos akan mudah dirayu yang berujung pada
seks bebas. Apabila sepasang remaja atau mahasiswa berdua di tempat yang sepi
maka ada orang ketiga yaitu setan yang dapat menjerumuskan terjadinya seks
bebas.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Orang-orang yang melakukan hubungan seks pranikah direkomendasikan
oleh para profesional kesehatan untuk mengambil tindakan pencegahan untuk
melindungi diri terhadap infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV/AIDS. Ada
juga risiko kehamilan yang tidak direncanakan dalam hubungan heteroseksual. Di
seluruh dunia, program pendidikan seks dijalankan untuk mengajar siswa sekolah
tentang kesehatan reproduksi, pantangan seksual, dan pengendalian kelahiran.

Aktivitas seksual di antara orang yang belum menikah yang tidak memiliki
akses ke informasi tentang kesehatan reproduksi dan pengendalian kelahiran dapat
meningkatkan tingkat kehamilan remaja dan kontraksi infeksi menular seksual.
Tingkat kehamilan remaja bervariasi dan berkisar dari 143 per 1000 anak
perempuan di beberapa negara Afrika sub-Sahara hingga 2,9 per 1.000 di Korea
Selatan. Tingkat untuk Amerika Serikat adalah 52,1 per 1.000, tertinggi di negara
maju dan sekitar empat kali rata-rata Uni Eropa. Tingkat kehamilan remaja antar
negara harus mempertimbangkan tingkat pendidikan seks umum yang tersedia
dan akses ke opsi kontrasepsi.

B. Saran
Kepada pihak orang tua, berikan semua yang terbaik untuk anak tetapi tetap
memperhatikan dalam membimbing dan mengarahkan remaja dengan dalam
memberikan pandangan yang benar mengenai persepsi pacaran agar terhindar dari
seksual yang bebas.
Kepada generasi muda agar menetapkan tujuan dan arah hidup yang jelas,
belajar lebih mengenal diri sendiri, meningkatkan keimanan dan ketakwaannya
dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat serta bergaul dengan teman secara
benar sehingga dapat terhindar dan terjerumus pada perilaku seks bebas.
Tingkatkanlah pengetahuan tentang segala perkembangan dengan tetap
meningkatkan pula keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adies, Permata. 2010. Makalah: Pergaulan Bebas Dikalangan Remaja. Tersedia


pada http://permataadies.blogspot.com/2010/12/makalah-seks-bebas-
dikalangan-remaja.html.

Andriana, Deni. 2009. Seks Bebas di Kalangan Remaja. Tersedia pada


http://www.karawanginfo.com/?p=3356.

Andriezens. 2008. Upaya Penanggulangan Prilaku Seks Bebas di kalangan


Remaja. Tersedia pada http://mahk0ta.wordpress.com/2008/07/16/upaya-
penanggulangan-prilaku-seks-bebas-di-kalangan-remaja/

Fadli, Ahmad. 2009. Penyebab Meningkatnya Seks Bebas Di Kalangan Remaja.


Tersedia pada http://kabarmu.blogspot.com/2009/02/penyebab-
meningkatnya-seks-bebas-di.html

Hamid, Abdul. 2009. Seks bebas di kalangan muda-mudi. Tersedia pada


http://andikasaputra.blogspot.com/2009/07/seks-bebas-di-kalangan-muda-
mudi.html

Anda mungkin juga menyukai