Anda di halaman 1dari 10

Anton dan Si Si meyong Pincang

Juhari
SDN Tambaksari III

Hari itu hari minggu. Anton bangun pagi-pagi sekali. Seperti biasanya, setiap hari Anton
mengantar ibunya ke pasar. Hari itu Anton bangun lebih pagi karena jika hari minggu banyak penjual
dan pembeli datang lebih pagi dari pada hari-hari biasanya.
“Anton, bangun nak!” panggil sang ibu.
“Iya bu, ini Anton sudah selesai mandi” jawab Anton. Lalu mereka bergegas keluar rumah
untuk berangkat ke pasar, Karena jarak rumah Anton dan pasar agak lumayan jauh. Anton
menggunakan sepeda butut milik ayahnya yang sejak dulu biasa dipakai untuk berjualan sayur ke
pasar. Ayah Anton sudah tua, dan sakit-sakitan. Sejak saat itu ibu Anton yang jualan ke pasar untuk

ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 1


menggantikan Ayahnya. Karena ibu Anton tidak bisa naik sepeda sendiri, maka Antonlah yang
mengantar ibunya setiap hari. Anton anak ketiga dari tiga bersaudara. Namun kakak-kakanya tidak
berkumpul bersama mereka, karena mereka sedang merantau ke kota. Sepulang mengantar ibunya ke
pasar, Anton langsung pergi ke sekolah. Saat ini Anton masih duduk di kelas 4 sekolah dasar.
Sebelum berangkat ke sekolah, Anton berpamitan dulu kepada Ayahnya yang sedang mengemas
sayur disamping rumahnya untuk dibawa ke pasar besok pagi
“Ayah...Ayah, Antoh pergi sekolah dulu”, kata Anton sambil menghapiri Ayahnya.
“Iya nak, jangan lupa nanti sepulang sekolah jemput ibumu di pasar” kata sang Ayah.
“Iya yah” sahut Anton. Lalu Anton mengayuh sepedanya menuju sekolah yang tak jauh dari
rumahnya.
Suatu hari diparkiran pasar, sambil menunggu ibunya keluar dari pasar. Pandangan Anton
tertuju pada segerombolan kucing yang berkeliaran halaman di pasar. Ada banyak jenis kucing yang
ada disana. Kucing kecil yang baru berumur beberapa minggu juga banyak berkeliaran disana.
Biasanya orang-orang membuang kucing ke tempat yang ramai dan banyak makanan, salah satunya
ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 2
di pasar atau tempat-tempat ramain lainnya. Boleh jadi kucing-kucing itu dibuang karena alasan tidak
suka, atau sering pipis di dalam rumah, atau mungkin sering nyolong ikan sang pemilik rumah.
Anton merasa kasihan pada kucing yang berbulu putih polos dan berekor panjang. Anton
melihat kucing itu berjalan terseok-seok. Lalu dia menghampiri kucing itu. Dan setelah ia dekati
kucing itu sepertinya mengalami patah kaki sebelah kiri, sehingga menyebabkan jalannya pincang.
“Pus..pus..pus..!” panggil Anton sambil menjulurkan tangannya. Kucing itu sepertinya ketakutan,
maklum mungkin karena belum terbiasa didekati oleh orang. Kemudian diraihnya kucing itu dan
dielus-elus tubuhnya yang lucu sambil digendongnya.
Setelah beberapa saat diperhatikan, Anton merasa kasihan dan iba pada kucing itu. Maka
Anton berniat untuk membawa kucing itu ke rumahnya dan memberinya nama dengan sebutan si
meyong.
“Anton.., Anton..!” terdengar suara ibunya memanggilnya dari dalam pasar.
“Apa itu nak?” tanya ibunya. “Ku... si meyong Bu!” jawab Anton.

ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 3


“Kasihan, sepertinya kakinya patah, Anton boleh bawa pulang gak Bu?”. Ibunya tersenyum,
“Boleh nak, ayo sini!” kata sang ibu. Lalu si meyong itu dimasukkan kedalam keranjang kosong
tempat sayur yang sudah habis terjual. Akhirnya, si meyong itu benar-benar dibawa ke rumahnya.
Melihat kondisi bulunya yang kotor karena debu dan tanah. Maka Anton membawa si meyong
itu ke sumur depan rumahnya. Dengan sabun dan sikat yang dibawanya, Anton memandikan si
meyong itu hingga benar-benar bersih.
“Sini kamu! aku bersihkan dulu ya, pasti kamu sudah lama tidak mandi. Iya kan?” kata Anton
seperti berbicara pada temannya saja. Setelah dua jam dibiarkan kena angin dan hangatnya matahari,
bulu si meyong itu kelihatan agak kering dan warna putihnya nampak bersih sekali.
Setelah dimandinkan, si meyong itu diberi makan hingga benar-benar kenyang. Anton merasa kasihan
melihat si meyong itu, karena tidak bisa bergerak lincah seperti kucing-kucing milik tetangganya.
“Ayo, makan dulu yang kenyang ya, biar sehat dan cepat sembuh” kata Anton pada si meyong.
Karena senang dengan warna bulunya yang putih dan ekornya yang panjang, maka Anton berniat
menjadikan si meyong yang pincang itu sebagai peliharaannya. Dengan segala upaya Anton mencoba
ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 4
menyembuhkan kakinya yang menurutnya patah itu. Dengan dibantu sang Ayah, Anton merendam
kaki si meyong dengan air hangat kemudian membalut kaki si meyong itu menggunakan kain perban
dengan erat. Makanan dan minumnya pun disediakan didekatnya, karena memang si meyong itu tidak
bisa bergerak keman-mana. Hari demi hari Anton merawat sebaik-baiknya si meyong yang pincang
itu. Hingga beberapa minggu kemuadian, si meyong itu sudah tampak mulai membaik, dan sudah
bisa berjalan bahkan berlari-lari mengejar binatang kecil yang lewat di depannya.
Anton memperlakukan si meyong itu sebagai satu-satunya peliharaan yang paling disukainya.
Bahkan tempat tidurnya pun dibuatkan khusus. Sebelum berangkat ke sekolah makanan sudah siap
di dekatnya.
“Ayo sini makan dulu, aku mau ke sekolah dan jangan kemana-mana. Nanti siang aku pulang”
kata Anton pada si meyong. Hampir setiap hari dia memperlakukan si meyong seperti itu. Bahkan
setiap minggu si meyong selalu dibersihkan dan dimandikan. Kini bulunya yang putih bersih tumbuh
semakin lebat, dihiasi dengan ekornya yang panjang meliuk-liuk.

ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 5


Waktu berjalan sudah tiga bulan, dan kondisi si meyong pun sudah membaik bahkan sudah
sembuh seperti sedia kala. Persahatan keduanya nampak begitu akrab. Ketika Anton pergi ke sekolah
si meyong selalu menunggu di halaman rumahnya. Dia akan berlari menyusul Anton ketika
mendengar bunyi sepedanya dari kejauhan.
“Pus..pus..pus.., dari mana saja kamu. Ayo sini!” kata Anton sambil memanggil-manggil si
meyong. Bahkan si meyong itu tidak berada di dalam rumah ketika Anton pergi ke sekolah.
Suatu hari si meyong ditemukan sakit dan muntah-muntah, entah apa yang telah dimakannya.
Anton merasa khawatir sekali dengan kodisi si meyongnya itu.
“Pus..., kamu kenapa?, kamu makan apa?” tanya Anton seolah berbicara pada temannya.
Sudah tiga hari berlalu, namun kondisi si meyong belum juga membaik. Selama tiga hari itu juga,
Anton hampir terlambat datang ke sekolah karena masih mengurus si meyong.
Melihat kondisi si meyong yang tidak mau makan sendiri, Anton mencoba memberikanya makan
dengan cara disuapi. Dipegang rahangnya, dibuka mulutnya lalu dimasukkan makanan sedikit demi
sedikit. Awalnya si meyong itu berontak, namun dengan ketekunan Anton akhirnya si meyong mau
ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 6
juga. Makannya tidak banyak, tapi Anton selalu memberinya makan sesering mungkin. Setelah
beberapa suapan, Anton memberinya air minum dengan menggunakan sendok kecil. Hal ini
dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari.
Keesokan harinya mulai ada perubahan pada si si meyong. Terlihat sudah mulai bangun dan
tidak tergeletak lemas seperti hari-hari sebelumnya. Anton senang melihat kondisi si meyong yang
mulai membaik. Dan Anton pun sudah merasa tidak khwatir lagi.
Terbersit dalam fikiran Anton untuk membuatkan kandang khusus bagi si meyong. Lalu dia
menemui ayahnya.
“Ayah, gimana kalo si meyong ini dibuatkan kandang khusus agar tidak kedinginan. Enak
kan Ayah jika si meyong punya kandang sendiri”, lanjut Anton sambil menggendong si meyong.
“Ide yang bagus anakku, memang lebih baik kalau kandangnya diletakkan diluar rumah, biar
nanti Ayah akan mengumpulkan kayu-kayu yang sudah tidak terpakai yang ada didapur” lanjut sang
Ayah. Mendengar dapat dukungan dari sang ayah, Anton girangnya bukan main.
“Hore...hore...” kata Anton sambil berlari menemui ibunya yang berada di dapur.
ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 7
“Bu..bu, aku akan dibuatkan kandang oleh Ayah untuk si meyong”, lanjut Anton lagi.
“Iya nak, memang sebaiknya dibuatkan kandang. Biar tidak berkeliaran dan makan
sembarangan lagi. Jadi lebih aman jika ada di dalam kandang” kata sang ibu sambil melihat wajah
Anton yang merasa gembira.
Beberapa hari kemudian sang Ayah mengumpulkan kayu-kayu itu, dan meletakkannya
dihalaman rumah.
“Anton...Anton.., sini Nak!” panggil sang Ayah.
“Tolong ambilkan palu dan paku yang ada dikeranjang dekat lemari dapur” sambung sang
Ayah kembali.
“Iya Ayah” sahut Anton. Lalu sesaat kemudain Anton datang membawa keranjang kecil yang
memang tempat untuk menympian perkakas dapur.
Anton terlihat sibuk membantu sang Ayah, dengan harapan si meyong kesayangnnya mendapat
tempat yang layak dan nyaman. Waktu berlalu begitu cepat, terdengar sayup-sayup suara adzan
dhuhur dari kejauhan. Sang Ayah menghentikan pekerjaannya sebentar.
ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 8
“Nak, kita berhenti dulu sebentar untuk sholat dhuhur. Nanti kita lanjutkan lagi.”
“Iya Ayah, Anton mau memberi makan si meyong dulu karena sudah siang” sahut Anton
sambil menuju dapur untuk mengambil makanan si meyong kesayangannya.
Sholat dhuhur sudah mereka lakukan, dan makan siang pun juga baru selesai. Mereka meneruskan
pekerjaannya yang baru selesai beberapa bagian. Sudah tiga hari berlalu, nampaknya kandang si
meyong sudah hampi selesai. Tinggal memasang pintu dan kawat dibagian kelilingnya. Anton merasa
sangat gembira karena memiliki hewan kesayangan yang lucu sekali dan kandang baru buat
peliharaannya.
Ada banyak hewan peliharaan. Namun jenis hewan yang satu ini merupakan hewan yang luar
biasa, karena merupakan salah satu hewan yang menjadi peliharaan junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW. Untuk itu, banyak orang menjadikan si meyong ini sebagai hewan peliharaannya.
Akhirnya, kandang yang diimpi-impikan Anton pun selesai juga. Lalu ditempatkan si meyong di
kandang barunya itu dengan makanan dan minuman yang ada di dalamnya.

ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 9


Kini Anton hidup senang bersama si meyong hewan peliharaannya. Semakin semangat dalam belajar,
dan semakin rajin mengantar ibunya setiap hari ke pasar. Mereka pun hidup bahagia.

***

ANTON DAN SI SI MEYONG PINCANG 10

Anda mungkin juga menyukai