Anda di halaman 1dari 19

Citra dan Simbol

dalam Arsitektur
Oleh :
Dr. Moch. Junaidi Hidayat., ST., M.Ds.
• Arsitektur merupakan produk dari suatu proses yang dilandasi oleh

Citra
konsep tertentu. Maka citra suatu arsitektur pun merupakan produk
dari suatu proses yang didasarkan atas konsep tertentu yang diIandasi
oleh suatu teori, perubahan, atau kondisi yang mempengaruhinya.
Arsitektur • Perubahan atau kondisi tersebut sering ditransfonnasikan ke dalam
suatu bentukan simbolis yang berupa eleman-eleman bangunan (atau
bangunan seeara keseluruhan) guna menyampaikan maksud atau ide
dari perancang.
• Merupakan ‘GAMBARAN’ yang lebih pada tahap spiritual, menyangkut
derajat dan martabat manusia yang berumah. Citra lebih mewakili tingkat

CITRA dalam kebudayaan. Misal: Pakaian yang digunakan tidak hanya melindungi tubuh
tapi juga melindungi panas-dingin, identitas personal, sifat, dll
(Mangunwijaya, 1995)
Arsitektur • Citra arsitektur mencerminkan budaya dan karakter manusia yang
membangunnya serta yang menggunakannya. Citra arsitektur dapat lahir
melalui proses diskusi antara arsitek dan kliennya. Hal ini seperti yang
dilakukan oleh Jacques Herzog dan Pierre de Meuron sebagai arsitek dan
Prada sebagai kliennya. (Ruth Hanisch, 2006)
Persepsi tentang
Arsitektur
1. Susunan bangunan
2. Material yang digunakan
3. Penggunaan Struktur

Sumber:
Jon Lang, Architecture Theory, 1982
1. Susunan Bangunan

Bentuk dan pola bangunan membawa


arti dan makna yang penting dalam
arsitektur.
Model Bangunan Bentukan / Konfigurasi
Beberapa diantaranya :

Modern dan Era Bentukan Sederhana,


Otomatisasi Bersih, Tidak banyak
Ornamen

Post Industrial Kompleksitas tinggi,


banyak ornamen
Suatu jenis material bangunan dipilih bukan
2. Material yang hanya berdasarkan pertimbangan teknis dati
material tersebut, tetapi juga untuk mendukung
Digunakan suatu asosiasi tertentu dari bangunan.
Bentuk Dasar Kesan Keterangan
3. Penggunaan Struktur

Struktur Folded Plate /


Lipat
Dinamis, formal,
industrial
Kokoh, dinamis

Shell / Cangkang Formal, dinamis, Memiliki Variasi


• Kaitan struktur dengan
pembentukan citra adalah karena
industrial bentuk
struktur pun mengandung
keindahan sebab struktur dibuat Rangka Ruang industrial Popular
berdasarkan hukum keindahan. bangunan
• Struktur adalah hal yang paling komersil
utama dalam arsitektur oleh
karena itu bangunan yang Konstruksi formal Informal, ringan
memiliki nilai seni adalah gantung
bangunan yang dapat
mengungkapkan perasaan Pneumatic - Informal Ringandi
estetika melalui keseimbangan

Sumber : Suwondo B Sutedja, Peran Kesan dan Pesan Bentuk Arsitektur, 1985
WASTU CITRA
YB. Mangunwijaya
• Ambarawa – Jateng, 6 Maret 1929
Mengenal Sosok : • Meninggal: 10 Feb 1999
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya • Sosok Arsitek yang juga merupakan rohaniawan,
(YB Romo Mangunwijaya) sastrawan, dan budayawan serta dikenal membela
kaum marjinal
Mengenal Pemikiran Mangunwijaya

• Bangunan meksipun benda mati tetapi memiliki JIWA dan CITRA sang
pembangunnya. Maka, dalam membangun rumah/bangunan
terdapat 2 hal yang diperhatikan yakni : Lingkungan Masalah GUNA
dan lingkungan masalah CITRA (Wastu Citra)
• Keunikan karya Arsutekturnya tidak selalu membiacarakn tentang
FUNGSI dan KEGUNAAN saja, namun juga membicarakan tentang
ASPEK SOSIAL dengan menekankan juga pada aspek kembali ke alam
yang bersandar pada tradisi lokal.

“Berarsitektur tidak hanya berkarya untuk kaum berada,


tetapi memang berkarya itu lebih berharga pada saat kita
mengabdikannya untuk orang yang lebih membutuhkan
bantuan kita”
Teori Dwilogi (Wastu – Citra) Mangunwijaya
Dalam bukunya Wastu Citra mengupas tentang hubungan MENTAL, SPIRITUAL,
KEJIWAAN, KEBUDAYAAN dalam BERARSITEKTUR.
A. WASTU atau GUNA
Didefinisikan sebagai keuntungan, ‘pemanfaatan’ yang diperoleh. Guna artinya tidak
hanya untung materi saja tetapi lebih dari itu yakni “DAYA” yang menyebabkan
kehidupan kita dapat meningkat. Contoh: Analogi Rumah Tinggal yang kita tempati
memiliki banyak kegunaan spt tempat berlindung, istirahat, banyak kegiatan di dalam
rumah, sosialisasi, dll. Guna bisa diartikan pada aspek ketrampilan atau kemampuan
(teknologi)

B. CITRA
Merupakan ‘GAMBARAN’ yang lebih pada tahap spiritual, menyangkut derajat dan
martabat manusia yang berumah. Citra lebih mewakili tingkat kebudayaan. Misal:
Pakaian yang digunakan tidak hanya melindungi tubuh tapi juga melindungi panas-
dingin, identitas personal, sifat, dll. Bahwa Arsitektur bukan hanya sebidang tanah
tetapi membawa aspek Sosial, budaya hingga teknologi.
Romo Mangunwijaya mengenalkan
unsur “JIWA” pada bangunan yang
disebut Rumah.
“Bangunan biarpun benda mati,
namun tidak berarti tak ‘berjiwa;”

Maka, Guna tanpa Citra akan


membuat kita melihat Arsitektur
sebagai sebuah bangunan mati
saja. Sebaliknya, jika memahami
Citra saja tanpa Guna, maka
Arsitektur akan berhenti pada
ranah konsep dan literatur saja
yang Tak Bisa Direalisasikan
• Bentuk dan fungsi, Keindahan dan Kegunaan
seharusnya bersatu dalm wujud yang efektif
serta ekspresif. Teori Guna dan Citra bersifat
terbuka untuk memberikan sumbangsih
pemikiran bagaimana arsitektur memiliki
‘jiwa’ yang tidak lepas dalam konspe
keragaman historis dan budaya (culture).
(Wastu Citra, Gramedia, 1988 hal 47)

• Pandangan Romo Mangunwijaya juga


menyampaikan bahwa dalam berarsitektur
bukan hanya sekedar kepraktisan, teknis saja
namun juga melibatkan hal-hal yang
berhubungan dengan mental, spiritual,
kejiwaan, kebudayaan.
• Teori ini, tentu saja relevan terhadap
Arsitektur Nusantara
Telaah Teori

1. Fungsi dan Guna : Dwilogi (Wastu Citra) memiliki


makna kegunaan dan pemanfaatan yang diperoleh
dari sebuah bangunan. Guna bisa disandingkan
pada 2 arti dalam telaah Vitruvius (Firmitas /
kekokohan dan Utilitas / Fungsi). Namun, pada
Wastu Citra juga menekankan Menyamankan
kehidupan penghuni atau pemakainya
(Convenience)
2. Keindahan : Gambaran tentang makna
kebudayaan. Citra bisa diartikan estetika dalam
konsep mental / jiwa, dimana bangunan masa lalu
tidak bisa dibandingkan dengan konsep kekinian.
Contoh: Rumah Sumba yg lebih dari tempat
kediaman namun juga tempat ibadah, penghubung
dunia dan alam ghaib (kosmos: penghubung antara
manusia dengan Tuhan)
3. Jiwa : bangunan tidak hanya
berguna namun juga memiliki
karakter tertentu (citra) sang
pembuat maupun penghuninya.
Terdapat unsur spiritual serta
budaya dalam cerminan berkarya
arsitektur.

4. Orientasi : teori yang


berorientasi ke Timur dengan
memperhatikan makna atau pesan
di dalam memaknai atau berkarya
arsitektur. Dimana ada
keharmonisan yang tidak lepas dari
pandangan ketimuran yang lestari
antara lingkungan dan budayanya.
Dahulu merupakan • Sejak kemerdekaan 1945 kampung kali code dikenal daerah
hitam
kampung kumuh di • Dibangun sedikit demi sedikit mulai tahun 1983 dan baru
Yogyakarta yang ditempati rampung pada 1985
• Selama pembangunan Romo Mangun pindah ke bantaran Code.
masyarakat miskin Pria kelahiran Ambarawa 6 Mei 1929 ini menempati sebuah
rumah bedeng di sudut sebelah utara dekat dengan kolong
jembatan.
Tahun 1992, pemukiman Kali Code bahkan mendapat penghargaan
bergengsi, yakni penghargaan The Aga Khan. Penghargaan ini
Kali Code & The merupakan ajang penilaian arsitektur dunia dari Aga Khan IV, Jenewa
Aga Khan Award Swiss, yang sudah diberikan sejak tahun 1977
Karya arsitektur Mangunwijaya yang mencapai kulminasi dan sublim
adalah yang ber-tarikh 1980-an. Pada saat itu dunia mengalami krisis
arsitektur yang lebih bermain garis dan bidang kering terhadap
pemikiran-pemikiran ontologis yang transenden
Kepustakaan
• Mangunwijaya, Yusuf Bilyarta, 1988, Wastu Citra, Jakarta, Gramedia
• …………….., Balada Becak, Kompas 2016
• ……………., Burung-Burung Manyar, 2015

• Klassen, Winand. W, 1990, Architecture and Philosophy, University of


San Carlos
Terima Kasih
Next Pertemuan :
SIGN and SYMBOL
in ARCHITECTURE

Anda mungkin juga menyukai