Dalam upaya melaksanakan UU Cagar Budaya No. 11 Tahun 2011, yaitu upaya pelestarian,
perlindungan dan pencegahan terjadinya intervensi pada bangunan gedung cagar budaya yang memiliki
nilai penting dalam sejarah perkembangan Kota Semarang, sehingga diperlukan kepastian proses
inventarisasi dan penetapannya sebagai Bangunan Cagar Budaya.
Dimulai dari sebuah masalah bahwa bangunan penting karya seorang tokoh pendiri Ikatan Arsitek
Indonesia, Liem Bwan Tjie, dalam kondisi terancam kelestariannya, maka IAI Jawa Tengah mengajak
rekan-rekan sejawat IAI Skala Nasional untuk membuat satu gerakan yang besar untuk mengetahui
karya-karya Arsitek-arsitek Indonesia yang bisa dijadikan penghargaan sekaligus inspirasi untuk
arsitektur Indonesia ke masa depan. Mengupayakan kelestariannya dan tidak hanya sebagai ingatan
saja.
Luas bangunan
Luas lahan
Lokasi Tingkat signifikansi pada bangunan
Menggunakan dokumentasi dan bukti fisik untuk
menentukan peringkat dari setiap elemen-elemen
bangunan yang berbeda:
• Denah dan volume yang otentik
• Fasade dan ornamennya yang otentik
• Struktur atap dan penutup atap yang otentik
• Dinding, lapisan dan cat yang otentik
• Lantai, pelapis dan sambungan yang otentik
• Perubahan dan penambahan yang cukup
besar dikemudian hari, namun masih dalam
periode kurun waktu di atas 50thn
• Dinding partisi interior
• Bukaan
• Penetrasi atau intervensi
• Penambahan utilitas (MEP)
• Perubahan pada tapak (lansekap, taman, dll)
-7.015812, 110.430971 • Etc.
Elemen Arsitektur