Anda di halaman 1dari 8

PERATURAN DESA KOMBANG

KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP


NOMOR : 118/01/435.303.105/2023
TENTANG
PENGELOLAAN WISATA BAHARI GILI LABAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA KOMBANG
Menimbang : a. Bahwa adanya isu-isu perusakan terumbu karang dan penangkapan
satwa yang dilindungi yang mengakibatkan potensi sumberdaya
pesisir dan laut untuk menjamin kehidupan masyarakat secara
berkelanjutan semakin terancam, maka wilayah pesisir dan laut
yang sangat berpotensi untuk penyediaan sumberdaya perikanan
laut, dan wilayah daratan sebagai wilayah penyangga perlu
dilindungi;
b. Bahwa aktivitas wisata bahari mempunyai peranan penting untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat, pemerataan kesempatan
berusaha dan lapangan kerja, optimalisasi potensi ekonomi dan
karakteristik desa, serta mengangkat dan melindungi nilai-nilai
budaya, agama, adat istiadat, dan menjaga kelestarian alam;
c. Bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam Desa
Wisata Bahari diperlukan kemandirian dan kesejahteraan melalui
peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta pemanfaatan sumber daya melalui
penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang
sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat;
d. Bahwa Desa Kombang memiliki obyek wisata terumbu karang dan
wisata pantai yang sangat potensial.
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu menetapkan peraturan
desa tentang pengelolaan wisata bahari Gili Labak;
Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, (Lembaran Negara
Tahun 1990 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Nomor
3419);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 93 Tahun 2020 Tentang Desa Wisata Bahari
8. 8. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 15 Tahun 2018 Tentang
Penetapan Kawasan Desa Wisata di Kabupaten Wisata

Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KOMBANG

Dan

KEPALA DESA KOMBANG

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA KOMBANG TENTANG
PENGELOLAAN WISATA BAHARI GILI LABAK

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah desa yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hal asal usul , dan atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia
3. Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Desa
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, yang selanjutnya
disebut BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis
5. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset,
jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa
6. Kelompok Sadar Wisata yang selanjutnya disebut Pokdarwis, adalah kelompok
penggerak pariwisata sebagai bentuk kelembagaan informal yang dibentuk anggota
masyarakat (khususnya yang memiliki kepedulian dalam mengembangkan
kepariwisataan di desanya), merupakan salah satu unsur pemangku kepentingan dalam
masyarakat yang memiliki keterkaitan dan peran penting dalam mengembangkan dan
mewujudkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona di daerahnya.
7. Jalur Transportasi Laut adalah sebagian wilayah perairan laut Desa Kombang yang
ditentukan sebagai jalur transportasi laut atau jalan perahu dan atau kapal, yang menuju
ke arah laut atau merapat ke pantai. Jalur ini dibatasi oleh pelampung pelampung tanda
batas yang ditempatkan di sepanjang jalur;
8. Zona Inti adalah lokasi terumbu karang yang dilindungi dari berbagai kegiatan
pemanfaatan dan aktivitas manusia lainnya, untuk membiarkan terumbu karang dan
biota laut lainnya hidup dan berkembang-biak tanpa gangguan dari manusia;
9. Zona Penyangga adalah lokasi terumbu karang yang berada di sekeliling Zona Inti
sebagai penyangga atau mencegah terjadinya pelanggaran di zona inti;
10. Kawasan Wisata Bahari adalah sebagian wilayah perairan Desa Kombang yang
diarahkan pemanfaatannya untuk tujuan-tujuan wisata rakyat;
11. Sumberdaya perairan adalah semua jenis fauna dan flora yang ada di dalam wilayah
administrasi Desa Kombang;
12. Kawasan Perlindungan Pantai adalah daerah sepanjang garis pantai Desa Kombang
yang dilindungi dari kerusakan dan abrasi;

BAB II
WISATA BAHARI GILI LABAK
Pasal 2
Nama dan kedudukan
(1) Nama kegiatan adalah Wisata Bahari Pulau Gili Labak.
(2) Berkedudukan di Desa Kombang Pulau Gili Labak, Kabupaten Sumenep, Provinsi
Jawa Timur

Pasal 3
Tujuan wisata bahari Gili Labak:
(1) Meningkatkan perekonomian Desa.
(2) Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi penduduk pulau
Gili Labak.
(3) Membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan penduduk dan nelayan pulau
Gili Labak.
(4) Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Kombang.
(5) Menjaga kelestarian laut, terumbu karang, dan lingkungan di wilayah Pantai Gili
Labak.
(6) Menyediakan fasilitas Wisata bahari, Pendidikan, Kesehatan dan pengembangan bagi
masyarakat Desa Kombang khususnya penduduk Pulau Gili Labak.

BAB III
PENGELOLAAN USAHA
Pasal 4
(1) Usaha Wisata Bahari Pulau Gili Labak harus memanfaatkan semaksimal mungkin
potensi pulau Gili Labak tetap memperhatikan kelestarian ekosistem Pulau
(2) Pengelolaan Wisata Bahari meliputi:
a. Pengelolaan keuangan
b. Pengelolaan Kegiatan dan usaha
Pasal 5
(1) Dalam menjalankan usaha Wisata Bahari secara maksimal bagi masyarakat Desa, BUM
Desa dan Pokdarwis Gili Labak secara partisipasif dapat membentuk dan
mengembangkan usaha yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan meliputi:
a. Usaha Wisata olahraga meliputi
1. Wisata snorkling dan diving
2. Wisata berenang
3. Wisata perahu
b. Usaha wisata penyewaan sarana dan prasarana meliputi:
1. Tempat penginapan
2. Tempat sewa kapal
c. Usaha Dagang dan kuliner meliputi:
1. Hasil perikanan kelautan
2. Hasil kerajinan dan industri
3. Usaha wisata dagang yang menempati toko dan warung

Pasal 6
(1) Kepala Desa secara ex officio menjabat sebagai penasihat
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban;
a. Memberi nasihat kepada pelaksana pengelola keuangan dan pelaksana pengelola
kegiatan usaha dalam melaksanakan pengelolaan wisata bahari
b. Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi
pengelola wisata Bahari; dan
c. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan wisata bahari
(3) Penasihat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
a. Meminta penjelasan dari Pelaksana Pengelola Keuangan dan Pelaksana Pengelola
Kegiatan dan Usaha mengenai persoalan yang menyangkut pengelolaan wisata
bahari, dan
b. Melindungi usaha Desa khususnya Pulau Gili Labak terhadap hal-hal yang dapat
menurunkan kinerja pengelola Wisata Bahari
(4) Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (2) huruf a dilaksanakan
oleh Bumdesa;
(5) Pengelolaan kegiatan dan usaha sebagaimana maksud pasal 4 ayat (2) huruf b
dilaksanakan oleh Pokdarwis dan hal-hal terkait pengelolaan Kegiatan dan usaha
diputuskan secara bersama-sama secara musyawarah mufakat:
(6) Besarnya Pembagian atas Pendapatan yang diterima dalam pengelolaan Wisata Bahari
diatur sebagai berikut:
a. Bumdesa sebesar …..%
b. Pendapatan Asli Desa Kombang sebesar ….%
(7) Tata cara pengelolaan keuangan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
(8) Tata cara pengelolaan kegiatan dan usaha diatur dalam Peraturan Desa;

BAB IV
PENDAPATAN

Pasal 7
(1) Pendapatan Desa Wisata Pulau Gili Labak direalisasikan melalui pembayaran tiket
masuk wisatawan sebesar Rp 30.000 per orang.
(2) Pembayaran Tiket masuk wisata Gili Labak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Desa Kombang.

BAB V
AGEN WISATA GILI LABAK
Pasal 8
(1) Setiap agen wisata yang akan berkunjung ke Gili Labak Wajib mendaftarkan izin
usahanya dalam bentuk NIB (Nomor Induk Berusaha), yang diverifikasi oleh dinas
Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Sumenep.
(2) Setiap agen wisata yang sudah terdaftar di Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Sumenep harus mengisi Aplikasi “Lindungi Gili Labak”
sebelum memasuki kawasan wisata bahari Gili Labak.
(3) Setiap agen wisata yang membawa penumpang sebelum masuk pulau wajib cross
check jumlah wisatawan dengan petugas pintu masuk pulau Gili Labak.

BAB VI
KODE ETIK WISATA BAHARI
Pasal 9
Kode Etik Wisata Bahari untuk Wisatawan

(1) Dilarang mengejar atau menyentuh kegiatan laut apapun. Ini dapat menyebabkan stres
besar dan dapat menyebabkan penyakit menular pada hewan apapun.

(2) Dilarang membeli karang atau biota laut sebagai oleh-oleh. Karena hal ini akan
mendorong hilangnya ekosistem yang digunakan sebagai souvenir.

(3) Dilarang mengambil biota laut, baik dalam keadaan mati atau hidup. Menghilangkan
spesies yang biasanya rusak dan didaur ulang ke laut akan menyebabkan biota laut
lain kehilangan nutrisi dan unsur-unsur yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan.

(4) Dilarang menginjak karang. Menginjak, melangkah, atau menendang karang dapat
memathkannya, merusak permukaannya, atau melukai kaki wisatawan

(5) Dilarang menggunakan sarung tangan. Mengenakan sarung tangan memberi rasa
perlindungan yang salah dan mendorong wisatawan untuk memegang karang yang
akan menghambat pertumbuhan biota tersebut.

(6) Kenakan jaket pelampung di permukaan air. Hal ini direkomendasikan agar
wisatawan tidak berdiri di atas karang yang dapat merusak biota tersebut yang
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih.

(7) Dilarang memberi makan ikan yang tidak sesuai. Memberi makan ikan dan spesies
lain dapat menyebabkan mereka bergantung pada sumber makanan tersebut dan dapat
membuat ikan lebih agresif terhadap penyelam karena mereka berharap untuk diberi
makan.

(8) Dilarang mendukung perdagangan sirip hiu. Hal ini dapat menghapus predator teratas
yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem laut.

(9) Dilarang mengaduk sedimen. Fin kaki wisatawan dapat mengaduk sedimen dan puing
– puing, mengganggu habitat kecil dan menutupi karang.

(10) Dilarang membuang sampah ke laut. Hal ini dapat menyebabkan polusi laut. Hal ini
juga berdampak pada kita ketika sampah yang kita buang dapat menjadi mikroplastik
(11) Dilarang menombak ikan. Hal ini dapat menghilangkan spesies ikan yang sedang
bereproduksi dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut.

(12) Dilarang snorkling saat air laut surut. Jika wisatawan melakukan snorkling saat surut,
berpotensi bersentuhan dengan terumbu karang karena volume air laut tidak terlalu
tinggi.

Pasal 10

Kode Etik Kapal

(1) Dilarang berlabuh di terumbu karang. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan besar pada
terumbu karang ketika menimpa dan menyeret karang yang sangat berharga.

(2) Kapal besar disarankan sandar dengan menggunakan pelampung tambat. Kapal besar
tidak ditambatkan di pulau, tetapi ditambatkan pada pelampung tambat yang menjadi
batas wilayah snorkling, hal ini dapat meminimalisir kerusakan karang akibat
kandasnya kapal.

(3) Kapal memasuki perairan Gili Labak harus sesuai alur pintu masuk. Hal ini yang
dimaksud yaitu pintu masuk kapal atau tempat kapal bersandar terdapat tiga tempat
yaitu dua tempat di Barat dan satu di Timur.

BAB VII
PERMODALAN DAN KERJA SAMA
Pasal 11
Permodalan Wisata Bahari
(1) Permodalan wisata bahari berupa permodalan keuangan dan aset yang berupa sarana
penunjang kegiatan terdiri atas:
a. pengadaan sarana dan prasarana yang bersumber dari belanja APBD desa;
b. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/lembaga
donor serta masyarakat perseorangan;
c. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
d. hibah/bantuan sebagaimana dimaksud huruf (b) dan (c) merupakan aset
pemerintahan Desa.
(2) Aset yang didapat dari modal Bumdesa menjadi aset Bumdesa.

Pasal 12
Kerja Sama
(1) Pengelolaan keuangan dan pengelolaan kegiatan dan usaha dapat melaksanakan
kerjasama usaha dengan pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan,
lembaga donor dan perseorangan
(2) Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud huruf (1) dibuat oleh Bumdesa dan
disepakati secara bersama-sama oleh Pokdarwis, Bumdesa dan Pihak yang menjadi
bagian kerjasama dimaksud serta diketahui oleh Desa.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Desa menetapkan Peraturan Desa guna pelaksanaan Peraturan Desa ini.

Pasal 14
Peraturan desa ini mulai berlaku pada saat ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Desa Kombang Pulau Gili Labak.

Ditetapkan di Kombang
Pada Tanggal 29 September 2023
KEPALA DESA KOMBANG
ttd

KHOLIK A., S.HI.

Anda mungkin juga menyukai