Anda di halaman 1dari 38

Pertemuan 2

KESEHATAN FISIK DAN MENTAL IBU DAN


ANAK PADA MASA 1000 HPK
Tujuan:

1. Meningkatkan pemahaman peserta dalam menjaga kesehatan fisik dan mental


ibu selama masa kehamilan dan pascapersalinan
2. Meningkatkan pemahaman peserta dalam menjaga menjaga kesehatan fisik
dan mental anak sejak janin hingga 2 tahun

Hasil yang diharapkan:

Peserta berupaya menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang


mereka pahami tentang kehamilan, persalinan, perawatan masa nifas, perawatan
anak baru lahir, kebutuhan dan pemenuhan gizi serta pelayanan kesehatan yang
diterima.

Durasi:

115 menit.

Bahan dan Alat:

a. Ular tangga pertemuan 2


b. Buku KIA
c. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (Kementerian Kesehatan 2011)
d. Poster Isi Piringku

Pesan Kunci :
1. Menjaga kesehatan Ibu sejak kehamilan hingga
pascapersalinan
2. Menjaga kesehatan anak sejak janin hingga usia 2 tahun
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan
& Reviu (15 menit)

I.1 Kader mengucapkan salam, menanyakan kabar peserta dengan ramah sambil
mengucapkan terima kasih atas kesediaan untuk menghadiri pertemuan kali ini.

I.2 Kader menyampaikan tujuan dari pertemuan:

“Bapak/Ibu, terimakasih telah hadir dalam pertemuan kedua kita pada hari ini.
Hari ini kita akan berdiskusi tentang kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui”.

“Kesehatan fisik dan mental sama pentingnya bagi ibu hamil dan ibu menyusui
bagi pertumbuhan janin dan anak. Oleh karena itu kita akan diskusikan bersama
apa yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan fisik dan juga apa yang harus
dilakukan agar kesehatan mental ibu juga tetap terjaga”.

“Apakah Bapak/Ibu sudah siap untuk melanjutkan diskusi ini? diharapkan


nantinya Bapak/Ibu terlibat aktif dalam pertemuan ini”.

I.3 Kader meminta kesediaan salah satu peserta untuk memimpin doa pembukaan
sesuai dengan doa keagamaan mayoritas peserta. Ucapkan terima kasih kepada
peserta yang bersedia memimpin do’a.

I.4 Kader mengingatkan tentang KB dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:


“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”

Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi.

“Terimakasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan karena
ber-KB membawa banyak manfaat bagi ibu, anak, dan keluarga”.

“Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan metode KB yang
jangka panjang seperti spiral dan implant/ susuk”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk
mengetahui metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

Kader meminta peserta untuk membuka Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Bagian Ibu halaman 33 tentang Keluarga Berencana dan sampaikan:

“Di dalam buku KIA sudah ada pesan-pesan dan informasi mengapa perlu ber
KB, metode kontrasepsi jangka panjang dan non jangka panjang”.

42 Pertemuan 2
I.5 Kader meminta beberapa orang peserta untuk menceritakan apa yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Ingatkan tentang pesan-pesan
pada permainan ular tangga di pertemuan sebelumnya.

I.6 Kader meminta beberapa orang lainnya untuk menceritakan bagaimana


mereka melaksanakan tugas rumah dari pertemuan sebelumnya, siapa
yang sudah dan siapa yang belum melaksanakan. Minta peserta yang sudah
melaksanakan untuk menceritakan ke peserta lainnya. Dan berilah semangat
bagi yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya.

Catatan : Tugas Rumah dari pertemuan sebelumnya adalah:


a. Menyampaikan penerapan 8 fungsi keluarga dalam masa 1000 HPK
kepada anggota keluarga lainnya di rumah
b. Mendiskusikan cara untuk menerapkan delapan fungsi keluarga
terutama pada masa 1000 HPK bersama anggota keluarga lainnya
berdasarkan contoh pada kesimpulan dan permainan Ular tangga
c. Mengisi kalender pengasuhan 1000 HPK

II. Pengenalan Topik (10 menit)


II.1 Kader menyampaikan topik yang akan dibahas pada hari ini yaitu terkait
tentang kesehatan fisik dan Mental Ibu dan Baduta.

II.2 Kader mencoba menggali pengetahuan peserta terkait kesehatan fisik dan
kesehatan mental dengan bertanya:

““Siapa yang bisa membantu saya untuk menyampaikan apa yang


dimaksud dengan kesehatan fisik dan kesehatan mental?”

Tunggu jawaban dari peserta lalu ucapkan terima kasih kepada peserta
yang menjawab.

II.3 Kader merangkum jawaban peserta dengan dengan menyampaikan:

“Dalam Undang-undang kesehatan disebutkan bahwa kesehatan adalah


keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”

“Kesehatan fisik mencakup kondisi anggota atau organ tubuh yang bersih
dari segala penyakit yang berasal dari dalam maupun luar tubuh”

“Menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa (UU no 18/2014), kesehatan


jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya”

Pertemuan 2
43
“Kesehatan mental/jiwa mencakup kondisi emosional, pikiran dan psikis yang
berada dalam kondisi yang tenang dan tentram sehingga memungkinkan untuk
menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar”.

“Kondisi kesehatan fisik dan kesehatan mental saling mempengaruhi, ketika


seorang ibu hamil dan menyusui mengalami masalah kesehatan fisik maka kesehatan
mentalnya juga dapat terganggu, begitu juga sebaliknya”.

II.4 Kader menggali pemahaman peserta tentang faktor/hal yang dapat mempengaruhi
kesehatan fisik dan kesehatan mental ibu hamil dan menyusui dengan bertanya;

“Adakah yang mengetahui apa saja faktor/hal yang mempengaruhi kesehatan fisik
dan mental ibu hamil dan ibu pasca persalinan?”

Tunggu jawaban dari peserta lalu ucapkan terima kasih kepada peserta yang
menjawab.

II.5 Kader merangkum jawaban peserta dengan menyampaikan:

“Faktor yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental adalah:


a. Gaya hidup (kebiasaan hygenitas;cuci tangan,mandi,sikat gigi, Kebiasaan
makan, pola istirahat)
b. Lingkungan sekitar (kebersihan lingkungan, kondisi sosial budaya, dukungan
dari keluarga)
c. Bawaan genetik (penyakit degenaratif)
d. Pelayanan kesehatan (kualitas layanan kesehatan yang didapatkan ibu)”.

II.6 Kader menggali tentang penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak, dengan
menanyakan:


“Siapa saja yang selama ini membawa buku KIA ke posyandu atau ke dokter?”

Tunggu jawaban peserta dan kemudian tanyakan lagi:


“Apakah kita membaca buku KIA saat hamil, setelah bersalin?”

Jika ada yang menjawab pernah membaca, minta peserta tersebut untuk berbagi
apa saja informasi yang ada di dalam buku KIA.

Tunggu jawaban dari peserta lalu ucapkan terima kasih kepada peserta yang
menjawab.

44 Pertemuan 2
2.3. Kader meminta semua peserta membuka Buku KIA dan merangkum apa saja
informasi yang ada di dalam Buku KIA dengan mulai melihat Daftar Isi Buku
KIA (lihat halaman iii). Kader membantu peserta mengenal Buku KIA dengan
membacakan Judul dan membuka satu per satu judul untuk melihat isi Buku KIA.

Pertemuan 2
45
2.4 Kader meminta peserta duduk dalam kelompok kecil sebanyak 4 kelompok untuk
berdiskusi. Pembagian kelompok bisa berdasarkan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas
dan ibu menyusui sampai.

Catatan:
jika jumlah peserta sedikit atau salah satu kelompok jumlahnya sedikit, bisa
digabungkan menjadi 1 kelompok dengan kelompok lainnya. Misalnya kelompok
Ibu Hamil dan dan Ibu bersalin dijadikan satu kelompok, dan Ibu Nifas dan Ibu
menyusui digabungkan menjadi satu kelompok sehingga menjadi dua kelompok
saja.

III.
Kegiatan Inti (60 menit)

Sub Pertemuan 1:
Memahami Kesehatan Ibu dan Baduta

III.1 Setelah peserta sudah berkumpul dalam kelompok, kader menyampaikan tugas
untuk dibahas bersama dalam kelompok:

“Setiap kelompok agar membaca buku KIA secara bergantian di dalam


kelompoknya, apa saja informasi yang ada di tiap kelompok tersebut dan diskusikan
dengan peserta lainnya apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan
berdasarkan informasi yang ada di Buku KIA”

Kelompok 1 : Buku KIA Bagian Ibu halaman 16-22 dan Bagian Anak halaman 34-35

Kelompok 2 : Buku KIA Bagian Ibu halaman 23-25 dan Bagian Anak halaman 36-38

Kelompok 3 : Buku KIA Bagian Ibu halaman 26-28 dan Bagian Anak halaman 39-40

Kelompok 4 : Buku KIA Bagian Ibu halaman 29-31 dan Bagian Anak halaman 41 dan
48

Catatan:
Kader berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memastikan apa
yang dibaca di tiap kelompok sesuai dengan tugas yang diberikan dan didiskusikan
sesuai tugas yang disampaikan di poin 3.1.

III.2 Berikan waktu 10 menit untuk diskusi kelompok. Lalu kader meminta peserta
menyampaikan hasil diskusi secara bergiliran.

46 Pertemuan 2
III.3 Kader mendengarkan hasil yang didiskusikan dan secara ringkas mencatat
hasil diskusi yang disampaikan serta menambahkan informasi yang mungkin
belum disampaikan oleh masing-masing kelompok. Lihat informasi dibawah
ini:

III.4 Kader mengajak peserta untuk berdiri dan bermain Ular Tangga. Peserta dibagi
dalam 2 kelompok. Setiap kelompok diminta untuk menentukan satu orang
yang menjadi pion dan satu orang yang menjadi pelempar dadu. Sampaikan
aturan permainan Ular Tangga seperti yang tertera pada lampiran modul ini
tentang aturan permainan: Ular Tangga.

Pertemuan 2
47
III.5 Kader menyampaikan terima kasih karena semua peserta sudah ikut serta
bermain Ular Tangga. Kader mengajak peserta kembali ke tempat duduknya
dan mengingatkan peserta untuk minum atau beristirahat sejenak.

III.6 Kader menanyakan bagaimana perasaan peserta terhadap permainan Ular


Tangga:


“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah bermain Ular Tangga?”

Tunggu jawaban dari beberapa peserta dan ucapkan terima kasih.

III.7 Kader menanyakan kepada setiap kelompok apa saja yang dipelajari dari
permainan Ular Tangga tadi:

“Apa saja pengetahuan atau praktik baik yang dipelajari dari permainan Ular
Tangga tadi?”

48 Pertemuan 2
Dengarkan apa yang disampaikan oleh setiap kelompok dan pastikan tidak
ada yang sama antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, lalu ucapkan
terima kasih dan melanjutkan ke tahapan berikutnya.
IV. Kesimpulan (5 Menit)

IV.1 Kader menyimpulkan apa yang sudah dipelajari pada hari ini dengan
menyampaikan:

a. Kesehatan mental dan fisik ibu hamil dan menyusui sangat berkaitan,
oleh karena itu sangat penting menjaga kesehatan fisik dan mental.
b. Kesehatan fisik dan mental ibu akan berpengaruh pada janin dan
anak, sehingga suami/bapak dan anggota keluarga lainnya perlu
mendukungnya.
V. Mengingatkan Peserta Untuk Melaksanakan Kalender
Pengasuhan (10 Menit)

V.1 Kader menggunakan kalender pengasuhan sebagai alat bantu untuk


mengingatkan peserta kegiatan sehari-hari yang perlu dilakukan di rumah.

V.2 Kader meminta peserta untuk mengisi kalender pengasuhan di rumah dengan
cara:
a. Berilah tanda checklist (V) sesuai dengan tanggal melakukannya, bila
ada kesalahan me-checklist beri tanda silang pada kolom tersebut.
b. Lakukanlah kegiatan-kegiatan yang ada di kalender pengasuhan dan
jangan lupa berikan tanda ceklis (V) jika sudah dilakukan.
c. Untuk mengetahui perkembangannya, jumlahkan checklist pada setiap
kegiatan di kolom jumlah.
d. Kolom catatan dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan
yang sudah ada di dalam kalender ini.

V.3 Kader meminta salah satu peserta untuk menceritakan kegiatan yang sudah
dilakukan di rumah berdasarkan kegiatan yang ada di kalender pengasuhan.

IV. Penyampaian Tugas Rumah (5 Menit)


VI.1 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut:
a. Mempraktekan cara menjaga Kesehatan dalam masa kehamilan,
persalinan, perawatan anak sampai 2 tahun
b. Mengembangkan menu MPASI menggunakan bahan yang ada dirumah
dan sekitarnya
c. Mengisi kalender pengasuhan 1000 HPK

VI.2 Kader menyampaikan bahwa tugas rumah ini akan dibagikan


pengalamannya kepada peserta yang lain pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan 2
49
VII. Penutup

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu
dan tempat) dan meminta relawan dari peserta.

“Jangan lupa mengajak orangtua lainnya untuk hadir di pertemuan


berikutnya dan jangan lupa membawa buku KIA.”

“Pada pertemuan berikutnya kita akan berdiskusi bersama Bidan/Tenaga


Kesehatan dari Puskesmas tentang kesehatan dan gizi.”

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu
kader di pertemuan selanjutnya?”

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada


pertemuan selanjutnya.

VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:


“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah
dapat mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan sebutan
4T. 4T adalah:

a. Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)


b. Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
c. Terlalu dekat (perbedaan usia antar anak sangat dekat)
d. Terlalu banyak (memiliki lebih dari empat orang anak)”

VII.3 Kader mengajak peserta melakukan Salam BKB EMAS

Orangtua Hebat (gerakan 2 jempol ke depan)


Baduta Sehat (gerakan tangan memegang perut)
Cerdas (satu telunjuk menunjuk kepala)
Berkarakter (gerakan dua tangan menyatu)
Keluarga Ceria (gerakan 2 tangan dibuka ke atas)

VII.4 Kader mengatakan:

“Pertemuan hari ini cukup sampai disini. Saya mengucapkan terima kasih
ataskesediaan bapak/ ibu untuk bisa bergabung dalam Kelompok BKB EMAS.
Mohonmaaf apabila dalam pertemuan ini ditemukan adanya kekeliruan dan
kekurangan”.

VII.5 Minta salah seorang peserta untuk memimpin doa penutup kegiatan lalu
tutup kegiatan dengan yel-yel orangtua hebat atau yel-yel kelompok masing-
masing.

50 Pertemuan 2
Sub Pertemuan 2 :
Kesehatan Fisik dan Mental Ibu dan Anak Pada Masa 1000
HPK (60 menit)

1. Kader menyampaikan kepada peserta:

“Di pertemuan ini khusus kita akan berdiskusi dengan Bidan/Tenaga


Kesehatan/Dokter. Kita bisa bertanya apa saja terkait kesehatan fisik dan
mental kita dan juga anak kita sejak janin hingga usia 2 tahun. Jangan
ragu dan malu untuk bertanya dan sampaikan pendapat supaya kita lebih
memahami kesehatan fisik dan mental kita juga anak kita.”

2. Kader mempersilahkan Bidan/Tenaga Kesehatan/Dokter untuk secara


ringkas menyampaikan tips dan catatan penting bagi peserta dengan
menggunakan Buku KIA bagian Ibu:

a. Pelayanan Kehamilan Buku KIA Bagian Ibu halaman 7-8


b. Pelayanan persalinan Buku KIA Bagian Ibu halaman 13
c. Pelayanan nifas Buku KIA Bagian Ibu halaman 14
d. Pelayanan rujukan Buku KIA Bagian Ibu halaman 15

3. Kader mempersilahkan Bidan/Tenaga Kesehatan/Dokter untuk secara


ringkas menyampaikan tips dan catatan penting bagi peserta dengan
menggunakan Buku KIA bagian Anak:

a. Pelayanan kesehatan neo natus Buku KIA bagian Anak halaman 7


b. Imunisasi Buku KIA Bagian Anak halaman 8-9
c. Pelayanan SDIDTK Buku KIA Bagian Anak halaman 10-11
d. PMBA, Vitamin A, Obat cacing Buku KIA Bagian Anak halaman 12
e. Kurva pertumbuhan Buku KIA Bagian Anak halaman 13-25
f. Pelayanan MTBS Buku KIA Bagian Anak halaman 27
g. Pelayanan rujukan Buku KIA Bagian Anak halaman 31

4. Kader mengucapkan terima kasih kepada Bidan/Tenaga Kesehatan/Dokter


dan membuka bagian Tanya jawab peserta dengan Bidan/Tenaga Kesehatan/
Dokter.
Pertanyaan pengumpan:

a. Apakah bisa disampaikan tips dan saran jika saat hamil dan
pascapersalinan ibu mengalami pikiran dan menjadi depresi? Siapakah
yang bisa membantu kami (ibu) jika mengalami depresi?
b. Apa saja makanan yang sebaiknya dimakan ibu hamil dan makanan
apa yang perlu dihindari ibu hamil?
c. Apakah bisa diberikan contoh posisi dan pelekatan menyusui yang
benar?

Pertemuan 2
51
d. Bagaimana membantu anak bisa makan makanan pendamping karena
sering tidak mau makan?
e. Apa itu stimulasi? Apakah bisa dimulai saat anak dalam kandungan
dan bagaimana caranya?
f. Bagaimana merawat gigi anak? Apakah demam saat tumbuh gigi itu
wajar? Bagaimana cara mengatasi demam ini?

5. Kader mempersilahkan Bidan/Tenaga Kesehatan/Dokter untuk menyampaikan


kesimpulan kepada peserta.

6. Kader mengatakan:

“Pertemuan hari ini cukup sampai disini. Saya mengucapkan terima kasih
atas kesediaan bapak/ ibu untuk bisa bergabung dalam Kelompok BKB EMAS.
Mohon maaf apabila dalam pertemuan ini ditemukan adanya kekeliruan dan
kekurangan”.

7. Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu


dan tempat) dan meminta relawan dari peserta.

“Jangan lupa mengajak orangtua lainnya untuk hadir di pertemuan


berikutnya dan jangan lupa membawa buku KIA.”

“Pada pertemuan berikutnya kita akan berdiskusi tentang Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat (PHBS).”

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu
kader di pertemuan selanjutnya?”

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada


pertemuan selanjutnya.

8. Minta salah seorang peserta untuk memimpin doa penutup kegiatan lalu
tutup kegiatan dengan yel-yel orangtua hebat atau yel-yel kelompok masing-
masing.

52 Pertemuan 2
PENGAYAAN MATERI PERTEMUAN 2

TIPS BAGI IBU HAMIL UNTUK MENCEGAH KELAHIRAN ANAK STUNTING

Ibu hamil merupakan kelompok yang rawan gizi sehingga penting untuk
menyediakan kebutuhan gizi yang baik selama kehamilan agar ibu hamil
dapat menjalani kehamilan dengan aman dan anak yang dilahirkan tidak
stunting. Berikut ada tips bagi Ibu hamil untuk mencegah kelahiran anak
stunting :

Selama hamil harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan
untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan anak dan kebutuhan ibu serta untuk
memproduksi air susu ibu (ASI). Pada umumnya, ibu hamil dengan kondisi
gizi yang baik pada masa sebelum maupun saat hamil, akan menghasilkan
anak yang lebih lebih sehat daripada ibu hamil kurang gizi. Kurang energi
kronis (KEK) akan menyebabkan lahirnya anak dengan bentuk tubuh “stunting”
(Soetjiningsih, 2015).

KEK pada ibu hamil perlu diwaspadai kemungkinan ibu melahirkan anak berat
lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga
mempengaruhi kecerdasan anak dikemudian hari dan kemungkinan panjang
lahir juga tidak normal. Ibu hamil yang berisiko kekurangan energi kronis (KEK)
adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm. Status gizi
ibu hamil yang mengalami kekurangan energi menyebabkan aliran zat gizi
pada janinpun berkurang akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin
terhambat dan lahir dengan berat yang rendah dimana banyak dihubungkan
dengan tinggi badan yang kurang atau stunting (Arisman 2010).
Apa yang terjadi dengan pola makan Ibu Hamil saat ini ?

Banyak Ibu hamil yang membatasi makanannya karena ibu takut gemuk
atau takut anak yang dilahirkan berukuran besar. Kondisi tersebut yang
memicu ibu hamil mempunyai status kurang gizi dan anemia. Selain itu
kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja ibu hamil yang biasanya
sama atau lebih berat dibandingkan dengan saat sebelum hamil. Akibatnya,
anak tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangannya.

Pertemuan 2
53
1. Setiap ibu hamil disarankan memeriksakan kehamilan paling sedikit 4
kali selama kehamilan, yaitu satu kali pada usia kandungan sebelum
3 bulan (Trimester 1), satu kali usia kandungan 4-6 bulan (Trimester 2),
serta dua kali pada usia kandungan 7-9 bulan (Trimester 3).
2. Ibu hamil mendapatkan dan minum 1 tablet tambah darah (pil FE)
setiap hari minimal selama 90 hari. Pemeriksaan kehamilan dan
tablet tambah darah bisa diperoleh dari posyandu, puskesmas,
rumah sakit, bidan, atau dokter.
3. Ibu hamil mengikuti kegiatan konseling gizi atau kelas ibu hamil
minimal 4 kali selama kehamilan
4. Ibu hamil harus memiliki sarana akses air minum yang aman. Air
minum aman berasal dari sumber mata air, sumur sesuai standar
kelayakan yang direkomendasikan oleh Petugas Dinas Setempat
atau Puskesmas.
5. Ibu hamil harus memiliki sarana jamban keluarga yang layak.
Jamban layak disertai dengan saluran pembuangan (septic tank).

54 Pertemuan 2
GIZI PADA MASA KEHAMILAN

Asupan gizi bagi ibu hamil adalah ibarat pupuk bagi sebuah tanaman.
Pupuk yang bernutrisi, mengandung berbagai mineral dan unsur hara,
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh sehat, kokoh, dan berkualitas.
Sama halnya asupan makanan bergizi seimbang bagi ibu hamil, yang akan
mendukung pertumbuhan janin secara optimal agar dapat melahirkan anak
yang sehat, kuat, dan cerdas. Kecepatan pertumbuhan janin selama sembilan
bulan masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan tercepat yang dialami
oleh seorang manusia. Hal ini yang menyebabkan kebutuhan gizi ibu hamil
lebih banyak dibandingkan sebelum hamil yang befungsi untuk mencukupi
kebutuhan tumbuh kembang janin yang pesat dan untuk memenuhi kebutuhan
gizi ibu. Risiko yang dapat timbul jika ibu hamil tidak mendapat asupan gizi
yang cukup selama kehamilan antara lain: ibu hamil menderita anemia atau
kurang energi kronis (KEK) selama kehamilan, melahirkan anak dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), stunting, dan anemia yang dapat mempengaruhi
potensi kecerdasan dan produktivitas anak di masa kehidupan selanjutnya.
Oleh karena itu ibu hamil perlu memperhatikan asupan makanan yang
bergizi seimbang dan mengonsumsi tablet tambah darah agar terhindari
dari berbagai masalah gizi pada ibu hamil maupun janin.

Gizi seimbang pada ibu hamil

Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang mengandung


zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh .
Salah satu ilustrasi pedoman gizi seimbang adalah Isi Piringku yang dapat
menjadi panduan makan pada satu waktu makan utama. Gambar 1 di bawah
ini menunjukkan ilustrasi Isi Piringku untuk individu yang tidak hamil serta
realisasinya dalam piring makan yang sesungguhnya.

1
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang
Gambar 1. Ilustrasi Isi Piringku

Di dalam Isi Piringku, kita dianjurkan untuk mengonsumsi 4 kelompok


makanan setiap waktu makan utama yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur
dan buah, sebanyak tiga kali sehari, yaitu sarapan, makan siang dan makan
malam. Anjuran jumlah porsi makanan pokok sama dengan jumlah porsi
sayuran, yaitu sebanyak 2/3 piring. Sedangkan anjuran jumlah porsi lauk
pauk dan buah-buahan sebanyak 1/6 piring.

Pada ibu hamil, yang kebutuhan gizinya meningkat, dianjurkan untuk



menambah satu porsi lauk pauk pada setiap waktu makan atau menambah
kudapan (sebanyak 180 kkal) pada trimester pertama, dan menambah
frekuensi makan utama menjadi 4 kali sehari, terutama pada trimester 2 dan
3 (sebanyak 300 kkal). Tabel 1 di bawah ini menunjukkan perbandingan jumlah
porsi makanan yang dianjurkan sebelum dan pada saat hamil.

56 Pertemuan 2
Tabel 1. Perbandingan anjuran porsi makan sebelum dan pada saat hamil

Konsumsi tablet tambah darah (TTD) untuk mencegah anemia dan stunting

Beberapa zat gizi memiliki peranan yang lebih besar pada masa kehamilan.
Diantaranya adalah zat besi dan asam folat. Zat besi berfungsi untuk
pembentukkan darah ibu dan janin serta mencegah anemia dan stunting. Zat
besi yang mudah diserap oleh tubuh banyak terdapat pada sumber protein
hewani seperti hati, daging merah, telur, dan ikan. Sedangkan asam folat
berfungsi untuk mencegah kecacatan tabung saraf (Neural Tube Syndrome)
pada anak. Sumber asam folat antara lain sayuran berdaun hijau, hati, daging,

Pertemuan 2
57
dan kacang-kacangan. Untuk mencegah kekurangan zat besi dan asam folat
selama kehamilan, maka ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi Tablet
Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan.

Agar zat besi yang dikonsumsi dapat diserap secara optimal oleh tubuh,
dianjurkan untuk mengonsumsi TTD bersama dengan sumber vitamin C,
seperti buah atau sayur. Tidak dianjurkan mengonsumsi TTD bersama teh,
kopi, atau obat maag yang dapat menghambat penyerapan zat besi.

Tantangan memenuhi gizi seimbang selama kehamilan

Perubahan fisik dan hormon selama kehamilan dapat menyebabkan


berbagai ketidaknyamanan yang dapat menjadi kendala untuk memenuhi
gizi seimbang pada ibu hamil. Diantaranya adalah rasa mual dan muntah,
perut kembung dan bergas, kehilangan nafsu makan, konstipasi (BAB keras),
dsb. Umumnya rasa mual dan muntah ditemui pada trimester pertama,
dan berkurang pada trimester kedua dan ketiga. Yang perlu diingat oleh
ibu hamil adalah walaupun gejala-gejala tersebut dirasakan, harus tetap
mengupayakan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Gejala tersebut
bersifat sementara dan umumnya pada trimester pertama. Namun dampak
yang ditimbulkan jika tidak memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan akan
mempengaruhi masa depan anaknya kelak.

Beberapa tips untuk mengatasi beberapa gejala tersebut selama kehamilan


adalah sebagai berikut:

1. Makan dalam porsi kecil-kecil namun sering. Porsi makan utama


dapat dibagi menjadi 2 kali makan dengen jeda 1 jam.
2. Mengonsumsi buah-buahan segar diantara waktu makan.
3. Batasi makanan berlemak seperti gorengan dan santan.
4. Mengonsumsi makanan kering, seperti biscuit atau krakers sebagai
selingan.
5. Mengonsumsi TTD atau suplemen setelah makan utama
6. Minum air yang cukup (2000 ml) dalam porsi kecil tetapi sering.

58 Pertemuan 2
Tantangan lain dapat timbul dari lingkungan terdekat, termasuk keluarga,
dengan berbagai pantangan makanan dan minuman selama kehamilan
sehingga ibu hamil tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Secara ilmiah,
tidak ada jenis makanan dan minuman tertentu yang perlu dihindari oleh ibu
hamil, kecuali alkohol dan merokok. Semua jenis makanan dapat dikonsumsi
dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebihan. Yang perlu diperhatikan adalah
kebersihan dan keamanan makanan yang dikonsumsi untuk menghindari
keracunan makanan pada ibu hamil yang dapat membahayakan janin.
Pastikan makanan yang dikonsumsi matang sempurna. Hindari mengonsumsi
telur mentah atau setengah matang untuk menghindari kontaminasi bakteri
salmonella. Selain itu juga hindari daging mentah atau kurang matang seperti
pada steak, salmon pada sushi, sate, dsb.

ASI EKSKLUSIF DAN MAKANAN PENDAMPING ASI

Selama sembilan bulan di dalam perut ibu, janin mendapatkan asupan


gizinya melalui plasenta yang menghubungkan makanan yang dikonsumsi
oleh ibu hamil dengan janin. Ketika anak lahir, satu-satunya makanan yang
diperlukan oleh anak juga diperoleh dari ibu, yaitu dari Air Susu Ibu (ASI). ASI
merupakan makanan yang paling lengkap dan sempurna untuk memenuhi
kebutuhan anak. Berbagai manfaat ASI untuk anak antara lain:

1. Mengandung antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak


terhadap berbagai penyakit.
2. Kandungan gizi ASI lengkap sesuai kebutuhan dan pertumbuhan
anak. Pada awal kelahiran, ASI akan lebih banyak mengandung
lemak, sedangkan ketika anak berusia 4-6 bulan komposisi ASI lebih
banyak mengandung protein untuk pertumbuhan anak yang optimal.
3. Mempertahankan berat badan normal anak.
4. Meningkatkan kecerdasan anak
5. Mencegah risiko diare atau masalah pencernaan lainnya dari
pemberian makanan atau minuman yang kurang higenis maupun
tidak sesuai untuk usianya

Tidak hanya bermanfaat untuk anak, namun ASI juga bermanfaat bagi ibu
dan keluarga karena tentu lebih menghemat biaya dibandingkan dengan
pemberian susu formula. Selain itu juga merupakan kontrasepsi alami karena
menyusui dapat merangsang kontraksi rahim sehingga dapat mencegah
kehamilan serta membuat dinding rahim kembali ke ukuran semula.

Pertemuan 2
59
Kunci keberhasilan pemberian ASI kepada anak diawali dengan proses
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI Eksklusif. Yang tidak kalah
penting adalah praktik pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang
mulai diberikan sejak anak berusia 6 bulan. Berbagai permasalahan gizi
pada anak meningkat pada usia ini, oleh karena itu ibu hamil dan keluarga
perlu mengetahui cara yang tepat dalam penerapan IMD, ASI Eksklusif dan
pemberian MP ASI.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Kesuksesan proses menyusui diawali dengan kedekatan hubungan


emosional antara ibu dan anak. Hubungan ini dapat dimulai sejak anak
masih dalam kandungan dan setelah lahir, melalui Inisiasi Menyusui Dini.
IMD adalah proses menyusui yang dilakukan segera setelah anak lahir dan
dilakukan dengan cara kontak kulit antara anak dan ibu yang berlangsung
selama minimal 1 jam. Selain memperkuat hubungan emosional ibu dan
anak, IMD dapat merangsang produksi ASI, dan juga memperkuat refleks
menghisap anak. Melalui proses IMD, ibu juga dapat memberikan kolostrum
(cairan kental berwarna kuning yang pertama keluar pada saat menyusui)
secara langsung kepada anak. Seringkali kolostrum dianggap sebagai cairan
“kotor” yang kemudian disarankan untuk dibuang terlebih dahulu. Justru
sebaliknya, kolostrum dalam dunia kesehatan merupakan cairan “emas”
karena mengandung antibodi dan kaya akan zat gizi yang dibutuhkan oleh
anak yang baru saja lahir.

Secara singkat langkah IMD adalah


1. setelah anak lahir, seluruh badan dan kepala anak dikeringkan kecuali
tangannya,
2. anak ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kulit anak melekat
pada kulit ibu, dan
3. anak dibiarkan mencari puting susu ibu sendiri.

IMD adalah hak semua ibu, namun tidak semua fasilitas kesehatan
menerapkan praktik tersebut. Ada baiknya sebelum ibu hamil melahirkan
memastikan bahwa fasilitas kesehatan yang dipilih sebagai tempat melahirkan
nanti melayani proses IMD.

60 Pertemuan 2
ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 bulan. Pemberiannya bisa melalui proses menyusui langsung
dari ibu atau ASI yang telah di perah. Selama masa ini anak boleh menerima
obat seperti obat tetes, sirup (vitamin, mineral, obat atau oralit) yang diresepkan
oleh petugas kesehatan. Namun, tidak boleh menerima air putih, minuman
atau makanan lain.

ASI Eksklusif sangat penting untuk kesehatan dan status gizi anak yang baru
lahir karena pada dasarnya tubuh anak sangat rentan terhadap penyakit dan
infeksi. Memberikan makanan atau minuman lain sebelum anak berusia 6
bulan dapat menyebabkan diare dan penyakit pencernaan lainnya, karena
pada dasarnya saluran cerna anak belum terbentuk secara sempurna untuk
mencerna makanan padat dan minuman yang tidak higenis. Diare pada anak
tidak bisa disepelekan karena air membentuk 70-80% berat badan anak.
Jika terjadi pengeluaran cairan secara terus menerus melalui muntah dan
diare, maka dapat menyebabkan dehidrasi secara cepat dan bahkan hingga
kematian. Parameter keberhasilan pemberian ASI adalah anak tumbuh
dengan normal, yaitu kenaikan berat badan setiap bulannya sesuai dengan
kenaikan berat minimal (KBM) atau arah garis kenaikan berat badan terhadap
umurnya selalu sejajar dengan garis tengah kurva pertumbuhan.

Salah satu kunci keberhasilan ASI Eksklusif adalah posisi perlekatan menyusu
yang benar (Gambar 2). Adapun langkah-langkah perlekatan menyusu yang
benar antara lain:

1. Sentuh bibir anak supaya anak membuka lebar mulutnya


2. Dekatkan anak sehingga dagu dan bibir bawah menempel pada
payudara
3. Usahakan sebanyak mungkin daerah aerola masuk ke dalam mulut
anak

2
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang

Pertemuan 2
61
2

Gambar 2. Perlakatan anak yang benar saat menyusui

Pemberian ASI Eksklusif tidak selalu mudah dilakukan untuk semua ibu.
Beberapa tantangan yang dapat menyebabkan tidak berhasilnya ASI Eksklusif
antara lain:

1. ASI tidak keluar pada awal setelah lahir


2. kecemasan ASI ibu tidak mencukupi
3. tidak adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan terdekat
4. tradisi atau budaya yang mendukung pemberian madu, air, kopi, dll
pada anak baru lahir.
5. adanya indikasi medis yang tidak memungkinkan ibu memberikan
ASI kepada anaknya.

Beberapa tantangan di atas dapat dicegah dan diatasi jika ibu memiliki
pemahaman yang baik mengenai cara menyusui dengan benar. Terdapat
empat tanda pelekatan yang baik, yaitu:

1. anak dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar


2. Dagu anak menyentuh payudara
3. Bagian aerola di atas lebih banyak terlihat dibandingkan bagian
bawah mulut anak
4. Bibir bawah anak memuter keluar (dower)

Rangsang pengeluaran ASI dengan pijat laktasi yang dapat diajarkan oleh
petugas kesehatan. Kondisi emosional dan tingkat stress ibu juga dapat
menghambat pengeluaran ASI. Oleh karena itu penting sekali agar ibu menyusui
mendapatkan dukungan keluarga secara penuh. anak memiliki cadangan

62 Pertemuan 2
makanan yang cukup di dalam tubuhnya untuk memenuhi kebutuhannya
selama 3 hari. Jika ASI tidak langsung keluar pada hari pertama dan kedua
setelah lahir, ibu tidak perlu panik. Disarankan untuk konsumsi makanan
bergizi, minum air putih yang cukup serta lakukan pijat laktasi secara rutin.

Gambar 3. Ukuran lambung anak baru lahir

Kekhawatiran ibu bahwa ASInya tidak cukup untuk anaknya umumnya


karena melihat bahwa anaknya sering menangis. Yang perlu diketahui oleh
ibu menyusui dan keluarga adalah ukuran lambung anak baru lahir sangat
kecil, yaitu sebesar bola kelereng atau 0,5 sendok makan. Oleh karena itu
anak tidak bisa mengonsumsi susu dalam jumlah yang banyak sehingga
wajar jika anak akan sering merasa lapar. Selain itu, alasan anak menangis
tidak hanya karena lapar. Menangis adalah cara anak menyampaikan
kepada lingkungan sekitarnya ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman,
seperti baru BAB atau BAK, lingkungan yang terlalu panas, mengantuk, dll.
Tradisi mengoleskan madu pada bibir anak (kurang dari 12 bulan) sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit botulisme pada anak yang
disebabkan karena bakteri yang terdapat pada madu dan sistem pencernaan
anak yang belum dapat mencerna bakteri tersebut. Penyakit ini menyerang
sistem saraf yang dapat menyebabkan anak sulit untuk menghisap, kesulitan
menelan, dan tangisan lemah. Kebiasaan lain yang memberikan minuman

Pertemuan 2
63
dan makanan lain pada anak di bawah usia 6 bulan, seperti pisang, kopi,
bubur, dsb perlu dihindari karena pada dasarnya sistem pencernaan anak
belum siap menerima makanan dan minuman lain selain ASI.

Makanan Pendamping (MP) ASI

Setelah usia 6 bulan, ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi anak untuk
pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat pesat. Oleh karena itu anak
harus memenuhi kebutuhannya melalui Makanan Pendpamping (MP) ASI. Sesuai
dengan namanya, MP ASI merupakan makanan pendamping yang melengkapi
ASI. Pemberian ASI dianjurkan hingga anak berusia 2 tahun dengan frekuensi
menyusui yang berkurang dan porsi makanan yang lebih banyak seiring dengan
bertambahnya usia. Berbagai permasalahan gizi umumnya timbul setelah usia
6 bulan. Umumnya karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai makanan
bergizi seimbang yang perlu diberikan kepada anak. Terdapat 4 syarat MP ASI
yang baik, yaitu: 1) Tepat waktu, 2) Adekuat, 3) Aman dan 4) Diberikan dengan
cara yang benar .

Tepat waktu adalah memberikan pengenalan makanan pendamping ASI


setelah anak memperlihatkan kematangan fisiologis dan syarafnya. Tanda
anak siap makan, yaitu kepala sudah tegak, duduk dengan bantuan, refleks
menjulurkan lidah berkurang, tertarik melihat orang makan, mencoba meraih
makanan, dan membuka mulut jika disodori sendok/makanan. Pemberian
MP ASI yang tepat memiliki makna bahwa pemberian MP ASI sesuai dengan
kebutuhan dan tahapan perkembangan anak, baik tekstur maupun porsinya.
Secara singkat panduan MP ASI menurut umur terdapat pada tabel di bawah ini.

64 Pertemuan 2
Banyak ibu yang mengira bahwa anak hanya bisa makan bubur sehingga
kemudian tidak memperkenalkan makanan yang beragam pada tahap awal
kehidupannya. Padahal pengenalan berbagai macam rasa, tekstur, bentuk
dan jenis makanan salah satu kunci keberhasilan pola makan bergizi seimbang
pada tahapan kehidupan selanjutnya. Beberapa gangguan makan seperti
picky eating, dimana anak menolak makan dan hanya mau mengonsumsi
makanan tertentu, dapat disebabkan karena ketidak tahuan atau kurangnya
pengetahuan dan pola asuh orangtua yang salah (permisif), sehingga terjadi
keterlambatan pengenalan rasa, dan ketidakkonsistenan dalam pengenalan
tekstur makanan. Oleh karena itu penting untuk memberikan pengetahuan
yang benar tentang pengenalan MP ASI dan pola asuh pada orangtua
sehingga orangtua dapat mendampingi anak belajar makan dengan benar
dan tepat. Berbagai jenis makanan pokok, makanan sumber protein hewani
dan nabati, lemak, serta buah dan sayur dengan porsi, jumlah, dan tekstur
yang sesuai dengan kelompok umurnya dapat digunakan dari bahan pangan
lokal yang ada dan tidak harus mahal untuk menghasilkan MP ASI yang bergizi
seimbang

Dalam pemberian MP ASI penting sekali dipahami oleh pengasuh atau


orangtua tentang tujuan utamanya yaitu pembelajaran dan pengenalan
sumber makanan yang diperlukan anak sesuai dengan kelompok usianya.

Pertemuan 2
65
Prinsipnya adalah anak belajar dari kebiasaan sehingga anak akan terbiasa.
Anak belajar dengan meniru atau mencontoh pengalaman baru yang akan
dipelajarinya, sehingga kunci terpenting adalah mengusahakan waktu makan
yang bersamaan dengan jadwal keluarga sehingga anak akan melihat
bagaimana orangtua saat mengambil makanan dan memasukkan ke arah
mulut, mengunyah dan menelan. Pengalaman inilah yang nanti menjadi
perilaku baru anak didalam memenuhi kebutuhannya. Pada saat mulai
pengenalan makanan, orangtua atau pengasuh harus memperhatikan juga
respon anak. Anak yang tidak menerima atau melepeh kembali makanannya
bisa saja karena makanannya terlalu panas, teksturnya kurang nyaman,
sudah kenyang, atau memang belum siap diberikan. Dalam kondisi anak
sudah berumur 6 bulan dan belum muncul tanda kesiapan neuro-fisiologisnya
maka sebaiknya orangtua atau kader berkonsultasi dengan dokter untuk dicari
penyebabnya.

Disaat anak bereksplorasi dengan makanannya biarkan menggunakan


seluruh reseptor sensorinya (pembauan, rasa, raba, penglihatan,
pendengaran) serta seluruh aspek kemampuan perkembangan dasarnya
(gerak kasar, gerak halus, kemandirian, bahasa). Jangan khawatir anak
membuat berantakan, karena kegiatan tersebut merupakan proses stimulasi
bagi anak. Upayakan pemberian MP ASI dalam lingkungan yang netral, tidak
sambil bermain, menonton TV atau berjalan-jalan, supaya anak bisa fokus
pada makanannya. Terapkan pola makan yang teratur pada jam yang sama
setiap harinya dan batasi pemberian makan maksimal selama 30 menit.

CEMILAN SEHAT DAN BERGIZI UNTUK ANAK DI BAWAH


USIA DUA TAHUN

Cemilan berkontribusi kurang lebih 30% terhadap kecukupan asupan harian


anak. Pada anak-anak yang sulit makan utama dan memilih makanan tertentu
saja untuk dikonsumsi (picky eaters), cemilan bisa memberikan kontribusi
yang lebih besar lagi. Sayangnya praktik pemilihan jajan anak seringkali tidak
sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Umumnya jenis jajanan yang dipilh
mengandung tinggi gula, garam, dan lemak. Padahal pada usia di bawah
dua tahun, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat pesat. Oleh karena itu penting
agar keluarga memahami bagaimana memilih dan menyiapkan cemilan yang
sehat dan bergizi untuk anak.

66 Pertemuan 2
Cemilan sehat

Cemilan merupakan istilah yang digunakan untuk makanan yang dikonsumsi


diantara waktu makan utama. Walaupun kontribusi cemilan terhadap asupan
harian lebih sedikit dibandingkan makan utama, namun pada anak-anak
yang sering terjadi adalah frekuensi cemilan yang berlebihan sehingga
menimbulkan masalah pola makan, diantaranya menolak makan utama atau
hanya mengonsumsi sedikit karena sudah kenyang dengan cemilan. Untuk
menghindari dampak negatif dari cemilan yang kurang sehat terhadap pola
makan anak, terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian cemilan,
yaitu jenis, jumlah, dan waktu pemberian.

JENIS

JUMLAH WAKTU

Banyak ibu yang mengira bahwa anak hanya bisa makan bubur sehingga

kemudian tidak memperkenalkan makanan yang beragam pada tahap awal
kehidupannya. Padahal pengenalan berbagai macam rasa, tekstur, bentuk
dan jenis makanan salah satu kunci keberhasilan pola makan bergizi seimbang
pada tahapan kehidupan selanjutnya. Beberapa gangguan makan seperti
picky eating, dimana anak menolak makan dan hanya mau mengonsumsi
makanan tertentu, dapat disebabkan karena ketidak tahuan atau kurangnya
pengetahuan dan pola asuh orangtua yang salah (permisif), sehingga terjadi
keterlambatan pengenalan rasa, dan ketidakkonsistenan dalam pengenalan
tekstur makanan. Oleh karena itu penting untuk memberikan pengetahuan

Pertemuan 2
67
yang benar tentang pengenalan MP ASI dan pola asuh pada orangtua
sehingga orangtua dapat mendampingi anak belajar makan dengan benar
dan tepat. Berbagai jenis makanan pokok, makanan sumber protein hewani
dan nabati, lemak, serta buah dan sayur dengan porsi, jumlah, dan tekstur
yang sesuai dengan kelompok umurnya dapat digunakan dari bahan pangan
lokal yang ada dan tidak harus mahal untuk menghasilkan MP ASI yang bergizi
seimbang.

Dalam pemberian MP ASI penting sekali dipahami oleh pengasuh atau


orangtua tentang tujuan utamanya yaitu pembelajaran dan pengenalan
sumber makanan yang diperlukan anak sesuai dengan kelompok usianya.
Prinsipnya adalah anak belajar dari kebiasaan sehingga anak akan terbiasa.
Anak belajar dengan meniru atau mencontoh pengalaman baru yang akan
dipelajarinya, sehingga kunci terpenting adalah mengusahakan waktu makan
yang bersamaan dengan jadwal keluarga sehingga anak akan melihat
bagaimana orangtua saat mengambil makanan dan memasukkan ke arah
mulut, mengunyah dan menelan. Pengalaman inilah yang nanti menjadi
perilaku baru anak didalam memenuhi kebutuhannya. Pada saat mulai
pengenalan makanan, orangtua atau pengasuh harus memperhatikan juga
respon anak. Anak yang tidak menerima atau melepeh kembali makanannya
bisa saja karena makanannya terlalu panas, teksturnya kurang nyaman,
sudah kenyang, atau memang belum siap diberikan. Dalam kondisi anak
sudah berumur 6 bulan dan belum muncul tanda kesiapan neuro-fisiologisnya
maka sebaiknya orangtua atau kader berkonsultasi dengan dokter untuk dicari
penyebabnya.

Jenis Cemilan

Cemilan yang sehat adalah cemilan yang padat kandungan gizinya. Anak
di bawah dua tahun memerlukan asupan gizi yang adekuat untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Di sisi lain, kapasitas
lambung anak-anak masih sangat terbatas. Jika anak mengonsumsi cemilan
yang bervolume besar namun rendah zat gizinya, maka tentu anak hanya akan
mendapatkan rasa kenyang dari makanan tersebut namun tidak memberikan
dampak baik terhadap kesehatan. Ciri-ciri cemilan sehat mengandung bahan
makanan di bawah ini:

68 Pertemuan 2
1. sumber kalori seperti makanan yang mengandung lemak dan
karbohidrat
2. sumber protein seperti ikan, telur, ayam, daging, tempe, tahu, kacang-
kacangan, susu dan olahannya
3. sumber serat seperti sayur dan buah (5 gr/hari)
4. mengandung gula, garam dan lemak yang tidak berlebihan.

Beberapa contoh cemilan sehat antara lain kacang, keju, yogurt, popcorn
(berondong jagung), biskuit atau kraker berselai kacang, siomay ayam, dim
sum ikan, risol atau pastel isi sayur, sari buah dan sayuran, serta buah dan
sayuran segar. Susu dan olahannya merupakan salah satu cemilan sehat,
namun perlu diperhatikan waktu pemberiannya yang tidak berdekatan dengan
makanan utama, serta frekuensinya yang tidak berlebihan, cukup 1 kali sehari.
Hal ini karena kandungan kalsium pada susu dapat menghambat penyerapan
zat besi. Contoh cemilan yang kurang sehat antara lain permen, cokelat,
aci, minuman berpemanis, soda, ciki, keripik, lidi atau macaroni berbumbu
tajam, dll. Cemilan sehat yang dibuat sendiri oleh ibu atau kelularga di rumah
juga tentu keamanannya lebih terjamin. Manfaatkan makanan lokal seperti
ubi, talas, jagung, tempe, dst menjadi cemilan yang menyenangkan untuk
anak. Libatkan anak dalam proses pembuatannya sehingga anak menjadi
bangga akan kreasinya dan semangat untuk makan cemilan yang dibuat
bersama. Berbagai cemilan kemasan yang terdapat di warung dan toko tentu
tidak dapat dihindari karena bentuk kemasan dan rasanya yang gurih atau
manis menjadi daya tarik untuk anak-anak. Membeli cemilan kemasan boleh
dilakukan sekali-kali dan pastikan ibu atau keluarga mendampingi anak
dalam membeli cemilan. Bacalah label pangan dan informasi nilai gizi yang
terdapat pada belakang kemasan sebagai panduan memilih makanan atau
minuman yang lebih sehat.

Pertemuan 2
69
Secara singkat, ibu dapat memperhatikan beberapa hal berikut ini pada
label pangan:

1. Tanggal kadaluwarsa. Pastikan tanggal kadaluwarsa produk


makanan atau minuman yang dibeli melebihi tanggal pembelian.
2. Perhatikan kadar lemak total, gula dan natrium pada informasi nilai
gizi. Pilihlah produk dengan kandungan lemak, gula dan natrium
yang lebih rendah.
3. Pilihlah produk dengan kandungan protein, serta zat gizi mikro yang
lebih tinggi, seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dll.
4. Perhatikan bahwa angka yang tertera pada informasi nilai gizi adalah
untuk 1 takaran saji. Jika dalam satu kemasan mengandung lebih dari
1 takaran saji, maka nilai gizi yang tercantum perlu dikali sebanyak
takaran saji yang terdapat dalam satu kemasan yang menunjukkan
kandungan gizi makanan atau minuman dalam satu kemasan.

70 Pertemuan 2
Jumlah

Cemilan berfungsi sebagai selingan atau pelengkap di antara waktu makan.


Oleh karena itu dalam pemberian cemilan perlu kita perhatikan jumlah
dan porsi pemberiannya agar tidak terlalu banyak sehingga menyebabkan
kekenyangan sebelum makan utama, ataupun terlalu sedikit sehingga tidak
dapat berkontribusi signifikan terhadap asupan gizi anak. Rekomendasi
persentase cemilan terhadap total asupan sehari adalah sebesar 15-20%
yang dapat dibagi menjadi 2 sampai 3 kali pemberian. Besaran kalori satu
cemilan dapat berkisar antara 100-120 kkal. Berikut beberapa contoh 1 porsi
cemilan untuk beberapa jenis makanan atau minuman:

1. 3 keping biskuit ukuran sedang


2. ½ potong pisang
3. 2-3 buah siomay
4. 120 ml susu

Waktu

Waktu pemberian cemilan sangat penting dalam membentuk pola makan


anak yang sehat. Pada masa anak-anak, keteraturan dan kedisiplinan
mengikuti jadwal makan sangat penting. Biasakan anak makan utama
sebanyak 3 kali, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Cemilan
dianjurkan untuk diberikan diantara waktu makan utama sebanyak 2-3 kali
dalam sehari. Beri jeda sekitar 2 jam sebelum atau sesudah makan utama
supaya tidak menyebabkan kekenyangan pada saat makan utama tiba.

Beberapa tantangan yang seringkali terjadi dalam pemberian cemilan pada


anak adalah anak menolak makan utama lalu diberikan cemilan sebagai
penggantinya berupa susu, keripik, dll. dengan anggapan bahwa “yang penting
anak saya makan”. Pola pikir seperti itu kurang baik karena tidak mengajarkan
anak untuk dapat menerima beragam makanan dan pada akhirnya anak
tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Yang perlu ditekankan adalah
ibu memiliki tanggung jawab dan kontrol terhadap makanan yang disajikan
untuk anak. Jika anak tidak mau mengonsumsi makanan yang disediakan,
ibu jangan panik dan jangan memaksa anak untuk makan. Berikan batasan
yang tegas, bahwa pilihan menu hari ini adalah yang tersedia dan beri waktu
makan maksimal 30 menit. Jika anak tidak mau makan, maka sesuai jadwal,
2 jam berikutnya berikan cemilan padat gizi.

Pertemuan 2
71
Dalam pemberian makan, usahakan selalu ada makanan yang dapat
diterima atau disukai oleh anak. Makanan ini kita sebut sebagai safe food
atau makanan aman. Dalam piring yang sama, sajikan makanan yang baru
ia kenal atau kita sebut sebagai learning food; serta makanan baru. Dengan
demikian, jika anak menolak makanan baru atau makanan yang baru dikenal,
maka terdapat pilihan makanan yang pasti diterima oleh anak. Strategi yang
sama juga dapat diterapkan ketika mengenalkan cemilan baru bagi anak.

KESEHATAN JIWA/MENTAL

Kesehatan Jiwa disingkat Keswa adalah kondisi dimana seorang individu


dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekananstress,
dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).

Upaya Keswa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan


jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan melibatkan seluruh komponen masyarakat.

Upaya preventif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk :


1. Mencegah terjadinya masalah kejiwaan.
2. Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
3. Mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat secara
umum perorangan
4. Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.
.

72 Pertemuan 2

Anda mungkin juga menyukai