Anda di halaman 1dari 11

OLAH DESAIN MK PRINSIP DESAIN

ARSITEKTUR
ARSITEKTUR PUSAKA PRODI ARSITEKTUR UTY
WEEK 12

(ODAP) 2020
….
…. arsitek perlu mengetahui
BAGAIMANA makna kultural
dalam suatu bangunan pusaka
PERAN ARSITEK sebelum
melakukan tindakan pelestarian
DALAM
KEGIATAN
PELESTARIAN ? ANALISIS

!
PENTING
TINDAKAN
PELESTARIAN
CONTOH PARAMETER PENILAIAN
MAKNA KULTURAL
BANGUNAN PUSAKA DI KOTAGEDE….
KOMPONE
No. N NILAI PARAMETER PENILAIAN
1. Sejarah Tidak memiliki catatan sejarah
Terkait dengan perkembangan kota atau kawasan
Terkait secara langsung dengan peristiwa perjuangan dan tokoh pejuang
2. Umur Berusia di bawah 50 tahun
Berusia 50 tahun s/d 75 tahun
Berusia 75 tahun s/d 100 tahun
Berusia minimal 100 tahun
3. Sosial Tidak memiliki nama lokal
Memiliki nama lokal
Memiliki nama lokal dan merupakan ikon Kota Blitar
4. Landmark Tidak berpotensi menjadi landmark
Berpotensi menjadi landmark
Telah menjadi landmark di Kota Blitar
5. Seni Tidak memiliki ornamen
Memiliki ornamen pada elemen fungsional antara lain jendela dan pintu
Memiliki ornamen tidak hanya pada elemen fungsional
6. Kekhasan Tidak memiliki desain khas yang merupakan ciri dari jamannya
7. Keunikan Memiliki desain khas
Desain bangunan yang
tidak unikmerupakan ciri dari
dan cenderung samajamannya
dengan sebagian besar
bangunan lainnya

Desain bangunan unik dan berbeda dengan sebagian besar bangunan lainnya
8. Ekonomi Tidak memiliki potensi dalam pengembangan kegiatan ekonomi
Dapat difungsikan
Memiliki sebagai
keunikan dan lokasi
sejarah kegiatan
yang pentingekonomi
sehingga dapat memberi daya tarik
bagi wisata

Bangunan/objek mengalami kerusakan berat sehingga sulit dipergunakan


9. Fungsional kembali
Bangunan/objek mengalami kerusakan ringan dan sedang
Bangunan/objek masih dipergunakan sesuai dengan fungsi awalnya
10. Religi Tidakdipergunakan
Aktif memiliki nilai dalam
religiuskegiatan keagamaan dan memiliki nilai yang
OLAH DESAIN ARSITEKTUR
PUSAKA APLIKASI
DALAM
DESAIN:
1. Secara selektif mengolah desain bangunan pusaka dengan
melakukan pengawetan pada komponen / bagian tertentu serta 1 Adaptiv
mengisi dengan komponen baru sesuai dengan pencangkokan e Reuse
kegiatan baru yang dilakukan

2. Memodifikasi suatu tempat untuk disesuaikan dengan


pemanfaatan ruang yang ada atau pemanfaatan yang diusulkan 2 Infill
Design
3. Penggunaan kembali struktur lama untuk fungsi baru. Pada
umumnya dilakukan restorasi atau rehabilitasi interior maupun
eksterior.
ADAPTIVE REUSE.. APA YANG PERLU DIPERHATIK
Adaptive reuse adalah membuat perubahan terhadap bangunan
untuk mengakomodasi kebutuhan baru dan adaptasi yang dilakukan
harus mampu menambah nilai dan kualitas bangunan bersejarah
(Orbasli, 2008).
Adaptive Reuse atau penggunaan kembali pada bangunan biasanya
sering disandingkan dengan sebuah konsep konservasi. Arti
konservasi itu sendiri adalah pelestarian atau perlindungan. Dengan
kata lain jika kedua konsep ini disandingkan akan menciptakan
sebuah perubahan fungsi yang optimal dengan tetap melindungi
ataupun memelihara keaslihan dari sesuatu yang ingin difungsikan
baik dari fasad ( fisik ) maupun nilai sejarah dari tempat atau
bangunan tersebut (Saputra & Purwantiasning, 2013).
INFILL DESIGN.. APA YANG PERLU DIPERHATIKAN?

KONTEKS LINGKUNGAN EKSTENSI

HUBUNGAN LAMA DAN BARU DERIVASI


TRANSFORMASI
INFILL DESIGN
KONTEKS LINGKUNGAN

Olah desain yang digunakan seharusnya memikirkan cara mempertahankan nilai-nilai


setempat pada gubahan massa bangunan dan kontinuitas visual lingkungan. Hal itu dapat
dilakukan tanpa menghilangkan sedimentasi waktu yang telah membentuk wajah bangunan
atau kawasan sehingga kontekstualitas lingkungan masih dapat terdefinisi.
Namun demikian, sebuah desain yang berkesinambungan bukanlah sekadar sebuah usaha
yang membangkitkan kembali sebuah langgam arsitektur dengan eklektisme atau membuat
sebuah langgam baru yang merefleksikan “masa kini” sebagai masa yang lepas dari masa lalu
dan potensi di masa depan. Maka, kesinambungan desain dalam sebuah konteks harus
mampu menangkap karakter – karakter lingkungan sebagai pertimbangan utama.
Architecture of Addition, Design and Regulation. Paul Spencer Byard, 2005.
INFILL DESIGN
EKSTENSI
HUBUNGAN LAMA DAN BARU DERIVASI
TRANSFORMASI

Setting bangunan arsitektur bersejarah dianggap sebagai


identitas – yang – dilindungi , merupakan titik awal dari proses
perancangan desain baru. Elemen-elemen arsitektur yang
ditekankan oleh Brolin (1980) dalam kritiknya terhadap
kontinuitas visual antara lain adalah kesinambungan
rancangan dalam elemen bentuk, skala, komposisi, material,
dan detil.
Architecture in Context: Fitting New Buildings with Old. Brent C. Brolin, 1980.
INFILL DESIGN
EKSTENSI
HUBUNGAN LAMA DAN BARU DERIVASI
TRANSFORMASI

Sejalan dengan teori Brolin, Byard (2005) menempatkan kesinambungan desain sebagai
Desain Kombinasi (Infill Design) antara setting arsitektur lama dan baru yang mampu
membentuk kebaruan nilai.
Variasi peran setting arsitektur bersejarah dalam karya kombinasi sangat bergantung
terhadap tata atur yang akan dimunculkan. Kontribusi tersebut dapat diidentifikasi; apakah
nilai karakteristik ekspresi arsitektur lama menjadi lebih baik sebagai latar belakang atau
arsitektur lama menjadi dominan dalam karya kombinasi.
Architecture of Addition, Design and Regulation. Paul Spencer Byard, 2005.
BEBERAPA CONTOH
OLAH DESAIN ARSITEKTUR
PUSAKA
EKSTENSI DERIVASI
TRANSFORMASI
Cermati materi yang disampaikan oleh narator dari link youtube:

https://www.youtube.com/watch?v=rYaLx6zsneY

Adaptive Reuse, Buildings Reinvented (7:14). Video dari B1M's ini akan membahas
mengenai bagaimana seorang arsitek dapat mengolah kembali bagunan lama dan
usang menjadi fungsi baru. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mempertahankan
bangunan bersejarah, mengubah fungsi fungsi bangunan yang sudah tidak lagi
diperlukan pada sebuah kota atau kawasan serta menciptakan fungsi baru yang lebih
TUGAS :

diperlukan oleh masyarakat perkotaan.

Tugas dapat dikerjakan melalui link dari e-learning.


Selamat mengerjakan

Anda mungkin juga menyukai