File 1677159666793 9916386
File 1677159666793 9916386
“Hahahah… kalian datang ke orang yang tepat!” seru pria paruh baya
dengan tampang menyeramkan sambil tersenyum lebar membuat
pasangan suami isteri di depannya yang nampak ketakutan.
Anton dan Rahayu adalah pasangan suami isteri yang sudah menikah
selama 7 tahun, keduanya memiliki perbedaan usia yang cukup jauh.
Sang suami saat ini berusia 45 tahun sedangkan isterinya baru 23 tahun,
memang Anton menikahi Rahayu saat gadis itu masih duduk sekolah.
Namun karena orang tua Rahayu terlilit hutang, membuatnya rela
menikahkan anaknya.
“Mbah, apa kami bisa kaya?” tanya Rahayu yang tidak sabaran.
Tentu saja Anton dan Rahayu tahu bahwa mereka harus melakukan
sesuatu untuk bisa kaya dengan cepat.
“Apa kalian ingin memelihar tuyul?” tanya Mbah itu dengan tatapan
tertuju ke arah Anton.
“Mau, Mbah!” angguk Rahayu yang paling semangat, wanita itu sudah
muak dengan hidup miskinnya.
“Namun agar tuyul itu patuh pada kalian, mereka harus kalian lahirkan
sendiri.” Kedua pasangan suami isteri itu terdiam sebentar, terutama
Rahayu yang merasa akan mengandung bayi tuyul nanti.
“Tentu saja tidak, karena yang hamil adalah suami kamu.” Anton yang
mendengar itu tentu saja terkejut, ia seorang laki-laki normal.
Bagaimana ia bisa hamil?
“Tapi suami saya laki-laki, Mbah,” tutur Rahayu mewakilkan isi hati
suaminya.
“Kami bersedia, Mbah!” seru Rahayu cepat, wanita itu bisa dengan cepat
setuju karena yang akan hamil dan melahirkan bukan dirinya, melainkan
suaminya. Anton ingin protes bahwa dia adalah seorang laki-laki yang
mustahil untuk hamil dan melahirkan tapi pria itu juga tidak tahan
dengan hidup miskin sehingga akhirnya hanya bisa mengangguk.
Anton masih merasa resah, namun akhirnya pria paruh baya itu ikut
tersenyum.
—————
“Oekk! Oekk!”
“Mas, Reyhan bangun. Kamu buatin susunya gih, aku ngantuk!” suruh
Rahayu dengan memejamkan mata saat mendengar tangis anaknya yang
berusia 8 bulan.
“Anak Ayah kok nangis? Lapar ya?” tanya Anton turun dari kasur dengan
sedikit kesusahan, saat hendak menunduk untuk mengambil Rayhan
yang ada di boks kayu dengan pagar yang cukup tinggi, pria paruh baya
itu tiba-tiba mengaduh kesakitan.
“Akhhh!”
Awalnya Anton agak skeptis tentang Dukun itu karena sudah dua hari
sejak mereka kesana, tidak ada perubahan apapun terjadi padanya. Tapi,
ternyata hal itu benar-benar terjadi, Anton yang merupakan seorang pria
bisa hamil.
Oekk! Oekkk!
“Ayo kita bikin susu dulu,” ajak Anton pada bayinya dan segera membuat
susu.
Huhhhhhhh….
Tiba-tiba suasana di kamar Anton terasa sangat sunyi dan hening, hanya
sayup-sayup suara angin yang terdengar di luar dan ranting-ranting yang
bergerak. Anton seketika menjadi merinding, namun rasanya lelaki itu
tidak perlu takut karena saat ini yang dia kandung adalah bayi gaib.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan pekerjaan, toh, pria paruh baya
itu menganggur. Sejak dulu memang Anton tidak pernah bekerja bahkan
setelah menikah dan punya anak, itulah yang membuatnya tidak
sanggup hidup dalam kemiskinan dan memutuskan untuk menemui
Dukun.
Rahayu pun awalnya tidak bekerja namun karena mereka butuh uang,
wanita itu pun bekerja di kantor camat. Jadi sehari-hari yang mengurus
rumah dan menjaga dua anak mereka adalah Anton.
Anton kembali melirik perutnya, jika dilihat memang cukup aneh. Namun
ada beberapa pria paruh baya di desa yang memiliki perut besar seperti
Andon dan itu penuh dengan lemak. Setidaknya untuk saat ini, Anton
masih bisa beralasan bahwa dia jarang berolahraga.
“Jangan teriak-teriak, Bang. Adek nanti bangun,” ujar Anton saat melihat
putra sulungnya—Abi masih duduk dipinggiran kasur.
“Perut Ayah kok besar?” tanya Abi heran meletakan tangannya di atas
perut sang Ayah yang membuncit. Karena penasaran anak itu menepuk-
nepuknya cukup kencang membuat Anton kawalahan.
“Wah, kok gerak yah?” tanya Abi ketika menyentuh kulit perut Ayahnya
secara langsung karena Anton menaikan kaosnya sebab tidak lagi muat.
DUAGG!
“Ughhh… ughh.. awhhh!” Anton berseru kesakitan ketika mendapatkan
tendangan yang sangat keras, bayi di dalam kandungannya mungkin
tidak terima disebut cacing.
Untung saja Abi tidak lagi bertanya dan hanya memakan sarapannya,
sedangkan Anton kembali ke kamarnya karena Rayhan sudah bangun.
Pria itu meletakan bayi itu ke atas kasur yang sudah dilapisi alas untuk
mengganti popoknya.
Rayhan yang kembali lapar segera diberikan susu oleh Anton, pria tua itu
menggendong putra bungsunya sambil melihat anak sulungnya yang
sedang sarapan.
Anton dan isterinya tinggal di desa yang cukup jauh dari kota namun
setiap hari minggu ada pasar yang sangat ramai, tak jauh dari sana. Disini
masih banyak hutan dan jarak antara rumah cukup jauh.
Untungnya, rumah orang tua Anton tidak jauh dari sini. Hanya berajak
100 meter, sedangkan rumah mertuanya cukup jauh, kira-kira satu jam.
Anton sekarang tengah pusing memikirkan bagaimana jika orang tua dan
mertuanya datang dan melihat keadaannya, mereka mungkin tidak akan
percaya jika Anton memiliki perut besar karena tidak pernah olahraga.
Apa yang akan dikatakan Anton nanti?
Tok! Tok!
Tok! Tok!
Anton bingung siapa yang datang, kedua orang tua dan mertuanya yang
paling sering datang ke rumah sangat jarang hadir jam segini. Jadi siapa?
Clekkk!
Sshhhhhhhhhuuuu….