Anda di halaman 1dari 23

BAB V

A. Pengertian Seleksi

Seleksi adalah proses manajemen sumber daya manusia yang melibatkan pemilihan
karyawan atau calon karyawan dari sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk
mengisi posisi tertentu dalam organisasi. Tujuan utama dari proses seleksi adalah
memastikan bahwa individu yang dipekerjakan memiliki kualifikasi, keterampilan, dan
kompetensi yang sesuai untuk posisi yang tersedia.

Proses seleksi melibatkan serangkaian langkah yang dirancang untuk mengevaluasi dan
membandingkan calon karyawan, serta memutuskan siapa yang akan dipekerjakan.
Langkah-langkah dalam proses seleksi dapat mencakup penerimaan lamaran, wawancara,
tes pengetahuan atau keterampilan, verifikasi referensi, dan penilaian kinerja. Proses ini
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan praktik organisasi tertentu.

Selama proses seleksi, perusahaan berusaha untuk mencocokkan kualifikasi calon dengan
persyaratan posisi yang ada, serta untuk memastikan bahwa calon tersebut memiliki
kemampuan interpersonal dan kultur organisasi yang sesuai. Seleksi yang baik membantu
organisasi untuk mengurangi risiko kesalahan dalam perekrutan dan untuk
mempekerjakan karyawan yang akan berkontribusi secara positif terhadap pencapaian
tujuan organisasi.

Penting untuk dicatat bahwa proses seleksi harus dilakukan secara adil dan tanpa
diskriminasi, memperlakukan semua calon dengan penghargaan dan kesempatan yang
sama. Selain itu, proses seleksi harus sesuai dengan hukum-hukum ketenagakerjaan dan
regulasi yang berlaku.

B. Tantangan Seleksi

Proses seleksi sumber daya manusia dapat melibatkan beberapa tantangan yang perlu
diatasi untuk memastikan bahwa organisasi mempekerjakan karyawan yang paling cocok
dan berkualifikasi untuk posisi yang tersedia. Beberapa tantangan seleksi termasuk:

1. Diskriminasi: Tantangan terbesar dalam seleksi adalah memastikan bahwa proses ini
dilakukan tanpa diskriminasi. Diskriminasi dapat berdasarkan ras, jenis kelamin, usia,
agama, orientasi seksual, atau faktor-faktor lain yang tidak relevan. Organisasi harus
mematuhi hukum anti-diskriminasi yang berlaku dan menjalankan proses seleksi yang
adil dan berdasarkan meritokrasi.

2. Tidak Cukupnya Lamaran Berkualitas: Tidak selalu ada calon yang memenuhi syarat
untuk setiap posisi yang tersedia. Tantangan ini mungkin mengharuskan organisasi untuk
mencari lebih jauh atau mempertimbangkan program pelatihan atau pengembangan
internal.

3. Bertambahnya Biaya Seleksi: Proses seleksi yang komprehensif dan sering kali
memerlukan sumber daya finansial dan tenaga kerja. Ini termasuk biaya pengiklanan
posisi, waktu yang dihabiskan oleh tim seleksi, dan uang yang dihabiskan untuk tes dan
evaluasi. Meminimalkan biaya sambil menjaga kualitas seleksi adalah tantangan yang
sering dihadapi.

4. Tingginya Turnover Karyawan: Jika organisasi mengalami tingkat turnover karyawan


yang tinggi, mereka harus secara berulang-ulang menghadapi tantangan dalam seleksi
dan pelatihan karyawan baru. Hal ini dapat memakan waktu dan sumber daya organisasi.

5. Kualitas Tes dan Alat Seleksi: Penggunaan tes dan alat seleksi yang valid dan andal
adalah penting. Menciptakan atau mengadopsi alat seleksi yang efektif dan sesuai dengan
posisi tertentu bisa menjadi tantangan.

6. Pelatihan Selektor: Selektor atau tim seleksi harus diberikan pelatihan yang memadai
untuk menghindari bias dalam proses seleksi, serta untuk menggunakan alat seleksi
dengan benar.

7. Keterbatasan Informasi: Informasi yang diberikan oleh calon karyawan dalam lamaran
atau wawancara mungkin tidak selalu mencerminkan kemampuan sebenarnya atau
perilaku di tempat kerja. Membuat keputusan seleksi yang akurat dapat menjadi
tantangan ketika informasi yang tersedia terbatas.

8. Tantangan Teknologi: Dalam era digital, implementasi teknologi dalam seleksi dapat
menjadi tantangan. Organisasi harus memastikan bahwa sistem seleksi online atau
perangkat lunak yang digunakan berfungsi dengan baik dan tidak menciptakan bias.
9. Situasi Hukum dan Kebijakan: Tantangan dalam seleksi juga dapat muncul dari
perubahan hukum ketenagakerjaan atau perubahan kebijakan perusahaan yang
mempengaruhi proses seleksi.

Organisasi yang cerdas akan mengidentifikasi dan mengatasi tantangan seleksi ini dengan
baik untuk memastikan bahwa proses seleksi berjalan efisien, adil, dan berhasil dalam
menarik dan mempekerjakan karyawan yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi.

C. Kualifikasi yang Menjadi Dasar Seleksi

Kualifikasi yang menjadi dasar dalam proses seleksi sumber daya manusia adalah
seperangkat persyaratan dan karakteristik yang diperlukan untuk mengisi posisi tertentu.
Kualifikasi ini dapat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan, industri, dan organisasi yang
bersangkutan. Namun, beberapa kualifikasi umum yang sering menjadi dasar seleksi
mencakup:

1. Pendidikan: Tingkat pendidikan yang diperlukan untuk posisi tertentu, misalnya, gelar
sarjana, magister, atau doktor dalam bidang yang relevan.

2. Pengalaman Kerja: Pengalaman yang relevan dalam pekerjaan sejenis atau industri
yang sama. Kualifikasi ini dapat mencakup jumlah tahun pengalaman yang diperlukan.

3. Keterampilan dan Kemampuan: Keterampilan teknis, seperti pemrograman komputer,


keahlian bahasa asing, keterampilan analitis, atau kemampuan komunikasi yang kuat.

4. Kemampuan Manajemen: Kualifikasi manajemen, seperti pengalaman kepemimpinan,


kemampuan manajemen proyek, atau kemampuan pengambilan keputusan.

5. Sertifikasi dan Lisensi: Persyaratan sertifikasi profesional atau lisensi yang mungkin
diperlukan untuk pekerjaan tertentu. Contohnya, seorang dokter harus memiliki lisensi
medis.

6. Kemampuan Interpersonal: Kemampuan bekerja dalam tim, kemampuan


berkomunikasi dengan baik, serta kemampuan untuk memecahkan masalah dan
beradaptasi.
7. Kemampuan Berpikir Kreatif: Beberapa pekerjaan mungkin memerlukan kemampuan
berpikir kreatif, inovatif, atau pemecahan masalah yang tidak konvensional.
8. Pengetahuan Industri: Pengetahuan tentang industri atau sektor tertentu, termasuk
pemahaman tentang tren, perkembangan, dan persaingan di bidang tersebut.

9. Karakteristik Pribadi: Beberapa pekerjaan mungkin memerlukan karakteristik pribadi


tertentu seperti motivasi, integritas, etika kerja, atau kemampuan mengelola stres.

10. Kualifikasi Bahasa: Kualifikasi bahasa, seperti kemampuan berbicara atau menulis
dalam bahasa tertentu, yang mungkin diperlukan untuk pekerjaan internasional atau
multibahasa.

Kualifikasi yang menjadi dasar seleksi bervariasi tergantung pada tingkat posisi, tugas dan
tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik organisasi. Dalam proses seleksi, organisasi
akan mencocokkan kualifikasi yang diperlukan dengan kualifikasi calon karyawan, serta
menilai apakah kandidat tersebut memiliki kualifikasi yang sesuai untuk posisi yang
ditawarkan. Kualifikasi ini membantu memastikan bahwa karyawan yang dipekerjakan
memiliki kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawab mereka secara efektif.

D. Cara Mengadakan Seleksi


Mengadakan proses seleksi yang efektif dan adil adalah langkah penting dalam manajemen
sumber daya manusia. Berikut adalah langkah-langkah umum yang dapat Anda ikuti untuk
mengadakan seleksi:

1. Identifikasi Kebutuhan Posisi:


 Definisikan kebutuhan dan persyaratan yang diperlukan untuk posisi yang tersedia,
termasuk kualifikasi pendidikan, pengalaman, keterampilan, dan karakteristik
lainnya.

2. Pengumuman Lowongan:
 Umumkan posisi yang tersedia secara internal atau eksternal sesuai dengan kebijakan
organisasi Anda. Pengumuman tersebut dapat dilakukan melalui situs web
perusahaan, portal pekerjaan online, surat kabar, atau jejaring sosial.

3. Peninjauan Lamaran:
 Terima dan tinjau lamaran yang diterima dari para pelamar. Periksa apakah mereka
memenuhi kualifikasi dasar yang telah ditentukan.

4. Wawancara Calon:
 Pilih calon yang paling memenuhi syarat dan jadwalkan wawancara. Wawancaralah
calon untuk menilai kemampuan mereka, keterampilan, pengalaman, dan potensi.
Anda dapat melakukan wawancara individual atau panel, tergantung pada
kompleksitas dan tingkat posisi yang dicari.

5. Pengujian Keterampilan:
 Lakukan pengujian keterampilan atau pengetahuan jika diperlukan. Misalnya, tes
tertulis, tes komputer, atau tes praktis sesuai dengan kebutuhan posisi.

6. Verifikasi Referensi:
 Periksa referensi yang diberikan oleh calon karyawan untuk memastikan kebenaran
informasi yang diberikan dan mendapatkan pandangan tentang kinerja mereka di
tempat kerja sebelumnya.

7. Penilaian Kinerja:
 Gunakan metode penilaian kinerja untuk mengevaluasi kemampuan dan potensi calon
karyawan, seperti simulasi situasi kerja atau latihan peran.

8. Penentuan Karyawan yang Terpilih:


 Berdasarkan hasil wawancara, pengujian, referensi, dan penilaian, tentukan calon
karyawan yang paling sesuai untuk posisi yang tersedia.

9. Tawarkan Pekerjaan:
 Ajukan penawaran pekerjaan kepada calon yang terpilih. Tawarkan rincian gaji,
manfaat, dan persyaratan kerja lainnya.

10. Penolakan Pelamar yang Tidak Terpilih:


 Komunikasikan dengan baik kepada pelamar yang tidak terpilih untuk memberikan
umpan balik konstruktif dan menjaga hubungan yang baik dengan mereka.

11. Orientasi:
 Setelah calon menerima tawaran pekerjaan, jadwalkan dan jalankan proses orientasi
yang efektif untuk memperkenalkan mereka ke dalam organisasi.

12. Dokumentasi dan Rekaman:


 Dokumentasikan seluruh proses seleksi, termasuk hasil wawancara, hasil pengujian,
dan referensi yang telah diverifikasi.

13. Evaluasi dan Perbaikan:


 Setelah proses seleksi selesai, lakukan evaluasi untuk memperbaiki proses seleksi
berikutnya. Identifikasi apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil, dan buat
perbaikan jika diperlukan.

Penting untuk menjalankan proses seleksi dengan transparansi, adil, dan sesuai dengan
hukum-hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Selain itu, komunikasikan secara jelas dengan
calon karyawan dan pelamar untuk memastikan pengalaman mereka selama proses seleksi
adalah positif.

E. Teknik Seleksi
Teknik seleksi adalah metode dan alat yang digunakan dalam proses seleksi sumber daya
manusia untuk mengidentifikasi calon karyawan yang paling sesuai dengan persyaratan
posisi yang tersedia. Berikut beberapa teknik seleksi yang umum digunakan:

1. Wawancara:
 Wawancara adalah salah satu teknik seleksi yang paling umum. Calon karyawan
diwawancarai oleh tim seleksi untuk menilai keterampilan interpersonal, kemampuan
komunikasi, motivasi, dan kesesuaian budaya.

2. Pengujian Keterampilan dan Pengetahuan:


 Tes tertulis atau tes praktis digunakan untuk mengukur kemampuan teknis dan
pengetahuan kandidat dalam bidang tertentu. Ini dapat mencakup tes psikometrik, tes
komputer, atau latihan peran.

3. Penilaian Kinerja:
 Penilaian kinerja melibatkan calon dalam situasi tugas yang mensimulasikan
pekerjaan yang akan mereka lakukan. Ini dapat mencakup studi kasus, presentasi,
atau proyek yang relevan dengan posisi yang dibutuhkan.

4. Verifikasi Referensi:
 Tim seleksi menghubungi referensi yang diberikan oleh calon karyawan untuk
memeriksa riwayat kinerja dan karakter mereka di tempat kerja sebelumnya.

5. Asesmen Psikologis:
 Tes psikologis dan asesmen kepribadian digunakan untuk mengukur karakteristik
pribadi, seperti kepribadian, motivasi, dan kemampuan pemecahan masalah. Ini dapat
membantu mengidentifikasi kesesuaian budaya dan kesejahteraan karyawan.

6. Wawancara Struktural:
 Wawancara struktural adalah pendekatan yang lebih terstruktur dalam mengajukan
pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya kepada semua calon karyawan. Ini
membantu dalam perbandingan objektif antara kandidat.

7. Evaluasi Kinerja Sebelumnya:


 Melihat catatan kinerja dan prestasi sebelumnya dari kandidat, termasuk resume,
catatan kerja, dan portofolio pekerjaan yang relevan.

8. Simulasi Situasi Kerja:


 Calon karyawan ditempatkan dalam situasi yang meniru tugas yang akan mereka
hadapi di tempat kerja. Ini dapat mencakup permainan peran, latihan simulasi, atau
penyelesaian masalah praktis.

9. Tes Pemeriksaan Latar Belakang:


 Pemeriksaan latar belakang mencakup pengecekan riwayat pendidikan, riwayat
pekerjaan, catatan kriminal, dan verifikasi dokumen resmi lainnya

10. Tes Narkoba dan Tes Kesehatan:


 Beberapa pekerjaan mungkin memerlukan tes narkoba atau tes kesehatan untuk
memastikan bahwa kandidat memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.

Pemilihan teknik seleksi yang tepat tergantung pada jenis pekerjaan, persyaratan, dan budaya
organisasi. Penting untuk memastikan bahwa teknik seleksi yang digunakan valid dan adil serta
sesuai dengan hukum-hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Sebuah kombinasi dari beberapa
teknik seleksi mungkin diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang calon
karyawan.

F. Proses Seleksi
Proses seleksi adalah serangkaian langkah yang harus dilalui oleh organisasi untuk memilih
calon karyawan yang sesuai dan terbaik untuk mengisi posisi yang tersedia. Proses ini
dirancang untuk memastikan bahwa calon yang dipilih memiliki kualifikasi, keterampilan,
dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan posisi dan organisasi. Berikut adalah langkah-
langkah umum dalam proses seleksi:

1. Identifikasi Kebutuhan Posisi:


 Proses seleksi dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk posisi yang
tersedia. Ini mencakup menentukan persyaratan pendidikan, pengalaman,
keterampilan, dan karakteristik yang diinginkan.

2. Pengumuman Lowongan:
 Umumkan posisi yang tersedia melalui berbagai saluran seperti situs web perusahaan,
portal pekerjaan online, surat kabar, atau jejaring sosial.

3. Penerimaan Lamaran:
 Terima lamaran yang diajukan oleh para pelamar. Lamaran biasanya mencakup surat
lamaran, resume, dan dokumen pendukung lainnya.

4. Peninjauan Lamaran:
 Tinjau lamaran yang masuk untuk memeriksa apakah calon memenuhi kualifikasi
dasar yang telah ditentukan. Lamaran yang tidak memenuhi kriteria awal dapat
disaring.

5. Wawancara Awal:
 Laksanakan wawancara awal atau telepon untuk menilai minat, motivasi, dan
kelayakan calon karyawan. Wawancara awal dapat membantu mengidentifikasi
kandidat yang paling potensial.

6. Pengujian dan Tes:


 Jika diperlukan, lakukan pengujian atau tes keterampilan atau pengetahuan untuk
mengukur kemampuan calon dalam bidang tertentu.

7. Wawancara Lanjutan:
 Wawancara lebih mendalam biasanya dilakukan oleh tim seleksi untuk mengevaluasi
keterampilan, pengalaman, dan kesesuaian budaya calon. Ini bisa menjadi wawancara
individu atau panel.

8. Verifikasi Referensi:
 Hubungi referensi yang diberikan oleh calon karyawan untuk memverifikasi riwayat
kinerja dan karakter mereka di tempat kerja sebelumnya.

9. Asesmen Psikologis:
 Gunakan tes psikologis dan asesmen kepribadian untuk memahami karakteristik
kepribadian dan kemampuan calon karyawan.

10. Penilaian Kinerja:


 Gunakan simulasi atau latihan peran untuk menilai kinerja calon dalam situasi yang
mirip dengan pekerjaan yang akan mereka lakukan.

11. Tawaran Pekerjaan:


 Setelah calon yang sesuai dipilih, ajukan penawaran pekerjaan kepada mereka.
Tawarkan rincian tentang gaji, manfaat, dan persyaratan kerja.

12. Penolakan Pelamar yang Tidak Terpilih:


 Komunikasikan dengan baik kepada pelamar yang tidak terpilih untuk memberikan
umpan balik dan menjaga hubungan yang baik

13. Orientasi:
 Setelah calon menerima tawaran pekerjaan, jadwalkan dan jalankan proses orientasi
yang efektif untuk memperkenalkan mereka ke dalam organisasi.

14. Evaluasi dan Perbaikan:


 Setelah proses seleksi selesai, lakukan evaluasi untuk memperbaiki proses seleksi
berikutnya. Identifikasi apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil, dan buat
perbaikan jika diperlukan.

Proses seleksi harus dilakukan dengan transparansi, adil, dan sesuai dengan hukum-
hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Hal ini juga penting untuk menjaga komunikasi
yang baik dengan pelamar dan calon karyawan untuk memberikan pengalaman yang
positif selama proses seleksi.

G. Pendekatan dalam Proses Seleksi


Dalam proses seleksi sumber daya manusia, terdapat beberapa pendekatan atau metode yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memilih calon karyawan yang paling sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Beberapa pendekatan yang umum digunakan dalam proses seleksi
adalah:

1. Pendekatan Tradisional:
 Pendekatan tradisional dalam seleksi melibatkan metode konvensional seperti
wawancara, referensi, tes tertulis, dan pengalaman kerja yang diperoleh calon
karyawan. Pendekatan ini mungkin sesuai untuk posisi yang membutuhkan
pemahaman khusus, keterampilan teknis, atau pengalaman yang lebih tua.

2. Pendekatan Psikometrik:
 Pendekatan psikometrik menggunakan tes dan alat pengukuran untuk menilai
karakteristik psikologis calon karyawan, seperti kepribadian, kecerdasan, dan
keterampilan interpersonal. Pendekatan ini membantu memahami karakteristik
individu dan potensi mereka di tempat kerja.

3. Pendekatan Berbasis Kompetensi:


 Pendekatan berbasis kompetensi menilai calon karyawan berdasarkan kemampuan
dan kompetensi yang relevan dengan posisi yang tersedia. Ini melibatkan identifikasi
kompetensi utama yang dibutuhkan untuk sukses dalam posisi tersebut dan penilaian
calon karyawan berdasarkan kompetensi ini.

4. Pendekatan Simulasi:
 Pendekatan simulasi melibatkan penggunaan situasi tugas atau latihan peran untuk
mengevaluasi keterampilan dan kinerja calon karyawan. Contohnya, calon dapat
diminta menyelesaikan tugas yang mirip dengan pekerjaan yang akan mereka
lakukan.

5. Pendekatan Perilaku:
 Pendekatan perilaku berfokus pada perilaku dan tindakan yang telah ditunjukkan
calon karyawan dalam situasi sebelumnya. Ini melibatkan wawancara berbasis
perilaku di mana calon diminta memberikan contoh perilaku masa lalu yang relevan.

6. Pendekatan Analisis Situasional:


 Pendekatan analisis situasional melibatkan evaluasi calon karyawan dalam situasi-
situasi kerja yang mirip dengan situasi yang mungkin mereka hadapi di tempat kerja.
Ini membantu dalam mengukur kemampuan mereka dalam mengatasi tantangan
pekerjaan.

7. Pendekatan Holistik:
 Pendekatan holistik mempertimbangkan seluruh profil calon karyawan, termasuk
pendidikan, pengalaman, keterampilan, dan karakteristik pribadi. Ini mencoba untuk
mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang keseluruhan individu.

8. Pendekatan Sosial:
 Pendekatan sosial berfokus pada interaksi dan hubungan antara calon karyawan
dengan anggota tim dan budaya organisasi. Ini dapat melibatkan wawancara berbasis
tim dan penilaian kesesuaian budaya.

Pilihan pendekatan dalam proses seleksi akan tergantung pada jenis pekerjaan, organisasi, dan
persyaratan posisi yang tersedia. Terkadang, organisasi juga dapat menggunakan kombinasi
pendekatan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang calon karyawan. Tujuan
utama adalah memastikan bahwa proses seleksi membantu organisasi untuk mempekerjakan
karyawan yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

H. Pengertian Orientasi

Orientasi, dalam konteks manajemen sumber daya manusia, merujuk pada proses pengenalan
dan penyesuaian karyawan baru ke dalam organisasi atau lingkungan kerja mereka. Ini
adalah langkah awal dalam integrasi karyawan baru ke dalam perusahaan dan bertujuan
untuk membantu mereka memahami budaya, kebijakan, aturan, serta tugas dan tanggung
jawab mereka. Orientasi juga mencakup penyediaan informasi yang diperlukan agar
karyawan dapat merasa nyaman dan sukses dalam peran mereka.

Orientasi seringkali melibatkan serangkaian kegiatan, termasuk:

1. Pengenalan Organisasi: Memberikan pemahaman tentang sejarah, misi, visi, dan nilai-
nilai perusahaan. Ini membantu karyawan baru untuk mengerti tujuan dan budaya
organisasi.

2. Pengenalan Aturan dan Kebijakan: Memaparkan aturan dan kebijakan yang berlaku
dalam perusahaan, termasuk aturan kerja, etika, dan peraturan keamanan.
3. Pengenalan Tim dan Rekan Kerja: Memperkenalkan karyawan baru kepada anggota
tim dan rekan kerja mereka. Ini membantu dalam membangun hubungan kerja yang
positif.

4. Pengenalan Tugas dan Tanggung Jawab: Menjelaskan pekerjaan yang akan mereka
lakukan, tugas-tugas harian, serta ekspektasi kinerja.

5. Pemahaman Manfaat dan Kompensasi: Menyediakan informasi tentang manfaat yang


ditawarkan, termasuk gaji, asuransi, cuti, dan program kesejahteraan lainnya.

6. Pelatihan Awal: Memberikan pelatihan dasar yang diperlukan untuk tugas pekerjaan
mereka. Ini bisa mencakup penggunaan perangkat lunak khusus, prosedur operasional,
atau keterampilan teknis.

7. Penjelasan Prosedur Administratif: Memberikan pemahaman tentang prosedur


administratif, seperti pengajuan izin, pengelolaan waktu, dan administrasi dokumen.

8. Evaluasi dan Umpan Balik: Memberikan kesempatan kepada karyawan baru untuk
bertanya pertanyaan, memberikan masukan, dan memahami bagaimana mereka akan
dievaluasi.

Orientasi adalah tahap kritis dalam pengelolaan sumber daya manusia karena membantu
karyawan baru merasa nyaman dan terintegrasi dengan cepat ke dalam organisasi. Dengan
orientasi yang efektif, karyawan baru dapat memulai pekerjaan mereka dengan keyakinan,
meminimalkan ketidakpastian, dan mulai berkontribusi dengan produktif dalam waktu
singkat

I. Tujuan Orientasi
Tujuan dari program orientasi karyawan adalah memberikan pemahaman, pengetahuan, dan
dukungan yang diperlukan kepada karyawan baru saat mereka memasuki organisasi atau
lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari program orientasi:

1. Integrasi Karyawan: Membantu karyawan baru merasa selamat dan terintegrasi ke


dalam budaya, struktur, dan lingkungan kerja organisasi. Ini membantu mereka merasa
menjadi bagian dari tim dan memahami peran mereka dalam keseluruhan organisasi.

2. Pemahaman Organisasi: Memberikan pemahaman yang jelas tentang sejarah, misi, visi,
dan nilai-nilai organisasi. Karyawan yang memahami tujuan organisasi lebih mungkin
untuk berkontribusi secara efektif.

3. Pengetahuan Aturan dan Kebijakan: Memastikan bahwa karyawan memahami aturan,


kebijakan, etika, dan peraturan yang berlaku dalam organisasi. Ini membantu mencegah
pelanggaran aturan dan konflik.

4. Pengenalan Tugas dan Tanggung Jawab: Menjelaskan tugas dan tanggung jawab yang
diharapkan dari karyawan. Ini membantu karyawan memahami ekspektasi kerja mereka.

5. Kemampuan Pekerjaan Awal: Memberikan pelatihan dasar atau bimbingan untuk


memastikan bahwa karyawan baru memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk memulai pekerjaan mereka.

6. Pengenalan Manfaat dan Kompensasi: Memaparkan manfaat dan kompensasi yang


diberikan oleh organisasi, termasuk gaji, asuransi, cuti, dan manfaat lainnya. Ini
membantu karyawan memahami kompensasi mereka.

7. Pengenalan Tim dan Rekan Kerja: Memperkenalkan karyawan baru kepada rekan-
rekan kerja dan anggota tim mereka. Ini membantu membangun hubungan kerja yang
positif dan kolaboratif.
8. Pemahaman Prosedur Administratif: Menjelaskan prosedur administratif yang berlaku
dalam organisasi, seperti prosedur pengajuan izin, pengelolaan waktu, dan administrasi
dokumen.

9. Mengurangi Ketidakpastian: Meminimalkan ketidakpastian dan kebingungan yang


seringkali dialami oleh karyawan baru saat mereka bergabung dengan organisasi.

10. Evaluasi dan Umpan Balik: Memberikan kesempatan kepada karyawan baru untuk
bertanya pertanyaan, memberikan masukan, dan memahami bagaimana mereka akan
dievaluasi dan mendapatkan umpan balik dalam pekerjaan mereka.
11. Keselamatan dan Kesehatan: Memastikan bahwa karyawan baru memahami prosedur
keselamatan dan kesehatan yang relevan, serta cara menghindari cedera atau risiko
kesehatan di tempat kerja.

Program orientasi yang efektif membantu karyawan baru merasa nyaman, termotivasi, dan siap
untuk berkontribusi dengan produktif dalam organisasi. Hal ini juga membantu mengurangi
turnover karyawan dan mempromosikan retensi bakat.

J. Manfaat Orientasi

Program orientasi karyawan memberikan berbagai manfaat, baik bagi organisasi maupun
karyawan baru. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari program orientasi:

a) Manfaat bagi Organisasi:

1. Peningkatan Produktivitas: Karyawan yang telah mendapatkan orientasi yang baik


cenderung menjadi lebih produktif lebih cepat karena mereka memiliki pemahaman yang
lebih baik tentang tugas dan tanggung jawab mereka.

2. Penurunan Turnover Karyawan: Karyawan yang merasa terintegrasi dan nyaman


dalam organisasi memiliki kecenderungan lebih rendah untuk meninggalkan pekerjaan
mereka. Ini mengurangi biaya dan kerugian yang terkait dengan turnover.

3. Peningkatan Kepatuhan: Dengan memahami aturan, kebijakan, dan etika organisasi,


karyawan cenderung lebih patuh terhadap standar dan peraturan yang berlaku.

4. Peningkatan Kepuasan Karyawan: Karyawan yang merasa diberi perhatian dan


dukungan dalam proses adaptasi mereka cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan
dan organisasi.

5. Mengurangi Kesalahan dan Kecelakaan: Karyawan yang diberi pemahaman tentang


prosedur keselamatan dan kesehatan cenderung lebih berhati-hati di tempat kerja,
mengurangi risiko kesalahan dan kecelakaan.

6. Meningkatkan Citra Organisasi: Program orientasi yang baik mencerminkan


komitmen organisasi terhadap pengembangan dan pemberdayaan karyawan. Hal ini dapat
meningkatkan citra organisasi di mata karyawan dan calon karyawan.
b) Manfaat bagi Karyawan Baru:

1. Pemahaman tentang Pekerjaan: Karyawan baru mendapatkan pemahaman yang lebih


baik tentang tugas dan tanggung jawab mereka, membantu mereka merasa lebih percaya
diri dalam melaksanakan pekerjaan mereka.

2. Penyesuaian yang Lebih Cepat: Dengan orientasi yang efektif, karyawan baru dapat
menyesuaikan diri dengan organisasi lebih cepat, mengurangi tingkat stres dan
ketidakpastian.

3. Kepuasan Pribadi: Karyawan baru merasa lebih puas ketika mereka memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang peran mereka dalam organisasi, serta bagaimana
mereka dapat berkontribusi.

4. Hubungan Kerja yang Positif: Orientasi membantu karyawan baru membangun


hubungan kerja yang positif dengan rekan kerja dan anggota tim mereka.

5. Pemahaman Manfaat dan Kompensasi: Karyawan baru dapat memahami manfaat,


gaji, asuransi, dan kompensasi lainnya yang mereka terima dari organisasi.

6. Pengetahuan tentang Budaya Organisasi: Karyawan baru mendapatkan pemahaman


tentang budaya organisasi, yang membantu mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
dan etika yang dianut oleh organisasi.

7. Kesadaran akan Keselamatan: Karyawan baru memahami pentingnya keselamatan di


tempat kerja dan bagaimana menghindari risiko.

Program orientasi yang efektif membantu karyawan baru memulai pekerjaan mereka dengan
keyakinan, meningkatkan keberhasilan mereka dalam peran mereka, dan membantu
organisasi mencapai tujuan bisnisnya. Itu juga merupakan investasi yang berharga dalam
pengembangan dan retensi bakat.

K. Tahapan Orientasi
Tahapan dalam program orientasi karyawan dapat bervariasi tergantung pada organisasi dan
posisi kerja yang bersangkutan, tetapi umumnya melibatkan serangkaian langkah yang
dirancang untuk membantu karyawan baru beradaptasi dengan lingkungan kerja mereka.
Berikut adalah tahapan umum dalam program orientasi karyawan:

1. Pengenalan Awal (Pre-Orientasi):


 Sebelum karyawan baru memulai pekerjaan mereka, seringkali ada tahap persiapan
atau pengenalan awal. Ini mungkin melibatkan pemberian informasi dasar tentang
waktu dan tempat orientasi, serta dokumen yang harus dibawa (misalnya, dokumen
identifikasi, bukti kewarganegaraan, dll.).

2. Penerimaan di Hari Pertama:


 Pada hari pertama kerja, karyawan baru biasanya disambut dan diarahkan ke area atau
ruangan khusus yang telah disiapkan untuk orientasi. Mereka akan menerima selamat
datang resmi dan informasi awal.

3. Pengenalan Organisasi:
 Bagian awal dari orientasi biasanya mencakup presentasi tentang organisasi, termasuk
sejarah, misi, visi, dan nilai-nilai perusahaan. Hal ini membantu karyawan baru
memahami konteks organisasi.

4. Pengenalan Aturan dan Kebijakan:


 Karyawan baru diberikan penjelasan tentang aturan, kebijakan, dan etika yang
berlaku dalam organisasi. Ini mencakup aturan kerja, kode etik, dan prosedur
keselamatan.

5. Pengenalan Tim dan Rekan Kerja:


 Karyawan baru diperkenalkan kepada anggota tim mereka dan rekan kerja. Ini
memungkinkan mereka membangun hubungan kerja yang positif.

6. Pengenalan Tugas dan Tanggung Jawab:


 Karyawan baru menerima informasi tentang tugas dan tanggung jawab mereka, serta
ekspektasi kinerja. Mereka mendapatkan pemahaman tentang apa yang diharapkan
dari mereka.

7. Pengenalan Manfaat dan Kompensasi:


 Karyawan diberikan informasi tentang manfaat yang ditawarkan, termasuk gaji,
asuransi, cuti, dan manfaat lainnya.
8. Pelatihan Awal:
 Jika diperlukan, pelatihan awal diberikan untuk memastikan bahwa karyawan baru
memiliki keterampilan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka.

9. Prosedur Administratif:
 Karyawan baru diberikan informasi tentang prosedur administratif yang relevan,
seperti pengajuan izin, pengelolaan waktu, dan administrasi dokumen.

10. Pertanyaan dan Diskusi:


 Karyawan baru diberikan kesempatan untuk bertanya pertanyaan dan berpartisipasi
dalam diskusi. Ini membantu mereka memahami aspek-aspek spesifik tentang peran
dan organisasi mereka.

11. Evaluasi dan Umpan Balik:


 Orientasi biasanya mencakup evaluasi dan umpan balik. Karyawan baru dapat
memberikan masukan tentang pengalaman mereka selama orientasi.

12. Pemantauan dan Pendampingan:


 Beberapa organisasi mungkin memberikan dukungan lanjutan dan pemantauan
selama periode awal kerja, termasuk mentor atau supervisor yang bertanggung jawab
membantu karyawan baru.

13. Sesi Penutup:


 Orientasi biasanya diakhiri dengan sesi penutup yang melibatkan rekapitulasi,
penghargaan, dan penutupan formal dari program orientasi.

Penting untuk mencatat bahwa program orientasi dapat berlangsung beberapa hari atau
berminggu-minggu tergantung pada organisasi dan kompleksitas peran karyawan. Tujuan
utama adalah memastikan bahwa karyawan baru memiliki pengetahuan, dukungan, dan
pemahaman yang mereka butuhkan untuk menjadi produktif dan terintegrasi dengan baik
di lingkungan kerja mereka.

L. Teknik – Teknik Orientasi


Orientasi adalah proses yang melibatkan pengenalan karyawan baru ke organisasi dan
lingkungan kerja mereka. Teknik-teknik berikut ini dapat digunakan dalam program orientasi
untuk membantu karyawan baru beradaptasi dengan baik:

1. Presentasi Perusahaan: Dalam presentasi ini, anggota manajemen atau pemimpin


organisasi menjelaskan sejarah, misi, visi, nilai-nilai, dan tujuan perusahaan. Hal ini
membantu karyawan baru memahami konteks organisasi dan budaya kerja.

2. Sesi Diskusi: Sesi diskusi melibatkan karyawan baru dalam percakapan terbuka di mana
mereka dapat bertanya pertanyaan dan memahami lebih banyak tentang organisasi, peran
mereka, dan apa yang diharapkan.

3. Pendampingan: Seorang mentor atau rekan kerja senior dapat ditugaskan untuk
memberikan dukungan dan panduan kepada karyawan baru. Mereka dapat membantu
dalam memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, dan membantu karyawan baru
berintegrasi lebih baik.

4. Ruang Pertemuan dan Tur Lokasi: Membawa karyawan baru ke berbagai area dan
fasilitas di tempat kerja, seperti ruang rapat, kantin, kamar mandi, dan area penting
lainnya. Hal ini membantu karyawan baru merasa lebih nyaman dan mengetahui letak
tempat-tempat penting.

5. Pemutaran Video: Video yang menjelaskan organisasi, produk atau layanan, budaya
kerja, dan aturan keselamatan dapat digunakan untuk memberikan pemahaman yang
lebih baik kepada karyawan baru.

6. Dokumen Tertulis: Memberikan brosur, petunjuk, dan materi tertulis lainnya kepada
karyawan baru untuk referensi selama orientasi dan selanjutnya.

7. Simulasi Situasi Kerja: Menggunakan simulasi situasi kerja yang melibatkan karyawan
baru dalam tugas atau peran yang mereka akan lakukan di tempat kerja. Hal ini
membantu mereka memahami tugas mereka dengan lebih baik.
8. Permainan Peran: Melibatkan karyawan baru dalam permainan peran di mana mereka
dapat menghadapi situasi yang mungkin terjadi di tempat kerja dan belajar cara
mengatasi mereka.

9. Pelatihan Teknis: Pelatihan teknis awal yang melibatkan karyawan baru dalam
pengembangan keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
mereka.
10. Pendekatan Berbasis Kompetensi: Menggunakan pendekatan berbasis kompetensi
untuk menilai keterampilan karyawan baru dan menyelaraskannya dengan kebutuhan
pekerjaan.

11. Pengenalan Software dan Sistem: Melibatkan karyawan baru dalam pengenalan
perangkat lunak, sistem, dan alat teknologi yang akan mereka gunakan dalam pekerjaan
mereka.

12. Jadwal Orientasi Terstruktur: Menjadwalkan orientasi dengan jadwal yang terstruktur
untuk memastikan bahwa karyawan baru menerima informasi dan pelatihan yang
diperlukan selama berbagai tahap orientasi.

13. Kunjungan Lapangan: Mengunjungi lokasi atau fasilitas di luar kantor pusat organisasi
yang relevan dengan pekerjaan karyawan baru.

Penggunaan teknik-teknik ini dalam orientasi membantu karyawan baru merasa lebih
nyaman, memahami peran mereka, dan dapat berkontribusi dengan produktif di lingkungan
kerja mereka. Setiap organisasi dapat memilih teknik-teknik yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan budaya mereka.

M. Jenis – Jenis Orientasi

Orientasi karyawan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan cakupan, tujuan, dan
waktu pelaksanaannya. Berikut adalah beberapa jenis orientasi yang umum:

1. Orientasi Organisasi:
 Ini adalah orientasi karyawan pada tingkat organisasi. Tujuannya adalah memberikan
pemahaman tentang sejarah, misi, visi, nilai-nilai, dan tujuan organisasi. Orientasi ini
membantu karyawan memahami konteks kerja mereka dan bagaimana peran mereka
mendukung visi dan tujuan organisasi.

2. Orientasi Pekerjaan:
 Orientasi pekerjaan berfokus pada pekerjaan atau posisi spesifik yang akan dijalani
oleh karyawan. Tujuannya adalah menjelaskan tugas, tanggung jawab, dan ekspektasi
kinerja yang terkait dengan pekerjaan tersebut.

3. Orientasi Budaya:
 Ini membahas budaya kerja organisasi, nilai-nilai, norma, dan etika yang harus diikuti
oleh karyawan. Orientasi budaya membantu karyawan memahami bagaimana
berinteraksi dan berperilaku di lingkungan kerja.

4. Orientasi Departemen atau Unit Kerja:


 Orientasi ini berfokus pada unit kerja atau departemen tertentu di dalam organisasi.
Ini membantu karyawan memahami peran dan tanggung jawab spesifik mereka dalam
konteks unit atau departemen tersebut.

5. Orientasi Teknis atau Keterampilan:


 Jika pekerjaan melibatkan keterampilan teknis atau pengetahuan khusus, orientasi
teknis memberikan pelatihan awal atau informasi untuk mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan.

6. Orientasi Keamanan:
 Ini menyoroti aspek keselamatan di tempat kerja, termasuk prosedur keselamatan,
tindakan darurat, dan cara menghindari risiko di tempat kerja.

7. Orientasi Karyawan Kontrak atau Sementara:


 Karyawan yang disewa dengan kontrak atau sementara mungkin mengikuti orientasi
khusus yang menyoroti perbedaan dan persyaratan khusus untuk status mereka.

8. Orientasi Penggunaan Teknologi:


 Jika pekerjaan melibatkan penggunaan perangkat lunak atau teknologi khusus,
orientasi teknologi memberikan pelatihan tentang penggunaan alat-alat tersebut.

9. Orientasi Remote atau Jarak Jauh:


 Karyawan yang bekerja dari jarak jauh atau secara remote mungkin mengikuti
orientasi khusus yang mempertimbangkan tantangan dan kebutuhan mereka.

10. Orientasi Internasional:


 Ini diberikan kepada karyawan yang bekerja dalam lingkungan multikultural atau
yang bekerja di luar negeri. Ini membantu memahami perbedaan budaya, peraturan,
dan tantangan internasional.

11. Orientasi Kembali (Re-Orientasi):


 Karyawan yang mengalami perubahan peran atau perubahan signifikan dalam
pekerjaan mereka dapat mengikuti orientasi kembali untuk membantu mereka
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

12. Orientasi Profesional:


 Ini terfokus pada pengembangan profesional karyawan, termasuk pelatihan lanjutan,
sertifikasi, dan jalur karir dalam organisasi.

13. Orientasi Masa Perkenalan:


 Ini diselenggarakan sebelum karyawan resmi mulai bekerja dan biasanya melibatkan
pengenalan singkat kepada perusahaan dan budayanya.

Setiap jenis orientasi memiliki tujuan dan cakupan yang berbeda, dan organisasi mungkin
memilih untuk mengkombinasikan beberapa jenis orientasi sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik karyawan dan pekerjaan mereka.

N. Sasaran Utama Orientasi

Sasaran utama dari program orientasi karyawan adalah membantu karyawan baru beradaptasi
dan mengintegrasikan diri dengan organisasi serta lingkungan kerja mereka dengan sukses.
Beberapa sasaran utama dari program orientasi adalah:

1. Pemahaman Organisasi: Memastikan bahwa karyawan baru memiliki pemahaman yang


baik tentang organisasi, termasuk sejarah, misi, visi, nilai-nilai, dan tujuan perusahaan.
Ini membantu mereka merasa terhubung dengan tujuan organisasi.
2. Pemahaman Pekerjaan: Menjelaskan tugas, tanggung jawab, dan ekspektasi kinerja
yang terkait dengan pekerjaan mereka. Karyawan baru harus memiliki pemahaman yang
jelas tentang apa yang diharapkan dari mereka.

3. Pengetahuan Budaya Organisasi: Membantu karyawan baru memahami budaya kerja


organisasi, termasuk nilai-nilai, norma, dan etika yang harus diikuti. Ini membantu
mereka berinteraksi dengan rekan kerja dan berperilaku sesuai dengan budaya organisasi.

4. Pengetahuan Aturan dan Kebijakan: Menjelaskan aturan, kebijakan, dan etika yang
berlaku dalam organisasi, termasuk aturan kerja, kode etik, dan prosedur keselamatan.
Hal ini membantu mencegah pelanggaran dan konflik.

5. Pemahaman Manfaat dan Kompensasi: Memberikan informasi tentang manfaat yang


ditawarkan, seperti gaji, asuransi, cuti, dan manfaat lainnya. Karyawan baru harus tahu
apa yang mereka dapatkan sebagai imbalan kerja.

6. Pengenalan Tim dan Rekan Kerja: Memperkenalkan karyawan baru kepada anggota
tim mereka dan rekan kerja. Ini membantu membangun hubungan kerja yang positif.

7. Kepuasan Karyawan: Membantu karyawan baru merasa nyaman dan puas dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja mereka.

8. Penyediaan Dukungan: Memberikan dukungan yang diperlukan kepada karyawan baru,


baik dari supervisor, mentor, atau rekan kerja, untuk membantu mereka beradaptasi
dengan lingkungan kerja.

9. Pemahaman Peran dan Tanggung Jawab: Memastikan bahwa karyawan baru


memahami peran dan tanggung jawab mereka serta bagaimana mereka berkontribusi
pada kesuksesan organisasi.

10. Pemahaman Peraturan Keselamatan: Mengenalkan karyawan baru pada prosedur


keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, serta cara menghindari risiko dan cedera.

11. Peningkatan Produktivitas: Memungkinkan karyawan baru untuk menjadi produktif


secepat mungkin dengan pemahaman yang baik tentang pekerjaan mereka.

12. Pengurangan Turnover: Membantu karyawan baru merasa terlibat dan terintegrasi,
sehingga mereka cenderung lebih lama bertahan dalam organisasi dan tidak
meninggalkan pekerjaan mereka.
13. Peningkatan Retensi Bakat: Meningkatkan kemungkinan bahwa karyawan baru akan
tetap di organisasi dan berkembang menjadi aset berharga dalam jangka panjang.
14. Mengurangi Ketidakpastian: Meminimalkan ketidakpastian yang seringkali dialami
oleh karyawan baru saat mereka bergabung dengan organisasi.

Sasaran-sasaran ini membantu memastikan bahwa karyawan baru dapat mengambil langkah
yang sukses dalam peran mereka dan menjadi kontributor yang berarti bagi organisasi. Orientasi
yang baik membantu organisasi mencapai tujuan bisnisnya sambil mempromosikan
kesejahteraan dan kepuasan karyawan

Anda mungkin juga menyukai