MUCHLIS MUSYAFFA’
DALAM MENGEMBANGKAN SISTEM PENDIDIKAN PONDOK
PESANTREN AL MUSYAFFA’ KAMPIR SUDIPAYUNG NGAMPEL
KENDAL”
Oleh :
Muhammad Sholikhudin
NIM: 20.20.14.1.08.014
RISALAH
Sejak awal abad ke 16, pesantren merupakan jenis pusat Islam kedua
setelah masjid. Keberadaan pondok pesantren memiliki peranan yang sangat
penting dalam proses penyebaran agama Islam maupun dalam upaya
meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan masyarakat.4
K.H Muchlis Musyaffa’ memiliki peran dan pengaruh yang besar terhadap
perkembangan pondok pesantren sejak tahun 1989. Sebelumnya berbentuk
majlis ta’lim kemudian menjadi pondok pesantren dengan sistem salafi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini :
1. Mengetahui Biografi KH. Muchlis musyaffa’.
2. Mengetahui Perkembangan Pondok Pesantren Al Musyaffa’.
3. Mengetahui peran dan metode dakwah KH. Muchlis Musyaffa’ dalam
mengembangkan sistem pendidikan Pondok Pesantren Al Musyaffa’ Kampir
Sudipayung Ngampel Kendal.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan disumbangkan melalui penelitian ini antara lain:
1. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mahasantri terhadap strategi kiai dalam memajukan pondok
pesantren.
2. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
sumber ilmu bagi mahasantri dalam bidang sejarah pesantren khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Pustaka
Yang saya ambil referensi dari berbagai skripsi dengan judul Peran dan Metode
Kiai dalam mengembangan Pondok Pesantren diantara lainya adalah sebagai
berikut :
1. Skripsi S1 sarjana humaniora (S.Hum) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2018 dengan judul “ Peran KH. Ahmad Dasuki
Adnan dalam Pengembangan Pondok Pesantren Al- Washilah Jakarta” karya
Aulia Fauziah
2. Skripsi S1 Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dengan judul “ Metode Dakwah KH
Muhammad Supriyadi Am, di Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Ciseeng”
Karya Rahmat Hidayat
3. Skripsi S1 Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 dengan judul “Metode Dakwah KH.
Muhammad Djunaidi Hms di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi’in” Karya Saipul Anwar
7
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2015), hlm. 224
penting, yaitu:8
1) Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
2) Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh
individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3) Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Adapun terkait dengan peran Kyai, maka peran seorang Kyai mengacu kepada
bagaimana seseorang yang berstatus sebagai Kyai menjalankan hak dan
kewajibannya; antara lain bagaimana ia mengajar kepada santrinya, bagaimana ia
memberikan pencerahan tauladan dan melakukan bimbingan kepada umatnya.9
Maka dapat disimpulkan peran kyai adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang kyai berdasarkan status yang disandang dan mampu menjalankan hak
serta kewajibannya.
b. Peran dan Tanggung Jawab Kyai
Kyai merupakan suatu elemen paling esensial dari pondok pesantren yang
memiliki peranan dan tanggung jawab terbesar. Seorang Kyai dalam pesantren
memiliki berbagai macam peran, ada beberapa pendapat peran Kyai menurut
para ahli diantaranya yaitu:
Menurut Imam Suprayoga peran Kyai sebagai berikut:10
1) Sebagai pendidik
2) Sebagai pemuka agama dan penguasa hukum Islam
3) Pelayanan sosial
4) Sebagai pengasuh dan pembimbing
5) Sebagai guru ngaji
2. Metode Dakwah
8
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hlm.243
9
Ahmad Patoni, Peran Kyai Pesantren dalam Partai Politik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2007), hlm. 42
10
Imam Suprayogo, Kyai dan Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 4-5
a. Pengertian Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang da‟i
(komunikator) kepada mad‟u nya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Dakwah dengan lisan berupa, ceramah, seminar, simposium, diskusi, khutbah,
brainnstroming dan lain-lain.
Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, lukisan
dan lain-lain. Dakwah perbuatan berupa perilaku yang sopan sesuai dengan jaran
Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar,
semangat, kerja keras, menolong sesame manusia, sedangkan dalam seni meliputi,
seni lukis, tari, dan musik.11
Ada beberapa istilah yang erat kaitanya dengan dakwah, antara lain:
1) Tabligh, artinya menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain.
2) Khutbah, istilah ini berasal dari kata “khataba” yang artinya mengucap
atau berpidato. Orang yang menyampaikan khatbah disebut khotib.
3) Nashihah, adalah menyampaikan perkataan yang baik kepada seseorang atau
baberapa orang untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakunya.
4) Fatwa, yaitu pemberian uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya
berupa berita-berita menggembirakan orang yang menerimanya seperti janji
Allah dengan pahala dan surga kepada orang yang selalu beriman dan
bertaqwa.
5) Tandzir, yaitu menyampaikan ajaran agama Islam kepada orang lain yang
isinya berupa peringatan, atau ancaman bagi orang-orang yang melanggar
syariat Allah dengan harapan orang tersebut berhenti dari perbuatan tersebut.
Orang yang memberikan Tandzir disebut Nadzir.
11
Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,1997), h. 31.
al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati
yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Allah. Dapat
dipahami bahwa al-Hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketepatan
seorang da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah
dengan kondisi objektif mad’u. Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i
dalam menjelaskan ajaran-ajaran Islam serta realitas yang ada dengan
argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan deskripsi, sistematis,
faktual, dan aktual serta memberikan gambaran mendalam terhadap suatu
organisasi atau lembaga.12 Untuk memperoleh gambaran mengenai
penelitian ini, maka pengumpulan dan pengolahan data ditentukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Jenis Penelitian
b. Lokasi Penelitian
a. Observasi
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis susun terlebih dahulu
lalu diajukan kepada informan akan tetapi pertanyaan bisa saja berkembang
pada saat wawancara dilakukan di mana proses ini adalah untuk
memperoleh keterangan dari informan untuk tujuan penelitian. 16 Dalam
praktik lapangan peneliti akan melakukan wawancara terhadap kiai,
pengurus pendidikan pondok pesantren, dan ustadz.
14
Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif
(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm 105
15
Muhammad Idrus, Metodologi Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif (Yogyakarta, Erlangga: 2009), hlm 255
16
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif
(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm 95
c. Dokumentasi
D. Sistematika penelitian
Letak Geografis
Pesantren Al Musyaffa’ terletak 6 KM sebelah selatan Kota Kendal, di sebelah
timur + 15 KM adalah Kota Semarang yang merupakan ibu kota Propinsi Jawa
Tengah. Pesantren Al Musyaffa’ tepatnya berada di Dukuh Kampir RT 01 RW 05
Desa Sudipayung Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal.
18
Dari mas faiq ( putra ke 6 beliau)
tersebut timbul pemikiran pengasuh untuk menyediakan fasilitas berupa asrama,
tempat belajar serta sarana dan prasarana yang kondusif sebagai penunjang
kebutuhan santri dalam belajar.
Beliau kemudian untuk menambah SDM santri beliau juga mendirikan
sekolah formal yaitu SMK Al Musyaffa’ pada Tahun 2004 , setelah adanya
sekolah SMK santri betambah banyak, kemudian beliau mempuyai inisiatif
mendirikan sekolah kembali yaitu SMP Al Musyaffa’ pada tahun 2012 m. Karena
adanya masukan dari wali santri beliau mendirikan TK dan SD pada Tahun 2020,
dan karena di era globalisasi santri harus mampu bersaing dengan masyarakat
umum dan santri tidak hanya tejun di mushola dan masjid saja tetapi bisa masuk
lini pendidikan dan berjuang di masyarakat yang luas sehingga kemudian beliau
mempunyai inisiatif mendirikan sekolah tinggi agar santri mempunyai SDM yang
baik dapat diterima di kalangan santri , masyarakat dan orang berpendidikan
beliau mendirikan Ma’had Aly Al Musyaffa’ pada Tahun 2020 M.19
Sejak tahun tahun berdiri sampai sekarang (2023) dalam memimpin
perjalanan pesantren Al Musyaffa’ ini banyak pihak yang mengakui bahwa KH.
Muchlis Musyaffa’ termasuk golongan kyai yang enerjik dan memiliki banyak
ide, berbagai terobosan beliau tempuh guna memajukan lembaga pendidikan
tersebut dengan mengacu konsep “ Al-Muhafadhatu Ala Al-Qadimi Al-Sholih
Wal Ahdu Bi Al-Jadidi Al-Aslah “. (mempertahankan pola lama/ salaf yang
bagus dan mengambil pola baru yang lebih bermanfaat ).
Visi
Misi
19
Kepala Sekolah Smk Al Musyaffa’ (Bapak Ali As’ad )
Membentuk santri berahlak dan berbudi pekerti luhur
Mempraktekan keimanan dan ketakwaan ke dalam hati
masyarakat luas Karena iman dan takwa adalah dasar/prinsip
kehidupan.
2. Kajian Teori tentang Peran Kyai
3. Pengertian Peran
Menurut Kamus Bahasa Indonesia dalam Sarwono, peran diartikan sebagai
pemain atau seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat. Sementara menurut Biddle dan Thomas dalam
Sarwono bahwa peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-
perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.20 Pengertian
tersebut menjelaskan bahwa peran merupakan konsep perilaku yang dapat
dijalankan oleh individu. Masing- masing individu memiliki peranan yang
berbeda sesuai dengan kondisi, posisi, dan fungsi individu tersebut.
Kata Kyai merujuk kepada figur tertentu yang memiliki kapasitas dan
23
Nurhadi dan Sunarso, “Peran Kyai Dalam Membangun Partisipasi Pemilih”
dalam http://journal2.um.ac.id, diakses pada tanggal 9 Oktober 2021 pukul 21.02
WIB
24
Sulistyo Andarmoyo, Keperawatan Keluarga..., hlm. 20
25
Muthmainnah, Jembatan Suramadu Respon Ulama Terhadap Industrialisasi,
(Yogyakarta: LKPSM, 1998), hlm. 37
26
Jasa Ungguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus terhadap Struktur
Ilmu, Kurikulum, Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2015), hlm. 301
kapabilitas yang memadai. Karena kemampuannya yang tidak diragukan
lagi, dalam struktur masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, figur Kyai
memperoleh pengakuan akan posisi pentingnya dimasyarakat.27 Dengan
demikian, Kyai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren. Ia
seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa
pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan
pribadi Kyai.
3. Peran dan Tanggung Jawab Kyai
Kyai merupakan suatu elemen paling esensial dari pondok pesantren yang
memiliki peranan dan tanggung jawab terbesar. Seorang Kyai dalam pesantren
memiliki berbagai macam peran, ada beberapa pendapat peran Kyai menurut
para ahli diantaranya yaitu:
Menurut Imam Suprayoga peran Kyai sebagai berikut:28
a) Sebagai pendidik
Tugas utama seorang Kyai ialah mengajar dan mendidik para santrinya untuk
menguasai nilai-nilai ajaran dalam agama Islam. Keberadaan seorang Kyai di
pesantren, tidak hanya mengajarkan kepada santri agar menjadi pandai, melainkan
lebih dari itu tanggung jawab Kyai adalah santrinya agar berwatak sesuai dengan
misi yang di emban dalam agama Islam.
b) Sebagai pemuka agama dan penguasa hukum Islam
Secara tradisional, dalam hal ini Kyai dibebani tugas untuk memelihara dan
menafsirkan hukum. Meskipun sebagian besar hukum-hukum islam ditegaskan di
dalam Al-Qur‟an dan diberi penjelasan didalam Hadist, tetapi kesukaran-
kesukaran penafsiran muncul ketika praktek-praktek ritual tertentu, ibadat, tidak
ditetapkan secara jelas. Peraturan yang tidak jelas ini disebut mutasyabihat.
Dalam sejarah Islam ayat-ayat yang mutasyabihat ini menyebabkan terjadinya
khilafah yang serius diantara ulama Islam, walaupun imam madzhab yang empat
telah mapan. Dan sampai sekarang beberapa perdebatan khilafah masih
berlangsung di tengah- tengah ulama.
27
Ahmad Patoni, Peran Kyai Pesantren dalam Partai Politik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2007), hlm. 20
28
Imam Suprayogo, Kyai dan Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 4-5
a) Pelayanan sosial
Struktur masyarakat tradisional memiliki pemimpin non- formal seperti tetua
adat, sesepuh masyarakat dan juga Kyai yang menjadi acuan bagi masyarakat
tradisional disamping pemimpin formal seperti kepala desa atau Bupati. Kyai
sebagai salah satu pemimpin non-formal didalam masyarakat tradisional
dianggap sebagai pemimpin spiritual atau pemimpin dalam bidang
keagamaan. Hampir setiap kegiatan dilakukan atau permasalahan yang
dialami oleh masyarakat meminta pertimbangan kepada Kyai, hal inilah
mengapa sosok Kyai didalam masyarakat tradisional sangat dipatuhi dan
diperhitungkan keberadaannya.
b) Sebagai pengasuh dan pembimbing
Sekarang ini peran guru ngaji tidak hanya dilakukan oleh seorang Kyai yang
memiliki pesantren, tetapi juga oleh para santri yang biasanya dipanggil ustadz,
yang pernah mengenyam pendidikan pesantren dan memiliki kemampuan
membaca Al-Qur‟an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah pembacaannya
dalam ilmu tajwid. Pelaksanaan pengajarannya biasanya diselenggarakan
dirumah ustadz atau di mushola yang terdekat dengan kediamannya. Pengajaran
Al-Qur‟an dilakukan pada waktu-waktu selesai sholat lima waktu, seperti; setelah
sholat maghrib, shubuh dan ashar. Para pesertanya biasanya anak-anak dan kaum
remaja disekitar kediaman ustadz tersebut.