Anda di halaman 1dari 38

Analisis Produktivitas

Productivity Improvement And Sustaining

Dosen Pengampu:
Larasati Kusuma., S.T., M.T
Outline Perkuliahan
• Model Pengukuran Produktivitas
- Marvin E. Mundel
- OMAX
- Productivity Evaluation Tree (PET)
• Productivity Improvement And Sustaining
- Konsep Perbaikan Produktivitas
- Teknik Peningkatan Produktivitas Dasar
- Model Peningkatan Produktivitas Analitik
Model Pengukuran Marvin E. Mundel

• Model Mundel merupakan pengembangan dari penjelasan


produktivitas output dan input, yang pada awalnya dirancang
untuk perusahaan di bidang fabrikasi.
• Model Mundel kemudian dikembangkan dengan dasar konsep
dalam ilmu industrial engineering dengan pengertian-pengertian
biaya dalam accounting (Gaspersz, Vincent, 1998)
Model Pengukuran Marvin E. Mundel (2)

• Indeks Produktivitas =
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑙𝑖𝑝𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟

• IP = 𝐴𝑂𝑀𝑃/𝑅𝐼𝑀𝑃
𝐴𝑂𝐵𝑃/𝑅𝐼𝐵𝑃
𝑥 100

Keterangan:
IP = Indeks Produktivitas
AOMP = output agregat untuk periode yang diukur
AOBP = output agregat untuk periode dasar
RIMP = input untuk periode yang diukur
RIBP = input untuk periode dasar
Contoh Soal menggunakan Model Mundel
Jawaban menggunakan Model Mundel

Indeks produktivitas tenaga kerja

1500/4000
IP = 𝑥 100 = 75
1000/2000

Indeks produktivitas ongkos tenaga kerja

1500/23000
IP = 𝑥 100 = 130,43
1000/20000
Jawaban menggunakan Model Mundel (2)

Untuk nilai produktivitas lainnya:


Model Pengukuran Metode OMAX

• OMAX merupakan model pengukuran produktivitas menggunakan sistem


skor yang memperlihatkan matriks pengukuran dari KPI yang tersedia,
dengan menjalankan suatu konsolidasi matriks itu menjadi sebuah ukuran
tunggal (current performance).
• Metode OMAX dikembangkan oleh James L. Riggs
• Penggunaan metode ini pada perusahaan yang biasanya memiliki indikator
kinerja yang kualitatif dan kuantitatif menjadi sebuah matriks tunggal
Model Pengukuran Metode OMAX (2)

• Dalam menggunakan metode ini, pertimbangan yang digunakan pada suatu


organisasi/perusahaan antara lain:
- Pengaplikasian yang sederhana, mudah dimengerti konsep dasarnya
- Mudah untuk dijalankan, tidak memerlukan keahlian secara spesifik dan software
yang spesifik
- Perolehan data yang mudah untuk diperoleh (data aktual, masa lalu, target
capaian)
- Fleksibel bergantung pada permasalahan yang sedang dihadapi
Model Pengukuran Metode OMAX (3)
Model Pengukuran Metode OMAX (4)
Model Pengukuran Metode OMAX (5)
Model Pengukuran Metode OMAX (6)
• Bagian A:
1. Merupakan defining atau faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu
organisasi/perusahaan.
2. Baris kedua yaitu performance merupakan hasil dari pencapaian kinerja perusahaan pada
masing-masing KPI yang ada.
• Bagian B, adalah bagian quantifying, yakni pembagian pada level pencapaian kerja dari
level 10 (tertinggi) hinga pada level terendah (nol).
- Level 10 merupakan level pencapaian tertinggi atau merupakan target yang telah
ditetapkan oleh sebuah perusahaan
- Tingkat pencapaian awal matriks dioperasikan (pencapaian kinerja perusahaan
sebelumnya) diletakkan pada level ke 3.
- Dibawah level 3 adalah pencapaian yang lebih buruk selama perusahaan beroperasi (level
nol)
- Besaran matriks dapat diperoleh dengan membagu interval antara level 10 sampai dengan
level 3 dan antara level ke 3 sampai dengan level nol.
Model Pengukuran Metode OMAX (7)
• Bagian C, merupakan bagian monitoring, sebagai analisis terhadap level,
weight dan value untuk masing-masing KPI.
- Baris level atau score diisikan sesuai dengan posisi level pencapain KPI yang
telah ditentukan pada bagian B
- Baris weight diisi sesuai dengan bobot masing-masing KPI yang diisi oleh
pihak perusahaan
- Baris value adalah hasil penilaian atau pengalian antara baris level dengan
bobot masing-masing KPI yang tersedia.
• Index, adalah hasil penjumlahan seluruh nilai (value) dari masing-masing
kriteria yang menyatakan indikator pencapaian kinerja perusahaan.
Peningkatan kinerja dapat ditentukan dari besaran kenaikan indikator
pencapaian bila dibandingkan dengan pengukuran periode sebelumnya.
Urutan dalam menyusun Model OMAX
a) Mengidentifikasi kriteria mayor dan model atau rumusan pengukuran yang tepat untuk
setiap kriteria yang disajikan.
b) Tingkatan kinerja sebelum dilakukan penilaian baru diletakkan pada level ke 3 dan level 10
merupakan target yang hendak dicapai perusahaan.
c) Kinerja tujuan untuk setiap kriteria, ditentukan berdasarkan target perusahaan tersebut.
Kinerja tujuan merupakan kesepakatan antar top manajemen pada perusahaan sesuai
dengan mekanisme penetapan target yang ada pada perusahaan itu.
d) Menggunakan skala linier, jenjang pencapaian tujuan akan ditentukan dan dipenuhi
dalam tingkatan antara tiga sampai dengan sepuluh.

• Rumus skala linier: ∆XL-H=


𝑌𝐻 −𝑌𝐿
𝑋𝐻 −𝑋𝐿
Urutan dalam menyusun Model OMAX

• Pada saat yang bersamaan, fleksibilitas kontra prestasi turut diidentifikasi dan diisikan di
bawah level 3, tingkat minimum dikorespondesikan dengan tingkat.level nol.
• Dikarenakan beberapa kriteria yang lebih penting dibandingkan dengan kriteria yang lain,
pembobotan dilakukan untuk tiap parameter kinerja yang jumlah keseluruhannya adalah
100.
• Pada setiap penutupan periode pengukuran, hasil aktual untuk setiap kriteria atau
parameter kinerja dihitung dan ditempatkan pada baris “performance”.
• Isi baris “performance” diasosiasikan dengan tingkat/level dari 0 sampai 10 secara vertikal
sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya. Hasil penilaian ini diisikan pada baris “level”.
• Setiap “level” dikalikan dengan bobot untuk setiap kriteria untuk mendapat nilai “value”
• Penjumlahan dari seluruh “value” adalah indeks kinerja. Pergerakkan dari indeks tersebut
merupakan total pergerakan pencapaian kinerja unit bisnis perusahaan.
Productivity Evaluation Tree (PET) Model

• Model Productivity Evaluation Tree (PET) merupakan salah satu model


dalam membuat perencanaan produktivitas jangka pendek dengan
menggunakan pohon evaluasi produktivitas.
• Metode ini mengandalkan pada keputusan manajerial terutama dalam hal
mengidentifikasi dan menguji alternatif dalam penetapan target
produktivitas total di masa yang akan datang.
Productivity Evaluation Tree (PET) Model (2)
• Usaha pengembangan alternatif dan perancangan pohon evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan dasar kombinasi alternatif dalam
peningkatak produktivitas seperti pada gambar di bawah ini,
Productivity Evaluation Tree (PET) Model (3)
• Aspek penting pada model productivity evaluation tree (PET) ini selain untuk
pengembangan dan pengujian alternatif, adalah juga sebagai syarat yang harus
diperhatikan dalam pengaplikasian model ini pada sebuah perusahaan.
• Beberapa formula yang perlu diperhatikan:
Langkah-Langkah Perancangan Produktivitas
dengan Model PET
Productivity Improvement & Sustaining
Peningkatan Produktivitas?

• Productivity Improvement atau peningkatan produktivitas adalah upaya-


upaya secara sistematis, terstruktur dan terorganisir agar diperoleh hasil
rasio produktifitas atau rasio input terhadap output lebih baik dari
sebelumnya.
Upaya dalam Peningkatan Produktivitas

• Memperoleh output lebih besar dengan input yang sama


• Mendapatkan output yang sama dengan pengurangan jumlah input
• Mendapatkan output lebih besar sekaligus pengurangan jumlah input
• Memperoleh output rendah namun dibarengi pengurangan besar jumlah input.
• Memperoleh output jauh lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah input.
Disini kenaikan output memiliki rasio besar dibandingkan kenaikan input.
Konsep Perbaikan Produktivitas

• Beberapa faktor penyebab penurunan produktivitas:


- Ketidakmampuan seorang manajer dalam melakukan pengukuran,
pengevaluasian, serta pengelolaan produktivitas dari perusahaan.
- Motivasi tenaga kerja yang rendah
- Pengiriman barang produksi yang sering mengalami keterlambatan
- Meningkatnya biaya untuk proses produksi dan biaya pemasaran
- Pemborosan dalam menggunakan sumber daya
- Adanya konflik dan hambatan di dalam tim
- Gagalnya perusahaan dalam hal penyesuaian diri terhadap lingkungan
Konsep Perbaikan Produktivitas (2)

• Beberapa model pendekatan untuk meningkatkan produktivitas:


- Goodwin’s model
- Sutermeister’s model
- Hershauer and Ruch’s model
- Crandall and Wooton’s model
- Stewart’s strategy
- Aggarwal’s approach
Konsep Perbaikan Produktivitas (3)

• Sutermeister’s
model:
Productivity Improvement Techniques

• Technology-based productivity improvement techniques


• Material-based productivity improvement techniques
• Employee-based productivity improvement techniques
• Product-based productivity improvement technique
• Task-based productivity improvement techniques
Technology-Based Productivity Improvement
Techniques
1. Desain berbantuan computer (CAD)
2. Manufaktur berbantuan computer (CAM)
3. CAM terpadu
4. Robotika
5. Teknologi energi
6. Teknologi kelompok
7. Grafis computer
8. Manajemen pemeliharaan
9. Membangun kembail mesin tua
10.Konservasi energi
Material-Based Productivity Improvement
Techniques
1. Kontrol inventaris
2. Kebutuhan bahan perencanaan (MRP)
3. Manajemen material
4. Kontrol kualitas
5. Perbaikan sistem penanganan material
6. Penggunaan kembali bahan dan daur ulang
Employee-based Productivity Improvement
Techniques
1. Insentif keuangan (individu dan kelompok)
2. Promosi karyawan
3. Pengayaan kerja, pembesaran pekerjaan, rotasi pekerjaan
4. Manajemen berdasarkan sasaran
5. Perbaikan kondisi kerja
6. Pelatihan, pendidikan
7. Hukuman
8. Pengawasan kualitas
9. Kualitas tidak ada bandingnya
Product-based Productivity Improvement
Techniques
1. Rekayasa nilai
2. Diversifikasi produk
3. Penyederhanaan produk
4. Penelitian dan pengembangan
5. Standarisasi produk
6. Peningkatan keandalan produk
7. Periklanan dan promosi
Task-based Productivity Improvement
Techniques

1. Metode rekayasa
2. Pengukuran kerja
3. Desain pekerjaan, evaluasi pekerjaan, desain keselamatan kerja
4. Rekayasa faktor manusia
5. Penjadwalan produksi
6. Pengolahan data dengan bantuan komputer
Analytical Productivity Improvement Model

• Prosedur Enam Langkah


1. Pengumpulan data
2. Perhitungan perubahan produktivitas dan kompilasi file data
3. Penentuan koefisien perbaikan produktivitas
4. Evaluasi koefisien peningkatan produktivitas dan penggunaan teknik
5. Pemilihan akhir teknik peningkatan produktivitas
6. Implementasi teknik yang dipilih
What is sustainable productivity?

Produktivitas yang berkelanjutan adalah tentang menjaga keseimbangan


antara kebutuhan karyawan dan kebutuhan organisasi. Hal ini berarti
pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan pada saat yang sama dengan tingkat
kesejahteraan karyawan yang tinggi.
Three ways to promote sustainable productivity

• 1. Create a culture of empathy and openness.


Menciptakan budaya empati dan keterbukaan. Organisasi yang memupuk
budaya empati dan keterbukaan memiliki keunggulan dalam hal inovasi, karena
mereka mendorong ide-ide dari semua bagian bisnis, dan berbagi pemikiran
tentang motivasi dan cara meningkatkan kesejahteraan harus menjadi bagian
dari budaya tersebut.
Three ways to promote sustainable productivity

• 2. Make sure managers set the right tone.


Para manajer harus berusaha menjadi teladan perilaku kerja yang sehat.
Misalnya, dengan berhati-hati untuk tidak menetapkan ekspektasi bahwa
setiap orang harus bekerja hingga larut malam hanya karena mereka bekerja.
Dan tanpa membebankan masalah mereka kepada tim mereka, para manajer
dapat bersikap terbuka tentang tekanan dan kekhawatiran dari pekerjaan
mereka untuk memberikan contoh keterbukaan dan berbagi masalah.
Three ways to promote sustainable productivity

• 3. Exploit data and tech


Memanfaatkan data dan teknologi. Ada banyak sekali alat yang bisa
digunakan oleh organisasi untuk memantau dan meningkatkan produktivitas
dan kesejahteraan. Selain membantu organisasi untuk meningkatkan
produktivitas internal, manajemen data juga dapat membantu organisasi
untuk menetapkan tujuan yang lebih realistis bagi karyawan, menghindari
ekspektasi yang berlebihan dan mengurangi risiko kelelahan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai