A. Pengertian Seleksi
Seleksi adalah proses manajemen sumber daya manusia yang melibatkan pemilihan
karyawan atau calon karyawan dari sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk
mengisi posisi tertentu dalam organisasi. Tujuan utama dari proses seleksi adalah
memastikan bahwa individu yang dipekerjakan memiliki kualifikasi, keterampilan, dan
kompetensi yang sesuai untuk posisi yang tersedia.
Proses seleksi melibatkan serangkaian langkah yang dirancang untuk mengevaluasi dan
membandingkan calon karyawan, serta memutuskan siapa yang akan dipekerjakan.
Langkah-langkah dalam proses seleksi dapat mencakup penerimaan lamaran, wawancara,
tes pengetahuan atau keterampilan, verifikasi referensi, dan penilaian kinerja. Proses ini
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan praktik organisasi tertentu.
Selama proses seleksi, perusahaan berusaha untuk mencocokkan kualifikasi calon dengan
persyaratan posisi yang ada, serta untuk memastikan bahwa calon tersebut memiliki
kemampuan interpersonal dan kultur organisasi yang sesuai. Seleksi yang baik membantu
organisasi untuk mengurangi risiko kesalahan dalam perekrutan dan untuk
mempekerjakan karyawan yang akan berkontribusi secara positif terhadap pencapaian
tujuan organisasi.
Penting untuk dicatat bahwa proses seleksi harus dilakukan secara adil dan tanpa
diskriminasi, memperlakukan semua calon dengan penghargaan dan kesempatan yang
sama. Selain itu, proses seleksi harus sesuai dengan hukum-hukum ketenagakerjaan dan
regulasi yang berlaku.
B. Tantangan Seleksi
Proses seleksi sumber daya manusia dapat melibatkan beberapa tantangan yang perlu
diatasi untuk memastikan bahwa organisasi mempekerjakan karyawan yang paling cocok
dan berkualifikasi untuk posisi yang tersedia. Beberapa tantangan seleksi termasuk:
1. Diskriminasi: Tantangan terbesar dalam seleksi adalah memastikan bahwa proses ini
dilakukan tanpa diskriminasi. Diskriminasi dapat berdasarkan ras, jenis kelamin, usia,
agama, orientasi seksual, atau faktor-faktor lain yang tidak relevan. Organisasi harus
mematuhi hukum anti-diskriminasi yang berlaku dan menjalankan proses seleksi yang
adil dan berdasarkan meritokrasi.
2. Tidak Cukupnya Lamaran Berkualitas: Tidak selalu ada calon yang memenuhi syarat
untuk setiap posisi yang tersedia. Tantangan ini mungkin mengharuskan organisasi untuk
mencari lebih jauh atau mempertimbangkan program pelatihan atau pengembangan
internal.
3. Bertambahnya Biaya Seleksi: Proses seleksi yang komprehensif dan sering kali
memerlukan sumber daya finansial dan tenaga kerja. Ini termasuk biaya pengiklanan
posisi, waktu yang dihabiskan oleh tim seleksi, dan uang yang dihabiskan untuk tes dan
evaluasi. Meminimalkan biaya sambil menjaga kualitas seleksi adalah tantangan yang
sering dihadapi.
5. Kualitas Tes dan Alat Seleksi: Penggunaan tes dan alat seleksi yang valid dan andal
adalah penting. Menciptakan atau mengadopsi alat seleksi yang efektif dan sesuai dengan
posisi tertentu bisa menjadi tantangan.
6. Pelatihan Selektor: Selektor atau tim seleksi harus diberikan pelatihan yang memadai
untuk menghindari bias dalam proses seleksi, serta untuk menggunakan alat seleksi
dengan benar.
7. Keterbatasan Informasi: Informasi yang diberikan oleh calon karyawan dalam lamaran
atau wawancara mungkin tidak selalu mencerminkan kemampuan sebenarnya atau
perilaku di tempat kerja. Membuat keputusan seleksi yang akurat dapat menjadi
tantangan ketika informasi yang tersedia terbatas.
8. Tantangan Teknologi: Dalam era digital, implementasi teknologi dalam seleksi dapat
menjadi tantangan. Organisasi harus memastikan bahwa sistem seleksi online atau
perangkat lunak yang digunakan berfungsi dengan baik dan tidak menciptakan bias.
9. Situasi Hukum dan Kebijakan: Tantangan dalam seleksi juga dapat muncul dari
perubahan hukum ketenagakerjaan atau perubahan kebijakan perusahaan yang
mempengaruhi proses seleksi.
Organisasi yang cerdas akan mengidentifikasi dan mengatasi tantangan seleksi ini dengan
baik untuk memastikan bahwa proses seleksi berjalan efisien, adil, dan berhasil dalam
menarik dan mempekerjakan karyawan yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Kualifikasi yang menjadi dasar dalam proses seleksi sumber daya manusia adalah
seperangkat persyaratan dan karakteristik yang diperlukan untuk mengisi posisi tertentu.
Kualifikasi ini dapat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan, industri, dan organisasi yang
bersangkutan. Namun, beberapa kualifikasi umum yang sering menjadi dasar seleksi
mencakup:
1. Pendidikan: Tingkat pendidikan yang diperlukan untuk posisi tertentu, misalnya, gelar
sarjana, magister, atau doktor dalam bidang yang relevan.
2. Pengalaman Kerja: Pengalaman yang relevan dalam pekerjaan sejenis atau industri
yang sama. Kualifikasi ini dapat mencakup jumlah tahun pengalaman yang diperlukan.
5. Sertifikasi dan Lisensi: Persyaratan sertifikasi profesional atau lisensi yang mungkin
diperlukan untuk pekerjaan tertentu. Contohnya, seorang dokter harus memiliki lisensi
medis.
10. Kualifikasi Bahasa: Kualifikasi bahasa, seperti kemampuan berbicara atau menulis
dalam bahasa tertentu, yang mungkin diperlukan untuk pekerjaan internasional atau
multibahasa.
Kualifikasi yang menjadi dasar seleksi bervariasi tergantung pada tingkat posisi, tugas dan
tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik organisasi. Dalam proses seleksi, organisasi
akan mencocokkan kualifikasi yang diperlukan dengan kualifikasi calon karyawan, serta
menilai apakah kandidat tersebut memiliki kualifikasi yang sesuai untuk posisi yang
ditawarkan. Kualifikasi ini membantu memastikan bahwa karyawan yang dipekerjakan
memiliki kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawab mereka secara efektif.
2. Pengumuman Lowongan:
Umumkan posisi yang tersedia secara internal atau eksternal sesuai dengan kebijakan
organisasi Anda. Pengumuman tersebut dapat dilakukan melalui situs web
perusahaan, portal pekerjaan online, surat kabar, atau jejaring sosial.
3. Peninjauan Lamaran:
Terima dan tinjau lamaran yang diterima dari para pelamar. Periksa apakah mereka
memenuhi kualifikasi dasar yang telah ditentukan.
4. Wawancara Calon:
Pilih calon yang paling memenuhi syarat dan jadwalkan wawancara. Wawancaralah
calon untuk menilai kemampuan mereka, keterampilan, pengalaman, dan potensi.
Anda dapat melakukan wawancara individual atau panel, tergantung pada
kompleksitas dan tingkat posisi yang dicari.
5. Pengujian Keterampilan:
Lakukan pengujian keterampilan atau pengetahuan jika diperlukan. Misalnya, tes
tertulis, tes komputer, atau tes praktis sesuai dengan kebutuhan posisi.
6. Verifikasi Referensi:
Periksa referensi yang diberikan oleh calon karyawan untuk memastikan kebenaran
informasi yang diberikan dan mendapatkan pandangan tentang kinerja mereka di
tempat kerja sebelumnya.
7. Penilaian Kinerja:
Gunakan metode penilaian kinerja untuk mengevaluasi kemampuan dan potensi calon
karyawan, seperti simulasi situasi kerja atau latihan peran.
9. Tawarkan Pekerjaan:
Ajukan penawaran pekerjaan kepada calon yang terpilih. Tawarkan rincian gaji,
manfaat, dan persyaratan kerja lainnya.
11. Orientasi:
Setelah calon menerima tawaran pekerjaan, jadwalkan dan jalankan proses orientasi
yang efektif untuk memperkenalkan mereka ke dalam organisasi.
Penting untuk menjalankan proses seleksi dengan transparansi, adil, dan sesuai dengan
hukum-hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Selain itu, komunikasikan secara jelas dengan
calon karyawan dan pelamar untuk memastikan pengalaman mereka selama proses seleksi
adalah positif.
E. Teknik Seleksi
Teknik seleksi adalah metode dan alat yang digunakan dalam proses seleksi sumber daya
manusia untuk mengidentifikasi calon karyawan yang paling sesuai dengan persyaratan
posisi yang tersedia. Berikut beberapa teknik seleksi yang umum digunakan:
1. Wawancara:
Wawancara adalah salah satu teknik seleksi yang paling umum. Calon karyawan
diwawancarai oleh tim seleksi untuk menilai keterampilan interpersonal, kemampuan
komunikasi, motivasi, dan kesesuaian budaya.
3. Penilaian Kinerja:
Penilaian kinerja melibatkan calon dalam situasi tugas yang mensimulasikan
pekerjaan yang akan mereka lakukan. Ini dapat mencakup studi kasus, presentasi,
atau proyek yang relevan dengan posisi yang dibutuhkan.
4. Verifikasi Referensi:
Tim seleksi menghubungi referensi yang diberikan oleh calon karyawan untuk
memeriksa riwayat kinerja dan karakter mereka di tempat kerja sebelumnya.
5. Asesmen Psikologis:
Tes psikologis dan asesmen kepribadian digunakan untuk mengukur karakteristik
pribadi, seperti kepribadian, motivasi, dan kemampuan pemecahan masalah. Ini dapat
membantu mengidentifikasi kesesuaian budaya dan kesejahteraan karyawan.
6. Wawancara Struktural:
Wawancara struktural adalah pendekatan yang lebih terstruktur dalam mengajukan
pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya kepada semua calon karyawan. Ini
membantu dalam perbandingan objektif antara kandidat.
Pemilihan teknik seleksi yang tepat tergantung pada jenis pekerjaan, persyaratan, dan budaya
organisasi. Penting untuk memastikan bahwa teknik seleksi yang digunakan valid dan adil serta
sesuai dengan hukum-hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Sebuah kombinasi dari beberapa
teknik seleksi mungkin diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang calon
karyawan.
F. Proses Seleksi
Proses seleksi adalah serangkaian langkah yang harus dilalui oleh organisasi untuk memilih
calon karyawan yang sesuai dan terbaik untuk mengisi posisi yang tersedia. Proses ini
dirancang untuk memastikan bahwa calon yang dipilih memiliki kualifikasi, keterampilan,
dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan posisi dan organisasi. Berikut adalah langkah-
langkah umum dalam proses seleksi:
2. Pengumuman Lowongan:
Umumkan posisi yang tersedia melalui berbagai saluran seperti situs web perusahaan,
portal pekerjaan online, surat kabar, atau jejaring sosial.
3. Penerimaan Lamaran:
Terima lamaran yang diajukan oleh para pelamar. Lamaran biasanya mencakup surat
lamaran, resume, dan dokumen pendukung lainnya.
4. Peninjauan Lamaran:
Tinjau lamaran yang masuk untuk memeriksa apakah calon memenuhi kualifikasi
dasar yang telah ditentukan. Lamaran yang tidak memenuhi kriteria awal dapat
disaring.
5. Wawancara Awal:
Laksanakan wawancara awal atau telepon untuk menilai minat, motivasi, dan
kelayakan calon karyawan. Wawancara awal dapat membantu mengidentifikasi
kandidat yang paling potensial.
7. Wawancara Lanjutan:
Wawancara lebih mendalam biasanya dilakukan oleh tim seleksi untuk mengevaluasi
keterampilan, pengalaman, dan kesesuaian budaya calon. Ini bisa menjadi wawancara
individu atau panel.
8. Verifikasi Referensi:
Hubungi referensi yang diberikan oleh calon karyawan untuk memverifikasi riwayat
kinerja dan karakter mereka di tempat kerja sebelumnya.
9. Asesmen Psikologis:
Gunakan tes psikologis dan asesmen kepribadian untuk memahami karakteristik
kepribadian dan kemampuan calon karyawan.
13. Orientasi:
Setelah calon menerima tawaran pekerjaan, jadwalkan dan jalankan proses orientasi
yang efektif untuk memperkenalkan mereka ke dalam organisasi.
Proses seleksi harus dilakukan dengan transparansi, adil, dan sesuai dengan hukum-
hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Hal ini juga penting untuk menjaga komunikasi
yang baik dengan pelamar dan calon karyawan untuk memberikan pengalaman yang
positif selama proses seleksi.
1. Pendekatan Tradisional:
Pendekatan tradisional dalam seleksi melibatkan metode konvensional seperti
wawancara, referensi, tes tertulis, dan pengalaman kerja yang diperoleh calon
karyawan. Pendekatan ini mungkin sesuai untuk posisi yang membutuhkan
pemahaman khusus, keterampilan teknis, atau pengalaman yang lebih tua.
2. Pendekatan Psikometrik:
Pendekatan psikometrik menggunakan tes dan alat pengukuran untuk menilai
karakteristik psikologis calon karyawan, seperti kepribadian, kecerdasan, dan
keterampilan interpersonal. Pendekatan ini membantu memahami karakteristik
individu dan potensi mereka di tempat kerja.
4. Pendekatan Simulasi:
Pendekatan simulasi melibatkan penggunaan situasi tugas atau latihan peran untuk
mengevaluasi keterampilan dan kinerja calon karyawan. Contohnya, calon dapat
diminta menyelesaikan tugas yang mirip dengan pekerjaan yang akan mereka
lakukan.
5. Pendekatan Perilaku:
Pendekatan perilaku berfokus pada perilaku dan tindakan yang telah ditunjukkan
calon karyawan dalam situasi sebelumnya. Ini melibatkan wawancara berbasis
perilaku di mana calon diminta memberikan contoh perilaku masa lalu yang relevan.
7. Pendekatan Holistik:
Pendekatan holistik mempertimbangkan seluruh profil calon karyawan, termasuk
pendidikan, pengalaman, keterampilan, dan karakteristik pribadi. Ini mencoba untuk
mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang keseluruhan individu.
8. Pendekatan Sosial:
Pendekatan sosial berfokus pada interaksi dan hubungan antara calon karyawan
dengan anggota tim dan budaya organisasi. Ini dapat melibatkan wawancara berbasis
tim dan penilaian kesesuaian budaya.
Pilihan pendekatan dalam proses seleksi akan tergantung pada jenis pekerjaan, organisasi, dan
persyaratan posisi yang tersedia. Terkadang, organisasi juga dapat menggunakan kombinasi
pendekatan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang calon karyawan. Tujuan
utama adalah memastikan bahwa proses seleksi membantu organisasi untuk mempekerjakan
karyawan yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
H. Pengertian Orientasi
Orientasi, dalam konteks manajemen sumber daya manusia, merujuk pada proses pengenalan
dan penyesuaian karyawan baru ke dalam organisasi atau lingkungan kerja mereka. Ini
adalah langkah awal dalam integrasi karyawan baru ke dalam perusahaan dan bertujuan
untuk membantu mereka memahami budaya, kebijakan, aturan, serta tugas dan tanggung
jawab mereka. Orientasi juga mencakup penyediaan informasi yang diperlukan agar
karyawan dapat merasa nyaman dan sukses dalam peran mereka.
1. Pengenalan Organisasi: Memberikan pemahaman tentang sejarah, misi, visi, dan nilai-
nilai perusahaan. Ini membantu karyawan baru untuk mengerti tujuan dan budaya
organisasi.
2. Pengenalan Aturan dan Kebijakan: Memaparkan aturan dan kebijakan yang berlaku
dalam perusahaan, termasuk aturan kerja, etika, dan peraturan keamanan.
3. Pengenalan Tim dan Rekan Kerja: Memperkenalkan karyawan baru kepada anggota
tim dan rekan kerja mereka. Ini membantu dalam membangun hubungan kerja yang
positif.
4. Pengenalan Tugas dan Tanggung Jawab: Menjelaskan pekerjaan yang akan mereka
lakukan, tugas-tugas harian, serta ekspektasi kinerja.
6. Pelatihan Awal: Memberikan pelatihan dasar yang diperlukan untuk tugas pekerjaan
mereka. Ini bisa mencakup penggunaan perangkat lunak khusus, prosedur operasional,
atau keterampilan teknis.
8. Evaluasi dan Umpan Balik: Memberikan kesempatan kepada karyawan baru untuk
bertanya pertanyaan, memberikan masukan, dan memahami bagaimana mereka akan
dievaluasi.
Orientasi adalah tahap kritis dalam pengelolaan sumber daya manusia karena membantu
karyawan baru merasa nyaman dan terintegrasi dengan cepat ke dalam organisasi. Dengan
orientasi yang efektif, karyawan baru dapat memulai pekerjaan mereka dengan keyakinan,
meminimalkan ketidakpastian, dan mulai berkontribusi dengan produktif dalam waktu
singkat
I. Tujuan Orientasi
Tujuan dari program orientasi karyawan adalah memberikan pemahaman, pengetahuan, dan
dukungan yang diperlukan kepada karyawan baru saat mereka memasuki organisasi atau
lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari program orientasi:
2. Pemahaman Organisasi: Memberikan pemahaman yang jelas tentang sejarah, misi, visi,
dan nilai-nilai organisasi. Karyawan yang memahami tujuan organisasi lebih mungkin
untuk berkontribusi secara efektif.
4. Pengenalan Tugas dan Tanggung Jawab: Menjelaskan tugas dan tanggung jawab yang
diharapkan dari karyawan. Ini membantu karyawan memahami ekspektasi kerja mereka.
7. Pengenalan Tim dan Rekan Kerja: Memperkenalkan karyawan baru kepada rekan-
rekan kerja dan anggota tim mereka. Ini membantu membangun hubungan kerja yang
positif dan kolaboratif.
8. Pemahaman Prosedur Administratif: Menjelaskan prosedur administratif yang berlaku
dalam organisasi, seperti prosedur pengajuan izin, pengelolaan waktu, dan administrasi
dokumen.
10. Evaluasi dan Umpan Balik: Memberikan kesempatan kepada karyawan baru untuk
bertanya pertanyaan, memberikan masukan, dan memahami bagaimana mereka akan
dievaluasi dan mendapatkan umpan balik dalam pekerjaan mereka.
11. Keselamatan dan Kesehatan: Memastikan bahwa karyawan baru memahami prosedur
keselamatan dan kesehatan yang relevan, serta cara menghindari cedera atau risiko
kesehatan di tempat kerja.
Program orientasi yang efektif membantu karyawan baru merasa nyaman, termotivasi, dan siap
untuk berkontribusi dengan produktif dalam organisasi. Hal ini juga membantu mengurangi
turnover karyawan dan mempromosikan retensi bakat.
J. Manfaat Orientasi
Program orientasi karyawan memberikan berbagai manfaat, baik bagi organisasi maupun
karyawan baru. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari program orientasi:
2. Penyesuaian yang Lebih Cepat: Dengan orientasi yang efektif, karyawan baru dapat
menyesuaikan diri dengan organisasi lebih cepat, mengurangi tingkat stres dan
ketidakpastian.
3. Kepuasan Pribadi: Karyawan baru merasa lebih puas ketika mereka memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang peran mereka dalam organisasi, serta bagaimana
mereka dapat berkontribusi.
Program orientasi yang efektif membantu karyawan baru memulai pekerjaan mereka dengan
keyakinan, meningkatkan keberhasilan mereka dalam peran mereka, dan membantu
organisasi mencapai tujuan bisnisnya. Itu juga merupakan investasi yang berharga dalam
pengembangan dan retensi bakat.
K. Tahapan Orientasi
Tahapan dalam program orientasi karyawan dapat bervariasi tergantung pada organisasi dan
posisi kerja yang bersangkutan, tetapi umumnya melibatkan serangkaian langkah yang
dirancang untuk membantu karyawan baru beradaptasi dengan lingkungan kerja mereka.
Berikut adalah tahapan umum dalam program orientasi karyawan:
3. Pengenalan Organisasi:
Bagian awal dari orientasi biasanya mencakup presentasi tentang organisasi, termasuk
sejarah, misi, visi, dan nilai-nilai perusahaan. Hal ini membantu karyawan baru
memahami konteks organisasi.
9. Prosedur Administratif:
Karyawan baru diberikan informasi tentang prosedur administratif yang relevan,
seperti pengajuan izin, pengelolaan waktu, dan administrasi dokumen.
Penting untuk mencatat bahwa program orientasi dapat berlangsung beberapa hari atau
berminggu-minggu tergantung pada organisasi dan kompleksitas peran karyawan. Tujuan
utama adalah memastikan bahwa karyawan baru memiliki pengetahuan, dukungan, dan
pemahaman yang mereka butuhkan untuk menjadi produktif dan terintegrasi dengan baik
di lingkungan kerja mereka.
2. Sesi Diskusi: Sesi diskusi melibatkan karyawan baru dalam percakapan terbuka di mana
mereka dapat bertanya pertanyaan dan memahami lebih banyak tentang organisasi, peran
mereka, dan apa yang diharapkan.
3. Pendampingan: Seorang mentor atau rekan kerja senior dapat ditugaskan untuk
memberikan dukungan dan panduan kepada karyawan baru. Mereka dapat membantu
dalam memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, dan membantu karyawan baru
berintegrasi lebih baik.
4. Ruang Pertemuan dan Tur Lokasi: Membawa karyawan baru ke berbagai area dan
fasilitas di tempat kerja, seperti ruang rapat, kantin, kamar mandi, dan area penting
lainnya. Hal ini membantu karyawan baru merasa lebih nyaman dan mengetahui letak
tempat-tempat penting.
5. Pemutaran Video: Video yang menjelaskan organisasi, produk atau layanan, budaya
kerja, dan aturan keselamatan dapat digunakan untuk memberikan pemahaman yang
lebih baik kepada karyawan baru.
6. Dokumen Tertulis: Memberikan brosur, petunjuk, dan materi tertulis lainnya kepada
karyawan baru untuk referensi selama orientasi dan selanjutnya.
7. Simulasi Situasi Kerja: Menggunakan simulasi situasi kerja yang melibatkan karyawan
baru dalam tugas atau peran yang mereka akan lakukan di tempat kerja. Hal ini
membantu mereka memahami tugas mereka dengan lebih baik.
8. Permainan Peran: Melibatkan karyawan baru dalam permainan peran di mana mereka
dapat menghadapi situasi yang mungkin terjadi di tempat kerja dan belajar cara
mengatasi mereka.
9. Pelatihan Teknis: Pelatihan teknis awal yang melibatkan karyawan baru dalam
pengembangan keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
mereka.
10. Pendekatan Berbasis Kompetensi: Menggunakan pendekatan berbasis kompetensi
untuk menilai keterampilan karyawan baru dan menyelaraskannya dengan kebutuhan
pekerjaan.
11. Pengenalan Software dan Sistem: Melibatkan karyawan baru dalam pengenalan
perangkat lunak, sistem, dan alat teknologi yang akan mereka gunakan dalam pekerjaan
mereka.
12. Jadwal Orientasi Terstruktur: Menjadwalkan orientasi dengan jadwal yang terstruktur
untuk memastikan bahwa karyawan baru menerima informasi dan pelatihan yang
diperlukan selama berbagai tahap orientasi.
13. Kunjungan Lapangan: Mengunjungi lokasi atau fasilitas di luar kantor pusat organisasi
yang relevan dengan pekerjaan karyawan baru.
Penggunaan teknik-teknik ini dalam orientasi membantu karyawan baru merasa lebih
nyaman, memahami peran mereka, dan dapat berkontribusi dengan produktif di lingkungan
kerja mereka. Setiap organisasi dapat memilih teknik-teknik yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan budaya mereka.
Orientasi karyawan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan cakupan, tujuan, dan
waktu pelaksanaannya. Berikut adalah beberapa jenis orientasi yang umum:
1. Orientasi Organisasi:
Ini adalah orientasi karyawan pada tingkat organisasi. Tujuannya adalah memberikan
pemahaman tentang sejarah, misi, visi, nilai-nilai, dan tujuan organisasi. Orientasi ini
membantu karyawan memahami konteks kerja mereka dan bagaimana peran mereka
mendukung visi dan tujuan organisasi.
2. Orientasi Pekerjaan:
Orientasi pekerjaan berfokus pada pekerjaan atau posisi spesifik yang akan dijalani
oleh karyawan. Tujuannya adalah menjelaskan tugas, tanggung jawab, dan ekspektasi
kinerja yang terkait dengan pekerjaan tersebut.
3. Orientasi Budaya:
Ini membahas budaya kerja organisasi, nilai-nilai, norma, dan etika yang harus diikuti
oleh karyawan. Orientasi budaya membantu karyawan memahami bagaimana
berinteraksi dan berperilaku di lingkungan kerja.
6. Orientasi Keamanan:
Ini menyoroti aspek keselamatan di tempat kerja, termasuk prosedur keselamatan,
tindakan darurat, dan cara menghindari risiko di tempat kerja.
Setiap jenis orientasi memiliki tujuan dan cakupan yang berbeda, dan organisasi mungkin
memilih untuk mengkombinasikan beberapa jenis orientasi sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik karyawan dan pekerjaan mereka.
Sasaran utama dari program orientasi karyawan adalah membantu karyawan baru beradaptasi
dan mengintegrasikan diri dengan organisasi serta lingkungan kerja mereka dengan sukses.
Beberapa sasaran utama dari program orientasi adalah:
4. Pengetahuan Aturan dan Kebijakan: Menjelaskan aturan, kebijakan, dan etika yang
berlaku dalam organisasi, termasuk aturan kerja, kode etik, dan prosedur keselamatan.
Hal ini membantu mencegah pelanggaran dan konflik.
6. Pengenalan Tim dan Rekan Kerja: Memperkenalkan karyawan baru kepada anggota
tim mereka dan rekan kerja. Ini membantu membangun hubungan kerja yang positif.
7. Kepuasan Karyawan: Membantu karyawan baru merasa nyaman dan puas dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja mereka.
12. Pengurangan Turnover: Membantu karyawan baru merasa terlibat dan terintegrasi,
sehingga mereka cenderung lebih lama bertahan dalam organisasi dan tidak
meninggalkan pekerjaan mereka.
13. Peningkatan Retensi Bakat: Meningkatkan kemungkinan bahwa karyawan baru akan
tetap di organisasi dan berkembang menjadi aset berharga dalam jangka panjang.
14. Mengurangi Ketidakpastian: Meminimalkan ketidakpastian yang seringkali dialami
oleh karyawan baru saat mereka bergabung dengan organisasi.
Sasaran-sasaran ini membantu memastikan bahwa karyawan baru dapat mengambil langkah
yang sukses dalam peran mereka dan menjadi kontributor yang berarti bagi organisasi. Orientasi
yang baik membantu organisasi mencapai tujuan bisnisnya sambil mempromosikan
kesejahteraan dan kepuasan karyawan