Anda di halaman 1dari 2

MASIH BOLEHKAH AKU CEMBURU?

19.30

Lampu operasi menyala, dokter dan para perawat sibuk menyiapkan peralatan dan diri mereka, sayup-
sayup ku dengar, bunyi klotek-klotek entah apa itu, mungkin gunting dan semacamnya. Aku sendiri
sudah tidak kuat karena bius epidural yang baru saja dimasukkan tubuhku. Ah, suamiku, dimana
suamiku.

Tiba-tiba tangan halus menyentuh kepalaku, "Sayang, anak kita telah lahir, selamat sudah jadi ibu."

Tanpa terasa air mata menetes, ya, aku sudah jadi ibu. Tangisan bayi yang terdengar nyaring,
menandakan dia sangat sehat dan aktif. Aku ingin segera menyusuinya.

21.00

Aku melihatnya, bayi mungilku, di bersihkan oleh mbak perawat dengan sangat hati-hati. Sangat lucu,
wajahnya mirip suamiku. Tapi, hei, kenapa suami, kau menangis? Bukankah kau harus bahagia? Ayo
segera adzani putrimu. Tapi, kenapa suami sepertinya tidak mendengarku? Padahal aku sudah di
sampingnya, menyemangatinya untuk memberi adzan pada bayi kami.

Deret langkah roda bergerak, mendekat. Siapakah itu yang di tertutup kain putih? Ah, kasian.
Mungkin ibu di kamar sebelah.

Aku segera, berbicara pada suamiku lagi, dia masih saja menangis. Padahal bayi kami sudah bersih,
sudah siap untuk diberi adzan dan disusukan. Aku sudah tak sabar memberinya susu.

Dengan langkah gontai, suamiku mendekati sesosok yang tertutup kain putih tadi, dia menangis
sekencang-kencangnya. Aku masih bingung, kenapa dia malah kesana? Sementara aku dan bayinya
disini, dan hei, bayi kami juga ikut menangis.

Tiba-tiba ada yang memegang tanganku, "ayo ikut kami, sudah waktunya kamu pergi".

Aku kaget. "Tung ... Tunggu, kalian siapa? Aku habis melahirkan, tidak boleh pergi jauh, aku harus
segera menyusui putriku, kasian suamiku akan sendirian nanti. "

Tanpa menjawab, aku terasa memudar, sebelum hilang, aku melihat suamiku membuka kain putih
yang menutupi sosok tadi, dan mengecupnya, Allahuakbar, dan ternyata itu aku.

*teruntuk semua ibu yang akan melahirkan. Berjuanglah sekuat tenaga. Meski umur tak ada yang tahu,
tapi tanamkan pada diri kalian, kalian harus kuat, kalian harus hidup, relakah kalian tidak menyusui dan
merawat sendiri bayimu? Relakah kalian jika suamimu tak sanggup sendiri dan memilih wanita lain
untuk mendampinginya dan merawat anakmu? Semoga kita diberi panjang umur agar bisa merawat
sendiri bayi kita dan mendampingi ayahnya sampai tua nanti. Aamiinn.

Anda mungkin juga menyukai