A. Standar-Standar Seleksi
Seleksi personil merupakan suatu proses bagi sebuah perusahaan untuk memutuskan
tentang siapa yang akan masuk ke dalam organisasi dan siapa yang tidak akan diijinkan
masuk ke dalam organisasi. Beberapa standar-standar umum seharusnya memenuhi setiap
proses seleksi. Dalam hal ini kita memfokuskannya pada lima hal yaitu: Reliabilitas,
Validitas, Generalisabilitas, Utilitas Dan Legalitas.
1. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran kinerja yang merupakan tingkatan dimana
pengukuran kinerja bebas dari kesalahan acak. Hal-hal yang terkait dalam reliabilitas antara
lain:
2. Validitas
Validitas adalah perluasan dimana pengukuran kinerja menilai seluruh aspek-aspek yang
relevan dari kinerja pekerjaan. Hal-hal yang terkait dengan validitas antara lain:
a. Kriteria - Validitas terkait, yaitu suatu metode pembuatan validitas dari metode
seleksi personil dengan memperlihatkan korelasi substansial antara nilai tes dengan
nilai kinerja pekerjaan. Kajian Kriteria - validitas terkait ini berasal dari dua varietas,
yaitu :
1) Predictive Validation, yang berusaha membangun hubungan empirik antara skor tes
pelamar dan kinerja akhir mereka pada pekerjaan.
2) Concurrent Validation, dimana tes dialamatkan pada seluruh individu-individu yang
sedang memegang pekerjaan dan kemudian skor jabatan dikorelasikan dengan
pengukuran yang ada dari kinerja pekerjaan mereka.
b. Validasi Isi, yaitu suatu tes – tes strategi validasi yang dilakukan dengan
mendemonstrasikan sub bagian-sub bagian, pertanyaan-pertanyaan, atau masalah-
masalah tersebut yang dibentuk oleh suatu tes adalah contoh representative dari jenis-
jenis situasi atau masalah-masalah yang terjadi pada pekerjaan.
3. Generalisabilitas
Generalisabilitas adalah tingkatan dimana validitas dari suatu metode seleksi dibangun dalam
satu konteks yang diperluas ke konteks lainnya.
4. Utilitas
5. Legalitas
Legalitas merupakan standar akhir dalam metode seleksi. Seluruh metode seleksi harus sesuai
atau mengikuti peraturan atau undang-undang yang berlaku dan kebiasaan-kebiassaan hukum
yang berlaku.
B. Konsep seleksi
Seleksi merupakan suatu keputusan untuk menerima atau menolak seseorang calon
karyawan untuk pekerjaan tertentu berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai penentu
apakah calon karyawan memiliki kemampuan yang diperlukan oleh perusahaan dan dapat
berhasil kedepannya.
C. Proses seleksi
Langkah-langkah dalam Proses Seleksi
Proses seleksi merupakan jalur dua arah. Organisasi memilih para karyawan dan para
pelamar memilih perusahaan. Seleksi dimulai dengan kunjungan calon pelamar ke kantor
personalia atau dengan permintaan tertulis untuk aplikasi.
Bila pelamar datang sendiri, wawancara pendahuluan dapat dilakukan. Ini akan sangat
membantu dalam upaya menghilangkan kesalahapahaman dan menghindarkan pencarian
informasi dari sumber tidak resmi (“jalan belakang”).
Selain harus feasible penggunaan tes juga harus fleksibel. Hasil tes tidak selalu merupakan
langkah pertama atau terakhir dalam proses seleksi. Akhirnya, tes penerimaan hanya
merupakan suatu teknis di antara berbagai teknik yang digunakan dalam proses seleksi,
karena tes hanya dapat dilakukan terhadap faktor-faktor yang bisa diuji secara mudah.
Wawancara seleksi adalah percakapan formal dan mendalam yang dilakukan untuk
mengevaluasi hal dapat diterimanya atau tidak (acceptability) seorang pelamar. Pewawancara
(interviewer) mencari jawab dua pertanyaan umum. Dapatkah pelamar melaksanakan
pekerjaan? Bagaimana kemampuan pelamar dibandingkan dengan pelamar lain?
Wawancara seleksi mempunyai dua kelemahan utama yaitu reliabilitas dan validitas.
Bagaimanapun juga teknik wawancara penting dilakukan dalam proses seleksi karena
efektivitasnya dapat dipercaya dan mempunyai fleksibilitas.
Proses Wawancara
Terminasi. Bila waktu wawancara yang tersedia habis, pewawancara perlu memberi
isyarat bahwa wawancara akan segera diakhiri, dalam hal ini sekali lagi komunikasi
non verbal sangat berguna.
Referensi pribadi tentang karakter pelamar biasanya diberikan oleh keluarga atau
teman-teman terdekat yang ditunjuk oleh pelamar sendiri atau diminta perusahaan. Bila
referensi diserahkan secara tertulis, pemberi referensi biasanya hanya menekankan hal-hal
positif. Oleh karena itu, referensi pribadi pada umumnya jarang digunakan.
Referensi pekerjaan mencakup latar belakang atau pengalaman kerja pelamar. Banyak
spesifikasi personalia bersikap skeptis terhadap referensi-referensi tersebut, karena dalam
kenyatannya organisasi sangat jarang untuk mendapatkan referensi yang benar.
Komitmen para penyelia pada umumnya akan semakin besar bila mereka diajak
berpartisipasi dalam proses seleksi. Partisipasi mereka paling baik diperoleh melalui
supervisory interview. Dengan mengajukan serangkaian pertanyaan, penyelia menilai
kecakapan teknis, potensi, kesediaan bekerjasama, dan seluruh kecocokan pelamar.
Wawancara ini berguna sebagai suatu cara efektif untuk meminimumkan pertukaran
karyawan, karena karyawan telah dapat memahami perusahaan dan pekerjaannya sebelum
mereka mengambil keputusan untuk bekerja pada perusahaan.
Hasil akhir proses seleksi adalah orang yang diterima sebagai karyawan baru. Bila masukan-
masukan seleksi diperhatikan dengan seksama dan langkah-langkah dalam proses seleksi
diikuti secara benar, maka para karyawan baru akan merupakan sumber daya manusia yang
produktif. Dan karyawan produktif adalah bukti paling baik suatu proses seleksi yang efektif.
D. Metode Seleksi
a. Metode non-ilmiah
Metode non ilmiah adalah seleksi yang dilakukan dimana dasar pemilihannya tidak
didasarkan kepada kriteria atau standar ataupun spesifikasi jabatan, tetapi hanya berdasarkan
kepada perkiraan pengalaman.
b. Metode ilmiah
Metode ilmiah adalah seleksi yang dalam pekerjaannya didasarkan kepada spesifikasi jabatan
dan kebutuhan nyata yang akan diisi serta pedoman kepada kriteria dan standar tertentu.
Seleksi metode ini merupakan pengembangan seleksi non-ilmiah.
Dalam metode ilmiah berdasarkan ilmu pengetahuan diadakan test kepada calon karyawan
yang mana nilai dan hasil test tersebut sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
apakah karyawan tersebut diterima atau ditolak.
E. Penempatan SDM
Proses penempatan merupakan suatu proses yang sangat menentukan dalam mendapatkan
karyawan yang kompeten yang dibutukan perusahaan, karena penempatan yang tepat dalam
posisi jabatan yang tepat akan dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan.
Faktor Penempatan
Faktor yang perlu dipertimbangan dalam penempatan kerja karyawan tersebut adalah sebagai
berikut :
Faktor prestasi akademik yang telah dicapai oleh karyawan selama mengikuti jenjang
pendidikan harus mendapat pertimbangan dalam menempatkan dimana karyawan yang
bersangkutan harus melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta wewenang dan tanggung
jawab.
2. Faktor Pengalaman
Pengalaman para karyawan sejenis yang telah dialami sebelumnya, perlu mendapat
pertimbangan dalam rangka penempatan karyawan. Pengalaman bekerja banyak memberikan
kecenderungan bahwa karyawan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif
tinggi. Sebaliknya rendah tingkat keahlian dan keterampilannya.
Faktor kesehatan fisik dan mental perlu mendapatkan pertimbangan dalam penempatan
karyawan, meskipun kurang akurat terhadap tingkat kepercayaan hasil tes kesehatan
dilakukan terutama kondisi fisik, namun secara sepintass dapat dilihat kondisi fisik karyawan
yang bersangkutan untuk dipertimbangan pada tempat mana dia diberikan tugas dan
pekerjaan yang cocok baginya berdasarkaan kondisi yang dimilikinya.
4. Faktor Sikap
Sikap merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Dalam perpenempatan karyawan
faktor sikap hendaknya menjadi pertimbangan bagi manajer sumber daya manusia, karena hal
tersebut akan berpengaruh secara langsung baik bagi individu dan perusahaan maupun bagi
masyarakat sebagai pengguna jasa dari perusahaan ittu sendiri.
Untuk mengetahui status perkawinan karyawan kerja adalah hal yang penting. Dengan
mengetahui status perkawinannya dapat ditentukan, dimana seseorang akan ditempatkan.
Misalnya karyawan yang belum menikah ditempatkan di cabang peusahaandi luar kota dan
sebaliknya karyawan yang sudah menikah d itempatkan pada perusahaan di dalam kota
dimana keluarganya bertempat tinggal.
6. Faktor Usia